Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

LANSIA SEBAGAI POPULASI BERESIKO DAN RENTAN

OLEH :
Kelompok 6
Nama :1.Agripa Natu Falo
2.Dedi Supriyanto Bili
3.Edwin Ratu Paga
4.Serfiyanti Dima Dojo

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA KUPANG


2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "MAKALAH LANSIA
SEBAGAI POPULASI BERESIKO DAN RENTAN" dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas ”MATA KULIAH GERONTIK”.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 13 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN………………….................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................3
1.3 Manfaat....................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................5


2.1 Tinjauan Teori..........................................................................................5
2.2.1 Pengertian Lansia..................................................................................5
2.2.2 Psikososial.............................................................................................11
BAB III PENUTUP......................................................................................16
a. Kesimpulan........................................................................................16
b. Saran..................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................18

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang

telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada

manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok

yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging process

atau proses penuaan.

Berdasarkan Kementerian Kesehatan atau Kemenkes (2019) Indonesia

mulai memasuki periode aging population, dimana terjadi peningkatan umur

harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia. Di Indonesia

mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada

tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan dapat

diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa

(15,77%). Peningkatan jumlah penduduk lansia di masa depan dapat membawa

dampak positif maupun negatif. Akan berdampak positif apabila penduduk lansia

berada dalam keadaan sehat, aktif, dan produktif. Disisi lain peningkatan jumlah

penduduk lansia akan menjadi beban apabila lansia memiiliki masalah penurunan

kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan, definisi kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
masalah kardiovaskuler antara lain: hipertensi, angina pektoris, infark
miokardium dan cedera serebrovaskuler. Pada lansia, hipertensi menjadi masalah
karena sering ditemukan dan menjadi faktor utama stroke, payah jantung dan

1
penyakit jantung koroner.
Berdasarkan Riset kesehatan dasar atau Riskesdas (2018) penyakit yang

terbanyak pada lansia adalah untuk penyakit tidak menular salah satunya adalah

hipertensi.Berbagai faktor yang diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi

primer seperti bertambahnya usia, stress psikologis, pola konsumsi yang tidak

sehat, dan hereditas. World Health Organization (WHO) menyatakan hipertensi

merupakan silent killer. Banyak masyarakat terutama lansia yang tidak memiliki

pengetahuan mengenai hipertensi hal ini menyebabkan lansia acuh terhadap

penyakit ini, kemudian dapat membuat lansia menjadi tidak mengatur pola

konsumsi makannya, menurunnya kemampuan lidah sebagai indera perasa umum

terjadi pada lanjut usia atau lansia sebagai proses makannya, tak jarang lansia

dapat mengkonsumsi garam secara berlebihan sebagai perasa pada makananya.

Selain itu kurangnya pengetahuan lansia mengenai penyakit hipertensi dapat

membuat presepsi tersendiri mengenai penyakit yang ternyata berbahaya ini,

sehingga lansia akan mengabaikan dan tidak ingin berobat karena merasa sudah

lanjut usia yang mereka ketahui seorang lansia memang sudah rentan terhadap

penyakit karena memasuki tahap akhir kehidupannya.

karena merasa sudah lanjut usia yang mereka ketahui seorang lansia

memang sudah rentan terhadap penyakit karena memasuki tahap akhir

kehidupannya.Lansia memerlukan berbagai macam makanan untuk menjaga

keseimbangan gizi, salah satunya mengurangi garam dianjurkan karena

pengurangan natrium telah terbukti menurunkan hipertensi. Badan kesehatan

dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola

konsumsi garam yang dapat mengurangi resiko terjadinya hipertensi. Hipertensi

juga dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, diet

yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah serta konsumsi gula,
2
garam dan lemak berlebih obesitas, kurang aktifitas fisik, konsumsi alkohol

berlebihan dan stres. Selain itu pengetahuan tentang pola hidup sehat dan

kesadaran pasien tentang hipertensi merupakan faktor penting dalam mencapai

kontrol tekanan darah salah satunya dapat memperbaiki pola makan.

Perawatan lansia atau lanjut usia bertujuan untuk mempertahankan

kesehatan dan kemampuan lanjut usia dengan jalan perawatan peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif) serta membantu

mempertahankan dan membesarkan semangat hidup mereka, selanjutnya

perawatan menolong dan merawat lanjut usia yang menderita penyakit dan

gangguan tersebut (Kementerian kesehatan atau Kemenkes, 2013).

Berdasarkan data Direktorat Kesehatan Keluarga sampai dengan tahun

2018, sudah terdapat 48,4% puskesmas yang telah menyelenggarakan pelayanan

kesehatan yang santun lansia dan sudah mempunyai 100.470 lansia .Maka dalam

kesempatan ini untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi

termasuk para lansia, yaitu meningkatkan kualitas pelayanan dan pengetahuan

lansia dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan mudah dijangkau dan sebagai

pendidik kesehatan perawat-perawat harus membantu melakukan penyuluhan dan

menjadi konsultan yang berperan dalam memberikan asuhan keperawatan,

termasuk mengenai penyakit hipertesi.

1.2 Tujuan Penelitian

Melaksanakan asuhan keperawatan gerontik pada pasien yang mengalami

hipertensi dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan gerontik

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Teoritis

Dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi dunia pendidikan


3
dalam mengembangkan ilmu keperawatan gerontik khususnya mengenai

asuhan keperawatan gerontik dengan kasus hipertensi.

1.3.2 Praktis

1) Bagi klien dan keluarga klien dapat menjaga pola makan, menghindari

stress, sehingga meminimalkan kekambuhan. Keluarga juga mampu

memberdayakan masalah kesehatan yang terjadi pada keluarganya.

2) Bagi penulis sebagai sarana untuk mengaplikasikan mata kuliah Riset

Keperawatan Gerontik yang berkaitan dengan pemberian asuhan

Keperawatan Gerontik pada Lansia dengan hipertensi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.2.1 Lansia

a.Pengertian Lansia

Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai

dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres

lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang

untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis

(Effendi, 2016).

Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dantidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
(Ratnawati, 2017).
Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia    adalah

seseorang  yang  telah  berusia  >  60  tahun,  mengalami penurunan  kemamp

uan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

seorang diri.

b.Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :

2.2.1.1 Young old (usia 60-69 tahun)

2.2.1.2 Middle age old (usia 70-79 tahun)

2.2.1.3 Old-old (usia 80-89 tahun)

2.2.1.4 Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

c.Karakteristik Lansia

Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017) yaitu :

1.Usia

5
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia

adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Ratnawati,

2017).

2.Jenis kelamin

Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin

perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling

tinggi adalah perempuan (Ratnawati, 2017).

3. Status pernikahan

Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk lansia

ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus kawin (60 %)

dan cerai mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu lansia perempuan yang

berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari keseluruhan yang cerai mati, dan

lansia laki-laki yang berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan

usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia

harapan hidup laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan yang

berstatus cerai mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai

umumnya kawin lagi (Ratnawati,2017).

4.Pekerjaan

Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat berkualitas

adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial dan mental

sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap berpartisipasi

dalam rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat.

Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI 2016 sumber

dana lansia sebagian besar pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%) dan

(3,8%) adalah tabungan, saudara atau jaminan sosial (Ratnawati, 2017).

5.Pendidikan terakhir

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan bahwa


6
pekerjaan lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sangat sedikit yang

bekerja sebagai tenaga professional. Dengan kemajuan pendidikan

diharapkan akan menjadi lebih baik (Darmojo & Martono, 2006).

6.Kondisi kesehatan

Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016)

merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat

kesehatan penduduk. Semakin rendah angka kesakitan menunjukkan

derajat kesehatan penduduk yang semakin baik.Angka kesehatan

penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05%, artinya bahwa dari setiap

100 orang lansia terdapat 25 orang di antaranya mengalami sakit.

Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak menular (PTM) antar lain

hipertensi, artritis, strok, diabetes mellitus (Ratnawati, 2017).

d.Perubahan pada Lanjut Usia

Menurut Potter & Perry (2009) proses menua mengakibatkan terjadinya

banyak perubahan pada lansia yang meliputi :

a. Perubahan Fisiologis

Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada persepsi

pribadi atas kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia yang memiliki

kegiatan harian atau rutin biasanya menganggap dirinya sehat,

sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik, emosi, atau sosial yang

menghambat kegiatan akan menganggap dirinya sakit.

Perubahan fisiologis pada lansia bebrapa diantaranya, kulit kering,

penipisan rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks batuk,

pengeluaran lender, penurunan curah jantung dan sebagainya.

Perubahan tersebut tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat lansia

lebih rentan terhadap beberapa penyakit. Perubahan tubuh terus

menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi


7
kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.

b. Perubahan Fungsional

Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif, dan

sosial. Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya

berhubungan dengan penyakit dan tingkat keparahannya yang akan

memengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan seorang

lansia.

Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan perilaku aman

dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk menentukan

kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam ADL

merupakan tanda penyakit akut atau perburukan masalah kesehatan.

c. Perubahan Kognitif

Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan

gangguan kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar

neurotransmiter) terjadi pada lansia yang mengalami gangguan

kognitif maupun tidak mengalami gangguan kognitif. Gejala gangguan

kognitif seperti disorientasi, kehilangan keterampilan berbahasa dan

berhitung, serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses

penuaan yang normal.

d. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses

transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia seseorang,

maka akan semakin banyak pula transisi dan kehilangan yang harus

dihadapi. Transisi hidup, yang mayoritas disusun oleh pengalaman

kehilangan, meliputi masa pensiun dan perubahan keadaan finansial,

perubahan peran dan hubungan, perubahan kesehatan, kemampuan

8
fungsional dan perubahan jaringan sosial.

Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya

dengan keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia

yang memasuki masa-masa pensiun akan mengalami kehilangan-

kehilangan sebagai berikut:

a. Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).

b. Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).

c. Kehilangan teman/kenalan atau relasi

d. Kehilangan pekerjaan/kegiatan. Kehilangan ini erat kaitannya

dengan beberapa hal sebagai berikut:

1. Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan

cara hidup (memasuki rumah perawatan, pergerakan lebih

sempit).

2. Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.

Biaya hidup meningkat padahal penghasilan yang sulit, biaya

pengobatan bertambah.

3. Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.

(1) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan

sosial.

(2) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan

dan kesulitan.

(3) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

(4) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan

dengan teman dan keluarga.

(5) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan

terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri)

5. Permasalahan Lanjut Usia


9
Menurut Suardiman (2011), Kuntjoro (2007), dan Kartinah

(2008) usia lanjut rentan terhadap berbagai masalah kehidupan.

Masalah umum yang dihadapi oleh lansia diantaranya:

a.Masalah ekonomi

Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja,

memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama.

Disisi lain, usia lanjut dihadapkan pada berbagai kebutuhan

yang semakin meningkat seperti kebutuhan akan makanan yang

bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin,

kebutuhan sosial dan rekreasi. Lansia yang memiliki pensiun

kondisi ekonominya lebih baik karena memiliki penghasilan

tetap setiap bulannya. Lansia yang tidak memiliki pensiun,

akan membawa kelompok lansia pada kondisi tergantung atau

menjadi tanggungan anggota keluarga (Suardiman, 2011).

b.Masalah sosial

Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya

kontak sosial, baik dengan anggota keluarga atau dengan

masyarakat. kurangnya kontak sosial dapat menimbulkan

perasaan kesepian, terkadang muncul perilaku regresi seperti

mudah menangis, mengurung diri, serta merengek-rengek jika

bertemu dengan orang lain sehingga perilakunya kembali

seperti anak kecil (Kuntjoro, 2007).

c.Masalah kesehatan

Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya

masalah kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan penurunan

fungsi fisik dan rentan terhadap penyakit (Suardiman, 2011).

10
d.Masalah psikososial

Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat

menimbulkan gangguan keseimbangan sehingga membawa

lansia kearah kerusakan atau kemrosotan yang progresif

terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya, bingung,

panik, depresif, dan apatis. Hal itu biasanya bersumber dari

munculnya stressor psikososial yang paling berat seperti,

kematian pasangan hidup, kematian sanak saudara dekat, atau

trauma psikis. (Kartinah, 2008).

2.2.2 Psikososial

a.Pengertian Psikososial

Psikososial berasal dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada

aspek psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku) sedangkan

sosial mengacu pada hubungan eksternal individu dengan orang-orang di

sekitarnya (Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI dalam Yuanita, 2016).

Psikososial merupakan hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan

kesehatan mental atau emosionalnya yang melibatkan aspek psikologis dan

aspek sosial. Psikososial menunjuk pada hubungan yang dinamis antara

faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu

sama lain.

b.Teori Perubahan Psikososial Lansia

Teori yang berkaitan dengan perubahan psikososial lansia menurut Aspiani

(2014) yaitu:

1.Teori Psikologi

2.Teori Tugas Perkembangan

Menurut Havigurst (1972) Teori ini menyatakan bahwa tugas

perkembangan pada masa tua adalah :


11
a.Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik   dan

kesehatan

b.Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan      

berkurangnya penghasi

(3) Psikososial
(a) Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup

(b)Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya

(c)Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan

(d)Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes Penyesuaian

diri yang dilakukan lansia yakni untuk beradaptasi dengan perubahan-

perubahan yang harus dilalui oleh seorang lansia sehingga dapat mencapai

tugas perkembangan yang sesuai.

(4). Teori Individual Jung

Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran seseorang dan

ketidaksadaran bersama. Kepribadian digambarkan terhadap dunia luar

atau kearah subjektif dan pengalaman-pengalaman dari dalam diri

(introvert). Keseimbangan antara kekuatan tersebut merupakan hal

penting bagi kesehatan mental.

(5)Teori Delapan Tingkat Kehidupan

Tugas perkembangan pada usia tua yang harus dijalani adalah untuk

mencapai keseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa. Teori

perkembangan menurut Erickson tentang penyelarasan integritas diri

dapat dipilih dalam tiga tingkat yaitu pada perbedaan

ego terhadap  peran  perkerjaan  preokupasi,  perubahan  tubuh terhadap

pola preokupasi, dan perubahan ego terhadap ego preokupasi. Pada tahap

perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, tugas perkembangan

yang harus dijalani oleh lansia adalah menerima identitas diri sebagai

12
orang tua dan mendapatkan dukungan yang adekuat dari lingkungan

untuk menghadapi adanya peran baru sebagai orang tua (preokupasi).

Adanya pensiun dan atau pelepasan pekerjaan merupakan hal yang dapat

dirasakan sebagai sesuatu yang menyakitkan dan menimbulkan

penurunan harga diri.

c.Faktor yang mempengaruhi kesehatan psikososial lansia menurut Kuntjoro

(2002), antara lain:

1.Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya

penurunan kondisi fisik yang berganda (multiple pathology). Menurut

Ratnawati (2017) perubahan fisik terdiri dari:

a. Perubahan pada kulit: kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi

lebih kering dan keriput. Kulit dibagian bawah mata berkantung dan

lingkaran hitam dibawah mata menjadi lebih jelas dan permanen. Selain

itu warna merah kebiruan sering muncul di sekitar lutut dan di tengah

tengkuk. Rambut rontok, warna berubah menjadi putih, kering dan tidak

mengkilap.

b. Perubahan otot: otot orang yang berusia madya menjadi lembek dan

mengendur di sekitar dagu, lengan bagian atas dan perut.

c. Perubahan pada persendian: masalah pada persendian terutama pada

bagian tungkai dan lengan yang membuat mereka menjadi agak sulit

berjalan.

d. Perubahan pada gigi: gigi menjadi kering, patah, dan tanggal sehingga

lansia kadang-kadang menggunakan gigi palsu.

e. Perubahan pada mata: mata terlihat kurang bersinar dan cenderung

mengeluarkan kotoran yang menumpuk di sudut mata, kebanyakan

menderita presbiopi, atau kesulitan melihat jarak jauh, menurunnya

13
akomodasi karena penurunan elastisitas mata.

f. Perubahan pada telinga: fungsi pendengaran sudah mulai menurun,

sehingga tidak sedikit yang menggunakan alat bantu pendengaran.

g. Perubahan pada sistem pernapasan: napas menjadi lebih pendek dan

sering tersengal-sengal, hal ini akibat penurunan kapasitas total paru-

paru, residu volume  paru dan konsumsi oksigen nasal,ini akan menurunkan 

fleksibilitas dan elastisitas paru.

h. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali

berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti:

1. Gangguan jantung.
2. Gangguan metabolisme.
3. Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi
4. Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau
nafsu makan sangat kurang.
5. Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antihipertensi atau
golongan steroid.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:

a) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada

lansia.

b) Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta

diperkuat oleh tradisi dan budaya.

c) Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam

kehidupannya.

d) Pasangan hidup telah meninggal.


e) Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan

jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dan sebagainya.

2. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan

14
ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan

hari tua, namun dalam kenyatannya sering diartikan sebagai kehilangan

penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegitan, harga diri dan status. Lansia

yang memiliki agenda kerja yang tidak terselesaikan dan menganggap

pensiun sebagai sesuatu yang tidak mungkin.

3.Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Peran merupakan kumpulan dari perilaku yang secara relatif homogen

dibatasi secara normative dan diharapkan dari seseorang yang

menempati posisi sosial  yang diberikan

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai

dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres

lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang

untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis

(Effendi, 2016).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan, definisi kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik,

mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

masalah kardiovaskuler antara lain: hipertensi, angina pektoris, infark

miokardium dan cedera serebrovaskuler. Pada lansia, hipertensi menjadi

masalah karena sering ditemukan dan menjadi faktor utama stroke, payah

jantung dan penyakit jantung koroner. Berbagai faktor yang diduga turut

berperan sebagai penyebab hipertensi primer seperti bertambahnya usia, stress

psikologis, pola konsumsi yang tidak sehat, dan hereditas. World Health

Organization (WHO) menyatakan hipertensi merupakan silent killer.

Perawatan lansia atau lanjut usia bertujuan untuk mempertahankan

kesehatan dan kemampuan lanjut usia dengan jalan perawatan peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif) serta membantu

mempertahankan dan membesarkan semangat hidup mereka, selanjutnya

perawatan menolong dan merawat lanjut usia yang menderita penyakit dan

gangguan tersebut (Kementerian kesehatan atau Kemenkes, 2013).

16
3.2 Saran

1. Bagi Lansia
Lansia diharapkan untuk tetap melakukan kegiatan-kegiatan yang diadakan
diposyandu lansia sepeerti senam lansia dan pemeriksaan kesehatan serta selalu
menjalin hubungan dengan kelompok lansia untuk mendapatkan dukungan dari
kelompok dan masyarakat sekitar.
2. Bagi Keluarga
Bagi anggota keluarga seperti pasangan, anak dan anggota keluarga lainnya

diharapkan untuk lebih memperhatikan lansia dalam menjalankan aktivitas sehari-

hari seperti dukungan terhadap lansia, melibatkan lansia dalam pengambilan

keputusan dan memberikan rasa kebahagiaan kepada lansia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, A,K. (2018). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dan Tingkat Stres pada

Lansia.Yogyakarta.

Afida. (2011). Hubungan Antara Pemenuhan Kebutuhan Berafiliasi dengan tingkat

Depresi pada Wanita Usila di Panti Werdha. 209.85-173 .Yogyakarta

Donsu, J. D. T. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta :

Moscovice, I., & Kozhimannil, K. (2019). Differences in Social Isolation and Its
Relationship to Health by Rurality. Journal of Rural Health, 0(2018), 1–10.
https://doi.org/10.1111/jrh.12344 Hindle, A and Coates, A. (2011). Nursing
care of older people. New York: Oxford University Press

18
19

Anda mungkin juga menyukai