Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,
miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan
seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap
tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar
dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam
propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia
berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC
Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada
tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46%
diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TBC dimana sekitar 1/3
penderita terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit atau
klinik pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangku unit
pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 per
tahun. Penyakit TB merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar karena TB
merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar di Indonesia. Pengobatan TBC
harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus walaupun pasien telah merasa
lebih baik atau sehat. Pengobatan yang terhenti ditengah jalan dapat menyebabkan
bakteri menjadi resistendan TBC akan sulit untuk disembuhkan dan membutuhkan
waktu yang lebih lama maka butuh keterlibatan anggota keluarga untuk mengawasi
dan jika perlu menyiapkan obat. Dukungan keluarga penderita sangat dibutuhkan
untuk menuntaskan pengobatan agar benar-benar tercapai kesembuhan
Banyaknya kasus TB paru dan masih rendahnya angka penyembuhan, kasus
kambuh dan kegagalan pengobatan dan resistensi kuman karena kurang disiplinnya
pasien dalam minum obat maka penulis berkeinginan untuk melakukan asuhan
keperawatan keluarga dengan TBC.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah “bagaimanakah asuhan
keperawatan keluarga dengan penyakit TBC?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan TBC
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep tahap perkembangan
2. Mengetahui tinjauan medis katarak meliputi pengertian, etiologi,
manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis
3. Mengetahui ciri-ciri klien TBC dengan melakukan pengkajian
keperawatan
4. Mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan TBC
5. Mengetahui tindak lanjut intervensi dalam evaluasi keperawatan pada
klien TBC
6. Mengetahui konsep proses keperawatan keluarga
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
TBC adalah penyakit infeksi menular dan menahun yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis, kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh
manusia melalui udara (pernafasan) kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut
menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui penyebaran darah,
kelenjar limfe, saluran pernafasan, penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Sylvia
Anderson 1995 : 753)

B. Etiologi
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali
ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk
mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC
pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Penyakit TBC adalah
suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai
Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch
pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut
diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut
sebagai Koch Pulmonum (KP).

C. Tanda dan Gejala


1. Batuk-batuk dengan atau tanpa dahak lebih dari 3 minggu.
2. Demam ringan, tetapi kadang-kadang dapat mencapai 40 410C.
3. Sesak nafas
4. Nyeri dada
5. Batuk darah
6. Badan terasa lemas
7. Kehilangan nafsu makan
8. Berat badan turun
9. Rasa kurang enak badan (malaise)
10. Berkeringat malam padahal tidak ada kegiatan.
11. Penatalaksanaan

D. Cara Penularan

Droplet Nucles yang merupakan partikel 1-10 mikron, dikeluarkan oleh


penderita penyakit TBC dengan cara batuk-batuk, bersin, bicara, penderita meludah
ke tanah kemudian kuman tersebar ke udara. Oleh karena itu penyakit ini disebut
“Airbone Infection”. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam
saluran pernafasan.

E. Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi.
Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli,tempat dimana mereka berkumpul
dan mulai untuk memperbanyak diri dalam sistem imun tubuh dengan melakukan
reaksi inflamasi. Fagosit (neurofil & makrofagi) menelan banyak bakteri, limfosit
spesifik tuberculosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringn normal. Reaksi
jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli akan terjadi
gangguan pertukaran gas karena sputum menumpuk akan menutupi jalan nafas, dan
sputum bergerak maju ke bronkus, maka akan terjadi ganguan jalan nafas. (Brunner
& Suddart, 2002 : 585).

F. Komplikasi
1. Pneumonia (radang parenkim paru)
2. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)
3. Pneumotorak (adanya udara dan gas dalam rongga selaput dada)
4. Empiema
5. Lasingitis
6. Menjalar ke organ lain (spt, usus)

G. Penatalaksanaan
Pengobatan untuk individu dengan TB aktif memerlukan waktu lama karena
basil resisten terhadap sebagian besar antibiotic dan cepat bermutasi apabila terpajan
antibiotic yang semula masih efektif. Saat ini terapi untuk pasien dengan infeksi aktif
adalah kombinasi empat obat dan berlangsung paling kurang 9 bulan dan biasanya
lebih lama. Apabila pasien tidak berespons terhadap obat-obatan tersebut, maka obat
dan protocol pengobatan lain akan dicoba. Individu yang memperlihatkan uji kulit
tuberculin positif setelah sebelumnya negative biasanya mendapat antibiotic selama
6-9 bulan untuk membantu respons imunnya dan meningkatkan kemungkinan
eradikasi basil total.

H. Konsep Proses Keperawatan Keluarga


1. Definisi keluarga
Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan
sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian keluarga.
a. Raisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari
bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.

b. Logan’s (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan daribeberapa
komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.
c. Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan
atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-
masing mempunyai sebagaimana individu.
d. Duvall (1986)
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.
e. Bailon dan Maglaya (1978)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka
salaing berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
f. Johnson’s (1992)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan
yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan
emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya.
f. Spradley dan Allender (1996)
Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai
ikatan emosional dan mengembangkan dalam iterelasi sosial, peran dan
tugas.
Dari pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah:
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka
tetap memperhatikan satu sama lain.
3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik.
4) Mempunyai tujuan;
a) menciptakan dan mempertahankan budaya
b) meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, sosial anggota.
Dari uraian diatas menunjukan bahwa keluarga juga merupakan suatu
sistem. Sebagai sistem keluarga mempunyai anggota yaitu; ayah, ibu dan
anak atau semua individu yang tinggal didalam rumah tangga
tersebut.anggota keluarga saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi
untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka
sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya yaitu lingkungannya yaitu
masyarakat dan sebaliknya sebagai subsitem dari lingkungan (masyarakat)
keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (supra sistem). Oleh karena itu
betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk manusia
sebagai anggota masyarakat yang sehat biopsikososial spiritual. Jadi
sangatlah tepat jika keluarga sebagai titik sentral pelayanan keperawatan .
Diyakini bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai anggota yang sehat
dan mewujudkan masyarakat yang sehat.
2. Tipe keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga
berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe
keluarga.
a. Tipe keluarga tradisional
1) The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari
suami istri dan anak (kandung atau angkat).
2) The dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
tanpa anak.
3) Keluarga usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia
lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.
4) The childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa
disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.
5) The Extended family , keluarga yang terdiri dari keluarga inti
ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-
lain.
6) “Single parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan
oleh perceraian atau kematian).
7) Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa
berkumpul pada hari minggu atau libur saja.
8) Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau
saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan
seperti dapur, sumur yang sama.
10) Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) “Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari satu orang dewasa.
b. Tipe keluarga non tradisional
1) The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang
dewasa terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah
yang hidup serumah.
4) The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang
hidup bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
5) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex
tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
6) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena alasan tertentu.
7) Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa
saling menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan
anak.
8) Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh
norma dan aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang
yang sama dan bertanggung jawab membesarkan anak.
9) Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada
hubungan saudara untuk waktu sementara.
10) Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang
permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
11) Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan
kriminal.

Dalam UU No. 10 1992 disebutkan bahwa keluarga adalah unit


terkecil dalam masyarakat, yang terdiri dari suami istri, atau suami istri
dan anak, atau ayah ibu dan anak. Dalam konteks pembangunan
Indonesia bertujuan ingin menciptakan keluarga yang bahagia dan
sejahtera. Keluarga sejahtera dalam UU tersebut disebut sebagai keluarga
yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah dan mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa kepada tuhan
yang maha esa, memilihi hubungan yang serasi, selaras dan seimbangn
antar anggota dan dengan masyarakat.

3. Fungsi keluarga

Friedman 1986 mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu:


a. Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilanm elaksanakan fungsi afektif
tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang
positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan
hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan
konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga
dalam memenuhi fungsi afektif adalah:
1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima,
saling mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang
mendapatkan kasih sayang dang dukungan dari anggota yang
lain maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan
meningkat yang pada akhiranya tercipta hubungan yang hangat
dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga
merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang
lain diliar keluarga atau masyarakat.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta
selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif
akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan
melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek
kehidupan anggota keluarga. Orang tuan harus mengembangkan
proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru
perilaku yang positif tersebut
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan
keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul
karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.

b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial (Friedman, 1986)
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga
dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar
norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan
keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhansemua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat
tinggal dan lain sebagainya.

I. Fungsi perawatan kesehatan


Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga yang
sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi
status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan
kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga
dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman, 1998
1. Mengenal masalah
2. Membuat keputusan tindakan yang tepat
3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
5. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.

J. Peran Perawat Keluarga


Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan
pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat.
Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan
cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga.
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah
sebagai berikut:
1. Pendidik
Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar:
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri.
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
2. Koordinator
Koordinasi diperlaukan pada perawatan agar pelayanan komprehensive
dapat dicapai. Koordinasi juga diperlukan untuk mengatur program
kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang
tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan
keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan home visiteyang
teratur untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang
kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat,
hubungan perawat dan klien harus terbina dengan baik, kemampuan
perawat dalam menyampaikan informasi dan kialitas dari informasi yang
disampaikan secara terbuka dan dapat dipercaya.
6. Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan
anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang
optimal.
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial
ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan
kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.
8. Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyarakat
sehingga menghindarkan dari ledakan kasus atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun
masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian
I. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga ( KK) : Tn.F
2. Alamat : Simpang, RT 4/5 Desa Cipendawa,
Kec. Pacet
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : Buruh pabrik
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SMA
5. Komposisi keluarga dan genogram

No Nama Jenis Hub dg KK Umur Pendidikan


Kelamin

1 Tn. F Laki-laki Suami 47 thn

2 Ny. I Perempuan Istri 40 thn -

3 An. G Perempuan Anak 15 thn SMP

4 An. R Laki-laki Anak 5 thn -

Genogram :

Keterangan

: Perempuan (Ny.I & An.G)

: Laki – Laki ( An.R)


: Klien (Tn.F)

6. Tipe Keluarga : Nuclear Family (keluarga Inti)


7. Suku Bangsa : Sunda
8. Agama : Islam

9. Status sosial ekonomi keluarga:


Tn. F bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik di Cianjur dan
Ny. I Ibu Rumah Tangga yang membuka warung kecil-kecilan di rumah.
Penghasilan kelurga kurang lebih Rp. 2.000.000,- tiap bulannya. Keluarga
mengganggap kebutuhan belum bisa terpenuhi dengan penghasilan tiap
bulannya untuk kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan anak pertama
serta membiayai anak keduanya.
10. Aktifitas rekreasi keluarga:
Sesekali pergi ke tempat wisata bersama anak dan istri.

II. Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini:
Perkembangan keluarga ada di tahap 5 yaitu keluarga dengan anak
remaja.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:
Masih ada tugas yang belum dilakukan yaitu meningkatkan
pengetahuan umum anak, orang tua hanya mengingatkan saja untuk
mengerjakan tugas tetapi tidak mengontrol dan untuk meningkatkan
pengetahuan anak orangtua tidak mampu karena latar belakang
pendidikan yang rendah.
3. Riwayat keluarga inti
Tn. F memiliki riwayat penyakit TB paru, dan Istrinya Ny. I tidak
memiliki riwayat penyakit. Anak pertamanya An.G sehat dan tidak
mempunyai riwayat penyakit berat,begitupun anak terakhirnya An.R
tidak mempunyai penyakit berat.
Sakit yang diderita Tn.F muncul sejak 2 tahun lalu dan di diagnosa TB
paru , karena kebiasaanya dalam merokok, hampir 2 bungkus rokok
dalam sehari,dulu. Tn.F mengatakan pada saat pengkajian ada sedikit
sesak disertai batuk-batuk berdahak, dan sewaktu diperiksa RR nya
didapatkan 28 x/menit.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Dalam kelurga Tn. F Ibunya sudah meninggal karena memiliki
riwayat penyakit Paru-paru dan dalam Keluarga Ny. I Ayahnya memiliki
riwayat penyakit diabetes mellitus dan Ibu Ny. I memiliki riwayat
penyakit asam urat. Kedua orang tua Ny.I sudah meninggal.
III. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik rumah :
Tipe rumah permanen yang luasnya 60 m2 dengan jumlah ruangan yang
terdiri dari 3 kamar, 1 ruang tamu ,1 dapur,1 wc dan 1 gudang .
mendapatkan fasilitas air bersih dari PDAM. Ventilasi kurang karena
keterbatan jendela.
WC

Dapur Kamar 2 Kamar I

Kamar 3

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Sebagian masyarakatnya merupakan warga asli, dan merupakan
kalangan menengah kebawah. Dimana banyak penduduk yang bekerja
seharian sebagai buruh pabrik dan berdagang. Tetangga ramah dan suka
bergotong royong dalam kegiatan didaerahnya,hidup rukun dengan
sesama tetangga
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga sudah lama tinggal di lingkungan Desa Pacet, dan belum
pernah berpindah rumah. Keluarga sudah 10 tahun tinggal dirumah yang
sekarang ditempatinya.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga memiliki waktu untuk berkumpul dimana untuk
mempertahankan hubungan yang harmonis dengan anggota keluarga.
Setiap malam keluarga Tn.F selalu menyempatkan waktu untuk makan
malam bersama. Ny.I sering mengikuti pengajian yang diadakan setiap
minggunya .
IV. Struktur Keluarga
1. Sistem pendukung keluarga:
Seluruh anggota keluarga saling memberikan dukungan jika terdapat
masalah dalam satu keluarganya ,jarak dengan fasilitas pelayanan
kesehatan lumayan dekat, jadi keluarga lebih mudah jika ada yang sakit,
serta meminta bantuan kepada keluarga lain/masyarakat.
2. Pola komunikasi keluarga:
Komunikasi yang digunakan adalah secara verbal dengan
menggunakan bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia. Komunikasi
menggunakan komunikasi terbuka ,dua arah dan anggota keluarga selalu
menghormati orang yang sedang berbicara dalam artian jika ada orang
yang sedang berbicara maka yang lain mendengarkan tidak boleh
memotong pembicaraan tersebut. Terkadang, setelah melakukan malam
malam, biasanya ada perbincangan, mau itu anak pertamaya bercerita
tentang di sekolahnya bagaimana ataupun sebaliknya.
3. Struktur Kekuatan Keluarga:
Dalam keluarga Tn. F yang mengambil keputusan adalah Tn. F selaku
kepala rumah tangga. Akan tetapi jika ada masalah selalu dibicarakan
terlebih dahulu kepada istrinya. Serta selalu mengajarkan kepada anaknya
harus berperilaku baik, mau itu di rumah, masyarakat ataupun
sekolahnya.
4. Struktur peran:
Tn. F berperan sebagai kepala keluarga,
Ny. I berperan sebagai Ibu rumah tangga. Biasanya Ny. I bekerja
mengurus segala kebutuhan suami dan kedua anaknya mulai dari
memasak, mencuci dan menjaga warung
An.G berperan sebagai anak Pertama yang berpendidikan SMP
An.R berperan sebagai anak kedua yang berusia 5 tahun.
5. Nilai atau norma keluarga:
Di dalam keluarga tidak ada nilai maupun norma yang bertentangan
dengan kesehatan. Keluarga menganggap kesehatan itu sangatlah penting

V. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif
Keluarga yang hidup rukun saling menyayangi satu sama lain antar
anggota keluarga
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi antar anggota keluarga ataupun dengan tetangga baik, serta
menjalankan organisasi di daerah dengan baik
3. Fungsi perawatan kesehatan
a. Kemampuan Keluarga Mengenal masalah
Tn.F atau keluarga mengetahui apa yang dimaksud dengan
masalah yang dideritanya yaitu Tb paru, tetapi belum mengetahui
lebih dalamnya mengenai penyebab, tanda dan gejala dari
penyakit tersebut. Menurut Tn.F penyakit yang diderita saat ini
cukup serius, karena melihat dari riwayat keturunan ada yang
mengalami penyakit yang sama.
b. Kemampuan Keluarga Mengambil Keputusan
Keluarga belum mampu mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatannya, karena belum mengetahui
banyak tentang masalah penyakit yang dialami Tn.F. biasanya jika
anggota keluarga ada yang sakit, langsung dibawa ke pelayanan
kesehatan terdekat/klinik.
c. Kemampuan Keluarga melakukan Perawatan Sederhana
Ketidakmampuan keluarga untuk melakukan perawatan
sederhana karena kurang mengetahuinya ,dan langung saja
diserahkan ke pelayanan kesehatan . Akhir-akhir ini Tn.F
mengurangi porsi merokoknya karena ingin sembuh dari
penyakitnya.
d. Kemampuan Keluarga memodifikasi Lingkungan
Lingkungan fisik didalam keluarga Tn.F dikatakan mendekati
sehat , tetapi di rumah Tn.F jarang sekali ventilasi udara yang
dapat menyebabkan beberapa gejala timbul pada Tn.F. Dukungan
keluarga sangat baik untuk kondisi kesehatan Tn.F.
e. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas Pelayanan
kesehatan
Keluarga selalu memanfatkan fasilitas kesehatan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh Tn.F, tetapi
terkadang keluarga mempunyai kesulitan ekonomi jika berobat ke
puskesmas karena keluarga tidak mempunyai asuransi, BPJS
ataupun jamkesmas
4. Fungsi reproduksi
Tn. F memiliki 2 orang anak, dimana anak pertamanya yang
bernama An.G sudah mengalami menstruasi. Dan istrinya Ny. I belum
mengalami menopause.
Tn.F maupun istri tidak menggunakan alat kontrasepsi
5. Fungsi ekonomi

Tn. F bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik di Cianjur dan


Ny. I Ibu Rumah Tangga yang membuka warung kecil-kecilan dirumah.
Penghasilan kelurga kurang lebih Rp. 2.000.000,- tiap bulannya. Keluarga
mengganggap kebutuhan belum bisa terpenuhi dengan penghasilan tiap
bulannya untuk kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan anak pertama
serta membiayai anak keduanya .

VI. Stress dan Koping Keluarga

1. Stressor jangka pendek dan panjang


Tn.F masih bingung bagimana dengan penyakitnya ,sedangkan ia
masih bekerja sebagai buruh pabrik
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Tn.F mengatakan bahwa terkadang dirinya selalu memikirkan
masalahnya sampai berlarut-larut dalam arti dia adalah orang yang sulit
mengambil keputusan dan terlalu cemas.
3. Strategi koping yang digunakan
Koping yang digunakan jika ada masalah adalah dengan cara
meminta pendapat dari istrinya.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Dalam beradaptasi dengan masalah yang ada keluarga menggunakan
adaptasi yang positif. Karena keluarga menyadari jika menggunakan
kekerasan dalam menyelesaikan masalah tidak akan dapat menyelesaikan
masalah justru akan semakain berlarut-larut dan semakin rumit.

VII. Pemeriksaan Fisik

N Jenis Tn.F Ny.I An.G An.R


o Pemeriksaan

1 TTV
TD 120/80 110/70 100/70
120/70
RR 17 19 18
HR 28 75 80 80
Suhu 80 37.1 37.5 37.0

Kepala 37.5

- Rambu Bersih Bersih Bersih


2 t

Bersih simetris ,tida simetris ,tida simetris ,tida


- Mata k ada k ada k ada

simetris ,tida lesi ,konjungt lesi ,konjungt lesi ,konjungt


k ada iva tidak iva tidak iva tidak

lesi ,konjungt anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak


iva tidak ada gangguan ada gangguan ada gangguan
anemis, tidak dalam dalam dalam

ada gangguan penglihatan ,j penglihatan ,j penglihatan ,j


dalam arak pandang arak pandang arak pandang

penglihatan ,j baik. baik. baik.

arak pandang
baik. tidak ada tidak ada tidak ada
pembengkak pembengkak pembengkak

tidak ada an pada an pada an pada


pembengkak lubang lubang lubang
an pada hidung,tidak hidung,tidak hidung,tidak
- Hidung
lubang ada ada ada
hidung,tidak sekret ,tidak sekret ,tidak sekret ,tidak
ada ada nyeri ada nyeri ada nyeri
sekret ,tidak tekan , test tekan , test tekan , test
ada nyeri penciuman penciuman penciuman
tekan , test baik baik baik
penciuman
baik simetris ,tida simetris ,tida simetris ,tida
k ada k ada k ada
Simetris ,tida serumen , test serumen , test serumen , test
k ada pendengaran pendengaran pendengaran
- Telinga serumen , test baik baik baik
pendengaran
baik bibir tampak bibir bibir
kering ,tidak lembab ,tidak lembab ,tidak
Bibir tampak labioschizis,ti labioschizis,ti labioschizis,ti
kering ,tidak dak ada dak ada dak ada
labioschizis,ti kelainan pada kelainan pada kelainan pada
dak ada gigi ,lidah gigi ,lidah gigi ,lidah
- Mulut
kelainan pada bersih bersih bersih
gigi ,lidah
bersih
tidak ada tidak ada tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran
tidak ada kelenjar kelenjar kelenjar
pembesaran tiroid,tidak tiroid,tidak tiroid,tidak
kelenjar ada nyeri ada nyeri ada nyeri
tiroid,tidak tekan tekan tekan
ada nyeri
tekan
bentuk bentuk bentuk
Leher normal ,perg normal ,perg normal ,perg
bentuk erakan erakan erakan
normal ,perg dinding dada dinding dada dinding dada
erakan normal ,tidak normal ,tidak normal ,tidak
dinding dada ada ada ada
3
terlihat pembengkak pembengkak pembengkak
cepat,tidak an di an di an di
ada dada ,bunyi dada ,bunyi dada ,bunyi
pembengkak paru paru paru
an di normal ,RR normal ,RR normal ,RR
dada ,bunyi 17 x/menit 19 x/menit 18 x/menit

Dada paru
pekak ,RR 28 bentuk bentuk bentuk
4 x/menit simetris , simetris , simetris ,
tidak ada tidak ada tidak ada
bentuk benjolan dan benjolan dan benjolan dan
simetris , pembengkak pembengkak pembengkak
tidak ada an ,tidak ada an ,tidak ada an ,tidak ada
benjolan dan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
pembengkak pada ginjal pada ginjal pada ginjal
an ,tidak ada
nyeri tekan tidak ada tidak ada tidak ada
pada ginjal kelainan kelainan kelainan
bentuk pada bentuk pada bentuk pada
tidak ada ekstremitas , ekstremitas , ekstremitas ,
Abdomen
kelainan kulit terlihat kulit terlihat kulit terlihat
5 bentuk pada pucat dan pucat dan pucat dan
ekstremitas , kering kering kering
Ekstremitas
kulit terlihat
pucat dan
kering

VIII. Harapan Keluarga


Keluarga berharap agar semua anggota keluarga sehat selalu ,saya
sebagai kepala keluarga menjadi pacuan faktor ekonominya berharap agar,
meskipun nanti saya memang benar berhenti dari pekerjaan yang
sekarang ,saya akan mendapatkan pekerjaan yang hasilnya bisa membiayai
keluarga tanpa mengorbankan penyakit yang saya alami. Dan keluarga
berharap agar bisa melakukan penanganan terhadap gejala yang mungkin
akan muncul.

B. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DS
- Tn.F mengatakan Ketidakefektifan
Ketidakmampuan
pada saat bersihan jalan napas
Keluarga melakukan
pengkajian ada
Perawatan Sederhana
sedikit sesak
disertai batuk
berdahak
- Tn.F mengatakan
akhir-akhir ini
mencoba untuk
mengurangi
merokonya
- Keluarga
mengatakan selalu
memanfatkan
fasilitas kesehatan
untuk mengatasi
masalah kesehatan
yang dialami oleh
Tn.F
- tn.F mengatakan
kurang mengetahui
untuk melakukan
perawatan
sederhana
DO

- Tn.F terlihat batuk-


batuk
- TTV
TD : 120/70
mmhg

RR :28 x/menit
Defisiensi
HR :80 x/menit
Ketidakmampuan pengetahuan keluarga
T: 37.5 derajat mengenal masalah

DS

- Tn.F belum
mengetahui lebih
dalamnya
mengenai
penyebab ,tanda
dan gejala dari
penyakit yang
dideritanya.
- Tn.F masih
bingung bagimana
dengan
penyakitnya ,sedan
gkan ia masih
bekerja sebagai
buruh pabrik
-
DO

Keluarga tampak
bingung saat ditanya.
C. Prioritas masalah
Dx : Ketidakefektifan bersihan Jalan Napas
No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat Masalah: aktual

Score:

- Tidak/kurang sehat (3)


3/3 x 1 = 1 1
- Ancaman Kesehatan (2)
- Keadaan Sejahtera (1)
2 Kemungkinan Masalah Dapat diubah:
sebagian

- Mudah (2)
- Sebagian (1) ½x2=1 2
- Tidak dapat (0)
3 Potensial Masalah dapat di Cegah:
Cukup

- Tinggi (3) 3/3 x 1 = 2/3 1

- Cukup (2)
- Rendah (1)
4 Menonjolnya Masalah :Tidak perlu
segera ditangani

- Segera ditangani (2)


- Tidak perlu segera di tangani (1) ½x1=½ 1
- Masalah tidak dirasakan (0)
Jumlah 9/6

Dx : Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan


N Kriteria Skor Bobot
o

1 Sifat Masalah : Resiko


1
Score:
2/3 x 1 = 2/3
- Tidak/kurang sehat (3)
- Ancaman Kesehatan (2)
- Keadaan Sejahtera (1)

2 Kemungkinan Masalah Dapat di Ubah :


sebagian

- Mudah (2) 2/2 x 2 = 2 2

- Sebagian (1)
Tidak dapat (0)

3 Potensial Masalah dapat di Cegah:


2/3 x 1 = 2/3
- Tinggi (3)
- Cukup (2) 1

Rendah (1)

4 Menonjolnya Masalah :
2/2 x 1 = 1 1
- Segera ditangani (2)
- Tidak perlu segera di tangani (1)
Masalah tidak dirasakan (0)

Jumlah 13/3

D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Tn.F
2. Defisiensi pengetahuan keluarga
E. Rencana Asuhan Keperawatan

No Dx.Kep Tujuan Evaluasi Intervensi

Umum Khusus Kriteria Standar

Ketidakefektifa Setelah Setelah dilakukan - Latih keluarga cara


1 n bersihan jalan dilakukan pertemuan selama memberikan posisi
napas pada Tn.F kunjungan 1x45 menit, ternyaman kepada pasien
rumah selama 3 diharapkan - Memberikan terapi batuk
x 45 menit keluarga mampu - SOP batuk efektif
efektif
ketidakefektifan merawat Tn.F terlampir - Latih pasien dan keluarga
bersihan jalan dengan kriteria cara meminum obat
napas teratasi. hasil: dengan teratur
- Disiplin - Terlampir - Promkes tentang diit
- Psiko
minum obat makanan
motor
- Menggunaka - Promkes tentang cara
- Cara pencegahan
n masker pasien dengan tb pencegahan penularan
- Psiko paru ,salah
- Diit makanan penyakit
satunya yaitu
motor
dengan
menggunakan
masker .karena
itu adalalah salah

27
satu upaya agar
yang
- Psiko lain/keluarga
motor tidak terinfeksi
oleh bakteri.
- Penderita TBC
harus makan
yang banyak.
Walaupun pada
umumnya
penderita TBC
mengalami
penurunan nafsu
makan, mual, dan
muntah karena
pengaruh obat-
obatan yang
dikonsumsinya,
tapi konsumsi
makanan yang
cukup juga
menjadi salah
satu syarat
kesembuhan
pasien TBC.
Diantarya harus
yang
mengandung :
Sumber

28
karbohidrat
(nasi,bubur),sum
ber protein
hewani
(ayam,daging,telu
r,susu)
Sumber protein
nabati,sayuran,bu
ahbuahan.

2 Setelah Setelah dilakukan - Lakukan penkes


dilakukan mengenai penyakit
Defisiensi pertemuan selama
kunjungan - Berikan pujian kepada
pengetahuan 1x45 pasien dan keluarga
rumah selama 3
pada keluarga x 45 menit menit ,diharapkan
Tn.F pengetahuan keluarga mampu
tentang masalah
mengetahui apa itu
pasien
meningkat. TB paru,tanda dan
gejala,penyebab,ca
ra pencegahan ,
dengan kriteria
hasil :
- Dapat

29
menyebutkan
definisi,tanda Verbal Terlampir

&
gejala,penyeba
b dan cara
pencegahan
TB paru

F. Implementasi dan Evaluasi keperawatan keluarga

No Diagnosa Hari Tindakan Evaluasi Paraf


/tanggal

1 Ketidakefektifan Kamis ,17 - Melatih keluarga S : keluarga klien


bersihan jalan januari 2019 cara memberikan mengatakan sudah
napas pada Tn.F posisi ternyaman mengerti apa yang
kepada pasien dijelaskan oleh perawat
- Memberikan O : Keluarga klien bisa
Promkes tentang diit menjelaskan kembali
makanan apa yang telah

30
- Memberikan disampaikan dan sudah
Promkes tentang mengerti bagaimana
cara pencegahan cara memberikan posisi
penularan penyakit aman nyaman
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi

2 Defisiensi Jumat, 18 - Melakukan penkes S : keluarga klien


pengetahuan januari 2019 mengenai penyakit mengatakan sedikit
pada keluarga - Berikan pujian kurang faham
kepada pasien dan
Tn.F bagaimana cara
keluarga
pencegahan penyakit
agar tidak menular
O : Keluarga Klien
terlihat bingung
A : Masalah penkes
mengenai penyakit
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
Intervensi melakukan
penkes mengenai
penyakit.

31
32
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga dapat memberikan


data yang sesuai untuk permasalahan kesehatan keluarga

2. Diagnosa keperawatan keluarga ditentukan bersama-sama dengan keluarga


sesuai dengan masalah kesehatan keluarga
3. Penyusunan perencanaan dilakukan dengan menentukan prioritas,
menetapkan tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi
intervensi keluarga

4. Tindakan keperawatan keluarga sesuai dengan rencana yang telah


ditentukan dengan memobilisasi sumber-sumber daya yang ada di
keluarga, masyarakat, dan pemerintah
5. Evaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan secara sumatif
dan formatif terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, menggunakan
SOAP secara operasional.

B. Saran
1. Diharapkan keluarga secara mandiri dapat menilai status kesehatannya
sehingga status kesehatan keluarga dan masyarakat meningkat.
2. Mahasiswa dan perawat dapat memahami karakteristik budaya termasuk
didalamnya adalah bahasa daerah agar proses keperawatan dapat
berlangsung dengan baik.

33
DAFTAR PUSTAKA

__________ 2008. Asuhan Keperawatan Tuberculosis


(TBC).http://www.indonesianursing.com [didownload tanggal 13
desember 2009]
Freedman, M.1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Kautsar. 2008. Penyakit TBC Perlu Dikenali Bukan Ditakuti. http://www.
kautsarku.wordpres.com [didownload tanggal 13 desember 2009]
Piogama. 2009. Mengatasi TBC Dengan Pengobatan yang Sesuai.
http://www.piogama.ugm.ac.id [didownload tanggal 13 desember 2009]

34

Anda mungkin juga menyukai