Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY S DENGAN DIAGNOSIS


MEDIS PERSALINAN GEMELLI DI RUANGKB IGD
RUMAH SAKIT AHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI 2021

OLEH :
1. Mulya Ulfa Kaswati 2109149011184
2. Rahmi Adiati Anggina 2109149011187
3. Ratna Julita 2109149011183
4. Rika Okta Wisma 2109149011189
5. Welly Utama 2109149011192

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI
SUMBAR BUKITTINGGI
2021/2022

LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:

1
1. Mulya Ulfa Kaswati 2109149011184
2. Rahmi Adiati Anggina 2109149011187
3. Ratna Julita 2109149011183
4. Rika Okta Wisma 2109149011189
5. Welli Utama 2109149011192

Judul: Laporan kasus seminar asuhan keperawatan Ny N


Dengan Diagnosis Medis Persalinan Gemeli di Ruang KB
IGD Rumah Sakit Ahmad Mochtar Bukittinggi.

Telah disetujui untuk dilakukan seminar kasus dari Ruang KB IGD Rumah Sakit
Ahmad Mochtar Bukittinggi pada hari _____,____ __________ ________

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

Ns.Liza Merianti, S.Kep, M.Kep Afifah, S.ST

2
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmatnya dan karunianya. Penulis dapat menyelesaikan makalah seminar kasus
dengan tepat waktu. Penulisan makalah seminar kasus ini dibuat sebagai salah
satu tugas dari Prodi Profesi di Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi. Makalah seminar
kasus ini berjudul “asuhan keperawatan Ny N Dengan Diagnosis Medis
Persalinan Gemeli di Ruang KB IGD Rumah Sakit Ahmad Mochtar Bukittinggi”
Penulis menyadari tentang segala keterbatasan kemampuan dan
pemanfaatan literatur, sehingga makalah seminar kasus ini dibuat dengan
sederhana dan isinya jauh dari sempurna. Semoga seluruh budi baik yang telah
diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah Yang Maha
Pemurah. Akhirnya penulis berharap bahwa makalah seminar kasus ini
bermanfaat bagi kita semua.

Bukittinggi, 2 Oktober 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................................iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................................vi
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................................
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................
1.3. Tujuan .........................................................................................................................
1.3.1. Tujuan Umum...........................................................................................................
1.3.2. Tujuan Khusus..........................................................................................................
1.4. Manfaat .......................................................................................................................
1.4.1. Secara Teoritis..........................................................................................................
1.4.2. Secara Praktis............................................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................
2.1. Konsep Persalinan Gemili ………………………………………………….
2.2Definisi ………………………………………………………………………
2.3Etiologi ………………………………………………………………………
2.4 Patofisiologi …………………………………………………………………
2.5 Tanda dan Gejala ……………………………………………………………
2.6 Letak Janin ………………………………………………………………….
2.7 Pemeriksaan Penunjang …………………………………………………….
2.8 Komplikasi ………………………………………………………………….
2.9 Penangan Persalinan ………………………………………………………..
2.10 WOC ………………………………………………………………………
BAB 3 LAPORAN KASUS ..................................................................................................
3.1. Identitas .......................................................................................................................
3.1.1 Identitas .....................................................................................................................
3.1.2 Status Kesehatan Saat ini .........................................................................................
3.1.3 Riwayat Keperawatan ...............................................................................................
3.1.4 Riwayat persalinan dan post partum .........................................................................
3.1.5 Riwayat keluaga berencana ......................................................................................
3.1.6 Riwayat Kesehatan Lingkungan ...............................................................................

4
3.1.7 Aspek Psikolsosial.....................................................................................................
3.1.8 Pemeriksaan fisik ......................................................................................................
3.1.10 Kesiapan dalam perawatan......................................................................................
3.1.11 Data Penunjang ………………………………………………………….
3.2. Analisa Data.................................................................................................................
3.3. Prioritas Masalah.........................................................................................................
3.4. Intervensi Keperawatan...............................................................................................
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................................
4.1. Kesimpulan..................................................................................................................
4.2. Saran ...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

5
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kehamilan ganda (Gemelli) merupakan kehamilan dengan dua jenis atau


lebih dan termasuk kedalam kehamilan beresiko tinggi karena kematian perinatal
3-5 kali lebih tinggi dari kehamilan tunggal dan kehamilan neonates 10 kali lebih
tinggi (Yunika, dkk 2020). Sedangkan menurut Melliyna (2017) kehamilan ganda
adalah terdiri dari dua janin dan dapat menghasilkan anak kembar dua (gemelli).
Beberapa pengertian dari kehamilan kembar, diantaranya ada yang
mendefinisikan kehamilan gemelli merupakan suatu istilah yang digunakan
apabila terdapat lebih dari satu janin di dalam rongga uterus. Twins
menggambarkan dua janin dan triplet menggambarkan 3 janin dan seterusnya
(Yunika, dkk 2018). Sumber lain mengatakan bahwa kehamilan kembar adalah
suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih (Pudiastuti, 2016).
Persalinan dengan kehamilan gemelli dapat memberikan kontribusi secara
tidak langsung terhadap mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi. Pada ibu,
seperti perdarahan dan atonia uteri. Perdarahan dan atonia dapat meningkatkan
morbiditas pada ibu bahkan sampai menyumbangkan angka mortalitas. Pada bayi,
berat badan lahir rendah (BBLR) danasfiksia dapat meningkatkan morbiditas
bahkan sampai meningkatkan mortalitas pada bayi (Parawiharohardjo, 2019)).
Pada umumnya kehamilan dan persalinan memiliki resiko bagi ibu dan
maupun janin. Pada kehamilan multipel atau gemelli resiko yang dapat terjadi
pada ibu dengan kehamilan gemelli atau kembar diantaranya preeklampsia,
anemia akibat peningkatan kebutuhan janin terhadap zat besi dua kali lebih tinggi,
perdarahan antepartum, persalinan, post partum, serta terjadinya solusio plasenta.
Sedangkan mortalitas perinatal mencapai enam kali lebih tinggi dibandingkan
dengan kehamilan tunggal. Resiko yang dapat terjadi pada janin kembar
diantaranya kelainan plasenta, insersi tali pusat, kelainan perkembangan, kembar
siam, lilitan tali pusat, kelahiran preterem, resiko prolapstali pusat, dan kematian
salah satu atau kedua janin (Fatmawati, 2020).
Angka kejadian kesakitan dan kematian ibu pada kehamilan kembar jauh
lebih tinggi dibanding dengan kehamilan tunggal yaitu 2,5 kali lipat dari

6
kehamilan tunggal. Sedangkan angka kematian perinatal pada bayi kembar adalah
3-4 kali lebih besar dibanding bayi tunggal, akibat prematuritas dan kesulitan-
kesulitan lainnya (NICE, 2011:6).
Kematian ibu pada saat ini masih menjadi masalah kesehatan reproduksi
yang sangat penting di Indonesia. Indikator kesehatan yang menggambarkan
tingkat kesehatan ibu dan anak adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Disamping itu AKI merupakan tolok ukur untuk menilai
keadaan pelayanan obstetrik di suatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti sistem
pelayanan obstetrik belum sempurna, sehingga memerlukan perbaikan (Profil
Kesehatan Indonesia, 2015). Menurut laporan World Health Organization (WHO)
AKI di dunia masih tinggi, dan Indonesia berada di posisi teratas dengan jumlah
kematian ibu tertinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang lain.
AKI di dunia tahun 2014 yaitu 289.000 jiwa per 100.000 kelahiran hidup.
Beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika Sub-Saharan 179.000
jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian
ibu di negara-negara Asia Tenggara dimana Indonesia yaitu 190 per 100.000
kelahiran hidup, Vietnam 49 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 26 per
100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 29
per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, AKI di Indonesia pada
tahun 2012 meningkat tajam menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Tujuan
milenium dalam target MDGs pada 2015 adalah AKI dapat diturunkan menjadi
102 per 100.000 kelahiran hidup. Namun, berdasarkan data yang didapat AKI
pada tahun 2015 sebanyak 305 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini sangat jauh
dari target MDGs. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015: 104).
Menurut hasil survei Fakultas Kedokteran Universitas Andalas tahun
2008, AKI di Sumatera Barat adalah sebesar 212 per 100.000 kelahiran hidup
(Dinkes, 2014). Kematian ibu di Indonesia tahun 2013 masih didominasi oleh tiga
penyebab utama kematian yaitu pendarahan sebesar 30,13%, hipertensi dalam
kehamilan sebesar 27,1% dan infeksi sebesar 7,3%. Partus lama juga merupakan
salah satu penyebab kematian ibu di Indonesia yang angka kejadiannya terus
meningkat yaitu 1% pada tahun 2010, 1,1% pada tahun 2011, dan 1,8% pada

7
tahun 2012 (Kemenkes RI, 2016).
Seorang perawat memiliki peran memebrikan asuhan keperawatan pada
klien dengan kehamilan gemelli, melaksanakan pengkajian secara sistematis dan
komprehensif, merumuskan diagnose keperawatan, merncankan tindakan
keperawatan berdasarkan prioritas/ tingkat kegawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan baik secara independent, interdependent, maupun dependent dan
melaksanakan evelusai permasalahan yang dihadapi klien. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk memaparkan secara spesifik sebagai wujud perhatian dalam
memberikan kontribusi pemikiran pada berbagai pihak yang berkompeten dengan
masalah tersebut guna mencari solusi terbaik atas pemasalahan di atas dengan
harapan dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi dengan menerapkan
asuhan kebidanan pada ibu dengan persalinan gemelli (Yulifah dan
Surachmindari, 2014: 57 dan 93).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan studi
kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan Diagnosa Medis
Persalinan Gemilli di Ruang KB IGD Rumah Sakit Ahmad Mochtar”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada Ny.N dengan Diagnosa
Medis Persalinan Gemilli di Ruang KB IGD Rumah Sakit Ahmad Mochtar”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Seminar ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada Ny.N
dengan Diagnosa Medis Persalinan Gemilli di Ruang KB IGD Rumah Sakit
Ahmad Mochtar
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan konsep teori penyakit Persalinan Gemilli


2. Menjelaskan konsep teori asuhan keperawatan Persalinan Gemilli
3. Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan Diagnosa
Medis Persalinan Gemilli di Ruang KB IGD Rumah Sakit Ahmad
Mochtar.

8
1.4 Manfaat
1.4.1 Secara Teoritis
Seminar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang konsep
teori dan penanganan dalam pemberian Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan
Diagnosa Medis Persalinan Gemilli di Ruang KB IGD Rumah Sakit Ahmad
Mochtar.
1.4.2 Secara Praktis
1. Bagi Profesi Keperawatan
Seminar ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi praktisi
keperawatan agar meningkatkan dan mengembangkan perencanaan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis dengan Diagnosa
Medis Persalinan Gemilli di Ruang KB IGD Rumah Sakit Ahmad
Mochtar.

9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih yang
ada didalam kandungan selama proses kehamilan. Bahaya bagi ibu tidak begitu
besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan perhatian dan
pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu janin
(Wiknjosastro, 2007). Sedangkan menurut (Mochtar Rustam, 2012) kehamilan
ganda atau kembar adalah kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih. Jadi,
kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih yang
ada didalam kandungan selama proses kehamilan.
2.2 Etiologi

Menurut Mellyna (2007) kehamilan gemelli dapat dipengaruhi oleh


beberapa faktor antara lain:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur dan paritas sering


mempengaruhi kehamilan 2 telur
2. Faktor obat-obat induksi ovulasi profertil, domid dan hormon gonadotropin
dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua
3. Faktor keturunan
4. Faktor yang lain belum diketahui
Bangsa, hereditas, umur dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap
kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur, juga hormon gonadotropin yang
dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi dilaporkan menyebabkan kehamilan
dizigotik. Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula faktor lain dengan
mekanisme tertentu menyebabkan matangnya 2 atau lebih folikel de graff atau
terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam satu folikel. Kemungkinan pertama
dibuktikan dan ditemukan 21 korpora lutea pada kehamilan kembar. Pada
fertilisasi in vitro dapat pula terjadi kehamilan kembar, jika telur-telur yang
diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu, jika semua embrio yang kemudian
dimasukan kedalam rongga rahim ibu tumbuh berkembang lebih dari satu. Pada
kembar yang berasal dari satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur dan paritas

10
tidak atau sedikit sekali mempengaruhi kehamilan kembar itu. Diperkirakan
disini sebabnya ialah faktor penghambat pada masa pertumbuhan dini hasil
konsepsi.

Faktor penghambat yang mempengaruhi segmentasi sebelum blastula


terbentuk, menghasilkan kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2 korion dan 2
plasenta seperti pada kehamilan kembar dizigotik.

2.3 Klasifikasi
1. Gemelli monozigotik yang berasal dari satu telur
2. Gemelli dzigotik yang berasal dari dua telur

2.3.1. Gemelli Monozigotik

Berasal dari satu telur yang melalui rangkaian proses pembelahan


yang kemudian timbuk dan berkembang menjadi dua individu. Proses
pembelahan sempurna menghasilkan gemelli monozigotik normal.
Sedangkan yang tidak sempurna menyebabkan terjadinya gemelli siam
atau double monster dengan berbagai variasi.

11
Ciri gemellia monozigotik adalah:

a. Jenis kelamin sama

b. Paras muka dan bentuk tubuh sama

c. Sidik jari tangan dan kaki sama

d. Golongan darah sama

e. Kebiasaan pemakaian tangan, yaitu dapat dengan tangan


kanan sedangkan bagi yang lain dengan ttangan kiri. Hal
ini disebabkan karena lokasi area motoric otak yang
berlawanan.

2.3.2. Gemellia Dzigotik

Gemelli dzigotik adalah hasil fertilisasi dari dua telur oleh dua
spermatozoa. Dua telur dikeluarkan dari dua folikel de graaf pada waktu
yang hampir bersamaan.

Ciri gemellia dzigotik adalah:

a. Jenis kelamin sama atau berbeda

b. Paras muka dan bentuk tubuh mirip dengan saudara


kandung yang lain.

c. Sidik jari tangan dan kaki berbeda

d. Plasenta dua buah atau bergabung menjadi satu dan sukar


membedakan.

e. Selaput ketuban terdiri dari dua amnion dan dua chorion


dimana masing-masing janin terbungkus oleh satu
chorion.

2.4 Patofisiologi

Menurut Manuaba (2007) kehamilan kembar dibagi menjadi dua.


Monozigot, kembar yang berasal dari satu telur dan dizigot kembar yang berasal
dari dua telur. Dari seluruh jumlah kelahiran kembar, sepertiganya adalah
monozigot. Kembar dizigot berarti dua telur matang dalam waktu bersamaan,

12
lalu dibuahi oleh sperma. Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami pembuahan
dalam waktu bersamaan. Sedangkan kembar monozigot berarti satu telur yang
dibuahi sperma, lalu membelah dua. Masa pembelahan inilah yang akan
berpengaruh pada kondisi bayi kelak.

Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0 – 72 jam, 4
– 8 hari, 9-12 dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama, akan terjadi
diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan dikorionik atau rahim
punya dua plasenta. Sedangkan pada pembelahan kedua, selaput ketuban tetap
dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja terjadi
salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya tidak.
Akibatnya, perkembangan bayi bisa terhambat. Lalu, pada pembelahan ketiga,
selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih
membelah dengan baik.

Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu plasenta dan satu
selaput ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar.
Pasalnya waktu pembelahannya terlalu lama, sehingga sel telur menjadi
berdempet. Jadi kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang
pembelahannya lebih dari 13 hari. Dari keempat pembelahan tersebut, tentu saja
yang terbaik adalah pembelahan pertama, karena bayi bisa membelah dengan
sempurna. Namun, keempat pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor
yang mempengaruhi waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah tidak
sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi,
kurang gizi, dan masalah lingkungan.

2.5 Tanda dan Gejala Kehamilan Gemelli

Menurut Dutton, dkk (2012) tanda dan gejala pada kehamilan kembar
adalah sebagai berikut:

1. Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas


toleransinya dan seringkali terjadi partus prematurus. Usia kehamilan makin
pendek dan makin banyaknya janin pada kehamilan kembar.
2. Mual dan muntah berat karena HCG meningkat
3. Palpasi abdomen mendapatkan 3 atau lebih bagian tubuh yang besar

13
4. Auskultasi lebih dari satu denyut jantung yang terdengar jelas dan berbeda
(nonmaternal) lebih dari 10 denyut/menit. Kecurigaan meningkat jika
keluarga memiliki riwayat kehamilan kembar
5. Penggunaan stimulator ovulasi
6. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah
sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain.
7. Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan
kembar daripada kehamilan tunggal.
8. Frekuensi pre-eklamsia dan eklamsia juga dilaporkan lebih sering pada
kehamilan kembar.
9. Solusio plasenta dapat terjadi kemudian seperti sesak nafas, sering kencing,
edema dan varises pada tungkai bawah dan vulva.
2.6 Letak Janin

Menurut Mochtar Rustam (2012) pada hamil kembar sering terjadi


kesalahan presentasi dan posisi kedua janin. Begitu pula letak janin kedua dapat
berubah setelah janin pertama lahir, misalnya dari letak lintang berubah jadi
letak sungsang atau letak kepala. Berbagai kombinasi letak, presentasi dan posisi
bisa terjadi yang paling sering dijumpai adalah:

1. Kedua janin dalam letak membujur, presentasi kepala (44-47 %).


2. Letak membujur, presentasi kepala bokong (37-38 %).
3. Keduanya presentasi bokong (8-10 %).
4. Letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3 %).
5. Letak lintang dan presentasi bokong (1,5-2 %).
6. Keduanya letak lintang (0,2-0,6 %).
7. Letak dan presentasi 69 adalah letak yang berbahaya karena dapat terjadi
kunci-mengunci (interlocking)Berbagai kombinasi letak, presentasi dan
posisi bisa terjadi dan yang paling sering dijumpai adalah :

14
Gambar 2.4 :

Jenis dan frekuensi letak serta presentasi kehamilan kembar


(Wiknjosastro, 2007)

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Untuk mendiagnosa adanya suatu kehamilan kembar menurut Mochtar


(2012) dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:

1. Anamnesa
a. Perut lebih buncit dari semestinya tua kehamilan
b. Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
c. Uterus terasa lebih cepat membesar
d. Pernah hamil kembar atau ada sejarah keturunan.
2. Inspeksi dan palpasi

15
a. Pada pemeriksaan pertama dan ulang ada kesan uterus lebih besar dan
cepat tumbuhnya dari biasa.
b. Teraba gerakan-gerakan janin lebih banyak
c. Banyak bagian-bagian kecil teraba
d. Teraba 3 bagian besar janin
e. Teraba 2 balotemen
3. Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan
dengan perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut per menit atau sama-
sama dihitung dan berselisih 10.
4. Rontgen foto abdomen, tampak gambaran 2 janin.
5. Ultrasonografi Tampak 2 janin, 2 jantung yang berdenyut telah dapat
ditentukan pada triwulan I.
6. Elektrokardiogram fetal
Diperoleh dua EKG yang berbeda dari kedua janin.
7. Reaksi kehamilan
Karena pada hamil kembar umumnya plasenta besar atau ada 2 plasenta,
maka produksi HCG akan tinggi. Jadi reaksi kehamilan bisa positif kadang-
kadang sampai 1/200. Hal ini dapat meragukan dengan molahidatidosa.
Kadangkala diagnosa baru diketahui setelah bayi pertama lahir, uterus
masih besar dan ternyata ada satu janin lagi didalam rahim. Kehamilan
kembar sering terjadi bersamaan dengan hidramnion dan toksemia
gravidarum.
3 Komplikasi

Dibandingkan dengan kehamilan tunggal, kehamilan multipel lebih


mungkin terkait dengan banyak komplikasi kehamilan. Komplikasi obstetrik
yang sering didapatkan pada kehamilan kembar meliputi polihidramnion,
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan ketuban pecah dini, presentasi janin
abnormal, dan prolaps tali pusat. Secara umum, komplikasi tersebut dapat
dicegah dengan perawatan antenatal yang baik (Eisenberg, 2004). Menurut
Hartono, dkk (2006) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada janin yang
dilahirkan pada kehamilan kembar diantaranya adalah:

16
1. Prematuritas
Janin dari kehamilan multipel cenderung dilahirkan preterm dan
kebanyakan memerlukan perawatan pada neonatal intensive care unit
(NICU). Sekitar 50 persen kelahiran kembar terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Lamanya kehamilan akan semakin pendek dengan
bertambahnya jumlah janin di dalam uterus. Sekitar 20% bayi dari
kehamilan multipel merupakan bayi dengan berat lahir rendah.

2. Hyalin Membrane Disease (HMD)

Bayi kembar yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 35 minggu dua kali
lebih sering menderita HMD dibandingkan dengan bayi tunggal yang
dilahirkan pada usia kehamilan yang sama. HMD atau yang dikenal
sebagai Respiratory Distres Syndrom (RDS) adalah penyebab tersering
dari gagal nafas pada bayi prematur. Terjadi segera setelah atau beberapa
saat setelah bayi lahir. Ditandai dengan sukar bernafas, cuping hidung,
retraksi dinding dada dan sianosis yang menetap dalam 48-96 jam pertama
kehidupan. Prevalensi HMD didapatkan lebih tinggi pada kembar
monozigotik dibandingkan dengan kembar dizigotik. Bila hanya satu bayi
dari sepasang bayi kembar yang menderita HMD, maka bayi kedua lebih
cenderung menderita HMD dibandingkan dengan bayi pertama

3. Asfiksia saat Kelahiran/Depresi Napas

Perinatal Bayi dari kehamilan multipel memiliki peningkatan frekuensi


untuk mengalami asfiksia saat kelahiran atau depresi perinatal dengan
berbagai sebab. Prolaps tali pusat, plasenta previa, dan ruptur uteri dapat
terjadi dan menyebabkan asfiksia janin. Kejadian cerebral palsy 6 kali
lebih tinggi pada bayi kembar dua dan 30 kali lebih sering pada bayi
kembar tiga dibandingkan dengan janin tunggal. Bayi kedua pada
kehamilan kembar memiliki resiko asfiksia saat lahir/dpresi napas
perinatal lebih tinggi.

4. Infeksi Streptococcus group B

17
Infeksi onset cepat Streptococcus group B pada bayi berat lahir rendah
adalah 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan
tunggal dengan berat badan yang sama.

5. Vanishing Twin Syndrome

Kemajuan teknologi ultrasonografi memungkinkan dilakukannya studi


sonografik pada awal gestasi yang memperlihatkan bahwa insiden kembar
trimester pertama jauh lebih tinggi daripada insiden kembar saat lahir.
Kehamilan kembar sekarang diperkirakan terjadi pada 12 persen di antara
semua konsepsi spontan, tetapi hanya 14 persen di antaranya yang
bertahan sampai aterm.Pada sebagian kasus, seluruh kehamilan lenyap,
tetapi pada banyak kasus, satu janin yang meninggal atau sirna (vanish)
dan kehamilan berlanjut sebagai kehamilan tunggal. Pada 21-63%
konsepsi kembar meninggal atau sirna (vanish) pada trimester kedua.
Keadaan ini dapat menyebabkan kelainan genetik atau kelainan
neurologik/defek neural tube pada janin yang tetap bertahan hidup.

6. Kelainan Kongenital/Akardia/Rangkaian Perfusi Balik Arteri pada Janin


Kembar (twin reverse-arterial-perfusion/TRAP)

Pada plasenta monokorionik, vaskularisasi janin biasanya tergabung,


kadang-kadang amat kompleks. Anastomosis vaskular pada plasenta
monokorionik dapat dari arteri ke arteri, vena ke vena atau arteri ke vena.
Biasanya cukup berimbang dengan baik sehingga tidak ada salah satu
janin yang menderita.Pada TRAP terjadi pirau dari arteri ke arteri plasenta,
yang biasanya diikuti dengan pirau vena ke vena. Tekanan perfusi pada
salah satu kembar mengalahkan yang lain, yang kemudian mengalami
pembalikan aliran darah dari kembarannya. Darah arteri yang sudah
terpakai dan mencapai kembar resipien cenderung mengalir ke pembuluh-
pembuluh iliaka sehingga hanya memberi perfusi bagian bawah tubuh dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan tubuh bagian
atas. Gangguan atau kegagalan pertumbuhan kepala disebut akardius
asefalus. Kepala yang tumbuh parsial dengan alat gerak yang masih dapat
diidentifikasi disebut akardius mielasefalus. Kegagalan pertumbuhan

18
semua struktur disebut akardius amorfosa.

7. Twin-to-twin Transfusion Syndrome

Darah ditransfusikan dari satu kembaran (donor) ke dalam vena kembaran


lainnya (resipien) sedemikian rupa sehingga donor menjadi anemik dan
pertumbuhannya terganggu, sementara resipien menjadi polisitemik dan
mungkin mengalami kelebihan beban sirkulasi yang bermanifestasi
sebagai hidrops fetalis. Menurut ketentuan, terdapat perbedaan
hemoglobin 5 g/dl dan 20% berat badan pada sindrom ini. Kematian
kembar donor dalam uterus dapat mengakibatkan trombus fibrin di seluruh
arteriol yang lebih kecil milik kembar resipien. Hal ini kemungkinan
diakibatkan oleh transfusi darah yang kaya tromboplastin dari janin donor
yang mengalami maserasi. Kembar yang bertahan hidup mengalami
koagulasi intravaskular diseminata.

8. Kembar Siam

Apabila pembentukan kembar dimulai setelah cakram mudigah dan


kantung amniom rudimenter sudah terbentuk dan apabila pemisahan
cakram mudigah tidak sempurna, akan terbentuk kembar siam/kembar
dempet. Terdapat beberapa jenis kembar siam, yaitu:

a. Thoracopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian dada (30-40%).

Jantung selalu terlibat dalam kasus ini. Bila jantung hanya satu,
harapan hidup baik dengan atau tanpa operasi adalah rendah.

b. Omphalopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian perut (34%).


Umumnya masing-masing tubuh memiliki jantung masing-masing,
tetapi kembar siam ini biasanya hanya memiliki satu hati, sistem
pencernaan, dan organ-organ lain.

c. Xyphopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian xiphoid cartilage.

d. Pyopagus (iliopagus), bila bersatu di bagian belakang (19%).

e. Cephalopagus/craniopagus, bila bersatu di bagian kepala dengan


tubuh terpisah.

f. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)

19
Pada kehamilan kembar, pertumbuhan dan perkembangan salah satu
atau kedua janin dapat terhambat. Semakin banyak jumlah janin yang
terbentuk, maka kemungkinan terjadinya IUGR semakin besar.

2.8 Penanganan dalam Kehamilan

Untuk kepentingan ibu dan janin perlu diadakan pencegahan terhadap pre-
eklamsia dan eklamsia, partus prematurus dan anemia. Pemeriksaan antenatal
perlu diadakan lebih sering. Sehingga tanda-tanda pre-eklamsia dapat diketahui
dini dan penanganan dapat dikerjakan dengan segera.

Menurut Varney (2004) pemeriksaan antenatal dapat dilakukan antara lain:

1. Pemeriksaan kehamilan setiap 2 minggu pada usia kehamilan 34 – 36


minggu
2. Pemeriksaan kehamilan setiap minggu pada usia kehamilan >36 minggu
3. Pertumbuhan janin dipantau dengan USG setiap 3 – 4 minggu yang
dimulai pada usia kehamilan 20 minggu
Istirahat baring dianjurkan lebih banyak karena hal itu menyebabkan aliran
darah ke plasenta meningkat, sehingga pertumbuhan janin lebih baik.
Penanganan dalam Kehamilan Mochtar (2012)

1. Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan


mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan
pemeriksaan ulangan harus lebih sering (1× seminggu pada kehamilan
lebih dari 32 minggu)
2. Setelah kehamilan 30 minggu, koltus dan perjalanan jauh sebaiknya
dihindari, karena akan merangsang partus prematurus.
3. Pemakaian korset gurita pada perut yang tidak terlalu ketat diperbolehkan,
supaya terasa lebih ringan.
4. Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah

WOC

20
21
BAB 3
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM
UNIT KEPERAWATAN MATERNITAS

Tanggal masuk : 28 Oktober 2021 Jam masuk : 09.30


WIB : 09.45 WIB
Ruang/kelas :
Pengkajian tanggal : 28 Oktober 20221

3.1 IDENTITAS
1. Nama pasien : Ny. N Nama Suami : Tn. T
2. Umur : 26 th Umur : 34 th
3. Suku/ bangsa : Minang Suku/ bangsa :
Minang
4. Agama : Islam Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : IRT Pekerjaan :
7. Alamat : Kapalo Koto Alamat :
Kapalo Koto
8. Status Pernikahan : Kawin

3.1.2 STATUS KESEHATAN SAAT INI


1. Keluhan utama saat ini :
Ibu mengeluh merasakan nyeri perut tembus belakang sampai ke
punggung disertai keluarnya lendir dan darah dari vagina.
2. Riwayat Kondisi saat ini
Ibu datang ke IGD RSAM pukul 09.30 WIB, Ibu mengeluh merasakan
nyeri perut tembus belakang disertai lendir dan darah (P: ketika dipakai
beraktivitas , Q: seperti di tusuk-tusuk benda tajam , R : perut tembus ke
punggung , S: 4 , T: hilang timbul semakin lama semakin sakit), usia
kehamilan ibu kurang lebih 38-39 minggu, tidak pernah merasakan nyeri
hebat selama hamil, ibu merasakan pergerakan janin sejak usia
kehamilan kurang lebih 4 bulan sampai sekarang dan teras pada bagian
kanan dan kiri perut ibu. kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar,
tinggi fundus 3 jari dibawah px.
3. Diagnosa Medik
G3P2A0H2+Gemelli inpartu kala I

22
GENOGRAM

Keterangan :
= Laki-laki

= Perempuan

= Pasien

X = Meninggal

3.1.3 RIWAYAT KEPERAWATAN

1. RIWAYAT OBSTETRI :
a. Riwayat menstruasi :
 Menarche : umur 12 tahun
 Siklus : teratur ( v ) tidak ( )
 Banyaknya : ganti pembalut 2-3 kali sehari
 Lamanya: 6-7 hari
 Keluhan : tidak ada keluhan

3.1.4 RIWAYAT KELUARGA BERENCANA :


Melaksanakan KB : ( V ) ya ( ) tidak
Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan : Suntik 3 bulan
Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : Setelah kelahiran anak pertama
selama kurang lebih 2 tahun
Masalah yang terjadi : tidak ada

3.1.5 RIWAYAT KESEHATAN :


Penyakit yang pernah dialami ibu : Tidak pernah di rawat sebelumnya
Pengobatan yang didapat : Tdak ada
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada

3.1.6 LINGKUNGAN :

23
- Kebersihan: Ibu mengatakan lingkungan rumah di perumahan, kebersihan
sudah ada yang mengatur.
- Bahaya : Ibu mengatakan lingkungan aman, tidak ramai.
- Lainnya sebutkan :-

3.1.7 ASPEK PSIKOSOSIAL:


1. Persepsi ibu tentang persalinan saat ini: Ibu merasa cemas menghadapi
persalinannya
2. Harapan yang ibu inginkan : Ibu ingin bayinya sehat
3. Ibu tinggal dengan siapa : Dengan suami dan kedua anaknya
4. Siapakah orang yang terpenting bagi ibu : Orang tua dan Suaminya
5. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini : Mensupport dan
mendoakan selalu keselamatan Ibu dan Anak
6. Kesiapan mental untuk menjadi ibu : ( V ) ya, ( ) tidak

3.1.8 PEMERIKSAAN FISIK :


Keadaan umum : Baik Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 123/70 mmHg Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit Suhu : 36,6C

Mata :
 Kelopak mata : Tidak odema
 Gerakan mata : Simetris
 Konjungtiva : Anemis
 Sklera : Tidak ikterus
 Pupil : Isokor
 Akomodasi : Pergerakan mata baik dan tidak ada
strabismus
 Lainnya sebutkan : -

Hidung :
 Reaksi alergi : Ibu tidak memiliki alergi debu atau dingin.
 Sinus : Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat
sinusitis
 Lainnya sebutkan : -

Mulut dan Tenggorokan :


 Gigi geligi : Gigi geligi tampak utuh
 Kesulitan menelan : Tidak ada kesulitan menelan
 Lainnya sebutkan : -

Dada dan Axilla


 Mammae : membesar ( V ) ya ( ) tidak
 Areolla mammae : Terjadi hiperpigmentasi
 Papila mammae : Tampak menonjol
 Colostrum : Ada pengeluaran ASI saat ditekan

24
Pernapasan
 Inspeksi:
Simetris kanan dan kiri, pengembangan dinding dada simetris,
tidak tampak adanya pembengkakan, jalan nafas paten, tidak
tampak menggunakan otot bantu pernapasan.
 Palpasi:
Tidak terdapat nyeri tekan, pergerakan dinding dada teraba.
 Auskultasi:
Suara napas vesikuler, tidak ada suara napas tambahan

Sirkulasi jantung
 Inspeksi:
Iktus kardis tidak terlihat, kecepatan denyut apical tidak terkaji
 Palpasi:
Tidak terdapat nyeri tekan
 Auskultasi:
Irama reguler, Terdengar bunyi jantung 1lup dan 2 dup pada ICS
IV, tidak
ada kelainan bunyi jantung

Abdomen
 Inspeksi:
Perut kelihatan lebih buncit dan lebih besar dari semestinya
kehamilan tua
 Palpasi:
Leopold I: TFU setinggi vt
Leopold II:
Leopold III: Bagian bawah teraba bagian kepala, tidak bisa
digoyangkan.
Leopold IV: Tangan konvergen, Penurunan kepala 4/5, kontraksi
3x/10 menit
 Auskultasi:
Bising usus : DJJ I 165x/menit, DJJ II 155x/menit

Perineum dan Genital

 Vagina : Tidak adanya oedam, tidak adanya varices,


terdapatnya
cairan berupa lender bercampur darah
 PD : VT pembukaan lengkap, ketuban ada,
kepala terasa

Ekstrimitas (integumen/muskuloskeletal)
 Turgor kulit : baik <2 detik
 Warna kulit : kemerahan
 Edema : tidak ada edema
 Kontraktur pada persendian ekstrimitas : tidak ada
 Tanda Homan : +/-

25
 Kesulitan dalam pergerakan : tidak ada kesulitan dalam
pergerakan
 Lainnya sebutkan: terpasang infus pada tangan kiri, mengeluh kaki
lemas dan tremor, kesulitan bergerak. CRT >2detik.

26
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak
Umur
No Usia Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan Jenis BB pj
kehamilan

I 15 Tahun - Tidak ada Normal Bidan Tidak ada - Tidak ada Tidak ada Perempuan 3200 gr 50 cm

II 3 Tahun - Tidak ada Normal Bidan Tidak ada - Tidak ada Tidak ada Perempuan
3000 gr 49 cm

III Ini -
LAPORAN PERSALINAN BAYI

Bayi Tgl/Jam JK APGAR BB/PB Kelainan Suhu Perawatan


kepala tali pusat
I 28-10-2021 / L 7/8 2900gr/ Tidak 36,6°C Ada
11.15 WIB 49 cm ada
II 28-10-2021 / L 8/9 2500gr/ Tidak 36,7°C Ada
11.20 WIB 48cm ada

ANALISA DATA

3.2 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS: Ibu mengeluh Agen pencedera Nyeri Akut
merasakan nyeri pada area fisiologi (mis, (SDKI, 2017)
genetalianya inflamasi, iskemis,
- P : ketika bergerak neoplasma)
- Q : seperti di tusuk-
tusuk benda tajam
- R : area genetalias
- S:6
- T : terus menerus
DO:
- Wajah ibu tampak
meringis kesakitan
- Ibu tampak
memegangi area
perutnya yang nyeri
- Ibu tampak gelisah
- TD : 123/74
- Nadi : 80x/menit
2. DS: - Krisis situsional Ansietas
DO: (SDKI, 2017)
- Ibu tampak gelisah
- Ibu tampak tegang
- N: 80x/menit
- TD: 123/74
3. DS : Ibu mengatakan sulit Nyeri Gangguan Mobilitas
bergerak, kakinya juga Fisik
masih gemetar jika ( SDKI, 2017 )
dipakai menapak.
DO :
- Ibu tampak cemas
ketika akan bergerak
- Keadaan umum Ibu
lemah

PRIORITAS MASALAH
3.3 Prioritas Masalah

Nama klien : Ny. N


Umur : 25 Tahun

No Tanggal
Masalah Keperawatan
. Ditemukan Diatasi
1. Nyeri Akut berhubungan dengan 28/10/2021
agen pencedera fisiologi (mis,
inflamasi, iskemis, neoplasma)
2 Ansietas berhubungan dengan 28/10/2021
krisis situsional
3. Gangguan Mobilitas Fisik 28/10/2021
berhubungan dengan Nyeri
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.N
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan ibu observasi nyeri
berhubungan keperawatan selama 1x24 jam (P,Q,R,S,T) secara mandiri
dengan agen diharapkan nyeri dapat berkurang saat dirumah.
pencedera dengan 2. Monitor tanda-tanda vital.
fisiologi (mis, Kriteri hasil : 3. Kontrol lingkungan yang
inflamasi, 1. Klien dapat mengontrol nyeri ( dapat mempengaruhi nyeri
iskemis, tahu penyebab nyeri, mampu (suhu, pencahayaan dan
neoplasma) mengunakan tindakan non kebisingan)
farmakologi untuk mengurangi 4. Edukasi ibu tindakan
nyeri, mencari bantuan) nonfarmakologis untuk

2. Klien dapat melaporkan bahwa mengurangi rasa nyeri yang

nyeri berkurang dengan bisa dilakukan dirumah (mis.

menggunakan manajemen Mendengarkan murrotal

nyeri skala 0-2 Qur’an, lakukan relaksasi


nafas dalam, kompres
3. Klien mampu mengenali nyeri
hangat)
(skala, intensitas, frekuensi
5. Kolaborasi dengan dokter
dan tanda nyeri)
dalam pemberian
antiseptik bila perlu
2. Ansietas b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi saat tingkat
krisis situsional keperawatan selama 3x24 jam ansietas berubah
diharapkan tingkat ansietas 2. Identifikasi kemampuan
menurun. mengambil keputusan
Kriteria Hasil : 3. Monitor tanda-tanda ansietas
1. Konsentrasi klien menurun 4. Ciptakan suasana traupetik
2. Pola tidur klien menurun untuk menumbuhkan
3. Perilaku gelisah menurun kepercayaan
4. Verbalisasi khawatir akibat 5. Temani pasien untuk
kondisi yang dihadapi menurun mengurangi kecemasan, jika
5. Perilaku tegang menurun memungkinkan
6. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan

3. Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi adanya nyeri atau


Mobilitas Fisik
keperawatan selama 1x24 jam keluhan fisik lainnya.
berhubungan
dengan Nyeri diharapkan tidak ada gangguan 2. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilitas fisik dengan ambulasi.
Kriteria hasil : 3. Anjurkan melakukan ambulasi
- Nyeri menurun dini.
- Kecemasan menurun 4. Ajarkan ambulasi sederhana
- Gerakan terbatas menurun yang harus dilakukan (mis.
- Kelemahan fisik menurun Berjalan dari tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi).
5. Anjurkan menggunakan alas
kaki yang memudahkan berjalan
dan mencegah cedera.
6. Ajarkan duduk di tempat tidur,
di sisi tempat tidur (menjuntai),
atau di kursi, sesuai toleransi.
7. Ajarkan berdiri dan ambulasi
dalam jarak tertentu.

CATATAN PERKEMBANGAN
No Dx Jam Implementasi Evaluasi TTD
1. I 1. Menganjurkan ibu observasi S : - Pasien mengatakan nyeri
pada area genitalia
nyeri secara mandiri.
- P : ketika bergerak
2. Memonitor tanda-tanda vital - Q : Seperti ditusuk tusuk
benda tajam
3. Mengontrol lingkungan yang
- R : area genitalia
dapat mempengaruhi nyeri. -S:6
- T : terus menerus
4. Mengedukasi ibu Teknik
nonfarmakologis untuk O : - wajah ibu tampak meringis
- Ibu tampak memegangi
mengurangi rasa nyeri yang bisa
area perutnya yang nyeri
dilakukan dirumah. - Ibu tampak gelisah
- TD : 123/74
5. Mengkolaborasikan dengan
- Nadi : 80 x/i
dokter dalam pemberian
A : G3P2A0H0 + Gemilli inpartu
analgetic bila perlu
kala I
P : - pantau TTV, DJJ, KU
- Pasang infus RL 20 tts/i
- Injeksi cefriaxone 1 mg
- Kolaborasi dengan dr.
Sp.OG

2. II 1. Mengidentifikasi saat tingkat S : - Klien mengatakan nyeri


pada area genitalia
ansietas berubah
O : - Ibu tampak gelisah
2. Mengidentifikasi kemampuan - Ibu tampak tegang
- TD : 123/74 mmHg
mengambil keputusan
- Nadi ; 80 x/i
3. Memonitor tanda-tanda ansietas
A : G3P2A0H0 + Gemilli inpartu
4. Menciptakan suasana traupetik
kala I
untuk menumbuhkan P : - pantau TTV, DJJ, KU
- IV RL terpasang 20 tts/i
kepercayaan
- Kolaborasi dengan dr.
5. Menemani pasien untuk Sp.OG
mengurangi kecemasan
6. Memotivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu kecemasan
1. Mengidentifikasi adanya nyeri S : - Ibu mengatakan sulit
bergerak, kaki nya juga
atau keluhan fisik lainnya
masih gemetar jika
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur dipakai untuk menapak
ambulasi
O : - ibu tampak cemas ketika
3. Menganjurkan melakukan akan bergerak
- Keadaan umum ibu lemah
ambulasi dini
4. Mengajarkan ambulasi sederhana A : G3P2A0H0 + Gemilli inpartu
kala I
yang harus dilakukan (mis,
berjalan dari tempat tidur ke kursi P : Intervensi dilanjutkan di
ruang kebidanan
roda, berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi)
5. Menganjurkan menggunakan alas
kaki yang memudahkan berjalan
dan mencegah cedera
6. Menganjurkan duduk di tempat
tidur, disisi tempat tidur
(menjuntai), atau di kursi
7. Mengajarkan berdiri dan
ambulasi dalam jarak tertentu.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah kelompok melakukan Analisa kasus pada data pengkajian pasien Ny. N
Dengan Diagnosis Medis : G III P 2 A O H 2, gestasi 39 minggu 6 hari, situs
memanjang, intra uterin, gemelli, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala I fase aktif
Di Ruang RS Premier Surabaya, maka kelompok dapat menarik kesimpulan sekaligus
saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu tindakan keperawatan pada
pasien.

4.1 Kesimpulan

Mengacu pada hasil uraian yang telah menguraikan tentang tindakan


keperawatan pada Ny.N Dengan Diagnosis Medis : G III P 0 A 0, gestasi 38- 39
minggu, situs memanjang, intra uterin, gemelli, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala
I fase aktif maka kelompok mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil data pengkajian tanggal 26 juni 2020 pada Ibu Ny N datang ke IGD RS
Premier pukul 22.10 WIB, Ibu mengeluh merasakan nyeri perut tembus
belakang disertai lendir dan darah (P: ketika dipakai beraktivitas , Q: seperti di
tusuk-tusuk benda tajam , R : perut tembus ke punggung , S: 4 , T: hilang timbul
semakin lama semakin sakit), usia kehamilan ibu kurang lebih 10 bulan, tidak
pernah merasakan nyeri hebat selama hamil, ibu merasakan pergerakan janin
sejak usia kehamilan kurang lebih 4 bulan sampai sekarang dan teras pada
bagian kanan dan kiri perut ibu.
2. Diagnosa pertama yang ditegakan Nyeri Akut berhubungan dengan Agen
cedera fisiologis dengan intervensi Anjurkan ibu observasi nyeri (P,Q,R,S,T)
secara mandiri saat dirumah, Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri (suhu, pencahayaan dan kebisingan), Edukasi ibu teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri yang bisa dilakukan dirumah (mis. mendengarkan
murrotal Qur’an, teknik relaksasi nafas dalam, kompres hangat), Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian analgetik bila perlu.
3. Diagnosa kedua ditegakkan Risiko Infeksi : Faktor Risiko (Prosedur tindakan
invasif) dengan intervensi Kaji keadaan kulit, warna dan tekstur, Bersihkan
lingkungan setelah dipakai pasien lain , Instruksikan pada pengunjung untuk
mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien,
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawatan, Pertahankan
lingkungan aseptik selama pemasangan alat , Tingkatkan intake nutrisi,
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antibiotic.
4. Diagnosa ketiga ditegakan Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan
Nyeri dengan intervensi Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya,
Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi, Anjurkan melakukan ambulasi dini,
Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari tempat
tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi), Anjurkan menggunakan alas kaki yang memudahkan berjalan , dan
mencegah cedera.Ajarkan duduk di tempat tidur, di sisi tempat tidur (menjuntai),
atau di kursi, sesuai toleransi. , Ajarkan berdiri dan ambulasi dalam jarak
tertentu.
5. Diagnosa ke 4 ditegakkan Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan
dengan Penurunan konsentrasi HB dengan intervensi, Obsevasi jumlah
perdarahan, Monitor vital sign, Monitor tingkat HB dan Hematokrit, Edukasi
pada Ibu untuk meningkatkan pola nutrisi, Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian tranfusi.

4.2 Saran

Bertolak dengan kesimpulan diatas kelompok dapat memberikan saran sebagai


berikut :
1. Bagi Institusi
Institusi Pendidikan mampu meningkatkan mutu dan memberikan bimbingan
dalam penyusunan asuhan keperawatan yang efektif sehingga menghasilkan
perawat – perawat yang professional.
2. Bagi Kelompok Selanjutnya
Kelompok selanjutnya dapat menggunakan seminar kasus sebagai referensi data
untuk selanjutnya sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan
sesuai dengan standart berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Budijanto, Didik dkk. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Indonesia, 2015.
Eniyati & Sholihah. Asuhan Kebidanan pada Persalinan Patologi.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2013
Lumempow, Irmi dkk. Karakteristik Persalinan Kembar di RSUP Prof. Dr. R.D.
Kondou Manado Tahun 2012-2013. Jurnal e-Clinic (eCI), Volume 3,
Nomor 1, Januari-April, 2015. Diakses tanggal 23/06/2020.
NICE (National Institute for Health and Care Exellence). Multiple Pregnancy:
Antenatal Care for Multiple Pregnancy: Antenatal Care for Twin and
Triplet Pregnancies. Clinical Guideline, 2011. Diakses tanggal
23/06/2020.
Pudiastuti, ratna Dewi. Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Patologi. Yogyakarta:
Nuha Medika, 2012.
Royal College of Obstetricians & Gynecologists. Multiple pregnancy: having
more than one baby. Published in November 2016. Diakses Tanggal
23/06/2020.
WHO (World Health Organization). World Health Statistics. 2015. Diakses
tanggal 23/06/2020.

Anda mungkin juga menyukai