Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SINDROM


STEVEN JOHNSON

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 (KELAS B)
1. Putri Nurul Zakila (P07120419059)
2. Rana Nir Wana.S (P07120419060)
3. Sakyanandi (P07120419062)
4. Sausan Oktavia Alzu (P07120419063)
5. Siti Hajar Usman (P07120419064)
6. Sri Ramadhan (P07120419065)
7. Susi Wardani (P07120419066)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul “Konsep Keperawatan
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sindrom Steven Johnson” Ini dapat
terselesaikan pada waktu yang telah di tentukan.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan serta
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang besifat konstruktif dan membangun demi kesempurnaan
penyusun ke depannya.

Tugas makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan, arahan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dari itu izinkan kami menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.

Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya kami
penyusunnya.

Mataram, 3 Februari 2021

Penyusun,

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A. Konsep Teori............................................................................................ 3
1.Pengertian ........................................................................................... 3
2.Etiologi................................................................................................ 3
3.Klasifikasi............................................................................................ 4
4.Patofisiologi (Perjalanan Penyakit)..................................................... 5
5.Pathway............................................................................................... 7
6.Manifestasi Klinis................................................................................ 8
7.Pemeriksaan Diagnostic...................................................................... 9
8.Penatalaksanaan................................................................................... 9
a) Penatalaksanaan Keperawatan...................................................... 9
b) Penatalaksanaan Medis.................................................................. 9
9. Pencegahan.......................................................................................... 11
10. Komplikasi.......................................................................................... 11
B. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................ 12
1. Pengkajian...........................................................................................12
2. Diagnosa.............................................................................................. 16
3. Intervensi............................................................................................. 16
4. Implementasi....................................................................................... 23
5. Evaluasi............................................................................................... 23
BAB III PENUTUP............................................................................................. 24
A. Kesimpulan.............................................................................................. 24
B. Saran......................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 26

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sindrom Stevens-Johnson, biasanya disingkatkan sebagai SJS, adalah reaksi
buruk yang sangat gawat terhadap obat. Efek samping obat ini mempengaruhi kulit,
terutama selaput mukosa. Prediksi : mulut, mata, kulit, ginjal, dan anus.
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah kemudian umurnya
bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun,
penderita dapat soporous sampai koma, mulainya penyakit akut dapat disertai gejala
prodiomal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri
tenggorokan.
Sindrom Steven Johnson ditemukan oleh dua dokter anak Amerika. A. M.
Steven dan S.C Johnson, 1992 Sindrom Steven Johnson yang bisa disingkat SSJ
merupakan reaksi alergi yang hebat terhadap obat-obatan.
Angka kejadian Sindrom Steven Johnson sebenarnya tidak tinggi hanya
sekitar 1-14 per 1 juta penduduk. Sindrom Steven Johnson dapat timbul sebagai
gatal-gatal hebat pada mulanya, diikuti dengan bengkak dan kemerahan pada kulit.
Setelah beberapa waktu, bila obat yang menyebabkan tidak dihentikan, serta dapat
timbul demam, sariawan pada mulut, mata, anus, dan kemaluan serta dapat terjadi
luka-luka seperti keropeng pada kulit. Namun pada keadaan-keadaan kelainan
sistem imun seperti HIV dan AIDS angka kejadiannya dapat meningkat secara
tajam.
Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasus Sindrom Steven Johnson
karena Sindrom Steven Johnson sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan
kematian. Sindrom tidak menyerang anak dibawah 3 tahun, dan penyebab Sindrom
Steven Johnson sendiri sangat bervariasi ada yang dari obat-obatan dan dari alergi
yang hebat, dan ciri-ciri penyakit Steven Johnson sendiri gatal-gatal pada kulit dan
badan kemerah-merahan dan Sindrom ini bervariasi ada yang berat dan ada yang
ringan. ( Support, Edisi November 2008 )

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Steven Johnson?
2. Apa etiologi dari Steven Johnson?
3. Apa saja klasifikasi dari Steven Johnson?
4. Bagaimana patofisiologi dari Steven Johnson?
5. Bagaimana pathway dari Steven Johnson?
6. Apa tanda dan gejala dari Steven Johnson?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic untuk Steven Johnson?
8. Bagaimana penatalaksanaan untuk sindrom Steven Johnson?
9. Bagaimana cara pencegahan dari Steven Johnson?
10. Apa komplikasi dari Steven Johnson?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit Steven Johnson?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Steven Johnson
2. Mengetahui etiologi dari Steven Johnson
3. Mengetahui klasifikasi Steven Johnson
4. Mengetahui patofisiologi dari Steven Johnson
5. Mengetahui pathway dari Steven Johnson
6. Mengetahui tanda dan gejala Steven Johnson
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostic untuk Steven Johnson
8. Mengetahui penatalaksanaan untuk Syndrom Steven Johnson
9. Mengetahui cara pecegahan dari Steven Johnson
10. Mengetahui komplikasi dari Steven Johnson
11. Mengetahui asuhan keperawatan pada Syndrom Steven Johnson

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Teori
1. Pengertian
a. Steven Johnson Adalah sindroma yang mengenai kulit, selaput lendir di
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai
berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai
purpura(Mochtar Hamzah, 2005 : 147)
b. Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lender di
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk.
(Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 136)
c. Sindrom Steven Johnson adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender
di orifisium dan mata dengan keadaan umum berfariasi dari ringan sampai
berat kelainan pada kulit berupa eritema vesikel / bula, dapat disertai
purpura(Djuanda, Adhi, 2000 : 147)
d. Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri
dari erupsi kulit, kelainan dimukosa dan konjungtifitis ( Junadi, 1982: 480)
e. Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir yang
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk
( Mansjoer, A. 2000: 136 )
f. Adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di orifisium dan mata
dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan pada
kulit berupa eritema, vesikel atau bula disertai purpura, kelainan dimukosa
dan konjung

2. Etiologi
Etiologi pasti Sindrom Stevens – Johnson (SSJ) belum diketahui. Salah
satu penyebabnya ialah alergi obat sistemik, diantaranya penisilin dan
semisintetiknya, streptomisin, sulfonamide, tetrasiklin, antipiretik/analgetik

3
(misalnya : derivate salisil/pirazolon, metamizol, metampiron, dan parasetamol),
klorpromazin, karbamazepin, kinin, antipirin, dan jamu. Selain itu dapat juga
disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit), neoplasma, psca
vaksinasi, radiasi, dan makanan.
Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa factor yang
dapat dianggap sebagai penyebab adalah:
a. Alergi obat secara sistemik ( misalnya penisilin, analgetik, anti piretik )
1) Penisilline
2) Sthreptomicine
3) Sulfonamide
4) Tetrasiklin
b. Anti piretik atau analgesic ( derifat, salisil/pirazolon, metamizol, metampiron
dan paracetamol )
1) Kloepromazin
2) Karbamazepin
3) Kirin Antipirin
4) Tegretol
c. Infeksi mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur dan parasit )
d. Neoplasma dan factor endokrin
e. Factor fisik ( sinar matahari, radiasi, sinar-X, penyakit polagen, keganasan,
kehamilan)
f. Makanan (coklat)

3. Klasifikasi
a. Sindrom Steven Johnson
Surface area of epiderdal detachment dibandingkan dengan detached dermis
yaitu sebanyak <10%.
b. Sindrom Steven Johnson dan TEN
Surface area of epidermal detachment dibandingkan dengan detached
dermis yaitu sebanyak <10-30%.
c. TEN

4
Surface area of epidermal detachment dibandingkan dengan detached
dermis yaitu sebanyak >30%.

4. Patofisiologi
Patogenesisnya belum jelas, kemungkinan disebabkan oleh reaksi
hipersensitif tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek
antigen antibodi yang membentuk mikro-presitipasi sehingga terjadi aktifitas
sistem komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian
melepaskan lisozim dan menyebabkan kerusakan jaringan pada organ sasaran
(target organ). Reaksi hipersentifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T yang
tersintesisasi berkontak kembali dengan antigen yang sama kemudian limfokin
dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang (Djuanda, 2000: 147) .
Karena proses hipersensitivitas, maka terjadi kerusakan kulit sehingga
terjadi Kegagalan fungsi kulit yang menyebabkan kehilangan cairan, Stres
hormonal diikuti peningkatan resisitensi terhadap insulin, hiperglikemia dan
glukosuriat, Kegagalan termoregulasi, Kegagalan fungsi imun, Infeksi.
a. Reaksi Hipersensitif tipe III
Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibodi yang bersirkulasi
dalam darah mengendap didalam pembuluh darah atau jaringan sebelah hilir.
Antibodi tidak ditujukan kepada jaringan tersebut, tetapi terperangkap dalam
jaringan kapilernya. Pada beberapa kasus antigen asing dapat melekat ke
jaringan menyebabkan terbentuknya kompleks antigen antibodi ditempat
tersebut. Reaksi tipe III mengaktifkan komplemen dan degranulasi sel mast
sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kapiler ditempat terjadinya rekasi
tersebut. Neutrofil tertarik ke daerah tersebut dan mulai memfagositosis sel-
sel yang rusak sehingga terjadi pelepasan enzim-enzim sel serta penimbunan
sisa sel. Hal ini menyebabkan siklus peradangan berlanjut (Corwin, 2000:
72).
b. Reaksi Hipersensitif Tipe IV
Pada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T
penghasil Limfokin atau sitotoksik oleh suatu antigen sehingga terjadi
penghancuran sel-sel yang bersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh sel

5
ini bersifat lambat (delayed) memerlukan waktu 14 jam sampai 27 jam untuk
terbentuknya.

6
5. PATHWAY

Alergi Infeksi Neoplasma faktor fisik Makanan


obat2an mikroorganisme

Steven Johnson
Syndrome

Reaksi Alergi Type III Reaksi Alergi Type IV


Kompleks antigen & antibodi
Sel T 
Terperangkap dalam jar. Kapiler
Limfosit & sitotoksin terlepas
Sel Mast 

Jaringan kapiler rusak

Akumulasi neutrofil

Reaksi Radang

Jaringan kulit dan mucosa


eritema
Kelainan selaput lendir Inflamasi dermal dan epidermal Kelainan pada mata
dan ofisium

Kesulitan menelan Nyeri Conjungtivitis

Intake tidak adekuat Persepsi sensori


Kelemahan Fisik Kelainan penglihatan
Nutrisi kurang dari Supply Nutrisi ke Intoleraksi
kebutuhan tubuh jaringan otot  aktivitas Integritas kulit
6. Tanda dan Gejala
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan
umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya
menurun, penderita dapat soporous sampai koma. Mulainya penyakit akut dapat
disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk,
pilek dan nyeri tenggorokan. Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan
berupa:
a. Kelainan kulit

7
Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikel dan bula. Vesikel dan bula
kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu dapat
juga terjadi purpura. Pada bentuk yang berat kelainannya generalisata.
b. Kelainan selaput lendir di orifisium
Kelainan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut
(100%) kemudian disusul oleh kelainan dilubang alat genital (50%)
sedangkan dilubang hidung dan anus jarang (masing-masing 8% dan 4%).
Kelainan berupa vesikel dan bula yang cepat memecah sehingga
menjadi erosi dan ekskoriasi dan krusta kehitaman. Juga dalam terbentuk
pseudomembran. Di bibir kelainan yang sering tampak yaitu krusta berwarna
hitam yang tebal.
Kelainan dimukosa dapat juga terdapat difaring, traktus respiratorius
bagian atas dan esopfagus. Stomatitis ini dapat menyebabkan penderita sukar
tidak dapat menelan. Adanya pseudomembran di faring dapat menyebabkan
keluhan sukar bernafas.
c. Kelainan mata
Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus yang tersering
ialah konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat berupa kongjungtivitis
purulen, perdarahan, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis. Disamping trias
kelainan tersebut dapat pula terdapat kelainan lain, misalnya: nefritis dan
onikolisis.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
1) Bila ditemukan leukositosis penyebab kemungkinan dari infeksi
2) Bila eosinophilia penyebab kemungkinan alergi
b. Histopatologi
1) Infiltrasi sel ononuklear di sekitar pembuluh darah dermis superficial
2) Edema dan extravasasi sel darah merah di dermis papilar.
3) Degenerasi hidrofik lapisan absalis sampai terbentuk vesikel
subepidermal
4) Nekrosis sel epidermal dan kadang-kadang dianeksa

8
5) Spongiosis dan edema intrasel di epidermis
c. Imunologi
1) Deposit IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial dan pada
pembulih darah yang mengalami kerusakan
2) Terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA secara
tersendiri atau dalam kombinasi

8. Penatalaksanaan
a. Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati
dengan prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk
dan lesi menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid
merupakan tindakan file-saving dan digunakan deksametason intravena
dengan dosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari.
Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-
Johnson berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 6×5 mg
intravena. Setelah masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul
lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap
hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason
intravena diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya prednisone yang
diberikan keesokan harinya dengan dosis 20 mg sehari, sehari kemudian
diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut dihentikan. Lama
pengobatan kira-kira 10 hari.
Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan
elektrolit (K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila
terjadi hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam
bila terjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari
kortikosteroid diberikan diet tinggi protein/anabolik seperti nandrolok
dekanoat dan nanadrolon. Fenilpropionat dosis 25-50 mg untuk dewasa
(dosis untuk anak tergantung berat badan).
b. Antibiotik

9
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang
dapat menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang
menyebabkan alergi, berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya
gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg.
c. Infus dan tranfusi darah
Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena
pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan
serta kesadaran dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus misalnya
glukosa 5 % dan larutan Darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan
dalam 2-3 hari, maka dapat diberikan transfusi darah sebanyak 300 cc
selama 2 hari berturut-turut, terutama pada kasus yang disertai purpura yang
luas. Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin
C 500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik.
d. Topikal
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in oral base.
Untuk lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim
sulfadiazine perak.

9. Pencegahan
Untuk mencegah serangan sindrom Stevens-Johnson, hindari konsumsi
obat-obatan yang dapat memicunya, terutama jika Anda atau keluarga memiliki
riwayat penyakit ini. Bila diperlukan, tes genetik dapat dilakukan sebelum
mengonsumsi obat-obatan tersebut.

10. Komplikasi
Sindrom Steven Johnson sering menimbulkan komplikasi, antara lain
sebagai berikut:
a. Kehilangan cairan dan darah
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, Shock
c. Oftalmologi – ulserasi kornea, uveitis anterior, panophthalmitis, kebutaan
d. Gastroenterologi - Esophageal strictures

10
e. Genitourinaria – nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, penile scarring,
stenosis vagina
f. Pulmonari – pneumonia, bronchopneumoni
g. Kutaneus – timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen, infeksi
kulit sekunder
h. Infeksi sitemik, sepsis

11
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor register.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien
dengan Steven Johnson biasanya mengeluhkan dema, malaise, kulit
merah dan gatal, nyeri kepala, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan
dahulu, riwayat penyakit yang sebelumnya dialami klien.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit
yang sama.
5) Riwayat Psikososial
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi
sosial.
c. Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi kesehatan - manajemen kesehatan
Pada pola ini kita mengkaji:
a) Bagaimanakah pandangan klien terhadap penyakitnya?
b) Apakah klien klien memiliki riwayat merokok, alkohol, dan
konsumsi obat-obatan tertentu?
c) Bagaimakah pandangan klien terhadap pentingnya kesehatan?
Pada klien dengan Steven Johnson, biasanya penting dikaji riwayat
konsumsi obat-obatan tertentu.
2) Pola nutrisi – metabolik
Pada pola ini kita mengkaji:

12
a) Bagaimanakah pola makan dan minum klien sebelum dan selama
dirawat di rumah sakit?
b) Kaji apakah klien alergi terhadap makanan tertentu?
c) Apakah klien menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah
sakit?
d) Kaji makanan dan minuman kesukaan klien?
e) Apakah klien mengalami mual dan muntah?
f) Bagaimana dengan BB klien, apakah mengalami penurunan atau
sebaliknya?
Pada klien dengan Steven Johnson, biasanya mengalami
penurunan nafsu makan, sariawan pada mulut, dan kesulitan
menelan.
3) Pola eliminasi
Pada pola ini kita mengkaji:
a) Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ?
b) Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?
c) Kaji konsistensi BAB dan BAK klien
d) Apakah klien merasakan nyeri saat BAB dan BAK?
Klien dengan Steven Johnson, biasanya akan mengalami retensi urin,
konstipasi, membutuhkan bantuan untuk eliminasi dari keluarga atau
perawat.
4) Pola aktivitas – latihan
Pada pola ini kita mengkaji:
a) Bagaimanakah perubahan pola aktivitas klien ketika dirawat di
rumah sakit?
b) Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien secara mandiri
c) Kaji tingkat ketergantungan klien
0 = mandiri
1 = membutuhkan alat bantu
2 = membutuhkan pengawasan
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain
4 = ketergantungan

13
d) Apakah klien mengeluh mudah lelah?
Klien dengan Steven Johnson biasanya tampak gelisah dan merasa
lemas, sehingga sulit untuk beraktifitas.
5) Pola istirahat – tidur
Pada pola ini kita mengkaji:
a) Apakah klien mengalami gangguang tidur?
b) Apakah klien mengkonsumsi obat tidur/penenang?
c) Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur?
Klien dengan Steven Johnson, akan mengalami kesulitan untuk tidur
dan istirahat karena nyeri yang dirasakan, rasa panas dan gatal-gatal
pada kulit.
6) Pola kognitif – persepsi
Pada pola ini kita mengkaji:
a) Kaji tingkat kesadaran klien
b) Bagaimanakah fungsi penglihatan dan pendengaran klien, apakah
mengalami perubahan?
c) Bagaimanakah kondisi kenyamanan klien?
d) Bagaimanakah fungsi kognitif dan komunikasi klien?
Klien dengan Steven Johnson akan mengalami kekaburan pada
penglihatannya, serta rasa nyeri dan panas di kulitnya.
7) Pola persepsi diri - konsep diri
Pada pola ini kita mengkaji:
a) Bagaimanakah klien memandang dirinya terhadap penyakit yang
dialaminya?
b) Apakah klien mengalami perubahan citra pada diri klien?
c) Apakah klien merasa rendah diri?
Dengan keadaan kulitnya yang mengalami kemerahan, klien merasa
malu dengan keadaan tersebut, dan mengalami gangguan pada citra
dirinya.
8) Pola peran – hubungan
Pada pola ini kita mengkaji:
a) Bagaimanakah peran klien di dalam keluarganya?

14
b) Apakah terjadi perubahan peran dalam keluarga klien?
c) Bagaimanakah hubungan sosial klien terhadap masyarakat
sekitarnya?
9) Pola reproduksi dan seksualitas
Pada pola ini kita mengkaji:
a) Bagaimanakah status reproduksi klien?
b) Apakah klien masih mengalami siklus menstrusi (jika wanita)?
10) Pola koping dan toleransi stress
Pada pola ini kita mengkaji:
a) Apakah klien mengalami stress terhadap kondisinya saat ini?
b) Bagaimanakah cara klien menghilangkan stress yang dialaminya?
c) Apakah klien mengkonsumsi obat penenang?
11) Pola nilai dan kepercayaan
Pada pola ini kita mengakaji:
a) Kaji agama dan kepercayaan yang dianut klien
b) Apakah terjadi perubahan pola dalam beribadah klien?
12) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi: Warna, suhu, kelembapan, kekeringan
b) Palpasi: Turgor kulit, edema
c) Data fokus:
DS: gatal-gatal pada kulit, sulit menelan, pandangan kabur,
aktifitas menurun
DO: kemerah-merahan, memegang tenggorokan, tampak gelisah,
tampak lemas dalam beraktifitas.
13) Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang
a) Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia
b) Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan
ekstravasasi sel darah merah, degenerasi lapisan basalis, nekrosis
sel epidermal, spongiosis dan edema intrasel di epidermis.
c) Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun
yang mengandung IgG, IgM, IgA

15
2. Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
b. Gangguan integritas kulit berhungan dengan kerusakan permukaan kulit
karena destruksi lapisan kulit
c. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perpindahan
cairan dari intravaskuler ke dalam rongga interstisial, hilangnya cairan
secara evaporasi, rusaknya jaringan kulit akibat luka.
d. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kesulitan menelan.
e. Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan  kelemahan fisik.
f. Infeksi berhubungan dengan hilangnya barier/perlindungan kulit
g. Gangguan citra tubuh : penampilan peran berhubungan dengan krisis
situasi, kecacatan, kejadian traumatic
3. Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
1) Tujuan               : Nyeri dapat dikontrol atau hilang
2) Kriteria hasil     :
a) Klien melaporkan nyeri berkurang
b) Skala nyeri 0-2
c) Klien dapat beristirahat
d) Ekspresi wajah rileks
e) RR : 16 - 20 x/menit
f) TD : 100-130/60-90 mmHg
g) N    : 60 – 90 x/menit
3) Intervensi
No                     Intervensi                          Rasional

1 Kaji tingkat skala nyeri 1 – 10, Untuk mengetahui tingkat nyeri klien
lokasi dan intensitas nyeri dan merupakan data dasar untuk
memberikan intervensi
2 Kaji tanda-tanda vital (TD, RR, N) Untuk memonitor keadaan klien dan
mengetahui terjadinaya syok
neurologik

16
3 Anjurkan dan ajarkan klien tehnik Untuk mengurangi persepsi nyeri,
relaksasi nafas dalam, distraksi, meningkatkan relaksasi dan
imajinasi menurunkan ketegangan otot
4 Tingkatkan periode tidur tanpa Kekurangan tidur dapat meningkatkan
gangguan persepsi nyeri
5 Kendalikan faktor lingkungan Lingkungan yang tenang dapat
yang dapat mempengaruhi respon menjadikan pasien dapat istirahat.
pasien terhadap ketidaknyamanan
6 Kolaborasi dalam pemberian obat Membantu mengurangi atau
analgetik menghilangkan nyeri

b. Gangguan integritas kulit berhungan dengan kerusakan permukaan kulit


karena destruksi lapisan kulit
1) Tujuan : integritas kulit menunjukkan regenerasi jaringan
2) Kriteria hasil :
a) Luka mencapai penyembuhan tepat pada waktunya dan bebas
dari purulen
b) Tidak ada tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, bengkak, panas,
fungsio lesi)
c) Kulit membaik/ terjadi regenerasi jaringan
d) TD : 100-130/60-90 mmHg
e) N : 60 – 90 x/menit
f) Suhu : 36,5- 37, 4 C
3) Intervensi
No                 Intervensi                         Rasional

1 Kaji ukuran, warna luka, Memberikan informasi dasar tentang


perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi luka
kondisi sekitar luka
2 Berikan perawatan luka yang Meningkatkan pemulihan dan
tepat dan tindakan kontrol menurunkan risiko infeksi
infeksi

17
3 Berikan lingkungan yang lembab Lingkungan yang lembab memberikan
dengan kompres kondisi optimum bagi penyembuhan luka
4 Dorong klien untuk istirahat Untuk mendukung pertahanan tubuh

5 Tingkatkan masukan nutrisi, Untuk meningkatkan pembentukan


protein dan karbiohidrat granulasi yang normal dan kesembuhan
6 Kolaborasi pemberian obat Memperlancar terapi dan mempercepat
sistemik proses penyembuhan

c. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perpindahan


cairan dari intravaskuler ke dalam rongga interstisial dan rusaknya
jaringan kulit akibat luka.
1) Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan
2) Kriteria hasil :
a) Haluaran urine individu adekuat (0,5-1,0 mg/kg BB/jam)
b) Turgor kulit baik
c) Urin jernih dan berwarna kuning
d) Membran mukosa lembab
e) TD normal (100-130/60-90 mmHg)
f) Denyut nadi (60-90 x/menit)
g) Kadar elektrolit serum dalam batas normal
3) Intervensi
No                 Intervensi                         Rasional

1 Kaji dan catat turgor kulit Untuk mengetahui keseimbangan cairan


tubuh
2 Observasi tanda vital Untuk memonitor  keadaan umum klien

3 Monitor dan catat cairan yang Agar keseimbangan cairan tubuh klien
masuk dan keluar terpantau
4 Timbang BB klien setiap hari Penggantian cairan tergantung pada BB
klien
5 Berikan penggantian cairan IV Resusitasi cairan menggantikan
yang dihitung, elektrolit, plasma, kehilangan cairan/elektrolit dan
albumin mencegah komplikasi

18
6 Awasi pemeriksaan laboratorium Mengidentifikasi kehilangan darah atau
(Hb/Ht, natrium urine random) kerusakan sel darah merah, dan
kebutuhan penggantian cairan dan
elektrolit

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan  kesulitan menelan.
1) Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
2) Kriteria hasil :
a) Tidak terjadi penurunan BB/BB ideal
b) Nafsu makan meningkat
c) Lesi di bibir atau mulut tidak ada
d) Makanan yang disediakan 80% dihabiskan
3) Intervensi
No                 Intervensi                         Rasional

1 Monitor intake dan output nutrisi Untuk mengetahui pemasukan dan


pengeluaran makanan
2 Kaji terhadap malnutrisi dengan Memberikan pengukuran objektif
mengukur tinggi dan BB terhadap status nutrisi
3 Jaga kebersihan mulut untuk Mulut yang bersih memungkinkan
menambah nafsu makan pasien peningkatan nafsu makan
4 Berikan makan sedikit tapi Makanan dalam porsi kecil mudah
sering hingga jumlah asupan dikonsumsi oleh klien dan mencegah
nutrisi tercukupi terjadinya anoreksia.
5 Berikan makanan untuk pasien Memudahkan pasien dalam menelan
dalam bentuk hangat dan sedian makanan
lunak/bubur
6 Kolaborasi dengan ahli gizi Agar kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
untuk menentukan kebutuhan
nutsi klien

19
7 Kolaborasi dengan tim medis Memberikan dukungan nutrisi bila klien
tentang makanan pengganti tidak bisa mengkonsumsi jumlah yang
(enteral /parenteral) cukup banyak peroral.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan  kelemahan fisik.


1) Tujuan               : Klien dapat bertoleransi terhadap aktivitas
2) Kriteria Hasil    : Klien mengatakan peningkatan toleransi aktivitas
3) Intervensi
No                 Intervensi                         Rasional

1 Kaji respon individu terhadap Untuk mengetahui tingkat kemampuan


aktivitas individu dalam pemenuhan aktivitas
sehari-hari.
2 Bantu klien dalam memenuhi Energi yang dikeluarkan lebih optimal
aktivitas sehari-hari dengan
tingkat keterbatasan yang
dimiliki klien
3 Jelaskan pentingnya pembatasan Pembatasan aktivitas penting untuk
aktivitas membatasi energi yang dikeluarkan,
karena energi penting untuk membantu
proses metabolisme tubuh
4 Libatkan keluarga dalam Klien mendapat dukungan psikologi dari
pemenuhan aktivitas klien keluarga

f. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier/perlindungan kulit


1) Tujuan :  Tidak terjadi infeksi lokal atau sistemik
2) Kriteria hasil :
a) Tidak ada tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri,
fungsio lesi)
b) Leukosit (5000 - 10000/mm3)
c) Suhu tubuh dalam batas normal (36,5 - 37,4  C)
d) RR : 16 – 20 x/menit
e) TD : 100-139/60-96 mmHh

20
f) N    : 60 – 100 x/menit
g) Luka mencapai penyembuhan tepat waktu, bebas dari purulen
dan tidak demam
3) Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Monitor tanda-tanda vital Perubahan tanda vital secara drastis
merupakan komplikasi lanjut untuk
terjadinya infeksi
2 Observasi keadaan luka setiap Untuk mengidentifikasi adanya
hari penyembuhan
3 Jaga agar luka tetap bersih atau Menurunkan resiko inspeksi dan untuk
steril mencegah terjadinya kontaminasi silang
4 Lakukan perawatan luka setiap Untuk mempercepat penyembuhan
hari (kompres luka dengan
NaCl) dan bersihkan jaringan
nekrotik
5 Berikan perawatan pada mata Mata dapat membengkak oleh drainase
luka
6 Tingkatkan asupan nutrsisi Nutrisi mempengaruhi sintesis protein
dan fotositosis
7 Batasi pengunjung dan Untuk mencegah terjadinya kontaminasi
anjurkan pada silang
keluarga/pengunjung untuk
mencuci tangan sebelum
kontak langsung dengan klien
8 Pantau hitung leukosit, hasil Peningkatan leukosit menunjukkan
kultur dan tes sensitivitas infeksi, pemeriksaan kultur dan
sensitivitas menunjukkan
mikroorganisme yang ada dan antibiotic
yang tepat diberikan
9 Kolaborasi berikan antibiotic Mengurangi jumlah bakteri

g. Gangguan citra tubuh : penampilan peran berhubungan dengan krisis


situasi, kecacatan, kejadian traumatic
1) Tujuan : terjadi perbaikan penampilan peran

21
2) Kriteria hasil :
a) Klien tidak berperasaan negative tentang dirinya
b) Klien menyatakan penerimaan situasi diri
c) Klien tidak takut/malu berinteraksi dengan orang lain
d) Klien bicara dengan keluarga terdekat tentang situasi/ perubahan
yang  terjadi
3) Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Kaji makna kehilangan/perubahan Episode traumatic mengakibatkan
pada pasien/orang terdekat perubahan tiba-tiba
2 Terima dan akui ekspresi frustasi, Penerimaan perasaan sebagai respons
ketergatnungan, marah, kedukaan. normal terhadap apa yang terjadi
Perhatikan perilaku menarik diri membantu perbaikan
dan penggunaan penyangkalan
3 Bersikap realistis dan positif Meingkatkan kepercayaan dan
selama pengobatan, pada mengadakan hubungan antara pasien
penyuluhan kesehatan dan dan perawat
menyusun tujuan dalam
keterbatasan
4 Berikan harapan dalam parameter Meningkatkan perilaku positif dan
situasi individu memberikan kesempatan untuk
menyusu tujuan dan rencana untuk
masa depan berdasarkan realita
5 Berikan penguatan positif Kata-kata penguatan dapat mendukung
terhadap kemajuan dan dorong terjadinya perilaku koping positif
usaha untuk mengikuti tujuan
rehabilitasi
6 Dorong interaksi keluarga dan Mempertahankan /membuka garis
dengan tim medis rehabilitasi komunikasi dan memberikan
dukungan terus-menerus pada pasien
dan keluarga

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan diatas.

22
5. Evaluasi
Evaluasi berdasarkan kriteria hasil.

BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sistem imunitas atau Pertahanan dalam tubuh manusia yang berfungsi
melindungi tubuh manusia dari masuknya infeksi baik itu virus, bakteri, protozoa
maupun penyakit. Apabila pertahanan tubuh manusia tidak dapat mengenali
antigen yang masuk kedalam tubuh maka akan meyebabkan penyakit sistem
imun dan hematologi seperti salah satunya Syndrom Steven Johnson atau yang
biasanya disebut dengan penyakit kulit yang sangat parah atau akut berat.
Penyakit ini disebabkan oleh adanya reaksi hipersensitivitas terhadap obat,
infeksi virus, bakteri, radiasi, makanan dan sebagainya. Apabila mengalami
penyakit ini maka akan mengalami tanda dan gejala seperti adanya eritema,
vesikel, bula, selaput lendir orifisium, dan kelainan pada mata. Sedangkan
penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah dengan tiga (3) cara yaitu dengan
penatalaksanaan umum, khusus sistemik dan topikal.
Adapun asuhan keperawatan yang akan dilakukan mencakup pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan dan evaluasi. Pengkajian
yang dapat kita lakukan adalah mencakup inspeksi kulit, inspeksi mulut,
kemampuan menelan, TTV, sistem pernafasan, nutrisi / berat badan, dan tingkat
nyeri. Berdasarkan pengkajian diatas maka dapat diangkat empat (4) diagnosa
sekaligus menyusun rencana asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa ini yaitu
gangguan integritas kulit yang b.d dengan inflamasi dermal dan epidermal,
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan, gangguan
rasa nyaman nyeri b.d inflamasi pada kulit, gangguan intoleransi aktivitas b.d
kelemahan fisik, dan gangguan persepsi sensori; kurang penglihatan b.d
konjungtivitis.

23
B.    Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam
rangak meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Adapun saran-saran adalah
sebagai berikut :

1. Pasien
Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit
steven johnson hendaknya segera membawa pasien kerumah sakit agar dapat
dilakukan tindakan keperawatan.
2. Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik
secara teoritis maupun praktek tentang penyakit Steven Johnson agar dapat
melakukan tindakan keperawatan.
3. Rumah Sakit
Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit
sehingga pada penderita Steven Johnson mendapatkan ruangan dan fasilitas
medis yang seharusnya ada sehingga dapat melakukan tindakan keperawatan
untuk mengurangi dari gejala dan komplikasi penyakit Steven Johnson.

24
DAFTAR PUSTAKA

Askep Pasien Dengan Gangguan Sistem Integumen, Sister School


Program Dinas Kesehatan Propinsi Jateng Semarang, 2004
Carpenito, Lynda Jual, 2004 Buku Saku Diagnosa Keperawatan,
Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III, Jakarta
: EGC
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta: EGC.
Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit Edisi 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson 1995, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses –
Proses Penyakit. Edisi IV, Jakarta : EG
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8, volume 3.Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Tim Penyusun. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta: Media
Aesculapius.
Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran 2.Jakarta: Media
Aesculapius.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid 2. Media
Aesculapius : Jakarta

25

Anda mungkin juga menyukai