Tn.A (58 tahun) dirawat di ICU dengan diagnosis medis Penurunan Kesadaran
Ensefalopati metabolik dd Lesi intracranial dd Stroke, iskemi yang meluas, pneumonia,
ketosis DM .
Pasien merupakan pindahan dari UGD dengan keluhan penurunan kesadaran 3 jam
sebelum pasien masuk RS. Pasien tidak sadar saat dirumah setelah jatuh dari tempat
tidur. Sebelum pasien tidak sadarkan diri, pasien sempat mengeluh pusing berputar mulai
dari 14 jam sebelum masuk RS. Pasien juga sempat mengeluh bibirnya agak miring dan
muntah 1x.
Hasil CT-Scan
Kortikal suci dan fissure sylvii melebar, diferensiasi dan white matter baik, tak tampak
lesi hipo/hiperdensintraparenkimal hemisfer cerebri kanan-kiri, basal ganglia, kapsula
interna dan thalamus baik, tak tampak pergeseran garis tengah, sistem ventrikel dan
system sisterna sedikit melebar, sella dan parasella baik. Infratentorial : pons, cerebelum,
dan CPA tidak tampak kelainan, sinus paranasal yang tervisualisasi tidak berselubung,
pneumatisasi mastoid baik, kedua orbitasimetris.
Hasil : atrofi cerebri ringan
Pasien mendapatkan terapi : IVFD NaCl 0,9%, Omefrazol (OMZ) 2x40 mg,
Ondansentron 3x4 mg, Citicolin 2x500 mg, Combivent, Pulmicort via nebulizer,
Colopidogrel 1x75 mg, Acetylcysteine 3x200 mg, Vascon : 8mg, Dobutamin 500 mg,
Gelofusin 500cc/24 jam.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DI ICU
A. Pengkajian
A. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Jl. Limo Raya
Suku/ Bangsa : Betawi
Tanggal Masuk RS : 01-10-2020
Tanggal Pengkajian : 01-10-2020
Diagnosa Medis : Penurunan Kesadaran Ensefalopati metabolic dd Lesi
intracranial dd Stroke, iskemi yang meluas, Pneumonia,
Ketosis DM
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh pusing berputar, dan bibirnya agak miring serta muntah 1x 14 jam
sebelum masuk RS
C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: tingkat kesadaran koma
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan Darah
Sistolik : 140 mmHg
Diastolik : 67 mmHg
MAP : 91 mmHg
Heart Rate : 107 x/menit
Respirasi : 15 x/menit on ventilator dengan mode Volume Control
2) Suhu : 36,5˚C
3) GCS : E1M1VETT
2) Sistem Pernapasan
Inspeksi: pergerakan dada statis dan dinamis, ukuran dada simetris.
Palpasi: nyeri dada ketika menarik nafas.
Perkusi: sonor di kedua lapang paru.
Auskultasi: suara nafas ronkhi (+) basah halus dikedua basal paru.
3) Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi: terdapat pembengkakan
Palpasi: terdapat pembengkakan
Perkusi: dullnes
Auskultasi: detak jantung tidak beraturan
4) Sistem Pencernaan
Inspeksi: asites, tidak ada lesi.
Palpasi: terdapat nyeri tekan, hepar teraba, permukaan licin.
Perkusi: sonor
Auskultasi: bising usus 9x/menit
5) Sistem Perkemihan
Inspeksi
a. Peradangan/Warna kemerahan : tidak ada
b. Cairan yang keluar : 80 ml/jam
c. Hernia : tidak ada
d. Kateter : terpasang
6) Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas Superior: kuku pucat, akral dingin, CRT >2 detik.
Ekstremitas Inferior : deformitas (-), pucat, akral dingin.
7) Sistem Integumen
Kulit
Inspeksi
1. Warna : sawo matang, sedikit pucat
2. Turgor kulit : tidak elastis
3. Kelembaban : (-)
4. Lesi : tidak ada
5. Suhu : 36,5˚C
Kuku
1. Bentuk : normal
2. Warna kuku : pucat
3. CRT : >2 detik
Palpasi
Menekan kuku dengan ibu jari : tidak ada nyeri
d. Aspek Psikologis
Penyakit yang dialami klien, membuatnya tidak bisa beraktivitas seperti biasa.
e. Aspek Sosial
Hubungan pasien di masyarakat cukup baik. Pasien sering mengikuti kegiatan di RT-
nya.
f. Asek Spiritual
Sebelum sakit, pasien aktif di pengajian.
D. Data Penunjang
a. Data Laboratorium (Hematologi, Anilisis gas darah arteri, dll)
E. Penatalaksanaa Medis
a. IVFD NaCl 0,9% 500cc
b. Omeprazol 2x4 mg
1) Dosis :
Formulasi omeprazole yang tersedia dalam bentuk tablet, kapsul dan injeksi, cara
mengonsumsi, cara penyimpanan, dan kombinasi dengan obat lain. Omeprazole
tersedia dalam bentuk sediaan kapsul 20 mg dan injeksi 40 mg/10 mL. Dosis
pemberian obat 40 mg per oral, sekali sehari, selama 4-8 minggu untuk ulkus
lambung dan setengahnya untuk ulkus duodenum.
2) Indikasi :
Indikasi omeprazole di antaranya untuk ulkus lambung dan duodenum.
3) Kontraindikasi:
Kontraindikasi omeprazole jika terjadi reaksi alergi terhadap obat. Peringatan
untuk tidak menggunakan omeprazole dalam jangka panjang dan observasi
terhadap efek samping obat, khususnya pada pengguna obat yang memiliki
penyakit jantung, hepar, osteoporosis, osteopenia, atau hipomagnesemia.
4) Efek samping obat :
Efek samping omeprazole yang bersifat serius adalah peningkatan risiko terkena
pneumonia, hipomagnesemia, kolitis akibat Clostridium difficile, serta nefritis
interstitial akut. Efek samping umum omeprazole berupa mual, muntah, diare,
sakit kepala, pusing, nyeri abdomen, serta rasa kembung.
c. Ondancentron 3x4 mg
1) Indikasi / Manfaat / Kegunaan :
Penanggulangan mual dan muntah karena kemoterapi, radiotrapi, dan operasi
2) Dosis:
Dewasa: 8 mg secara injeksi intra vena lambat sebelum pengobatan. Untuk
mencegah efek "delayed" emesis, dosis harus dilanjutkan secara oral 8 mg 2 kali
sehari selama 5 hari. Anak: 5mg/ml dosis tungga, segera sebelum kemoterapi,
lalu dilanjutkan dengan 4 mg peroral tiap 12 jam selama 5 hari.
3) Efek Samping:
Sakit kepala, konstipasi, rasa panas pada kepala dan epigastrum, sedasi dan diare.
4) Kontraindikasi:
Pasien dengan sindrom QT panjang bawaan, hipersensitivitas
d. Citicolin
1) Manfaat : Meningkatkan daya ingat.
Mempercepat masa pemulihan akibat stroke,Stroke, cedera kepala, atau penyakit
Parkinson
2) Dosis :
Tablet : Dewasa: 200-600 mg yang dibagi ke dalam beberapa dosis dalam satu
hari
Suntik Dewasa: maksimal hingga satu gram per hari
3) Efek samping :
Insomnia.
Sakit kepala.
Diare.
Tekanan darah rendah atau hipotensi.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Mual.
Penglihatan terganggu.
Sakit di bagian dada.
4) Kontraindikasi : Hipersensitivitas dan Hipertonia pada sistem saraf parasimpatik.
e. Combivent
1) Manfaat : Meredakan keluhan dan mencegah munculnya gejala akibat penyempitan
saluran pernapasan pada penderita PPOK dan asma
2) Dosis :
Bentuk obat: UDV (unit dose vial)
Dosis awal: 1 unit dose vial (UDV). Dosis bisa ditingkatkan menjadi 2 UDV
tergantung keparahan gejala.
Dosis lanjutan: 1 UDV, 3-4 kali sehari.
3) Efek samping :
Sakit kepala
Pusing
Batuk
Mual
Muntah
Mulut kering
Gemetar (tremor)
Sembelit
Meskipun jarang, Combivent dapat menyebabkan efek samping yang serius, seperti:
Nyeri dada
Jantung terasa berdebar-debar atau berdetak tidak beraturan
Pernapasan terlalu cepat
Kebingungan
Penglihatan kabur
Kesulitan berkemih
4) Kontraindikasi : Penyakit jantung kardiomiopati obstruktif hipertrofik atau takiaritmia
f. Dobutamin adalah obat yang digunakan oleh penderita gagal jantung untuk
membantu jantung memompa darah ke seluruh tubuh.
1) Indikasi: pada keadaan dimana terjadi dekompensasi jantung akibat penurunan
kontraktilitas atau untuk melakukan dobutamine stress echocardiography
2) Kontraindikasi: pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap obat ini atau
komponen lainnya, dan pada pasien dengan idiopatik hipertrofi subaortik stenosis.
3) Dosis: 0,5-1 mcg/kgBB per menit, dapat ditingkatkan 2-20 mcg/kgBB per menit.
Dosis tidak lebih dari 40 mcg/kgBB per menit.
4) Efek samping yang mungkin terjadi setelah menggunakan dobutamin meliputi:
Demam.
Sakit kepala.
Mual dan muntah.
Kram kaki.
Nyeri dada.
Detak jantung cepat.
Pusing seperti ingin pingsan.
Sesak napas.
Mengi.
Tekanan darah tinggi, yang menimbulkan gejala berupa sakit kepala berat,
penglihatan kabur, telinga berdenging, kejang, kebingungan dan gelisah,
serta detak jantung yang tidak beraturan.
g. Clopidogrel
1) Manfaat : Mencegah stroke dan penggumpalan darah, terutama bila sebelumnya
pernah mengalami gangguan aliran darah, serangan jantung, angina pektoris, atau
menjalani pemasangan ring jantung
2) Dosis :
Bentuk obat tablet
Kondisi: angina dan non-ST-Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI)
Dosis awal adalah 300 mg satu kali sehari, diikuti dosis perawatan 75 mg satu kali
sehari. Lama pengobatan ditentukan oleh dokter.
Kondisi: ST-Elevation Myocardial Infarction (STEMI)
Dosis awal adalah 300 mg satu kali sehari (dapat berubah tergantung kondisi
pasien), diikuti dosis perawatan 75 mg satu kali sehari. Lama pengobatan
ditentukan oleh dokter.
Pemberian clopidogrel untuk kondisi ini dapat dikombinasikan dengan 75–325
mg aspirin satu kali sehari.
Kondisi: stroke iskemik, serangan jantung, penyakit arteri perifer 75 mg satu kali
sehari
3) Efek samping :
Diare
Mudah mengalami memar
Perdarahan yang sulit berhenti
Gangguan pencernaan
Nyeri perut
Segera temui dokter bila terjadi efek samping yang serius, seperti:
Muntah darah
Batuk berdarah
BAB berdarah
Kencing berdarah atau hematuria
Kulit atau bagian putih mata (sklera) menguning atau penyakit kuning
Tanda infeksi, seperti mudah lelah, demam atau sakit tenggorokan
4) Kontraindikasi : hipersensitivitas, perdarahan aktif seperti ulkus peptikum atau
perdarahan intrakranial, menyusui
h. Gelofusine adalah sediaan injeksi yang mengandung gelatin, mineral dan arang aktif.
Gelofusine berfungsi sebagai infus yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
volume pada keadaan jumlah darah yang menurun. Selain itu, Gelofusine juga
digunakan bersamaan dengan alat pencuci darah.
1) Dosis & Cara Penggunaan
Dosis: Dosis bersifat individual. IV Dws Kehilangan sedikit volume cairan &
volume sirkulasi sebelum & selama operasi Kehilangan volume cairan tubuh yang
lebih besar, onset syok 1,000-1,500 mL. Syok yang sudah berkembang penuh
Dosis hingga ≥2,500 mL tergantung dari volume cairan yang hilang.
2) Efek Samping
Efek samping yang mungkin terjadi selama pengunaan Gelofusine, antara lain
iritasi di daerah injeksi, mual muntah, diare, dan demam.
3) Kontraindikasi:
Hindari penggunaan Gelofusin pada pasien yang memiliki indikasi hipersensitif
atau alergi terhadap salah satu komponen produk ini.
4) Indikasi: Pengobatan & pencegahan hipovolemia absolut & relatif (misalnya syok
krn perdarahan, trauma, kehilangan darah pd pembedahan, luka bakar, sepsis).
k. Vascon
Norepinephrine adalah obat untuk menangani tekanan darah rendah parah yang
berpotensi mengancam nyawa. Kondisi ini dikenal dengan istilah syok, dan dapat
menyebabkan penurunan fungsi organ-organ tubuh, bahkan hingga tidak berfungsi sama
sekali. Dalam kondisi syok, khususnya akibat sepsis (reaksi tubuh terhadap infeksi yang
parah), norepinephrine diberikan agar pasokan darah menuju organ tubuh tetap terjaga.
Merek Dagang : Arespin, Epinor, Raivas, Vascon
1) Manfaat : mengatasi syok
2) Dosis :
Anak 0,05-0,1 mcg/kgBB/menit, diberikan melalui infus.Dosis maksimal: 1-2
mcg/kgBB/menit.
Dewasa 0,01-3 mcg/kgBB/menit, diberikan melalui infus.
3) Efek samping :
Bengkak dan memar di lokasi suntik
Sakit kepala
Gelisah
Gangguan irama jantung
Kematian jaringan
Sesak napas
4) Kontraindikasi: Hipertensi, kehamilan, laktasi. Hipotensi akibat defisit volume
sirkulasi.
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak berhubungan dengan Hipertensi, Penyakit
neurologis (stroke iskemi)
2. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif
(diuresis osmotic karena hiperglikemi)
3. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan Infeksi (Pneumonia)
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
NOC NIC
. Keperawatan
1. Ketidakefektifan 1. Perfusi Jaringan Serebral 1. Monitor neurologi
Perfusi Jaringan Tekanan darah normal - lakukan assesment neurologi
Otak (120/80-130/90 mmHg) secara komplit
berhubungan Status kesadaran dari koma - beri posisi untuk mencegah
dengan ke soporocoma aspirasi yaitu semifowler
Hipertensi, Reflex saraf tidak terganggu - pasang IV akses berdasar
Penyakit 2. Status Neurologi kebutuhan
neurologis Ukuran pupil dari teganggu - Cek AGD,glukosa dan darah
(stroke iskemi) jadi tidak terganggu (2-4 lengkap untuk memastikan perfusi
mm/2-4mm) normal ke otak
3. Keparahan hipertensi
2. Manajemen edema serebral
Tidak ada peningkatan
- batasi cairan
tekanan darah - sesuaikan pengaturan ventilator
Denyut jantung teratur untuk menjaga PaCO2 pada level
Tidak adanya keluhan yang ditentukan
pusing dan sakit kepala - monitor nilai lab : serum, urine,
natrium dan kalium
- lakukan ROM pasif
- monitor status neurologi dengan
ketat
- monitor TTV
- Monitor status pernafasan :
frekuensi, irama, kedalaman nafas,
PaO2, PCO2, pH, HCO3
3. Monitor ttv
- monitor TD, nadi, suhu, status
pernafasan
- Monitor warna kulit, suhu dan
kelembaban
- Monitor sianosis sentral dan
perifer
4. Manajemen pengobatan
kolaborasi :
- berikan obat clopidogrel sebagai
trombolitik
- berikan obat citicolin untuk
memperbaiki kerusakan di
pembuluh darah otak yang
mengalami gangguan
- berikan dobutamin untuk
membantu jantung memompakan
darah sampai ke pembuluh darah
otak yang terganggu
- berikan vascon untuk
meningkatkan tekanan darah
2. Kekurangan 1. Keseimbangan cairan 1. Manajemen elektrolit (2000)
Volume Cairan Turgor kulit - monitor nilai serum elektrolit
berhubungan Kelembapan membrane yang abnormal
dengan mukosa - monitor manifestasi
Kehilangan Hematocrit ketidakseimbangan elektrolit
cairan aktif Pusing - pertahankan kepatenan akses IV
(diuresis 2. Tanda-tanda vital - monitor kehilangan cairan yang
osmotic karena Nadi normal (60-100 kaya dengan elektrolit
hiperglikemi) x/menit)
2. Manajemen cairan
Tekanan darah normal
- jaga intake yang akurat dan catat
(120/80-130/90 mmHg)
output
Suhu normal (36,5-37,5℃)
- monitor status hidrasi (membran
mukosa lembab, denyut nadi kuat)
- monitor hasil lab yang relevan
dengan retensi cairan (misalnya
peningkatan hematokrit)
- berikan cairan dengan tepat
3. Intervensi kolaborasi :
- Berikan pasien IVFD NaCl
0,9% untuk mengganti cairan
tubuh pasien
- Berikan omeprazole dan
ondansetron pada pasien untuk
mengurangi muntah
- Berikan obat gelofusine untuk
memenuhi kebutuhan volume
pada keadaan jumlah darah
yang menurun
3. Ketidakefektifan 1. Status pernafasan: 1. Manajemen jalan nafas (3140)
Bersihan Jalan Kepatenan jalan nafas - identifikasi kebutuhab
Nafas Frekuensi pernafasan aktual/potensial pasien untuk
berhubungan normal (16-24 x/menit) memasukkan alat membuka jalan
dengan Infeksi Irama pernafasan dari cukup nafas
(Pneumonia) berat ditingkatkan ke sedang - buang sekret
Kedalaman pernafasan dari - auskultasi suara nafas , catat area
cukup berat ditingkatkan ke yang ventilasinya menurun atau
sedang tidak adanya suara nafas tambahan
4. Intervensi kolaborasi
- Berikan combivent sebagai
bronkodilator pada pasien
- Berikan acetylcysteine sebagai
mukolitik
- Berikan pulmicort sebagai
antiinflamasi pada saluran
pernapasan