OLEH :
1. Mulya Ulfa Kaswati 2109149011184
2. Rahmi Adiati Anggina 2109149011187
3. Ratna Julita 2109149011183
4. Rika Okta Wisma 2109149011189
5. Welly Utama 2109149011192
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
1
1. Mulya Ulfa Kaswati 2109149011184
2. Rahmi Adiati Anggina 2109149011187
3. Ratna Julita 2109149011183
4. Rika Okta Wisma 2109149011189
5. Welli Utama 2109149011192
Telah disetujui untuk dilakukan seminar kasus dari Ruang KB IGD Rumah Sakit
Ahmad Mochtar Bukittinggi pada hari _____,____ __________ ________
Mengetahui,
2
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmatnya dan karunianya. Penulis dapat menyelesaikan makalah seminar kasus
dengan tepat waktu. Penulisan makalah seminar kasus ini dibuat sebagai salah
satu tugas dari Prodi Profesi di Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi. Makalah seminar
kasus ini berjudul “asuhan keperawatan Ny N Dengan Diagnosis Medis
Persalinan Gemeli di Ruang KB IGD Rumah Sakit Ahmad Mochtar Bukittinggi”
Penulis menyadari tentang segala keterbatasan kemampuan dan
pemanfaatan literatur, sehingga makalah seminar kasus ini dibuat dengan
sederhana dan isinya jauh dari sempurna. Semoga seluruh budi baik yang telah
diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah Yang Maha
Pemurah. Akhirnya penulis berharap bahwa makalah seminar kasus ini
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................................iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................................vi
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................................
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................
1.3. Tujuan .........................................................................................................................
1.3.1. Tujuan Umum...........................................................................................................
1.3.2. Tujuan Khusus..........................................................................................................
1.4. Manfaat .......................................................................................................................
1.4.1. Secara Teoritis..........................................................................................................
1.4.2. Secara Praktis............................................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................
2.1. Konsep Persalinan Gemili ………………………………………………….
2.2Definisi ………………………………………………………………………
2.3Etiologi ………………………………………………………………………
2.4 Patofisiologi …………………………………………………………………
2.5 Tanda dan Gejala ……………………………………………………………
2.6 Letak Janin ………………………………………………………………….
2.7 Pemeriksaan Penunjang …………………………………………………….
2.8 Komplikasi ………………………………………………………………….
2.9 Penangan Persalinan ………………………………………………………..
2.10 WOC ………………………………………………………………………
BAB 3 LAPORAN KASUS ..................................................................................................
3.1. Identitas .......................................................................................................................
3.1.1 Identitas .....................................................................................................................
3.1.2 Status Kesehatan Saat ini .........................................................................................
3.1.3 Riwayat Keperawatan ...............................................................................................
3.1.4 Riwayat persalinan dan post partum .........................................................................
3.1.5 Riwayat keluaga berencana ......................................................................................
3.1.6 Riwayat Kesehatan Lingkungan ...............................................................................
4
3.1.7 Aspek Psikolsosial.....................................................................................................
3.1.8 Pemeriksaan fisik ......................................................................................................
3.1.10 Kesiapan dalam perawatan......................................................................................
3.1.11 Data Penunjang ………………………………………………………….
3.2. Analisa Data.................................................................................................................
3.3. Prioritas Masalah.........................................................................................................
3.4. Intervensi Keperawatan...............................................................................................
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................................
4.1. Kesimpulan..................................................................................................................
4.2. Saran ...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
6
kehamilan tunggal. Sedangkan angka kematian perinatal pada bayi kembar adalah
3-4 kali lebih besar dibanding bayi tunggal, akibat prematuritas dan kesulitan-
kesulitan lainnya (NICE, 2011:6).
Kematian ibu pada saat ini masih menjadi masalah kesehatan reproduksi
yang sangat penting di Indonesia. Indikator kesehatan yang menggambarkan
tingkat kesehatan ibu dan anak adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Disamping itu AKI merupakan tolok ukur untuk menilai
keadaan pelayanan obstetrik di suatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti sistem
pelayanan obstetrik belum sempurna, sehingga memerlukan perbaikan (Profil
Kesehatan Indonesia, 2015). Menurut laporan World Health Organization (WHO)
AKI di dunia masih tinggi, dan Indonesia berada di posisi teratas dengan jumlah
kematian ibu tertinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang lain.
AKI di dunia tahun 2014 yaitu 289.000 jiwa per 100.000 kelahiran hidup.
Beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika Sub-Saharan 179.000
jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian
ibu di negara-negara Asia Tenggara dimana Indonesia yaitu 190 per 100.000
kelahiran hidup, Vietnam 49 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 26 per
100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 29
per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, AKI di Indonesia pada
tahun 2012 meningkat tajam menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Tujuan
milenium dalam target MDGs pada 2015 adalah AKI dapat diturunkan menjadi
102 per 100.000 kelahiran hidup. Namun, berdasarkan data yang didapat AKI
pada tahun 2015 sebanyak 305 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini sangat jauh
dari target MDGs. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015: 104).
Menurut hasil survei Fakultas Kedokteran Universitas Andalas tahun
2008, AKI di Sumatera Barat adalah sebesar 212 per 100.000 kelahiran hidup
(Dinkes, 2014). Kematian ibu di Indonesia tahun 2013 masih didominasi oleh tiga
penyebab utama kematian yaitu pendarahan sebesar 30,13%, hipertensi dalam
kehamilan sebesar 27,1% dan infeksi sebesar 7,3%. Partus lama juga merupakan
salah satu penyebab kematian ibu di Indonesia yang angka kejadiannya terus
meningkat yaitu 1% pada tahun 2010, 1,1% pada tahun 2011, dan 1,8% pada
7
tahun 2012 (Kemenkes RI, 2016).
Seorang perawat memiliki peran memebrikan asuhan keperawatan pada
klien dengan kehamilan gemelli, melaksanakan pengkajian secara sistematis dan
komprehensif, merumuskan diagnose keperawatan, merncankan tindakan
keperawatan berdasarkan prioritas/ tingkat kegawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan baik secara independent, interdependent, maupun dependent dan
melaksanakan evelusai permasalahan yang dihadapi klien. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk memaparkan secara spesifik sebagai wujud perhatian dalam
memberikan kontribusi pemikiran pada berbagai pihak yang berkompeten dengan
masalah tersebut guna mencari solusi terbaik atas pemasalahan di atas dengan
harapan dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi dengan menerapkan
asuhan kebidanan pada ibu dengan persalinan gemelli (Yulifah dan
Surachmindari, 2014: 57 dan 93).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan studi
kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan Diagnosa Medis
Persalinan Gemilli di Ruang KB IGD Rumah Sakit Ahmad Mochtar”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada Ny.N dengan Diagnosa
Medis Persalinan Gemilli di Ruang KB IGD Rumah Sakit Ahmad Mochtar”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Seminar ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada Ny.N
dengan Diagnosa Medis Persalinan Gemilli di Ruang KB IGD Rumah Sakit
Ahmad Mochtar
1.3.2 Tujuan Khusus
8
1.4 Manfaat
1.4.1 Secara Teoritis
Seminar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang konsep
teori dan penanganan dalam pemberian Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan
Diagnosa Medis Persalinan Gemilli di Ruang KB IGD Rumah Sakit Ahmad
Mochtar.
1.4.2 Secara Praktis
1. Bagi Profesi Keperawatan
Seminar ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi praktisi
keperawatan agar meningkatkan dan mengembangkan perencanaan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis dengan Diagnosa
Medis Persalinan Gemilli di Ruang KB IGD Rumah Sakit Ahmad
Mochtar.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih yang
ada didalam kandungan selama proses kehamilan. Bahaya bagi ibu tidak begitu
besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan perhatian dan
pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu janin
(Wiknjosastro, 2007). Sedangkan menurut (Mochtar Rustam, 2012) kehamilan
ganda atau kembar adalah kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih. Jadi,
kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih yang
ada didalam kandungan selama proses kehamilan.
2.2 Etiologi
10
tidak atau sedikit sekali mempengaruhi kehamilan kembar itu. Diperkirakan
disini sebabnya ialah faktor penghambat pada masa pertumbuhan dini hasil
konsepsi.
2.3 Klasifikasi
1. Gemelli monozigotik yang berasal dari satu telur
2. Gemelli dzigotik yang berasal dari dua telur
11
Ciri gemellia monozigotik adalah:
Gemelli dzigotik adalah hasil fertilisasi dari dua telur oleh dua
spermatozoa. Dua telur dikeluarkan dari dua folikel de graaf pada waktu
yang hampir bersamaan.
2.4 Patofisiologi
12
lalu dibuahi oleh sperma. Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami pembuahan
dalam waktu bersamaan. Sedangkan kembar monozigot berarti satu telur yang
dibuahi sperma, lalu membelah dua. Masa pembelahan inilah yang akan
berpengaruh pada kondisi bayi kelak.
Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0 – 72 jam, 4
– 8 hari, 9-12 dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama, akan terjadi
diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan dikorionik atau rahim
punya dua plasenta. Sedangkan pada pembelahan kedua, selaput ketuban tetap
dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja terjadi
salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya tidak.
Akibatnya, perkembangan bayi bisa terhambat. Lalu, pada pembelahan ketiga,
selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih
membelah dengan baik.
Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu plasenta dan satu
selaput ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar.
Pasalnya waktu pembelahannya terlalu lama, sehingga sel telur menjadi
berdempet. Jadi kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang
pembelahannya lebih dari 13 hari. Dari keempat pembelahan tersebut, tentu saja
yang terbaik adalah pembelahan pertama, karena bayi bisa membelah dengan
sempurna. Namun, keempat pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor
yang mempengaruhi waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah tidak
sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi,
kurang gizi, dan masalah lingkungan.
Menurut Dutton, dkk (2012) tanda dan gejala pada kehamilan kembar
adalah sebagai berikut:
13
4. Auskultasi lebih dari satu denyut jantung yang terdengar jelas dan berbeda
(nonmaternal) lebih dari 10 denyut/menit. Kecurigaan meningkat jika
keluarga memiliki riwayat kehamilan kembar
5. Penggunaan stimulator ovulasi
6. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah
sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain.
7. Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan
kembar daripada kehamilan tunggal.
8. Frekuensi pre-eklamsia dan eklamsia juga dilaporkan lebih sering pada
kehamilan kembar.
9. Solusio plasenta dapat terjadi kemudian seperti sesak nafas, sering kencing,
edema dan varises pada tungkai bawah dan vulva.
2.6 Letak Janin
14
Gambar 2.4 :
1. Anamnesa
a. Perut lebih buncit dari semestinya tua kehamilan
b. Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
c. Uterus terasa lebih cepat membesar
d. Pernah hamil kembar atau ada sejarah keturunan.
2. Inspeksi dan palpasi
15
a. Pada pemeriksaan pertama dan ulang ada kesan uterus lebih besar dan
cepat tumbuhnya dari biasa.
b. Teraba gerakan-gerakan janin lebih banyak
c. Banyak bagian-bagian kecil teraba
d. Teraba 3 bagian besar janin
e. Teraba 2 balotemen
3. Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan
dengan perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut per menit atau sama-
sama dihitung dan berselisih 10.
4. Rontgen foto abdomen, tampak gambaran 2 janin.
5. Ultrasonografi Tampak 2 janin, 2 jantung yang berdenyut telah dapat
ditentukan pada triwulan I.
6. Elektrokardiogram fetal
Diperoleh dua EKG yang berbeda dari kedua janin.
7. Reaksi kehamilan
Karena pada hamil kembar umumnya plasenta besar atau ada 2 plasenta,
maka produksi HCG akan tinggi. Jadi reaksi kehamilan bisa positif kadang-
kadang sampai 1/200. Hal ini dapat meragukan dengan molahidatidosa.
Kadangkala diagnosa baru diketahui setelah bayi pertama lahir, uterus
masih besar dan ternyata ada satu janin lagi didalam rahim. Kehamilan
kembar sering terjadi bersamaan dengan hidramnion dan toksemia
gravidarum.
3 Komplikasi
16
1. Prematuritas
Janin dari kehamilan multipel cenderung dilahirkan preterm dan
kebanyakan memerlukan perawatan pada neonatal intensive care unit
(NICU). Sekitar 50 persen kelahiran kembar terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Lamanya kehamilan akan semakin pendek dengan
bertambahnya jumlah janin di dalam uterus. Sekitar 20% bayi dari
kehamilan multipel merupakan bayi dengan berat lahir rendah.
Bayi kembar yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 35 minggu dua kali
lebih sering menderita HMD dibandingkan dengan bayi tunggal yang
dilahirkan pada usia kehamilan yang sama. HMD atau yang dikenal
sebagai Respiratory Distres Syndrom (RDS) adalah penyebab tersering
dari gagal nafas pada bayi prematur. Terjadi segera setelah atau beberapa
saat setelah bayi lahir. Ditandai dengan sukar bernafas, cuping hidung,
retraksi dinding dada dan sianosis yang menetap dalam 48-96 jam pertama
kehidupan. Prevalensi HMD didapatkan lebih tinggi pada kembar
monozigotik dibandingkan dengan kembar dizigotik. Bila hanya satu bayi
dari sepasang bayi kembar yang menderita HMD, maka bayi kedua lebih
cenderung menderita HMD dibandingkan dengan bayi pertama
17
Infeksi onset cepat Streptococcus group B pada bayi berat lahir rendah
adalah 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan
tunggal dengan berat badan yang sama.
18
semua struktur disebut akardius amorfosa.
8. Kembar Siam
Jantung selalu terlibat dalam kasus ini. Bila jantung hanya satu,
harapan hidup baik dengan atau tanpa operasi adalah rendah.
19
Pada kehamilan kembar, pertumbuhan dan perkembangan salah satu
atau kedua janin dapat terhambat. Semakin banyak jumlah janin yang
terbentuk, maka kemungkinan terjadinya IUGR semakin besar.
Untuk kepentingan ibu dan janin perlu diadakan pencegahan terhadap pre-
eklamsia dan eklamsia, partus prematurus dan anemia. Pemeriksaan antenatal
perlu diadakan lebih sering. Sehingga tanda-tanda pre-eklamsia dapat diketahui
dini dan penanganan dapat dikerjakan dengan segera.
WOC
20
21
BAB 3
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM
UNIT KEPERAWATAN MATERNITAS
3.1 IDENTITAS
1. Nama pasien : Ny. N Nama Suami : Tn. T
2. Umur : 26 th Umur : 34 th
3. Suku/ bangsa : Minang Suku/ bangsa :
Minang
4. Agama : Islam Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : IRT Pekerjaan :
7. Alamat : Kapalo Koto Alamat :
Kapalo Koto
8. Status Pernikahan : Kawin
22
GENOGRAM
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
X = Meninggal
1. RIWAYAT OBSTETRI :
a. Riwayat menstruasi :
Menarche : umur 12 tahun
Siklus : teratur ( v ) tidak ( )
Banyaknya : ganti pembalut 2-3 kali sehari
Lamanya: 6-7 hari
Keluhan : tidak ada keluhan
3.1.6 LINGKUNGAN :
23
- Kebersihan: Ibu mengatakan lingkungan rumah di perumahan, kebersihan
sudah ada yang mengatur.
- Bahaya : Ibu mengatakan lingkungan aman, tidak ramai.
- Lainnya sebutkan :-
Mata :
Kelopak mata : Tidak odema
Gerakan mata : Simetris
Konjungtiva : Anemis
Sklera : Tidak ikterus
Pupil : Isokor
Akomodasi : Pergerakan mata baik dan tidak ada
strabismus
Lainnya sebutkan : -
Hidung :
Reaksi alergi : Ibu tidak memiliki alergi debu atau dingin.
Sinus : Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat
sinusitis
Lainnya sebutkan : -
24
Pernapasan
Inspeksi:
Simetris kanan dan kiri, pengembangan dinding dada simetris,
tidak tampak adanya pembengkakan, jalan nafas paten, tidak
tampak menggunakan otot bantu pernapasan.
Palpasi:
Tidak terdapat nyeri tekan, pergerakan dinding dada teraba.
Auskultasi:
Suara napas vesikuler, tidak ada suara napas tambahan
Sirkulasi jantung
Inspeksi:
Iktus kardis tidak terlihat, kecepatan denyut apical tidak terkaji
Palpasi:
Tidak terdapat nyeri tekan
Auskultasi:
Irama reguler, Terdengar bunyi jantung 1lup dan 2 dup pada ICS
IV, tidak
ada kelainan bunyi jantung
Abdomen
Inspeksi:
Perut kelihatan lebih buncit dan lebih besar dari semestinya
kehamilan tua
Palpasi:
Leopold I: TFU setinggi vt
Leopold II:
Leopold III: Bagian bawah teraba bagian kepala, tidak bisa
digoyangkan.
Leopold IV: Tangan konvergen, Penurunan kepala 4/5, kontraksi
3x/10 menit
Auskultasi:
Bising usus : DJJ I 165x/menit, DJJ II 155x/menit
Ekstrimitas (integumen/muskuloskeletal)
Turgor kulit : baik <2 detik
Warna kulit : kemerahan
Edema : tidak ada edema
Kontraktur pada persendian ekstrimitas : tidak ada
Tanda Homan : +/-
25
Kesulitan dalam pergerakan : tidak ada kesulitan dalam
pergerakan
Lainnya sebutkan: terpasang infus pada tangan kiri, mengeluh kaki
lemas dan tremor, kesulitan bergerak. CRT >2detik.
26
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak
Umur
No Usia Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan Jenis BB pj
kehamilan
I 15 Tahun - Tidak ada Normal Bidan Tidak ada - Tidak ada Tidak ada Perempuan 3200 gr 50 cm
II 3 Tahun - Tidak ada Normal Bidan Tidak ada - Tidak ada Tidak ada Perempuan
3000 gr 49 cm
III Ini -
LAPORAN PERSALINAN BAYI
ANALISA DATA
PRIORITAS MASALAH
3.3 Prioritas Masalah
No Tanggal
Masalah Keperawatan
. Ditemukan Diatasi
1. Nyeri Akut berhubungan dengan 28/10/2021
agen pencedera fisiologi (mis,
inflamasi, iskemis, neoplasma)
2 Ansietas berhubungan dengan 28/10/2021
krisis situsional
3. Gangguan Mobilitas Fisik 28/10/2021
berhubungan dengan Nyeri
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.N
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan ibu observasi nyeri
berhubungan keperawatan selama 1x24 jam (P,Q,R,S,T) secara mandiri
dengan agen diharapkan nyeri dapat berkurang saat dirumah.
pencedera dengan 2. Monitor tanda-tanda vital.
fisiologi (mis, Kriteri hasil : 3. Kontrol lingkungan yang
inflamasi, 1. Klien dapat mengontrol nyeri ( dapat mempengaruhi nyeri
iskemis, tahu penyebab nyeri, mampu (suhu, pencahayaan dan
neoplasma) mengunakan tindakan non kebisingan)
farmakologi untuk mengurangi 4. Edukasi ibu tindakan
nyeri, mencari bantuan) nonfarmakologis untuk
CATATAN PERKEMBANGAN
No Dx Jam Implementasi Evaluasi TTD
1. I 1. Menganjurkan ibu observasi S : - Pasien mengatakan nyeri
pada area genitalia
nyeri secara mandiri.
- P : ketika bergerak
2. Memonitor tanda-tanda vital - Q : Seperti ditusuk tusuk
benda tajam
3. Mengontrol lingkungan yang
- R : area genitalia
dapat mempengaruhi nyeri. -S:6
- T : terus menerus
4. Mengedukasi ibu Teknik
nonfarmakologis untuk O : - wajah ibu tampak meringis
- Ibu tampak memegangi
mengurangi rasa nyeri yang bisa
area perutnya yang nyeri
dilakukan dirumah. - Ibu tampak gelisah
- TD : 123/74
5. Mengkolaborasikan dengan
- Nadi : 80 x/i
dokter dalam pemberian
A : G3P2A0H0 + Gemilli inpartu
analgetic bila perlu
kala I
P : - pantau TTV, DJJ, KU
- Pasang infus RL 20 tts/i
- Injeksi cefriaxone 1 mg
- Kolaborasi dengan dr.
Sp.OG
Setelah kelompok melakukan Analisa kasus pada data pengkajian pasien Ny. N
Dengan Diagnosis Medis : G III P 2 A O H 2, gestasi 39 minggu 6 hari, situs
memanjang, intra uterin, gemelli, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala I fase aktif
Di Ruang RS Premier Surabaya, maka kelompok dapat menarik kesimpulan sekaligus
saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu tindakan keperawatan pada
pasien.
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran