Disusun Oleh
Kelompok 5
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada
diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri
dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan
agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku
kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar
kaca, genting dan semua yang ada dilingkungan. Pasien yang dibawa ke rumah
sakit jiwa sebagian besar akibat melakukan kekerasan dirumah. Perawat harus jeli
dalam melakukan pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukan selama dirumah (Yusuf, dkk, 2015).
Pada keadaan ini respons fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat,
peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi,
kewaspadaan meningkat, disertai ketegangan otot seperti :rahang terkatup, tangan
mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku untuk
menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan.
1. Proses Terjadinya Marah Perilaku Kekerasan
3) Tangan mengepal.
4) Rahang mengatup.
7) Pandangan tajam.
9) Mengepalkan tangan.
b. Verbal
1) Bicara kasar.
5) Suara keras.
6) Ketus
c. Perilaku
4) Merusak lingkungan.
d. Emosi
1) Tidak adekuat.
3) Rasa terganggu.
5) Tidak berdaya.
6) Bermusuhan
7) Mengamuk
8) Ingin berkelahi.
9) Menyalahkan
10) Menuntut
e. Intelektual
1) Mendominasi
2) Cerewet
3) Kasar
4) Berdebat
5) Meremehkan
6) Sarkasme
f. Spiritual
1) Merasa diri berkuasa.
g. Sosial
1) Menarik diri.
2) Pengasingan
3) Penolakan
4) Kekerasan
5) Ejekan
6) Sindiran
h.Perhatian
1) Bolos
2) Mencuri
3) Melarikan diri.
4) Penyimpangan seksual.
Menurut Direja dalam Verdiana (2019), ada beberapa faktor penyebab terjadinya
perilaku kekerasan sebagai berikut:
a. Faktor predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi,
artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor
berikut di alami oleh individu :
1) Psikologis
Yang diterima saat melakukan kekerasan, dirumah atau di luar rumah, semua
aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Teori psikoanalitik
Menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya ego dan membuat konsep diri yang
rendah. Agresi dapat meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam
hidupnya.
b. Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik injuri fisik,
psikis, atau ancaman konsep diri. Faktor pencetus sebagai berikut:
1) Klien : kelemahan fisik, keputusan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2) Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal maupun eksternal.
Keterangan:
Perilaku kekerasan
c. Sublimasi
d. Proyeksi
e. Depresi
f. Denial
g. Reaksi formasi
a. Terapi somatik
Terapi Somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptife menjadi 10 perilaku adaktif
dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien, tetapi target
terapi adalah perilaku klien.
b. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsi therapi (ECT) adalah bentuk terapi
kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus
listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini adalah
awalnya untuk menagani klien skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi
biasanya dilaksanakan adalah 2-3 kali sekali (dua minggu sekali).
c. Terapi keluarga
10) Jika terjadi perilaki kekerasan yang dilakukan adalah: bawa klien ketempat
yang tenang dan aman, hindari benda tajam, lakukan fiksasi sementara, rujuk
ke pelayanan kesehatan.
d. Terapi kelompok
1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri
dari pengumpulan data dan perumusan makalah klien. Data yang dikumpulkan
melalui data bilogis, psikologis, social dan spiritual (Keliat, Budi Ana, 1998:3.
Dikutip dari buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, 2016).
a. Identitas klien
Melakukan pengenalan BHSP dan kontrak dengan klien tentang nama mahasiswa,
nama panggilan, lalu dilanjut melakukan pengkajian dengan nama klien, tujuan,
waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia
klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.
b. Alasan masuk
Penyebab klien atau keluarga datang, apa yang menyebabkan klien melakukan
kekerasan, apa yang klien lakukan dirumah, apa yang sudah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah.
c. Faktor predisposisi
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien. Pada klien dengan perilaku kekerasan tekanan
darah meningkat, RR meningkat, nafas dangkat, muka memerah, tonus otot
meningkat, dan dilatasi pupil.
e. Psikososial
1) Genogram
a) Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai,
reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang
disukai. Klien dengan perilaku kekerasan mengenai gambaran dirinya ialah
pandangan tajam, tangan mengepal, muka memerah.
b) Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap
status posisinya, kepuasan klien sebagai laki laki atau perempuan,
keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
Klien dengan PK biasanya identitas dirinya ialah moral yang kurang karena
menunjukkan pendendam, pemarah, dan bermusuhan.
c) Fungsi peran
perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan
klien akibat perubahan tersebut. Fungsi peran pada klien perilaku
kekerasan terganggu karena adanya perilaku yang menciderai diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.
d) Ideal diri
Harga diri yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal dirin
Harga diri tinggi merupakan perasaan yang berakar dalam menerim dirinya
tanpa syarat, meskipun telah melakukan kesalahan, kekalahan dee
kegagalan, ia tetap merasa sebagai orang yang penting dan berharga. Haras
diri yang dimiliki klien perilaku kekerasan ialah harga diri rendah karena
penyebab awal klien PK marah yang tidak bisa menerima kenyataan dan
memiliki sifat labil yang tidak terkontrol beranggapan dirinya tidak
berharga.
3) Hubungan sosial
f. Status mental
1) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak rapi,
penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya,
kemampuan klien dalam berpakaian kurang, dampak ketidakmampuan
berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologis klien (deficit
perawatan diri). Pada klien dengan perilaku kekerasan biasanya klien tidak
mampu merawat penampilannya, biasanya penampilan tidak rapi, penggunan
pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, rambut kotor.
rambut seperti tidak pernah disisir, gigi kotor dan kuning, kuku panjang dan
hitam.
2) Pembicaraan
Agresif, menyerang diri sendiri orang lain maupun menyerang objek yang ada
disekitarnya. Klien perilaku kekerasan terlihat tegang dan gelisah, muka merah,
jalan mondar-mandir.
4) Afek dan emosi
Untuk klien perilaku kekerasan efek dan emosinya labil, emosi klien cepat
berubah-ubah cenderung mudah mengamuk, membanting barang-barang/
melukai diri sendiri, orang lain maupun objek sekitar, dan berteriak-teriak.
5) Interaksi selama wawancara
Pada klien perilaku kekerasan resiko untuk mengalami persepsi sensori sebagai
penyebabnya.
7) Proses pikir
Pada klien dengan perilaku kekerasan klien memiliki pemikiran curiga, dan
tidak percaya kepada orang lain dan merasa dirinya tidak aman.
8) Tingkat kesadaran
Tidak sadar, bingung, dan apatis. Terjadi disorientasi orang, tempat, dan waktu.
Klien perilaku kekerasan tingkat kesadarannya bingung sendiri untuk
menghadapi kenyataan dan mengalami kegelisahan.
9) Memori
Tingkat konsentrasi klien perilaku kekerasan mudah beralih dari satu objek ke
objek lainnya. Klien selalu menatap penuh kecemasan tegang dan gelisahan.
11) Kemampuan penilaian/pengambilan keputusan
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada pasien dengan perilaku kekerasan
antara lain :
a. Risiko mencederai diri sendiri, atau orang lain
Diagnosa Perencanaaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Kriteria Evaluasi
Perilaku Kekerasan TUM: Bina hubungan saling percaya: Klien menunjukkan tanda-tanda
Klien dan keluarga mampu a. Mengucapkan salam terapeutik. percaya kepada perawat dengan:
mengatasu atau Sapa klien dengan ramah, baik a. Ekspresi wajah cerah,
mengendalikan perilaku verbal maupun non verbal. tersenyum.
kekerasan. b. Berjabat tangan dengan klien. b. Mau berkenalan
c. Perkenalkan diri dengan sopan c. Ada kontak mata
SP 1:
d. Tanyakan nama lengkap klien dan d. Bersedia menceritakan
Klien dapat membina
nama panggilan yang disukai klien. perasaannya.
hubungan saling percaya.
e. Jelaskan tujuan pertemuan e. Bersedia mengungkapkan
f. Membuat kontrak topik, waktu, dan masalah.
tempat setiap kali bertemu klien.
g. Tunjukkan sikap empati dan
menerima apa adanya.
h. Beri perhatian kepada klien dan
perhatian kebutuhan dasar klien.
SP 2: Bantu klien untuk mengungkapkan a. Menceritakan penyebab
Klien dapat mengidentifikasi perasaan marahnya: perilaku kekerasan yang
penyebab perilaku kekerasan a. Diskusikan bersama klien untuk dilakukannya.
yang dilakukannya. menceritakan penyebab rasa kesal b. Menceritakan penyebab
atau rasa keselnya. perasaan jengkel/kesal, baik
b. Dengarkan penjelasan klien tanpa dari diri sendiri maupun
menyela atau memberi penilaian lingkungannya.
pada setiap ungkapan perasaan
klien.
SP 3: Membantu klien mengungkapkan Klien dapat menceritakan tanda-
Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasaan yang tanda perlaku kekerasan secara:
tanda-tanda perilaku dialaminya: a. Fisik: mata merah, tangan
kekerasan. mengepal, ekspresi tegang.
a. Diskusikan dan motivasi klien b. Emosional: perasaan marah,
untuk menceritakan kondisi fisik jengkel, bicara kasar
saat perilaku kekerasan terjadi. c. Sosial: bermusuhan yang
b. Diskusikan dan motivasi klien dialami saat terjadi perilaku
untuk menceritakan kondisi kekerasan.
emosinya saat terjadinya perilaku
kekerasan.
c. Diskusikan dan motivasi klien
untuk menceritakan kondisi
psikologis saat terjadi perilaku
kekerasan.
d. Diskusikan dan motivasi klien
untuk menceritakan kondisi
hubungan dengan orang lain saat
terjadi perilaku kekerasan.
SP 4: a. Diskusikan dengan klien seputar Klien dapat menjelaskan:
Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang a. Jenis-jenis ekspresi
jenis perilaku kekerasan dilakukannya selama ini. kemarahan yang selama ini
yang pernah dilakukannya. b. Motivasi klien menceritakan jenis- telah dilakukannya.
jenis tindak kekerasan yang selama b. Persaannya saat melakukan
ini pernah dilakukannya. kekerasan.
c. Motivasi klien menceritakan c. Efektivitas cara yag dipakai
perasaan setelah tindak kekerasan dalam menyelesaikan
tersebut terjadi. masalah.
d. Diskusikan apakah dengan tindak
kekerasan yang dilakukannya,
masalah yang dialami teratasi.
Perilaku Kekerasan
Implementasi pada Pasien Implementasi pada Keluarga
SP 1 SP 1
a. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan a. Mendiskusikan masalah yang rasakan keluarga dalam
b. Menigentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan merawat pasien.
c. Mengidentifikasi perilaku kekerasan b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala perilaku
d. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan kekerasan yang dialami pasien beserta proses terjadinya
e. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan perilaku kekerasan.
f. Membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol
perilaku kekerasan secara fisik 1 : latihan napas dalam
g. Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan harian
SP 2 SP 2
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien a. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien
b. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara dengan perilaku kekersan
fisik 2 : pukul kasur dan bantal b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada
c. Menganjurkan pasien memasukan ke dalam kegiatan harian pasien perilaku kekerasan
SP 3 SP 3
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien e. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas dirumah
b. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara termasuk minum obat (perencanaan pulang)
fisik 2 : pukul kasur dan bantal f. Menjelaskan tindakan tindak lanjut pasien setelah pulang
c. Menganjurkan pasien memasukan ke dalam kegiatan harian
SP 4
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara spritual
c. Mengajurkan pasien memasukan ke dalam kegiatan harian
SP 5
a. Mengevaluasi jadwal harian pasien Melatih pasien
mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat
b. Menganjurkan pasien memasukan kedalam kegiatan harian
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi ada ua macam yaitu:
a) Evaluasi proses atau evaluasi formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan
tindakan
b) Evaluasi hasil atau sumatif, yang dilakukan dengan membandingkan respon
pasien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditetapkan
Azizah, lilik, M. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : Indomedia Pustaka.
Nadek, Verdiana F. 2019. Asuhan Keperawatan Tn. M. B dengan Perilaku Kekerasan di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Naimata Kupang (KTI). Kupang: Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
Sutejo. 2017. Keperawatan Jiwa : Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa (Gangguan
Jiwa dan Psikososial). Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Yusuf, Rizky, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Varera, Sonya Maharani. 2017. Asuhan Keperawatan pada Klien Skizofrenia tipe Manik dengan
Gangguan Perilaku Kekerasan di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya (KTI).
Jombang: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika