Anda di halaman 1dari 9

KASUS 5: BUDAYA 2

Makalah disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan

Dosen Pengampu: Ns. Diah Ratnawati, SKep, M.Kep, Sp. Kep. Kom

Disusun oleh:

Lilis Dwi Septiani (1710711127)


Christin Natalia (1710711128)
Sonya Lapitacara S (1710711129)
Sarah Nurul Izzah M (1710711132)
Febby Fereza (1710711135)
Anggi Dwi Prasetyo (1710711136)
Ayu Inda P (1710711137)
Tri Andhika Dessy W (1710711138)
Firna Nahwa F (1710711139)
Tiyas Putri Widjayanti (1710711144)
Refany Salsabila (1710711146)
Regita Cahyani Zarlis (1710711147)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2018
KASUS :

Seorang wanita sbg ibu rumah tangga yang berusia 24 tahun datang dari UGD ke
ruang perawatan penyakit dalam bersama perawat, suami, dan anaknya dengan
keluhan badannya terasa panas sudah 3 hari, kepala terasa sakit, mual, muntah, tidak
nafsu makan dan lemas. Pendidikan terakhir klien adalah SMP (MTs), beragama
Islam, dan berpandangan bahwa sakitnya karena ujian dari Allah SWT. Setelah
dilakukan pemeriksaan oleh perawat didapatkan TTV TD 100/70 mmHg, suhu 38֯ C,
nadi 60x/menit, perapasan 17x/menit, bercak merah pada kulit, uji bendung
positif,terdapat hematomegali dan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan Ht > 20%, penurunan trombosit < 50.000 /uL, dan penurunan leukosit
sampai 4.000/uL. Dokter mendiagnosa klien menderita DHF. Dokter menyarankan
klien harus dirawat kurang lebih 5 hari dan harus melakukan transfusi trombosit
sampai keadaan normal karena penurunan trombosit yang rendah. Klien langsung
menolak setelah mendengar bahwa dirinya harus melakukan tranfusi trombosit
dengan alasan dalam kepercayaan dan budayanya yaitu suku kalimantan tidak boleh
menerima tranfusi dari orang lain. Klien jarang memeriksakan dirinya ke rumah sakit,
akan tetapi klien pernah jatuh sakit dan hanya berobat ke klinik dokter saja. Sesekali
dokter pernah menyarankan pemeriksaan berlanjut ke laboratorium tetapi klien
mengabaikannya dgn alasan minum obat pun sudah bisa sembuh. Dalam biaya
pengobatan klien dan suaminya tidak ada masalah karena klien dan suaminya sudah
punya tabungan. Klien dan keluarga mempunyai kebiasaan makan sehari-hari adalah
makanan hewani jarang memakan nabati. Makanan yang dipantangi adalah daging
babi.

1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan


Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar
manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan.
Kasus : dapat dilihat dari kasus diatas, peran perawat ialah sebagai pemberi
asuhan keperawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia seperti makan minumnya klien, obatnya klien dll.

2. Peran sebagai advokat pasien


Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarganya dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien. Juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya dan hak atas privasi.
Kasus : dapat dilihat dari kasus diatas, bahwa peran perawat ialah
menjelaskan kepada dokter tentang budaya yang dianut oleh pasien
bahwa budayanya melarang untuk transfusi darah.
3. Peran educator
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga
terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
Kasus : dapat dilihat dari kasus diatas, Dokter mendiagnosa klien menderita
DHF. Dokter menyarankan klien harus dirawat kurang lebih 5 hari dan
harus melakukan transfusi trombosit sampai keadaan normal karena
penurunan trombosit yang rendah. Klien langsung menolak setelah
mendengar bahwa dirinya harus melakukan tranfusi trombosit dengan
alasan dalam kepercayaan dan budayanya yaitu suku kalimantan tidak
boleh menerima tranfusi dari orang lain. Sesekali dokter pernah
menyarankan pemeriksaan berlanjut ke laboratorium tetapi klien
mengabaikannya dengan alasan minum obat pun sudah bisa sembuh
Peran kita sebagai edukator harus memberi pengetahuan tentang
manfaat transfusi trombosit kepada klien, dampak jika tidak mau
tranfusi trombosit, beritahu juga bahwa periksa laboratorium sangat
bermanfaat. Kita juga sebagai perawat memberitahu informasinya
harus dengan perlahan dan dengan bahasa yang mudah dipahami
supaya klien tidak tersinggung dan mengerti dengan yang kita
jelaskan/beritahu kepadanya.

4. Peran kolaborator
Peran perawat di sini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain- lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar
pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
Kasus : dapat dilihat dari kasus diatas, peran perawat sebagai kolaborator
yaitu bekerja sama dengan tim kesehatan seperti dokter yaitu diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

Aplikasi Konsep Teori


1. Kebudayaan
Langsung menolak saat mendengar harus melakukan transfusi trombosit karena
dalam kepercayaan kebudayaan suku Kalimantan yaitu tidak boleh menerima transfusi
dari orang lain.

Klien pantang memakan daging babi karena dalam kebudayaan dan hokum umat

muslim, daging babi haram hukumnya untuk dikonsumsi


2. Masyarakat Rumah Sakit dan Kebudayaan

Mengacu pada esensi budaya, nilai budaya sehat merupakan bagian yang tidak
terpisahkan akan keberadaannya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan merupakan
bagian budaya yang ditemukan sevara universal. Dari budaya pula, hidup sehat dapat
ditelusuri. Yaitu melalui komponen pemahaman tentang sehat, sakit, derita akibat
penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan dan diyakini di masyarakat, serta
kebudayaan dan teknologi yang berkembang di masyarakat.

Klien menolak setelah mendengar bahwa dirinya harus melakukan tranfusi trombosit
dengan alasan dalam kepercayaan dan budayanya yaitu suku kalimantan tidak boleh
menerima tranfusi dari orang lain. Klien jarang memeriksakan dirinya ke rumah sakit,
akan tetapi klien pernah jatuh sakit dan hanya berobat ke klinik dokter saja. Sesekali
dokter pernah menyarankan pemeriksaan berlanjut ke laboratorium tetapi klien
mengabaikannya dgn alasan minum obat pun sudah bisa sembuh. Dalam biaya
pengobatan klien dan suaminya tidak ada masalah karena klien dan suaminya sudah
punya tabungan.

Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap
masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki

3. Persepsi Sehat Sakit

Pasien menganggap bahwa sakitnya datang karena ujian dari Allah SWT sebagai
teguran untuk hambanya . Pasien tidak ingin melakukan cek laboratorium, cukup minum
obat saja sudah bisa sembuh karena mungkin juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
terakhir pasien yaitu SMP sehingga tidak mengetahui pentingnya kesehatan dan akibat
yang akan timbul dari penyakit.

Klien jarang memeriksakan dirinya kerumah sakit, saat klien sudah jatuh sakit pun
hanya ke klinik saja karena klien beranggapan bahwa hanya ujian dari Allah dan dengan
mengkonsumsi obat saja akan sembuh.

4. Peran dan Perilaku Pasien

Pasien sudah mengetahui dirinya memiliki masalah kesehatan akan tetapi, enggan
memeriksakan dirinya kerumah sakit untuk melakukan cek laboratorium.

Klien dan keluarga mempunyai kebiasaan makan sehari-hari makanan hewani jarang
sekali makanan nabati karena menurut kelompok kami, pasien sangat minim mengetahui
tentang edukasi makanan yang sehat karena pasien sangat jarang dating ketempat
pelayanan kesehatan.
5. Respon Sakit/Nyeri Pasien

Pasien enggan melakukan transfuse trombosit karena bertentangan dengan budaya


Kalimantan. Sebelumnya pasien merasakan ada masalah dalam kesehatannya akan tetapi
enggan melakukan cek laboratorium, cukup minum obat saja sudah bisa sembuh

6. Etiologi (Penyebab)

Pasien menganggap sakitnya merupakan ujian dari ALLAH SWT karena pasien
beranggapan bahwa sumber penyakit yang ia derita adalah merupakan ujian dari Allah
sebagai teguran.

Pasien datang dari UGD dengan keluhan badannya terasa panas sudah 3 hari, kepala
terasa sakit, mual, muntah, tidak nafsu makan dan lemas.

Pengkajian berdasarkan teori Sunrise Leineger

 Faktor teknologi
Persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini :

“pasien jarang memeriksakan dirinya kerumah sakit,akan tetapi pasien pernah jatuh sakit dan
hanya berobat ke klinik dokter saja”

Persepsi sehat sakit :

“pasien merasa kalau sakitnya dapat hilang hanya dengan minum obat tanpa harus memeriksa
nya lebih lanjut ke laboratorium”

Kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan.

“ketika merasa sakit,pasien biasanya pergi ke klinik dokter.

Alasan mencari bantuan kesehatan:

“untuk memperoleh kesembuhan.”

Alasan klien dalam memilih pengobatan alternatif. : -

 Faktor agama dan masalah hidup


Agama yang dianut : Islam

Status pernikahan : Sudah menikah

Cara pandang klien terhadap penyebab penyakit : Klien memandang bahwa sakitnya
merupakan ujian dari Allah SWT
Cara pengobatan :-

Kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan. :-

 Faktor sosial dan keterikatan keluarga


Nama lengkap :-

Nama panggilan :-

Umur :24 tahun

Tempat tanggal lahir :-

Jenis kelamin :Perempuan

Status : Istri

Tipe keluarga :-

Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami

Hubungan klien dengan kepala keluarga : Istri

 Nilai-nilai budaya dan gaya hidup


Posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga : -

Bahasa yang digunakan :-

Kebiasaan makan :Pasien dan keluarga sering makanan hewani dan jarang mengkomsumsi
makanan nabati.

Makanan yang dipantang dalam kondisi sakit : Daging Babi

Persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari :

Kebiasaan membersihkan diri :-

 Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku


Jam berkunjung :-

Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu :-

Cara pembayaran untuk klien yang dirawat :-

 Faktor ekonomi
Pekerjaan klien : Ibu rumah tangga

Sumber biaya pengobatan : Klien dan suami memiliki tabungan


ANALISA DATA DAN DIAGNOSA

Diagnosa Ke - 1

Data Fokus Problem Etiologi


DS : Risiko Distres Spiritual Program
1. Klien mengatakan menolak untuk Pengobatan
tranfusi trombosit dengan alasan
kepercayaan dan budayanya
2. Klien mengatakan jarang
memeriksa dirinya ke Rumah
Sakit, dengan alasan minum obat
pun sudah bisa sembuh
3. Klien mengatakan bahwa
sakitnya karna ujian yang berasal
dari Allah
4. Klien mengeluh sakit kepala,
badannya terasa panas sudah 3
hari.
DO :
1. Hasil pemeriksaan Lab:
a. Ht: > 20%
b. Penurunan Trombosit : <
50.000/uL
c. Penurunan Leukosit :
40.000/uL
d. Dx. Medis : DHF
e. Dokter menyarankan klien
harus melakukan transfusi
trombosit
Diagnosa Ke – 2

Data Fokus Problem Etiologi


DS : Defesien Volume Kehilangan Cairan
1. Klien mengeluh : Badannya terasa panas sudah 3 Cairan Aktif
hari, Kepala terasa sakit, Mual dan muntah, Tidak
nafsu makan, Lemas
 
DO :
1. TTV: TD : 100/70 mmHg, S : 38oC, N : 60x/menit,
RR : 17x/menit
2. Terdapat bercak merah pada kulit
3. Uji bendung (+)
4. Terdapat hematomegali
5. Hasil Pemeriksaan Lab: Ht: > 20%, Penurunan
Trombosit : < 50.000/uL, Penurunan Leukosit :
40.000/uL
6. Dx. Medis : DHF

INTERVENSI

Intervensi Ke - 1

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Risiko Distres Spiritual 1. HT tidak lebih dari 1. Lakukan sosialisasi dampak jika
berhubungan dengan program 20% tidak mau transfusi darah
pengobatan 2. Trombosit 100.000/ul 2. Beri pasien banyak minum
3. Leukosit normal 3. Kontrol H2TL pasien
4. Anjurkan pasien berdoa sesuai
agama yang diyakini
Intervensi Ke – 2

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Defesien Volume Cairan 1.TTV normal 1. Cek tanda tanda vital
berhubungan dengan TD =120/90mmhg 2. Kolaborasi dengan dokter
kehilangan cairan aktif S =37 pemberian obat diuretik
N= 60x/menit 3. Uji bendung ulang
R= 17x/menit 4. Periksa bagian abdomen pasien
2. Uji bendung negatif 5. Kolaborasi pemberian cairan
3. Tidak ada hematomegali infus

Anda mungkin juga menyukai