Anda di halaman 1dari 11

Problema Based Learning Keperawatan HIV/AIDS

Sarjana Terapan Keperawatan

Kelompok 1
1. Adelia Bella Saputri
2. Fitri Yuliani
3. Seftiani Tambang Kurnia
4. Okta Pitriyani
5. Sri Indah Mentari
6. Yulia Putri Arinda

Kasus 1

Seorang lelaki berusia 26 tahun, telah menikah selama 2 tahun, belum memiliki keturunan, pendidikan sarjana, pekerjaan wiraswasta, alamat Mampang Jakarta. Pasien
tinggal dirumah orang tuanya bersama dengan istri.

Sebelum sakit pasien bekerja di percetakan, tidak pernah olah raga rutin. Pasien tidak terbiasa makan pagi. Pasien terbiasa minum kopi 2 cangkir/hari, merokok 1 – 2
pak/hari, mengunakan alkohol dan narkotika suntik jenis putau dengan frekuensi 1 – 2 x/minggu. Pasien mengatakan bahwa ia juga menganut seks bebas dengan pekerja
seks komersial dan dengan beberapa pasangan terdahulu sebelum menikah.

Selama sakit di rumah, pasien tidak bekerja, tidak mampu melakukan aktifitas diluar rumah. Kebiasaan merokok, alkohol, narkotika dan kegiatan seks berhenti. Di rumah sakit
pasien bedrest.

Saat masuk rumah sakit (MRS) pasien lemas seluruh badan selama 3 hari, pasien tidak mau makan karena mual dan muntah, batuk-batuk dan demam naik turun. Dada
terasa sakit sewaktu batuk tetapi tidak sesak. 1 hari sebelum MRS pasien mengalami penurunan kesadaran, seperti ngantuk, sulit berkomunikasi, ngompol dan diare ± 10
x/hari, mengeluh pusing dan pingsan sepulang pengobatan alternatif kemudian pasien langsung dibawa ke IGD RSCM oleh ayah dan istrinya. Berat badan turun drastis,
keluarga tidak tahu berapa kg tetapi saat ini pasien sangat kurus. Saat MRS, tanda vital tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, suhu
37.9C, demam, pasien tampak mual, nyeri kepala berdenyut. Status neurologis GCS E:3/V:afasia/M:5, pupil bulat isokor Ø 3/3 mm,RCL +/+,RCTL +/+, kaku kuduk ada,
tanda lasage<70/<70, tanda Kernig <135/<135, Nervus kranial parise N VII sinistra sentral, otonom inkontinensia uri, motorik kesan hemiparase, reflek fisiologis ++/++, reflek
patologis +/+, sensorik belum dapat dinilai.

Selanjutnya dilakukan pengkajian keperawatan dandiperoleh data tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 100 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit, suhu 38,5C, status
generalis pada kepala dalam batas normal (dbn), mata konjunktiva pucat, sklera ikterik, leher tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, telinga dbn, hidung dbn,

Ns. Idramsyah, S.Kep. 1


Problema Based Learning Keperawatan HIV/AIDS
Sarjana Terapan Keperawatan

tenggorok dbn, terdapat plak putih tersebar dalam rongga mulut, jantung dbn, paru vesikuler, ronchi +/+, whezing -/-, abdomen lemas, terdapat nyeri tekan, bising usus dbn,
ekstremitas hemiparese dan tidak terdapat odema, kulit pada daerah tertekan tampak terjadi erupsi terutama pada sakrum terdapat erupsi epidermis sekitar 5x5 cm. Status
neurologis GCS E:3/V:4/M:5, pupil isokor Ø 4 mm,RCL +/+,RCTL +/+, kaku kuduk ada, tanda lasage<70/<70, kernig <135/<135, Nervus kranial parese N VII sinistra sentral,
otonom inkontinensia uri, terpasang kateter, motorik hemiparase, reflek fisiologis ++/++, reflek patologis +/+, sensorik belum dapat dinilai. Aktifitas bedrest, miring kiri-kanan
dibantu, ROM terbatas/pasif, gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri, identitas diri tidak dapat dinilai, psikologis tidak dapat dinilai.

Selama dirawat pasien mendapatkan O2 2 ltr/mnt, terpasang NGT untuk memasukkan cairan dan nutrisi cair, obat anti jamur 2-3 tetes 3 x/hari, New Diatab 3 x 2 tablet yang
dihaluskan. Pemeriksaan laboratorium, T Helper (CD4+) 45. CT-scan kepala diperoleh hasil sugestif toxoplasmosis dengan ventrikulomegali, pasien mendapatkan terapi
antiretroviral (ARV) Neviral, Hiviral dan Staviral. Selain itu pasien mendapat streptomisin, etambutol, dan klindamisin.

1. Identifikasi Factor Risikotertularnya HIV AIDS pada Tn. WR


JAWAB:
Seks bebas dengan pekerja seks komersial dan dengan beberapa pasangan terdahulu sebelum menikah. pemakaian narkotika jenis putau

2. Identifikasi klasifikasi HIV/AIDS yang dialami Tn. WR berdasarkan klasifikasi kombinasi CD4+ dengan Kondisi Klinis.
JAWAB:
klasisifkasi hiv B3, di karenakan gejala yg muncul menunjuk ke tanda gejala kondisi klinis B , dan di kategori 3 di karenakan jumlah Cd4 nya <200

3. Identifikasi Infeksi Oportunistikyang terjadi pada kasus HIV AIDS diatas dan klasifikasikan berdasarkan system organ yang terganggu!
JAWAB:
 Gangguan pada organ Hati ditunjukkan dengan konjungtiva mata pucat, sklera ikterik
 Candidiasis oral ditunjukkan dengan terdapat nya plak putih yang tersebar dalam rongga mulut Tn.WR
 Diare, organ yang terganggu sistem pencernaan ditunjukkan dengan frekuensi BAB 10x/hari dan perut lemas
 Gangguan pada sistem saraf dan pembesaran pada salah satu ruang otak yang ditunjukkan dengan hasil CT-SCAN kepala dan tanda Laseque positif <70/<70
 Meningitis organ yang terganggu otak ditunjukkan dengan kaku kuduk, tanda kernig positif <135/<135

Ns. Idramsyah, S.Kep. 2


Problema Based Learning Keperawatan HIV/AIDS
Sarjana Terapan Keperawatan

4. Buat Patofisiologi kasus HIV-AIDS diatas secara lengkap


1. PATHWAYS HIV
Hubungan seks bebas,pengguna narkotika suntik

Merusak seluler

Menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4

Mengikat CD4

Memiliki sel target dan memproduksi virus

Sel limfosit T4 tidak dapat berkembang

Imunitas Tubuh Menurun

Infeksi Oppurtunistik

Sistem pernapasan Sistem pencernaan Sistem integumen Sistem


neurologis

Suara paru Infeksi jamur Peradangan kulit


Ns.ronchi
Idramsyah, S.Kep. Peradangan mulut Infeksi SSP 3
onronchi Mual
Peristaltik
Problema Based Learning Keperawatan HIV/AIDS
Sarjana Terapan Keperawatan

5. Identifikasi pengkajian keperawatan diatas (gunakan Pola Gordon), lakukan analisa data (P-E-S) terhadap data senjang yang ditemukan

NO DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH


.

Ns. Idramsyah, S.Kep. 4


Problema Based Learning Keperawatan HIV/AIDS
Sarjana Terapan Keperawatan

1. DS: Penurunan energi Pola Napas


1. Pasien mengatakan sesak Tidak Efektif
2. Pasien mengatakan lelah

DO
1. Pola napas abnormal; (takipnea)
2. Rr didapatkan 28x/menit
3. Terpasang oksigen 2L/menit
4. Ronchi

2. DS: faktor psikologis Defisit Nutrisi


1. Nafsu makan menurun yaitu keengganan
2. Kram/nyeri abdomen untuk makan
DO
1. Berat badan menurun minimal 10% dibawah
rentang ideal
2. Membran mukosa pucat
3. Diare
4. Otot pengunyah lemah

Ns. Idramsyah, S.Kep. 5


Problema Based Learning Keperawatan HIV/AIDS
Sarjana Terapan Keperawatan

5. Susun diagnose keperawatan berdasarkan priorotas


NO.
DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL MASALAH MUNCUL
1. Pola Napas Tidak Efektif
Berhubungan dengan penurunan energi

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis yaitu


keengganan untuk makan

Ns. Idramsyah, S.Kep. 6


Problema Based Learning Keperawatan HIV/AIDS
Sarjana Terapan Keperawatan

Ns. Idramsyah, S.Kep. 7


Problema Based Learning Keperawatan HIV/AIDS
Sarjana Terapan Keperawatan

6. Susun intervensi keperawatan untuk 2 diagnosa utama pada kasus di atas.


INTERVENSI KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN RASIONAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN /KRITERIA HASIL
(Nursing Intervention
(Nursing Outcome Clasification/NOC)
Clasification/NIC)
1. Diagnosa : Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan intervensi keperawatan NIC/SIKI: Manajemen Jalan 1. Mengetahui
Berhubungan dengan penurunan selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien: Nafas perkembangan
energi NOC/SLKI: Pola Napas Aktivitas Keperawatan: mengenai pola
Membaik .................................................... napas pasien
DS: .............. Observasi yang meliputi
1. Pasien mengatakan sesak  dipertahankan di level ...5.. 1.Monitor pola napas (frekuensi, frekuensi,kedalam
2. Pasie  ditingkatkan ke level ...5.. kedalaman, usaha napas) an dan usaha
n mengatakan lelah Keterangan level: 2.Monitor bunyi napas tambahan napas
 1: .Meningkat (mis. Gurgling, mengi, weezing, 2. Untuk mengetahui
DO  2: Cukup Meningkat ronkhi kering) apakah ada bunyi
1. Pola napas abnormal;  3. Sedang napas tambahan
(takipnea)  4. Cukup menurun Terapeutik pada pasien
2. Rr didapatkan 28x/menit 3.Pertahankan kepatenan jalan 3. Agar pasien tidak
 5. Menurun
3. Terpasang oksigen 2L/menit napas dengan head-tilt dan chin- merasa sesak
Dengan Kriteria hasil:
4. Ronchi lift (jaw-thrust jika curiga trauma 4. Untuk
1. Dispnea menurun
cervical) memudahkan
4.Posisikan semi-Fowler atau pasien dalam
 dipertahankan di level ..5...
Fowler bernapas
 ditingkatkan ke level ...5.. 5.Berikan minum hangat 5. Untuk
Keterangan level: 6.Lakukan fisioterapi dada, jika memudahkan
 1: .Memburuk perlu dalam bernapas
 2: Cukup Memburuk 7..Berikan oksigen, jika perlu dan
 3. Sedang mengencerkan
 4. Cukup membaik Edukasi secret jika ada
 5. Membaik 8.Anjurkan asupan cairan 2000 6. Untuk membantu
Dengan Kriteria hasil: ml/hari, jika tidak kontraindikasi. melakukan batuk

Ns. Idramsyah, S.Kep. 8


Problema Based Learning Keperawatan HIV/AIDS
Sarjana Terapan Keperawatan

1. Frekuensi napas membaik efektif


Kolaborasi 7. Untuk mengurangi
9.Kolaborasi pemberian sesak pada
bronkodilator, ekspektoran, pasien
mukolitik, jika perlu 8. Untuk membantu
memenuhi
asupan cairan
pada pasien
9. Untuk membantu
pasien dalam
bernapas jika
tidak ada oksigen

Ns. Idramsyah, S.Kep. 9


Problema Based Learning Keperawatan HIV/AIDS
Sarjana Terapan Keperawatan

INTERVENSI KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN /KRITERIA HASIL RASIONAL
(Nursing Intervention
(Nursing Outcome Clasification/NOC)
Clasification/NIC)
2. Diagnosa : Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan NIC/SIKI: Manajemen Nutrisi Mengetahui
dengan faktor psikologis yaitu selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien: Aktivitas Keperawatan: perkembangan
keengganan untuk makan NOC/SLKI: Status Nutrisi mengenai status
Membaik .................................................... Observasi nutrisi
DS: .............. 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk mengetahui
1. Nafsu makan menurun  dipertahankan di level ...5.. 2. Identifikasi alergi dan apakah ada alergi
2. Kram/nyeri abdomen  ditingkatkan ke level ...5.. intoleransi makanan terhadap jenis
DO Keterangan level: 3. Identifikasi makanan yang makanan tertentu
1. Berat badan menurun minimal  1: Menurun disukai 2. Agar meningkatkan
10% dibawah rentang ideal  2: Cukup menurun 4. Identifikasi kebutuhan kalori nafsu makan pasien
2. Membran mukosa pucat  3. Sedang dan jenis nutrient 3. Untuk mengetahui
3. Diare  4. Cukup Meningkat 5. Identifikasi perlunya kebutuhan pasien
penggunaan selang nasogastrik sesuai terapi yang
 5. Meningkat
5. Monitor asupan makanan dijalani
Dengan Kriteria hasil:
6. Monitor berat badan 4. Untuk menjaga
1. Porsi makan yang dihabiskan
7. Monitor hasil pemeriksaan kebersihan dan
meningkat
laboratorium kenyaman oral
Terapeutik pasien
 dipertahankan di level ..5...
8. Lakukan oral hygiene sebelum 5. Untuk membantu
 ditingkatkan ke level ...5.. makan, jika perlu meningkatkan nafus
Keterangan level: 9. Fasilitasi menentukan makan pasien
 1: .Memburuk pedoman diet (mis. Piramida 6. Untuk membantu
 2: Cukup Memburuk makanan) pasien memenuhi
 3. Sedang 10. Sajikan makanan secara kebutuhan kalori
 4. Cukup membaik menarik dan suhu yang sesuai 7. Untuk membantu
 5. Membaik 11. Berikan makan tinggi serat dalam pemenuhan
Dengan Kriteria hasil: untuk mencegah konstipasi nutrisi pasien
1. Nafsu makan membaik 12. Berikan makanan tinggi kalori 8. Untuk mengetahui

Ns. Idramsyah, S.Kep. 10


Problema Based Learning Keperawatan HIV/AIDS
Sarjana Terapan Keperawatan

2. Membran mukosa membaik dan tinggi protein diet yang baik untuk
13. Berikan suplemen makanan, pasien menurut
jika perlu piramida makanan
 dipertahankan di level ..5... 14. Hentikan pemberian makan 9. Untuk meningkatkan
 ditingkatkan ke level ...5.. melalui selang nasigastrik jika selera makan
Keterangan level: asupan oral dapat ditoleransi pasien
 1: .Meningkat Edukasi 10. Agar diare pasien
 2: Cukup Meningkat 15. Anjurkan posisi duduk, jika berkurang
 3. Sedang mampu 11. Untuk meningkatkan
 4. Cukup menurun 16. Ajarkan diet yang energi dan
diprogramkan kebutuhan kalori
 5. Menurun
Kolaborasi dan protein pasien
Dengan Kriteria hasil:
17. Kolaborasi pemberian 12. Untuk membantu
1. Diare menurun
medikasi sebelum makan (mis. pemenuhan nutrisi
2. Nyeri abdomen menurun
Pereda nyeri, antiemetik), jika 13. Agar pasien
perlu terhindar dari infeksi
18. Kolaborasi dengan ahli gizi pada sistem
untuk menentukan jumlah kalori pencernaan
dan jenis nutrient yang 14. Menghindarkan
dibutuhkan, jika perlu pasien dari tersedak
15. Untuk mengontrol
asupan yang masuk
ke tubuh
16. Untuk keyamanan
pasien
17. Untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan pasien.

Ns. Idramsyah, S.Kep. 11

Anda mungkin juga menyukai