Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN

SINDROM STEVEN JHONSON


Dosen Pembimbing : Suryanti,S.Kep.,Ns.,M.Sc

Disusun oleh :

1. Aldila Ayu Sholekhah P (P27220018044)


2. Fiqi Makrifah (P27220018057)
3. Muhammad Arief Kurnianto (P27220018069)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami diberikan petunjuk
dan kemudahannya kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Medikal
Bedah yang berjudul “Sindrom Stevens-Johnson”
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah dan juga menjelaskan pengertian serta
penyebab Sindrom Stevens-Johnson.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang
setulusnya kepada teman-teman dan semua pihak yang telah mendukung
dan memberikan semangat terutama untuk Bu Suryanti,S.Kep.,Ns.,M.Sc
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal
tersebut karena kurangnya kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki,
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca. kami berharap dengan adanya makalah ini akan bermanfaat
bagi semua pihak.

18 Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan..........................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II Kajian Teori Syndrom Steven Johnson...............................................3
A. Pengertian.............................................................................................3
B. Etiologi.................................................................................................3
C. Patofisiologi..........................................................................................4
D. Klasifikasi.............................................................................................5
E. Pathway.................................................................................................6
F. Manifestasi Klinis.................................................................................7
G. Komplikasi............................................................................................8
H. Pemeriksaan Diagnostic........................................................................8
I. Penatalaksanaan....................................................................................8
BAB III Teori Asuhan Keperawatan................................................................9
A. Pengkajian.............................................................................................9
B. Diagnosa Keperawatan.........................................................................14
C. Rencana Suhan Keperawatan...............................................................14
D. Implementasi.........................................................................................16
E. Evaluasi.................................................................................................17
BAB IV Kasus..................................................................................................18
A. Pengkajian.............................................................................................18
B. Pemeriksaan Fisik.................................................................................19
C. Pemeriksaan Penunjang........................................................................20
D. Terapi Obat...........................................................................................20
E. Analisa Data..........................................................................................20
F. Diagnosa...............................................................................................22

iii
G. Asuhan keperawatan.............................................................................22
BAB IV Penutup...............................................................................................26
A. Kesimpulan...........................................................................................26
B. Saran.....................................................................................................26
Lampiran

iv
5
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sindrom Stevens-Johnson, biasanya disingkatkan sebagai SJS atau
dikenal juga dengan sebutan eritema multiforme mayor. Penyakit ini
disebabkan oleh reaksi hipersensitif (alergi) terhadap obat, infeksi HIV,
penyakit jaringan ikat dan kanker merupakan faktor risiko penyakit ini.
Efek samping obat ini mengenai kulit, mata terutama selaput mukosa.
(Smeltzer, Suzanne C. 2013)
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun, kebawah kemudian
umurnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat
kesadarannya menurun, penderita dapat soporous sampai koma, mulainya
penyakit akut dapat disertai gejala prodiomal berupa demam tinggi,
malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan.
Sindrom Steven Johnson ditemukan oleh dua dokter anak Amerika.
A. M. Steven dan S.C Johnson, 1992 Sindrom Steven Johnson yang bisa
disingkat SSJ merupakan reaksi alergi yang hebat terhadap obat-obatan.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta di ruang
rawat inap di bangsal Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, yang didiagnosis
SSJ, SSJ overlap NET, dan NET periode Agustus 2011-Agustus 2013.
Hasil menunjukkan, bahwa terdapat 27 kasus SSJ, SSJ overlap NET, dan
NET dari 485 pasien yang dirawat. Dari 27 pasien, sebanyak 15 pasien
(3,09%) didiagnosis SSJ, 7 pasien (1,44%) dengan SSJ overlap NET, dan
5 pasien (1,030%) didiagnosis sebagai NET. Pada penelitian ini
didapatkan, bahwa angka kejadian SSJ lebih tinggi dibandingkan dengan
NET selama periode Agustus 2011-Agustus 2013. Penanganan NET yang
komprehensif, dapat membantu klinisi dalam menurunkan angka kematian
pada pasien dengan NET di rumah sakit.
Angka kejadian Sindrom Steven Johnson sebenarnya tidak tinggi
hanya sekitar 1-14 per 1 juta penduduk. Sindrom Steven Johnson dapat

1
timbul sebagai gatal-gatal hebat pada mulanya, diikuti dengan bengkak
dan kemerahan pada kulit. Setelah beberapa waktu, bila obat yang
menyebabkan tidak dihentikan, serta dapat timbul demam, sariawan pada
mulut, mata, anus, dan kemaluan serta dapat terjadi luka-luka seperti
keropeng pada kulit. Namun pada keadaan-keadaan kelainan sistem imun
seperti HIV dan AIDS angka kejadiannya dapat meningkat secara tajam.
Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasus Sindrom
Steven Johnson karena Sindrom Steven Johnson sangat berbahaya bahkan
dapat menyebabkan kematian. Sindrom tidak menyerang anak dibawah 3
tahun, dan penyebab Sindrom Steven Johnson sendiri sangat bervariasi ada
yang dari obat-obatan dan dari alergi yang hebat, dan ciri-ciri penyakit
Steven Johnson sendiri gatal-gatal pada kulit dan badan kemerah-merahan
dan Sindrom ini bervariasi ada yang berat dan ada yang ringan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Steven Johnson?
2. Apa etiologi dari Steven Johnson?
3. Apa Klasifikasi dari Steven Johnson ?
4. Apa manifestasi klinis Steven Johnson?
5. Bagaimana patofisiologi dari Steven Johnson?
6. Apa komplikasi dari Steven Johnson?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Steven Johnson?
8. Bagaimana penatalaksanaan untuk sindrom Steven Johnson?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit Steven Johnson?
C. Tujuan
1.   Menjelaskan definisi, etiologi Steven Johnson, klasifikasi Steven
Johnson, manifestasi klinis Steven Johnson, patofisiologi Steven
Johnson,komplikasi etiologi Steven Johnson,pemeriksaan penunjang
Steven Johnson, penatalaksanaan Steven Johnson, asuhan keperawatan
Steven Johnson.
2.     Menjelasakan hasil asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
dengan Steven Johnson.

2
BAB II
KAJIAN TEORI
SINDROM STEVEN JHONSON

A. Pengertian
Sindrom steven jhonson merupakan kelainan kulit yang bersifat
fatal dan merupakan kondisi paling ekstrim dari eritema multiformis.
Kondisi ini dipicu oleh penggunaan medikasi. Antibiotik, agens anti
kejang NSAID, dan sulfonamida adalah obat-obatan yang paling sering
menimbulkan kejadian ini. Seluruh permukaan tubuh dapat dipenuhi
oleh eritema dan lepuhan (Brunner & Suddarth, 2013)
Steven JohnsonAdalah sindroma yang mengenai kulit, selaput
lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari
ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula,
dapat disertai purpura( Mochtar Hamzah, 2015)
Stevens Johnson Syndrome adalah sebuah kondisi mengancam
jiwa yang mempengaruhi kulit dimana kematian sel menyebabkan
epidermis terpisah dari dermis. Sindrom ini diperkirakan oleh karena
reaksi hipersensitivitas yang mempengaruhi kulit dan membrane
mukosa. Walaupun pada kebanyakan kasus bersifat idiopatik,
penyebab utama yang diketahui adalah dari pengobatan, infeksi dan
terkadang keganasan. (Kusuma & Nurarif, 2015)
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
sindrom steven johnson yaitu suatu sindrom yang terjadi pada
kulit/integumen, dimana seluruh permukaan tubuh dipenuhi oleh
eritema dan lepuhan, yang kebanyakan diketehui disebabkan oleh
respon dari pengobatan, infeksi, dan terkadang keganasan.

B. Etiologi
Menurut (Brunner & Suddarth, 2013) sindrom steven johnson
dipicu oleh reaksi obat. Etiologinya tidak diketahui, tetapi

3
kemungkinan berhubungan dengan sistem imun dan bisa berupa suatu
reaksi terhadap obat atau kelainan sekunder akibat infeksi virus.
Antibiotik, antikonvulsan, butazon dan sulfonamid merupakan obat
yang paling sering terlibat.
Beberapa penyebab sindrom steven johnson menurut (Kusuma &
Nurarif, 2015):
1. Infeksi (biasanya merupakan lanjutan dari infeksi seperti virus herpes
simpleks, influenza, gondongan/mumps, histoplasmosis, virus
Epstein-Barr, atau sejenisnya).
2. Efek samping dari obat-obatan (allopurinol, diklofenak, fluconazole,
valdecoxib, sitagliptin, penicillin, barbiturat, sulfanomide, fenitoin,
azitromisin, modafinil, lamotrigin, nevirapin, ibuprofen,
ethosuximide, carbamazepin).
3. Keganasan (karsinoma dan limfoma).
4. Faktor idiopatik (hingga 50%).
5. Sindrom steven johnson juga dilaporkan secara konsisten sebagai
efek samping yang jarang dari suplemen herbal yang mengandung
ginseng. Sindrom steven johnson juga mungkin disebabkan oleh
karena penggunaan kokain.

C. Patofisiologi
Menurut (Hamzah, Muchtar.2015) patogenesisnya belum jelas,
kemungkinan disebabkan oleh reaksi hipersensitif tipe III dan IV.
Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek antigen antibodi
yang membentuk mikro-presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem
komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian
melepaskan lisozim dan menyebabkan kerusakan jaringan pada organ
sasaran (target organ). Reaksi hipersentifitas tipe IV terjadi akibat
limfosit T yang tersintesisasi berkontak kembali dengan antigen yang
sama kemudian limfokin dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang
karena proses hipersensitivitas, maka terjadi kerusakan kulit sehingga

4
terjadi Kegagalan fungsi kulit yang menyebabkan kehilangan cairan,
Stres hormonal diikuti peningkatan resisitensi terhadap insulin,
hiperglikemia dan glukosuriat, Kegagalan termoregulasi, Kegagalan
fungsi imun, Infeksi.
1. Reaksi Hipersensitif tipe III
Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibodi yang
bersirkulasi dalam darah mengendap didalam pembuluh darah
atau jaringan sebelah hilir. Antibodi tidak ditujukan kepada
jaringan tersebut, tetapi terperangkap dalam jaringan kapilernya.
Pada beberapa kasus antigen asing dapat melekat ke jaringan
menyebabkan terbentuknya kompleks antigen antibodi ditempat
tersebut. Reaksi tipe III mengaktifkan komplemen dan
degranulasi sel mast sehingga terjadi kerusakan jaringan atau
kapiler ditempat terjadinya rekasi tersebut. Neutrofil tertarik ke
daerah tersebut dan mulai memfagositosis sel-sel yang rusak
sehingga terjadi pelepasan enzim-enzim sel serta penimbunan sisa
sel. Hal ini menyebabkan siklus peradangan berlanjut
(Brunner&Suddarth.2013).
2. Reaksi Hipersensitif Tipe IV
Pada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T
penghasil Limfokin atau sitotoksik oleh suatu antigen sehingga
terjadi penghancuran sel-sel yang bersangkutan. Reaksi yang
diperantarai oleh sel ini bersifat lambat (delayed) memerlukan
waktu 14 jam sampai 27 jam untuk terbentuknya.

D. Klasifikasi
1. SindromSteven Johnson - Surface area of epidermal detachment
dibandingkan dengan detached dermis iaitu sebanyak <10 %.
2. SindronSteven Johnsondan TEN - Surface area of epidermal
detachment dibandingkan dengan detached dermis iaitu sebanyak
<10-30%.

5
3. TEN - Surface area of epidermal detachment dibandingkan
dengan detached dermis iaitu sebanyak >30%.

E. Pathway

(Kusuma, Nurarif 2015)

6
F. Manifestasi Klinis
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Pada
usia tersebut anak jarang mengalami alergi karna masih proses
mengenali. Karna semua dianggap baik. Keadaan umumnya bervariasi
dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun,
penderita dapat soporous sampai koma. Mulainya penyakit akut dapat
disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala,
batuk, pilek dan nyeri tenggorokan.
Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa:
1.    Kelainan kulit
Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikel dan bula. Vesikel dan
bula kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas.
Disamping itu dapat juga terjadi purpura. Pada bentuk yang berat
kelainannya generalisata.
2.    Kelainan selaput lendir di orifisium
Kelainan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut
(100%) kemudian disusul oleh kelainan dilubang alat genital
(50%) sedangkan dilubang hidung dan anus jarang (masing-
masing 8% dan 4%).
Kelainan berupa vesikel dan bula yang cepat memecah sehingga
menjadi erosi dan ekskoriasi dan krusta kehitaman. Juga dalam
terbentuk pseudomembran. Di bibir kelainan yang sering tampak
yaitu krusta berwarna hitam yang tebal.
Kelainan dimukosa dapat juga terdapat difaring, traktus
respiratorius bagian atas dan esopfagus. Stomatitis ini dapat
menyebabkan penderita sukar tidak dapat menelan. Adanya
pseudomembran di faring dapat menyebabkan keluhan sukar
bernafas.
3. Kelainan mata
Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus yang
tersering ialah konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat

7
berupa kongjungtivitis purulen, perdarahan, ulkus kornea, iritis
dan iridosiklitis. Disamping trias kelainan tersebut dapat pula
terdapat kelainan lain, misalnya: nefritis dan onikolisis.

G. Komplikasi
1. Komplikasi yang sering terjadi adalah bronkopneumonia.
2. Kehilangan banyak cairan dan darah.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit serta syok.
4. Pada mata dapat terjadi kebutaan karena gangguan lakrimal.
5. Kutaneus
6. Infeksi sistemik, sepsis.

H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan untuk mendukung ditegakkannya diagnosis sindrom
steven johnson menurut (Kusuma & Nurarif, 2015), yaitu :
1. Laboratorium : Biasanya dijumpai leukositosis atau eosinofilia.
Bila disangka penyebabnya infeksi dapat dilakukan kultur darah.
2. Histopatologi : Kelainan berupa infiltrat sel mononuklear, oedema,
dan esktravasasi sel darah merah. Degenerasi lapisan basalis.
Nekrosis sel epidermal dan spongiosis dan edema intrasel di
epidermis.
3. Imunologi : Dijumpai deposis IgM dan C3 di pembuluh darah
dermal superficial serta terdapat komplek imun yang mengandung
IgG, IgM, IgA.

I. Penatalaksanaan
Menurut (Brunner & Suddarth, 2013) sasaran penanganan antara
lain mengontrol keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah sepsis,
dan mencegah komplikasi pada mata. Fokus utama penanganan adalah
pemberian asuhan yang suportif, diantaranya yaitu :
1. Semua pengobatan yang tidak penting dihentikan dengan segera.

8
2. Jika memungkinkan, pasien dirawat di pusat pengobatan luka
bakar.
3. Operasi debridemen atau hidroterapi yang dilakukan di awal
untuk mengangkat kulit yang rusak.
4. Sumpel jaringan dari nasofaring, mata, telinga, darah, urine, kulit,
dan lepuhan yang tidak pecah digunakan untuk mengidentifikasi
pathogen.
5. Cairan intravena diberikan untuk mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit.
6. Penggantian cairan diberikan melalui NGT dan oral secepat
mungkin.
7. Kortikosteroid sistemik diberikan di awal proses penyakit.
8. Pemberian imunoglobulin melalui intravena (IVIG) dapat
mempercepat perbaikan kondisi dan penyembuhan kulit.
9. Kulit dilindungi dengan agens topikal; antibakteri topikal dan
agens anestesi digunakan untuk mencegah sepsis pada luka.
10. Balutan biologis sementara (pigskin, membran amnion) atau
balutan plastik semipermeabel (vigilon) dapat digunakan.
11. Perawatan orofaring dan perawatan mata yang cermat sangat
penting ketika membran mukosa dan mata mengalami gangguan
berat.

9
BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien
dengan Steven Johnson biasanya mengeluhkan dema, malaise,
kulit merah dan gatal, nyeri kepala, batuk, pilek, dan sakit
tenggorokan.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-
obatan dahulu, riwayat penyakit yang sebelumnya dialami
klien.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami
penyakit yang sama.
e. Riwayat Psikososial
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan
interaksi sosial.
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan,
kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan mereka diatur.

10
b. Pola Metabolik – Nutrisi
Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan
metabolik dan suplai gizi: meliputi pola konsumsi makanan
dan cairan. Keadaan kulit, rambut, kuku, dan membran
mukosa, suhu tubuh, tinggi badan, dan berat badan.
c. Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung
kemih, dan kulit) termasuk pola individu sehari hari, tipe dan
kualitas olahraga, perubahan atau gangguan, dan metode yang
digunakan untuk mengendalikan ekskresi.
d. Pola Aktivitas – Olahraga
Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu
senggang, dan rekreasi: termasuk aktivitas kehidupan sehari-
hari, tipe dan kualitas olahraga, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pola aktivitas (seperti otot-saraf, respirasi, dan
sirkulasi).
e. Pola Tidur – Istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, relaksasi, dan setiap
bantuan untuk menambah pola tertentu.
f. Pola Persepsi – Kognitif
Menggambarkan pola presepsi-sensori dan pola kognitif:
meliputi keadekuatan sensori (penglihatan, pendengaran,
perabaan, pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai
presespi nyeri dan kemampuan fungsi kognitif.
g. Pola Persepsi Diri – Konsep Diri
Menggambarkan bagaima seseorang memandang dirinya
sendiri: kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan.
h. Pola Hubungan Peran
Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan :
meliputi presepsi terhadap peran utama dan tanggungjawab
dalam kehidupan saat ini.

11
i. Pola Reproduksi – Seksualitas
Menggambarkan kepuasan dan ketidakpuasan dalam
seksualitas : termasuk status reproduksi wanita, pada anak-
anak bagaimana dia mampu membedakan jenis kelamin dan
mengetahui alat kelaminnya.
j. Pola Koping- Toleransi Stress
Menggambarkan pola koping umum, dan keefektifan
keterampilan koping dalam menoleransi stress.
k. Pola Nilai Kepercayaan
Menggambarkan pola nilai, tujuan, atau kepercayaan
(termasuk kepercayaan spriritual) yang mengarahkan pilihan
dan keputusan gaya hidup.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-
tanda seperti :
1) Kesadaran penderita : apatis, sopor, koma, gelisah,
komposmentis tergantung pada keadaan klien.
2) Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronik, ringan, sedang,
berat.
3) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik
fungsi maupun bentuk.
b. Secara sistemik dari kepala sampai kaki
1) Kepala : Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris,
tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
2) Leher : Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada
penonjolan, reflek menelan ada, tidak ada kaku kuduk.
3) Muka : Tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada
lesi, simetris, tak oedema. Pada ansietas muka tampak tegang
4) Mata : Konjungtiva ananemis, simetris, refleksi pupil baik,
sclera ikterik, sclera berwarna putih. Pada ansietas pada
berkedip-kedip.

12
5) Telinga : Tidak ada lesi atau nyeri tekan, tidak ada serumen
6) Hidung : Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping
hidung.
7) Mulut dan Faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak
terjadi perdarahan, mukosa lembab.
8) Thoraks :Tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan
dada simetris.
a. Paru
Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya
tergantung pada riwayat penyakit klien yang
berhubungan dengan paru.
Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus
raba sama.
Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara
tambahan lainnya.
Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau
suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
b. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung.
Palpasi : Nadi meningkat, iktus teraba.
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-
mur.
9) Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, simetris
Auskultasi : Peristaltik usus normal ± 5-30 kali/menit.
Perkusi : Suara thympani
Palpasi :Turgor baik, tidak ada defands muskuler, hepar
tidak teraba
10) Genetalia : Tampak tidak ada kelainan.

13
11) Rektum dan anus, pemeriksaan dilakukan pada posisi
litotomi atau sims.
5. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit b.d. inflamasi dermal dan epidermal.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kesulitan
menelan.
3. Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d. inflamasi pada kulit.
4. Gangguan intoleransi aktivitas b.d. kelemahan fisik.

C. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Gangguan integritas kulit b.d. inflamasi dermal dan epidermal.
Tujuan : Kulit dan jaringan kulit dapat kembali normal.
Kriteria Hasil : Menunjukkan Kulit dan jaringan kulit yang utuh.
Intervensi :
a. Observasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori
serta perubahan lainnya yang terjadi.
Rasional : Menentukan garis dasar dimana perubahan pada
status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang
tepat.
b. Gunakan pakaian tipis dan alat tenun yang lembut.
Rasional : Menurunkan iritasi garis jahitan dan tekanan dari
baju, membiarkan insisi terbuka terhadap udara meningkat
proses penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi.
c. Jaga kebersihan alat tenun.
Rasional : Untuk mencegah infeksi.
d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.
Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut.

14
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kesulitan
menelan.
Tujuan : Dapat kembali menelan dengan baik.
Kriteria Hasil : Menunjukkan berat bdan stabil atau peningkatan
berat badan
Intervensi :
a. Kaji kebiasaan makanan yang disukai/tidak disukai.
Rasional : Memberikan pasien/orang terdekat rasa kontrol,
meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan dapat
memperbaiki pemasukan.
b. Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering.
Rasional : membantu mencegah distensi gaster/
ketidaknyamanan.
c. Hidangkan makanan dalam keadaan hangat.
Rasional : meningkatkan nafsu makan
d. Kerjasama dengan ahli gizi. 
Rasional : kalori protein dan vitamin untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan metabolik, mempertahankan berat
badan dan mendorong regenerasi jaringan.
3. Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d. inflamasi pada kulit.
Tujuan : Untuk mengontrol atau mengurangi rasa nyeri.
Kriteria Hasil : Melaporkan nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan intensitasnya.
Rasional : nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat
beratnya keterlibatan jaringan
b.    Berikan tindakan kenyamanan dasar ex: pijatan pada area
yang sakit.
Rasional : meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot
dan kelelahan umum
c.    Pantau TTV.                                                                    

15
Rasional : metode IV sering digunakan pada awal untuk
memaksimalkan efek obat
d.   Berikan analgetik sesuai indikasi.
Rasional : menghilangkan rasa nyeri
4. Gangguan intoleransi aktivitas b.d. kelemahan fisik
Tujuan : Mampu beraktivitas kegiatan sehari-hari kembali.
Kriteria Hasil : Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi :
l. Kaji respon individu terhadap aktivitas.
Rasional : mengetahui tingkat kemampuan individu dalam
pemenuhan aktivitas sehari-hari.
m. Bantu klien dalam memenuhi aktivitas sehari-hari dengan
tingkat keterbatasan yang dimiliki klien.
Rasional : energi yang dikeluarkan lebih optimal
n. Jelaskan pentingnya pembatasan energi.
Rasional : energi penting untuk membantu proses metabolisme
tubuh
o. Libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas klien.
Rasional : klien mendapat dukungan psikologi dari keluarga

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan,
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakn yang
diperlukan untuk mencapai tujun dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Tindakan
keperawatan terdiri dari tindakan keperawatan mandiri dan tindakan
keperawatan kolaboratif.

16
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai
apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak
untuk mengatasi suatu masalah. Pada tahap evaluasi, perawat dapat
mengetahui seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,
dan pelaksanaan telah tercapai.

17
BAB IV
KASUS

Kasus Steven Jonson


Tn. A usia 20 tahun BB= 55 Kg TB= 170 cm, dirawat di ruang rawat dengan
diagnose syndrome steven jonson. Klien mengeluh nyeri dada, badan terasa pegal,
nyeri ketika menelan, badan terasa lemah dan lemas. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan data di hampir seluruh tubuhnya timbul eritema dan bula. Pada mukosa
bibir tampak stomatitis ulseratif spectrum luas, mata terdapat konjungtivis dan
tampak edema kemerahan sehingga klien sulit membuka mata. TTV = 120/80
mmHg. N= 100 x/menit, RR=24 x/menit S= 39 0 C. Dilakukan pemeriksaan
laboratorium hematologi dengan hasil normal. Klien dilakukan pemasangan NGT
dan IVFD NaCl. Terapi obat yang diperoleh adalah salep gliserin, Deksametason
30mg/6 jam per IV dan gentamisin 400mg/12 jam perIV.

A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas pasien                                                  
Nama                 :Tn. A                                      
Umur                 : 20th                                      
Pekerjaan           : Wiraswasta                           
Pendidikan : SMA                                    
Jenis kelamin     :Laki-laki                                 
Suku/Bangsa     : Jawa/Indonesia                     
Alamat               : Probolinggo  
Identitas Penanggung jawab
Nama                            :Ny. R
Pendidikan                  : SMA
Alamat                        : probolinggo  
Hubungan dengan klien : Istri
Sumber informasi        : Klien dan keluarga

18
2. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Keluhan Utama                   :
Klien mengeluh nyeri dada, badan terasa pegal, nyeri ketika
menelan, badan terasa lemah dan lemas.
b.  Riwayat Penyakit Saat ini   :
Klien mengeluh nyeri dada, badan terasa pegal, nyeri ketika
menelan, badan terasa lemah dan lemas. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan data di hampir seluruh tubuhnya timbul eritema dan bula.
Pada mukosa bibir tampak stomatitis ulseratif spectrum luas, mata
terdapat konjungtivis dan tampak edema kemerahan sehingga klien
sulit membuka mata. TTV = 120/80 mmHg. N= 100 x/menit, RR=24
x/menit S= 390 C. Dilakukan pemeriksaan laboratorium hematologi
dengan hasil normal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
klien mengalami tidak pernah menglami penyakit ini Sindrom
Stevens-Johnson
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang
pernah menderita penyakit Sindrom Stevens-Johnson

B. Pemeriksaan Fisik :
1. Kulit : Timbul eritema dan bula
2. Tenggorokan : klien mengalami gangguan menelan
3. Mata : Terdapat konjungtivitis dan tampak edema
kemerahan sehingga klien sulit membuka mata
4. Telinga dan hidung : sinusitis berdengung
5. Mukosa bibir : bibir tampak stomatitis ulseratif spektum luas
6. Dada : Nyeri pada dada
7. Keadaan Umum : Lemah

19
8. Tanda-tanda Vital      
-                 Tekanan Darah                        : 120/80 mmHg
-                 Nadi                                        : 100x /menit
-                 Rate Respiration                      : 24 x/menit
-                 Suhu                                        : 39o C
-                 Berat Badan                            : 55 Kg
-                 Tinggi badan                           : 170 Kg

C. Pemeriksaan Penunjang
Parameter Hasil/satuan Nilai normal Interpretasi

Hemoglobin 13,8 g/dl 12-14 Normal

Hematokrit Tinggi

D. Terapi Obat
No Terapi Dosis
1 Salep Glisrin
2 Deksamethason 30 mg/ 6 jam per IV
3 Gentamisin 400 Mg/12 jam per IV
4 Pemasangan NGT dan IUFD NaCl

E. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1 DS:
-          Pasien mengatakan
badan terasa pegal
-          Pasien mengatakan
nyeri dada Inflamasi pada kulit Nyeri
-          Pasien mengatakan
badan lemas dan lemah
DO:
-          Pasien tampak

20
meringis
-          Pada tubuh pasien
terdapat eritema
-          Pada pemeriksaan :
RR: 24x/menit
-          PQRST:
P: Sesak
Q: ditusuk-tusuk
R: Di dada
S: Skala 3
T: Pada malam hari
2 DS:
-          Pasien mengatakan
demam
-          Pasien mengatakan Hipertermi, Kehilang Kekuranga
nyeri ketika menelan an Plasma. n Volume
Cairan
DO:
-          Pasien tampak terlihat
terpasang NGT dan IVFD
NaCl
-          Pada
pemeriksaan Suhu pasien 
390C
-          Pada
pemeriksaan RR pasien 2
8 x/menit
-          Terdapat bula
3 DS: Stomatitis ulseratif Risiko
-             Pasien kurangnya
mengatakan nyeri ketika nutrisi

21
menelan
-             Pasien mengatakan
lemas
Do:
-          Pada mukosa bibir
tampak stomatitis ulseratif
spectrum luas
4 DS:
-          Pasien mengatakan
badan terasa gatal
Do: Eritema, Bula Kerusakan
-          Pada tubuh Integritas
pasien terdapat Eritema di  Kulit
Seluruh tubuh

F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan Inflamasi pada kulit
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipertermi
3. Resiko kurangnya nutrisi berhubungan dengan stomatitis
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan eritema

G. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

KH:
Diharapkan
1) Pasien mengatakanbadan terasa pegal berkurang

22
2) Pasien mengatakan nyeri dada sudah berkurang
3) Pasien mengatakan badan lemas dan lemah sudah berkurang
b. Intervensi dan rasional
1) Anjurkan dan ajarkan klien tehnik relaksasi nafas dalam
Rasional: Untuk mengurangi persepsi nyeri, meningkatkan
relaksasi dan menurunkan ketegangan otot
2) Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan
Rasional: Kekurangan tidur dapat meningkatkan persepsi
nyeri
3) Berikan posisi yang nyaman
Rasional: Untuk memberikan kenyamanan pada pasien.
2. Dx 2 : Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Hipertermi,
Kehilangan plasma
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam
KH:
Diharapkan:
1) Pasien mengatakan sudah tidak demam
2) Pasien mengatakan tidak nyeri saat menelan
3) Pada pemeriksaan tanda-tanda vital normal (Tekanan darah
diastolic 110-130 mmHg, sistolik 70-90 mmHg)
b. Intervensi dan rasional
1) Monitor tanda-tanda vital (Tekanan darah, Suhu, Nadi,
Pernafasan)
Rasional: Untuk memonitor keadaan umum pasien
2) Monitor intake dan output pasien
Rasional:  Agar keseimbangan cairan tubuh klien terpantau
3)  Kolaborasi pemberian antipiretik ( paracetamol)
Rasional: Untuk menurunkan demam
3. Dx 3: Risiko kurangnya nutrisi berhubungan dengan stomatitis

23
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukannya tindakan keperawatan selama 2x24 jam
KH:
Diharapkan:
1) Pasien mengatakan nafsu makan bertambah
2) Pasien mengatakan
b. Intervensi dan rasional
1) Kaji status nutrisi
Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
2) Pantau intake dan output pasien
Rasional: Untuk mengetahui jumlah pemasukan dan
pengeluaran pasien
3) Identifikasi alergi makanan
Rasional: Untuk mengetahui adanya alergi pada makanan
4) Atur diet sesuai kebutuhan
Rasional: Untuk menentukan nutrisiyang dibutuhkan
5) Bantu pasien untuk membersihkan mulut sebelum dan
sesudah makan
Rasional: Untuk hygiene pasien
4. Dx 4: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan eritema
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 2x24 jam
KH:
Diharapkan
1) Pasien mengatakan gatal berkurang
2) Pada pemeriksaan bula berkurang

b. Intervensi dan rasional


1) Kaji Kulit Setiap hari. Catat warna, turgor sirkulasi dan
sensasi. Gambarkan lesi dan amati

24
Rasional: Menentukan garis dasar dimana perubahan pada
status dapat dibandingkan dan melakukan
intervensi tepat.
2) kolaborasi pemberian obat salep gliserin, Deksametason
30mg/6 jam per IV dan gentamisin 400mg/12 jam perIV.
Rasional:  Mengurangi nyeri serta gatal pada kulit.

BAB V
PENUTUP

25
A. Kesimpulan
Sindrom Stevens-Johnson, biasanya disingkatkan sebagai SJS atau
dikenal juga dengan sebutan eritema multiforme mayor. Penyakit ini
disebabkan oleh reaksi hipersensitif (alergi) terhadap obat, infeksi HIV,
penyakit jaringan ikat dan kanker merupakan faktor risiko penyakit ini.
Efek samping obat ini mengenai kulit, mata terutama selaput mukosa.
Sindrom tidak menyerang anak dibawah 3 tahun, dan penyebab
Sindrom Steven Johnson sendiri sangat bervariasi ada yang dari obat-
obatan dan dari alergi yang hebat, dan ciri-ciri penyakit Steven Johnson
sendiri gatal-gatal pada kulit dan badan kemerah-merahan dan Sindrom ini
bervariasi ada yang berat dan ada yang ringan.

B. Saran
Diharapkan makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi
pembaca terutama bagi mahasiswa kesehatan untuk menambah
pengetahuan terkait dengan kasus Sindrom Stevens-Johnson sebagai salah
satu kasus yang jika tidak ditangani secara cepat akan menyebabkan
kematian pada penderita.

LAMPIRAN

26
27

Anda mungkin juga menyukai