1710142010018
BUKITTINGGI
2021
SKRIPSI
1710142010018
BUKITTINGGI
2021
i
HALAMAN PERNYATAAN OROSONALITAS
dan semua sumber baik yang saya kutip maupun dirujuk telah saya
Nim : 1710142010018
Tanda tangan :
Tanggal :
ii
HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN SKRIPSI
Juni 2021
Oleh
Pembimbing I Pembimbing II
(Ns. Dian Anggraini, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB) (Ns. Aulia Putri, S.Kep, M.Kep)
Mengetahui
iii
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Bukittinggi
Tanggal : Augustus 2021
iv
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT. Tuhan
Yang Maha Esa atas karunia, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Teknik
Relaksasi Benson terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes
Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi”.
Shalawat beriring salam diberikan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk keselamatan didunia dan
diakhirat.
v
pengetahuan dan bimbngan serta nasehat selama menjalani
pendidkan.
6. Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua Orang Tua dan
Keluarga ku yang selalu memberikan dukungan material dan
moral serta do’a dan penyemangat dalam menyelesaikan skripsi
ini.
7. Kepada sahabatku, Ratna Julita, Wenti endika utama, dan Welly
utama yang selalu memberikan semangat dan dukungannya kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman Mahasisiwa Prodi S1 Keperawatan STIKes Yarsi
Sumbar Bukittinggi yang selalu memberikan semangat dan
dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Hormat saya
vi
PROGRAM STUDI ISLAM KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI BUKITTINGGI
ABSTRAK
vii
ISLAMIC STUDY PROGRAM OF NURSING
YARSI BUKITTINGGI HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCES
ABSTRACT
Diabetes Mellitus disease is increasing every year. Several factors affect the
increase in blood sugar levels, namely diet, length of suffering and stress. Those
factors if not controlled properly can cause complications. One kind of
intervention to control blood sugar levels is the Benson Relaxation Technique.
The purpose of the Benson relaxation study was to determine the effect of the
Benson Relaxation Technique on blood sugar levels in people with Diabetes
Mellitus. This type of research uses a quasi-experimental design with a pretest –
posttest control group design. The population in this study were patients with
Diabetes Mellitus with a sample of 36 people. The research instruments were
consisted of a glucometer, SOP and Observation Sheet. The results showed that
the pretest blood sugar level in the intervention group was 224.06 mg/dl and the
control group was 222.335 mg/dl, while the posttest blood sugar level in the
intervention group was 188.665 mg/dl and the control group was 200.89 mg/dl.
The results of the Bivariate Independent T-test analysis are p-value (0.000). The
conclusion of this study shows that there is an effect of the Benson Relaxation
Technique on reducing blood sugar levels in patients with Diabetes Mellitus. The
researcher's suggestion at the Tigo Baleh Public Health Center in Bukittinggi City
is the Benson Relaxation Technique as a complementary test can be carried out at
the Tigo Baleh Health Center in Bukittinggi City as a non-pharmacological
intervention for Diabetes Mellitus patients.
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................
B. Rumusan Masalah ............................................................................
C. Tujuan Penelitian .............................................................................
D. Manfaat Penelitian ...........................................................................
ix
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep .............................................................................
B. Hipotesa ...........................................................................................
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat ..............................................................................
B. Analisa Bivariat ................................................................................
x
DAFTAR TABEL
Tabel 5.2 Rata-rata kadar gula darah sebelum dilakukan teknik relaksasi benson
Tabel 5.3 Rata-rata kadar gula darah sesudah dilakukan teknik relaksasi benson
Tabel 5.4 Perbedaan Kadar gula darah sebelum dan sesudah Intervensi Pada
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 7. SOP
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu perubahan gaya hidup dan pola hidup yang tren saat ini
kadar gula darah seperti makan cepat saji, minuman-minuman bersoda dan
jenis makanan yang lainnya. Hal ini menjadi salah satu faktor pemicu
panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal, saraf,
(Perkeni, 2019).
Berdasarkan data WHO tahun 2018 melaporkan bahwa didunia terdapat 1,6 juta
memperkirakan sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di
dunia menderita diabetes melitus pada tahun 2019 atau setara dengan angka
prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk pada usia yang sama. Menurut
1
2
umur > 15 tahun sebesar 2%. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan
prevalensi diabetes melitus pada penduduk > 15 tahun pada hasil Riskesdas 2013
sebesar 1,5 %. Namun prevalensi diabetes melitus dari hasil pemeriksaan gula
darah meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018.
prevalensi diabetes melitus 1,5% pada tahun 2013 dan meningkat pada tahun 2018
salah satu kota yang berada di provinsi Sumatera barat. Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Kota Bukittingi tahun 2020, kasus diabetes melitus di Kota Bukittinggi
masih tinggi dengan prevalensi 1,9% dari usia >15 tahun. Berdasarkan survey
Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh pada tahun 2020 terdapat 328 kasus dengan
2020).
faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti, usia, jenis kelamin, dan
keturunan, sedangkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi yaitu pola makan,
obesitas, aktifitas fisik yang kurang, dan stress. selain faktor resiko penyebab
Kemenkes RI, 2020). Kadar gula darah pada penderita Diabetes Melitus dapat
tersebut mengakibatkan gula di dalam darah tidak dapat digunakan oleh sel
tubuh sebagai energi hingga akhirnya menyebabkan kadar gula dalam darah
darah pada 39 orang penderita diabetes melitus berjumlah 237,74 mg/dl dengan
hasil pemeriksaan terendah 170,31 mg/dl dan tertinggi 218 mg/dl. Tidak
(Perkeni, 2019). Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada pasien Diabetes
Melitus jika tidak diobati dengan benar maka akan menimbulkan dampak
2020).
yaitu Edukasi, terapi nutrisi medis (TNM), latihan jasmani, terapi farmakologis,
Manfaat terapi non farmakologi bagi penderita diabetes melitus antara lain
meningkatkan penurunan kadar gula darah, menurunkan strees fisik dan psikis
(Perkeni, 2015).
mengalami penurunan kualitas hidup yang tinggi maka status kesehatan yang
optimal harus dicapai dan dipertahankan. Gaya hidup yang tidak baik dapat
pengontrolan gula darah, mudah haus, mudah lapar mengeluh lelah dan megantuk.
Teknik relaksasi adalah suatu teknik yang dapat membuat pikiran dan
tubuh menjadi rileks melalui sebuah proses yang secara progresif akan
melepaskan ketegangan otot di setiap tubuh dalam keadaan rileks ini, laju
metabolisme lebih baik. Metabolisme lebih baik mengakibatkan kadar gula darah
Relaksasi benson dapat menurunkan kadar gula darah pasien diabetes dengan
yaitu epnefrin, kortisol, glucagon, korkostiroid dan tiroid (purwasih, dkk 2017).
Kelebihan latihan teknik relaksasi dari pada latihan yang lain adalah latihan
relaksasi lebih mudah dilakukan bahkan dalam kondisi apapun serta tidak
pengobatan, dan dapat digunakan untuk mengontrol kadar gula darah dalam
keyakinan yang akan digunakan dalam intervensi adalah unsur keyakinan agama.
pasien seperti formula kata-kata atau kalimat tertentu yang dibaca berulang-ulang
termasuk dalam pelafalan kata atau kalimat yang relevan dengan setiap keyakinan
gula darah, dalam keadaan relaks hormon-hormon akan bekerja normal dan
6
2018).
penelitian dilakukan oleh Juwita, dkk (2016) tentang pengaruh terapi benson
terhadap kadar gula darah pada lansia dengan diabetes melitus didapatkan
terbuktilah hipotesis bahwa ada pengaruh terapi relaksasi benson terhadap kadar
gula darah lansia diabetes melitus. Selain itu pada penelitian Sartika, dkk (2017)
lansia penderita hipertensi. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Cahyati, dkk
(2020) latihan relaksasi dan aromaterapi benson efektif untuk menurunkan kadar
glukosa. kondisi relaksasi akan memberikan dampak yang baik bagi penderita
diabetes melitus karena pada saat relaksasi hormone stress yang memicu
didapatkan bahwa upaya yang sudah dilakukan dalam mengatasi diabetes melitus
pola makan. Tiga dari lima pasien mengalami stress dikarenakan karena penyakit
diabetes melitus yang baru dialaminya selama dua bulan yang lalu dan tidak ada
riwayat keturunan penyakit diabetes melitus ini, dua diantaranya mengalami stress
karena keluhan tanda dan gejala yang dialaminya serta obat diabetes. Pasien
7
diabetes melitus belum pernah melakukan metode penurunan kadar gula darah
agama tetapi pernah melakukan unsur keyakinan agama tetapi tidak mengetahui
kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo
A. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tigo Baleh.
2. Tujuan Khusus
B. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Melitus.
Melitus.
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu perubahan gaya hidup dan pola hidup yang tren saat ini
minuman bersoda dan jenis makanan yang lainnya. Hal ini menjadi salah
Diabetes melitus (DM) ialah suatu kelompok penyakit metabolic dengan ciri
khasnya yaitu peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh akibat kelainan
Diabetes Melitus adalah kondisi kronis yang terjadi bila ada peningkatan
kadar glukosa dalam darah karena tubuh tidak dapat menghasilkan insulin atau
aliran darah ke dalam sel-sel tubuh di mana glukosa diubah menjadi energi.
9
10
Melitus.
disertai defisiensi insulin relative sampai yang dominan defek sekresi insulin
c. Diabetes Melitus Tipe lain (D1efek genetic fungsi sel beta, Defek genetic
kerja insulin, Penyakit eksorin pancreas, Endokrinopati, karena obat atau zat
kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang, Sindrom genetic lain yang
karena :
faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungsi sel beta
11
kali lebih besar menderita Diabetes Melitus daripada orang yang tidak
menderita DM dua lebih besar jika orang tersebut mempunyai orang tua yang
menderita DM.
b. Obesitas
saat terjadi peningkatan glukosa darah. Obesitas menyebabkan respons sel beta
insulin pada sel diseluruh tubuh termasuk di otot berkurang jumlah dan
54,7% disebabkan karena meningkatnya asam lemak dalam sel dan akan
c. Usia
pada insulin yang berakibat tidak stabilnya level gula darah sehingga
fungsi tubuh. Menurut penelitian (Isnani & Ratnasari 2018), didapatkan umur
pada kelompok kasus usia antara 51-60 tahun 22 responden (41,5%), umur 46-
d. Tekanan darah
mempunyai tekanan darah tinggi yaitu tekanan darah 140/90 mmHg. Pada
Melitus faktor tersebut adalah resistensi insulin, kadar gula darah plasma,
obesitas selain faktor lain pada system otoregulasi pengaturan tekanan darah.
e. Aktifitas fisik
Melitus. Individu yang aktif memiliki insulin dan profil glukosa yang lebih
baik daripada individu yang tidak aktif. Berdasarkan hasil penelitian (Isnani &
dapat menurunkan kadar gula darah sebesar 41,5%. Sedangkan yang tidak
samapi 50%.
f. Stress
Stress memicu reaksi biokimia tubuh melalui 2 jalur yaitu neural dan
4. Epidemiologi
terdapat 1,6 juta penduduk dunia yang meninggal karena diabetes melitus
federasi (IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia
20-79 tahun di dunia menderita diabetes melitus pada tahun 2019 atau
setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk pada usia
14
diagnosis dokter pada umur > 15 tahun sebesar 2%. Angka ini menunjukkan
pada hasil Riskesdas 2013 sebesar 1,5 %. Namun prevalensi diabetes melitus dari
hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada
mencapai 21,3 juta orang. Penyebab kematian akibat diabetes mellitus pada
kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaann menduduki rangking ke-2 yaitu
14,7% dan daerah pedesaan diabetes mellitus menduduki rangking ke-6 yaitu
5,8%. Perkiraan jumlah ini menjadi kenyataan bila tidak dicegah sejak dini
minimal mengontrol gula darah. Hal ini juga akan meningkat morbiditas di
Negara Indonesia.
15
5. Patofisiologi
insulin yang menyebabkan glukosa sel menurun atau tidak ada sama sekali,
tersebut antara lain sensasi lapar, mekanisme lipolysis dan gluconeogenesis. Jika
jaringan dan menghasilkan benda keton. Kondisi ini dapat mengakibatkan ketosis
gangguan sirkulasi di jaringan perifer (jokela, 2009). Kadar glukosa tinggi yang
(Fauci, 2009).
Kadar glukosa yang tinggi juga dapat merusak membrane kapiler nefron
pada ginjak akibat angiopati. Kerusakan nefron yang progresif akan berujung
pada glomerulosklerosis. Kerusakan ini terjadi akibat beban yang berlebih kadar
2010). Rendahnya produksi insulin atau rendahnya uptake insulin oleh sel-sel
darah, kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein. Jika hal ini terjadi secara terus-
komplikasi pada retina, ginjal, jantung coroner dan stroke (Smeltzer, 2010).
Menurut penelitian Derek, dkk (2017) orang yang mederita diabetes juga
akan mengalami dampak secara fisik dan psikologis. Salah satu dampak
psikologis yang terjadi pada pasien diabetes melitus yaitu mengalami stress,
cemas, takut, sering merasa sedih, merasa tidak ada harapan, tidak berdaya, tidak
berguna dan dan putus asa. Permasalahan emosional yang sering dialami pasien
tidak patuh dalam menerapkan pola hidup yang sehat, mudah marah dan frustrasi
karena banyaknya pantangan atau merasa telah mejalani berbagai terapi tetapi
tidak terjadi perubahan kadar gula darah yang membaik, takut terhadap
komplikasi dan resiko kematian, jenuh meminum obat atau bahkan mengalami
depresi (Semiardji, 2009). Salah satu upaya untuk mengatasi dampak psikologis
pasien diabetes melitus yaitu dengan cara pemberian teknik relaksasi benson
yang bisa dilakukan oleh pasien diabetes melitus jika mengalami masalah
kecemasan, nyeri dan rasa tidak nyaman dengan cara menciptakan suasana
nyaman serta tubuh yang rileks maka tubuh akan meningkatkan proses
analgesia endogen hal ini diperkuat dengan adanya kalimat yang memiliki
anatara lain, polyuria, polidipsi, polifagia, serta penurunan berat badan tiba-tiba
lain adalah keluhan lemah badan dan kurangnya energy, kesemutan di tangan
atau kaki, gatal, mudah terkena infeksi bakteri atau jamur, penyembuhan luka
yang lama, dan pandangan mata mengabur. Namun beberapa kasus, penderita
a. Penyebab hipoglikemia
keringat dingin, dan pusing. Kadar gula darah yang terlalu rendah bisa
peningkatan kadar gula darah yang terlalu tinggi. Ini adalah komplikasi
diabetes melitus yang terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan gula
atau glukosa sebagai sumber bahan bakar, sehingga tubuh mengolah lemak
dan menghasilkan zat keton sebagai sumber energi. Kondisi ini dapat
kematian mencapai 20%. HHS terjadi akibat adanya lonjakan kadar gula
darah yang sangat tinggi dalam waktu tertentu. Gejala HHS ditandai
dengan haus yang berat, kejang, lemas, dan gangguan kesadaran hingga
koma.
bahkan bisa berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik. Saat
terjadi gagal ginjal, penderita harus melakukan cuci darah rutin ataupun
transplantasi ginjal
pembuluh darah dan saraf di tubuh terutama bagian kaki. Kondisi ini
Diabetes Melitus.
20
darah.
(a) HbA1c diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1 tahun pada pasien
(c) Elektrokardiogram.
darah kaki, tes monofilament 10g, dan Ankle Brachial Index (ABI).
hidup sehat, dan bila perlu dilakukan intervensi farmakologis dengan obat
a) Edukasi
teratur.
karbohidrat adalah gula, tepung dan serat. Jumlah kalori yang masuk
1. Karbohidrat
2. Lemak
3. Protein
c) Latihan jasmani
23
dilakukan oleh oto tubuh dan anggota gerak tubuh lainnya yang
yang dilakukan setiap hari dan teratur (3-4 kali seminggu selama
d) Terapi Farmakologi
menjadi 5 yaitu :
glirid
tiazolidindon
glucosidase alfa.
setiap sebelum makan, satu atau dua jam setelah makan, atay
resiko yang lebih besar menderita komplikasi dan kesehatan yang memburuk
(WHO,2016).
glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil
2) Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
berikut:
a. Pemeriksaan glukosa plasma puasa > 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak
b. Pemeriksaan glukosa plasma> 200 mg/dl 2-jam setelah tes Toleransi Glukosa
c. Pmeriksaan glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl dengan keluhan klasik.
(NGSP).
toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2-jam
<140 mg/dl.
jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa<100
mg/dl
B. Konsep Relaksasi
1. Teknik Relaksasi
Relaksasi adalah suatu teknik yang dapat membuat pikiran dan tubuh
menjadi rileks melalui sebuah proses yang secara progresif akan melepaskan
ketegangan otot di setiap tubuh (Potter & Perry, 2010). Teknik relaksasi
reaksi tubuh terhadap respon fight or flight, penurunan respirasi, nadi, dan
jumlah metabolic, tekanan darah dan energy yang digunakan (Potter &
Perry, 2010).
1) Napas dalam
dalam posisi berbaring pada bantalan yang lunak atau lantai dan di
3) Biofeedback
4) Relaksasi Benson .
2. Relaksasi Benson
Meditasi ini dikembangkan oleh Mahes Yogi dengan mengambil objek meditasi
28
frase atau mantra yang di ulang-ulang secara ritmis dimana frase tersebut
berkaitan erat dengan keyakinan agama yang dianut. Respon relaksasi yang
dengan kata lain kombinasi respon relaksasi dapat melibatkan keyakinan akan
dapat digunakan sebagai fokus keyakinan, sehingga dipilih kata yang memiliki
seseorang bercampur dengan respon relaksasi, maka semakin besar pula efek
relaksasi yang didapat. Pilihan frase yang dipilih sebaiknya singkat untuk
diucapkan dalam hati saat mengambil dan menghembuskan nafas secara normal.
Teknik relaksasi ini berguna dalam berbagai situasi, misalnya nyeri, cemas,
respirasi, nadi, dan jumlah metabolik, tekanan darah dan energy yang digunakan
(Sajili, 2019).
ketegangan jiwa. Teknik ini dilakukan dapat bersifat respiratori yaitu dengan
intensitas yang lebih lambat dan dalam. Keteraturan dalam bernafas terutama
irama yang tepat dapat menyebabkan tubuh menjadi rileks (Wiramihardja, 2006
b. Mengambil posisi tidur terlentang atau duduk yang dirasakan paling nyaman.
c. Memejamkan mata dengan pelan tidak perlu untuk dipaksakan sehingga tidak
sampai ke wajah.
f. Menarik nafas dalam melalui hidung, dan juga mulut tetap tertutup, hitungan
i. Membuka mata. Bila sudah selesai tetap bebaring dengan tenang beberapa
menit.
30
pada kadar gula darah menurunkan pada penderita Diabetes Melitus. Relaksasi
pada usaha nafas dalam yang diselingi dengan permohonan kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, teknik ini juga dapat dilakukan kapan saja tanpa membutuhkan
ruangan yang sangat khusu (Yosep 2007, dalam Aryana & Novitasari, 2013).
adalah suatu hormone yang melawan efek insulin dan menyebakan kadar gula
darah tinggi, jika seorang mengalami stress berat yang dihasilkan dalam
tubuhnya, maka kortisol yang dihasilkan akan semakin banyak, ini akan
insulin sehingga membuat kadar glukosa lebih sulit untuk memasuki sel dan
melalui saluran nafas kemudian masuk ke paru dan diproses ke dalam tubuh,
edarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh vena dan nadi untuk memenuhi
kebutuhan akan O2. Apabila O2 dalam untuk tecukupi maka manusia berada
dalam konsisi seimbang. Kondisi ini akan menimbulkan keadaan rileks secara
2008, Greinstein & Wood, 2010). Mekanisme penurunan kadar gula darah
dan pirufat tetap disimpan di hati dalam bentuk glikogen sebagai energy
hati menjadi glukosa, menekan ACTH dan glukokortikoid pada korteks adrenal
sehingga dapat menekan pemebentukan glukosa baru oleh hati, disamping itu
didapatkan adanya penurunan kadar gula darah pada responden ini dibuktikan
dengan adanya lebih rendahnya kadar gula darah pada pasien diabetes melitus.
penurunan kadar gula darah dengan relaksasi benson melalui penurunan stress
32
fisik dan psikologis yang akan menurunkan epinefrin, kortisol, glucagon dan
dengan music.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Cahyati, dkk (2020) penurunan kadar
glukosa darah dengan olahraga dan diet merupakan terapi utama pada pasien
Diabetes Melitus, namun selain itu teknik relaksasi dapat mengurangi tingkat
stress dan cemas, yang pada akhirnya akan berdampak baik dalam menurunkan
A. Kerangka Teori
DM
Hiperglikemi
(Kadar gula darah )
Komplikasi
Penatalaksanaan diabetes
melitus 1. Komplikasi diabetes
melitus akut yaitu :
a. Hipoglikemia
b. Hiperglikemia
Farmakologi Non farmakologi c. Ketoasidosis
diabetic (KAD)
d. Hyper osmolar
hyperglycemic state
Teknik Relaksasi (HHS)
2. Komplikasi diabetes
1. Nafas Dalam
melitus kronis
2. Relaksasi otot progresif
a. Retinopasti diabetic
3. Biofeedback
b. Nefropati diabetic
4. Relaksasi Benson c. Neuropati diabetic
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
atau kaitan antara konsep-konsep atau variable-variabel yang akan diamati atau
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
dependen.
variabel lain atau disebut sebagai variable stimulus yang menjadi sebab
variabel lain atau menjadi akibat dari adanya variabel bebas dan sering disebut
penelitian ini adalah kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus.
34
35
B. Hipotesa
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
subjek. Dua kelompok tersebut yaitu kelompok kontrol dan kelompok yang
membandingkan nilai rat-rata pretest dan posttest pada kelompok intervensi dan
(2011) :
R1 : Q1 X1 Q2
R
R2 : Q1 X0 Q2
36
37
Keterangan :
R : Responden penelitian
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu penelitian
tahun 2021.
1. Populasi
tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2011). Populasi dalam penelitian ini
orang.
38
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
N . z2 . p . q
n=[ ]
d ( N −1 )+ z2 . p . q
¿¿
315,0112
¿[ ]
17,3104
N = ukuran populasi
q = 1-p (0,5)
Jumlah sampel yang di teliti pada penelitian ini tanpa ada drop out.
Baleh Kota Bukittinggi pada tahun 2021 yang memenuhi sarat Inklusi.
1. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setia
2. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
ini adalah :
komunikasi.
catatan medis.
E. Defenisi Operasional
pengukuran tehadap suatu objek (Hidayat, 2014). Dibawah ini pada (Tabel
penelitian.
40
F. Instrumen Penelitian
dalam suatu penelitian. Instrument penelitian adalah alat yang dipakai untuk
responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama ( Nasir, 2011).
Instrument fisiologis tersebut adalah glucometer, gula darah stik, jarum (blood
41
kemudian Lembar Observasi pengukuran kadar gula darah yang berisi umur,
jenis kelamin, pekerjaan, kadar gula darah pre test dan post test dan lama
penderita, penjelasan tentang SOP dapat diketahui oleh sumber (Benson &
G. Etika Penelitian
1. Informed Consent.
responden.
responden pada lembar atau ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Peneliti memulai proses belajar data dengan meminta surat pengantar dari
eksklusi.
Peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat penelitian dan prosedur
pengumpulan data
Hasil kadar gula darah pre test dan post test di catat di lembar observasi
I. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting. Hal ini
disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih mentah,
belum memberikan informasi dan belum siap untuk disajikan. Untuk itu agar
a. Editing
b. Coding
1) Umur
3 = 36-45
4 = 46-55
5 = 56-64
2) Jenis kelamin
1 = laki-laki
2 = perempuan
3) Pendidikan
45
2 = SMP
3 = SMA
4 = PT
4) Pekerjaan
1 = tidak bekerja
2 = PNS
3 = Wiraswasta
4 = Swasta
5 = Lain-lain
5) Lama menderita
1 =< 5 tahun
2 = 6-10 tahun
3 = > 10 tahun
c. Entry data
d. Cleaning data
J. Analisa Data
1. Analisa Univariat
mean, median dan standar deviasi. Pada hasil univariat didapatkan distribusi
2. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat adalah data yang dilakukan pada dua variabel yang
bivariat dilakukan uji normalitas yaitu dengan uji Shapiro Wilk untuk
(>0,05), serta uji stastistic yang digunakan yaitu Independen t-test yaitu
pada kelompok intervensi dan perbedaan rata-rata kadar gula darah sebelum
0,05 maka hasil uji statistic bermakna, artinya Ha diterima. Jika nilai p >
HASIL PENELITIAN
darah pada pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh
wilayah Kerja Pusekesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi pada tanggal 28 juli-
pemeriksaan kadar gula darah sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada
kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah tanpa
diberi perlakuan yang berjumlah 36 orang yang dipilih sesuai kriteria inklusi
47
48
Jenis Kelamin
Laki-laki 7 38,9 7 38,9
Perempuan 11 61,1 11 61,1
Pendidikan
SMP 4 22,2 -
SMA 10 55,6 13 72,2
PT 4 22,2 5 27,8
Pekerjaan
Tidak Bekerja 2 11,1 2 11,1
PNS 2 11,1 2 11,1
Wiraswasta 3 16,7 3 16,7
Swasta 5 27,8 5 27,8
dll 6 33,3 6 33,3
Lama Menderita
< 5 Tahun 7 38,9 11 61,1
6-10 Tahun 9 50,0 6 33,3
< 10 Tahun 2 11,1 1 5,6
responden yaitu 50,0% (11 orang), dari segi usia pada kelompok eksperimen
responden 88,9% (32 orang), dan sebanyak 55,6% (10 orang) tamatan SMA
orang) tamatan SMA dan lama menderita Diabetes Melitus pada kelompok
eksperimen yaitu 6-10 tahun dengan responden 50% (9 orang) pada kelompok
B. Analisa Univariat
mean, standar deviasi, median, dan nilai minimum, nilai maksimum untuk dua
Berdasarkan tabel 5.2 diatas, dapat dilihat analisa rata-rata kadar gula
dengan standar deviasi 31,351, Kadar gula darah terendah 170 mg/dl dan
kadar gula darah tertinggi 279 mg/dl. Dari hasil estimasi interval dapat
Rata – rata kadar gula darah sebelum intervensi pada kelompok kontrol
adalah 222,33 mg/dl, dengan standar deviasi 29,330. Kadar gula darah
terendah 169 mg/dl dan kadar gula darah tertinggi 271 mg/dl. Dari hasil
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata kadar gula
Berdasarkan tabel 5.2 diatas, dapat dilihat analisa rata-rata kadar gula
dengan standar deviasi 26,353, Kadar gula darah terendah 144 mg/dl dan
kadar gula darah tertinggi 230 mg/dl. Dari hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata kadar gula darah sesudah intervensi
Rata – rata kadar gula darah sesudah pada kelompok kontrol tanpa
Kadar gula darah terendah 149 mg/dl dan kadar gula darah tertinggi 245
mg/dl. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
51
rata-rata kadar gula darah sesudah pada kelompok kontrol tanpa diberikan
C. Analisa Bivariat
gula darah antara kelompok intervensi dan kelompok control sebelum dan
Tabel 5.4 perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah Intervensi
Kontrol 0,000
-sebelum 18 222,335 29,330
-sesudah 18 200,89 29,031
Penelitian ini dilakukan Uji normalitas yaitu Uji Shapiro Wilk untuk
signifikan lebih besar (>0,05), oleh karena itu uji statistik yang digunakan
yaitu uji parametric Independen T-tes untuk melihat perbedaan rata-rata kadar
gula darah pada kedua kelompok yang berbeda yaitu kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
52
statistic bermakna, berarti ada perbedaan kadar gula darah sebelum dan
dan kelompok kontrol tanpa perlakuan. Hasil uji statistic dieperoleh p = 0,000
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kadar gula darah sebelum dan
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
Hasil analisa pada tabel 5.2 didapatkan rata-rata kadar gula darah sebelum
deviasi 31,351. Rata-rata kadar gula darah sebelum pada kelompok kontrol
adalah 222,335 mg/dl dengan standar deviasi 29,330. Hal ini menunjukkan
kadar gula darah sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelompok cenderung
tinggi.
Hasil ini tidak jauh beda dengan penelitian yang dilakukan Utomo, dkk
teknik relaksasi Benson yaitu 226,21 mg/dl dengan standar deviasi 14,68 mg/dl
dan rata-rata kadar gula darah sesudah kelompok Eksperimen yaitu 212,45
mg/dl dengan standar deviasi 16,36 mg/dl. Penelitian Tamrin, dkk (2020)
didapatkan rata-rata kadar gula darah sebelum pada kelompok kontrol 176,25
mg/dl dengan standar deviasi 8,77 mg/dl dan rata-rata kadar gula darah pada
kelompok kontrol yaitu 163,55 mg/dl dengan standar deviasi 8,402 mg/dl.
kadar gula darah juga diepengaruhi oleh faktor usia. Penderita yang berusia
lebih dari separuh responden berusia >45 tahun berjumlah 77,8% (27 orang).
Penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
dari 72 responden sekitar 72,2% (52 orang) berusia >45 tahun, penelitian yang
53
54
berjumlah 65,1% (28 orang). Penelitian yang dilakukan Imelda (2018) yang
melitus adalah rentang 50-59 tahun (59,4%). Pada penelitian Kekenusa, dkk
(2020) mendapatkan hasil penelitian berupa kelompok umur >45 tahun yaitu
sebanyak 56,2%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Trisnawati
(2013) bahwa adanya hubungan signifikan pada kelompok umur lebih dari 45
yang secara menurun dengan cepat terutama pada fungsi pancreas sebagai
pasien sehingga pasien usia lanjut akan lebih sulit menerima informasi dan
kesehatan.
perubahan pelepasan insulin yang dipengaruhi oleh glukosa dalam darah dan
oleh insulin. Faktor usia mempengaruhi penurunan pada semua sistem, tidak
55
pada insulin yang berakibat tidak stabilnya level gula darah sehingga banyak
dibandingkan laki-laki. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Rosfiati (2018)
Hasil ini sesuai dengan penelitian Marisa (2015) di Puskesmas Jayabaru Kota
Demikian juga dengan Penelitian Umar, dkk (2017), yang meneliti tentang
berjumlah 70,7% (53 orang) memiliki kadar gula darah yang tinggi. Menurut
56
terkontrol.
estrogen dan progesterone sehingga kadar gula darah pada pasien diabetes
terbanyak adalah SMA berjumlah 72,2% (23 orang). Penelitian ini sejalan
pada pasien Diabetes Melitus mayoritas SMA berjumlah 76,6% . hal ini sama
penyakit diabetes melitus tipe 2, tingkat pendidikan yang tinggi biasanya akan
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang rendah pada pasien diabetes
diabetes melitus.
memiliki pekerjaan yaitu lebih dari separuh 89,9% ( 32 orang). Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmatia (2020) bahwa dari
darah 66,6%. Pemantauan kadar gula darah pasien diabetes melitus secara
terbanyak <5 tahun berjumlah 61,1 %. Hal ini sejalan dengan penelitian
Makassar bahwa dari 18 responden sebagian besar 61,1 % (11 orang). Hal ini
melitus baru berjumlah 50,9% (28 orang). Hal ini sesuai dengan penelitian
Krismanita (2017) bahwa lama menderita <5 tahun berjumlah 54% (27 orang).
B. Analisa Bivariat
perlakuan teknik relaksasi benson pada kelompok intervensi yaitu 224,2 mg/dl
dengan standar deviasi 31,351. Rata-rata kadar gula darah sesudah pada
kelompok kontrol tanpa perlakuan 222,3 mg/dl dengan standar deviasi 29,330.
Hasil ini menunjukkan terdapat penurunan kadar gula darah setelah diberikan
perlakuan.
Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan Dewi, dkk
kelompok eksperimen yaitu 206,72 mg/dl mg/dl dengan standar deviasi sesudah
intervensi 33,981 mg/dl. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang
kadar gula darah sesudah kontrol tanpa perlakuan sebesar 257 mg/dl dengan
standar deviasi sebelum kontrol tanpa perlakuan 71,56 mg/dl. Hal ini
darah pada penderita diabetes melitus disebabkan faktor usia, lama menderita
dan pekerjaan. Pada usia 56 sampai dengan 64 tahun termasuk kategori usia
59
perasaan tenang dan bahagia sehingga mencegah terjadinya stress pada usia
lanjut. Hal ini sejalah dengan penelitian Juwita, dkk (2016) yang mengatakan
otak yang bisa menimbulkan perasaan bahagia, senang, gembira, dan percaya
Penurunan kadar gula darah juga didapatkan peneliti karena faktor lama
menderita dan pekerjaan, penderita diabetes melitus yang lama menderita sering
kesehatan untuk mengontrol kadar gula darah responden. Dari hasil penelitian
didapatkan juga beberapa responden yang masih bekerja dan memiliki aktivitas
sehari-hari yang dilakukan. Hal ini sejalan dengan penelitian Cahyati ,dkk
(2020) faktor yang mempengaruhi penurunan kadar gula darah yaitu kepatuhan
terhadap diet, aktivitas fisik dan pemeriksaan kadar gula darah rutin.
darah yaitu obat-obatan dan pemberian non farmakologis. Pada penelitian ini
seluruh responden mengkonsumsi obat secara teratur. Hal ini sejalan dengan
gula darah. Hal ini disebakan dosis harus sesuai dengan takaran yang
dibutuhkan penderita. Jika dosis terlalu rendah dan tinggi maka akan timbul
60
komplikasi kronis lebih dini. Hal ini sejalan dengan penelitian,bahwa non
farmakologis dapat menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus.
dapat membuat perasaan tenang pada penderita Diabetes Melitus sehingga dapat
keyakinan pasien yang dapat menciptkan suatu linkungan yang tenang sehingga
dapat membantu pasien mencapai kondisi dan kesejahteraan lebih tinggi. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sajili (2020) bahwa teknik
relaksasi dapat menurunkan kadar gula darah penderita diabetes melitus. Pada
penelitian ini telah dilakukan perlakuan teknik relaksasi benson pada kelompok
melakukan teknik relaksasi benson yang dilakukan secara teratur 1 kali sehari
dengan durasi 15-20 menit melakukan teknik relaksasi benson selama 3 hari,
pada penurunan kadar gula darah responden. Sedangkan pada kelompok kontrol
tanpa perlakuan juga mengalami penurunan kadar gula darah tetapi tidak
dilakukan bahkan dalam kondisi apapun serta tidak memiliki efek apapun dan
lebih mudah dilakukan oleh pasien, dapat menekan biaya pengobatan, dan dapat
digunakan untuk mengontrol kadar gula darah dalam tubuh. Kekurangan teknik
relaksasi Benson yaitu memerlukan waktu yang relative lama karena dilakukan
berulang-ulang selama 15-20 menit. Oleh karena itu untuk memperoleh efek
61
tersebut teknik relaksasi benson dilakukan 3 hari berturut-turut (Sari & Sajili,
2020).
dengan p value 0,001. Hal ini berarti bahwa Teknik relaksasi benson dapat
menurunkan kadar gula darah yang dialami responden. Pada kondisi ini terjadi
perubahan impuls saraf pada jalur afern ke otak dimana aktifitas inhibisi.
Perubahan impuls saraf ini menyebabkan perasaan tenang baik fisik maupun
tubuh dalam hal ini menurunkan kadar gula darah (Price, 2015).
benson terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di wilayah Kerja
Puskesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian
tanpa perlakuan yaitu p = 0,000 ada perbedaan nilai kadar gula darah setelah
dilakukan relaksasi benson. Hal ini sama dengan penelitian Rahmatia (2020)
didapatkan hasil pada kelompok intervensi yang diperoleh nilai p = 0,001 lebih
kecil dari 0,005 yang berarti ada hubungan yang signifikan anatar penurunan
kadar gula darah pada penderita DM tipe 2. Menurut penelitian Ulum (2015)
62
dan sesudah dilakukan teknik relaksi Benson dengan cara menekan pengeluaran
asam amino, laktat, dan piruvat tetap disimpan dihati dalam betuk glikogen
sebagai energy cadangan. Teknik relaksasi benson dilakukan secara rutin , maka
dapat menekan ACTH dan Glukokortikoid pada korteks adrenal sehingga dapat
meekan pembentukan glukosa baru oleh hati, disamping itu lipolysis dan
katabolisme karbohidrat dapat ditekan yang dapat meurunkan kadar gula darah
darah antara sebelum dan sesudah perlakuan (Teknik relaksasi Benson) dengan
hasil p = 0,000. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahman
(2016) tentang pengaruh teknik relaksasi benson terhadap kadar gula darah pada
pasien DM tipe II, diketahui bahwa ada pengaruh teknik relaksasi besnon
terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe II, selisih rata-rata
ini sejalan dengan penelitian Rasubala (2017) menunjukkan hasil uji statistic
didapatkan nilai P value 0,000 (lebih kecil alpha 0,05), maka terdapat pengaruh
Teknik relaksasi Benson terhadap nyeri pada pasien post operasi di RSUP teling
Manado.
gula darah, namun demikian ditemukan pada kelompok intervensi lebih banyak
63
200,89). Dan setelah dilakukan uji statistic Independen T-test diperoleh nilai p =
0,000 artinya ada pengaruh teknik relaksasi benson terhadap kadar gula darah
pada pasien Diabetes Melitus di wilayah kerja puskesmas Tigo Baleh Kota
PENUTUP
A. Kesimpulan
pengaruh teknik relaksasi benson terhadap kadar gula darah pada pasien
diabetes melitus di wilayah kerja puskesmas tigo baleh kota bukittinggi tahun
5. Ada perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah melakukan teknik
64
65
B. Saran
Dari hasil penelitian ini penulis mempunyai beberapa saran yaitu sebagai
berikut :
1. Bagi responden
meningkatkan kadar gula darah seperti pola makan baik, rajin melakukan
C. Keterbatasan Penelitian
menjadi focus pada apa yang akan diteliti dan tidak melebar luas. Namun,
Inisial :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Lama menderita :