Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

SINDROM STEVEN JOHNSON

OLEH

NAMA : JEMMY ALBERT NDUN


NIM : 132002718
KELAS :A
SEMESTER : IV (EMPAT)
PRODI : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Tuhan yang
telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Maksud saya membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diamanatkan
oleh dosen saya. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak
sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi saya yang membuat
dan umumnya bagi yang membaca makalah ini, untuk menambah pengetahuan
tentang “penyakit Sindrom Steven Johnson”Amin.

Kupang, 1 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
A. LATAR BELAKANG..................................................................................
B. TUJUAN........................................................................................................
1. TUJUAN UMUM...................................................................................
2. TUJUAN KHUSUS................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI......................................................................................................
B. ETIOLOGI...................................................................................................
C. TANDA DAN GEJALA...............................................................................
D. PATOFIOLOGI...........................................................................................
E. PENATALAKSANAAN..............................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN.............................................................................................
B. ANALISA DATA.........................................................................................
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................
D. INTERVENSI KEPERAWATAN..............................................................
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.......................................................
F. EVALUASI ..................................................................................................

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN.............................................................................................
B. SARAN..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sindrom Steven Johnson adalah sindrom yang mengenai kulit,
selaput lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dan
ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel atau bula
dapat disertai purpura (Djuanda, 1993: 127).
Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang
terdiri dari erupsi kulit, kelainan dimukosa dan konjungtifitis (Junadi,
1982: 480).
Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa
eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput
lendir yang orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik
sampai buruk (Mansjoer, A. 2000: 136).

B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Agar para pembaca terutama mahasiswa dapat pahami secara umum
tentang penyakit sindrom steven Johnson
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mahasiswa mampu mengetahui definisinya.
b. Mahasiswa mampu mengetahui etiologinya.
c. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejalanya.
d. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologinya.
e. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaannya.
f. Mahasiswa mampu mengetahui ASKEP dari penyakit simdrom
steven Johnson.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi
Sindrom Steven Johnson adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput
lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dan ringan sampai
berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel atau bula dapat disertai purpura
(Djuanda, 1993: 127).
Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri
dari erupsi kulit, kelainan dimukosa dan konjungtifitis (Junadi, 1982: 480).
Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir yang
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk
(Mansjoer, A. 2000: 136).

B.     Etiologi
Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa faktor yang dapat dianggap
sebagai penyebab adalah:
a)      Alergi obat secara sistemik (misalnya penisilin, analgetik, arti piuretik)
         Penisilline dan semisentetiknya
         Sthreptomicine
         Sulfonamida
         Tetrasiklin
         Anti piretik atau analgesik (derifat, salisil/pirazolon, metamizol,
metampiron dan paracetamol)
         Kloepromazin
         Karbamazepin
         Kirin Antipirin
         Tegretol
b)     Infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, jamur dan parasit)
         Neoplasma dan faktor endokrin
c)      Faktor fisik (sinar matahari, radiasi, sinar-X)
d)     Makanan

C.    Tanda dan gejala


Sindroma Steven Johnson ini umunya terdapat pada anak dan dewasa,
jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan umumnya bervariasi dari
baik sampai buruk sampai kesadarannya spoor dan koma. Berawal dari penyakit
akut dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala,
batuk, pilek dan nyeri tenggorokan. Trias Steven Johnson (Hudak & Gallo, 2010.
Hlm: 601) adalah :
a)      Kelainan kulit berupa eritema, vesikel, dan bula yang kemudian memecah
sehingga terjadi erosi yang luas. Purpura dapat terjadi dan prognosisnya
menjadi lebih buruk. Pada keadaan berat kelainannya generalisata.
b)      Kelainan selaput lendir orifisium, yang tersering ialah mukosa mulut (100%),
orifisium genitalia eksterna  (50 %), lubang hidung (8%), dan anus (4%).
c)      Kelainan mata (80%) yang tersering konjungtivitis kataralis. Dapat terjadi
konjungtivitis purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea, iritis dan
iridosiklitis.
d)     Selain kelainan tersebut dapat terjadi kelainan lain, misalnya nefritis dan
onikolisis.

D.    Patofisiologi
Menurut Ignatavicius, Workman (2008, hlm.1614), Syndrom Steven
Johnson disebabkan karena adanya trauma dan kelainan neurologis yang akan
mengakibatkan gangguan syaraf pernafasan dan otot pernafasan sehingga
menyebabkan peningkatan permeabilitas membran alveolar kapiler. Karena
gangguan tersebut dapat menyebabkan adanya dua macam gangguan yaitu yang
pertama yaitu apithelium alveolar yang menyebabkan penumpukan cairan alveoli
sehingga terjadi edema pulmo sehingga penurunan comlain paru, cairan surfaktan
menurun dan mengakibatkan gangguan pengembangan paru sehingga terjadi
ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang dengan penyakit hipoksemia dan
hiperkpnia denga melakukan tindakan primer tetapi menyababkan dampak
ventilasi mekanik seperti resiko infeksi dan resiko cedera. Sedangkan gangguan
yang kedua adalah yaitu  gangguan endothelium kapiler dengan cairan masuk
keintestinal sehingga peningkatan tahanan nafas dan kehilangan fungsi silia
saluran pernafasan dan bersihan jalan nafas tidak efektif.

E.     Penatalaksanaan
1.      Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati
dengan prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk
dan lesi menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid
merupakan tindakan file-saving dan digunakan deksametason intravena
dengan dosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari.
Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-
Johnson berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 6×5 mg
intravena. Setelah masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul
lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap
hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason
intravena diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya prednisone yang
diberikan keesokan harinya dengan dosis 20 mg sehari, sehari kemudian
diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut dihentikan. Lama
pengobatan kira-kira 10 hari.
Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan
elektrolit (K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila
terjadi hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam
bila terjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid
diberikan diet tinggi protein/anabolik seperti nandrolok dekanoat dan
nanadrolon. Fenilpropionat dosis 25-50 mg untuk dewasa (dosis untuk anak
tergantung berat badan).
2.       Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang
dapat menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang
menyebabkan alergi, berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya
gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg.
3.       Infus dan tranfusi darah
Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena
pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan
serta kesadaran dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus misalnya
glukosa 5 % dan larutan Darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan dalam
2-3 hari, maka dapat diberikan transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2 hari
berturut-turut, terutama pada kasus yang disertai purpura yang luas. Pada
kasus dengan purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C 500 mg
atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik.
4.      Topikal
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in orabase.
Untuk lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim
sulfadiazine perak.
Tes diagnostic
A.    Pemeriksaan laboratorium:
Tidak ada pemeriksaan labor (selain biopsi) yang dapat membantu dokter dalam
menegakkan diagnosa.
B.     Pemeriksaan darah lengkap (CBC) dapat menunjukkan kadar sel darah putih
yang normal atau leukositosis nonspesifik. Penurunan tajam kadar sel darah
putih dapat mengindikasikan kemungkinan infeksi bakterial berat.
C.     Determine renal function and evaluate urine for blood.
D.    Pemeriksaan elektrolit
E.     Kultur darah, urine, dan luka diindikasikan ketika infeksi dicurigai terjadi.
F.      Pemeriksaan bronchoscopy, esophagogastro duodenoscopy (EGD), dan
kolonoskopi dapat dilakukan
G.    Chest radiography untuk mengindikasikan adanya pneumonitis
H.    Pemeriksaan histopatologi dan imonohistokimia dapat mendukung
ditegakkannya diagnosa.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN STEVEN JOHNSON

A.    Pengkajian
1.      Biodata
Nama               : Tn. X
Umur                : 30
Pekerjaan         : PNS
2.      Riwayat kesehatan
a.      Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri seperti panas terbakar.
b.      Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengalami eritema, vesikel, bula dan terjadi purpura, berat badan
menurun, sulit menelan, tidak selera makan, nyeri tenggorokan.
c.       Riwayat kesehatan dahulu
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
d.      Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mempunyai penyakit menular.
3.      Pengkajian pola fungsional
1)      Pola nafas
Sebelum sakit  : Pasien dapat bernafas dengan normal tanpa alat bantu
 pernafasan.
Saat dikaji       : Pasien dapat bernafas dengan normal tanpa alat bantu
 pernafasan.
2)      Nutrisi
Sebelum sakit  : Pasien mengatakan 3x sehari dengan porsi nasi
 dengan lauk pauk seadanya dan minum air putih  6-7
 gelas.
Saat dikaji       : Pasien hanya menghabiskan setengah porsi makan
                         yang disediakan dari rumah sakit dan mual muntah
 ketika makan . minum air putih 5 gelas perhari dan 
 minum air teh.
3)      Eliminasi
Sebelum sakit  : Pasien mengatakan biasa BAB 1 kali sehari dengan
  konsistensi padat,warna kuning,BAK 4-5 x/hari
  dengan warna kuning jernih.
Saat dikaji       : Pasien mengatakan BAB 1 kali sehari dengan
 konsistensi lembek , warna kuning kecoklatan,berbau
 khas fese. BAK 4 – 7 kali sehari dengan warna
 kuning keruh seperti teh.
4)      Pola istirahat tidur
Sebelum sakit  : Pasien bisa tidur 7-8 jam/hari tanpa ada gangguan
 jarang tidur siang.
Saat dikaji       : Pasien mengatakan tidak bisa tidur semalaman dan
 juga siang tidak bisa tidur.
5)      Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit  : Pasien dapat melakukan kegiatan dan aktifitas tanpa
 bantuan orang lain.
Saat dikaji       : Pasien tidak dapat bergerak bebas karena badanya
  nyeri. Aktivitas sehari – hari seperti mandi, makan,
 BAB, BAK dibantu perawat dan keluarga.
6)      Personal higine
Sebelum sakit  : Pasien mnegatakn 2x/hari dengan mengguanakan
 sabun dan selau gosok gigi keramas 2x seminggu.
Saat dikaji       : Pasien hanya diseka oleh keluarganya pagi dan sore
  hari.
7)      Berpakaian
Sebelum sakit  : Pasien memilih dan memakai secara mandiri.
Saat dikaji       : Pasien berpakaian dengan dibantu oleh keluarga.
8)      Mempertahankan suhu tubuh
Sebelum sakit  : Pasien mnegatakan jika dingin memakai jaket dan
  slimut jika panas pasien hanya memakai baju yang
  tipis dan menyerap kringat.
Saat dikaji       : Pasien tidak memakai baju dan hanya memakai sarung
  dan slimut , suhu 36,4oC
9)      Rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit  : Pasien merasa aman dan nyaman.
Saat dikaji       : Pasien merasa tidaknyaman karena badannya terasa
  nyeri seperti terbakar.
10)  Komunikasi
Sebelum sakit  : Pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan
  orang lain dengan lancer baik bis amenggunakan
  bahaasa jawa dan Indonesia.
Saat dikaji       : Pasien mengatakan kawatir bila penyakitnya tak
  sembuh.
11)  Bekerja
Sebelum sakit  : Pasien bekerja sebagai petani.
Saat dikaji       : Pasien tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasa
12)  Ibadah
Sebelun sakit   : Pasien mnengatatkan beragama islam dan biasa
                         menjalankan sholat 5 waktu.
Saat dikaji       : Pasien dapat menjalankan ibadah sholat 5 waktu.
13)  Rekreasi
Sebelum sakit  : Pasien mengatakan untuk mengisi waktu luangnya
                         passion slalu berkumpul dengan kluarga terdekat atau
  keluarga.
Saat dikaji       : Pasien hanya tiduran ditempat tidur dan berbincang-
  bincang dengan kluarga dan pasien sebelahnya.
14)  Belajar
Sebelum sakit  : Pasien mngatakan tidak mengetahui tantang penyakit
  sekarang.
Saat dikaji       : Pasien mendapatkan informasi tentang penyakit dari
  dokter dan perawat.
4.      Pemeriksaan fisik
         Tanda-tanda vital
1)      Keadaan umum           : compos mentis
2)      Tekanan darah             : 120/70 mmHg
3)      Nadi                            : 70 x/menit
4)      Suhu                            : 370C
5)      Respirasi                      : 25 x/menit
         Head to toe
1)      Kulit dan rambut
Inspeksi
Warna kulit                 : merah muda (normal), tidak ada lesi
Jumlah rambut            : tidak rontok
Warna rambut             : hitam
Kebersihan rambut      : bersih
Warna kulit sawo matang, terdapat eritema.
2)      Kepala
Inspeksi           : Bentuk simetris antara kanan dan kiri
              Bentuk kepala lonjong tidak ada lesi
Palpasi             : Tidak ada nyeri tekan.
3)      Mata
Inspeksi           : Bentuk bola mata lonjong, sklera ikhterik.
4)      Telinga
Inspeksi           : Ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri,
 tidak ada serumen pada lubang telinga,
tidak ada benjolan.
5)      Hidung
Inspeksi           : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada lesi
Palpasi             : Tidak ada benjolan.
6)      Mulut
Inspeksi           : Bentuk mulut simetris, lidah bersih, gigi bersih,
                          mukosa lembab.
7)      Leher
Inspeksi           : Bentuk leher simetris, tidak terdapat benjolan
  di leher.
Palpasi             : ada nyeri telan.
8)      Paru
Inspeksi           : simetris antara kanan dan kiri
Palpasi             : getaran lokal femitus sama antara kanan dan
   kiri
Auskultasi        : normal
Perkusi            : resonan
9)      Abdomen
Inspeksi           : perut datar simetris antara kanan dan kiri
Palpasi             : tidak ada nyeri
Perkusi            : resonan
5.      Pemeriksaan penunjang
a)      Pemeriksaan laboratorium:
Tidak ada pemeriksaan labor (selain biopsi) yang dapat membantu dokter
dalam menegakkan diagnosa.
b)     Pemeriksaan darah lengkap (CBC) dapat menunjukkan kadar sel darah
putih yang normal atau leukositosis nonspesifik. Penurunan tajam kadar
sel darah putih dapat mengindikasikan kemungkinan infeksi bakterial
berat.
c)      Determine renal function and evaluate urine for blood.
d)     Pemeriksaan elektrolit
e)      Kultur darah, urine, dan luka diindikasikan ketika infeksi dicurigai
terjadi.
f)       Pemeriksaan bronchoscopy, esophagogastro duodenoscopy (EGD), dan
kolonoskopi dapat dilakukan.
g)      Chest radiography untuk mengindikasikan adanya pneumonitis
h)     Pemeriksaan histopatologi dan imonohistokimia dapat mendukung
ditegakkannya diagnosa.

B.     Analisa data
No. Tgl/jam Data fokus Etiologi Problem
1.        Ds: Inflamasi dermal
Gangguan
Pasien mengatakan nyeri dan
         integritas
seperti panas terbakar epidermal kulit
Do:
Kulit terlihat kemerahan
        

Eritema
        

Terdapat bula dan terjadi


        

pupura
2.        Ds: Kesulitan Gangguan
Pasien
         mengatakan menelan nutrisi
kesulitan saat menelan kurang dari
Pasien mengatakan tidak
         kebutuhan
selera makan tubuh
Pasien mengatakan nyeri
        

saat menelan
Do:
Berat badan menurun
        

Pasien terlihat pucat dan


        

lemah
3.        Ds: Inflamasi pada Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri
         kulit
P:  nyeri saat bergerak
        

Q: seperti terbakar
        

R: dikulit
        

S: 7
        

T: saat bergerak
        

Do:
Pasien tampak menahan
        

nyeri
Pasien tampak merengek
        

C.    Diagnose keperawatan
1)      Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan inflamasi
dermal dan epidermal.
2)      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kesulitan menelan.
3)      Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada kulit.

D.    Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1.        Gangguan integritas
Diharapkan inflamasi
Observasi kulit setiap hari
kulit yang dermal dan epidermal catat turgor sirkulasi
berhubungan berkurang dan sensori serta
dengan perubahan lainnya
inflamasi dermal
kriteria hasil : yang terjadi.
dan epidermal Menunjukkan kulit dan
jaringan kulit yang
Inspeksi kulit pasien
utuh setiap pergantian tugas
jaga,dokumentasi
kondisi kulit dan
laporkan setiap
perubahan keadaan.

Lakukan perawatan luka


pada kulit agar infeksi
tidak meluas dan
untuk mempercepat
proses penyembuhan.

Ubah posisi pasien


minimal 2 jam dan
ikuti jadwal
pengubahan posisi
yang dipasang
disamping tempat tidur
Pantau pengubahan
posisi.

Kolaborasi dengan tim


medis
2.        Gangguan nutrisi
Setelah dilakukan Kaji kebiasaan makanan
kurang dari pemenuhan nutrisi yang disukai/tidak
kebutuhan tubuh selama 3x24 jam disukai.
berhubungan dengan kriteria hasil : Berikan makanan dalam
         Menunjukkan
dengan kesulitan berat porsi sedikit tapi
menelan badan stabil. sering.
Hidangkan makanan
Peningkatan berat badan dalam keadaan hangat.
Kolaborasi dengan ahli
gizi.
3.        Nyeri akut
Setelah dilakukan
Kaji keluhan nyeri,
berhubungan perawatan pemenuhan perhatikan lokasi dan
dengan rasa nyaman selama intensitasnya.
inflamasi pada 3x24 jam dengan
Berikan tindakan
kulit kriteria hasil : kenyamanan dasar ex:
Klien melaporkan nyeri pijatan pada area yang
berkurang. sakit.
Menunjukkan ekspresi
Pantau TTV.
wajah rileks. Kolaborasi pemberian
Postur tubuh rileks. analgetik sesuai
indikasi.

E.     Implementasi keperawatan
No. Tgl/jam Diagnosa Implementasi
1.        Gangguan Mengobservasi kulit setiap hari catat turgor
integritas kulit sirkulasi dan sensori serta perubahan
yang lainnya yang terjadi.
berhubungan
dengan Menginspeksi kulit pasien setiap pergantian
inflamasi tugas jaga,dokumentasi kondisi kulit
dermal dan dan laporkan setiap perubahan keadaan.
epidermal
Melakukan perawatan luka pada kulit agar
infeksi tidak meluas dan untuk
mempercepat proses penyembuhan.

Mengubah posisi pasien minimal 2 jam dan


ikuti jadwal pengubahan posisi yang
dipasang disamping tempat tidur Pantau
pengubahan posisi.

Mengkolaborasi dengan tim medis.


2.        Gangguan nutrisi
Mengkaji kebiasaan makanan yang
kurang dari disukai/tidak disukai.
kebutuhan Memberikan makanan dalam porsi sedikit
tubuh tapi sering.
berhubungan Menghidangkan makanan dalam keadaan
dengan hangat.
kesulitan Mengkolaborasi dengan ahli gizi.
menelan
3.        Nyeri akut
Mengkaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi
berhubungan dan intensitasnya.
dengan Memberikan tindakan kenyamanan dasar
inflamasi pada ex: pijatan pada area yang sakit.
kulit Memantau TTV.
Mengkolaborasi pemberian analgetik sesuai
indikasi.

F.     Evaluasi
No. Tgl/jam SOAP
1.        S: pasien mengatakan tidak merasa nyeri seperti terbakar.
O: Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang utuh.
A: masalah keperawatan teratasi.
P: hentikan intervensi.
2.        S: pasien mengatakan sudah tidak mengalami kesusahan
menelan.
O: berat badan pasien dalam rentang normal.
A: masalah keperawatan teratasi.
P: hentikan intervensi.
3.        S: pasien tidak merasa nyeri lagi
O: pasien terlihat rileks
A: masalah keperawatan teratasi.
P: hentikan intervensi.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang
terdiri dari erupsi kulit, kelainan dimukosa dan konjungtifitis (Junadi,
1982: 480).
Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa
eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput
lendir yang orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik
sampai buruk (Mansjoer, A. 2000: 136).

B. SARAN
Ketahui penyebab reaksi. Apabila kondisi disebabkan oleh pengobatan,
pelajari nama obat tersebut dan obat-obatan yang terkait. Catatlah dan
perhatikan setiap kali Anda harus mengonsumsi obat.

Beri tahu dokter. Beri tahu semua tim medis yang menangani Anda bahwa
Anda memiliki riwayat sindrom Steven-Johnson syndrome. Apabila reaksi
disebabkan oleh suatu obat, beri tahu mereka sebelum Anda mendapatkan
resep obat-obatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Halim Effendi E. Sindrom Stevens Johnson dan nekrolisis epidermal


toksik. Dalam: Menaldi SLS editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Edisi 7. Jakarta: FK UI; 2017. hlm 199-200.
2. Valeyrie AL CRJ. Epidermal necrolysis (Stevens-Johnson syndrome
and toxic epidermal necrolysis). Dalam: Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editor. Fitzpatrick’s
dermatology in general medicine. Edisi 8.Amerika Serikat: McGraw-
Hill; 2012. hlm 439- 448.
3. Maelani N, Sufiawati I, Darmadji HP. The prevalence of stevens
johnson syndrome caused by antiretroviral in hospitalized patients at Dr
. Hasan Sadikin General Hospital Bandung. Padjadjaran Journal of
Dentistry. 2009;21(3):hlm 195–199.
4. Hsu DY, Brieva J, Silverberg NB, Silverberg JI. Morbidity and
mortality of Stevens-Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis
in United States adults. J Invest Dermatol. 2016;136(7):hlm 1387–1397
5. Yang S-C, Hu S, Zhang S-Z, Huang J, Zhang J, Ji C, et al. The
epidemiology of stevens-johnson syndrome and toxic epidermal
necrolysis in china. J Immunol Res. 2018;hlm 1–10.
6. Rahayu Amelia, Rina Gustia R. Profil sindrom Stevens Johnson pada
pasien rawat inap di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2010
sampai Desember 2011. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014;3(2):hlm 110-
113.
7. Mochtar M, Negara WP, Murasmita A. Angka kejadian sindrom
StevensJohnson dan nekrolisis epidermal toksik RS Dr. Moewardi
Surakarta periode Agustus 2011-Agustus 2013. Maj Dermatologi dan
Venereol Indones. 2015;42(2):hlm 65–69.

Anda mungkin juga menyukai