Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA PADA Tn. J.H DENGAN MASALAH


STUNTING DI KELUARHAN NAIONI

OLEH
NAMA : REGINA MERLIANA NE’O, S. Tr.Kep
NIM : PO5303211221556

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENEKS KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya, laporan dan askep keperawatan keluarga tentang “
asuhan keperawatan keluarga pada anak stunting” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah menugaskan
untuk membuat laporan dan askep keperawatan keluarga ini, karena dengan membuat
laporan askep keperawatan keluarga ini kami menjadi semakin memahami tentang
masalah kesehatan keluarga dengan stunting.
Kami menyadari bahwa laporan askep ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam laporan dan
askep ini. Semoga laporan dan askep keperawatan keluarga ini dapat berguna dan juga
dapat digunakan dengan sebaik–baiknya untuk kemajuan ilmu keperawatan.
DAFTAR ISI
COVER
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.4 Sistematika Penulis
Bab 2 Tinjuan Teori
2.2 Konsep Keluarga
2.2 Konsep Konsep Stunting
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
Bab 3 Asuhan Keperawatan Keluarga
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.3 Intervensi Keperawatan
3.4 Implementasi Keperawatan
3.5 Evaluasi Keperawatan
Bab 4 Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stunting menjadi permasalahan yang menghantui pada pertumbuhan anak di
Indonesia. Sehingga untuk mencetak anak di Indonesia yang sehat dan cerdas,
langkah awal yang paling penting untuk dilakukan adalah pemenuhan gizi pada anak
sejak usia dini, bahkan saat masih berada di dalam kandungan atau dikenal dengan
1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) di dunia sebagai saat yang terpenting
dalam kehidupan seseorang. Sejak saat perkembangan janin di dalam kandungan,
hingga ulang tahun yang kedua menentukan kesehatan dan kecerdasan seseorang.
Makanan selama kehamilan juga dapat mempengaruhi fungsi memori, konsentrasi,
pengambilan keputusan, intelektual, mood dan emosi seorang anak di kemudian
hari.
Dalam melakukan pencegahan stunting sejak dini orang tua menjadi peran
utama yang sangat penting dalam mengemban tanggung jawab penuh untuk
pengasuhan anak dan memperhatikan kepekaan masalah gizi untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari agar tidak terjadinya kekurangan gizi pada anak. Anak yang
mengalami kekurangan asupan gizi akan memiliki tingkat kecerdasan tidak
maksimal, sehingga menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di
masa depan sehingga dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada
akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan. Selain itu tipe dan pola
pengasuhan yang paling tepat di butuhkan guna untuk mendukung setiap capaian
dalam tingkatan usia pada anak. Dapat dijabarkan bahwa pengertian pola asuh
adalah sistem, cara kerja atau bentuk dalam upaya menjaga, merawat, mendidik dan
membimbing anak kecil supaya dapat berdiri sendiri.
Untuk itu dapat melakukan pendekatan karakter pola asuh yang dipilih
sehingga akan memudahkan orangtua mengarahkan anak dan mengenali pribadi
anak. Hal ini pun membantu anak akan mudah untuk mengambil sikap dan perilaku
yang diharapkan sesuai potensi yang dimiliki.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi proses asuhan keperawatan keluarga Tn. J.H dengan
stunting pada balita A.H di RT 20 RW 09 Kelurahan Naioni Kecamatan
Alak Kota Kupang.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian dan mengvalidasi data keluarga Tn. J.H dengan
stunting pada balita A.H di RT 20 RW 09 Kelurahan Naioni
Kecamatan Alak Kota Kupang.
2. Menganalisa hasil pengkajian keluarga rumuskan Tn. J.H dengan
stunting pada balita A.H di RT 20 RW 09 Kelurahan Naioni
Kecamatan Alak Kota Kupang dengan benar.
3. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga rumuskan Tn. J.H dengan
stunting pada balita A.H di RT 20 RW 09 Kelurahan Naioni
Kecamatan Alak Kota Kupang dengan tepat.
4. Merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan data yang telah di
rumusukan keluarga Tn. J.H dengan stunting pada balita A.H di RT
20 RW 09 Kelurahan Naioni Kecamatan Alak Kota Kupang.
5. Melakukan tindakan keperawatan keluarga dengan Tn. J.H dengan
stunting pada balita A.H di RT 20 RW 09 Kelurahan Naioni
Kecamatan Alak Kota Kupang dengan benar.
6. Mampu mengevaluasi semua hasil kegiatan asuahan keperawatan Tn.
J.H dengan stunting pada balita A.H di RT 20 RW 09 Kelurahan
Naioni Kecamatan Alak Kota Kupang dengan menggunakan metode
soap.
7. Melakukan dokumentasi semua hasil kegiatan yang telah di laksanaan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pasien
Diharapakan dapat menjadi sumber informasi untuk keluarga dengan
masalah stunting di kehidupan sehar-hari dan mengubah pola makan untuk
anak pada keluarga Tn. J.H dengan stunting pada balita A.H di Keluahan
Naioni Kecamatan Alak RT 20 RW 09.
1.3.2 Bagi institusi pendidikan
Diharapkan menjadi bahan masukan atau sumber informasi serta dapat
pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan keluarga dengan masalah
stunting pada balita.
1.3.3 Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat menjadi landasan dan menambah wawasan untuk
mahasiswa.
1.4 Metode Penulisan
1.4.1 Observasi
Kegiatan mengamati secara langsung tanpa mediator terhadap sesuatu
objek untuk melihat secara dekat dan lansung terhadap objek yang
berhubungan masalah kesehatan keluarga.
1.4.2 Wawancara ( interview )
Proses pengumpulan data dengan teknik tanya jawab secara langsung pada
responden untuk melengkapi keterangan-keterangan yang ada hubungannya
dengan kesehatan keluarga secara mendalam dengan mengajukan
pertanyaan kepada klien dan keluarga dan diminta untuk menjawab secara
terbuka.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari Bab 1 pendahuluan berisi latar belakang,
tujuan dan sistematika penulisan. Bab 2 tinjuan teori berisi konsep keluarga, konsep
stunting dan konsep asuhan keperawatan keluarga dengan stunting. Bab 3 Asuhan
Keperawatan Keluarga yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi keperawatan dan evaluasi keparawatan. Bab 4 penutup terdiri dari
kesimpulan dan saran.
BAB 2
TINJUAN TEORI
2.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan tempat dimana individu tumbuh, berkembang dan
belajar mengenai nilai-nilai yang dapat membentuk kepribadiannya kelak. Proses
belajar tersebut berjalan terus-menerus sepanjang individu tersebut hidup.
Ahmadi mengemukakan bahwa, keluarga adalah wadah yang sangat penting
diantara individu dan grup, dan merupakan kelompok sosial yang pertama dimana
anak-anak menjadi anggotanya, keluarga sudah barang tentu yang pertama-tama
pula menjadi tempat untuk mengadakan sosialisasi kehidupan anak-anak.
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
2.1.2 Fungsi Keluarga
Lima fungsi keluarga menjadi saling berhubungan erat pada saat mengkaji
dan melakukan intervensi dengan keluarga. Lima fungsi itu adalah :
a) Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun
berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan
salah satu fungsi keluarga yang paling penting. Saat ini, ketika tugas sosial
dilaksanakan di luar unit keluarga, sebagian besar upaya keluarga difokuskan
pada pemenuhan kebutuhan anggota keluarga akan kasih sayang dan
pengertian. Manfaat fungsi afektif di dalam anggota keluarga dijumpai paling
kuat di antara keluarga kelas menengah dan kelas atas, karena pada keluarga
tersebut mempunyai lebih banyak pilihan. Sedangkan pada keluarga kelas
bawah, fungsi afektif sering terhiraukan. Balita yang seharusnya
mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup, pada keluarga kelas
bawah hal tersebut tidak didapatkan balita terutama pada pola makan balita.
Sehingga dapat menyebabkan gizi kurang pada balita tersebut.
b) Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial
Sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal dan lintas budaya
yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat. Sosialisasi merujuk
pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarga yang
ditujukan untuk mendidik anak-anak tentang cara menjalankan fungsi dan
memikul peran sosial orang dewasa seperti peran yang dipikul suami-ayah
dan istri-ibu. Karena fungsi ini semakin banyak diberikan di sekolah, fasilitas
rekreasi dan perawatan anak, serta lembaga lain di luar keluarga, peran
sosialisasi yang dimainkan keluarga menjadi berkurang, tetapi tetap penting.
Orang tua tetap menyediakan pondasi dan menurunkan warisan budayanya
ke anak-anak mereka. Dengan kemauan untuk bersosialisasi dengan orang
lain, keluarga bisa mendapatkan informasi tentang pentingnya asupan gizi,
penyakit yang ditimbulkan dan pencegahan terjadinya gizi kurang untuk anak
khususnya balita.
c) Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap
bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan (yang mempengaruhi status
kesehatan anggota keluarga secara individual) adalah fungsi keluarga yang
paling relevan bagi perawat keluarga. Kurangnya kemampuan keluarga untuk
memfasilitasi kebutuhan balita terutama pada asupan makanan dapat
menyebabkan balita mengalami gizi kurang.
d) Fungsi Reproduksi
Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin kontinuitas antar-
generasi keluarga masyarakat yaitu : menyediakan anggota baru untuk
masyarakat. Banyaknya jumlah anak dalam suatu keluarga menyebabkan
kebutuhan keluarga juga meningkat terutama pada kebutuhan makan anak.
Karena tidak terpenuhinya kebutuhan makanan anak mengakibatkan anak
mengalami gizi kurang.
e) Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses
pengambilan keputusan. Pendapatan keluarga yang terlalu rendah
menyebabkan keluarga tidak mampu membeli kebutuhan gizi anak, sehingga
anak mengalami gizi kurang.
2.1.3 Jenis-jenis Keluarga
Jenis keluarga yaitu sebagai berikut :
a) Nuclear Family Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang
tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu
ikatan perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b) Extended Family Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan
sebagainya.
c) Reconstitud Nuclear Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun
hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
d) MiddleAge /AgingCouple Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/
kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meningglakan rumah
karena sekolah/ perkawinan/meniti karier.
e) Dyadic Nuclear Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai
anak, keduanya/salah satu bekerja di rumah.
f) Single Parent Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian
pasangannya dan anak- anaknya dapat tinggal dirumah/ diluar rumah.
g) Dual Carier Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
h) Commuter Married Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.
i) Single Adult Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah.
j) Three Generation Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k) Institutional Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru
panti-panti.
l) Comunal Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami
dengan anak- anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m) Group Marriage Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya
di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan
yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
n) Unmarried paret and child Ibu dan anak dimana perkawinan tidak
dikehendaki, anaknya di adopsi.
o) Cohibing Couple Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.
2.2 Konsep Stanting
2.2.1 Pengertian
Stunting pada anak bisa mengganggu perkembangan mereka bahkan bisa
meningkatkan resiko kematian pada anak. Stunting adalah gangguan
perkembangan anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi pada 1.000 hari
pertama kehidupan yang berlangsung lama.  Stunting menyebabkan
perkembangan otak serta tumbuh kembang terhambat. Anak yang menderita
stunting umumnya bertubuh lebih pendek dari anak pada umumnya.
Balita pendek ( Stunting) adalah masalah kurang gizi kronis yang
disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat
terjadi mulai janin dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua
tahun. (Eko Putro sandjojo,2017 ).Stunting adalah status gizi yang didasarkan
pada indeks PB / U atau TB / U dimana dalam standar antropometri penilaian
status gizi anak, hasil pengukuran tersebut ada pada ambang batas (Z – Score ) <
2 SD sampai dengan – 3 SD ( pendek / stunted ) dan < -3 SD ( sangat pendek/
severely stunted ).
2.2.2 Etiologi
Pertumbuhan manusia merupakan hasil interaksi antara faktor genetik,
hormon, zat gizi dan energi dengan faktor lingkungan. Proses pertumbuhan
manusia merupakan fenomena yang kompleks yang berlangsung selama kurang
lebih 20 tahun lamanya, mulai dari kandungan sampai remaja yang merupakan
hasil interaksi faktor genetik dan lingkungan. Pada masa anakanak, penambahan
tinggi badan pada tahun pertama kehidupan merupakan yang paling cepat
dibandingkan periode waktu setelahnya. Pada usia 1 tahun, anak akan mengalami
peningkatan tinggi badan sampai 50 % dari panjang badan lahir, kemudian tinggi
badan tersebut akan meningkat 2 kali lipat pada usia 4 tahun dan tiga kali lipat
pada usia 13 tahun.
Periode pertumbuhan paling cepat pada masa anak-anak juga merupakan
masa dimana anak berada pada tingkat kerentanan paling tinggi. Kegagalan
pertumbuhan dapat terjadi pada masa gestasi ( kehamilan) dan pada 2 tahun
pertama kehidupan anak atau pada masa 1000 hari pertama kehidupan anak.
Stunting merupakan indikator akhir dari semua faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak pada 2 tahun pertama kehidupan yang
selanjutnya akan berdampak buruk pada perkembangan fisik dan kognitif anak
saat bertambah usia nantinya. Pertumbuhan yang cepat pada masa anak membuat
gizi yang memadai menjadi sangat penting.
Buruknya gizi selama kehamilan, masa pertumbuhan dan masa awal
kehidupan anak dapat menyebabkan anak menjadi stunting. Pada 1000 hari
pertama kehidupan anak, buruknya gizi memiliki konsekuensi yang permanen.
Faktor sebelum kelahiran seperti gizi ibu selama kehamilan dan faktor setelah
kelahiran seperti asupan gizi anak saat masa pertumbuhan, sosial ekonomi, ASI
Eksklusif, penyakit infeksi, pelayanan kesehatan dan berbagai faktor lainnya.
2.2.3 Ciri-ciri anak stunting
Ciri-ciri Stunting Anak yaitu :
1) Usia 1-10 tahun anak menjadi pendiam.
2) Tanda pubertas terhambat.
3) Performa buruk pada test perhatian dan memori belajar.
4) Pertumbuhan terhambat.
5) Pertumbuhan gigi terlambat.
6) Wajah tampak lebih muda dari usianya.
2.2.4 Dampak Stunting
Stunting merupakan malnutrisi kronis yang terjadi di dalam rahim dan
selama 2 tahun kehidupan anak dapat mengakibatkan rendahnya intelegensi dan
turunnya kapasitas fisik yang pada akhirnya menyebabkan penurunan
produktifitas, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan perpanjangan kemiskinan.
Selain itu, stunting juga dapat berdampak pada sistem kekebalan tubuh yang
lemah dan kerentanan terhadap penyakit kronisseperti diabetes militus, penyakit
jantung,dan kanker serta gangguan reproduksi maternal di masa dewasa.
Proses stunting disebabkan oleh asupan zat gizi yang kurang dan infeksi
yang berulang yang berakibat pada terlambatnya perkembangan fungsi kognitif
dan kerusakan kognitif permanen. Pada wanita, stunting dapat berdampak pada
perkembangan dan pertumbuhan janin saat kehamilan, terhambatnya proses
melahirkan serta meningkatkan resiko kepada gangguan metabolisme dan
penyakit kronis saat anak tumbuh dewasa.
Stunting menyebabkan beragam dampak buruk untuk anak baik dalam
jangka pendek maupun panjang.  Dampak dari stunting baik jangka pendek dan
panjang diantaranya:
1. Jangka pendek yaitu :
1) Sering merasa kesakitan bahkan kematian. 
2) Menghambat pertumbuhan syaraf anak sehingga fungsi kognitif
menurun. 
3) Perkembangan motorik lebih lamban. 
4) Kesulitan dalam mengungkapkan bahasa ekspresif.
5) Meningkatkan biaya kesehatan. 
2. Jangka panjang yaitu :
1) Postur tubuh tidak optimal saat dewasa atau lebih pendek
dibandingkan pada umumnya. 
2) Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya.
3) Menurunnya kesehatan reproduksi.
4) Kapasitas belajar dan performa kurang optimal saat sekolah atau
produktivitas dan kapasitas kerja tidak optimal. 
2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Stunting
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan
oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Secara
lebih detail, beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian stunting dapat
digambarkan sebagai berikut :
a) Faktor langsung
1) Faktor ibu Faktor ibu dapat dikarenakan nutrisi yang buruk selama
prekonsepsi, 10 kehamilan, dan laktasi. Selain itu juga dipengaruhi
perawakan ibu seperti usia ibu terlalu muda atau terlalu tua, pendek,
infeksi, kehamilan muda, kesehatan jiwa,BBLR, IUGR dan persalinan
prematur, jarak persalinan yang dekat dan hipertensi.
2) Faktor Genetik Faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil
proses pertumbuhan. Melalui genetik yang berada dalam sel telur
yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan. Derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur
pubertas danberhentinya pertumbuhan tulang salah satu atau kedua
orang tua yang pendek akibat kondisi patologi ( seperti defisiensi
hormon pertumbuhan ) memiliki gen dalam kromosom yang
membawa sifat pendek sehingga memperbesar peluang anak mewarisi
gen tersebut dan tumbuh menjadi stunting. Akan tetapi, bila orang tua
pendek akibat kekurangan zat gizi atau penyakit, kemungkinan anak
dapat tumbuh dengan tinggi badan normal selama anak tersebut tidak
terpapar faktor resiko yang lain.
3) Asupan Makanan Kualitas makanan yang buruk meliputi kualitas
micronutrien yang buruk, kurangnya keragaman dan asupan pangan
yang bersumber dari pangan hewani, kandungan tidak bergizi, dan
rendahnya kandungan energi pada complementary foods. Praktik
pemberian 11 makanan yang tidak memadai, meliputi pemberian
makanan yang jarang, pemberian makanan yang tidak adekuat selama
dan setelah sakit, konsistensi pangan yang terlalu ringan, kuantitas
pangan yang tidak mencukupi, pemberian makan yang tidak
berespon. Bukti menunjukan keragaman diet yang lebih bervariasi
dan konsumsi makanan dari sumber hewani terkait dengan
pertumbuhan linier. Analisa terbaru menunjukan bahwa rumah tangga
yang menerapkan diet yang beragam, termasuk diet yang diperkaya
nutrisi pelengkap, akan meningkatkan asupan gizi dan mengurangi
resiko stunting.
4) Pemberian ASI Eksklusif Masalah-masalah tekait praktik pemberian
ASI meliputi delayed Initiation, tidak menerapkan ASI Eksklusif, dan
penghentian dini konsumsi ASI. Sebuah penelitian membuktikan
bahwa menunda inisiasi menyusu ( delayed initiation ) akan
meningkatkan kematian bayi. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI
tanpa suplementasi makanan maupun minuman lain, baik berupa air
putih, jus, ataupun susu selain ASI. Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) merekomendasikan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan
pertama untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. Setelah 6
bulan, bayi mendapat makanan pendamping yang adekuat sedangkan
ASI dilanjutkan sampai usia 24 bulan. Menyusui yang berkelanjutan
selama dua tahun memberikan kontribusi signifikan terhadap asupan
nutrisi penting pada bayi.
b) Faktor infeksi
Beberapa contoh infeksi yang sering dialami yaitu infeksi entrik
seperti diare, enteropati,dan cacing, dapat juga disebabkan oleh infeksi
pernapasan ( ISPA), malaria, berkurangnya nafsu makan akibat serangan
infeksi dan inflamasi. Penyakit infeksi akan berdampak pada gangguan
masalah gizi. Infeksi klinis menyebabkan lambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, sedangkan anak yang memiliki riwayat penyakit infeksi
memiliki peluang mengalami stunting.
c) Faktor tidak langsung
1) Faktor sosial ekonomi
Status ekonomi yang rendah dianggap memiliki dampak yang
signifikan terhadap anak menjadi kurus dan pendek, status
ekonomi yang rendah akan mempengaruhi pemilihan makanan
yang dikonsumsinya sehingga biasanya menjadi kurang bervariasi
dan sedikit jumlahnya terutama pada bahan pangan yang
berfungsi untuk pertumbuhan anak seperti sumber protein,
vitamin dan mineral sehingga meningkatkan resiko kekurangan
gizi.
2) Tingkat Pendidikan
pendidikan ibu yang rendah dapat mempengaruhi pola asuh dan
perawatan anak. Selain itu juga berpengaruh dalam pemilihan dan
cara penyajian makanan yang akan dikonsumsi oleh
anaknya.Penyediaan bahan dan menu makan yang tepat untuk
balita dalam upaya peningkatan status gizi akan dapat terwujud
bila ibu mempunyai tingkat pengetahuan gizi yang baik. Ibu
dengan pendidikan rendah antara lain akan sulit menyerap
informasi gizi sehingga anak dapat beresiko mengalami stunting.
3) Pengetahuan Gizi ibu
Pengetahuan gizi yang rendah dapat menghambat usaha perbaikan
gizi yang baik pada keluarga maupun masyarakat sadar gizi
artinya tidak hanya mengetahui gizi tetapi harus mengerti dan
mau berbuat. Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang
tentang kebutuhan akan zat-zat gizi berpengaruh terhadap jumlah
dan jenis bahan makanan yang dikonsumsi. Penetahuan gizi
merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap
konsumsi pangan dan status gizi. Ibu yang cukup pengetahuan
gizinya akan memperhatikan kebutuhan gizi anaknya agar dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal.
d) Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah,dapat dikarenakan oleh stimulasi dan aktivitas yang
tidak adekuat, penerapan asuhan yang buruk, ketidakamanan pangan,
alokasi pangan yang tidak tepat, rendahnya edukasi pengasuh. Anak-anak
yang berasal dari rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas air dan
sanitasi yang baik beresiko mengalami stunting.
2.2.3 Cara mencegah stunting
Mencegah stunting dimulai saat ibu masih mengandung hingga anak
berada pada masa dewasa muda, berikut ini cara pencegahannya. Pada ibu hamil
dan proses bersalin yaitu :
1) Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan, merupakan suatu upaya
perbaikan gizi pada kehamilan sampai anak usia 2 tahun. 
2) Mengupayakan jaminan mutu antenal care (ANC) terpadu yang masuk
dalam pelayanan KIA yang dimulai saat hamil sampai pasca nifas.
3) Pelayanan tersebut sangat penting untuk mencegah komplikasi pada masa
kehamilan dan pasca persalinan. 
4) Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan. 
5) Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein,
dan mikronutrien (TKPM).
6) Deteksi dini penyakit menular dan tidak menular. 
7) Pemberantasan kecacingan. 
8) Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku
KIA. 
9) Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI
eksklusif.
10) Penyuluhan dan pelayanan KB. 
Pada balita
1) Pada balita  Pemantauan pertumbuhan balita.
2) Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk
balita.
3) Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak.
4) Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. 
Pada anak usia sekolah
1) Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). 
2) Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (Progas). 
3) Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba.
Pada remaja
1) Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola
gizi seimbang, tidak merokok, dan mengonsumsi narkoba. 
2) Pendidikan kesehatan reproduksi.
Pada dewasa muda
1) Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB).
2) Deteksi dini penyakit menular dan tidak menular. 
3) Meningkatkan penyuluhan PHBS, pola gizi seimbang, tidak
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian anggota keluarga dengan Gizi Kurang Format pengkajian
keluarga model Friedman yang diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama Gizi
Kurang meliputi :
A. Data demografi
1) Identitas : Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin,
umur, pekerjaan dan pendidikan. Pada pengkajian pendidikan diketahui bahwa
pendidikan berpengaruh pada kemampuan dalam mengatur pola makan dan
pentingnya asupan gizi bagi balita. Sedangkan pekerjaan yang terlalu sibuk
bagi orang tua mengakibatkan perhatian orang tua terhadap tumbuh kembang
anak tidak ada.
2) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga yang mengalami gizi
kurang. Biasanya keluarga yang mempunyai balita dengan gizi kurang
mempunyai jumlah anggota keluarga yang banyak sehingga kebutuhan nutrisi
anak tidak terpenuhi.
3) Suku bangsa Identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan. Biasanya keluarga dengan gizi kurang mempunyai budaya tidak
terlalu memperhatikan menu makan balita, yang terpenting balita sudah
mendapatkan makanan.
4) Status sosial ekonomi keluarga Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya.
Pada pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial
ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari
ketidakmampuan keluarga membuat seseorang tidak bisa mencukupi
kebutuhan nutrisi keluarga. Biasanya keluarga dengan gizi kurang mempunyai
perekonomian yang rendah karena keluarga tidak mampu mencukupi semua
kebutuhan balita.
B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga
ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti. Biasanya keluarga dengan
gizi kurang berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak pra
sekolah.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai
tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala-kendala yang dialami. Biasanya keluarga belum mampu memenuhi
semua kebutuhan anak karena keterbatasan penghasilan yang diperoleh.
3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga inti, upaya pencegahan dan pengobatan pada anggota
keluarga yang sakit, serta pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada (Gusti,
2013). Biasanya keluarga dengan gizi kurang tidak memantau tumbuh
kembang anak ke tenaga kesehatan.
C. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe
rumah, jumlah ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tank
dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan, tanda cat yang
sudah mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah. Biasanya
keluarga dengan gizi kurang mempunyai keuangan yang tidak mencukupi
kebutuhan anak sehingga luas rumah tidak sesuai dengan jumlah anggota
keluarga.
D) Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling
mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa
empati, perhatian terhadap perasaan. Bisanya keluarga dengan gizi
kurang jarang memperhatikan kebutuhan akan kasih sayang dan
perhatian pada anak, serta tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan
luar karena merasa malu akan kondisi anak.
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan, hukuman, serta memberi
dan menerima cinta. Biasanya keluarga dengan gizi kurang tidak
disiplin terhadap pola makan balita.
3) Fungsi perawatan kesehatan
a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai yang
dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan
dan tujuan kesehatan keluarga. Biasanya keluarga tidak
mengetahui pencegahan yang harus dilakukan agar balita tidak
mengalami gizi kurang.
b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yang
dirasa : keluarga mengkaji status kesehatan, masalah kesehatan
yang membuat kelurga rentan terkena sakit dan jumlah kontrol
kesehatan. Bisanya keluarga tidak mampu mengkaji status
kesehatan keluarga.
c) Praktik diet keluarga : keluarga menegtahui sumber makanan
yang dikonsumsi, cara menyiapkan makanan, banyak makanan
yang dikonsumsi perhari dan kebiasaan mengkonsumsi makanan
kudapan. Biasanya keluarga tidak terlalu memperhatikan menu
makanan, sumber makanan dan banyak makanan yang tersedia
d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yang
dilakukan dalam memperbaiki status kesehatan, pencegahan
penyakit, perawatn keluarga dirumah dan keyakinan keluarga
dalam perawatan dirumah. Biasanya kelurga dengan gizi kurang
tidak tau cara pencegahan penyakit dan mengenal pennyakit.
e) Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak,
kebersihan gigi setelah makan, dan pola keluarga dalam
mengkonsumsi makanan. Biasanya keluarga tidak membawa
anaknya imunisasi ke posyandu.
4) Fungsi sosialisasi
Pada kasus penderita gizi kurang, dapat mengalami gangguan fungsi
sosial baik didalam keluarga maupun didalam komunitas sekitar
keluarga (Padila, 2012). Biasanya keluarga sangat kesulitan untuk
bersosialisasi anggota keluarga maupun lingkungan sekitar rumah.
5) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012). Jumlah anak
sangat berpengaruh dengan kecukupan gizi yang dikonsumsi anak balita.
Biasanya keluarga mempunyai anak lebih dari 2 orang.
6) Fungsi ekonomi
Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan dan papan serta pemanfaatan lingkungan rumah untuk
meningkatkan penghasilan keluarga. Biasanya keluarga belum bisa
memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papa balita.
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang di
gunakan pada pemeriksaan fisik head to toe untuk pemeriksaan fisik untuk gizi
kurang adalah sebagai berikut:
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda - tanda vital. Bisanya balita mempunyai BB rendah.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah. Biasanya balita yang mengalami
gizi kurang mempunyai warna rambut yang kecoklatan, pucat dan anemia.
3) Sistem Integumen
Biasnya balita mempunyai turgor kulit menurun, kulit tampak kering dan
kasar, kelembaban dan suhu kulit meningkat, tekstur rambut dan kuku juga
kasar.
4) Sistem Pernafasan
Pernafasan balita masih dalam rentang normal karena balita belum jatuh pada
gizi buruk.
5) Sistem Kardiovaskuler
Perfusi jaringan balita menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, dan disritmia, pemeriksaan CRT.
6) Sistem Gastrointestinal
Bising usus pada balita yang mengalami gizi kurang terdengar jelas,
frekuensi > 20 kali/menit, mual, muntah, diare, konstipasi, perubahan berat
badan, peningkatan lingkar abdomen.
7) Sistem Urinary
Sistem perkemihan pada klien gizi kurang tidak mengalami gangguan.
8) Sistem Muskuluskletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri.
9) Sistem Neurologis
Pada balita gizi kurang terjadi penurunan sensoris, penurunan kesadaran,
reflek lambat, kacau mental dan disorientasi.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan
berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan
keluarga. Diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan gizi kurang
adalah :
1) Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan keterbatasan
lingkungan (D.0106)
2) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(0111).
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
(D.0019).
2.3.4 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan/Luaran (SLKI) Intervensi Keperawatan
Keperawatan (SIKI)
(SDKI)
1. Gangguan Tumbuh Setelah dilakukan Edukasi pemberian makanan
Kembang intervensi keperawatan pada anak
berhubungan dengan maka status pertumbuhan (I.12403)
keterbatasan meningkat dengan kriteria Tindakan
lingkungan hasil : Observasi
1) Berat baban sesuai 1) Identifikasi pemahaman
usia panjang/tinggi orang tua/keluarga
badan sesuai usia tentang pemilihan
meningkat. makanan sehat yang
2) Lingkat kepala sesuai usia.
meningkat Terapeutik
3) Kecepatan 1) Mediakan materi dan
pertambahan berat media pendidikan
badan meningkat kesehatan.
4) Kecepatan 2) Memberikan kesempatan
pertambahan untuk bertanya.
panjang/berat badan Edukasi
meningkat 1) Jelaskan variasi menu
5) Indeksi masa tubuh seimbang
6) Asupan nutrisi 2) Jelaskan pentingnya
mempertahankan
kebersihan mulut pada
anak.
3) Anjurkan memberikan
pujian atas pencapaian
anak dan menghindari
hukuman.
4) Anjurkan orangtua
memilih bahan makanan
yang sehat sesuai
kebutuhan.
5) Anjurkan orangtua
menyajikan makanan
secara kreatif dan
menarik.
2. Defisit pengetahuan Setelah di lakukan Edukasi proses penyakit
berhubungan dengan
intervensi keperawatan Kode : I. 12444
kurang terpapar
informasi maka tingkat pengetahuan Tindakan :
meningkat dengan kriterial Observasi
hasil 1) Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
Kode : L. 12111
informasi
1) Memampuan Terapeutik
menjelaskan
3) Mediakan materi dan
pengetahuan
media pendidikan
meningkat.
kesehatan.
2) Perilaku sesuai
4) Memberikan kesempatan
dengan anjuran
untuk bertanya.
meningkat.
Edukasi
1) Jelaskan penyebab dan
faktor risiko penyakit.
2) Jelaskan tanda dan
gejala yang di
timbulkan oleh
penyakit.
3) Ajarkan cara
meredakan atau
mengatasi gejala yang
di rasakan.
3. Defisit nutrisi Setelah di lakukan Manajemen nutrisi
berhubungan dengan (I.03119)
intervensi keperawatan
ketidakmampuan Tindakan
mengabsorbsi nutrisi maka berat badan Observasi
1) Identifikasi status
membaik dengan kriterial
nutrisi
hasil (L.03018) 2) Identifikasi alegri dan
intoleransi makanan
1) Berat badan
3) Monitor berat badan
membaik Terapeutik
1) Lakukan oral hygiene
2) Indeks masa tubuh
sebelum makan, jika
membaik perlu
2) Berikan makanan yang
tinggi kalori dan tinggi
protein
Edukasi
1) Anjurkan posisi
duduk, jika perlu.

2.3.5 Implementasi Keperawatan


Implementasi atau melakukan tindakan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah disusun berdasarkan diagnosis yang diangkat. Implementasi keperawatan
terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini : Menstimulasi kesadaran atau
penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan, Menstimulasi
keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, Memberikan kepercayaan
diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit, Membantu keluarga untuk
menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat dan Memotivasi
keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
2.3.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan
rencana tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila tidak atau belum berhasil perlu
disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak
dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan rumah ke keluarga. Untuk itu dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga yang
telah disepakati bersama.

Bab 3
Laporan Kasus
Nama ners muda : Regina Merliana Ne’o Tanggal pengkajian : 11-03-2023
3.1 Pengkajian
1. Data umum keluarga
Nama Kepala Tn. Jitro Hoinbala Bahasa Sehari-hari Bahasa daerah dan
Keluarga bahasa indonesia
Pendidikan SD Pekerjaan Petani
Alamat Rumah Naioni RT/RW Jarak Yankes 2 kilo
dan Telp 20/009 Terdekat
Agama dan Suku Kristen protestan/ Alat Transportasi Motor
Timor Yang Digunakan

1. Data anggota keluarga


Nama Kepala Tn. Jitro Hoinbala Bahasa Sehari-hari Bahasa daerah
Keluarga
Pendidikan SD Pekerjaan Petani
Alamat Rumah Naioni Jarak Yankes 2 kilo
dan Telp Terdekat
Agama dan Suku Timor Alat Transportasi Motor
Yang Digunakan

1. Data Anggota Keluarga


N Nama JK Hub. Suku Umur Pendidikan Pekerjaan Status Gizi s, N,P, Status
o Kel. terakhir saat ini (TB, BB) TD) Imunisasi Alat
Dg KK Dasar (Balita) Bantu /
Protesa

1. Tn. L Suami Timor 38 SD Petani 166cm/63kg S:36,5oC, Lengkap


J.H thn N:
80x/M,
P:18x/M,
TD:
120/80m
mHg
2. Ny. P Istri Timor 38 SD IRT 164cm/63 kg S:36,5oC, Lengkap
M.A thn N:
80x/M,
P:18x/M,
TD:
120/80m
mHg
3. Ank. L Anak Timor 113 thn SMP Pelajar BB:35 kg S:36,5oC, Lengkap
A.D. TB: 148CM N:
H 80x/M,
P:18x/M
4. Ank. P Anak Timor 8 thn SD Pelajar BB: S:36,5oC, Lengkap
G.H 26kg,TB:12 N:
0 cm 80x/M,
P:18x/M
5. Ank. L Anak Timor 3 thn BS Belum BB: 8,6 kg, S:36,5oC, Lengkap
A.H bekerja TB :83 cm N:
80x/M,
P:20x/M

Lanjutan
No Nama Penampilan umum Status Riwayat Analisa kesehatan
kesehatan penyakit/alergi masalah individu
saat ini
1. Tn. J.H Baik Tidak ada
2. Ny. M.A Baik Tidak ada
3. Ank. A.D.H Baik Tidak ada
4. Ank. G.H Baik Tidak ada
5. Ank. A.H Baik Tidak ada

Genogram :
KET:

: Laki-laki Meninggal

: :Perempuan Meninggal
:Laki-laki

: :Perempaun

: : Pasien

1. Tipe keluarga
Tipe keluarga Tn. J.H adalah jenis keluarga inti (Nuclear Family) yang terdiri atas
ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah
2. Status sosial ekonomi keluarga
Tn. J.H mengatakan kebutuhan ekomoni keluarga saat ini di dapatkan dari hasil
berkebun dan setiap bulan diperkirakan <1.000.000 dan uang itu di habsikan untuk
memenuhi kecukupan hidupnya bersama.
3. Aktivitas rekreasi keluarga
Tn. J.H mengatakan biasanya keluarga melakukan rekreaksi harian seperti bersantai,
dan bercerita. Untuk rekreaksi mingguan, bulanan dan tahunan Tn. J.H mengatakan
seperti ke pantai.
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini Tn. J.H saat ini berada pada tahap
perkembangan ke 4 yaitu keluarga dengan anak sekolah. Orangtua yang harus
bekerja dan juga membantanak beradaptasi dengan lingkungan.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi adalah saat ini keluarga dengan
dengan anak sekolah dimana tugas perkembangan yang berusaha dilakukan yaitu
membantu anak dalam beradaptasi, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak
dan orang tua, mempertahankan pengaturan hidup, menyesuaikan diri terhadap
penyakit yang di deritanya dan mempertahankan ikatan keluarga anatar generasi.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
Tn. J.H mengatakan saat ini anaknya sedang mengalami stunting, Tn. J.H juga
mengatakan tidak mengetahui tentang stunting.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tn. J.H mengatakan keluarganya tidak ada memiliki penyakit sebelumnya
III. DATA LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Saat pengkajian rumah keluarga Tn. J.H dalam keadaan bersih dan tidak ada sampah
yang berserahkan. Rumah Tn. J.H beratap seng, berdinding tembok dan lantai semen
dalam keadaan bersih. Terlihat ada ventilasi udara yang baik yaitu di setiap ruang dan
jendela dan juga ada lubang udara di setiap ruangan. Pencahayaan menggunakan
instilasi listrik PLN dan disetiap ruangan memilki lampu Tn. J.H mengatakan saluran
pembuangan limbah dibiarkan meresap di tanah. Keluargaa Tn. J.H mengatakan
sumber air bersih menggunakan air sumur untuk kebutuhan sehari-hari. Tn. J.H
mengatakan memiliki 1 kamar mandi dan WC menggunakan jamban leher angsa.
Keadaan jamban tampak kotor dan tidak tertawat memilki pencahayaan yang cukup
baik. Tn. J.H mengatakan sampah di kumpul dan kemudian di bakar. Rumah Tn. J.H
berukuran 7x8 sekarang di tempati 5 orang dimana rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 2
kamar tidur, 1 kamar mandi di luar dan 1 dapur di luar.
Denah Rumah : Skala 1:100

Ruang makan Kamar Tidur

Ruang Tamu
Kamar Tidur

Dapur Kamar mandi


dan WC

Sumur

2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya


Tn. J.H mengatakan bahwa mereka memiliki hubungan yang baik dengan tetangga-
tetangga kondisi lingkungan aman dan tenang.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. J.H tidak pernah berpindah-pindah tempat dan sampai saat ini masih
menetap di kelurahan naioni. Keluarga Tn. J.H tidak berpergian kecuali ke kebun dan
ada sesuatu yang penting atau mendesak seperti ada sesuatu yang mau di urus atau
untuk membeli kebutuhan yang tidak ada di rumah, Dan jika tidak ada hanya menetap
di rumah saja.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. J.H mengatakan interkasi dengan istri, anak-anak baik dan dengan masyarakat
sekitar juga baik.
5. Sistem pendukung keluarga
Tn. J.H yang sekarang sebagai kepala keluarga yang berperan saat ada anggota
keluarga yang sakit.
IV. STRUKTUR KELUARGA
1. Struktur peran
Ayah : berperan sebagai kepala rumah tangga dan mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan keluarga mereka.
Ibu : berperan sebagai ibu rumah tangga
Anak : berperan membantu ibu untuk mengurus rumah tangga.
2. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma keluarga Tn. J.H disesuaikan dengan ajaran agama kristen protestan
dan norma masyarakat sekitar. Keluarga selalu mengajarkan untuk saling
menghargai orang yang lebih tua dan bersikap ramah kepada keluarga dan
mendengarkan pendapat keluarga saat mengambil keputusan.
3. Pola komunikasi keluarga
Tn. J.H mengatakan pola komunikasi dalam keluarga baik.
4. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Tn. J.H mengatakan mereka memiliki kartu BPJS
V. PHBS DI RUMAH TANGGA
1. Jika ada bunifas, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan :
Tn. J.H mengatakan dalam keluarga tidak ada ibu nifas, bayi,
2. Jika ada balita, menimbang balita tiap bulan :
Tn. J.H mengatakan balita selalu menimbang berat badan tiap bulan dan selalu
melakukan ke posyandu setiap bulan.
3. Mengunakan air bersih untuk makan dan minum :
Tn. J.H mengatakan keluarga menggunakan air sumur untuk kebutuhan seperti
masak, minum dan untuk kebersihan diri.
4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun :
Keluarga Tn. J.H mengatakan menggunakan air bersih dan sabun untuk mencuci
tangan dan tidak ada tempat untuk mencuci tangan.
5. Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya :
Pembungan sampah Tn. J.H mengatakan sampah langsung di bakar.
6. Menjaga lingkungan rumah tampak bersih :
Tn. J.H mengatakan biasanya pada pagi hari mereka membersihkan rumah dan
sekitar rumah seperti halaman rumah bersama-sama.
7. Mengkonsumsi lauk dan pauk setiap hari :
Tn. J.H mengatakan konsumsi lauk 1-2 kali dalam 1 minggu mereka
mengkonsumsi makanan seperti nasi, sayur dan juga jarang mereka mengkonsumi
daging jika mereka ada uang baru membelinya.
8. Menggunakan jamban sehat:
Keluarga Tn. J.H mengatakan menggunakan jamban leher angsa dan dalam
keadaan kurang bersih. Untuk memberantas ada jentik nyamuk pada bak air dan
dalam 2 minggu baru membersihkan bak mandi.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari :
Saat dikaji tentang aktivitas fisik setiap hari keluarga Tn. J.H mengatakan aktivitas
fisik setiap hari yaitu berkebun, setelah bangun pagi mereka langsung menyapu
halaman rumah, mencuci piring, dan memasak. Dan dalam keluarga Tn. J.H tidak
ada yang merokok.
VI. Fungsi keluarga
1. Fungsi ekonomi
Tn. J.H mengatakan bahwa kebutuhan ekomoni keluarga saat ini di dapatkan dari uang
jual berkebun sekitar <1.000. 000 mengatakan berusaha untuk mencukupi kebutuhan
keluarga sehari-hari.

2. Fungsi sosialisasi:
Keluarga Tn. J.H adalah keluarga yang selalu berinteraksi dan bersosialisasi dengan
orang-orang atau tetangga dengan baik.
3. Fungsi pendidikan
Tn. J.H mengatakan bahwa dirinya hanya berpendidikan SD dan anaknya 2 orang anak
sedang di bangku sekolah/ pelajar.
4. Fungsi rekreasi
Tn. J.H mengatakan biasanya keluarga melakukan rekreaksi harian seperti bersantai
dan bercerita bersama anaknya.
5. Fungsi religious
Tn. J.H mengatakan sekarang mereka pergi ke gereja.
6. Fungsi reproduksi
Tn. J.H mengatakan bahwa istrinya tidak mengikuti KB.
7. Fungsi afeksi
Keluarga Tn. J.H adalah keluarga yang harmonis mereka menjalankan fungsi afektif
dengan baik mereka memiliki rasa sering memberi perhatian, mendukung dan
membantu satu sama lain terutama jika ada anggota keluarga yang mengalami sakit.
8. Fungsi pemenuhan pemeliharaan/perawatan kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan
Ketika di tanya apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan/penyakit yang
sedang dideritanya oleh anggota keluarga Tn. J.H mengatakan tidak mengetahui
masalah kesehatan yang diderita oleh anak. J.H Selanjutnya ketika di tanya
apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang di alami anak A.H
keluarga mengatakan tidak mengetahui penyebab masalah kesehatan. Selanjutnya
ketika di tanya apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan
yang di alami oleh anak A.H keluarga mengatakan tidak mengetahui. Selanjutnya
ketika di tanya apakah keluarga mengetahui faktor-faktor masalah kesehatan,
keluarga mengatakan tidak mengetahui fakor-faktor masalah kesehatan yang di
alami dirinya. Tn. J.H mengatakan bahwa ini merupakan hal yang pertama kali
anaknya menderita stunting. Tn. J.H mengatakan bahwa akan segera membaik.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Saat dikaji keluarga tidak mengetahui akibat penyakit yang dialami oleh di derit anak.
A.H keluarga Tn. J.H akan memperbaik pola makan dan lebih memperhatikan untuk
anak-anak makan. Keluarga Tn. J.H mengatakan mereka tidak pernah menyerah
terhadap masalah yang di alami oleh anak mereka dan mereka selalu memberi
dukungan menjaga dan merawat anak A. H dan mereka selalu berdoa untuk kesehatan
anak A.H dan semua anggota keluarga mengatakan mereka selalu memberikan yang
terbaik untuk anak A.H
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Tn. J.H mengatakan mereka tidak mengetahui cara merawat dan mencegah
stunting pada anak A.H dan keluarga Tn. J.H rajin membawa anaknya ke posyandu
untuk melakukan penimbangan berat badan.
d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi
lingkungan rumah yang sehat
Keluarga Tn. J.H mengatakan terus memperhatikan terhadap lingkungan di sekitar
rumah dan memelihara dengan baik setiap peralatan ataupun kebutuhan lainnya yang
tidak ada di lingkungan rumah. Keluarga Tn. J.H berkerjasama untuk memelihara
dan meningkatkan lingkungan rumah dan memastikan lingkungan rumah aman bagi
kesehatan keluarga dan mengetahui cara pencegahan penyakit dari masalah kesehatan
yang berhubungan dengan lingkungan karena itu keluarga selalu berusaha agar rumah
dalam keadaan rapi, bersih dan tidak berceceran.
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan
Keluarga Tn. J.H mengatakan mereka jarang melalukan pemeriksaan diri di
puskesmas jika diri mereka sakit baru pergi ke puskesmas melakukan pemeriksaan
dan juga tempat puskesmas jauh dari rumah sekitar 2 kilo. keluarga mengatakan untuk
anak. A.G mereka membawa setiap bulan ke posyandu untuk melakukan
penimbangan berat badan.
VII. Stres dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek dan panjang
Keluarga Tn. J.H mengatakan bahwa dirinya tidak mengalami stressor jangka
pendek adalah kebutuhan sehar-hari mereka sering mengalami kekurangan
makan-makanan seperti sayur dan juga lauk.
2. Kemampuan keluarga berespons terhadap stressor
Keluarga Tn. J.H mengatakan mereka akan bersepon dengan berdoa dan memnita
pertolongan pada tuhan agar penyakit yang di alaminya cepat sembuh.
VIII. HARAPAN KELUARGA
- Harapan terhadap penyakit yang di derita :
Dengan adanya informasi yang di jelaskan bisa membantu dan menolong keluarga
dengan berbagai masalah kesehatan.
I. KRITERIA KEMANDIRIAN KELUARGA
No Kriteria
Menerima petugas perawatan kesehatan
Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai dengan yang
dianjurkan
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
Melakukan tindakan promotif secara aktif

Kesimpulan :
Kemandirian Keluarga Tingkat 1 : jika memenuhi kriteria 1 dan 2

Kemandirian Keluarga Tingkat 2 : jika memenuhi kriteria 2 sampai 5

Kemandirian Keluarga Tingkat 3 : jika memenuhi kriteria 1 sampai 6

Kemandirian Keluarga Tingkat 4 : jika memenuhi kriteria 1 sampai.


V. Pengkajian Fisik anggota keluarga yang sakit
Nama Individu yang sakit : Tn.A.N

Keadaan Sirkulasi/ Cairan Perkemihan Pernapasan : Tidak


Umum: ÿ Edema ÿ Bunyi Pola BAK 4-5x/hr. ada
Baik jantung:.... ÿ Hematuri ÿ ÿ Sianosis
Kesadaran : ÿ Asites ÿ Akral dingin Poliuria ÿ Sekret / Slym
Compos ÿ Tanda ÿ Oliguria
Perdarahan: ÿ ÿ Irama ireguler
mentis Tidak ada Disuria ÿ Wheezing
GCS : 15 purpura/ hematom/ ÿ Inkontinensia ÿ ÿ Ronki
E:4, M: 6 petekie/ hematemesis/ Retensi ÿ Otot bantu
V:5 melena/ epistaksis* ÿ Nyeri saat BAK : Tidak napas ..........
TD : - ÿ Tanda Anemia : Tidak ada ÿ Alat bantu
S:36,5 C, N:
o
ada ÿ Kemampuan BAK nafas.............
80x/M, Pucat/ Konjungtiva pucat/ : Mandiri/ ÿ Dispnea
P:20x/M Lidah pucat/ Bibir Bantu
ÿ Sesak
x/ menit. pucat/ Akral pucat* sebagian/tergantung
ÿ Stridor
ÿ Takikardia ÿ Tanda Dehidrasi: Tidak *
ÿ Krepirasi
ÿBradikardia ada ÿ Alat bantu:
ÿTubuh mata cekung/ turgor Tidak/Ya*……… 
teraba kulit Gunakan
hangat berkurang/ bibir kering. Obat :Tidak/Ya*...
ÿ Menggigil ÿ Pusing ÿ  Kemampuan
Kesemutan BAB :Mandiri/
ÿ Berkeringat ÿ Rasa Bantu
Haus sebagian/tergantung
ÿ Pengisian kapiler > 3 * 
detik Alat bantu:
Tidak/Ya*...

Pencernaan Muskuloskeletal Neurosensori


Fungsi Penglihatan : ........... Fungsi perabaan :
 Mual  Tonus otot :........... ..............
Muntah  Kontraktur ÿ Buram ÿ Kesemutan pada
  Fraktur ……..
Kembun Nyeri otot/tulang* ÿ Tak bisa melihat ÿ Kebas pada .............
g Drop Foot Lokasi ÿ Alat bantu ......... ÿ Disorientasi ÿ
Nafsu ……...........… Parese
Makan : Tremor Jenis …...…...... ÿ Visus ………........ ÿ Halusinasi ÿ
Berkurang ….. Disartria
/Tidak* Malaise / fatique Fungsi pendengaran : ÿ Amnesia ÿ
 Sulit  Atropi Paralisis
Menelan Kekuatan otot: ÿ Kurang jelas ÿ Refleks patologis ……
 Disphagia ÿ Tuli ÿ Kejang : sifat ……..
 Bau Nafas lama ..……
 Kerusakan ÿ Alat bantu
gigi/gusi/ frekwensi ....................................
lidah/ger  Postur tidak normal : ÿ Tinnitus Fungsi Penciuman
aham/rah Tidak ada Fungsi Perasa ÿ Mampu
ang/palat  RPS Atas : bebas/ ÿ Mampu ÿ Terganggu
um* terbatas/ ÿ Terganggu
ÿ Distensi kelemahan/kelumpuhan
Abdome (kanan / kiri)* Kulit
n  RPS Bawah ÿ Jaringan parut ÿ Memar ÿ Laserasi ÿ
ÿBising :bebas/terbatas/ Ulserasi ÿ Pus ………
Usus: kelemahan/kelumpuhan ÿ Bulae/lepuh ÿ Perdarahan bawah ÿ
15 x/mnt (kanan / kiri)* Krustae
ÿ Konstipasi ÿ Berdiri : Mandiri/ Bantu ÿ Luka bakar Kulit ...... Derajat ...... 
ÿ sebagian/tergantung* Perubahan warna…….
Diare ..... ÿ Berjalan : Mandiri/ ÿ Decubitus: grade … Lokasi ………..….
..x/hr Bantu Tidur dan Istirahat
ÿHemoroid, sebagian/tergantung* ÿ Susah tidur
grade ..... ÿAlat Bantu : ÿ Waktu tidur 6-8 jam/hri
............... Tidak/Ya*.............. ÿBantuan obat: Tidak ada
.
ÿ Teraba ÿNyeri :
Masa Tidak/Ya*...................
abdomen ....
.........
 Stomatitis
ÿ
Warna ...
...............
.
ÿ Riwayat
obat
pencahar
.........
ÿ Maag
 Konsistensi ..........
Diet Khusus:
Tidak/Ya
*.....
ÿ Kebiasaan
makan-
minum :
Mandiri/
Bantu
sebagian/
Tergantu
ng*
ÿAlergi
makanan
/minuma
n: Tidak
ada
ÿAlat bantu:
Tidak/Ya*......
Mental Komunikasi dan Budaya Kebersihan Perawatan Diri Sehari-
ÿ Cemas ÿ Interaksi dengan Diri hari
ÿDenial Keluarga :  Gigi-Mulut  Mandi : Mandiri/ Bantu
ÿMarah Baik/ kotor sebagian/tergantung*

ÿ Takut tehambat* ..................  Mata kotor   Berpakaian : Mandiri/

ÿ Putus .... Kulit kotor Bantu

asa ÿ Berkomunikasi :  sebagian/tergantung*

ÿDepresi Lancar/ Perineal/ge  Menyisir Rambut :


terhambat* ............... nital kotor Mandiri/
ÿ
ÿ Kegiatan sosial sehari-  Hidung kotor Bantu
Rendah
hari :  Kuku sebagian/tergantung*
diri ÿ
.......................................... kotor
Menarik
....................................  Telinga kotor
diri
..........................  Rambut-
ÿ
Agresif Kepala

ÿPerilak kotor

u
kekerasa
n
ÿ Respon pasca
trauma .....
ÿ Tidak mau melihat
bagian
tubuh yang rusak
ANALISA DATA
No Data-data Etiologi Masalah
1. Ds: Kurang terpapar Defisit pengetahuan
1. Keluarga Tn. J.H informasi pada keluarga.
mengatakan tidak
mengetahui masalah
kesehatan stunting.
2. Keluarga Tn. H.J
mengatakan mereka tidak
mengetahui cara merawat.
dan mencegah masalah
kesehatan dengan stunitng.
3. Keluarga Tn. J.H
mengatakan bahwa dirinya
hanya berpendidikan SD.
Do:
1. Keluarga Tn. J.H tampak
kebingunan dan tidak bisa
menjawab setelah di tanya.
2. Tidak mampu dengan biaya
hanya kurang dari 1 juta
dalam 1 bulan.
3. Jarak ke puskesmas 2 kilo.

2. Ds: ketidakmampuan Kesiapan peningkatan


Keluarga Tn.J.H keluarga merawat koping keluarga
mengatakan akan anggota keluarga
memperhatikan anak A.G
dalam pola makan.
Do:
1. mengkolaborasi bersama
mahasiswa dengan
keluarga dengan baik.
2. Keluarga mampu menerima
informasi yang telah di
berikan oleh mahasiswa.
2.Diagnosa Keperawatan
1) Defisit pengetahuan pada keluarga berhubungan dengan kurang terpapar
informasi

2) Kesiapan peningkatan koping keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga merawat anggta keluarga.

3. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan/luaran Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1. Defisit pengetahuan TUK 1 :Mengenal masalah Edukasi proses penyakit
pada keluarga kesehatan, pengetahuan dan perilaku Kode : I. 12444
berhubungan dengan sehat. Tindakan :
kurang terpapar Setelah di lakukan tindakan keperawatan
Observasi
informasi selama 2 kali kunjungan tingkat 1.Identifikasi kesiapan dan
pengetahuan meningkat dengan kriterial kemampuan menerima informasi
hasil : Terapeutik
Kode : L. 12111 1.Mediakan materi dan media
1.Kemampuan menjelaskan pengetahuan pendidikan kesehatan
meningkat. 2.Memberikan kesempatan untuk
2.Perilaku sesuai dengan anjuran bertanya.
meningkat. Edukasi
1.Jelaskan penyebab dan faktor risiko
penyakit
2.Jelaskan tanda dan gejala yang di
timbulkan oleh penyakit.
3.Ajarkan cara meredakan atau
mengatasi gejala yang di rasakan.
4. Edukasi cara mengolah kelor
2. Kesiapan TUK 2 : Memutuskan setelah dilakukan Promosi kesiapan penerimaan
peningkatan koping tindakan 2 kali yang tepat status koping informasi keluarga
keluarga keluarga dengan kriterial hasil Kode : I.12470
berhubungan dengan Kode : L. 09088 Tindakan
ketidakmampuan 1.Memampuan memenuhi kebutuhan Observasi :
keluarga merawat keluarga sangat baik. 1.Identifikasi yang akan di sampaikan.
anggta keluarga. 2.komitmen pada perawatan/pengobatan 2.Identifikasi pemahaman tentang
meningkat. kondisi kesehatan saat ini.
3.Kekhawatiran tentang anggota keluarga 3.Identifikasi kesiapan menerima
menurun. informasi
Terapeutik :
1.Lakukan penguatan potensia
keluarga untuk menerima informasi.
2.Libatkan pengambil keputusan
dalam keluarga untuk menerima
informasi.
Edukasi :
1.Memberikan informasi beruapa alur,
leaflet atau gambar untuk
memudahkan keluarga untuk
mendapatkan infromasi kesehatan.
2. Edukasi cara mengolah kelor

4. Implementasi dan evaluasi keperawatan


No Diagnosa Hari/tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan Jam Keperawatan Keperawatan
1 Defisit pengetahuan pada Selasa, 14- 1. Memberikan S : keluarga Tn. J.H
keluarga berhubungan 03-2023 penyuluhan tentang mengatakan sudah
dengan kurang terpapar 10:00 masalah kesehatan mengerti tentang
informasi stunting kepada penjelasaan yang
keluarga Tn.J.H diberikan.
yaitu menjelaskan : O : Tn. J.H tampak
Pengertian stunting, mengangguk dan aktif
penyebab stunting, bertanya
tanda dan gejala A : Masalah teratasi
Stunting, cara P : Intervensi
mencegah stunting diberhentikan.
dan penangan
stunting.
2. Mengidentifikasi
kesiapan dan
kemampuan
menerima informasi.
3. Menyediakan materi
dan media pendidikan
kesehatan.
4. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya.

2. Kesiapan peningkatan Selasa, 21- 1. Menjelaskan cara S : keluarga Tn. J.H


koping keluarga 03-2023 mengolah kelor, mengatakan sudah
berhubungan dengan 17:00 tujuan dan manfaat mengerti tentang
ketidakmampuan kelor. penjelasaan yang
keluarga merawat 2. Mengajarkan cara diberikan dan juga
anggta keluarga. mengolah kelor. sudah mengerti cara
3. Mengajarkan cara mengolah kelor yang
memetik kelor. baik dan benar.
4. Memberikan O : keluarga Tn. J.H
kesempatan untuk tampak mengangguk
bertanya. dan aktif bertanya.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi
diberhentikan.

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keluarga merupakan tempat dimana individu tumbuh, berkembang dan belajar
mengenai nilai-nilai yang dapat membentuk kepribadiannya kelak. Proses belajar
tersebut berjalan terus-menerus sepanjang individu tersebut hidup. Ahmadi
mengemukakan bahwa, keluarga adalah wadah yang sangat penting diantara individu
dan grup, dan merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak-anak menjadi
anggotanya, keluarga sudah barang tentu yang pertama-tama pula menjadi tempat untuk
mengadakan sosialisasi kehidupan anak-anak.
Stunting pada anak bisa mengganggu perkembangan mereka bahkan bisa
meningkatkan resiko kematian pada anak. Stunting adalah gangguan perkembangan
anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan yang
berlangsung lama.  Stunting menyebabkan perkembangan otak serta tumbuh kembang
terhambat. Anak yang menderita stunting umumnya bertubuh lebih pendek dari anak
pada umumnya.
Diagnosa yang muncul pada masalah kesehatan keperawatan keluarga yaitu
defisit keluarga berhubungan dengan kurang terpapar informasi dan Kesiapan
peningkatan koping keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggta keluarga. Implementasi yang dilakukan yaitu memberikan penyuluhan tentang
stunting dan mengajarkan cara mengolah daun kelor kepada keluarga.

4.2 Saran
Diharapkan bisa lebih meningkatakan dan memperbaiki pola kebiasaan sehari-hari. Dan
bisa mencegah masalah kesehatan stunting.

DAFTAR PUSTAKA
1) Tim pokja sdki dpp ppni.2016. standar diagnosis keperawatan indonesia definisi dan
indikator giagnostik.edisi 1. Jakarta.
2) Tim pokja slki dpp ppni.2018.standar luaran keperawatan indonesia definisi dan
kriteria hasil keperawatan. Jakarta:DPP PPNI.
3) Tim pokja siki dpp ppn. 2018.standar intervensi keperawatan indonesia definisi dan
tindakan keperawatan. Jakarta:DPP PPNI.
4) Angkow, julia. 2014 . faktor –faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting
Diwilayah Kerja Puskesmas Bahu Kota Manando.
5) Aspiani, Reni Yudi. 2014. Buku ajar asuhan keperawatan gerontik, jilid 2. Trans
infamedia.
6) Black, Joycem. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC Gustin
2011. Pola makan sehari-hari penderita stunting.

Anda mungkin juga menyukai