Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PROSEDUR MANAJEMEN NYERI

DISTRAKSI

Dosen Pembimbing :
Zuraidah, M. Kep

Disusun Oleh :
Renta Febrywati Silalahi NIM : 162212077
Suryani Frolentina Br Sembiring NIM : 162212078
Nor Shahira NIM : 162212080

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah Swt. Karena berkat dan rahmat dan
karunianya, kita dapat menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan sejak awal hingga
tersusunnya makalah dengan judul “Prosedur manajemen nyeri Distraksi” untuk
memenuhi penugasan yang diberikan oleh dosen pengajar dalam mata kuliah Sistem
Informasi Keperawatan.

Penulisan menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini dapat


diselesaikan karena adanya bantuan baik moral maupun material serta kerjasama
terutama dari temen-temen, dosen pembimbing, dan berbagai pihak. Untuk itulah,
penulisan dengan segala kerendahan hatinya menyampaikan penghargaan dan terima
kasih kepada pembimbing dalam bimbingan perbuatan makalah ini.

Akhir kata, kami menerima secara terbuka saran dan kritik atas segala
kekurangan dalam makalah ini, dan kami berharap makalah ini dapat meningkatkan
ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan
masyarakat luas.

TanjungPinang, 22 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ..................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumus Masalah...........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................6

A. Pengertian Nyeri...........................................................................................7
I. Definisi Teknik Distraksi ........................................................................7
II. Jenis Teknik distraksi.............................................................................8
III. Faktor yang mempengaruhi nafas dalam...............................................8
IV. Prinsip pokok yang mendasar turunnya nyeri.......................................9
V. Definisi Nyeri merupakan gejala utama................................................10
VI. Penyebab nyeri......................................................................................11
VII. Klasifikasi nyeri....................................................................................11
B. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri Ambang batas nyeri..............12
C. Pengumpulan data klien mengenai nyeri....................................................13
D. Skala peringkat nyeri Joint Commission.......................................................13
E. Contoh Penelitian Teknik Distraksi……………………………………….13

BAB III PENUTUPAN................................................................................17

A. Kesimpulan..................................................................................................17
B. Saran………………………………………………………………………..17

Daftar Pustaka…………………………………………………………………..18
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Nyeri ialah suatu hal yang kompleks, individual, subjektif dan umum terjadi. Teknik
pengurangan nyeri mencakup dua hal yaitu secara farmakologi dan nonfarmakologi. Teknik
distraksi merupakan metode nonfarmakologi untuk menghilangkan nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian pada hal lain.
Rasa nyeri yang tidak teratasi dengan baik akan memberikan pengaruh buruk bagi fisik,
emosi, perilaku, kognitif, dan psikologis (Czamecki, et al., 2011). Pengaruh buruk yang dapat
terjadi seperti ketakutan, kecemasan, penolakan untuk prosedur selanjutnya (Czamecki, et al.,
2011; Taddio, et al., 2010). Penurunan ambang batas nyeri, pengurangan keefektifan analgesik,
pobia terhadap jarum suntik, marah, perilaku agresif, ketidakmampuan berkonsentrasi dan
ketidakpercayaan pada tenaga kesehatan (Czamecki, et al., 2011; Taddio, et al., 2010). Selain itu
juga menambah dampak buruk terhadap fisik erat kaitannya dengan respon stress yang dapat
mempengaruhi berbagai sistem tubuh, seperti fungsi kardipulmoner (peningkatan tekanan darah,
denyut jantung, dan frekuensi pernafasan), metabolisme, dan sistem imun. Adapun dampak
jangka panjang nyeri yang dapat terjadi berupa insomnia, depresi, perubahan nafsu makan, dan
kelelahan (Czamecki, et al., 2011).
Istilah yang mengacu pada menghibur, mengalihkan perhatian seseorang dan apa
yang mereka jelaskan. Asal kata distraksi mengacu pada bahasa Latin distractio yang
mengacu pada hasil dari gangguan, dari bahasa Latin distracen. Kata yang dibentuk oleh
awalan dis yang menunjukkan pemisahan, dan oleh trahere yang mengacu pada tindakan
menyeret. Distraksi adalah hal yang mengalihkan perhatian, tindakan untuk mengalihkan
perhatian, atau metode untuk mengalihkan perhatian pasien pada hal lain sehingga pasien
melupakan nyeri yang dirasakan. Distraksi merupakan memisahkan atau menjauhkan diri
kita dari kenyataan atau masalah yang harus kita fokuskan pada saat ini, mengalihkan
perhatian kita ke subjek lain yang lebih mengkhawatirkan atau lebih menyenangkan.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana mengatasi nyeri melalui Teknik distraksi ?
2. Jenis – jenis Teknik distraksi dibagi menjadi 5 macam diantaranya apa saja ?
3. Factor – factor yang mempengaruhi Teknik relaksasi nafas dalam ?
4. Prinsip – prinsip pokok untuk mengurangi rasa nyeri melalui Teknik distraksi ?
5. Definisi nyeri, kualifikasi nyeri, dan factor yang mempengaruhi nyeri ?
6. Apa saja alat ukur nyeri ?
7. Komponen – komponen nyeri apa saja ?
8. Cara mengatasi nyeri ?

C. Tujuan
1. Untuk mempelajari dan mengetahui serta memahami nyeri pada pasien
2. Menjelaskan peran perawat dalam mengatasi nyeri pada pasien dengan Teknik
distraksi
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Nyeri.
I. Definisi Teknik Distraksi merupakan sistem aktivasi retikular yang dapat
menghambat stimulus meyakitkan jika seseorang menerima masukan sensori
yang cukup ataupun berlebihan. Stimulus yang menyenangkan dapat
melepaskan hormon endorphin. Distraksi merupakan kegiatan mengalihkan
perhatian klien ke hal lain dan dengan demikian dapat menurunkan ketakutan
terhadap nyeri bahkan dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Potter &
Perry, 2012).. Distraksi digunakan untuk memfokuskan perhatian anak agar
melupakan rasa nyerinya. Melalui teknik distraksi kita dapat menanggulangi
nyeri yang didasarkan pada teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus
nyeri.

II. Jenis Teknik Distraksi Menurut Soeparmin (2010)


Teknik distraksi dibagi menjadi 5, yaitu:
a. Distraksi Visual dan Audio visual Cara yang sering di gunakan pada teknik ini
adalah dengan mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal yang digemari
seperti: melihat filem keluarga, menonton televisi, membaca koran, melihat
pemandangan, melihat gambar-gambar, dan melihat buku cerita
bergambar, bermain game. Teknik audio visual adalah salah satu teknik
yang efektif dalam melakukan pendekatan pada anak. Cara ini digunakan
dengan cara mengalihkan perhatian anak pada hal – hal yang disukai seperti
menonton animasi animasi.
b. Distraksi pendengaran Seperti mendengarkan music, mendengarkan radio
yang disukai atau suara burung dan binatang yang lainnya serta gemercik
air.. Musik terbukti dapat menurunkan frekuensi denyut jantung,
mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri, menurunkan
tekanan darah, dan mengubah persepsi waktu (Guzetta, 1989) dalam
(Potter & Perry, 2012). Perawat dapat menerapkan teknik distraksi dengan
mendengarkan musik di berbagai situasi klinis.
c. Distraksi pendengaran Bernafas ritmik dianjurkan pada pasien untuk
memandang fokus pada satu objek atau memejamkan mata dan melakukan
inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan mundur 4 – 1 dan
kemudian mengeluarkan nafas melalui mulut secara perlahan dengan
menghitungan mundur 4 – 1 (dalam hati). Anjurkan pasien untuk fokus pada
irama pernafasan dan terhadap gambar yang memberi ketenangan.
d. Distraksi intelektual Kegiatan mengisi teka-teki silang, bermain kartu,
bermain catur melakukan kegiatan yang di gemari (di tempat tidur) seperti
mengumpulkan perangko, menggambar dan menulis cerita.
e. Imajinasi terbimbing Adalah kegiatan anak membuat suatu hayalan yang
menyenangkan dan fokuskan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-
angsur melupakan diri dari perhatian terhadap rasa nyeri. Imaginasi
terbimbing membuat anak sibuk memusatkan perhatiannya pada suatu
aktivitas yang menarik dan menyenangkan, dan merubah persepsi rasa
sakit.

Tujuan teknik distraksi nafas dalam ialah agar dapat meningkatkan ventilasi
alveoli, menjaga pertukaran gas, mengurangi atelektasi paru, mengefektifkan
batuk, mengurangi stress dan menurunkan kecemasan (Smeltzer & Bare, 2002).
Pernapasan yang di gunakan iyalah pernafasan diafragma yang mengacu ke
pendataran kubuh diafragma sampai abdomen mengalami pembesaran bagian
atas desakan udara masuk selama inspirasi.

III. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Teknik Distraksi Nafas Dalam

Teknik distraksi nafas dalam terhadap penurunan nyeri dan di percaya


menurunkan intensittas nyeri melelui mekanisme:
a. Dengan mengendurkan otot-otot sekelet yang mengalami spasme yang di
akibatkan meningginya prostaglandin dan menjadi vasodilatasi pembuluh
darah akan mengalirkan ke spasme dan iskemik.
b. Teknik distraksi nafas dalam akan merangsang tubuh untuk melepaskan
opoiod endogen .
IV. Prinsip pokok yang mendasar turunnya nyeri oleh teknik distraksi nafas dalam
terletak pada fisiologis sistem saraf otonom yang merupakan dari sistem saraf
perifer yang menahan homestatis internal individu. Saat pelepasan mediator
kimia seperti bradikinin yang akhirnya metabolise otot dan menimbulkan
pengiriamn implus nyeri dari medulla spinalis ke otak dan dan di rasakan sebagai
nyeri.
V. Definisi Nyeri merupakan gejala utama yang paling sering membuat seseorang
mencari pertolongan dokter. Nyeri merupakan rasa tidak nyaman, umumnya
karena adanya perlakuan dalam tubuh, walaupun tidak sebatas itu. Nyeri juga
dianggap sebagai racun di dalam tubuh, karena nyeri terjadi akibat adanya
kerusakan jaringan atau saraf akan mengeluarkan berbagai mediator seperti H+ ,
K+ , ATP, prostaglandin, bradikinin, serotonin, substamsia P, histamin, dan
sitokain. Mediator kimiawi inilah yang membuat rasa tidak nyaman dan
karenanya mediator – mediator ini disebut sebagai mediator nyeri (Suwondo,
Meliala, & Sudadi, 2017).
VI. Penyebab Nyeri Individu yang merasa nyeri akan mencari pertolongan untuk
meredakan ketidaknyamanan. Menentukan penyebab nyeri adalah kunci utama,
sehingga terapi yang efektif dapat di mulai dengan segera penyebab nyeri
bervareasi, dan kadang kala penyebab nyeri sulit atau tidak di tentukan.
VII. Jenis Nyeri International Association for the Study of Pain (IASP) telah
mengidentifikasi beberapa klasifikasi nyeri..
1. Nyeri akut Merupakan sensasi yang di rasakan secara tiba-tiba, paling
sering terjadi pada sebagaian jenis teruma. Penyebab umum nyeri akut
ialah trauma akibat kecelakaan, infeksi dan pembedahan. Nyeri akut
terjadi dalam periode waktu yang siknifikan, biasanya 6 bulan atau bisa
kurang, dan biasanya bersifat intermiten (sesekali) tidak konstan. Sistem
nyeri akut berasal dari cara yang normal yaitu system saraf memproses
trauma pada kulit,otot, dan organ visceral. Sebutan lain dari nyeri akut
adalah nyeri nosiseftif. Setelah penyebab utama diidentifikasi dan diterapi
secara terus menerus maka, nyeri akan menghilang.
2. Nyeri alih Merupakan nyeri yang timbul dari satu bagian tubuh, tetapi
dipersepsiakn di bagian tubuh yang lainnya. Nyeri alih yang paling sering di
alami berasal dari dalam visera (organ internal) dan dapat di persepsikan
di bagian kulit, meskipun dapat juga di alihkan di daerah internal yang lain.
3. Nyeri kanker Merupakan hasil dari beberapa jenis keganasan. Sering kali,
klien kanker merasakan nyeri yang sangat hebat dan dapat di anggap
intractable (tidak dapat diatasi) dan keronis. Keperawataamn bospice
sering kali di ikutsertakan dalam penatalaksanaan nyeri kanker.
4. Nyeri kronis (Nyeri neuropatik) Di definisikan sebagai ketidaknyamanan
yang di alami secara terus menerus dalam priode waktu sanagat lama (6
bulan atau lebih) dan dapat terjadi seumur hidup klien. Sering kali, nyeri
kronis menggangu aktifitas normal seseorang. Nyeri kronis seringkali tidak
di ketahui apa penyebabnya. Nyeri kronis sebenarnya dapat terjadi ketika
ada kesalahan system saraf dalam memproses input (asupan) sensori.
Sindrom nyeri neuropati sangat sulit di hadapi, dan mekanisme pasti yang
terlibat tidak semuanya dipahami.. Penyebab jenis nyeri ini mungkin dapat
di ketahui seperti tumor infasif yang tidak dapat di oprasi juga atau
mungkin tidak di ketahui. Efek nyeri kronis dapat menggangu rasa nyaman
dan tampilan seseorang, terutama jika pemicu nyeri tidak di ketahui secara
pasti

B. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri Ambang batas nyeri.


Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri Ambang batas nyeri pada seseorang
adalah “intensitas stimulus terendah,. Pakar teori yakin bahwa asupan zat kimia dan
makanan tertentu, juga termasuk kafein, nikotin, alcohol, garam dan gula, mampu
menurunkan produksi endorfin (Rosdahl & Kowalski, 2017). Menurut Potter & Perry
(2012) Karena nyeri adalah salah satu hal yang kompleks, banyak faktor yang dapat
mempengaruhi nyeri antara lain:
a. Usia adalah satu variabel yang penting yangdapat mempengaruhi nyeri,
khususnya pada usia anak – anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang
ditemukan diantara kelompok usia ini dapat berdampak pada bagaimana anak –
anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak saat masih kecil memiliki kesulitan
dalam memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis atau
perawat yang dapat menyebabkan nyeri. Anak kecil yang belum bisa berbicara
akan mengalami kesulitan untuk mengungkapkan secara verbal dan
mengekspresikan nyeri pada orang tua atau tenaga medis. 21 Nyeri bukanlah
bagian dari proses penuaan yang tidak dapat dihindari. Pada lansia yang
mengalami nyeri, perlu dilakukan pengkajian, diagnosis, dan penatalaksanaan
secara agresif. Akan tetapi seseorang yang mempuyai usia lanjut akan memiliki
risiko lebih tinggi mengalami situasi yang membuat mereka merasa nyeri.
b. Jenis kelamin Pada umumnya pria maupun wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam berespon terhadapnyeri (Gil, 1990) dalam (Potter & Perry, 2012). Hal yang
diragukan adalah apakah jenis kelamin menjadi faktor untuk seseorang
mengekspresikan nyeri. Adapun beberapa kebudayaan yang membuat jenis
kelamin menjadi salah satu faktor contohnya ada budaya yang menganggap
bahwa seorang anak laki – laki tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan
boleh menangis dalam situasi yang sama.
c. Kebudayaan Keyakinan dan nilai budaya dapat mempengaruhi individu dalam
mengatasi nyeri. Seseorang mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang
diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap
nyeri. Misalnya, seorang klien dengan kebangsaan meksiko amerika yang
menangis keras tidak selalu mempersepsikan pegalaman nyeri sebagai sesuatu
yang berat atau mengharapkan perawat melakukan intervensi. Ada perbedaan
makna dan sikap yang dapat dikaitkan dengan nyeri di berbagai budaya.

C. Pengumpulan data klien mengenai nyeri.


Pengumpulan data klien mengenai nyeri Nyeri bersifat subyektif yaitu, hanya klien
yang dapat menerangkannya. Mengkaji nyeri tidak dapat di ukur secara obyektif,
beberapa manifestasi nyeri dapat terpantau. Ingat kebiasaan klien dapat
mempengaruhi cara klien mengekspresikan nyeri. Perawat peraktik/ vokasional juga
penting untuk menggali informasi mengenai nyeri dari klien.
Nyeri sebagai tanda vital kelima Peraturan dari Joint Commission menerangkan
bahwa nyeri harus dikaji kapan pun tanda vital yang lain diukur. Yaitu, klien harus di
kaji secara berurut apakah mereka merasakan nyeri. Nyeri kini di anggap sebagai
tanda vital kelima (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah, dan nyeri). Lalu mengkaji
tenatang nyeri dapat menyebabkan di keluarkannya surat panggilan dari Joint
Commission. Evaluasi nyeri, bersama tanda vital yang lain, mengkoreksi perawat dan
tenaga pelayan kesehatan yang lain tentang pentingnya mengatasi nyeri pada klien.
Reda dari nyeri membantu klien merasa lebih aman, nyaman dan pulih seperti semula
dengan lebih cepat.
Joint Commission telah membeberkan standar akreditasi berikut ini sebagai
langkah upaya untuk meningkatkan penatalaksanaan nyeri (The Joint Commission,
2011).
a. Pasien berhak untuk mendapat pengkajian dan penatalaksanaan nyeri yang tepat.
b. Pengkajian nyeri berkelanjutan harus meliputi sifat dan intensitas nyeri.
c. Respon klien terhadap evaluasi nyeri harus di catat dalam tata cara yang
meningkatkan pengkajian yang teratur dan tindak lanjut.
d. Staf harus diorientasikan dan kompeten dalam melakukan pengkajian dan
penatalaksanaan nyeri.
e. Ketentuan dan perosedur yang mendukung peresepan obat nyeri harus
ditegakkan
f. Pasien dan keluarga membutukan pelayanan pendidikan tentang penatalaksanaan
nyeri yang efektif.
g. Perencanaan pulang harus membahas kebutuhan pasien dan penatalaksanaan
nyeri pasien.

D. Skala peringkat nyeri Joint Commission yang dipergunakan oleh perawat diantaranya
adalah
1. Skala Nyeri Peringkat Numerik
Skala peringkat numerik dirancang untuk digunakan oleh orang berusia di
atas 9 tahun. Ini adalah salah satu skala nyeri yang paling umum digunakan dalam
perawatan kesehatan.
Jika menggunakan skala ini, kamu memiliki pilihan untuk menilai rasa sakit
secara verbal dari 0 hingga 10. Kamu juga dapat memberi tanda pada garis yang
menunjukkan tingkat rasa sakit. Nol menunjukkan tidak adanya rasa sakit,
sedangkan 10 mewakili rasa sakit yang paling intens.

2. Skala Nyeri Wajah Wong-Baker


Skala nyeri ini menggabungkan gambar dan angka untuk peringkat nyeri.
Biasanya digunakan pada anak-anak di atas usia 3 tahun dan pada orang dewasa.
Enam wajah menggambarkan ekspresi yang berbeda, mulai dari senang hingga
sangat kesal. Masing-masing diberi peringkat numerik antara 0 (tersenyum) dan
10 (menangis). Jika merasakan sakit, kamu dapat menunjuk ke gambar yang
paling mewakili tingkat dan intensitas rasa sakit. 

3. Skala FLACC.
Skala FLACC merupakan singkatan dari face, leg, activity, cry,
and consolability. Ini dikembangkan untuk membantu pengamat medis mengukur
tingkat nyeri pada anak-anak yang terlalu kecil untuk menjelaskan secara verbal.
Ini juga dapat digunakan pada orang dewasa yang tidak dapat berkomunikasi.
Skala FLACC didasarkan pada pengamatan. Nol hingga dua poin diberikan
untuk masing-masing dari lima kategori. Skor keseluruhan dicatat sebagai berikut:

0 : Santai dan nyaman

1 hingga 3 : Ketidaknyamanan ringan

4 hingga 6 : Nyeri sedang

7 hingga 10 : Ketidaknyamanan/nyeri parah

4. Skala CRIES
CRIES juga merupakan singkatan dari crying, oxygenation, vital signs, facial
expression, and sleeplessness. Ini sering digunakan untuk bayi berusia 6 bulan ke
bawah. Dua poin ditugaskan untuk setiap parameter. Nilai 0 berarti tidak ada
tanda-tanda nyeri. Peringkat 2 berarti ada tanda-tanda rasa sakit yang luar biasa.

5. Skala Nyeri McGill


Pengukuran tingkat nyeri ini berupa kuesioner yang terdiri dari 78 kata yang
menggambarkan rasa sakit. Kamu dapat menilai rasa sakit mereka sendiri dengan
menandai kata-kata yang paling cocok dengan yang dirasakan.
Beberapa contoh kata yang digunakan adalah:
- Rasa seperti ditarik-tarik.
- Mengerikan.
- Dingin.
- Tajam.
- Buruk.
Setelah membuat pilihan, skor numerik dengan peringkat maksimum 78
diberikan berdasarkan berapa banyak kata yang ditandai. Skala ini berguna untuk
orang dewasa dan anak-anak yang sudah bisa membaca.

6. Skala Analog Warna


Skala nyeri ini menggunakan warna untuk menentukan rasa sakit, yaitu:
- Merah melambangkan rasa sakit yang parah.
- Kuning melambangkan nyeri sedang.
- Hijau melambangkan kenyamanan.
Warna-warna tersebut biasanya diposisikan sejajar dengan angka atau kata-
kata yang sesuai yang menggambarkan rasa sakit. Skala ini sering digunakan untuk
anak-anak.

7. Skala Diferensial Deskriptor Intensitas Nyeri


Skala ini memiliki 12 baris, yang masing-masing memiliki deskriptor, seperti
ringan, kuat, intens, dan sangat intens, diletakkan di tengahnya. Ada tanda plus di
akhir setiap baris, dan tanda minus di awal setiap baris.
Kamu akan diminta untuk menandai setiap baris di tengah jika rasa sakit
sesuai dengan apa yang disiratkan oleh deskriptor. Jika rasa sakit kurang intens,
kamu bisa memberi tanda di sisi minus dari garis sebagai gantinya. Sementara itu,
jika rasa sakit terasa lebih intens, tanda harus ditempatkan di sisi positif dari garis.
Komponen Pengkajian Nyeri Menurut (Zakiyah, 2015) berikut ini
komponen pengkajian nyeri:
a. Onset : Tentukan kapan rasa nyeri dimulai.
b. Provokasi : faktor pemeicu dan penyebab nyeri,
c. Quality : penjelasan nyeri yang dirasakan klien, karakteristik nyeri.
d. Radiation/Region : region yang mengalami nyeri dapat ditunjukkan dengan
gambar
e. Severity : kekuatan dari nyeri dengan menggunakan skala nyeri.
f. Time : kaoan waktu timbul nyeri, berapa lama durasi nyeri dirasakan
g. Understanding : Bagaimana persepsi nyeri klien? Apakah pernah merasakan
nyeri seperti ini sebelumnya? Jika iya, apa problemnya?
h. Values : Tujuan dan harapan untuk nyeri yang diderita pasien.
i. Contoh manajemen nyeri Distraksi

E. Contoh Penelitian Teknik Distraksi

STUDI PELAKSANAAN METODE DISTRAKSI PENANGANAN NYERI PADA PASIEN


FRAKTUR OLEH PERAWAT DI IRINA A BAWAH BLU RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU
MANADO.

ABSTRAK

Pasien fraktur yang dirawat di Ruangan Irina A Bawah BLU RSUP Prof. Dr.R. D. Kandou
Manado pada bulan Juli berjumlah 26 orang diatas rata-rata kejadian perbulan dampak dari
fraktur yaitu perasaan nyeri yang dialami oleh pasien. Distraksi adalah salah satu alternatif
untuk menurunkan nyeri. Berdasarkan survey awal 3 dari 5 perawat yang diwawancarai belum
melaksanakan tindakan tersebut. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan gambaran
mengenai pelaksanaan metode distraksi pada penanganan nyeri pasien dengan fraktur yang
dilakukan oleh perawat di Irina A Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis
penelitian ini yaitu deskriptif observasif pada 23 perawat pelaksana di Irina A Bawah BLU
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Variabel yang diamati yakni pelaksanaan distraksi
nyeri pada pasien fraktur yang dilakukan oleh perawat. Data diolah dengan tabulasi frekuensi
dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang
melakukan metode distraksi nyeri pada pasien fraktur dilakukan oleh perawat sebanyak 18
responden yaitu (78.3%). Kesimpulan bahwa sebagian besar perawat sudah melakukan metode
distraksi dalam penanganan nyeri pada pasien fraktur. Saran pelaksanaan teknik distraksi dapat
berlanjut dan dikombinasikan dengan teknik nonfarmakologi lainnya serta didukung dengan
penyediaan media untuk pelaksanaan metode distraksi seperti buku, gambar, dll.

PENDAHULUAN

Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total
atau sebagian (Novita, 2012). Fraktur juga dikenal dengan istilah patah tulang, yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma
langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat, 2005 dalam Fadlani, 2012.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif observasif, yaitu penelitian yang
menggambarkan tentang pelaksanaan metode distraksi nyeri pada pasien fraktur oleh perawat
di Irina A Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Pada penelitian ini populasinya
adalah seluruh perawat yang ada di irinaA. Bawah BLU RSUP.Prof.Dr.R.D Kandou Manado
sebanyak 23 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara teknik total sampling.
Yaitu dilakukan dengan mengambil sampel responden yakni perawat pelaksana yang berada di
irina A Bawah BLU RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Manado, dengan jumlah 23 responden..

HASIL

Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Golongan Umur

NO UMUR JUMLAH PERSENTASE

1 20-24 2 8,7

2 25-29 7 30,5

3 30-34 5 21,7

4 >35 9 39,1

Jumlah 23 100
Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

NO JENIS KELAMIN JUMLAH PERSENTASE

1 LAKI-LAKI 5 21,7

2 PEREMPUAN 18 78,3

Jumlah 23 100

Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH PERSENTASE

1 S1 8 34,8

2 D.III 15 65,2

Jumlah 23 100

Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Responden yang Melaksanakan dan Tidak Melaksanakan metode
distraksi dalam penanganan nyeri pada pasien fraktur

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH PERSENTASE

1 Responden yang 18 78,3


melaksanakan

2 Responden yang tidak 5 21,7


melaksanakan

Jumlah 23 100

Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Prosedur Pelaksanaan Metode Distraksi

NO Prosedur distraksi DILAKSANAKAN TIDAK DILAKSANAKAN


N % N %

1 Perawat menjelaskan prosedur 21 91,3 2 8,7


distraksi

2 Perawat memberikan penjelasan 18 78,3 5 21,7


tentang tujuan dan manfaat
distraksi

3 Perawat mengajarkan pasien 23 100 - -


cara bernapas pelanpelan

4 Perawat memberikan tindakan 19 82,6 4 17,4


masase sambil menarik napas
pelan- pelan pada pasien

5 Perawat menganjurkan pasien 14 60,9 9 39,1


untuk membayangkan hal-hal
yang indah sambil menutup mata

6 Perawat menganjurkan kepada 14 60,9 9 39,1


pasien untuk membaca koran

7 Perawat menganjurkan pasien 13 56,5 10 43,5


untuk menonton TV acara
kegemaran (bila tersedia sarana
ini)

8 Perawat menganjurkan pasien 11 47,8 12 52,2


untuk melihat
pemandangan/gam bar yang
indah

9 Perawat menganjurkan pasien 21 91,3 2 8,7


untuk mendengarkan musik
(melalui HP; Radio; dll)

10 Perawat menganjurkan pasien 7 30,4 16 69,6


melakukan kegemaran seperti
menulis puisi; agenda; dll.

11 Perawat mengajarkan tindakan 18 78,3 5 21,7


distraksi pada keluarga untuk
melatih keluarga dalam
melakukan tehnik distraksi pada
pasien.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan mengenai pelaksanaan metode
distraksi nyeri pada pasien fraktur oleh perawat di Irina A Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado, disimpulkan berikut : Pelaksanaan metode distraksi dalam penanganan nyeri
pada pasien fraktur oleh perawat sebagian besar dilakukan dengan jumlah 18 responden (78.3%)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Penatalaksanaan nyeri melalui Teknik distraksi merupakan kesuksesan penatalaksanaan


nyeri yang bertujuan pada pelayanan kesehatan primer dan staf keperawatan. Sejumlah intervensi
digunakan dalam penatalaksanaan nyeri distraksi. Penatalaksanaan nyeri dengan Teknik distraksi
bersifat sangat individual, dan intervensi berasal untuk satu orang klien mungkin tidak berhasil dan
dapat terus diterapkan pada klien yang lain. Sering kali, sejumlah intervensi dengan Teknik distraksi
harus dicoba terlebih dahulu sebelum satu, atau kombinasi beberapa intervensi berhasil. Teknik
Farmakologis, pemberian obat sering kali menjadi akhir keberhasilan penatalaksanaan nyeri.
Sejumlah intervensi keperawatan dengan Teknik distraksi bisa juga bermanfaat sejalan dengan
Teknik farmakologis.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis mengajukan saran sebagai berikut : Hendaknya
pelaksanaan distraksi nyeri pada pasien fraktur yang dilakukan oleh perawat dapat berlanjut dan
dikombinasikan dengan teknik nonfarmakologi lainnya serta ditunjang oleh media-media pendukung
untuk pelaksanaan metode distraksi. Bagi perawat yang tidak melaksanakan sebanyak 5 responden
(21.7%) diharapkan untuk melakukan metode distraksi penanganan nyeri pada pasien fraktur guna
untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Djohan (2006). Terapi Musik: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. 2. Potter, Patricia A dan Perry, Anne
Griffin, (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik, Yasmin Asih, dkk
(penterjemah), 2005. Edisi 4, Vol.1. EGC. Jakarta 3. Tamsuri, A (2007). Konsep dan Penatalaksanaan
Nyeri. EGC. Jakarta 4. Young & Koopsen (2007). Spritualitas, Kesehatan dan Penyembuhan. Bina
Media Perintis: Medan.

Achmad Faizin. 2008. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja Perawat JUIPERDO, VOL 4,
N0. 1 Maret 2015

Studi pelaksanaan Metode Distraksi Rolly Rondonuwu, dkk 6 dengan Kinerja Perawat di RSU
Pandan Arang Kabupaten Boyolali.

http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/h andle/123456789/499/3g.pdf?se quence=1. Diakses pada


tgl 08 agustus 2014 Arif Muttaqin. 2008.

Asuhan keperawatan klien gangguan sistem muskuloskeletal, penerbit buku kedokteran, Jakarta :EGC
Arikunto, S. 2003.

Manajemen penelitian, Rineke cipta, Jakarta Dian Novita. 2012.


Pengaruh terapi musik terhadap nyeri post operasi open reduction and internal fixation (ORIF) di
RSUD. DR. H Abdul Moeloek Propinsi Lampung.

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20328 120-T30673- Pengaruhterapi.pdf. diakses pada 17 maret


2014 Dita Sulistyowati. 2012.

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Target Kerja Individu Perawat Pelaksana
Berdasarkan Index Kerja Individu di RSUP Nasional DR. Cipto Mangunkusumo Ditlantas Polda
Sulut. 2014. Data lakalantas 2013, Edisi jumat 10 Januari 2014, Harian Tribun Manado Eni Kusyati.
2006. Keterampilan dan prosedur laboratorium, edisi revisi, Jakarta : EGC Hidayat A A, 2007.

Metode penelitian keperawatan teknik analisis data, Jakarta : Salemba Medika Kartin Buheli. 2013.
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Penerapan Proses Keperawatan di RSUD Toto
Kabupaten Bone Bolango.

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JHS/artic le/download/930/. Diakses pada tgl 06 agustus 2014

Anda mungkin juga menyukai