TAHUN 2018
Disusun Oleh :
TITA NATANIA
NIM. P05120215028
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN HIPERTENSI DI
RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD Dr. M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2018
Disusun Oleh :
TITA NATANIA
NIM. P05120215028
i
HALAMAN PERSETUJUAN
TAHUN2018
TITANATANIA
~.P05120215028
Karya Tulis Ilmiah ini Telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan
dihadapan Penguji Prodi DIll Keperawatan Bengkulu Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu
Pada Tanggal, 03 April 2018
ii
ii
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA TULISaMIAH
Dengan Judul
TIT A NATANIA
~.P05120215028
Karya Tulis IImiah ini telah diuji dan dinilai oleh Panitia Penguji
Pada Sidang Karya Tulis Ilmiah Program DIll Keperawatan Bengkulu Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Mengetahui,
Ka. Prodi DIll Keperawatan BengkuJu
Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
~
Ns. Mardiani. S.Kep .. MM
NIP. 197203211995032001
ii i
ii
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena berkat rahmat dan
karuni-Nyalah maka penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah
yang merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan Program DIII Keperawatan di
Politeknik Kesehatan Bengkulu yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan
Hipertensi Di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu”.
Dalam penyusunan Karya Tulis ini penulis masih banyak mendapat
bimbingan dan bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak, oleh karena
itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Darwis, S.Kp, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Bengkulu
2. Bapak Dahrizal, S.Kp, M.PH selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu
3. Bapak Ns. Hermansyah,S.Kep, M.Kep selaku Sekretaris Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
4. Mam Ns. Mardiani, S. Kep., M.M selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
5. Mam Ns. Septiyanti, S.Kep, M.Pd selaku pembimbing yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam
penyusunan proposal ini.
6. Seluruh dosen dan staf Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
7. Kepada Allah SWT yang selalu memberikan anugerah yang terbaik
dan terindah.
8. Kedua orang tua tercinta (Safarudin dan Titi Ernesi) yang dengan
setia memberikan cinta yang tulus dan doa.
9. Kepada kedua saudaraku Tia Martania, M. Gilang Tri Safti yang
selalu memberikan doa dan dukungan.
10. Kepada keponakan tercintaku Khadijah ‘Aashimah Sakhi yang selalu
memberikan senyuman semangat.
iv
11. Kepada keenam temanku Devi Kurniati, Mita Nofdiya Sari, Kika Aliefia
F, Esti Dwi Sutanti, Azmi Fauziah M yang saling memberikan semangat.
Penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari berbagai pihak agar
penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama bagi penulis
sendiri dan mahasiswa-mahasiswi Prodi Keperawatan lainnya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Batasan Penelitian ............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
vi
8. Pemeriksaan diagnostik........................................ ........................ 16
9. Pemeriksaan penunjang ................................................. .............. 17
10. Penatalaksanaan..................................................... ....................... 18
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan.................................................... ...............21
2. Diagnosa Keperawatan....................................................... ..............25
3. Intervensi Keperawatan...................................................... ...............27
4. Implementasi Keperawatan .............................................................32
5. Evaluasi Keperawatan.....................................................................32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan/Desain Penelitian .................................................................33
B. Subyek Penelitian ...................................................................................33
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional) ...................................................33
D. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................34
E. Prosedur Penelitian .................................................................................34
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................34
G. Keabsahan Data .....................................................................................35
H. Analisa Data ..........................................................................................35
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ...........................................................................................37
B. Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 51
C. Perencanaan Keperawatan ...................................................................52
D. Implementasi Keperawatan .................................................................60
E. Evaluasi Keperawatan .........................................................................67
BAB V PEMBAHASAN KASUS
A. Pengkajian ...........................................................................................97
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................................98
C. Perencanaan Keperawatan ..................................................................99
D. Implementasi Keperawatan ................................................................101
E. Evaluasi Keperawatan ........................................................................102
BAB VI PENUTUP
vii
A. Kesimpulan ........................................................................................104
B. Saran .................................................................................................105
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR BAGAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekanan darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian/mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua
fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase
darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90
menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Endang, 2014).
World Health Organization (WHO) menyatakan tahun 2014
prevalensi hipertensi tertinggi 46% di Afrika, 35% di Amerika, dan di
Malaysia 20% (WHO, 2014). Tahun 2014 berdasarkan data statistik
menyatakan bahwa terdapat 24,7% penduduk Asia Tenggara dan 23,3%
penduduk Indonesia mengalami hipertensi (WHO,2015).
Penderita hipertensi di Amerika Serikat yang berumur lebih dari
20 tahun diperkirakan sekitar 77,9 juta atau 1 dari 3 penduduk pada
tahun
2010. Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan meningkat
sebanyak 7,2 % dari estimasi tahun 2010. Data tahun 2007-2010
menunjukan bahwa sebanyak 81,5% penderita hipertensi menyadari
bahwa mereka menderita hipertensi, 74,9% menerima pengobatan
dengan
52,5% pasien yang tekanan darahnya terkontrol (tekanan darah
sistolik
<140 mmHg dan diastolik <90 mmHg) dan 47,5% pasien yang tekanan
darahnya tidak terkontrol. Persentase pria yang menderita hipertensi lebih
tinggi dibanding wanita hingga usia 45 tahun dan sejak usia 45-64 tahun
persentasenya sama, kemudian mulai dari 64 tahun ke atas
persentase wanita yang menderita hipertensi lebih tinggi dari pria (Go
dkk, 2014).
Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan infark miokard,
stroke, gagal ginjal, dan kematian jika tidak dideteksi secara dini dan
ditangani
BAB I
dengan tepat (James dkk., 2014). Sekitar 69% pasien serangan
jantung,
1
2
77% pasien stroke, dan 74% pasien congestive heart failure (CHF)
menderita hipertensi dengan tekanan darah >140/90 mmHG (Go
dkk.,
2014). Sejak tahun 1999 hingga 2009, angka kematian akibat hipertensi
meningkat sebanyak 17,1% dengan angka kematian akibat komplikasi
hipertensi mencapai 9,4 juta per tahunnya (Go dkk., 2014; WHO, 2013).
Hipertensi menyebabkan kematian pada 45% penderita jantung dan 51%
kematian pada penderita stroke pada tahun 2008 (WHO, 2013). Selain itu
hipertensi juga menelan biaya yang tidak sedikit dengan biaya
langsung dan tidak langsung yang dihabiskan pada tahun 2010 sebesar
$46,4 milyar (Go dkk., 2014).
Tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak diobati dapat
menyebabkan komplikasi yang fatal, seperti serangan jantung, stroke, dan
gagal ginjal. Hipertensi juga dapat menyebabkan kebutaan, irama jantung
tak beraturan dan gagal jantung. Namun demikian, masih banyak orang
yang tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi karena seringkali
tidak bergejala, oleh karenanya hipertensi juga dikenal sebagai “silent
killer” (Kemenkes RI, 2013).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui
pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka
Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur
(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Sedangkan Bengkulu didapatkan
prevalensi hipertensi sebesar 21,6%. Prevalensi hipertensi di
Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan
sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang
minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat
sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang
minum obat hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %). Umumnya hipertensi
lebih sering menyerang wanita daripada laki-laki, pada usia 50 tahun ke
atas. Tahun terakhir ini banyak dijumpai pada kasus hipertensi,
kematian mendadak,
kelumpuhan, atau stroke yang menyerang orang-orangberusia muda < 50
tahun dan tidak memandang jenis kelamin (Riskesdas, 2013)
Penyakit ini jika tidak terkontrol, akan menyerang target organ
dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta
kebutaan. Beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar
terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestiveheart failure, dan 3
kali lebih besar terkena serangan jantung sehingga diperlukan tindakan
untuk dapat mengatasi penyakit ini (WHO, 2014). Pasien hipertensi
biasanya datang dengan keluhan utama sakit kepala, rasa pegal pada
daerah tengkuk, kepala terasa berputar-putar (Price, 2006). Menurut
doengoes, 2000 masalah keperawatan yang sering timbul antara lain
adalah Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload, Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(peningkatan resistensi pembuluh darah ke otak). Salah satu tindakan
yang dapat memperbaiki status kesehatan seseorang adalah dengan
memberikan tindakan asuhan keperawatan yang holistik, dimana asuhan
keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempunyai
kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu
memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya
(Dorothy, 2006).
Mengatasi penyakit hipertensi tersebut yaitu perawat
memonitor tanda-tanda vital, mengatur posisi semifowler, memantau
cairan infus RL
20 tetes/menit, membatasi aktivitas yang dilakukan oleh klien,
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar dapat melakukan
asuhan keperawatan secara mandiri, mengkoordinator untuk mengatur
program kegiatan atau dari berbagai disiplin ilmu, mengawas kesehatan,
perawat konsultan dalam mengatasi masalah, dan sebagai fasilitator
asuhan perawatan dasar pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi
(Wang et al., 2012).
Data dari RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, jumlah jumlah pasien
yang mengalami hipertensi tahun 2014 berjumlah 406 orang dan
yang
meninggal berjumlah 20 orang, tahun 2015 berjumlah 453 orang dan yang
meninggal berjumlah 22 orang, tahun 2016 berjumlah 431 orang dan yang
meninggal berjumlah 17 orang. Berdasarkan observasi di ruang
Melati pada hari Senin tanggal 23 Oktober 2017 angka kejadian hipertensi
tercatat
3 orang, dengan keluhan utama sakit kepala, rasa pegal pada daerah
tengkuk, kepala terasa berputar-putar. Tindakan keperawatan di ruang
rawat inap tersebut, yang diberikan oleh perawat kepada pasien adalah
memonitor TTV pasien tiap 4 jam,memantau cairan infus RL 20
tetes/menit, menganjurkan pasien untuk istirahat dan membatasi aktivitas
yang dilakukan pasien, serta pemberian terapi obat sesuai dengan anjuran
dokter. Berdasarkan teori tindakan manajemen nyeri, serta
pembatasan pengunjung untuk kenyamanan pasien belum dilakukan
(RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu,2017).
Berdasarkan latar belakang dan data diatas angka kejadian
kematian pasien Hipertensi di rumah sakit M yunus setiap tahunnya
masih cukup tinggi maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “
Asuhan Keperawatan pada pasien Hipertensi di Rumah Sakit Unit
Darurat M.Yunus Bengkulu tahun 2017”
B. Batasan Penelitian
Ruang lingkup penulisan makalah ini terbatas pada pemberian
asuhan keperawatan pada hipertensi di Ruang Melati RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2017, meliputi tahap pengkajian, perencanaan, diagnosa,
implementasi, dan evaluasi.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian pada pasien secara tepat pada pasien
dengan hipertensi di ruang Melati RSUD Dr. M. YUNUS
Bengkulu.
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang sesuai pada pasien
dengan hipertensi di ruang Melati RSUD Dr. M. YUNUS
Bengkulu.
c. Mendeskripsikan perencanaan keperawatan yang sesuai untuk
pasien dengan hipertensi di ruang Melati RSUD Dr. M. YUNUS
Bengkulu.
d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan yang sesuai untuk
pasien dengan hipertensi di ruang Melati RSUD Dr. M. YUNUS
Bengkulu.
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan yang sesuai untuk pasien
dengan hiperteansi di ruang Melati RSUD Dr. M. YUNUS
Bengkulu.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu menerapkan konsep pembelajaran teoritis ke
aplikatif dalam proses pemberian asuhan keperawatan pasien dengan
hipertensi di ruang Melati RSUD Dr. M. YUNUS Bengkulu tahun
2018.
2. Bagi Keluarga
Bagi keluarga laporan studi kasus ini diharapkan dapat menjadi
tambahan informasi dan acuan dalam memberikan perawatan
pada pasien hipertensi di rumah.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Laporan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan,
informasi dan sarana untuk mengembangkan asuhan keperawatan
kepada pasien dengan hipertensi.
4. Bagi Akademik
Dapat menambah referensi bacaan dan literatur dalam
meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam asuhan keperawatan
pasien dengan hipertensi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
1. Anatomi Sistem Kardivaskuler
7
kesetiap ujung organ dalam tubuh kita.. Pembuluh darah terdapat 2
macam yaitu arteri dan vena. Pembuluh darah arteri berfungsi
mengangkut darah yang berisi oksigen, nutrisi, dan hormon menuju
ke sel-sel tubuh. Pembuluh darah vena berfungsi mengangkut darah
yang berisi sisa hasil metabolisme, dan karbondioksida kembali ke
jantung yang kemudian akan dikeluarkan melalui ekspirasi (Syaifuddin,
2016)
c. Darah
Adalah medium pengangkut tempat larutnya atau tersuspensinya
bahan-bahan (misalnya O2, CO2, nutrien, zat sisa, elektrolit, dan hormon)
yang akan diangkut jarak jauh di dalam tubuh. Darah memiliki
warna merah karena warna merah mengindikasikan bahwa oksigen yang
ada di dalamnya banyak, sedangkan bila karbondioksida yang ada di
dalam darah tersebut banyak maka warna merah tersebut menjadi
merah tua. Pada orang dewasa muda yang sehat memiliki darah
sebanyak sekitar 70-75 dari berat badan atau sekitar 4-5 liter darah.
1) Menurut (Pearce, 2013), susunan darah terdiri dari :
a. Sel-sel darah terdiri dari :
a) Eritrosit (sel darah merah) yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen dan mengikat karbondioksida untuk dibawa
ke paru-paru.
b) Leukosit (sel darah putih) yang berfungsi untuk sebagai
pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan berkaitan
dengan system imunitas. Sel darah putih juga berfungsi sebagai
pengangkut zat lemak dari dinding usus melalui limfe
kemudian ke pembuluh darah.
c) Trombosit adalah sel yang bergranula yang membentuk agregat
ditempat cidera pembuluh darah. Fungsi dari trombosit
sangat penting pada pembekuan darah.
b. Plasma darah adalah suatu cairan yang berwarna kuning yang
membentuk sekitar 5% dari berat badan. Fungsi plasma darah juga
sebagai medium untuk mendistribusikan zat-zat makanan seperti
karbohidrat, mineral, lemak, dan asam amino ke dalam jaringan.
2) Menurut (Lauralee Pearce, 2011), sirkulasi darah yang terjadi di
dalam tubuh manusia terdiri dari 2 bagian yaitu :
a. Sirkulasi pulmonal
Sirkulasi ini merupakan sirkulasi darah yang berasal dari
ventrikel kanan jantung menuju ke paru dan kembali ke atrium kiri.
Di dalam paru-paru, terjadi pertukaran gas antara oksigen dan
karbondioksida.
b. Sirkulasi sistemik
Sirkulasi sistemik menyuplai darah ke semua jaringan tubuh
dengan pengecualian pada paru. Sebanyak 84% volume darah total
terdapat dalam sirkulasi sistemik. Sebanyak 16% volume darah yang
tersisa terdapat dalam jantung dan paru. Sirkulasi ini menghantarkan
darah keseluruh tubuh. Darah yang dipompa keluar dari
ventrikel kiri dan dibawa aorta ke seluruh tubuh dan kembali ke
atrium kanan jantung melalui vena cava superior dan vena cava
inferior.
2. Fisiologi Sistem Kardivaskuler
Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang
mengandung oksigen dalam sistem arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh
tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah yang kadar
oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru
untuk reoksigenasi (Black, 2014)
B. Konsep Dasar Penyakit Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada
dua kali pengukuran atau lebih. Hipertensi adalah faktor risiko
utama untuk penyakit kardiovaskuler aterosklerotik, gagal jantung, stroke,
dan gagal ginjal. Hipertensi menimbulkan risiko morbiditas atau
mortalitas dini, yang meningkatkan saat tekanan darah sistolik dan
diastolik meningkat. Peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan
merusak pembuluh darah di organ target (jantung, ginjal, otak, dan mata)
(Brunner
& Suddarth, 2016)
2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut The Seventh Report og The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
(JNC 7). Klasifikasi hipertensi adalah sebagai berikut :
2.1 Tabel Klasifikasi tekanan darah
Tekanan Darah Tekanan Darah
Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi Stadium 2 ≥ 160 ≥ 100
Sumber : Sudoyo, dkk, 2009
3. Etiologi Hipertensi
Menurut Corwin (2009), berdasarkan penyebab hipertensi
dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang
diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial
diantaranya :
1) Genetik
2) Jenis kelamin dan Usia
3) Diet
4) Obesitas
5) Gaya Hidup
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya
diketahui. Beberapa gejala atau penyakit yang menyebabkan hipertensi
jenis ini anatara lain :
1) Coarctationaorta.
2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal.
3) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen).
4) Gangguan endokrin
5) Obesitas
6) Stress
7) Kehamilan
8) Luka bakar
9) Peningkatan volume intravaskuler
10) Merokok
4. Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output
(curah jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah
jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart
rate
(denyut jantug). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh
sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang
berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem
baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin
angiotensin dan autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di vasomotor, pada medulla diotak. Pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah (Padila, 2013).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi (Padila,
2013). Meski etiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor diduga
memegang peranan dalam genesis hiepertensi seperti yang sudah
dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal, jantung pembuluh darah,
kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan air
(Syamsudin,
2011).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,
yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor
pembuluh darah (Padila, 2013).
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi (Padila,
2013).
5. WOC (Wap of Caution)
Artriosklerosis
Hipertensi
Gangguan sirkulasi
Suplai O2
menurun Spasme
Sistemik
Perifer Koroner arteriole
Resistensi
MK : Resiko vasokontriksi iskemi
pembuluh
darah otak Perfusi miokard
Diplopia Diplopia
Jaringan
Celebral
MK :
Afterload Nyeri MK : Resiko
MK : MK : Gg. meningkat Akut Injury
Nyeri Pola Tidur
Akut
MK : Penurunan MK :
Curah Jantung Intoleransi Smelzter & Bare 2002
Aktivitas
6. Manifestasi klinis
Menurut Corwin 2010, tanda dan gejala hipertensi yang
sering terjadi antara lain :
a. Sakit kepala saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan
muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
c. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan
filtrasi
glomerulus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan
tekanan kapiler.
7. Komplikasi
Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ
sebagai berikut (Mansjoer, 2001) :
a. Otak
Menyebabkan stroke dengan pecahnya pembuluh darah diotak
dan kelumpuhan.
b. Mata
Menyebabkan retinopati hipertensi atau perdarahan pada selaput
bening retina mata dan dapat menyebabkan kebutaan.
c. Jantung
Menyebabkan gagal jantung, serangan jantung, penyakit
jantung koroner.
d. Ginjal
Menyebabkan penyakit ginjal kronik dan gagal ginjal terminal.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik hipertensi (Doenges, 2000) :
1. Hemoglobin / hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hiperkoagulabilitas dan anemia.
2. BUN / kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
3. Glukosa
Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
4. Kalium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
5. Kolesterol dan trigeliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentuk plak ateromatosa (efek kardiovaskular).
6. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan
hipertensi.
7. Kadar aldosteron urine / serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab).
8. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan /
atau adanya diabetes.
9. VMA urine (metabolit katekolamin)
Kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma (penyebab).
VMA urine 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositoma
bila hipertensi hilang timbul.
10. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi.
11. Steroid urine
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma
atau disfungsi pituitari, sindrom Cushing’s dan kadar renin dapat juga
meningkat.
12. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
13. Foto dada
Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup, deposit
pada dan / atau takik aorta, perbesaran jantung.
14. CT scan
Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, atau
feokromositoma.
15. EKG
Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang hipertensi (Corwin, 2009) :
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim
ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi
karena parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah
puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miokard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta
2) Pembendungan, lebarnya paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vaskuler ginjal
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut (Corwin, 2009). Terapi obat
pada penderita hipertensi dimulai dengan salah satu obat berkut :
a. Terapi Farmakologi
1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 -25 mg per hari dengan dosis tunggal
pada pagi hari (pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan
bila disertai hemokonsentrasi /udem paru).
2) Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.
3) Propanolol mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat dinaikkan
20 mg dua kali sehari (kontraindikasi untuk penderita asma).
4) Kaptopril 12,5-25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari
(kontraindikasi pada kehamilan selama janin hidup dan untuk
penderita asma)
5) Nifedipin mulai dari 5 mg dua kali sehari, bisa dinaikkan 10 mg
dua kali sehari.
b. Terapi Non Farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologis pada penderita
hipertensi, antara lain (Corwin, 2009) :
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan /
atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal ginjal jantung
dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa
diet yang dianjurkan :
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi
garam dapat
mengurangi stimulasi sistem renin-angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium
yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam
per hari.
2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi
oleh oksida nitrat pada dinding vaskular.
3) Diet kaya buah dan sayur, dapat mengurangi asupan lemak
jenuh dan lemak total.
4) Diet rendah kolesterol, sebagai pencegah terjadinya
jantung koroner.
b. Penurunan berat badan. Mengatasi obesitas, pada sebagian
orang dengan cara menurunkan berat badan mengurangi tekanan
darah dan dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume
sekuncup. Beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas
berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel
kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif
untuk menurunkan tekanan darah.
c. Olahraga. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang,
bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan
memperbaiki keadaan jantung. Olahraga isotonik dapat juga
meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi
katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4
kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan
tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat
mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Berhenti merokok dan
tidak mengonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka
panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran
darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
e. Penurunan stress. Stress memang tidak menyebabkan hipertensi
yang menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat
menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi.
f. Terapi masase (pijat). Pada prinsipnya pijat yang dilakukan
pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energi
dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat
diminimalisir, ketika semua jalur energi terbuka dan aliran energi
tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka
resiko hipertensi dapat ditekan.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Hipertensi
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari
pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien. Fase proses
keperawatan ini mencakup dua langkah, yaitu pengumpulan data
dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga
kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan.
Selama pengkajian, perawat mendapatkan dua tipe data, yaitu data
subjektif dan data objektif. Tujuan dari pengkajan adalah menetapkan
dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang
berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan
klien (Potter & Perry, 2005). Pengkajian pada pasien dengan hipertensi
adalah sebagai berikut :
a. Data biografi : Nama, alamat, umur, tanggal MRS, diagnosa
medis, penanggung jawab, catatan kedatangan.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama : Pasien merasakan nyeri pada daerah kepala dan
tengkuk, pada kasus hipertensi berat pasien dapat merasakan nyeri
pada tungkai serta dispnea (Price, 2006).
2) Riwayat kesehatan sekarang : Pasien biasanya mengatakan
sakit pada daerah kepala, pusing, mata berkunang-kunang nafsu
makan berkurang, pada sebagian kasus hipertensi berat pasien
merasakan dyspnea dan adanya penggunaan otot bantu pernafasan.
3) Riwayat kesehatan dahulu : biasanya penyakit hipertensi ini
adalah penyakit yang menahun yang sudah lama dialami oleh
pasien.
4) Riwayat kesehatan keluarga : adakah penyakit yang diderita
anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan
penyakit hipertensi.
5) Riwayat psikososial-spiritual
a) Psikologis : perasaan yang dirasakan oleh klien, apakah cemas /
sedih ?
b) Sosial : bagaimana hubungan klien dengan orang lain
maupun orang terdekat klien dengan lingkungan ?
c) Spiritual : apakah klien tetap menjalankan ibadah
selama perawatan di Rumah Sakit ?
c. Pengkajian fokus (Doenges, 2000)
Data dasar pengkajian :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya
hidup monoton
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan
irama jantung, takipnea
2. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
3. Makanan / Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat
mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
Review of system
1) Pemeriksaan fisik umum
Pada pasien dengan hipertensi biasanya memiliki berat
badan yang normal atau melebihi indeks masa tubuh, berat
badan normal, tekanan darah >140/90 mmhg, nadi >100
x/menit, frekuensi nafas 16-24x/menit pada hipertensi berat
terjadi pernafasan takipnea, ortopnea, dyspnea nocturnal
paroksimal, suhu tubuh 36,5-37,5oC pada hipertensi berat
suhu tubuh dapat menurun dan mengakibatkan pasien
hipotermi, Keadaan umum pasien composmentis pada kasus
hipertensi berat dengan komplikasi dapat mengakibatkan
pasien mengalami gangguan kesadaran dan sampai pada
koma, contohnya stroke hemoragik.
2) Sistem penglihatan
Pada pasien dengan hipertensi memiliki sistem
pengelihatan yang baik, pada kasus hipertensi berat
pasien mengalami pengelihatan kabur dan dapat terjadinya
anemis pada konjungtiva.
3) Sistem pendengaran
Pada kasus hipertensi, pasien tidak mengalami
gangguan pada fungsi pendengaran dan fungsi keseimbangan.
4) Sistem wicara
Pasien dengan hipertensi ringan tidak mengalami gangguan
pada sistem wicara. Pada kasus hipertensi berat terjadinya
gangguan pola / isi bicara dan orientasi bicara.
5) Sistem pernafasan
Secara umum baik dengan frekuensi nafas 16-24x/menit
dengan irama teratur, pada kasus hipertensi tertentu seperti
hipertensi berat pasien mengalami gangguan sistem
pernafasan seperti takipne, dyspnea dan ortopnea, adanya
distress pernafasan/penggunaan otot-otot pernafasan pada
hipertensi berat, frekuensi pernafasan >24x/menit dengan
irama pernafasan tidak teratur, kedalaman nafas cepat dan
dangkal, adanya batuk dan terdapat sputum pada batuk pasien
sehingga mengakibatkan sumbatan jalan nafas dan terdapat
bunyi mengi.
6) Sistem kardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer
Secara umum keadaan sirkulasi perifer pada pasien dengan
hipertensi ringan dalam keadaan normal dengan
frekuensi nadi 60-100x/menit, irama teratur. Pada kasus
hipertensi berat frekuensi nadi pasien dapat mencapai
>100 x/menit, irama tidak teratur dan lemah, TD >140/90
mmHg, terjadinya distensi vena jugularis dan pasien
mengalami hipotermi,
Warna kulit pucat (sianosis). Edema terjadi dengan
hipertensi sekunder dari ginjal, pada hipertensi berat,
kecepatan pengisihan kapiler dapat menurun sehingga
capillary refil
>3detik.
b. Sirkulasi jantung
Pada kasus hipertensi ringan, sirkulasi jantung dalam
keadaan normal dengan kecepatan denyut jantung apikal
teratur dan terdapat bunyi jantung tambahan (S3),
adanya nyeri dada pada kasus hipertensi sekunder dengan
komplikasi kelainan jantung.
7) Sistem hematologi
Pasien mengalami gangguan hematologi pada hiperensi
berat yang ditandai dengan keadaan umum pucat,
perdarahan yang mengakibatkan stroke dikarenakan obstruksi
dan pecahnya pembuluh darah.
8) Sistem syaraf pusat
Pada hipertensi ringan adanya rasa nyeri pada daerah
kepala dan tengkuk, kesadaran composmentis, pada hipertensi
berat kesadaran dapat dapat menurun menjadi koma, refleks
fisiologi meliputi refleks biceps fleksi dan triceps ekstensi,
serta refleks patologis negatif.
9) Sistem pencernaan
Sistem pencernaan pada pasien hipertensi dalam keadaan
baik, pada kasus hipertensi berat dengan komplikasi menyerang
organ pada abdomen mengakibatkan pasien mengalami
nyeri pada daerah abdomen.
10) Sistem Endokrin
Pada pasien dengan hipertensi tidak mengalami gangguan
pada sistem endokrin.
11) Sistem urogenital
Terjadinya perubahan pola kemih pada hipertensi sekunder
yang menyerang organ ginjal sehingga menyebabkan terjadinya
gangguan pola berkemih yang sering terjadi pada malam hari.
12) Sistem integument
Turgor kulit buruk pada hipertensi berat dan adanya edema
pada hipertensi sekunder didaerah ekstremitas.
13) Sistem muskuloskeletal
Pada hipertensi ringan pasien tidak mengalami
gangguan ada sistem muskuloskeletal, tetapi pada hipertensi
berat pasien mengalami kesulitan dalam bergerak dan
kelemahan otot.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi,
memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respons
terhadap masalah actual dan resiko tinggi. Menurut Marllyn Doengoes
(2000), diagnosa keperawatan pada hipertensi di sesuaikan dengan SDKI
(PPNI, 2016) adalah sebagai berikut :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload, preload
a. Data mayor (data objektif)
1) Tekanan darah meningkat
2) Nadi perifer teraba lemah
3) Capillary refill time >3 detik
4) Distensi vena jugularis
5) Edema
b. Data Minor (data objektif)
1) Murmur jantung
2) Berat badan bertambah
2. Resiko penurunan perfusi jaringan Celebral tidak efektif
berhubungan dengan hipertensi, gangguan sirkulasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(peningkatan resistensi pembuluh darah ke otak).
a. Data mayor (data objektif)
1) Tampak meringis
2) Frekuensi nadi meningkat
3) Sulit tidur
b. Data minor (data objektif)
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola nafas berubah
3) Nafsu makan berubah
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan. a. Data mayor (data objektif)
1) Frekuensi jantung meningkat >20 % dari kondisi
istirahat b. Data minor (data objektif)
1) Tekanan darah berubah >20 % dari kondisi istirahat
2) Sianosis
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan tekanan intrakranial ke
otak. a. Data mayor (data subjektif)
1) Mengeluh sulit tidur
2) Mengeluh pola tidur berubah
b. Data minor (data subjektif)
1) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
3. Intervensi Keperawatan (Doengoes, 2000, Moorhead, Bulechek, 2013)
27
seperti yang diperintahkan
11. Monitor aliran oksigen 11. Mengetahui kebutuhan oksigen pasien
28
1. TIK klien berkisar 0-10
mmHg.
2. Tekanan sistolik berkisar
100-120 mmHg.
3. Tekanan diastolic
berkisar 60-80.
4. Keluhan pusing klien
berkurang.
29
psikologi dan sosial latihan fisik pada pasien
9.
Indentifikasi dini memberikan informasi
9. Bantu untuk mengidentifikasi dan yang tepat terhadap tindakan keperawatan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
yang akan datang
aktivitas yang diinginkan
10. Bantu klien untuk membuat jadwal 10. Jadwal latihan yang teratur mempermudah
latihan diwaktu luang latihan yang efektif pada pasien
11. Bantu pasien/keluarga untuk 11. Identifikasi dini terhadap kelemahan fisik
mengidentifikasi kekurangan dalam pada pasien membantu menemukan terapi
beraktivitas yang tepat pada pasien
30
nyeri 8. Tunjukkan dan praktekkan teknik relaksasi 8. Posisi yang nyaman akan membuat klien
pada klien merasa lebih rileks
Pemberian analgetik
9. Cek adanya riwayat alergi 9. Untuk mengetahui adanya alergi obat klien
10. Kolaborasi pemberian obat analgetik untuk 10. Analgetik berfungsi sebagai depresan system
mengurangi nyeri syaraf pusat sehingga mengurangi atau
menghilangkan nyeri
31
32
4. Implementasi Keperawatan
tindakan dari perencanaan yang telah dibuat (Potter & Perry, 2005)
5. Evaluasi Keperawatan
tujuan yang telah dibuat dalam rencana keperawatan (Potter Perry, 2005).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan/Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi
kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan klien
dengan gangguan Hipertensi di ruang Melati RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian asuhan
keperawatan dengan Hipertensi di ruang Melati RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu adalah individu yang menderita gangguan atau penyakit
Hipertensi. Adapun subyek penelitian yang akan diteliti berjumlah satu
orang dengan satu kasus dengan masalah keperawatan Hipertensi
33
34
E. Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan penyusunan usulan penelitian atau
proposal dengan menggunakan metode studi kasus berupa laporan teori
asuhan keperawatan yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Hipertensi Di Ruang Melati RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2018. Setelah disetujui oleh penguji proposal maka penelitian
dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data. Data penelitian berupa
hasil pengukuran, observasi, dan wawancara terhadap pasien yang
dijadikan subyek penelitian.
G. Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan oleh peneliti dengan cara peneliti
mengumpulan data secara langsung pada pasien dengan menggunakan
format pengkajian dari yang baku dari kampus, yang dilakukan enam jam
sesuai jadwal dinas perawat di ruangan Melati selama 5 hari berturut-
turut. Pengumpulan data dilakukan pada catatan medis/status pasien,
pasien langsung, keluarga, dokter dan perawat ruangan agar mendapatkan
data yang valid. Disamping itu, untuk menjaga validitas dan keabsahan
data peneliti melakukan observasi dan pengukuran ulang terhadap
data-data pasien yang meragukan yang ditemukan melalui data sekunder.
H. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menyajikan hasil pengkajian yang
dilakukan dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Selanjutnya
hasil pengumpulan data pengkajian dianalisis dengan membandingkan
dengan teori yang telah disusun pada bab sebelumnya (bab 2) untuk
mendapatkan masalah keperawatan yang digunakan untuk menyusun
tujuan dan intervensi. Selanjutnya intervensi dilaksanakan kepada pasien
sesuai rencana-rencana yang telah disusun (Implementasi). Hasil
implementasi dianalisis untuk mengevaluasi kondisi pasien apakah
masalah sudah teratasi, teratasi sebagian, dimodifikasi atau diganti
dengan
masalah keperawatan yang lebih relevan. Hasil pengkajian, penegakan
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi di tuangkan dalam
bentuk narasi pada bab pembahasan, yang dibandingkan dengan teori-
teori yang sudah disusun sebelumnya untuk menjawab tujuan penelitian.
Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan
studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya
diinterpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan
untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
37
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Ruang : Melati Tanggal Masuk : 22-02-2018
No. MR : 650586 Tanggal Pengkajian : 23-02-2018
Diagnosa Medis : Hipertensi + Cronik Kidney Disease (CKD)
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Tn. A lahir tanggal 14 Juni 1974 (44 tahun) sudah menikah dan
memiliki 2 orang anak, tinggal di Jl. Merapi 9, RT. 07 Kota Bengkulu
dan beragama islam, bekerja sebagai swasta, komunikasi
menggunakan bahasa Bengkulu serta pendidikan terakhir S1.
b. Identitas Penanggung jawab
Ny. N umur 38 tahun beragama islam, merupakan isteri dari Tn.
A, tinggal di Jl. Merapi 9, RT. 07 Kota Bengkulu bekerja sebagai ibu
rumah tangga, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
Bengkulu serta pendidikan terakhir adalah SMA.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal
22 februari 2017 pukul 23.30 dengan keluhan pusing di tengkuk
belakang kepala.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn. A mengatakan pusing sejak 1 hari yang lalu, nyeri
kepala berdenyut di daerah tengkuk belakang, pasien mengatakan
faktor penyebab kemungkinan adalah kelelahan bekerja dan pusing
semakin menjadi ketika malam hari dan pasien juga mengeluh sesak.
Sebelum
masuk rumah sakit, pasien hanya beristirahat namun keluhan tersebut
37
38
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal 1 rumah
: Ibu kandung pasien
4. Riwayat Psikososial dan spiritual
a. Orang yang terdekat dengan pasien adalah isteri
pasien b. Interaksi dalam keluarga
Baik, pengambilan keputusan secara bersama-sama dan
saling ketergantungan.
c. Persepsi klien terhadap penyakit
Pasien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya
tetapi pasien optimis akan kesembuhan penyakit yang dideritanya.
d. Dampak penyakit klien terhadap keluarga
Keluarga pasien merasa cemas terhadap kesehatan pasien
dan keluarga fokus terhadap perawatan pasien di rumah sakit.
e. Sistem kepercayaan
Pasien dan keluarga tawakal dan berdoa kepada tuhan Yang Maha
Esa.
5. Pola Kebiasaan
Tanggal 23 Februari 2018
a. Pola Nutrisi dan Cairan
1) Sebelum sakit (di rumah)
Pasien mengatakan saat di rumah nafsu makannya baik dan makan
3 kali sehari dengan porsi makan 1 piring. Pasien mengatakan tidak
pernah mengkonsumsi obat sebelum makan dan tidak ada diet khusus
dalam konsumsi makanan. Pasien biasanya minum 5-6 gelas air putih
setiap harinya.
2) Saat sakit (di rumah sakit)
Pasien mengatakan mual dan nafsu makannya kurang baik
dan makan 3 kali sehari dengan porsi makan 1 piring tidak habis
hanya ½ porsi yang diberikan oleh rumah sakit. Diet yang diberikan
kepada Tn. A adalah diet rendah natrium, pasien tidak menggunakan
alat bantu makan, pasien minum air putih 800 ml/24 jam dan
ditambah dengan cairan parenteral yaitu IVFD sebanyak 720 ml/24
jam.
b. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit (di rumah)
Pasien mengatakan buang air kecil sebanyak 3-5 kali sehari dan
tidak ada keluhan. Pasien mengatakan air kencingnya (urin) berwarna
kuning jernih. Pasien mengatakan tidak ada alat bantu untuk proses
buang air kecilnya dan pasien mengatakan buang air besar sebanyak 1
kali sehari dan tidak ada keluhan diare atau konstipasi saat buang air
besar. Pasien mengatakan fesesnya lembek berwarna kuning dan
tidak ada darah dan pasien mengatakan tidak pernah
menggunakan obat laxatif sebelum buang air besar.
2) Saat sakit (di rumah sakit)
Pasien mengatakan ketika di rumah sakit BAK sebanyak 550
ml/24 jam air kencing (urine) bewarna kuning jernih. Pasien tidak
menggunakan alat bantu untuk proses buang air kecil.
Pasien mengatakan buang air besar besar 100 ml/24 jam dan tidak
ada keluhan diare atau konstipasi saat buang air besar. Konsistensi
fesesnya lembek dan berwarna kuning. Pasien tidak ada penggunaan
obat laxatif.
Didapatkan pada saat pengkajian tanggal 23 Februari 2018 yaitu
: Perhitungan balance cairan
Cairan masuk
Makan 150 cc
Minum 800 cc
IVFD 720 cc
Obat parenteral 15 cc
Air metabolisme (5 x BB (66) = 330 cc +
= 2015 cc/24 jam
Cairan keluar
Urine (BAK) 550 cc
Feses (BAB) 100 cc
IWL (15 x BB) = 15 x 66 = 990 cc/24 jam
24 jam +
= 1640 cc/ 24 jam
Balance cairan = cairan masuk – cairan keluar
= 2015 – 1640 = + 375 (kelebihan cairan)
4 4
4 4
7. Data Penunjang
a. Laboratorium
Tabel 4.1 : Hasil Laboratorium Tanggal 23 Februari 2018 jam 11.06
No. Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1 Gula darah sewaktu 97 70-120 mg/dl
2 Ureum 89 20-40 mg/dl
3 Creatinin 9,4 0,5-1,2 mg/dl
4 HB 8,6 Lk: 13,0-18,0 gr/dl
Pr: 12,0-16,0 gr/dl
5 Leukosit 7.700 4.000-10.000 mm3
6 Trombosit 203.000 150.000-400.000 t/mm3
7 Hematokrit 26 Lk: 37-47%
Pr: 40-54%
8. Penatalaksanaan Obat
Tabel 4.2 : Penatalaksanaan Obat
Obat 23/02/2018 24/02/2018 25/02/2018 26/02/2018 Indikasi
a. Parenteral Mengembalikan
1. IVFD RL (10 tpm) √ √ √ √ kesimbangan elektrolit
pada keadaan dehidrasi
2. Furosemid 20 mg (2x1 √ √ √ √ Untuk mengurangi cairan
amp) berlebih dalam tubuh
(edema) dan tekanan
darah tinggi
3. Ketorolac 20mg (3x1 √ √ √ √ untuk mengurangi nyeri
amp)
4. Omeprazole (1x1 amp) √ √ Stop Stop Untuk menurunkan
kadar asam yang
diproduksi di dalam
lambung
b. Oral Untuk pengobatan
1. Amlodipine 1x10 mg √ √ √ √ hipertensi
6 DS : Kelemahan Intoleransi
1. Tn. A mengatakan pusing setelah aktivitas
melakukan aktivitas dan sulit dalam
melakukan aktivitas
2. Pasien mengatakan badannya lemas
3. Pasien mengatakan tungkai kanan dan kiri
bengkak
DO :
1. Pasien tampak terbaring di tempat tidur
2. Klien tampak pusing setelah melakukan
aktivitas
3. Klien dibantu dalam melakukan aktivitas
oleh keluarga (seperti: ke kamar mandi)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
52
darah, nadi, resirasi) awal penurunan curah jantung
2. Menunjukkan status 8. Catat bila adanya fluktuasi tekanan darah 8. Mengetahui tanda-tanda enurunan curah
sirkulasi yang baik jantung
3. Tidak ada distensi vena 9. Monitor adanya sianosis perifer 9. Mengetahui adanya penurunan curah jantung
jugularis sehingga darah tidak lagi sampai pada
4. Tidak ada edema paru Terapi Oksigen jaringan dierifer
dan perifer. 10. Kolaborasi pemberian oksigen 10. Meningkatkan perfusi
11. Monitor aliran oksigen 11. Mengetahui kebutuhan oksigen pasien
53
Kriteria Hasil : 4. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan 4. Pada kebanyakan kasus, jumlah cairan aliran
1. Menunjukkan jalan keseimbangan harus sama atau lebih dari jumlah yang
napas yang paten (klien dimasukkan, keseimbangan positif
tidak merasa tercekik, menunjukkan kebutuhan evaluasi lebih lanjut
irama napas, frekuensi 5. Kolaborasi pemberian tambahan O2 3 lpm 5. Memaksimalkan oksigen untuk penyerapan
pernapasan dalam vaskular, pencegahan / pengurangan hipoksia
rentang normal, tidak Terapi Oksigen
ada suara napas 6. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea 6. Pembersihan jalan napas dan meningkatkan
abnormal) kenyamanan
2. Tanda vital dalam 7. Monitor aliran oksigen 7. Menunjukkan kebutuhan oksigen pasien
rentang normal (tekanan 8. Pertahankan posisi pasien 8. Memudahkan memelihara jalan napas atas
darah, nadi, frekuensi paten bila jalan napas pasien dipengaruhi
pernapasan dan Monitor Tanda Vital
kedalaman nafas) 9. Monitor TD, nadi, RR, dan suhu 9. Dapat menunjukkan intervensi selanjutnya
3. Tidak terdapat 10. Monitor frekuensi dan irama pernapasan 10. Peningkatan upaya pernapasan dapat
penggunaan otot bantu menujukkan derajat hipoksemia
pernafasan 11. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit 11. Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi
4. Suara nafas vesikuler berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan
integritass jaringan pada tingkat seluler
3 Hipervolemik NOC NIC
berhubungan Keseimbangan elektrolit Manajemen Cairan
dengan Retensi dan asam basa 1. Pertahankan catatan intake output yang 1. Pada kebanyakan kasus, jumlah aliran harus
54
cairan Keseimbangan cairan akurat sama atau lebih dari jumlah yang
Hidrasi dimasukkan, keseimbangan positif
Level : menunjukkan kebutuhan evaluasi lebih lanjut
1 : Berat
2. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan 2. Peninggian menunjukkan hipovolemia. Kaji
2 : Cukup berat
3 : Sedang (edema, asites) bunyi jantung dan napas. Kelebihan cairan
4 : Ringan berpotensi gagal jantung kongesti atau edema
5 : Tidak ada
paru
Hasil yang diharapkan 3. Monitor vital sign (TD dan nadi) perhatikan 3. Peninggian menunjukkan hipovolemia. Kaji
adalah indikator 4-5. hipertensi, nadi kuat, distensi vena leher, bunyi jantung dan napas. Kelebihan cairan
Kriteria Hasil : edema perifer berpotensi gagal jantung kongesti atau edema
1. Terbebas dari edema, paru
efusi 4. Kaji lokasi dan luas edema 4. Edema mungkin lebih terlihat di daerah
2. Bunyi napas bersih, tubuh yang tergantung atau pada bagian
tidak ada dispneu / ujung-ujung
ortopneu 5. Monitor masukkan makanan / cairan 5. Tanda-tanda kelebihan volume cairan adalah
3. Memelihara tekanan setidaknya setiap 4 jam hasil dari retensi natrium dan air yang
vena sentral, tekanan mengarah ke peningkatan volume cairan
kapiler paru, output 6. Kolaborasi pemberian cairan IV 6. Asupan lebih dari output dan peningkatan
jantung dan vital sign berat badan dapat menunjukkan retensi
dalam batas normal cairan
4. Terbebas dari 7. Kolaborasi dengan dokter pemberian 7. Mengurangi kelebihan cairan dalam tubuh
kelelahan, kecemasan diuretik
55
atau kebingungan Memonitor Cairan
5. Menjelaskan indikator 8. Monitor serum dan elektrolit urine 8. Hipernatremia dapat terjadi, meskipun kadar
kelebihan cairan serum dapat menunjukkan efek pengenceran
dari kelebihan volume cairan
4 Nyeri akut NOC NIC
berhubungan Tingkat nyeri Menejemen Nyeri :
dengan agen - Nyeri yang dilaporkan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda-
pencedera - Ekspresi nyeri wajah komprehensif termasuk lokasi, tanda nyeri sehingga dapat menentukan
fisiologis - Tidak bisa beristirahat karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intervensi selanjutnya
(peningkatan Level : faktor pencetus
1 : Berat
resistensi 2 : Cukup berat 2. Observasi reaksi nonverbal dari 2. Mengetahui respon pasien terhadap nyeri
pembuluh darah 3 : Sedang ketidaknyamanan
4 : Ringan
ke otak). 5 : Tidak ada 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik 3. Menumbuhkan sikap saling percaya
untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
Hasil yang diharapkan 4. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk 4. Untuk mengurangi rasa nyeri dan kerja
adalah indikator 4-5. membantu penurunan nyeri jantung yang berlebihan
Dibuktikan dengan : 5. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk 5. Mengetahui perkembangan nyeri dan
1. Tanda-tanda vital dalam menentukan intervensi menentukan intervensi selanjutnya
batas normal 6. Monitor tanda-tanda vital 6. Dapat menunjukkan intervensi selanjutnya
2. Klien menunjukkan rasa
nyaman setelah nyeri Terapi Relaksasi
berkurang 7. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam 7. Teknik untuk pengalihan rasa nyeri,
56
3. Pasien mampu sehingga nyeri akan teralihkan
mengontrol dan 8. Berikan lingkungan yang tenang dengan 8. Meningkatkan relaksasi dan membantu
menangani nyeri mengurangi pengunjung yang datang dan pasien memfokuskan perhatian pada sesuatu
(mampu menggunakan suhu lingkungan yang nyaman, jika disamping diri atau ketidaknyamanan
tehnik nonfarmakologi memungkinkan
untuk mengurangi nyeri, 9. Tunjukkan dan praktekkan teknik relaksasi 9. Posisi yang nyaman akan membuat klien
mencari bantuan) pada klien merasa lebih rileks
4. Mampu mengenali nyeri Pemberian analgetik
(skala, intensitas, 10. Cek adanya riwayat alergi 10. Untuk mengetahui adanya alergi obat klien
frekuensi dan tanda 11. Kolaborasi pemberian obat analgetik untuk 11. Analgetik berfungsi sebagai depresan system
nyeri mengurangi nyeri syaraf pusat sehingga mengurangi atau
menghilangkan nyeri
5 Nausea NOC Manajemen Mual
berhubungan Kontrol mual dan muntah 1. Lakukan pengkajian lengkap rasa mual 1. Mengidentifikasi keefektifan intervensi yang
dengan faktor Indikator : termasuk frekuensi, durasi, tingkat mual dan diberikan
fsikologis Nafsu makan faktor yang menyebabkan mual
Mengenali onset mual 2. Evaluasi semua efek mual terhadap nafsu 2. Mengidentifikasi pengaruh terhadap aktivitas
Level : makan klien, aktivitas sehari-hari, dan pola klien
1 : Berat
tidur
2 : Cukup berat
3 : Sedang 3. Anjurkan makan sedikit tapi sering dan 3. Memenuhi kebutuhan nutrisi klien dan
4 : Ringan
dalam keadaan masih hangat mencegah mual
5 : Tidak ada
4. Anjurkan klien mengurangi makanan yang 4. Untuk menghindari timbulnya mual
57
Hasil yang diharapkan 4 dan 5 menimbulkan mual
Kriteria Hasil : 5. Berikan istirahat dan tidur yang cukup untuk 5. Membantu mengurangi efek mual dan
1. Keinginan untuk mengurangi mual mencegah mual
makan dan intake 6. Anjurkan pasien makan dalam posisi semi 6. Untuk tidak merasakan mual pada saat
nutrisi tidak terganggu fowler / fowler makan
2. Dapat selalu 7. Kurangi atau hilangkan faktor-faktor yang 7. Membantu mengurangi efek mual dan
mengenali onset mual bersifat personal yang memicu atau mencegah mual
3. Dapat mengenali meningkatkan mual (kecemasan, takut,
penyebab mual kelelahan)
6 Intoleransi NOC NIC
aktivitas Toleransi terhadap Manajemen Energi
berhubungan aktivitas 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam 1. Kesulitan dalam bergerak berdampak pada
dengan Indikator : melakukan aktivitas tonus otot pasien
kelemahan. - Tekanan darah sistolik 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan 2. Faktor eksternal dan internal berpengaruh
ketika beraktivitas kelelahan terhadap faktor kelelahan pada pasien
- Tekanan darah diastolik 3. Monitor respon kardivaskuler terhadap 3. yang ditandai dengan respon patologis dari
ketika beraktivitas aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, kardiovaskuler menandakan adanya
- Frekuensi nadi ketika diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik) kelemahan fisik yang patologik
beraktivitas 4. Monitor pola tidur dan lamanya 4. Tingkat tirah baring yang tinggi
Level : tidur/istirahat pasien berpengaruh terhadap energy yang
1 : Berat
2 : Cukup berat dimiliki pasien untuk beraktivitas
3 : Sedang 5. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas 5. Aktivitas yang ringan dan dapat dilakukan
4 : Ringan
58
5 : Tidak ada yang mampu dilakukan pasien merupakan terapi awal untuk latihan
fisik pasien
Hasil yang diharapkan
6. Bantu untuk mengidentifikasi dan 6. Identifikasi dini memberikan informasi
adalah indikator 4-5. yang tepat terhadap tindakan keperawatan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
Kriteria Hasil: yang akan datang
aktivitas yang di inginkan
1. Berpartisipasi dalam
7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan 7. Jadwal latihan yang teratur mempermudah
aktivitas fisik
diwaktu luang latihan yang efektif pada pasien
2. Mampu melakukan
aktivitas hari 8. Bantu
sehari pasien/keluarga untuk 8. Identifikasi dini terhadap kelemahan fisik
mengidentifikasi kekurangan dalam pada pasien membantu menemukan terapi
(ADLs) secara mandiri
beraktivitas yang tepat pada pasien
3. Keseimbangan
aktivitas dan istirahat
59
D. Implementasi
1. Implementasi Hari Pertama 23 Februari 2018
Nama Pasien : Tn. A Ruang : Melati
No. Reg : 650586 Diagnosa Medis : Hipertensi + CKD
60
sianosis perifer / kebiruan di ekstremitas
13.53 6. Memberikan O2 sesuai indikasi 6. Pasien terpasang oksigen nasal kanul 2
liter/menit
13.55 7. Memonitor aliran oksigen 7. Oksigen 2 liter/menit
14.00 8. Memberikan cairan infus secara intra vena 8. Cairan infus RL 10 tetes/menit
17.00 9. Memberikan ISDN 5 mg, amlodipine 10 mg dan 9. Obat telah diberikan dan TD : 160/80 mmHg
Condesortan 16 mg diberikan secara oral
23/02/2018 Pola nafas Tit
13.53 tidak efektif 1. Memberikan terapi O2 2 liter/menit dengan tujuan 1. Pasien dapat bernafas dengan lebih leluasa a
berhubungan sesak pasien dapat berkurang
13.54 dengan 2. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin : 2. Pasien merasa nyaman dengan posisi
Hambatan posisi semi fowler dengan meletakkan dua buah semi fowler
upaya nafas bantal di belakang kepala pasien untuk
memudahkan pasien bernafas dengan lebih leluasa
14. 10 3. Mendengarkan suara nafas pada pasien untuk 3. Suara nafas pasien vesikuler tidak ada
mengetahui apakah ada suara nafas yang abnormal bunyi tambahan
seperti mengi, ronchi, krekels, wheezing
14.15 4. Melihat apakah adanya penggunaan otot bantu 4. Pasien menggunakan otot bantu pernafasan
pernafasan dan bagaimana iramanya dan iramanya teratur
14.00 5. Mengatur tetasan infus 10 tetes/menit agar jumlah 5. Pasien mengerti dengan apa yang
pemasukan cairan pada pasien tidak berlebihan dilakukan oleh perawat
13.30 6. Memonitor TD, nadi, RR, dan suhu 6. TD : 160/90 mmHg
61
N : 89 x/menit
RR : 25 x/menit
S : 36,6 ºC
13.30 7. Memonitor suhu, warna dan temperatur kulit 7. Suhu pasien 36,6 ºC, temperatur kulit hangat
8. Memonitor distensi vena jugularis 8. Tidak terdapat distensi vena jugularis
23/02/2018 Kelebihan Tit
13.30 volume 1. Memonitor tanda-tanda vital 1. TD : 160/90 mmHg a
cairan N : 89 x/menit
berhubungan RR : 25 x/menit
dengan S : 36,6 ºC
14.20 Retensi 2. Menghitung pengeluaran cairan (urine) / 24 jam 2. Cairan keluar urine ± 550 cc sehari
14.25 cairan 3. Mengecek jumlah masukan cairan pada pasien / 24 3. Jumlah cairan yang masuk 2045 ml/hari
jam untuk mengetahui apakah adanya kelebihan (infus 720 ml + obat parenteral 15 ml +
cairan pada pasien. Cairan masuk (infus 720 ml + minum 800 ml + makan 150 ml + air
obat parenteral 15 ml + minum 800 ml + makan 150 metabolisme (5 x BB (66) = 330)
ml + air metabolisme (5 x BB (66) = 330)
14.25 4. Menghitung jumlah pemasukan dan pengeluaran 4. Hasil balance cairan = + 375 ml maka
cairan yang akurat dengan menghitung balance diketahui pasien mengalami kelebihan
cairan untuk mengetahui apakah jumlah cairan
pemasukan dan pengeluaran seimbang.
Cairan masuk2045 ml/hari (infus 720 ml + obat
parenteral 15 ml + minum 800 ml + makan 150 ml +
62
air metabolisme (5 x BB (66) = 330)
Cairan keluar = 1640 ml
urine 550 cc
Feses 100 cc
IWL (15x BB) = 15 x 66 = 990 cc
14.30 Balance cairan = 2015 – 1640 = + 375 ml
5. Melihat apakah ada edema dan asites pada pasien 5. Pasien mengalami edema pada kedua
untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda cairan tungkainya, pasien tidak mengalami
17.00 berlebihan asites
6. Memberikan injeksi obat furosemid 20 mg 1 amp
23/02/2018 Nyeri akut Tit
14. 31 berhubungan 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif 1. P: nyeri dirasakan saat beraktivitas a
dengan agen termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Q: seperti berdenyut-denyut
pencedera kualitas dan faktor pencetus R: di daerah kepala bagian tengkuk belakang
fisiologis S: 6
(peningkatan T: ± 5 menit
14. 33 resistensi 2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari 2. Pasien tampak meringis kesakitan
pembuluh ketidaknyamanan (ekspresi wajah)
14. 40 darah ke 3. Menganjurkan istirahat/tidur yang adekuat untuk 3. Pasien tampak beristirahat
otak). membantu penurunan nyeri
14.50 4. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan 4. Nyeri yang di rasakan pasien
63
13.30 5. Memonitor tanda-tanda vital 5. TD : 160/90 mmHg
N : 89 x/menit
RR : 25 x/menit
S : 36,6ºC
14.55 6. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam 6. Pasien belum bisa melakukan teknik nafas
dalam
15.00 7. Memberikan lingkungan yang tenang dengan 7. Pasien tampak nyaman
mengurangi pengunjung yang datang dan suhu
lingkungan yang nyaman
16.00 8. Mengecek adanya riwayat alergi 8. Setelah dilakukan skin test, di dapatkan tidak
ada alergi pada pasien
17.00 9. Memberikan obat analgetik ketorolac 1 ampul 9. Injeksi obat ketorolac 1 ampul berhasil
diberikan
23/02/2018 Nausea Tit
15.05 berhubungan 1. Melakukan pengkajian lengkap rasa mual termasuk 1. Pasien mengatakan mual terasa saat makan a
dengan frekuensi, tingkat mual dan faktor yang saja
faktor menyebabkan mual
15.15 psikologis 2. Mengevaluasi semua efek mual terhadap nafsu 2. Nafsu makan pasien berkurang, pasien
makan klien, aktivitas sehari-hari, dan pola tidur tampak makan-makanan rumah sakit dan
15.25 tampak tidak menghabiskan makanannya
3. Menganjurkan makan sedikit tapi sering dan dalam 3. Pasien mengatakan akan mencobanya
15.30 keadaan masih hangat
64
4. Memberikan istirahat dan tidur yang cukup untuk 4. Pasien akan mencoba untuk istirahat cukup
15.40 mengurangi mual
5. Menganjurkan pasien makan dalam posisi 5. Pasien tampak posisi semi fowler
17.00 semi fowler
6. Memberikan terapi obat sucralfat syrup 1 6. Pasien tampak minum obat langsung tanpa
17.00 sendok secara oral memuntahkannya
7. Memberikan injeksi obat omeprazole 1 ampul 7. Injeksi obat omeprazole 1 ampul berhasil
diberikan
65
yang mampu dilakukan mengatakan tidak mampu melakukan
aktivitas yang berat
16.18 6. Membantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan 6. Setelah dilakukan pengkajian, pasien
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang mengatakan semua aktivitas dibantu keluarga
diinginkan
16.20 7. Membantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi 7. Pasien tampak dibantu aktivitas oleh
kekurangan dalam beraktivitas keluarga, seperti ke kamar mandi
17.00 8. Memberikan obat oral CaCO3 1 tablet dan Asam 8. Pasien tampak minum obat tanpa
folat 1 tablet memuntahkannya
66
Tabel 4.7 : Catatan Perkembangan (23 Februari 2018)
67
P : Intervensi (1-11) dilanjutkan
Jumat, 23 Februari Kelebihan S: Tit
2018 volume 1. Pasien mengatakan tungkai kanan dan kiri bengkak a
2. Pasien mengatakan urine pasien sedikit
cairan
berhubungan O:
1. Adanya edema pada tungkai kiri dan kanan
dengan
2. Cairan masuk = 2015 ml
Retensi {infus 720 ml + obat parenteral 15 ml + minum 800 ml + makan 150ml + air metabolisme (5 x BB
(66) = 330)}
cairan
Cairan keluar = 1640 ml
Urine 550 cc
Feses 100 cc
IWL (15 x BB) = 15 x 66 = 990 cc
Balance cairan = input – output = 2015 – 1640 = + 375 (kelebihan
cairan)
3. Edema berada pada derajat II dengan kriteria kedalaman 5 mm dengan waktu kembali 5 detik
4. Nafas bau keton
5. TTV :
TD : 160/90 mmHg
N : 89 x/menit
RR : 25 x/menit
S : 36,6ºC
A : Keseimbangan Cairan berada pada level 2 atau gangguan berat
P : Intervensi (1-8) dilanjutkan
Jumat, 23 Februari Nyeri akut S : Tit
Tn. A mengatakan pusing, sakit di kepala dan berdenyut di tengkuk belakang a
2018 berhubungan
P: nyeri dirasakan saat beraktivitas
dengan agen Q: seperti berdenyut-denyut
R: di daerah kepala bagian tengkuk belakang
pencedera
S: 6
fisiologis T: ± 5 menit
68
(peningkatan O:
1. Pasien tampak lemah
resistensi
2. Pasien tampak meringis
pembuluh 3. Pasien memegang kepalanya
TD : 160/90 mmHg
darah ke
N : 89 x/menit
otak). RR : 25 x/menit
S : 36,6ºC
A : Tingkat nyeri berada pada level 2 atau cukup berat
P : Intervensi (1,2,3,4,5,6,8,11) dilanjutkan
Jumat, 23 Februari Nausea S: Tit
1. Pasien mengatakan terasa mual jika makan
2018 berhubungan a
2. Pasien mengatakan mual timbul saat makan
dengan 3. Pasien mengatakan tidak nafsu makan
O:
faktor
1. Pasien tampak lemah
psikologis 2. Frekuensi makan 3 x sehari
3. Porsi yang dihabiskan ½ porsi
4. Mukosa bibir kering
A : Kontrol mual dan muntah berada pada level 2 atau sering ditunjukkan
P : Intervensi (1,2,3,4,5,7) dilanjutkan
Jumat, 23 Februari Intoleransi S: Tit
2018 aktivitas 1. Tn. A mengatakan pusing setelah melakukan aktivitas dan sulit dalam melakukan aktivitas a
2. Pasien mengatakan badannya lemas
berhubungan 3. Pasien mengatakan tungkai kanan dan kiri bengkak
dengan O:
1. Pasien tampak terbaring di tempat tidur
kelemahan 2. Klien tampak pusing setelah melakukan aktivitas
3. Klien dibantu dalam melakukan aktivitas oleh keluarga (seperti: ke kamar mandi)
69
A : Toleransi terhadap aktivitas berada pada level 4 atau banyak terganggu
P : Intervensi (1-8) dilanjutkan
70
2. Implementasi Hari Kedua 24 Februari 2018
Nama Pasien : Tn. A Ruang : Melati
No. Reg : 650586 Diagnosa Medis : Hipertensi + CKD
71
oral dengan TD : 150/90 mmHg
72
dengan S : 36,4 ºC
08.45 Retensi 2. Menghitung pengeluaran cairan (urine) / 24 jam 2. Cairan keluar urine ± 500 cc sehari
08.46 cairan 3. Mengecek jumlah masukan cairan pada pasien / 24 3. Jumlah cairan yang masuk 1995 ml/hari
jam untuk mengetahui apakah adanya kelebihan (infus 720 ml + obat parenteral 15 ml +
cairan pada pasien. Cairan masuk (infus 720 ml + minum 700 ml + makan 200 ml + air
obat parenteral 15 ml + minum 700 ml + makan 200 metabolisme (5 x BB (66) = 330)
08.50 ml + air metabolisme (5 x BB (66) = 330)
4. Menghitung jumlah pemasukan dan pengeluaran 4. Hasil balance cairan = + 325 ml maka
cairan yang akurat dengan menghitung balance diketahui pasien mengalami kelebihan
cairan untuk mengetahui apakah jumlah cairan
pemasukan dan pengeluaran seimbang.
Cairan masuk (infus 720 ml + obat parenteral 15 ml
+ minum 700 ml + makan 200 ml + air metabolisme
(5 x BB (66) = 330)
Cairan keluar = 1640 ml
urine 500 cc
Feses 150 cc
08.55 IWL (15x BB) = 15 x 66 = 990 cc
Balance cairan = 1965 – 1640 = +325 ml
5. Melihat apakah ada edema dan asites pada pasien
11.00 untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda cairan 5. Pasien masih mengalami edema pada kedua
berlebihan tungkainya, pasien tidak mengalami asites
73
6. Melakukan injeksi furosemid 20 mg 1 amp 6. Pasien mau diberikan terapi obat
24/02/2018 Nyeri akut Tit
08. 58 berhubungan 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif 1. P: nyeri dirasakan saat beraktivitas a
dengan agen termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Q: nyeri seperti tertekan
pencedera kualitas dan faktor pencetus R: di daerah kepala bagian tengkuk belakang
fisiologis S: 5
(peningkatan T: ± 4 menit
09.00 resistensi 2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari 2. Pasien tampak masih meringis kesakitan
pembuluh ketidaknyamanan (ekspresi wajah)
09.05 darah ke 3. Menganjurkan istirahat/tidur yang adekuat untuk 3. Pasien tampak beristirahat
otak). membantu penurunan nyeri
09.10 4. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan 4. Nyeri yang di rasakan pasien seperti
intervensi tertekan di tengkuk belakang
08.00 5. Memonitor tanda-tanda vital 5. TD : 150/90 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,4ºC
09.12 6. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam 6. Pasien sudah bisa melakukan teknik nafas
dalam
09.18 7. Memberikan lingkungan yang tenang dengan 7. Pasien tampak nyaman
mengurangi pengunjung yang datang dan suhu
lingkungan yang nyaman
74
11.00 8. Memberikan obat analgetik ketorolac 1 ampul 8. Injeksi obat ketorolac 1 ampul berhasil
diberikan
24/02/2018 Nausea Tit
09.20 berhubungan 1. Melakukan pengkajian lengkap rasa mual termasuk 1. Pasien mengatakan masih terasa mual saat a
dengan frekuensi, tingkat mual dan faktor yang makan saja
faktor menyebabkan mual
09.22 psikologis 2. Mengevaluasi semua efek mual terhadap nafsu 2. Nafsu makan pasien sudah berkurang,
makan klien, aktivitas sehari-hari, dan pola tidur makanan pasien tampak masih tersisa
09.25 3. Menganjurkan makan sedikit tapi sering dan dalam 3. Pasien mengatakan sudah mulai mencobanya
keadaan masih hangat
09.27 4. Menganjurkan pasien makan dalam posisi semi 4. Pasien tampak posisi semi fowler
fowler
11.00 5. Memberikan terapi obat sucralfat syrup 1 sendok 5. Pasien tampak minum obat langsung tanpa
memuntahkannya
24/02/2018 Intoleransi Tit
09.30 aktivitas 1. Mengobservasi adanya pembatasan klien dalam 1. Pasien belum dapat melakukan aktivitas a
berhubungan melakukan aktivitas karena pasien masih merasa pusing dan sesak
dengan sudah berkurang jika beraktivitas
09.35 kelemahan 2. Mengkaji adanya faktor yang 2. Pasien masih merasa lemas dan pusing
menyebabkan kelelahan
09.40 3. Memonitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas 3. Pasien mengatakan sesak sudah berkurang
(takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, jika beraktivitas
75
perubahan hemodinamik)
09.45 4. Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat 4. Pola tidur / istirahat pasien sudah baik
pasien
5. Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas 5. Setelah dilakukan pengkajian, pasien
09.48 yang mampu dilakukan mengatakan belum mampu melakukan
aktivitas yang berat
6. Membantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan 6. Setelah dilakukan pengkajian, pasien
09.50 sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang mengatakan semua aktivitas masih dibantu
diinginkan keluarga
7. Membantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
09.55 kekurangan dalam beraktivitas 7. Pasien tampak dibantu aktivitas oleh
8. Memberikan obat oral CaCO3 1 tablet dan Asam keluarga, seperti ke kamar mandi
11.00 folat 1 tablet 8. Pasien tampak minum obat tanpa
memuntahkannya
76
Tabel 4.9 : Catatan Perkembangan (24 Februari 2018)
77
P : Intervensi (5,7,8,10) dilanjutkan
24 Februari Kelebihan S: Tit
2018 volume cairan 1. Pasien mengatakan tungkai kanan dan kiri masih bengkak a
2. Pasien mengatakan urine pasien sedikit
berhubungan
dengan O:
1. Adanya edema pada tungkai kiri dan kanan
Retensi cairan
2. Cairan masuk = 1965 ml
{infus 720 ml + obat parenteral 15 ml + minum 700 ml + makan 200 ml + air metabolisme (5 x BB
(66) = 330)}
3. Cairan keluar = 1640 ml
4. Urine 500 cc
5. Feses 150 cc
6. IWL (15 x BB) = 15 x 66 = 990 cc
7. Balance cairan = input – output = 1965 – 1640 = + 325 (kelebihan cairan)
8. Edema berada pada derajat II dengan kriteria kedalaman 5 mm dengan waktu kembali 5 detik
9. Nafas bau keton
10. TTV :
TD : 150/90 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,4ºC
A : Keseimbangan Cairan berada pada level 2 atau gangguan berat
P : Intervensi (1,2,3,4,6,9) dilanjutkan
Nyeri akut S : Tit
Tn. A mengatakan masih pusing, sakit di kepala dan berdenyut di tengkuk belakang a
berhubungan
P: nyeri dirasakan saat beraktivitas
dengan agen Q: nyeri seperti tertekan
R: di daerah kepala bagian tengkuk belakang
pencedera
S: 5
fisiologis T: ± 4 menit
78
(peningkatan
O:
resistensi
1. Pasien tampak lemah
pembuluh 2. Pasien tampak meringis berkurang
darah ke otak). 3. Pasien memegang kepalanya
TD : 150/90 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,4ºC
A : Tingkat nyeri berada pada level 3 atau sedang
P : Intervensi (1,2,5,6,7,8) dilanjutkan
24 Februari Nausea S: Tit
1. Pasien mengatakan mual sudah berkurang a
2018 berhubungan
2. Pasien mengatakan mual timbul saat makan
dengan faktor 3. Pasien mengatakan sudah mulai mau makan
O:
psikologis
1. Pasien tampak masih lemah
2. Frekuensi makan 3 x sehari
3. Porsi yang dihabiskan ½ porsi
4. Mukosa bibir kering
A : Kontrol mual dan muntah berada pada level atau kadang-kadang ditunjukkan
P : Intervensi (1,2,6,7) dilanjutkan
24 Februari Intoleransi S: Tit
2018 aktivitas 1. Tn. A mengatakan masih pusing setelah melakukan aktivitas dan sulit dalam melakukan aktivitas a
2. Pasien mengatakan badannya lemas
berhubungan
3. Pasien mengatakan tungkai kanan dan kiri masih bengkak
dengan O:
1. Pasien tampak terbaring di tempat tidur
kelemahan
2. Klien tampak masih pusing setelah melakukan aktivitas
3. Klien dibantu dalam melakukan aktivitas oleh keluarga (seperti: ke kamar mandi)
79
A : Toleransi terhadap aktivitas berada pada level 3 atau cukup terganggu
P : Intervensi (1,2,3,4,6,7) dilanjutkan
80
3. Implementasi Hari Ketiga 25 Februari 2018
Nama Pasien : Tn. A Ruang : Melati
No. Reg : 650586 Diagnosa Medis : Hipertensi + CKD
81
25/02/2018 Pola nafas Tit
08.24 tidak efektif 1. Memonitor aliran oksigen 1. Pasien masih tampak sudah tidak sesak a
0826 berhubungan 2. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin : posisi 2. Pasien merasa nyaman dengan posisi
dengan semi fowler dengan meletakkan dua buah bantal di semi fowler
Hambatan belakang kepala pasien untuk memudahkan pasien
upaya nafas bernafas dengan lebih leluasa
08.30 3. Mendengarkan suara nafas pada pasien untuk 3. Suara nafas pasien vesikuler tidak ada
mengetahui apakah ada suara nafas yang abnormal bunyi tambahan
seperti mengi, ronchi, krekels, wheezing
08.34 4. Melihat apakah adanya penggunaan otot bantu 4. Pasien tampak tidak ada menggunakan otot
pernafasan dan bagaimana iramanya bantu pernafasan dan iramanya teratur
08.00 5. Memonitor TD, nadi, RR, dan suhu 5. TD : 140/100 mmHg
N : 86 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,5 ºC
08.00 6. Memonitor suhu, warna dan temperatur kulit 6. Suhu pasien 36,5 ºC, temperatur kulit hangat
25/02/2018 Kelebihan Tit
08.00 volume 1. Memonitor tanda-tanda vital 1. TD : 140/100 mmHg a
cairan N : 86 x/menit
berhubungan RR : 22 x/menit
dengan S : 36,5 ºC
08.38 Retensi 2. Menghitung pengeluaran cairan (urine) / 24 jam 2. Cairan keluar urine ± 600 cc sehari
82
cairan 3. Mengecek jumlah masukan cairan pada pasien / 24 3. Jumlah cairan yang masuk 1960 ml/hari
jam untuk mengetahui apakah adanya kelebihan (infus 720 ml + obat parenteral 10 ml +
cairan pada pasien. Cairan masuk (infus 720 ml + makan 200 ml + minum 700 ml + air
obat parenteral 10 ml + makan 200 ml + minum metabolisme (5 x BB (66) = 330)
700 ml + air metabolisme (5 x BB (66) = 330)
08.40 4. Menghitung jumlah pemasukan dan pengeluaran 4. Hasil balance cairan = + 270 ml maka
cairan yang akurat dengan menghitung balance diketahui pasien mengalami kelebihan
cairan untuk mengetahui apakah jumlah cairan
pemasukan dan pengeluaran seimbang.
Cairan masuk 1960 ml/hari (infus 720 ml + obat
parenteral 10 ml + makan 200 ml + minum 700 ml +
air metabolisme (5 x BB (66) = 330)
Cairan keluar = 1690 ml
urine 600 cc
Feses 100 cc
IWL (15x BB) = 15 x 66 = 990 cc
Balance cairan = 1960 – 1690 = + 270 ml
08.45 5. Melihat apakah ada edema dan asites pada pasien
untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda cairan 5. Edema pada kedua tungkainya sudah
berlebihan berkurang, pasien tidak mengalami asites
6. Melakukan injeksi furosemid 20 mg 1 amp
6. Obat telah diberikan tanpa masalah
83
25/02/2018 Nyeri akut Tit
08. 50 berhubungan 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif 1. P: nyeri dirasakan saat beraktivitas a
dengan agen termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Q: seperti kram atau kaku
pencedera kualitas dan faktor pencetus R: di daerah kepala bagian tengkuk belakang
fisiologis S: 4
(peningkatan T: ± 3 menit
08. 52 resistensi 2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari 2. Pasien tampak meringis kesakitan berkurang
pembuluh ketidaknyamanan (ekspresi wajah)
08.55 darah ke 3. Menganjurkan istirahat/tidur yang adekuat untuk 3. Pasien tampak masih beristirahat
otak). membantu penurunan nyeri
09.00 4. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan 4. Nyeri yang di rasakan pasien seperti kram
intervensi atau kaku di tengkuk belakang
08.00 5. Memonitor tanda-tanda vital 5. TD : 140/100 mmHg
N : 86 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,5ºC
11.00 6. Memberikan obat analgetik ketorolac 1 ampul 6. Injeksi obat ketorolac 1 ampul berhasil
diberikan
25/02/2018 Nausea Tit
09.05 berhubungan 1. Melakukan pengkajian lengkap rasa mual termasuk 1. Pasien mengatakan tidak merasa mual lagi a
dengan frekuensi, tingkat mual dan faktor yang
faktor menyebabkan mual 2. Nafsu makan pasien sudah baik, pasien
84
09.10 psikologis 2. Mengevaluasi semua efek mual terhadap nafsu tampak menghabiskan makanannya
makan klien, aktivitas sehari-hari, dan pola tidur walaupun masih ada sisa
09.13 3. Menganjurkan pasien makan dalam posisi semi 3. Pasien tampak posisi semi fowler
fowler
4. Memberikan terapi obat sucralfat syrup 1 sendok 4. Pasien tampak minum obat tanpa
memuntahkannya
25/02/2018 Intoleransi Tit
09.16 aktivitas 1. Mengobservasi adanya pembatasan klien dalam 1. Pasien sudah mulai dapat melakukan a
berhubungan melakukan aktivitas aktivitas karena pasien merasa pusing sudah
09.18 dengan 2. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan berkurang
kelemahan kelelahan 2. Pasien mengatakan tidak terlalu lemas dan
09.20 3. Memonitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas pusing
(takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,
perubahan hemodinamik) 3. Pasien tampak sudah tidak sesak lagi
09.24 4. Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
pasien 4. Pola tidur / istirahat pasien sudah baik
5. Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas dikarenakan pusing dan sudah berkurang
09.28 yang mampu dilakukan 5. Setelah dilakukan pengkajian, pasien
mengatakan sudah mulai mampu melakukan
6. Membantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan aktivitas yang berat seperti ke kamar mandi
09.30 sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang 6. Setelah dilakukan pengkajian, pasien
diinginkan mengatakan semua aktivitas sudah mulai
85
dilakukan secara mandiri
86
Tabel 4.11 : Catatan Perkembangan (25 Februari 2018)
87
berhubungan
O:
dengan
1. Edema pada tungkai kiri dan kanan sudah berkurang
Retensi cairan 2. Cairan masuk = 1960 ml
{infus 720 ml + obat parenteral 10 ml + minum 700 ml + makan 200 ml + air metabolisme (5 x BB
(66) = 330)}
3. Cairan keluar = 1690 ml
4. Urine 600 cc
5. Feses 100 cc
6. IWL (15 x BB) = 15 x 66 = 990 cc
7. Balance cairan = input – output = 1960 – 1690 = + 270 (kelebihan cairan)
8. Edema berada pada derajat I dengan kriteria kedalaman 3 mm dengan waktu kembali 3 detik
9. TTV :
TD : 140/100 mmHg
N : 86 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,5ºC
A : Keseimbangan Cairan berada pada level 3 atau gangguan sedang
P : Intervensi (1,3,4,6) dilanjutkan
25 Februari Nyeri akut S : Tit
Tn. A mengatakan masih pusing sudah berkurang, sakit di kepala dan berdenyut di tengkuk belakang a
2018 berhubungan
P: nyeri dirasakan saat beraktivitas
dengan agen Q: seperti kram atau kaku
pencedera R: di daerah kepala bagian tengkuk belakang
S: 4
fisiologis
T: ± 3 menit
(peningkatan O:
resistensi 1. Pasien tampak sudah rileks
2. Tampak pasien meringis mulai berkurang
pembuluh TD : 140/100 mmHg
darah ke otak). N : 86 x/menit
RR : 22 x/menit
88
S : 36,4ºC
A : Tingkat nyeri berada pada level 3 atau sedang
P : Intervensi (1,2,5,6) dilanjutkan
25 Februari Nausea S: Tit
1. Pasien mengatakan sudah tidak merasa mual lagi a
2018 berhubungan
O:
dengan faktor 1. Pasien tampak rileks
2. Frekuensi makan 3 x sehari
psikologis
3. Porsi yang dihabiskan 1 porsi
4. Mukosa bibir lembab
A : Kontrol mual dan muntah berada pada level 2 atau jarang ditunjukkan
P : intervensi dihentikan
25 Februari Intoleransi S: Tit
2018 aktivitas 1. Tn. A mengatakan sudah berkurang pusing setelah melakukan aktivitas a
2. Pasien mengatakan badannya sudah rileks
berhubungan
3. Pasien mengatakan tungkai kanan dan kiri bengkak sudah berkurang
dengan
O:
kelemahan
1. Pasien tampak terbaring di tempat tidur
2. Klien tampak sudah berkurang pusing setelah melakukan aktivitas
3. Klien sudah mulai mandiri melakukan aktivitas (seperti: ke kamar mandi)
A : Toleransi terhadap aktivitas berada pada level 4 atau sedikit terganggu
P : Intervensi ( ) dilanjutkan
89
4. Implementasi Hari Keempat 26 Februari 2018
Nama Pasien : Tn. A Ruang : Melati
No. Reg : 650586 Diagnosa Medis : Hipertensi + CKD
90
13.42 Retensi 2. Menghitung pengeluaran cairan (urine) / 24 jam 2. Cairan keluar urine ± 650 cc sehari
13.45 cairan 3. Mengecek jumlah masukan cairan pada pasien / 24 3. Jumlah cairan yang masuk 2060 ml/hari
jam untuk mengetahui apakah adanya kelebihan (infus 720 ml + obat parenteral 10 ml +
cairan pada pasien. Cairan masuk (infus 720 ml + makan 200 ml + minum 800 ml + air
obat parenteral 10 ml + makan 200 ml + minum metabolisme (5 x BB (66) = 330)
800 ml + air metabolisme (5 x BB (66) = 330)
13.50 4. Menghitung jumlah pemasukan dan pengeluaran 4. Hasil balance cairan = + 220 ml maka
cairan yang akurat dengan menghitung balance diketahui pasien mengalami kelebihan
cairan untuk mengetahui apakah jumlah cairan
pemasukan dan pengeluaran seimbang.
Cairan masuk 2060 ml/hari (infus 720 ml + obat
parenteral 10 ml + makan 200 ml + minum 800 ml +
air metabolisme (5 x BB (66) = 330)
Cairan keluar = 1840 ml
urine 650 cc
Feses 200 cc
IWL (15x BB) = 15 x 66 = 990 cc
Balance cairan = 2060 – 1840 = +220 ml
13.53 5. Melihat apakah ada edema dan asites pada pasien
untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda cairan 5. Edema pada kedua tungkainya sudah
berlebihan berkurang, pasien tidak mengalami asites
91
26/02/2018 Nyeri akut Tit
13. 57 berhubungan 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif 1. P: nyeri dirasakan saat beraktivitas a
dengan agen termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Q: seperti nyut-nyutan
pencedera kualitas dan faktor pencetus R: di daerah kepala bagian tengkuk belakang
fisiologis S: 2
(peningkatan T: ± 1 menit
14.00 resistensi 2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari 2. Pasien tampak sudah rileks
pembuluh ketidaknyamanan (ekspresi wajah)
14.10 darah ke 3. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan 3. Nyeri yang di rasakan pasien seperti
otak). intervensi nyut- nyutan di tengkuk belakang
13.30 4. Memonitor tanda-tanda vital 4. TD : 140/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,2ºC
17.00 5. Memberikan obat analgetik ketorolac 1 ampul 5. Injeksi obat ketorolac 1 ampul berhasil
diberikan
26/02/2018 Intoleransi Tit
14.20 aktivitas 1. Mengobservasi adanya pembatasan klien 1. Pasien sudah mulai bisa melakukan aktivitas a
berhubungan dalam melakukan aktivitas dengan mandiri
14.25 dengan 2. Mengkaji adanya faktor yang 2. Pasien mengatakan tidak lemas dan pusing
kelemahan menyebabkan kelelahan
14.30 3. Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat 3. Pola tidur / istirahat pasien sudah baik
92
pasien dikarenakan pusing sudah tidak dirasakan
14.34 4. Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas lagi
yang mampu dilakukan 4. Setelah dilakukan pengkajian, pasien
mengatakan sudah mampu melakukan
14.40 5. Membantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan aktivitas yang berat
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang 5. Setelah dilakukan pengkajian, pasien
diinginkan mengatakan semua aktivitas sudah dilakukan
17.00 secara mandiri
6. Memberikan obat oral CaCO3 1 tablet dan Asam
folat 1 tablet 6. Pasien tampak minum obat tanpa
memuntahkannya
93
Tabel 4.13 : Catatan Perkembangan (26 Februari 2018)
94
9. TTV :
TD : 140/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,2ºC
A : Keseimbangan Cairan berada pada level 4 atau gangguan ringan
P : Intervensi dihentikan
26 Februari Nyeri akut S : Tit
Tn. A mengatakan sudah tidak merasa pusing lagi a
2018 berhubungan
P: nyeri dirasakan saat beraktivitas
dengan agen Q: seperti nyut-nyutan
pencedera R: di daerah kepala bagian tengkuk belakang
S: 2
fisiologis
T: ± 1 menit
(peningkatan O:
resistensi 1. Pasien tampak sudah lebih rileks
TD : 140/80 mmHg
pembuluh darah N : 84 x/menit
ke otak). RR : 22 x/menit
S : 36,2ºC
A : Tingkat nyeri berada pada level 4 atau ringan
P : Intervensi dihentikan
26 Februari Intoleransi S: Tit
2018 aktivitas 1. Tn. A mengatakan sudah tidak pusing setelah melakukan aktivitas a
2. Pasien mengatakan badannya sudah rileks
berhubungan
3. Pasien mengatakan edema tungkai kanan dan kiri bengkak berkurang
dengan O:
1. Pasien tampak lebih rileks
kelemahan
2. Pasien tampak tidak pusing setelah melakukan aktivitas
3. Pasien sudah mandiri melakukan aktivitas (seperti: ke kamar mandi)
95
A : Toleransi terhadap aktivitas berada pada level 4 atau sedikit terganggu
P : Intervensi dihentikan
Pasien Pulang
96
97
BAB V
PEMBAHASAN
97
98
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama pada pasien dengan Hipertensi adalah
penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload preload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, nyeri akut berhubungan dengan
peningkatan resistensi pembuluh darah ke otak, Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan. Pada kasus Tn. A diagnosa keperawatan
yang muncul berdasarkan manifestasi klinis yang ditemukan adalah
penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload dan
preload, nyeri akut berhubungan dengan peningkatan resistensi
pembuluh darah ke otak,
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Diagnosa penurunan
curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload preload.
Diagnosa ini ditegakkan karena Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan
respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya (Potter, 2005).
Dalam teori pada hipertensi dapat diangkat 7 diagnosa yaitu, penurunan
curah jantung berhubungan dengan afterload, preload, nyeri akut
berhubungan dengan resistensi pembuluh darah ke otak, intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan, gangguan pola tidur berhubungan dengan
tekanan intrakranial ke otak, ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan hipertensi, gangguan sirkulasi. Dari hasil
pengkajian yang dilakukan penulis, penulis mengangkat 3 diagnosa yaitu
penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload, preload, nyeri akut
berhubungan dengan resistensi pembuluh darah ke otak, intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan. Berdasarkan hal tersebut di atas ada 7
diagnosa yang terdapat dalam teori dan 4 diagnosa yang tidak ditemukan di
lapangan.
Diagnosa utama adalah penurunan curah jantung berhubungan dengan
afterload, preload. Diagnosa ini ditegakkan karena adanya vasokontriksi dan
vasodilatasi pembuluh darah ke otak. Pasien mengalami sesak, pusing
dan sakit kepala di daerah belakang kepala.
Diagnosa adalah nyeri akut b/d peningkatan resistensi pembuluh darah ke
otak. Diagnosa ini ditegakkan karena adanya peningkatan resistensi
pembuluh darah ke otak. Pasien mengalami pusing dan sakit kepaka di daerah
tengkuk.
Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Diagnosa
ini ditegakkan karena ada tanda dari intoleransi aktivitas pada pasien
yaitu tidak bisa melakukan aktivitas mandiri, aktivitas pasien di bantu. Pasien
mengalami pusing dan lemah setelah melakukan aktivitas.
C. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan
perawat rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
sehingga
kebutuhan klien dapat terpenuhi. Teori perencanaan keperawatan
dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil (Doengoes, 2000,
Moorhead, Bulecheck, 2013). Pemecahan masalah dilakukan dengan membuat
intervensi keperawatan yang tujuannya adalah mencegah terjadinya
komplikasi pada pasien dan mengubah kondisi pasien menjadi labih baik.
Perencanaan yang di buat pada kasus Tn. A dibuat berdasarkan diagnosa yang
sudah dirumuskan sebelumnya. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
afterload, preload intervensi yang dibuat adalah monitor status kardiovaskuler,
catat adanya tanda dan gejala penurunan curah jantung, observasi adanya
distensi vena jugularis/ leher, melakukan penilaian yang komprehensive
terhadap sirkulasi periferal (misal: periksa tekanan periferal, edema, kapiler
refill, warna, dan temperature ekstremitas), monitor toleransi aktivitas klien,
anjurkan untuk mengurangi stress, monitor tekanan darah, suhu dan
pernapasan, catat bila adanya fluktuasi tekanan darah, monitor adanya sianosis
perifer, kolaborasi pemberian oksigen tambahan seperti yang diperintahkan,
monitor aliran oksigen. Dari perencanaan tersebut penulis tidak melakukan
tindakan pemeriksaan sirkulasi periferal dikarenakan tidak ada data yang
ditemukan pada manifestasi klinis.
Diagnosa nyeri akut b/d peningkatan resistensi pembuluh darah ke otak
intervensi yang dibuat adalah Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi,
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan, Gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien, Bantu
pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan, Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan, Kurangi faktor presipitasi nyeri, Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk menentukan intervensi, Ajarkan tentang teknik non
farmakologi, Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, Tingkatkan istirahat,
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan intervensi
yang dibuat adalah anjurkan pasien istirahat, observasi adanya
pembatasan
klien dalam melakukan aktivitas, monitor klien akan adanya kelelahan fisik,
monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat klien, tingkatkan tirah baring,
istirahat (di tempat tidur/kursi, bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial, bantu untuk
mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, kruk.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan mewujudkan pelaksanaan tindakan
dari perencanaan yang telah dibuat (Potter & Perry, 2005). Pada kasus Tn. A
diagnosa penurunan curan jantung berhubungan dengan perubahan afterload,
preload implementasi yang dilakukan memonitor tanda-tanda vital,
mengobservasi adanya distensi vena jugularis/ leher, melakukan
penilaian yang komprehensive terhadap sirkulasi periferal (misal: periksa
tekanan periferal, edema, kapiler refill, warna, dan temperature ekstremitas),
menganjurkan untuk mengurangi stress, memonitor adanya sianosis perifer,
memberikan O2 sesuai indikasi, memonitor aliran oksigen, memberikan
cairan infus secara intra vena, memberikan ISDN 5 mg, amlodipine 10
mg dan Condesortan 16 mg diberikan secara oral.
Diagnosa nyeri akut berhubungan dengan peningkatan resistensi
pembuluh darah ke otak implementasi yang dilakukan melakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor pencetus, mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan (ekspresi wajah), menganjurkan istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu penurunan nyeri, mengkaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan intervensi, memonitor tanda-tanda vital,
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, memberikan lingkungan yang
tenang dengan mengurangi pengunjung yang datang dan suhu lingkungan
yang nyaman, mengecek adanya riwayat alergi, memberikan obat analgetik
ketorolac 1 ampul.
Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
implementasi yang di lakukan menganjurkan pasien untuk tirah baring di
tempat tidur, mengobservasi adanya pembatasan klien dalam
melakukan
aktivitas, membantu pasien untuk ke kamar mandi, memonitor klien
akan adanya kelelahan fisik. Pada ketiga diagnosa keseluruhan implementasi
dilakukan selama 4 hari.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai berdasarkan tujuan yang
telah dibuat dalam rencana keperawatan (Potter Perry, 2005). Evaluasi yang
digunakan berbentuk S (subyektif), O (obyektif), A (analisis), P (perencanaan
terhadap analisis). Evaluasi tindakan yang diberikan kepada Ny. R disusun
dengan menggunakan metode SOAP, pada diagnosa penurunan curah
jantung, keadaan penurunan curah jantung pasien sesuai dengan kriteria hasil
dimana penurunan curah jantung pada Tn. A berkurang, pasien tampak rileks,
pasien merasa tidak pusing, dan pasien bisa mengontrol tingkat stres,
Intervensi pada diagnosa pertama yaitu nyeri dapat dilanjutkan. Diagnosa
kedua diagnosa nyeri, keadaan nyeri pasien sesuai dengan kriteria hasil
dimana nyeri pada Tn. A berkurang, pasien tampak rileks daan pasien
mengetahui bagaimana cara mengurangi rasa nyeri dengan menggunakan
metode non farmakologi. Pada diagnosa ketiga yaitu intoleransi aktivitas
dimana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas meningkat yang
ditandai dengan kriteria hasil pasien dapat melakukan aktivitas ringan
seperti dapat melakukan kegiatan kecil seperti berjalan disekitar ruangan
tetapi masih dibantu oleh keluarga, maka dari itu intervensi pada pasien
Tn. A untuk diagnosa intoleransi aktivitas dilanjutkan. Evaluasi pada kasus
Tn. A menggunakan metode SOAP. Implementasi hari pertama, diagnose
penurunan curah jantung, nyeri akut , dan intoleransi aktivitas respon hasil
yang didapatkan belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Implementasi hari kedua evaluasi yang didapat, pada diagnosa penurunan
curah jantung tujuan menunjukkan nyeri akut, tujuan menunjukkan perilaku
untuk mengatasi nyeri sudah tercapai tetapi respon dari pasien belum
tercapai.
Pada diagnosa gangguan pola tidur, tujuan mengetahui tidur yang
adekuat sudah tercapai tetapi cara mengatasi kesulitan tidur belum tercapai.
Pada diagnosa intoleransi aktivitas respon hasil yang diharapkan belum
tercapai. Pasien belum bisa melakukan aktivitas mandiri dan pasien masih
mengalami pusing setelah aktivitas dari kamar mandi. Jadi diagnosa nyeri
akut, gangguan pola tidur, dan intoleransi aktivitas dilanjutkan pada hari
ketiga.
Implementasi hari ketiga, evaluasi dari tujuan dari diagnosa nyeri akut
belum tercapai seluruhnya pasien masih pusing dan sakit kepala. Pada
diagnosa gangguan pola tidur tujuan dari perencanaan yang dibuat
masih sudah tercapai. Pada diagnosa intoleransi aktivitas tujuan dari
perencanaan yang dibuat belum tercapai, pasien masih mengalami pusing jika
dari kamar mandi dan berjalan di ruangan.
104
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus asuhan keperawatan pada Tn. A dengan
Hipertensi yang telah penulis lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan menggunakan metode wawancara,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Data fokus yang didapat
dari hasil pemeriksaan pada pasien adalah keluhan pusing, sakit
kepala dan leher, kepala berputar-putar dan dirasakan pada kepala di
bagian belakang, pasien lemah dan tidak bisa melakukan aktivitas
mandiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Prioritas diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan respon pasien
pada Tn. A penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload preload, vasokonstriksi, iskemia miokard, nyeri akut
berhubungan dengan peningkatan resistensi pembuluh darah ke otak,
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Diagnosa sesuai
dengan toksonomi diagnosa keperawatan pada Hipertensi dan
disesuaikan dengan data pendukung dari hasil pengkajian dan rsepon
pasien. Sehingga tidak semua diagnosa pada teori dapat ditegakkan.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada Tn. A telah direncanakan sesuai diagnosa
yang telah ditegakkan.
4. Implementasi Keperawatan
Dari semua intervensi hampir seluruhnya diimplementasikan kepada
pasien. penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload preload, vasokonstriksi, iskemia miokard, nyeri
akut
berhubungan dengan peningkatan resistensi pembuluh darah ke
otak,
104
105
DAFTAR PUSTAKA
Missouri : Mosby.
Medika.
Pearce, Evelyn C. 2013. Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta :
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
& Praktek Edisi 4 Vol 1. Jakarta : EGC
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013. Pedoman Pewawancara Petugas
&
Medika.
DISCHARGE PLANNING
Waktu : 30 menit
E. Materi Penyuluhan
Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi adalah suatu penyakit kardiovaskuler, merupakan
peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan merusak pembuluh darah
di organ target (jantung, ginjal, otak, dan mata).
b. Penyebab Hipertensi
6) Genetik
7) Jenis kelamin dan Usia
8) Diet
9) Obesitas
10) Gaya Hidup
11) Merokok
12) Obesitas
13) Strees
d. Komplikasi Hipertensi
1) Otak
Menyebabkan stroke dengan pecahnya pembuluh darah diotak
dan kelumpuhan.
2) Mata
Menyebabkan retinopati hipertensi atau perdarahan pada
selaput bening retina mata dan dapat menyebabkan kebutaan.
3) Jantung
Menyebabkan gagal jantung, serangan jantung, penyakit
jantung koroner.
4) Ginjal
Menyebabkan penyakit ginjal kronik dan gagal ginjal terminal.
DAFTAR LAMPIRAN
Hidup.
114
115
SURATKETERANGAN
Nomor: ~! "111 0\9-,0\~ I'l.o~
Agama : Islam
Ayah : Safarudin