Anda di halaman 1dari 44

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah tentang “Melakukan Tindakan Keperawatan Pada Lansia dengan Pendekatan
Keluarga” ini dapat terselesaikan tepat waktu. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
pihak yang sudah membantu baik bantuan fisik maupun batin.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan
baik dalam cara penulisannya, pemilihan kata atau dalam penyusunannya. Maka dari itu, penulis
mengharapkan bagi para pembaca agar memberikan kritik-kritik yang positif yang dapat
membangun penulisan ini menjadi lebih baik.

Denpasar, 04 September 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................................3

BAB II.............................................................................................................................................4

PEMBAHASAN..............................................................................................................................4

2.1 Lanjut Usia........................................................................................................................4

2.2 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia................................................................9

2.3 Tindakan Keperawatan Pada Lansia dengan Pendekatan Keluarga...............................15

BAB III..........................................................................................................................................42

PENUTUP.....................................................................................................................................42

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Perawat yang
akan merawat lansia harus mengerti bagaimana memahami lansia tersebut
agar mampu merawat lansia sesuai dengan apa yang harus dilakukan. lansia
merupakan bagian dari keluarga, dan di dalam keluarga lansia adalah bagian
yang rentan sehingga harus mendapatkan perhatian. Perawatan lansia di
rumah dalam memenuhi kebutuhannya atau menunjang aktivitasnya selain
dilakukan oleh perawat juga dapat dilakukan oleh keluarga lansia tersebut,
sehingga perawat dalam melakukan tindakan juga dapat memberdayakan
keluarga lansia tersebut.
World Health Organization (WHO) menetapkan 60 tahun keatas sebagai
usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan
seseorang telah disebut lanjut usia. Proses menua merupakan proses yang
terus – menerus secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk
hidup. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan
saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit (Nugroho,
2008). Jadi, proses menua adalah suatu keadaan yang normal terjadi pada
setiap manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan
dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup
(AHH). Hal ini sejalan dengan keberadaan usia lanjut yang ditandai dengan
umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal
tersebut membutuhkanupaya serta peningkatan kesehatan dalam rangka
mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif sesuai
dengan pasal 19 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Maryam dkk,
2008).
Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur
lanjut usia (aging stuctured population) karena mempunyai jumlah penduduk

1
dengan usia 60 tahun keatas sekitar 7,18 %. Pulau yang mempunyai jumlah
penduduk lansia terbanyak (7%) adalah pulau Jawa dan Bali. Peningkatan
jumlah penduduk lanjut usia ini antara lain disebabkan karena tingkat sosial
ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan di bidang pelayanan
kesehatan dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat (Effendi,
2009). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah
penduduk lansia Indonesia adalah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93%
dari tahun 2000 yaitu sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah
penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per
tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di
Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa (BPS, 2010).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai
peran yang penting dalam keperawatan pada lansia. menyediakan sumber –
sumber yang penting untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi dirinya
dan orang lain dalam keluarga. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa
saja (penyakit, cedera, perpisahan) akan mempengaruhi satu atau lebih
anggota keluarga dalam hal tertentu (Ali, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Lanjut Usia ?
1.2.2 Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia ?
1.2.3 Apa saja tindakan Keperawatan Pada Lansia dengan Pendekatan
Keluarga ?

2
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Keperawatan Keluarga” mengenai Melakukan Tindakan
Keperawatan Pada Lansia dengan Pendekatan Keluarga.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Lanjut Usia.
2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan keluarga
dengan lansia
3. Untuk mengetahui tindakan Keperawatan Pada Lansia dengan
Pendekatan Keluarga

1.4 Manfaat Penulisan


Agar mahasiswa mampu memahami mengenai Melakukan Tindakan
Keperawatan Pada Lansia dengan Pendekatan Keluarga di dalam Keperawatan
Keluarga sehingga dapat melaksanakan peran sebagai perawat yang kompeten
dan mampu menerapkannya dalam praktik keperawatan pada lansia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Lanjut Usia


Pengertian Lanjut Usia
Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setup
orang. Lansia adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu
sama laen dalam perannya untuk menciptakan dan mempertahankan suatu
budaya. (Bailon G.Salvaclon,1978). Lansia adalah individu yang berusia diatas 60
tahun, pada umumnya memiliki tanda tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi
biologis,psikologis, social, ekonomi.(BKKBN, 1995).
Klasifikasi lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifiaksi pada lansia, antara lain :
1. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia
Seseorang yang berusia antara 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan. (Depkes RI, 2003)
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003)

4
Teori Tentang Proses Menua
Teori Biologik
1. Teori Genetik dan Mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul/DNA dan setup sel pada saatnya akan mengalami mutasi
2. Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
3. Autoimune
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Sad
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan mati
4. Teori radikal bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein radikal ini menyebabkan sel-sel tidak
dapat regenerasi.
Teori Sosial
1. Teori aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial
2. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas.
Tipe Kepribadian Lansia
Tipe kepribadian lansia sebagai berikut :
1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini
tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa

5
lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada
dirinya.
3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi
jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga
menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain
atau cenderung membuat susah dirinya.
Masalah-masalah yang di hadapi lanjut usia
Secara umum dikatakan bahwa masalah yang di hadapi yang dihadapi oleh
kelompok usia lanjut di Asia menyedihkan. Pemerintah di negara-negara Asia
masih memberikan rioritas yang sangat rendah untuk kesejahteraan sosial ara usia
lanjut karena negara-negara tersebut belum baik perekonomiannya. Sejumlah
besar keluarga miskin, di Asia tidak mampu lebih lama membantu orang tua
mereka walaupun mereka masih mempunyai sikap ingin terus memberikan
pelayanan kepada orangtuanya dalam, satu rumah. Beban kesehatan sangat terasa
bagi keluarga, sehingga mereka tidak dapat memberikan bantuan finansial dari
kesehatan orangtuanya.
Masalah yang dihadapi antara lain:
1. Ketiadaan sanak keluarga, kerabat dan masyarakat lingkungan yang dapat
memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupan
2. Kesulitan hubungan antara usia lanjut dengan keluarga di tempat selama ia
tinggal

6
3. Ketiadaan kemampuan keuangan/ekonomi dari keluarga untuk menjamin
penghidupan secara layak
4. Kebutuhan penghidupannya tidak dapat dipenuhi melalui lapangan kerja
yang ada
5. Perbedaan nilai-nilai yang dianut antara para usia lanjut dengan generasi
muda yang mengakibatkan timbulnya keresahan para usia lanjut
6. Berkurangnya kesempatan keluarga untuk memberikan pelayanan kepada
usia lanjut.

Harapan-harapan dalam masa usia lanjut


Banyak orang sependapat bahwa manusia usia lanjut mempunyai kelebihan
pengalaman. Menurut Suryohadiprojo (1988) orang yang berusia lanjut
mempunyai kelebihan dalam bentuk pengetahuan dan kecakapan yang dihasilkan
oleh pengalaman yang telah di peroleh dalam kehidupannya. Berkaitan dengan
pekerjaan, pngaruh pengalaman dalam pekeraan cukup banyak sebab kehidupan
itu tidak pernah hanya hitam-putih belaka, melainkan penuh nuansa. Dengan
demikian, seorang petani yang sudah usia lanjut, meskipun sudah tidak kuat
mengankat cangkul ia lebih banyak memiliki pengetahuan bertani daripada
mereka yang berusia muda. Seorang dosen yang tidak pernah mengembangkan
diri sehubungan dengan mata kuliah yang diajarkannya akan tertinggal
pengetahuannya dengan dosen yang berusia muda yang dengan tekun dan terus-
menerus meneliti dan mempelajari perkembangan ilmu yang diajarkannya, dan
bahkan mungkin ia sendiri dapat mengembangkan atau menemukan sesuatu
(teori) yang baru.
Pembagian tugas menurut umur perlu mendapat perhatian, karena tingkat
perkembangan kepribadian seseorang merupakan proses yang dilalui oleh setiap
orang melalui interaksinya dengan orang lain sesuai dengan fase kelompok usia.
Pada dasarnya, semua usia lanjut masih menghendaki tetap terus bekeja, baik
hanya untuk mengsi waktu luang atau beramal, maupun karena memang untuk
memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Bagi mereka yang mempunyai keahlian

7
tidak begitu sulit untuk tetap terus bekerja setelah pensiun. Petani, wirausahawan,
dosen, seniman adalah beberapa contoh orang yang tidak megenal pensiun dalam
kehidupannya. Mereka akan terus bekerja hingga keadaan fisiknya tidak lagi
memungkinkan. Tetapi masalahnya adalah lapangan pekerjaan yang tersedia tidak
sebanding dengan jumlah orang yang membutuhkannya. Pengangguran kaum
muda setiap tahunnya meningikat yang mendesak agar para usia lanjut
melepaskan pekerjaannya untus diidi oleh kaum muda
Tetapi adalah hak setiap manusia (termasuk usia lanjut) untuk bekerja,
Manusia usia lanjut juga merupakan sumber nasional yang bernilai. Sedang bagi
usia lanjut yang tidak termasuk dalam tenaga kerja dapat melakukan kegiatan
kegiatan-kegiatan yang.berguna bagi kemanusiaan, dengan catatan kebutuhan
pokok hidupnya sudah dipenuhi. Kegiatan mereka terutama disesuaikan dengan
pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki, paling tidak dengan pemberian
nasehat yang positif. Hidup tanpa peduli pada lingkungannya, baik keluarga
maupun masyarakat, adalah suatu kehidupan yang sepi dan “tidak berguna”. Ada
seorang usia lanjut yang mengatasi kesunyiannya di masa pensiunnya dengan
setiap hari keluar rumah meski hanya untuk satu dua jam. Hidup mereka sudah
terlanjur terpola oleh bekerja: “bukan honornya yang penting tetapi kerjanya,
tinggal di rumah berarti menggur dan saya dapat lekas mati”

Hal yang perlu di perhatikan terhadap lanjut usia


Usia lanjut bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu proses degenerasi yang
dialami oleh setiap orang. Memasuki usia lanjut, orang akan mengalami
kemunduran-kemunduran, terutama fisiknya, tetapi tidak berarti ia tidak berguna
lagi. Mereka mempunyai hak yang sama untuk menjalani kehidupan bersama
manusia lainnya yang berbeda menurut usia. Seperti yang lainnya pula, ia berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian. Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menegaskan bahwa adalah hak mereka untuk
tetap terus bekerja selama mereka masih mampu. Dengan modal yang dimiliki,
pengetahuan dan pengalamannya, dan dengan segala kekurangannya, kelompok

8
usia lanjut merupakan sumber daya manusia yang dapat dimanfaatkan, baik dalam
dunia kerja maupun dalam bidang-bidang kehidupan lainnya.
Kesadaran bahwa usia lanjut merupakan anggota masyarakatnya, yang
mempunyai hak dan kewajiban dan kesadaran bahwa hidupnya di dunia ini
tinggal beberapa waktu lagi akan berakhir, maka ia perlu memiliki semangat
untuk hidup dan tetap berguna bagi orang lain. Untuk itu, sesuai dengan batas
kemampuannya, seorang usia lanjut dapat memilih jalan hidupnya yang berguna
atau yang tidak berguna bagi sesamanya. Pilihan tersebut dapat dipersiapkan sejak
muda.
Kesadaran memelihara usia lanjut (jompo) sebagai suatu kewajiban bagi anak-
anak dapat merupakan suatu sistem yang dipertahankan, karena, selain mereka
pada waktunya juga akan menjadi tua, kemampuan masyarakat dan negara untuk
melayani kelompok usia lanjut belum memadai. Apalagi pelayanan bagi
kelompok umur produktif masih jauh dari menggembirakan. Jika anak-anak tidak
melaksanakan kewajiban tersebut, maka sistem tersebut akan runtuh dan sebagai
akibatnya mereka akan menikmatinya kemudian pada hari tuanya, yakni hidup
tanpa dipedulikan oleh anak-anaknya.

9
2.2 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia
Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia adalah suatu bentuk pelayanan
keperawatan yang komperhensif yang diberikan kepada lansia dan keluarga dengan
tujuan meningkatkan kesehatan, rehabilitasi kesehata, memaksimalkan kemampuan
lansia dan keluarga dalam meningkatkan status kesehatan, serta meminimalkan
dampak proses penuan atau gangguan kesehatan yang terjadi pada lansia dengan
pendekatan proses keperawatan keluarga.
 Tujuan asuhan keperawatan pada lansia
Asuhan keperawatan pada lansian ditujukan agar lansia dapat melakuakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan :
1. Peningkatan kesehatan
2. Pencegahan penyakit.
3. Pemeliharaan kesehatan, sehingga ia memiliki ketenangan hidup dan tetap
produktif sampai akhir hayat.
 Fokus Asuhan Keperawatan pada Lansia
Fokus asuhan keperawatan lansia , antara lain :
1. Peningkatan kesehatan.
2. Pencegahan penyakit.
3. Mengoptimalkan fungsi fisik dan mental.
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum pada lansia.
 Pendekatan yang Digunakan dalam Proses Keperawatan
Pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi:
1. Pengkajian (Assessment)
2. Merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis)
3. Merencanakan tindakan keperawatan (Intervention)
4. Melaksanakan tindakan keperawatan (Implementation)
5. Melakukan evaluasi (Evaluation).

10
Pada pengkajian dilakukan pula pengukuran kemandirian pasien

menggunakan  Indeks Barthel (IB) .Indeks Barthel merupakan suatu instrument

pengkajian yang berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal

perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam

menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan

keseimbangan.

 menggunakan 10 indikator, yaitu :


Tabel 1.   Instrument pengkajian dengan Indeks Barthel.

No. Item yang dinilai Skor Nilai

1. Makan (Feeding) 0  =    Tidak mampu


1  =    Butuh bantuan memotong, mengoles
mentega dll.
2  =    Mandiri
2. Mandi (Bathing) 0  =    Tergantung orang lain
1  =    Mandiri
3. Perawatan 0  =    Membutuhkan bantuan orang lain
diri (Grooming) 1  =    Mandiri dalam perawatan muka,
rambut, gigi, dan bercukur
4. Berpakaian (Dressing) 0  =    Tergantung orang lain
1  =    Sebagian dibantu (misal mengancing
baju)
2  =    Mandiri
5. Buang air 0  =    Inkontinensia atau pakai kateter dan
kecil (Bowel) tidak terkontrol
1  =    Kadang Inkontinensia (maks, 1x24
jam)
2  =    Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7
hari)
6. Buang 0  =    Inkontinensia (tidak teratur atau perlu
air besar (Bladder) enema)
1  =    Kadang Inkontensia (sekali seminggu)
2  =    Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0  =    Tergantung bantuan orang lain
1  =    Membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri

11
2  =    Mandiri
8. Transfer 0  =    Tidak mampu
1  =    Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2  =    Bantuan kecil (1 orang)
3  =    Mandiri
9. Mobilitas 0  =    Immobile (tidak mampu)
1  =    Menggunakan kursi roda
2  =    Berjalan dengan bantuan satu orang
3  =    Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)
10. Naik turun tangga 0  =    Tidak mampu
1  =    Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2  =    Mandiri

Interpretasi hasil :

20        : Mandiri

12-19   : Ketergantungan Ringan

9-11     : Ketergantungan Sedang

5-8       : Ketergantungan Berat

0-4       : Ketergantungan Total

6. Merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis)


7. Merencanakan tindakan keperawatan (Intervention)
8. Melaksanakan tindakan keperawatan (Implementation)
9. Melakukan evaluasi (Evaluation).

Pendekatan Perawatan Lanjut Usia

1. Pendekatan Fisik 
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-
kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada
organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan dikembangkan, dan

12
penyakit yang yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik
secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu :
1) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-
hari masih mampu melakukan sendiri.
2) Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui
dasar perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang
berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan
kesehatannya.
2. Pendekatan Psikis
Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter ,
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang
pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran
dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak
untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas.
Perawat harus selalu memegang prinsip ” Tripple”, yaitu sabar, simpatik dan
service.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih sayang
dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan.. Untuk itu
perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman , tidak gaduh, membiarkan
mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
Perawat harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam
memecahkan dan mengurangi rasa putus asa , rendah diri, rasa keterbatasan
sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya. Hal itu
perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan
semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti
menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya

13
kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan , perubahan pola tidur
dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang
membosankan, jangan menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa
melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan
untuk tujuan tertentu. Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan
mereka terhadap kesehatan, perawat bila melakukannya secara perlahan –lahan
dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan
pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila
perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.
3. Pendekatan Sosial 
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul
bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi
pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang
dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain
Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia
untuk mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, nonton
film, atau hiburan lain. Tidak sedikit klien tidak tidur terasa, stress memikirkan
penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbulkan
kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan.
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut usia, hal ini
dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban bersama.
Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama
mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan
pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di Panti Werda.
4. Pendekatan Spiritual 
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam kedaan sakit atau
mendeteksikematian.

14
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi
kematian, DR. Tony styobuhi mengemukakn bahwa maut sering kali menggugah
rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti ketidak
pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul
lagi dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian
setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari
kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang
timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga perawat harus dapat meyakinkan
lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang
mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.
Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan seseorang
merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman
sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia.
Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya
terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien
lanjut usia melalui agama mereka.

2.3 Tindakan Keperawatan Pada Lansia dengan Pendekatan Keluarga


Peran Keluarga terhadap Usia Lanjut
Pada masyarakat tradisional yang umumnya terdiri dari keluaraga-keluarga
luas, memasuki usia lanjut tidak perlu dirisaukan. Mereka cukup aman karena
anak (dan saudara-saudara lainnya) masih merupakan jaminan yang paling baik
bagi orangtuanya dengan ikatan yang kuat dan berhubungan secara kekeluargaan
dengan tetangga dan teman-teman mereka. Anak masih merasa berkewajiban dan
mempunyai loyalitas menyantuni orangtua mereka yang sudah tidak dapat
mengurus dirinya sendiri. Nilai yang masih berlaku memang anak wajib
memberikan kasih sayangnya kepada orangtuanya sebagaimana pernah mereka
dapatkan pada waktu masa kanak-kanak. Bahkan mendapat peranan tersendiri
baik dalam keluarga mdupun masyarakat. Para usia lanjut mempunyai peranan

15
yang menonjol sebagai orang yang “dituakan”, bijak dan. bepengalaman, pembuat
keputusan, dan kaya pengetahuan.
Dalam kondisi fisik yang lemah dan mungkin sakit-sakitan, dalam kesepian,
dalam kebosanan, dalam penderitaan post power syndrome, dalam keadaan
menganggur, anak-anak bertanggung jawab dengan penuh loyalitas dan hormat
mengasuh, membiayai, mendidik dan mengawasi orangtua sebagaimana pernah
mereka lakukan terhadap anak-anaknya. Mempunyai orangtua dalam keluarga,
adalah sama halnya dengan mempunyai anak-anak yang dicintainya. Orangtua
tidak perlu merasa mengganggu keluarga anaknya atas keberadaannya di antara
mereka.
Tempat yang terbaik bagi usia lanjut untuk mendapatkan perawatan adalah
tempat tinggal sendiri bersama anggota keluarga lainnya perawatan yang
dilakukan oleh anak sendiri lebih memberikan rasa nyaman dan aman karena
mereka lebih mahfum atau toleran terhadapnya dibandingkan kerabat atau orang
lain.
Peran utama keluarga dalam perawatan lansia tidak terlepas dari 2 kegiatan
utama perawatan kesehatan, yaitu pencegahan penyakit dan perawatan lansia data
menderita suatu penyakit.
1. Tindakan Pencegahan
Kegiatan pencegahan dilakukan pada saat lansia berada dalam kondisi
yang relative sehat. Dapat dilakukan oleh keluarga dengan membantu
lansia memelihara kesehatan dan fungsi kehidupannya sehingga lansia
mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kegiatan
pencegahan ini dilakukan melalui upaya membantu lansia mewujudkan
pola hidup teratur dan seimbang.
2. Tindakan Perawatan
Kegiatan perawatan dilakukan pada saat lansia menderita suatu penyakit.
Bantuan keluarga yang dapat diberikan bertujuan memulihkan kondisi
lansia agar sehat kembali dan mengurangi gejala penyakit atau

16
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh gangguan kesehatan, serta
mencegah terjadonya komplikasi akibat penyakit yang diderita.

Tindakan Keperawatan Pada Lansia dengan Pendekatan Keluarga

Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana


keperawatan yang telah dibuat. Perawat memberikan pelayanan kesehatan
untuk memelihara kemampuan fungsional lansia dan mencegah komplikasi
serta meningkatkan ketidakmampuan. Tindakan keperawatan berdasarkan
rencana keperawatan dari setiap diagnosis keperawatan yang telah dibuat
dengan didasarkan pada konsep keperawatan gerontik.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada lansia :

 Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya dengan


memanggil nama klien.
 Menyediakan penerangan yang cukup : cahaya matahari, ventilasi
rumah, hindarkan dari cahaya yang silau, penerangan di kamar mandi,
dapur, dan ruangn lain sepanjang waktu.
 Meningkatkan rangsangan pancaindra melalui buku buku yang dicetak
besar dan berikan warna yang dapat dilihat.
 Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita : kalender, jam,
foto-foto, serta banyaknya jumlah kunjungan.
 Memberi perawatan sirkulasi : hindari pakaian yang sempit,
mengikat/menekan, mengubah posisi, dukung untuk melakukan
aktivitas, serta melakukan penggosokan pelan-pelan waktu mandi.
 Memberikan perawatan pernafasan dengan membersihkan hidung,
melindungi dari angin, dan meningkatkan aktivitas pernafasan dengan
latihan nafas dalam(latihan batuk). Hati hati dengan terapi oksigen,
perhatikan tanda tanda gelisah, keringat berlebihan, gangguan
penglihatan, kejang otot dan hipotensi.

17
 Memberi perawatan pada organ pencernaan : beri makan porsi kecil
tapi sering, beri makan yang menarik dan dalam keadaan hangat,
sediakan makanan yang disukai, makanan yang cukup cairan, banyak
makan sayur dan buah, berikan makanan yang tidak membentuk gas,
serta sikap fowler sewaktu makan.
 Memberikan perawatan genitourinaria dengan mencegah inkontinensia
dengan menjelaskan dan memotivasi klien untuk BAK setiap 2 jam
serta observasi jumlah urine saat akan tidur. untuk seksualitas sediakan
waktu untuk konsultasi.
 Memberikan perawatan kulit : mandi : gunakan sabun yang
mengandung lemak, hindari menggosok kulit dengan keras, potong
kuku tangan dan kaki, hindari menggaruk dengan keras serta berikan
pelembap (lotion) untuk kulit.
 Memberikan perawatan musculoskeletal : bergerak dengan
keterbatasan, ubah posisi tiap 2 jam, cegah osteoporosis dengan
latihan, lakukan latihan aktif atau pasif, serta anjurkan keluarga untuk
membuat klien mandiri.
 Memberikan perawatan psikososial : jelaskan dan motivasi untuk
sosialisasi, bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitasi
pembicaraan, sentuh pada tangan untuk memelihara rasa percaya,
berikan penghargaan serta bersikap empati.
 Memelihara keselamatan : usahakan agar pagar tempat tidur
(pengaman) tetap dipasang, posisi tempat tidur yang rendah, kamar dan
lantai tidak berantakan dan licin, cukup penerangan, bantu untuk
berdiri, serta berikan penyangga pada waktu berdiri bila diperlukan.

18
Tindakan keperawatan pada lansia yang berkaitan dengan kebersihan
fisik; keseimbangan gizi; latiahn fisik; seksualitas; eliminasi; istirahat; tidur;
dan rasa nyaman serta keseimbangan emosi dapat dilihat pada penjelasan
berikut ini.

 Kebersihan fisik
 Kebersihan mulut dan gigi
Kebersihan mulut dan gigi harus dijaga dengan menyikat gigi
dan kumur kumur serta teratur meskipun sudah ompong. Bagi
lansia yang masih punya gigi dan lengkap dapat menyikat
giginya sendiri dua kali sehari pada pagi dan malam sebelu
tidur. Bagi lansia yang menggunakn gigi palsu (protesa) dapat
dipelihara dengan cara :
- Gigi palsu dilepas, kemudian dikeluarkan dari mulut
dengan menggunakan kasa atau saputangan yang bersih.
- Selanjutnya gigi palsu disikat perlahan lahan di bawah air
mengalir sampai bersih, bila perlu dapat menggunakan
pasta gigi atau odol.
- Pada waktu tidur, gigi palsu tidak dipakai dan di rendam
dengan air bersih di dalam gelas.
Persiapan alat :

- Sikat dan pasta gigi


- Air bersih dalam gelas untuk berkumur
- Kom untuk membuang air kumur
- Handuk
Cara kerja :

- Jelaskan prosedur pada klien


- Perhatikan privasi klien
- Dekatkan alat alat

19
- Cuci tangan
- Berikan posisi yang nyaman
- Handuk di rentangkan sehingga menutup dada untuk
menjaga agar tidak basah.
- Sikatlah gigi secara perlahn lahan mulai dari bagian luar
lalu kedalam dan kebelakang gigi. Menyikat dari atas
kebawah untuk gigi bagian atas dan menyikat dari bawah
ke atas untuk gigi bagian bawah agar kotoran atau sisa
makanan dapat tersapu.
- Berikan air bersih untuk kumur kumur sampai bersih
- Sisa air kumur ditampung pada kom yang sudah
disiapakan.
- Bersihkan sekitar mulut dengan handuk agar bersih dan
kering.
 Kebersihan kulit dan badan
Kulit merupkan pintu masuk ke dalam tubuh dan menerima
berbagai ransangan (stimulusi) dari luar. Kebersihan kulit
mencerminkan kesadaran seseorang akan pentingnya arti
kebersihan. Kebersihan kulit dan kerapian dalam berpakaian
pada lansia tetap diperhatikan agar penampilannya tetap segar.
Usaha membersihkan kulit dapat dilakukan dengan cara mandi
tiap dua kali sehari secara teratur.
Adapun manfaat mandi antara lain menghilangkan bau
menghilangkan kotoran, meransang peredaran darah dan
memberikan kesegaran pada tubuh.

Hal yang perlu di perhatikan pada klien lansia :


- Ada tidaknya luka/lecet.
- Mengoleskan lotion/pelembap setiap selesai mandi agar
tidak terlalu kering .

20
- Mempergunakan air hangat sebagai usaha merangsang
peredaran darah dan mencegah kedinginan.
- Mengunakan sabun yang halus dan mengandung minyak
untuk mencegah kulit kering.
Persiapan Alat :

- Air hangat hangat kuku.


- Dua buah baskom.
- Washlap dan handuk.
- Sabun mandi dan tempatnya
- Bedak dan lotion
- Pakaian bersih,sisir,dan ikat rambut.
Cara kerja:

- Jelaskan prosedur pada klien.


- Perhatikan privasi klien.
- Cuci tangan.
- Buka pakaian bagian atas dan bentangkan handuk di atas
dada kemudian mulai menyeka bagian muka tanpa sabaun.
- Bilas dengan washlap hingga bersih dan kering.
- Kemudian berturut turut menyeka bagian tangan dan lengan
selanjutnya bagian dada diseka seperti lengan dan tanagan,
lalu keringkan dan diberi tak/bedak dan lotion.
- Mulai lagi menyeka anggota badan bagian bawah dan
memakai sabun. Bilas dengan washlap hingga bersih dan
kering.
- Terakhir, menyeka selangkangan dan bagian kemaluan,
jangan sampai ada sisa sabun yang tertinggal dan
keadaannya benar benar bersih dan kering.
- Ganti pakaian yang bersih, sisir rambut, dan tempat tidur
dibersihkan.

21
- Bereskan alat alat.

 Kebersihan kepala dan rambut


Tujuan membersihkan kepala dan rambut adalah untuk
menghilangkan debu debu dan kotoran yang melekat pada
rambut dan kulit kepala. Klien lansia yang masih aktif dapat
mencuci rambutnya sendiri.
Untuk klien yang sama sekali tidak dapat mencuci
rambutnya karena sakit atau kondisi fisiknya yang tidak
memungkinkan dapat mencuci rambut di tempat tidur.
Lansia yang banyak berbaring di tempat tidur harus
lebih diperhatikan kebersihan rambutnya. Hal ini dilakukan
mengingat posisi tidur sering membuat rambut kusut, kering,
bau serta gatal gatal.

 Kebersihan kuku
Kuku yang panjang merupakan tempat bersarangnya kuman
dan kotoran. Oleh karena itu harus di perhatikan agar lansia
dapat secara teratur memotong kukunya minimal 1 minggu
sekali. Bagi klien yang tidak mampu melakukannya sendiri
keluarga atau perawat dapat membantu menolongnya.

 Keseimbangan Gizi
Bertambahnya usia akan disertai dengan penurunan fungsi dan
metabolism serta komposisi tubuh. Perubahan-perubahan itu
menyebabkan kebutuhan terhadap zat gizi dan jumlah asupan makanan
berubah. Bila perubahan kebutuhan dan asupan zat gizi makanan
tersebut tidak diantisipasi dengan pemberian nutrisi secara tepat, maka
akan timbul masalah nutrisi yang akan mempercepat atau
memperburuk kondisi fisik lansia. Ditambah dengan penurunan daya

22
tahan tubuhnya sehingga lansia mudah terkena penyakit dan bila
terserang penyakit akan lama proses penyembuhannya serta
mengakibatkan kwalitas hidup lansia menjadi rendah.
Masalah gizi dan penyakit yang di pengaruhi oleh makanan yang
sering kali menimpa lansia adalah berkaitan dengan masalah
kekurangan dan kelebihan gizi.
 Kekurangan gizi yang kerap diderita lansia adalah kekurangan
energy, protein, anemia karena kurang asam folat (vitamin B
Kompleks) dan Vitamin B12 (Kobalamin), seng, serta kalsium.
 Kelebihan gizi yang lazim menimpa lansia adalah berupa
kelebihan energy dalam bentuk kelebihan berat badan dan
obesitas.
 Beberapa penyakit yang di pengaruhi oleh makanan yang
sering di derita lansia adalah penyakit jantung pembuluh darah,
diabetes militus, tekanan darah tinggi dan osteoporosis.
 Vitamin B kompleks terdapat pada hati, terung terungan
bayam, asparagus, ikan tuna, ikan laut, dan umbi umbian.
 Vitamin B12 terdapat pada hati, kepiting, ikan salmon, ikan
sarden, kuning telur, susu, keju dan daging. Kalsium terdapat
pada ikan salmon, sarden, kacang kacangan. Seng (zinc)
terdapat pada ikan darat, daging, hati dan telur.

Berkurangnya asupan zat gizi terjadi akibat sedikitnya jumlah


makanan yang dimakan serta berkurangnya daya cerna, daya serap,
dan distribusi zat gizi dalam tubuh lansia. Karena kebutuhan lansia
terhadap energy menurun, maka bila disertai dengan kelebihan asupan
energy dari makanan dapat pula timbul masalah gizi lebih berupa
obesitas, jantung koroner, dan diabetes mellitus.

23
Asupan makanan yang mempengaruhi lansia adalah proses
degenerative pada saluran cerna dimana saluran cerna mengalami
perubahan mulai dari rongga mulut sampai ke usus.

Perubahan fisiologis rongga mulut ditandai dengan


menurunnya daya mengunyah, daya cerna, daya kecap akibat
berkurangnya jumlah gigi,serta kemampuan sekresi ludah dan jonjot
(papillae foliate) pada lidah yang berisi ujung saraf rasa kecap (taste
buds). Dengan berkurangnya daya kecap makanan jadi terasa tidak
enak dan menyebabkan lansia hanya makan sedikit, makanan terasa
asin atau kurang manis, dan sering diantisipasi dengan menambahkan
gula atau garam.

Kekurangan seng merupakan penyebab menurunnya daya


kecap lidah dan menyebabkan luka sulit sembuh.

Mengeras dan menyempitnya pembuluh darah menyebabkan


tekanan darah meningkat. Bila menu kelebihan garam maka tekanan
darah akan lebih meningkat lagi yang dapat memecahkan pembuluh
darah kecil dan akan berbahaya bila pecahnya pembuluh darah terjadi
di otak. Kemampuan paru paru lansia dalam menangkap oksigen dari
pernafasan berkurang sebanyak 50%. Kemampuan jantung menurun
30% serta aliran darah ke ginjal turun 30%.

Proses degenerative pada otot di tandai dengan berkurangnya


julah dan ukuran serabut otot. Kurangnya aktivitas fisik merupakan
sebab utama mengecilnya ukuran diameter serabut otot.

Masao tot secara keseluruhan mengecil, sehingga kekuatan otot


pun berkurang. Berkurangnya masa otot tubuh disertai dengan
bertambahnya lemak tubuh. Makin bertambahnya usia deposit lemak
di bawah kulit bergeser dari daerah tungkai ke daerah perut.

24
Pergeseran komposisi tubuh dari berkurangnya masa otot (protein) kea
rah bertambahnya lemak sering bersamaan dengan menurunnya kandungan
protein plasma dan bertambahnya lemak di dalam plasma dalam bentuk
peningkatan kadar kolestrol dan trigliserida. Meningkatnya lemak dalam plasma
berhubungan erat dengan timbulnya gangguan jantung atau pembuluh darah.

Kurang kuatanya otot dan di tambah dengan rasa nyeri/kaku pada


sendi dan tulang menyebabkan aktivitas fisik para lansia menurun, sehingga
kebutuhan energy untuk aktivitas fisik akan menurun pula. Kebutuhan energy
pria lansia secara umumadalah 25 kkal/kg BB/Hari. Kebutuhan energy wanita
lansia secara umum adalah 34 kkal/kg BB/Hari.

Sejak usia 40 tahun, kemampuan tulang dan pembentukan strukturnya


tertinggal di banding dengan proses kerusakan, sehingga tulang mengalami
pengeroposan (osteoporosis) yang dapat menyerang 50% lansia. Kondisi ini
terjadi akibat menurunnya kemampuan ginjal dalam menyintesis vitamin D
yang berpengaruh terhadap penyerapan kalsium dalam usus dan penyerapan
kalsium pada tulang.

Peradangan sendi dapat terjadi akibat gesekan antar tulang pada sendi
karena menipisnya tulang rawan dan cairan antar sendi yang bertindak sebagai
bantalan pencegah terjadinya gesekan langsung antara tulang dan sendi. Kondisi
ini menjadi salah satu penyebab menurunnya aktivitas fisik pada lansia.

Komposisi cairan tubuh manusia kan menurun sesuai dengan bertambahanya


umur. Pada lansia komposisi air tubuhnya kurang dari 60%. Penurunan
komposisi air dalam tubuh lansia lebih disebabkan karena menurunnya cairan di
dalam sel akibat mengecilnya sel dan berkurangnya masa otot. Berkurangnya
cairan mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi lansia terhadap suhu
udara luar. Suhu tubuh lansia akan cepat naik bila suhu udara panas dan suhu
akan cepat turun apabila suhu udara dingin. Para lansia mudah mengalami
kekurangan cairan tubuh (dehidrasi) sehingga harus berhati hati terhadap suhu

25
udara tinggi, pemberian obat penurun panas, dan obat deuretika untuk penurun
tekanan darah. Kekurangan cairan tubuh diperberat lagi karena sering buang air
kecil.

Susunan makanan lansia harus mengandung semua unsur gizi, yaitu


karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin,air, dan serat dalam jumlah yang
cukup sesuai kebutuhan sserta imbang dalam komposisinya.

Jumlah kebutuhan energii perhari disesuaikan dengan berat badan dan tingkat
aktivitas fisik. Dalam keadaaan normal lansia pria membutuhkan energy sebesar
35 kkal/kg BB/Hari dan wanita lansia membutuhkan sekitar 32-34 kkal/kg
BB/Hari. Dalam kondisi sakit kebutuhan akan energy meningkat sesuai dengan
keadaan sakit.

Kebutuhan energy tersusun atas karbohidrat 60-70%, lemak 20-25%, dan


protein 15-20% dari total kebutuhan energy.

Karbohidrat tersususn atas karbohidrat sederhana 10-15% berupa gula serta 50-
60% karbohidrat kompleks berupa nasi, kacang kacangan, buah dan sayuran.

Protein sebanyak 15-20% dari total energy tersusun atas protein lengkap berupa
protein hewani, sebaiknya dari daging tanpa lemak, ikan, dan putih telur atau
kombinasi antara nasi dengan kacang kacangan.

Jumlah lemak dalam makanan adalah 20-25% dari total energy kurang dari 10%
di antaranya berasal dari lemak hewani, jumlah asupan kolestrol < 300 mg/hari,
harus dihindari makanan dengan kolestrol tiggi seperti kuning telor, jeroan,
otak, kulit (kerecek, sate kulit), udamh, keju,sop buntut dan sop kaki.

Dianjurkan pula makan makan yang mengandung serat yang larut dalam air
seperti apel, jeruk, pir, kacang merah, dan kedelai. Selain sebagai sumber serat,
buah dan sayuran juga merupakan sumber vitamin dan mineral. Selain sebagai

26
sumber kalsium, minum susu juga dapat menambah konsumsi air yang kurang
pada lansia. Kebutuhan air pada lansia sekita 2-3 liter/hari (10-15 gelas).

Menu yang disusun untuk makanan sehari hendaknya disajikan dalam keadaan
masih panas(hangat), segar, daan porsi kecil. Frekuensinya 7-8 kali terdiri atas 3
kali makanan utama (pagi, siang, dan malam)serta 4-5 makanan selingan.

Contoh :

Pukul 05.00 susu/jus


Pukul 07.00 makanan utama
Pukul 09.30 makan minum selingan
Pukul 12.00 Makanan utama
Pukul 15.00 Makan minum selingan
Pukul 18.30 makanan utama
Sebelum tidur Makan minum selingan

Secara umum, factor factor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada


lansia antara lain sebagai berikut :

 Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan


gigi atau ompong.
 Berkurangnya rasa ( kurang asin kurang manis).
 Berkurangnya koordinasi otot otot saraf.
 Keadaan fisik yang kurang baik.
 Factor ekonomi dan social.
 Factor penyerapan makanan/daya absorpsi.

 Latihan Fisik

27
Latihan fisik dilakukan untuk meningkatkan dan memperbaiki
kelenturan. Misalnya dengan melakukan latihan peregangan beberapa
menit dalam sehari. Mafaat dari latihan peregangan adalah sebagai
berikut.
 Mengoptimalkan gerak otot sendi.
 Meningkatkan kebugaran jasmani.
 Mengurangi resiko cedera otot sendi.
 Mengurangi ketegangan dan nyeri otot.
 Meletakkan fungsi otot dan sendi yang sempurna.
 Melatih otot otot yang lemah agar menjadi kuat.
 Mencegah terjadinya kontraktur atau atrofi otot.
 Memberikan rasa nyaman untuk relaksasi.
Latihan sebaiknya dilakukan pada kondisi badan yang baik di mulai
dari yang ringan kemudian ditingkatkan secara bertahap. Jangan memaksakan
diri melampaui kemampua.

Apabila terasa lelah, istirahat sejenak kemudiandapat dilanjutkan


kembali. Dapat dilakukan secara aaktif dan pasif, bergantung kondisi dan
kemampuan klien lansia. Setiap gerakan dilakukna satu per satu sebanyak 2-3
kali kemudian meningkat 8-10 kali.

Latihan fisik pada lansia meliputi hal hal di bawah ini.

 Latihan kelapa dan leher


- Putar kepala ke samping kiri kemudian ke kanan samba melihat
kebahu.
- Miringkan bahu ke sebelh kanan lalu ke sebelah kiri.
 Latihan bahu dan lengan
- Angkat kedua bahu keatsa mendekati telinga, kemudian
turunkan kembali perlahan lahan.

28
- Tepukkan kedua telapak tangan dann regangkan lengan ke
depan setinggi bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua
tangan bertepuk kemudian angkat lengan ke atas kepala.
- Dengan satu tangan menyentuh bagian belakang leher, raihlah
punggung anda sejauh mungkin yang dapat dicapai.
- Letakkan kedua tangan di pinggang, kenudian coba meraih ke
atas sedapatnya.
 Latihan Tangan
- Letakkan telapak tangan telungkup di atas meja, lebarkan jari
jari dan tekan meja.
- Balikkan telapak tangan. Tarik ibu jari sampai menyentuh jati
kelingking kemudian tarik kembali. Lanjutkan dengan
menyentuh tiap tiap jari.
- Kepalkan tangan sekuat kuatnya kemudian regangkan jari
selurus lurus mungkin.
 Latihan punggung
- Dengan tangan disamping, bengkokkan badan ke satu sisi
kemudian ke sisi lain.
- Letakkan tangan di pinggang dan tahan kedua kai, putar tubuh
dengan melihat bahu ke kiri dan ke kanan.
- Tepukkan kedua tangan kebelakang kemudian regangkan kedua
bahu kebelakang.
- Posisi tidur terlentang dengan lutut dilipat dan telapak kaki
datar pada tempat tidur. Regangkan kedua lengan ke samping.
Tahan bahu pada tempatnya dan jatuhkan kedua lutut ke
samping kanan dan kiri.
 Latihan paha dan kaki
- Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak atau dengan
posisi tidur. Lipat satu lutut sampai dada, lalu kembali lagi
bergantian dengan yang lain.

29
- Regangkan kaki ke samping sejauh mungkin kemudian kembali
lagi. Kerjakan satu per satu.
- Duduklah dengan kaki lurus kedepan. Tekan kedua lutut pada
tempat tidur sampai bagian belakang lutut menyentuh tempat
tidur.
- Tahan kaki lurus tanpa membengkokkan lutut, tarik telapak
kaki kea rah anda, kemudian regangkan lagi.
- Tekuk dan regangkan jari jari kaki tanpa menggerakkan lutut.
- Tahan lutut tetap lurus, putar telapak kaki ke dalamsehingga
permukaan saling bertemu, kemudian kembali lagi.
- Berdiri tegak dan berpegangan pada satu tumpuan, angkat tumit
setinggi tingginya, kemudian putarkan tumit.
 Latihan pernafasan
Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu rileks.
Tarik napas dalam dalam melalui hidung kemudian keluarkan
perlahan lahan melalui mulut.
 Latihan muka
- Kerutkan muka kuat kuat kemudian tariklah alis ke atas.
- Tutup mata kuat kuat kemudian buka lebar lebar.
- Kembungkan pipi keluar sedapatnya kemudian hisap ke dalam.
- Tarik bibir kebelakang sedapatnya kemudian ciutkan dan
bersiul.

 Seksualitas
Dalam lingkup perkawinan, ada tiga karakteristik penting dalam
kehidupan seksual lansia (dominion,1986).
 Berkaitan dengan pria adalah menurunnya daya seksual sehingga
mengarah pada impotensi.
 Berkaitan dengan wanita adalah menopause.
 Ada atau ada tidaknya perkawinan (karena sakit atau psikologis).

30
Penelitian yang dilakukan Alexander dan Allison pada tahun 1995
menunjukkan bahwa :

 Banyaknya golongan lansia tetap menjalankan aktivitas seksual.


Keterbatasannya pada status kesehatan dan ketiadaan pasangan.
 Aktivitas dan perhatian seksual dari pasangan suami istri lansia
yang sehat berkaitan dengan pengalaman seksual kedua pasangan.
 Kemungkinan hidup wanita lebih panjang dari pria, seseorang
wanita lansia yang ditinggal mati suaminya akan sulit menemukan
pasangan hidup.
Berdasarkan penelitian, berkurangnya kemampuan seksual pria
ditunjukkan dalam bentuk berikut ini.

 Frekuensi persetubuhan terus menurun.


 Kecepatan tercapainya ereksi penuh semakin lambat, bahkan
kehilangan kemampuan ereksi spontan.
 Sudut elevasi ereksi semakin pendek.
 Nafsu birahi semakin rendah dan munculnya semakin jarang.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada alat alat seksual wanita adalah
sebagai berikut.

 Menstruasi tidak teratur dan semakin sedikit lalu berhenti sama


sekali.
 Buah dada menipis menjadi lembek dan menggantung.
 Rahim dan indung telur menciut.
 Kemudahan teransang menurun, hal ini ada kaitannya degan
kepekaan persyarafan alat kelamin.

31
Kemampuan seksual dapat dipengaruhi oleh kelebihan fisik dan
mental, obesitas, adanya penyakit tua (DM, jantung,hipertensi), serta
obat obatan.

Factor umum yang mempengaruhi perilaku seksual pada masa tua


adalah sebagai berikut.

 Pola perilaku seksual pada masa lalu


Orang yang memperoleh kenikmatan dari perilaku sesksual dan
mereka yang secara seksual aktif selama masa awal awal tahun
perkawinannya, maka pada usia lanjut kegiatan sosialnya akan
terus lebih aktif disbanding mereka yang pada masa awal
pernikahannya kurang aktif.
 Kesesuaian dengan pasangan hidup
Apabila hubungan anatara suami dengan istri sangat dekat yang
dibentuk atas dasar ketertarikan dan penghargaan secara timbale
balik, maka keinginan untuk melakukan hubungan seksual lebih
besar daripada keluarga yang hubungannya kaku.
 Sikap social
Sikap social yang tidak menyenangkan dan pantas terhadap seks
pada lansia membuat banyak pria dan wanita tua merasa bahwa
minat dalam masalah seks bukan hanya “tidak nikmat”, tetapi juga
dapat dirusakkan atau ternoda.
 Status perkawinan
Orang yang menikah pada umumnya terus melanjutkan aktivitas
seksual samapi masa tuanya. Bagi mereka yang membujang terus,
atau bercerai, atau ditinggal mati oleh istri/suaminya biasanya
kurang memiliki dorongan seksual yang cukup kuat untuk mencari
pasangan baru.
 Masalah nonseksual yang telah membebani sebelumnya
apabilasalah satu (suami/istri) atau keduanya sebelumnya telah

32
terbebani dengan masalah keuangan, keluarga,dan atau atas
masalah lainnya, situasi seperti ini cenderung memperlemah
keinginan seksualnya. Akibatnya mereka kemudian menjadi
seorang pemabuk dan pemakan berat sebagai slah satu jalan yang
dianggap sebaagai cara untuk menghindarkan diri dari masalah
tersebut, maka kelompok orang seperti itu keinginan seksualnya
akan melemah.
 Terlalu akrab
Karena suami dan istri selalu bersama dalam relative waktu yang
lama, maka kondisi ini akan cenderung mematikan keinginan
seksualpasangan tersebut di masa tua.
 Impotensi
Banyak pria yang tiba tiba menemukan dirinya menjadi impoten
pada satu kesempatan tertentu kemudian tanpa memperdulikan
kondisi yang menimbulkannnya, sehingga mereka menarik diri
dari aktivitas seksual.

Menikah kembali merupakan salah satu cara lansia dalam


mengatasi masalah kesepian dan hilangnya aktivitas seksual yang
disebabkan karena tidak mempunyai pasangan hidup karena kematian
atau perceraian. Kesempatan untuk menikah kembali lebih sedikit bagi
wanita dari pada bagi pria dari tahun ke tahun. Biasanya lansia
menikah dengan orang yang kira kira seumuran juga. Namun banyak
juga kecenderungan untuk menikah dengan orang yang lebih muda.
Kondisi yang menunjang penyesuaian pernikahan kembali di
masa tua adalah sebagai berikut.
 Pernikahan pertama yang bahagia.
 Mengetahui sifat sifat dan pola pola perilaku apa yang dicari dari
pasangan yang potensial.

33
 Keinginan untuk menikah karena alasan mencintai dan
membutuhkan teman dari pada alasan untuk memenuhi hidup
nyaman atau bantuan ekonomi.
 Minat untuk melanjutkan perilaku seksual.
 Latar belakang pendidikan dan sosiala yang sama.
 Pendapatan yang memadai.
 Pengakuan dari anak,cucu dan tempat terhadap pernikahan
tersebut.
 Kesehatannya cukup baik dan kondisi fisik sehat serta mampu
bagi kedua pasangan hidup.
 Usahakan memperoleh istri/suami yang tidak berasal dari daerah
tempat tinggal anaknya yang sudah dewasa, kerabat keluarga dan
teman temannya.

 Eliminasi
Inkontinensia adalah berkemih diluar kesadaran, pada waktu dan
tempat yang tidak tepat, dan menyebabkan masalah kebersihan atau
social (waston, 1991). Askep social yang akan dialami klien lansia
antara lain kehilangan harga diri, merasa terisolasi dan depresi.
Factor yang berkontribusi terhadap perkembangan inkontinensia
adalah factor fisiologis dan psikologis.
Factor psikologis dapat mencangkup depresi dan apatis yang yang
dapat memperberat kondisi, sehingga sulit untuk mengatasi masalah
kearah normal. Beberapa kondisi psikiatri dan kerusakan otak organik
seperti demensia juga dapat menyebabkan inkontinensia.
Factor anatomi atau fisiologis ddapat mencangkup kerusakan
saraf spinal yang menghancurkan mekanisme normal untuk berkemih
dan rasa ingin menghentikannya. Penglihatan yang kurang jelas,
infeksi saluran perkemihan, dan medikasi tertentu seperti diuretic juga

34
berhubungan dengan inkontinensia. Wanita yang melahirkan dan laki
laki dengan gangguan pada prostat cenderung mengalami kerusakan
kandung kemih akibat trauma atau pembedahan.

Klasifikasi inkontinensia dan penatalaksanaannya.


 Inkontinensia stress
Adanya tekanan di dalam abdomen, seperti bensin dapat
menyebabkan kebocoran dari dalam kandung kemih. Tipe
inkontinensia ini sering di derita wanita yang mempunyai
banyak anak.
Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan cara mengajarkan
ibu untuk melakukan latihan dasar pelviks. Latihan ini
bertujuan untuk menguatkan otot rangka dalam pelviks
sehingga membentuk fungsi sfingter eksternal pada kandung
kemih.

 Inkontinensia mendesak (urge incontinence)


Berkemih dapat dilakukan, tetapi orang biasanya berkemih
sebelum sampai ketoilet. Mereka tidak merasakan tanda untuk
berkemih. Kondisi ini terjadi karena kandungan kemih
seseorang berkontraksi tanpa didahului oleh keinginan
untukberkemih.
Penatalaksanaannya adalah dengan melakukan bladder training
yang bertujuan melatih seseorang mengembalikan kontrol
berkemih. Latihan ini mencangkup pengkajian yang baik
terhadap pola berkemih latihan ini mencangkup pengkajian
yang baik.

 Inkontinensia overflow

35
Seseorang yang menderita inkontinensia overflow akan
mengeluh bahwa urine nya mengalir terus menerus. Hal ini
disebabkan karena obstruksi pada saluran kemih seperti pada
pembesaran prostat atau konstipasi. Untuk pembesaran prostat
yang menyebabkan inkontinensia dibutuhkan tindakan
pembedahan dan untuk konstipasinya relative mudah diatasi.
 Inkontinensia reflex
Ini terjadi karena kondisi sistem saraf pusat yang berganggu
seperti pada demensia. Dalam hal ini pengosongan kandung
kemih dipengaruhi reflex yang dirangsang oleh pengisian
kemampuan rasa ingin berkemih dan berhenti berkemih tidak
ada. Penatalaksanaanya dengan permintaan untuk miksi secara
teratur setiap jam atau dengan menggunakan kateter dan
sekarang banyak menggunakan diapers ukuran dewasa.

 Inkontinensia fungsional
Pada klien ini mempunyai kandung kemih dan saluran urine
yang utuh dan tidak mengalami kerusakan persarafan yang
secara langsung memengaruhi sistem perkemihan tersebut.
Kondisi ini muncul akibat beberapa ketidakmampuan lain yang
mengurangi kemampuannya untuk mempertahankan
kontinensia.

 Kebutuhan istirahat tidur dan rasa nyaman.


Istirahat dapat berarti bersantai menyegarkan diri atau diam
menganggur setelah melakukan kerja keras serta melepaskan diri dari
apa yang membosankan, menyulitkan, atau menjengkelkan. Istirahat
dapat berarti pula menghentikan sementara semua kegiatan sehari hari
bahkan sampai klientertidur. Tidur dapat diartikan sebagai keadaan tak

36
sadarkan diri yang relative dan ini diperlukan agar sel sel dalam tubuh
dapat memulihkan kondisinya.
Rata rata bayi tidur selama 14-20 jam sehari. Anak-anak yang
sedang tumbuh memerlukan tidur 10-40 jam. Bagi orang dewasa,
dibutuhkan rata rata 7-9 jam meskipun tidak sedikit orang yang cukup
tidur dengan 4 jam saja. Orang orang dapat dengan mudah bersantai
dan istirahat. Sekalipun dalam keadaan bangun, sering kali mereka
tidak memerlukan tidur terlalu banyak, tetapi ada pula yang merasa
memerlukan lebih banyak tidur untuk mengatasi rasa letih.
Motivasi dapat mempengaruhi tidur yaitu keinginan untuk tetap
bangun dan waspada mengatasi rasa kantuk. Pola pola tidur pun dapat
dibiasakan. Sebagai contoh tidur dimalam hari sehingga dapat tetap
bangun serta bekerja di waktu siang. Akan tetapi banyak orang bekerja
di malam hari dapat tidur dengan baik diwaktu siang jika mereka mulai
teerbias dengan pola tersebut.
Keletihan dapat dipandang sebagai suatu mekanisme pelindung
bagi tubuh. bahwa tidur mulai diperlukan. Keletihan adalah hal yang
normal, namun rasa letih yang kronis atau berkempajangan tidaklah
normal lagi. Dan tidak jarang merupakan gejala penyakit. Seseorang
yang mengeluh tentang rasa letih yang kronis selayaknya dianjurkan
untuk memeriksakan kesehatannya. Kebanyakan lansia mengalami
insomnia yaitu susah tidur, tidur yang sebentar sebentar, atau bangun
terlalu cepat dari tidur. Hal ini disebapkan rasa khawatir akan kematian
atau tekanan batin.
Penatalaksanaanya dapat berupa memakan makanan berprotein
tinggi untuk memudahkan tidur, menghindari tidur di waktu siang atau
sore hari, berusaha untuk tidur hanya apabila merasa mengantuk, serta
menghindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur.

 Keseimbangan emosional

37
Keseimbangan emosional mengcangkup rasa marah, cemas, takut
kehilangan, sedih, kecewa.
 lansia yang menunjukkan kemarahan
kemarahan adalah rasa tidak senang yang kuat, biasanya karena
konflik atau pertentangan.
Gejala gejala umum :
- berbicara sembarangan.
- sikap berbicara yang selalu buruk terhadap orang lain.
- menolak ikut serta dalam perawatan.
- menolak makan atau minum.
- menolak ketergantungan terhdap petugas kesehatan.
- melemparkan makanan atau barang barang lain
- mengacaukan peralatan pengobatan pada dirinya, misalnya
mencabut infuse.
Pertimbangkan khusus dalam perawatan, tujuan serta tindakan-
tindakannya adalah sebagai berikut.

Perawatan segera demi penyadaran sikap marah serta mengurangi


atau menghilangkan kemarahan fisik yang membahayakan, dengan
cara berikut ini.

- Beritahu kepada klien lansia bahwa anada tidak akan


membiarkan dirinya melanjutkan kemarahan.
- Luangkan waktu untuk klien dengan menanyakanmengapa
marah. Bila klien tidak menjawab, berikanlah contoh tentang
hal hhal yang menyebabkan kemarahan dan akibatnya,
- Bantu dan beika dorongan untuk
mengekspresikankemarahannya ke dalam kata kata dan puji
usaha klien untuk mengungkapkan kemarahannya.
Mempermudah klien dalam mengungkapkan perasaan perasaannya
terhadap penyakit, perawatan, serta pengobatanya.

38
- Mengajak klien lansia untuk turut serta dalam merencanakan
perawatannya.
- Melibatkan klien lansia dalam perawatannya sendiri dengan
sadar.
- Mintalah klien lansia mengerjakan bagian bagian perawatan
yang khusus, sedangkan selamaitu anda mengerjakan bagian
lainnya.
- Mengadakan penilaian terhadap tindakan perawatan bersama
klien.
 Lansia yang mengalami kecemasan
Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau
ketakutan yang tidak jelas dan hal ini terjadi sebagai reaksi terhadap
sesuatu yang dialami oleh seseorang. (Nugroho, 2000).

39
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Lansia adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada umumnya
memiliki tanda tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis,psikologis,
social, ekonomi.(BKKBN, 1995). Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan (Depkes RI, 1988). Lansia merupakan bagian dari
keluarga dimana keluarga memiliki peran penting dalam perawatan lansia
tersebut.
Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia adalah suatu bentuk
pelayanan keperawatan yang komperhensif yang diberikan kepada lansia dan
keluarga dengan tujuan meningkatkan kesehatan, rehabilitasi kesehata,
memaksimalkan kemampuan lansia dan keluarga dalam meningkatkan status
kesehatan, serta meminimalkan dampak proses penuan atau gangguan
kesehatan yang terjadi pada lansia dengan pendekatan proses keperawatan
keluarga.

3.2 Saran
Melalui tulisan ini, diharapkan mahasiswa dapat termotivasi untuk lebih
mendalami materi tentang Tindakan Keperawatan Pada Lansia dengan
Pendekatan Keluarga. sehingga dapat memberikan tindakan keperawatan
pada lansia secara tepat

40
DAFTAR PUSTAKA

Komariah, Maria. Pemberdayaan Keluarga Dalam Penatalaksanaan Lansia Pasca Stroke Di

Rumah.http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/07/
pemberdayaan_keluarga.pdf . Pada tanggal 28 Oktober 2018 pukul 14.00 WITA

Noorkasani, S Tamher. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Askep. Jakarta :

Salemba Medika

Zaidin Ali, Haji. 2009. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Siti Maryam.2011.Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika


MELAKUKAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN
PENDEKATAN KELUARGA

OLEH:
TINGKAT 3.3

NI PUTU JOTY PRASANTINI (P07120017092)


I PUTU ERWIN EKA PURNAMA (P07120017106)
NI PUTU CITRA SUWANDEWI (P07120017120)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai