Anda di halaman 1dari 10

Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Kekambuhan Isolasi Sosial

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik Penyuluhan
Pokok Bahasan

: Penyakit Gangguan Jiwa


: Isolasi Sosial

Sub Pokok Bahasan

: Pencegahan Kekambuhan Isolasi Sosial

Sasaran
: Keluarga Pasien Jiwa Isolasi Sosial RSJ. Sambang Lihum
Tempat
: Aula RSJ. Sambang Lihum
Waktu
: 09.00-09.30 WITA
Hari, tanggal
: Selasa, 29 Desember 2015
Perorganisasian
:1. Pembawa Acara : Fajar Rizki Rahayu
2. Penyaji
: 1. Bernadetta Germia A.
: 2. Yuniar Rahmina
3. Fasilitator
: 1. Suryadi Fahrin
: 2. Sarmila Nadia
: 3. Raudatul Jannah
: 4. Angga Dirgantara S.B.
: 5. Anisa Rahmawati
6. Heriyadi
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan tentang pencegahan Isolasi Sosial pada pasien
jiwa diharapkan peserta penyuluhan dapat memahami perawatan pada pasien
Isolasi Sosial.
B. Tujuan Instruksional Khusus
1. Peserta penyuluhan dapat mengulang kembali pengertian dari Isolasi
Sosial
2. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan penyebab dari Isolasi Sosial
3. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan tanda dan gejala dari Isolasi Sosial
4. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan pencegahan Isolasi Sosial
5. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan penanganan Isolasi Sosial
C. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
Pembukaan

Kegiatan Penyuluhan
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Bina hubungan saling

Kegiatan Peserta
1. Menjawab

Metode
Ceramah

Waktu
3 menit

Ceramah

15 menit

salam
2. Mendengarkan

percaya.
4. Menyampaikan tujuan
Pelaksanaan

pokok materi
Menjelaskan materi tentang:

1. Mendengarkan

Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Kekambuhan Isolasi Sosial

1. Pengertian penyakit
Isolasi Sosial
2. Penyebab Isolasi Sosial
3. Tanda dan Gejala Isolasi
Sosial
4. Pencegahan Kekambuhan

2. Menanyakan
materi yang
belum
dimengerti

Isolasi Sosial
5. Penanganan Isolasi
Penutup

Sosial
1. Memberikan pertanyaan
2. Menarik kesimpulan
3. Menyampaikan hasil
Evaluasi
4. Menutup penyuluhan

1. Menjawab

Tanya

pertanyaan
2. Menjawab

jawab

12 menit

(diskusi)

salam

(salam)

D. Setting Tempat
B

Keterangan :

A = Penyaji
D

B = Pembawa Acara

C = Peserta
E. Garis Besar Materi ( Terlampir)
D
1. Pengertian penyakit
Isolasi Sosial
D = Fasilitator
2. Penyebab Isolasi Sosial
3. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial
4. Pencegahan Kekambuhan Isolasi Sosial
5. Penanganan Isolasi Sosial
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Kesiapan Peserta Penyuluhan
b) Kesiapan tempat pelaksanaan.
c) Kesiapan tim penyaji
d) Kesiapan materi penyaji
e) Kesiapan media (booklet, power point)
2. Evaluasi Proses
a) Peserta penyuluhan akan memenuhi waktu pelaksanaan ( 40 orang)
b) Peserta aktif dalam melaksanakan tanya jawab (minimal 1 orang)
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan

Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Kekambuhan Isolasi Sosial

b) Keluarga

pasien jiwa peserta penyuluhan dapat menjelaskan

pengertian penyakit Isolasi Sosial, penyebab Isolasi Sosial, tanda dan


gejala Isolasi Sosial, pencegahan Kekambuhan Isolasi Sosial, dan
penanganan Isolasi Sosial.
H.

Lampiran
-

Materi Lengkap

G. Referensi :
Anief, Moh. Drs, Apt. Ilmu Farmasi. 1984. Jakarta: Ghalia Indonesia
Yosep, Iyus, S.kp, M. Si. (2009). Keperawatan Jiwa, edisi revisi., Bandung: PT.
Refika Aditama.
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas
Kelompok. Jakarta: EGC
Keliat, B.A. 1998. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa. Jakarta: EGC.
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
Maslim, R., 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: PT. Nuh Jaya
Muzaham, 1995. Sosiologi Kesehatan. Jakarta : UI Press.
Purba, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah
Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta:
Rusjini. 2007. Pengaruh Konseling dan Terapi Aktivitas Kelompok Terhadap
Perubahan Psikososial pada Wanita Dewasa Pasca Gempa di Desa
Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta. Skripsi: UGM Yogyakarta.
S. N. Ade Herma Direja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Kekambuhan Isolasi Sosial

Shives, L.R, 1998, Basic Concept Of Psyciatric Mental Health Nursing,


Philadelphia, Lippincott

Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Kekambuhan Isolasi Sosial

LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN


A. Pengertian
Isolasi Sosial (Menarik Diri) merupakan suatu sikap di mana seseorang
menghidari dari interaksi dengan orang lain dan merasa bahwa ia kehilangan
hubungan yang akrab dengan orang lain dan tidak mempunyai kesempatan
untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia mempunyai
kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang biasanya
orang tersebut akan bersikap memisahkan diri, acuh tak acuh, dan tidak ingin
mengungkapkan apa yang dipikirkannya dan perasaannya (Direja, 2011)
B. Penyebab
Terjadinya isolasi sosial (menarik diri) disebabkan oleh faktor
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan juga dapat mengakibatkan
seseorang tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah,
pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu menyampaikan keinginan,
dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan seseorang tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar
dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan (Direja, 2011).
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala orang yang mengalami isolasi sosial, antara lain
(Direja, 2011):
1. Kurang spontan
2. Banyak diam dan tidak mau bicara
3. Banyak berdiam diri di kamar
4. Menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
5. Kontak mata kurang
6. Acuh terhadap lingkungan
7. Ekspresi wajah kurang berseri
8. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
9. Mengurung diri
10. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
11. Asupan makanan dan minuman terganggu
12. Kesulitan BAB dan BAK
13. Aktivitas menurun
14. Kurang tenaga
15. Merasa rendah diri
16. Postur tubuh berubah, misalnya posisi janin (khususnya pada posisi
tidur)
D. Pencegahan Kekambuhan

Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Kekambuhan Isolasi Sosial

Adapun pencegahan yang dapat dilakukan untuk pasien dengan masalah


isolasi sosial, antara lain (Rusjini, 2007) :
1. Melakukan kontak yang sering dengan orang lain
2. Mencoba berhubungan dengan orang lain secara bertahap mulai dari satu
orang, beberapa orang, dengan kelompok kecil hingga ke masyarakat.
3. Mencoba mengungkapkan perasaan kepada orang lain yang dipercaya.
E. Penanganan
1. Pengobatan
Obat yang digunakan pada gejala isolasi sosial

adalah obat-obatan

antipsikosis seperti (Maslim, 2011):


a. Chlorpromazine
1) Obat ini digunakan untuk gejala seperti:
a) Gaduh gelisah
b) Hiperaktif
c) Sulit tidur
d) Kekacauan pikiran, perasaan, dan perilaku.
2) Efek
samping penggunaan Chlorpromazine suntik adalah sering
menimbulkan penurunan tekanan darah yang berlebih.

Sumber: www.kaefproduk.com
b. Haloperidol
1) Obat ini digunakan untuk pasien dengan gejala seperti:
a) Acuh terhadap lingkungan
b) Menarik diri dari lingkungan
c) Perasaan tumpul
d) Kehilangan minat dan inisiatif dalam melakukan aktivitas
e) Kurang aktif
f) Gangguan jiwa
g) Halusinasi
2) Efek samping sering menimbulkan gejala seperti
a)
Kaku otot
b)
Gelisah
c)
Gerakan badan tidak terkontrol
d)
Gemetar
6

Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Kekambuhan Isolasi Sosial

Sumber: www.google.com
c. Trifluoperazine
1) Obat ini digunakan pada pasien yang mengalami gangguan seperti:
a) gangguan mental dan emosi ringan
b) cemas
2) Efek samping yang ditimbulkan, antara lain:
a) Rasa mengantuk
b) Kewaspadaan berkurang

Sumber: www.cvs.com
1. Terapi
a. Terapi Okupasi
Suatu terapi untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud
untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang
(Purba, dkk. 2008).
b. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat

Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Kekambuhan Isolasi Sosial

diberikan strategi pertemuan yang terdiri dari tiga strategi pertemuan dengan
masing-masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada strategi
pertemuan satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social,
berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila
berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara
berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain ke dalam kegiatan harian.
Pada strategi pertemuan dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan
berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
Pada strategi pertemuan tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih
dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya
(Purba, dkk. 2008)
c. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)
Terapi aktivitas kelompok (TAK) sosialisasi (TAKS) adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial (Keliat, 2005). Aktivitas TAKS dilakukan sebanyak tujuh
sesi yang melatih kemampuan sosialisasi klien (terlampir). Sesi pertama
bertujuan agar klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan
nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi. Sesi kedua bertujuan agar
klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok.
Sesi ketiga bertujuan agar klien mampu bercakap-cakap dengan
anggota

kelompok.

Sesi

keempat

bertujuan

agar

klien

mampu

menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok. Sesi


kelima bertujuan agar klien mampu menyampaikan dan membicarakan
masalah pribadi dengan orang lain. Sesi keenam bertujuan agar klien
mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok. Sesi ketujuh
bertujuan agar klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat
kegiatan kelompok yang telah dilakukan (Yosep, 2009).

Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Kekambuhan Isolasi Sosial

d.Terapi Generalis
Terapi generalis adalah terapi yang berupa strategi pelaksanaan yang
sasarannya adalah si pasien dan juga keluarganya, adapun strateggi
pelaksanaan pasien dan keluarga dalah sebagai berikut (Riyadi, Dkk, 2009):
SP Pasien
SP 1 :

SP Keluarga
SP 1 :

1. Identifikasi Penyebab

1. Identifikasi masalah yang dihadapi

2. Tanyakan keuntungan dan kerugian

berinteraksi dengan orng lain.

dalam merawat pasien.


2. Penjelasan isolasi sosial.

3. Latih berkenalan

3. Cara merawat pasien isolasi social.

4. Masukkan jadwal kegiatan pasien

4. Latih (simulasi).
5. Rencana Tindak Lanjut Keluarga /
jadwal keluarga untuk merawat
pasien

SP 2 :

SP 2 :

1. Evaluasi kegiatan yang lalu


(SP 1).
2. Latih berhubungan social secara

1. Evaluasi kemampuan SP 1
2. Latih (langsung ke pasien)
3. Rencana Tindak Lanjut Kelurga/

bertahap.

jadwal untuk merawat pasien.

3. Masukkan dalam jadwal kegiatan


pasien.
SP 3 :

SP 3 :

1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1


dan 2).
2. Latih cara berkenalan dengan 2

1. Evaluasi kemampuan SP 1
2. Latih (langsung ke pasien)
3. Rencana Tindak Lanjut keluarga/

orang atau lebih.

jadwal

3. Masukkan dalam jadwal kegiatan.

keluarga untuk merawat

pasien.
SP 4 :
1. Evaluasi kemampuan keluarga
2. Evaluasi kemampuan pasien
3. Rencana tindak lanjut keluarga
Follow Up
rujukan
9

Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Kekambuhan Isolasi Sosial

10

Anda mungkin juga menyukai