Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Tugas Kelompok
APRIL, 2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat–Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah–Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah “Laporan Hasil Field Study Bina Lansia di Antapani
Kota Bandung”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah Makalah “Laporan
Hasil Field Study Bina Lansia di Antapani Kota Bandung” Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB IV PENUTUP...............................................................................................38
4.1 Kesimpulan..............................................................................................38
4.2 Saran........................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40
LAMPIRAN...........................................................................................................41
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Lansia (lanjut usia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan proses
alamiah yang tidak bisa dihindari oleh tiap individu. Lansia dimulai
setelah pensiun biasanya pada usia 65-75 tahun (Potter dan Perry, 2010).
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Bab I Pasal 1 Ayat 2, lansia
adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Sejak tahun 2010,
Indonesia telah memasuki era berstruktur tua (aging structured population)
karena 7,18 % dari penduduk Indonesia berusia 60 tahun ke atas (Saputri
& Indrawati, 2011).
Berdasarkan Komisi Nasional Lanjut Usia (2010), selain memiliki
jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia juga merupakan
Negara keempat dengan jumlah lansia terbanyak setelah China, Amerika
dan India. Jumlah penduduk lanjut usia di Indonsia pada tahun 2006
sebesar 19 juta jiwa dan tahun 2010 jumlah lanjut usia di Indonesia sebesar
23,9 juta. Berdasarkan data SUSENAS 2012, provinsi yang memiliki
persentase penduduk lansia terbanyak di Indonesia. Adapun jumlah
penduduk lansia (>60 tahun) adalah 55.967 jiwa, dari total penduduk
1.090.567 jiwa. Jumlah penduduk lansia yang banyak ini perlu perhatian
serius di bidang kesehatan agar tidak menjadi beban dengan program
promotif dan preventif. Selain perhatian di bidang kesehatan diperlukan
juga perhatian pada perubahanperubahan hidup baik fisik, psikologis, dan
kognitif.
Perubahan hidup yang dialami oleh lansia menimbulkan berbagai
permasalahan, diantaranya berupa ketergantungan terhadap orang lain,
gangguan kesehatan, dan kemiskinan (Martono, 2008). Menurunnya
kemampuan merespon stress, kehilangan yang berulang dan perubahan
fisik menempatkan lansia pada risiko terkena penyakit dan gangguan
fungsional (Potter dan Perry, 2010). Menurut Boen, et al (2012), lansia
yang menerima dukungan social yang tinggi memiliki tekanan psikologis
yang rendah, sedangkan pada lansia yang menerima dukungan sosial yang
rendah cenderung mengalami gangguan psikologis yang tinggi.
Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama untuk
pertama kalinya sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al, 2005).
Gerontic nursing berorientasi pada lansia, meliputi seni, merawat, dan
menghibur.
Menurut Kozier (2010), Keperawatan gerontik adalah ilmu yang
mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian
kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.
Keperawatan gerontik bertujuan memberikan asuhan keperawatan yang
efektif terhadap klien yaitu lanjut usia. Gerontik adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan lanjut usia dengan segala permasalahannya,
baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Asuhan diberikan agar klien
mendapatkan kenyamanan dalam hidup. Peran perawat dalam gerontik
adalah memberikan asuhan keperawatan dan membantu klien dalam
mengahadapi masalahnya dan membantu memenuhi kebutuhan yang tidak
bisa dipenuhi sendiri oleh klien.
Proses menua penyebab kejadian berbagai perubahan pada diri
manusia baik perubahan biologis, perubahan psikologis, perubahan sosial
dan perubahan spiritual (Syarniah, 2010). Ketika lansia berusaha
beradaptasi terhadap proses penuaan yang dialaminya, tidak sedikit yang
merasa kesepian, marah, depresi, dan kehilangan rasa percaya diri
(Sari,2016). Reminiscence memberikan fungsi adaptif pada lansia dan
berkorelasi positif dengan suksesnya adaptasi lansia melalui peningkatan
harga diri, penegasan kembali rasa identitas, dan penguasaan terhadap
kekurangan mereka di masa tua. Intervensi lain yang dapat digunakan
untuk membantu proses adaptasi pada lansia yaitu Afirmasi. Afirmasi atau
penguatan nilai positif diri tidak hanya mempengaruhi kognitif seseorang
2
dalam menghadapi peristiwa yang menyedihkan atau mengancam tetapi
juga membantu adaptasi psikologis dan perilaku (Sherman, 2014).
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami apa itu pengkajian pada lansia.
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui bagaimana kepuasan lansia yang hidup bersama
keluarga berdasarkan instrument pengkajian lansia.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
mereka hidup, dan dalam hubungan dengan tujuan, harapan, standard
yang ada, dan perhatian mereka. Secara normal kualitas hidup
dinilai oleh individu sendiri, karena kualitas hidup ditentukan oleh
pengalaman-pengalaman subjektif, kondisi-kondisi, dan persepsi-
persepsi (Burckhardt dan Anderson dalam Upton, 2012: 206).
Kualitas hidup merupakan konsep yang kompleks, yang terkait
dengan kepuasan individu terhadap seluruh aspek hidupnya mulai
dari fisik hingga sosial dan psikologis (Upton, 2012: 260).
Menurut Rapley (dalam Rohmah, dkk., 2012: 125) kualitas hidup
adalah sejauh mana seseorang dapat merasakan dan menikmati
terjadinya segala peristiwa penting dalam kehidupannya sehingga
kehidupannya menjadi sejahtera. Menurut Nursalam kualitas hidup
merupakan konsep analisis kemampuan individu untuk mendapatkan
hidup yang normal terkait dengan persepsi secara individu mengenai
tujuan, harapan, standart dan perhatian secara spesifik terhadap
kehidupan yang dialami dengan dipengaruhi oleh nilai dan budaya
pada lingkungan individu tersebut berada. Menurut Nawi kualitas
hidup lansia merupakan suatu komponen yang komplek, mencakup
usia harapan hidup, kepuasan dalam kehidupan, kesehatan psikis dan
mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi fisik, pendapatan,
kondisi tempat tinggal, dukungan sosial dan jaringan sosial (dalam
Kartiningrum, 2017:43).
Kualitas hidup lansia merupakan suatu komponen yang
kompleks, mencakup usia harapan hidup, kepuasan dalam
kehidupan, kesehatan psikis dan mental, fungsi kognitif, kesehatan
dan fungsi fisik, pendapatan, kondisi tempat tinggal, dukungan sosial
dan jaringan sosial (Sutikno dalam Audina dan Suwarti, 2014: 51).
Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi seseorang tentang
posisinya dalam hidup dalam kaitannya dengan budaya dan sistem
tata nilai di mana ia tinggal dalam hubungannya dengan tujuan,
harapan, standar, dan hal-hal menarik lainnya (Nuran dalam
5
Rohmah,dkk., 2012 : 129). Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kualitas hidup pada lansia adalah persepsi
seseorang tentang kepuasan hidup yang meliputi fisik, sosial,
psikologis dan lingkungan.
b. Domain-Domain Kualitas Hidup pada Lansia
Menurut Pangkahila (2007 : 54) kualitas hidup meliputi enam
ranah (domain) dalam kehidupan dan setiap ranah meliputi beberapa
aspek yang menentukan kualitas hidup setiap orang. Berikut semua
aspek yang termasuk dalam setiap ranah :
1. Fisik
a) Nyeri dan tidak nyaman
b) Energi dan kelelahan
c) Tidur dan istirahat
2. Psikososial
a) Perasaan positif
b) Berpikir, belajar, ingatan, dan konsentasi
c) Harga diri
d) Citra dan penampilan tubuh
e) Perasaan negatif
f) Mobilitas
g) Aktivitas setiap hari
3. Tingkat independensi
a) Ketergantungan pada obat dan pengobatan
b) Kapasitas kerja
4. Hubungan sosial
a) Hubungan pribadi
b) Dukungan sosial
c) Aktivitas seksual
5. Lingkungan
a) Keamanan dan keselamatan fisik
b) Lingkungan rumah
6
c) Sumber dana
d) Jaminan kesehatan dan sosial: ketersediaan dan kualitasnya
e) Kesempatan mendapat informasi baru dan keterampilan
f) Partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi/ santai
g) Lingkungan fisik (polusi/ suara/ lalu lintas/ cuaca)
h) Transportasi
6. Spiritualitas/ agama/ keyakinan pribadi
Menurut WHOQOL-OLD (dalam Wangsahardja,
Dharmawan, dan Kasim, 2007 : 189) kualitas hidup terdiri dari 6
domain :
1) Kemampuan sensori (sensory abilities), meliputi :
kemunduran panca indera, penilaian terhadap fungsi sensoris,
kemampuan melakukan aktivitas, dan kemampuan
berinteraksi.
2) Otonomi (autonomy), meliputi : kebebasan mengambil
keputusan, menentukan masa depan, melakukan hal-hal yang
dikehendaki, dihargai kebebasannya.
3) Aktivitas pada masa lampau, kini, dan yang akan datang
(past, present, and future activities), meliputi : hal-hal yang
diharapkan, pencapaian, keberhasilan, penghargaan yang
diteria, pencapaian dalam kehidupan.
4) Partisipasi sosial (social participation), meliputi : penggunaan
waktu, tingkat aktivitas, kegiatan setiap hari, partisipasi pada
kegiatan masyarakat.
5) Kematian dan keadaan terminal (death and dying), meliputi :
jalannya/ caranya meninggal, mengontrol akhir hidup, takut
akan akhir hidup, merasakan sakit pada akhir hidup.
6) Persahabatan dan cinta kasih (intimacy), meliputi :
persahabatan dalam kehidupan, cinta dalam kehidupan,
kesempatan untuk mencintai, dan kesempatan untuk dicintai.
Larasati menyatakan subyek dengan kualitas hidup positif
7
terlihat darigambaran fisik subyek yang selalu menjaga
kesehatannya, dalam aspek psikologis subyek berusaha
meredam emosi agar tidak mudah marah, hubungan sosial
subyek baik dengan banyaknya teman yang dimilikinya,
lingkungan mendukung dan memberi rasa aman kepada
subyek. Subyek dapat mengenali diri sendiri, subyek mampu
beradaptasi dengan kondisi yang dialami saat ini, subyek
mempunyai perasaan kasih kepada orang lain dan mampu
mengembangkan sikap empati dan merasakan penderitaan
orang lain(Audina dan Suwarti, 2014: 51).
Menurut Sadli (2010: 129) kualitas hidup biasanya dibagi
dalam dimensi lingkungan, fisik, sosial, dan psikologis.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa domain
kualitas hidup meliputi kualitas hidup secara menyeluruh,
kesehatan secara umumlingkungan, fisik, sosial, dan psikologis.
c. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas Hidup pada Lansia
Menurut Upton (2012 : 260) banyak hal yang dapat memengaruhi
kualitas hidup, termasuk penghasilan, lingkungan sosial dan fisik,
hubungan antar pribadi, dan kesehatan. Menurut Reno (dalam
Yuliati, dkk., 2012 : 88) kualitas hidup merupakan suatu konsep yang
sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis,
tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan.
Menurut Jacob dan Sandjaya (2018 : 2) beberapa penulis
menyatakan faktor yang memengaruhi kualitas hidup adalah kondisi
global, kondisi eksternal, kondisi interpersonal, dan kondisi personal.
Faktor yang memengaruhi kualitas hidup seseorang diantaranya usia,
jenis kelamin, pendidikan, status gizi, status kesehatan, status
ekonomi, dukungan keluarga, dan partisipasi sosial (Netuveli dan
Blane dalam Kartiningrum, 2017 : 45). Menurut Surbakti (2013 : 90)
faktor yang berperan dalam menentukan kualitas hidup para usia
lanjut adalah :
8
1. Faktor ekonomi.
Menurut Sadli (2010: 129) kualitas hidup biasanya dibagi dalam
dimensi lingkungan, fisik, sosial, dan psikologis. Berdasarkan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa domain kualitas hidup
meliputi kualitas hidup secara menyeluruh, kesehatan secara
umum lingkungan, fisik, sosial, dan psikologis.
2. Faktor pendidikan.
3. .Faktor kesehatan.
4. Pekerjaan.
5. Jabatan.
6. Kesibukan.
7. Lingkungan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan faktor yang
memengaruhi kualitas hidup adalah lingkungan, penghasilan,
hubungan sosial, kesehatan, dan kesejahteraan.
9
mempersiapkan anggota keluarga dalam mempersiapkan anggota
keluarga pra lanjut usia memasuki masa tua yang bahagia sebelum
memberikan dukungan, keluarga harus memahami tentang masalah,
kebutuhan dan spirasi pra lanjut usia yang menyangkut aspek fisik,
mental, ekonomi, dan sosial. Bagi kebanyakan lansia, yang tidak
mengalami gangguan fisik, tinggal dirumah sendiri memberikan
kendali pribadi terbesar- kebebasan menata ruangan dan
menjadwalkan kegiatan sehari-hari sesuai kemauan. Semakin banyak
lansia di negara-negara Barat saat ini tinggal di rumah sendiri di
banding di masa sebelumnya- sebuah tren yang dipicu oleh
membaiknya kesehatan dan kondisi keuangan (U.S. Department of
Health and Human Service dalam Berk, 2012: 266).
Akan tetapi, ketika masalah kesehatan dan mobilitas mengemuka,
hidup mandiri bukan tanpa risiko. Kebanyakan rumah dirancang bagi
orang muda dan jarang dimodifikasi agar sesuai dengan kemampuan
fisik penghuni usia tua. Hidup sendirian dalam keadaan sakit
berkaitan dengan keterasingan sosial dan kesepian (Victor dkk.
dalam Berk, 2012: 266). Berdasarkan uraian tersebut lansia yang
tinggal dirumah adalah individu yang berusia 60 tahun ke atas yang
tinggal di rumah sehingga dapat hidup mandiri, bebas, dan bahagia.
b. Lansia yang tinggal di Panti Wreda
Apabila kesehatan, status ekonomi atau kondisi lainnya tidak
memungkinkan mereka untuk melanjutkan hidup dirumah masing-
masing, dan jika mereka tidak mempunyai sanak saudara yang dapat
atau sanggup merawat mereka, maka para orang usia lanjut
sebaiknya tinggal di lembaga tempat tinggal (Hurlock, 1991: 431).
Sebanyak 5 persen orang Amerika usia 65 tahun ke atas yang tinggal
di panti wreda mengalami pembatasan otonomi dan integrasi sosial
terparah.
Sekalipun ada banyak sekali orang yang bisa menjadi teman,
interaksi mereka rendah. Untuk mengelola emosi dalam interaksi
10
sosial (yang begitu penting bagi lansia), kendali pribadi atas
pengalaman sosial sangatlah penting. Akan tetapi, para penghuni
panti wreda hanya memiliki sedikit peluang untuk bisa memilih mitra
sosial mereka, dan waktu kontak umumnya ditentukan oleh staf,
bukannya keinginan lansia. Pemisahan sosial adalah sebuah respons
adaptif pada lingkungan ramai mirip rumah sakit ini. Walaupun
interaksi dengan orang di dunia luar memprediksikan kepuasaan
hidup para penghuni panti wreda, interaksi di dalam lembaga itu
tidaklah demikian (Baltes, Wahl, & Reichert dalam Berk, 2012: 268).
Tidak mengherankan, penghuni panti wreda yang mengalami cacat
fisik tetapi tidak mental jauh lebih tertekan, cemas, dan kesepian
dibanding rekan-rekan mereka yang tinggal di hunian komunitas
(Guildner, dkk. dalam Berk, 2012 : 268). Berdasarkan uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa lansia yang tinggal di Panti Wreda adalah
individu yang berusia 60 tahun ke atas yang tinggal di lembaga sosial
lansia dan berkumpul dengan usia sebayanya.
11
BAB III
PEMBAHASAN
I. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 72 tahun
Alamat : Jl. Cikampek 7 no 1 Antapani Bandung
Pendidikan : SMP
Tanggal masuk ke panti wredha :-
2. Keluhan Utama : Nyeri pada ekstremitas bawah
3. Status kesehatan saat ini
Klien mengeluh nyeri pada ekstremitas bawah lutut dan telapak
kaki. Skala nyeri berada di angka 4. Nyeri terasa di siang dan lebih
sakit di malam hari. Klien mengkonsumsi obat asam urat yang
diresepkan oleh dokter. Nyeri seperti ditekan dan ditusuk.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak memiliki riwayat kesehatan dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
Klien memiliki riwayat kesehatan Keluarga yaitu penyakit asam
urat
6. Tinjauan sistem
Keadaan umum :
- Tekanan darah : 120/90
- Nadi : 88 x/menit
- RR : 12 x/menit
- Lingkar lengan atas : 35 cm
- Lingkar betis : 40 cm
- BB : 70 kg
12
- TB : 165 cm
- Suhu : 36,6 C
Kepala : normal
Mata : normal
Telinga : normal
Mulut dan tenggorokan : normal
Leher : normal
Payudara : normal
Sistem integumen : kulit klien kering, turgor kulit
menurun, terdapat bercak bercak kecoklatan
Sistem hemopoietik : normal
Sistem pernapasan : normal
Sistem kardiovaskuler : normal
Sistem gastrointestinal : normal
Sistem perkemihan : mengalami inkontinensia urine
Sistem genitoreproduksi : sudah menurun fungsinya
Sistem muskuloskeletal : nyeri di bagian ekstremitas bawah
(lutut dan telapak kaki)
Sistem saraf pusat : normal
Sistem endokrin : normal
II. Teknik Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a. Kaji tampilan dan perilaku klien secara umum : kemampuan
motorik, bahasa, menulis dan fungsi sensori :
Kemampuan motorik, bahasa, menulis dan fungsi sensori klien
tampak masih normal. Hanya saja sudah mulai cepat lelah karena
usia
b. Tingkat kesadaran, orientasi, rentang perhatian, daya ingat,
kemampuan kognitif, pengetahuan umum situasi kehidupannya :
Klien sadar penuh dan daya ingat serta kemampuan kognitif nya
baik.
c. Kenali bila ada disfungsi mental : tidak ada
13
d. Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap
klien pada orang lain, harapan – harapan klien dalam melakukan
sosialisasi, kepuasan klien dalam sosialisasi :
Klien gemar bersosialisasi dan berkunjung ke tetangga, klien juga
masih sering pergi ke pasar untuk belanja dan pergi ke pengajian.
PERTANYAAN TAHAP 2
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?
TIDAK
2. Ada masalah atau banyak pikiran ? TIDAK
3. Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain ? YA
4. Menggunakan obat tidur / penenang atas anjuran dokter ? TIDAK
5. Cenderung mengurung diri ? TIDAK
MASALAH EMOSIONAL POSITIF (+)
IV. Pengkajian spiritual
1. Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyakinan klien terhadap
kematian, harapan – harapan klien yang berhubungan dengan
kematiannya :
Klien beragama islam dan klien selalu meyakini bahwa hidup
adalah pemberian Allah SWT yang sangat indah, klien selalu
bersyukur atas apa yang ia dapatkan selama didunia. Klien juga
14
meyakini bahwa kematian adalah takdir yang pasti akan datang
suatu saat nanti.
V. Penilaian Activity of Daily Living (ADL) dengan instrumen Indeks
Barthel Modifikasi
No Fungsi Skor Keterangan Hasil
Mandiri
15
(jika makan 1 Perlu ditolong memotong 2
harus berupa makanan Mandiri
2
potongan,
dianggap
dibantu)
16
10 Mandi 0 Tergantung orang lain Mandiri 1
20
17
Perlu bantuan untuk mengantar belanja 0
1
Sama sekali tidak mampu belanja 0
Dapat menyiapkan makanan
Merencanakan, menyiapkan, dan menghidangkan 1
makanan
Menyiapkan makanan jika sudah tersedia bahan 0 1
makanan
Menyiapkan makanan tetapi tidak mengatur diet yang 0
cukup
Perlu disiapkan dan dilayani 0
Dapat melakukan pekerjaan rumah tangga
Merawat rumah sendiri atau bantuan kadang-kadang 1
Mengerjakan pekerjaan ringan sehari-hari (merapikan 1
tempat tidur, mencuci piring) 1
18
Tidak mampu mengambil keputusan financial atau 0
memegang uang
Total 8
Skoring IADL
Dikerjakan oleh orang lain 0
Perlu bantuan sepanjang waktu 1
Perlu bantuan sesekali 2
Independen/mandiri 3-8
19
Tanggal : 12 April 2023
Nama : Ny. R/Umur : 72 thn/Jenis Kelamin : Perempuan
4 Nokturia/Inkontinen 3 3
6 Kelemahan umum 2 0
9 Osteoporosis 1 0
20
11 Usia 70 tahun ke atas 1 1
Jumlah 10
21
VIII. Penilaian depresi pasien lanjut usia dengan instrumen geriatric
depression scale (GDS)
22
No Pertanyaan Skor
/kesenangan anda?
23
Jumlah total skor 3 berarti kemungkinan tidak ada gangguan depresi
IX. Penilaian demensia dan gangguan perilaku pasien lanjut usia melalui
indtrumen mini cog dan clock drawing test
Hasil interpretasi :
24
4. Jarum jam menunjukkan pukul 11.10 1
Jumlah Total 4
B Tes N
u i
t Nilai Max l
i a
r i
ORIENTASI
25
Ulangi sampai responden dapat menyebutkan
dengan benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
26
Skor Total 30 30
Interpretasi :
Dalam melakukan interpretasi hasil penilaian MMSE maka perlu
mempertimbangkan tingkat pendidikan dan kesadaran pasien.
Hasil :
Salah = 0 Benar = 1
27
E Saat ini kita sedang berada di mana? √
Jumlah skor: 10
I. SKRINING
Tanggal : 12 April 2023
Nama : Ny. R
28
Jenis kelamin : P
Umur : 72 tahun
Berat badan (kg) : 70 kg
Tinggi badan (cm) :165
29
0 = ya
2 = tidak
SKOR SKRINING
a. Sub total maksimal : 14
b. Jika nilai > 12 – tidak mempunyai risiko, tidak perlu melengkapi form
penilaian
c. Jika < 11 – mungkin mengalami malnutrisi, lanjutkan mengisi form
penilaian
Hasil Penilaian
30
1 = tidak
1 = 2 kali 1
2 = 3 kali
31
0 = disuapi 2
1 = bisa makan sendiri dengan sedikit
kesulitan
2 = makan sendiri tanpa kesulitan apapun
juga
0.5 = 21 – 22 cm 1
1,0 = ≥22 cm
Lingkar betis
1 > 31 cm
1
TOTAL 12
Penilaian skor :
1. Skor skrining : 11
2. Skor penilaian : 12
32
Skor total indikator malnutrisi (maksimum 30) : 23
17 – 23,5 : malnutrisi
Kurang dari 17 : malnutrisi
Jumlah total skor MNA 23, berarti ada risiko malnutrisi
33
XIII. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Kondisi Nyeri kronis
Klien mengatakan muskuloskeletal kronis
nyeri di kaki bagian
lutut dan telapak
kaki
DO :
Kaki klien terlihat
bengkak
2. DS : Kekhawatiran Ansietas
Klien mengatakan mengalami kegagalan
cemas karena
anaknya yang
bungsu belum
menikah. Hidupnya
belum tenang
DO :
Klien tampak
sedikit sedih dan
sangat ingin
melihat anak
bungsunya segera
menikah
34
XX. Intervensi Keperawatan
35
memahami
apa yang
disampaika
n
36
menjadi takdir
tenang 2. Klien
rileks dan
tenang
37
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
38
masih bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar.Klien
mengatakan bahwa awal mula ia terkena penyakit asam urat
megalami penuruna berat badan >3 Kg. maka dari itu, dilakukan
pemeriksaan status nutrisi menggunakan instrumen mini nutritional
assessment (MNA) yang hasilnya menunjukkan bahwa klien
mengalami risiko malnutrisi.
4.2 Saran
Kami menyadari bahwa kekurangan dalam makalah yang kami buat di atas
merupakan kelemahan dari pada kami, karena terbatasnya 25 kemampuan
kami untuk memperoleh data dan informasi karena terbatasnya
pengetahuan kami. Jadi yang kami harapkan kritik dan saran yang
membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, kami menyampaikan rasa
terimakasih dengan setulus tulusnya. Akhir kata, kami berharap agar
makalah ini dapat membawa manfaat kepada pembaca.
39
DAFTAR PUSTAKA
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman.
EGC. Jakarta
40
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
41
LEAFLET
42
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Waktu : 10 menit
Sasaran : Ny. R
43
No. Waktu Kegitan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. 2 menit Pembukaan :
Salam dan Menyambut salam
memperkenalkan
diri
Melakukan kontrak Mendengarkan
waktu
Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
Persepsi dengan
memberi pertanyaan
awal tentang nutrisi.
Menjelaskan
manfaat dari
penyuluhan
2. 10 menit Pelaksanaan :
Menyampaikan isi Mendengarkan
materi dan
memperhatikan
44
3. 3 menit Penutup :
Menanyakan Peserta menjawab
pertanyaan/kuis pertanyaan
mengenai materi
yang telah
diberikan.
Mendengarkan
Menyampaikan
dan membalas
simpulan dan uraian
salam
materi yang telah
diberikan
Mengucapkan
salam penutup
G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Rencana kegiatan dan penyaji materi penyuluhan dipersiapkan dari
sebelum kegiatan
b) Kesiapan SAP.
c) Kesiapan media: Leaflet.
2. Evaluasi Proses
a) Klien dan keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara benar
b) Waktu sesuai dengan rencana (15 menit)
3. Evaluasi Hasil
a) Keluarga dan pasien mengetahui definisi nutrisi
b) Keluarga dan pasien mengetahui Kebutuhan Nutrisi
c) Keluarga dan pasien mengetahui macam – macam makanan yang bisa
dimakan oleh pasien pneumonia
45
H. Sumber
Potter & Perry, 2005, Buku Ajar keperawatan jiwa: Konsep, Proses, dan
Praktik, Jakarta: EGC
46
Lampiran
A. Definisi Ansietas
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menhadapi ancaman
(PPNI, 2016). Ansietas merupakan perasaan tidak tenang yang samar–
samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons
(penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) (Yusuf,
Fitryasari, & Tristiana, 2019).
B. Faktor – faktor penyebab ansietas
1. Lingkungan yang asing
2. Pengalaman traumatis (berpisah, kehilangan, bencana, dll)
3. Masalah sosial ekonomi
4. Kurang informasi
5. Frustasi karena gagal mencapai tujuan
C. Tanda dan gejala
1. Nafas pendek
2. Nadi & tekanan darah meningkat
3. Gelisah, sulit tidur
4. Tidak nafsu makan
5. Berkeringat dan gemetar
6. Sakit kepala
7. Diare atau konstipasi
8. Mulut kering
9. Gerakan meremas tangan
10. Perasaan tidak aman dan menangis
11. Memusatkan perhatian pada hal yang membuat cemas
D. Cara mengatasi ansietas
Berikut ini cara jitu untuk menghilangkan rasa cemas berlebihan agar
tidak mengganggu aktivitas dan kesehatan kita.
47
1. Kembali ke lingkungan kamu
Selain melakukan hal yang kamu senangi, kamu juga perlu untuk
melakukan hal baru untuk menghilangkan rasa cemas berlebihan. Ketika
kamu menantang diri sendiri dengan melakukan hal baru, tanpa kamu
sadari tubuh kamu akan memproduksi hormon dopamin yang berhubungan
dengan rasa senang dan bahagia.
48
5. Olahraga yang rajin
Sulit tidur dapat menjadi salah satu gejala depresi. Untuk mengatasi
perasaan cemas atau depresi, cobalah untuk mengubah pola tidur kamu.
Mulailah untuk tidur cukup setidaknya 7 jam per hari, dan singkirkanlah
hal-hal yang dapat menganggu kualitas tidur kamu.
8. Berpikir positif
Satu hal yang bisa membuat rasa cemas dan depresi kamu semakin
memburuk adalah pikiran negatif tentang diri sendiri atau lingkungan
sekitar kamu. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengatasi rasa cemas
dan depresi adalah dengan berpikir positif.
49
ABSEN FIELD STUDY KELOMPOK KECIL 2 4A
50