Dosen Pengampu: Ns. Diah Ratnawati, SKep, M.Kep, Sp. Kep. Kom
Disusun oleh:
Seorang wanita sbg ibu rumah tangga yang berusia 24 tahun datang dari UGD ke
ruang perawatan penyakit dalam bersama perawat, suami, dan anaknya dengan
keluhan badannya terasa panas sudah 3 hari, kepala terasa sakit, mual, muntah, tidak
nafsu makan dan lemas. Pendidikan terakhir klien adalah SMP (MTs), beragama
Islam, dan berpandangan bahwa sakitnya karena ujian dari Allah SWT. Setelah
dilakukan pemeriksaan oleh perawat didapatkan TTV TD 100/70 mmHg, suhu 38֯ C,
nadi 60x/menit, perapasan 17x/menit, bercak merah pada kulit, uji bendung
positif,terdapat hematomegali dan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan Ht > 20%, penurunan trombosit < 50.000 /uL, dan penurunan leukosit
sampai 4.000/uL. Dokter mendiagnosa klien menderita DHF. Dokter menyarankan
klien harus dirawat kurang lebih 5 hari dan harus melakukan transfusi trombosit
sampai keadaan normal karena penurunan trombosit yang rendah. Klien langsung
menolak setelah mendengar bahwa dirinya harus melakukan tranfusi trombosit
dengan alasan dalam kepercayaan dan budayanya yaitu suku kalimantan tidak boleh
menerima tranfusi dari orang lain. Klien jarang memeriksakan dirinya ke rumah sakit,
akan tetapi klien pernah jatuh sakit dan hanya berobat ke klinik dokter saja. Sesekali
dokter pernah menyarankan pemeriksaan berlanjut ke laboratorium tetapi klien
mengabaikannya dgn alasan minum obat pun sudah bisa sembuh. Dalam biaya
pengobatan klien dan suaminya tidak ada masalah karena klien dan suaminya sudah
punya tabungan. Klien dan keluarga mempunyai kebiasaan makan sehari-hari adalah
makanan hewani jarang memakan nabati. Makanan yang dipantangi adalah daging
babi.
4. Peran kolaborator
Peran perawat di sini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain- lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar
pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
Kasus : dapat dilihat dari kasus diatas, peran perawat sebagai kolaborator
yaitu bekerja sama dengan tim kesehatan seperti dokter yaitu diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
Klien pantang memakan daging babi karena dalam kebudayaan dan hokum umat
Mengacu pada esensi budaya, nilai budaya sehat merupakan bagian yang tidak
terpisahkan akan keberadaannya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan merupakan
bagian budaya yang ditemukan sevara universal. Dari budaya pula, hidup sehat dapat
ditelusuri. Yaitu melalui komponen pemahaman tentang sehat, sakit, derita akibat
penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan dan diyakini di masyarakat, serta
kebudayaan dan teknologi yang berkembang di masyarakat.
Klien menolak setelah mendengar bahwa dirinya harus melakukan tranfusi trombosit
dengan alasan dalam kepercayaan dan budayanya yaitu suku kalimantan tidak boleh
menerima tranfusi dari orang lain. Klien jarang memeriksakan dirinya ke rumah sakit,
akan tetapi klien pernah jatuh sakit dan hanya berobat ke klinik dokter saja. Sesekali
dokter pernah menyarankan pemeriksaan berlanjut ke laboratorium tetapi klien
mengabaikannya dgn alasan minum obat pun sudah bisa sembuh. Dalam biaya
pengobatan klien dan suaminya tidak ada masalah karena klien dan suaminya sudah
punya tabungan.
Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap
masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki
Pasien menganggap bahwa sakitnya datang karena ujian dari Allah SWT sebagai
teguran untuk hambanya . Pasien tidak ingin melakukan cek laboratorium, cukup minum
obat saja sudah bisa sembuh karena mungkin juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
terakhir pasien yaitu SMP sehingga tidak mengetahui pentingnya kesehatan dan akibat
yang akan timbul dari penyakit.
Klien jarang memeriksakan dirinya kerumah sakit, saat klien sudah jatuh sakit pun
hanya ke klinik saja karena klien beranggapan bahwa hanya ujian dari Allah dan dengan
mengkonsumsi obat saja akan sembuh.
Pasien sudah mengetahui dirinya memiliki masalah kesehatan akan tetapi, enggan
memeriksakan dirinya kerumah sakit untuk melakukan cek laboratorium.
Klien dan keluarga mempunyai kebiasaan makan sehari-hari makanan hewani jarang
sekali makanan nabati karena menurut kelompok kami, pasien sangat minim mengetahui
tentang edukasi makanan yang sehat karena pasien sangat jarang dating ketempat
pelayanan kesehatan.
5. Respon Sakit/Nyeri Pasien
6. Etiologi (Penyebab)
Pasien menganggap sakitnya merupakan ujian dari ALLAH SWT karena pasien
beranggapan bahwa sumber penyakit yang ia derita adalah merupakan ujian dari Allah
sebagai teguran.
Pasien datang dari UGD dengan keluhan badannya terasa panas sudah 3 hari, kepala
terasa sakit, mual, muntah, tidak nafsu makan dan lemas.
Faktor teknologi
Persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini :
“pasien jarang memeriksakan dirinya kerumah sakit,akan tetapi pasien pernah jatuh sakit dan
hanya berobat ke klinik dokter saja”
“pasien merasa kalau sakitnya dapat hilang hanya dengan minum obat tanpa harus memeriksa
nya lebih lanjut ke laboratorium”
Cara pandang klien terhadap penyebab penyakit : Klien memandang bahwa sakitnya
merupakan ujian dari Allah SWT
Cara pengobatan :-
Nama panggilan :-
Status : Istri
Tipe keluarga :-
Kebiasaan makan :Pasien dan keluarga sering makanan hewani dan jarang mengkomsumsi
makanan nabati.
Faktor ekonomi
Pekerjaan klien : Ibu rumah tangga
Diagnosa Ke - 1
INTERVENSI
Intervensi Ke - 1