Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN HASIL FIELD STUDY BINA LANSIA DI

ANTAPANI KOTA BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

Tugas Kelompok

Di susun oleh : Kelompok Kecil K4

Defi Yulianti 4002200007

Mesya Dwi Agustin 4002200039

M. Jihan Febi. K 4002200040

Tsabit Mardiat 4002200023

Vira Puspitasari 4002200033

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

DHARMA HUSADA BANDUNG

APRIL, 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat–Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah–Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah “Laporan Hasil Field Study Bina Lansia di Antapani
Kota Bandung”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.

Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah Makalah “Laporan
Hasil Field Study Bina Lansia di Antapani Kota Bandung” Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Bandung, 28 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................3

1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................3

BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................4

2.1 Definisi Lansia...........................................................................................4

2.2 Kualitas Hidup pada Lansia.......................................................................4

2.3 Tempat Tinggal.........................................................................................9

BAB III PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA.........12

BAB IV PENUTUP...............................................................................................38

4.1 Kesimpulan..............................................................................................38

4.2 Saran........................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40

LAMPIRAN...........................................................................................................41

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia (lanjut usia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan proses
alamiah yang tidak bisa dihindari oleh tiap individu. Lansia dimulai
setelah pensiun biasanya pada usia 65-75 tahun (Potter dan Perry, 2010).
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Bab I Pasal 1 Ayat 2, lansia
adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Sejak tahun 2010,
Indonesia telah memasuki era berstruktur tua (aging structured population)
karena 7,18 % dari penduduk Indonesia berusia 60 tahun ke atas (Saputri
& Indrawati, 2011).
Berdasarkan Komisi Nasional Lanjut Usia (2010), selain memiliki
jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia juga merupakan
Negara keempat dengan jumlah lansia terbanyak setelah China, Amerika
dan India. Jumlah penduduk lanjut usia di Indonsia pada tahun 2006
sebesar 19 juta jiwa dan tahun 2010 jumlah lanjut usia di Indonesia sebesar
23,9 juta. Berdasarkan data SUSENAS 2012, provinsi yang memiliki
persentase penduduk lansia terbanyak di Indonesia. Adapun jumlah
penduduk lansia (>60 tahun) adalah 55.967 jiwa, dari total penduduk
1.090.567 jiwa. Jumlah penduduk lansia yang banyak ini perlu perhatian
serius di bidang kesehatan agar tidak menjadi beban dengan program
promotif dan preventif. Selain perhatian di bidang kesehatan diperlukan
juga perhatian pada perubahanperubahan hidup baik fisik, psikologis, dan
kognitif.
Perubahan hidup yang dialami oleh lansia menimbulkan berbagai
permasalahan, diantaranya berupa ketergantungan terhadap orang lain,
gangguan kesehatan, dan kemiskinan (Martono, 2008). Menurunnya
kemampuan merespon stress, kehilangan yang berulang dan perubahan
fisik menempatkan lansia pada risiko terkena penyakit dan gangguan
fungsional (Potter dan Perry, 2010). Menurut Boen, et al (2012), lansia
yang menerima dukungan social yang tinggi memiliki tekanan psikologis
yang rendah, sedangkan pada lansia yang menerima dukungan sosial yang
rendah cenderung mengalami gangguan psikologis yang tinggi.
Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama untuk
pertama kalinya sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al, 2005).
Gerontic nursing berorientasi pada lansia, meliputi seni, merawat, dan
menghibur.
Menurut Kozier (2010), Keperawatan gerontik adalah ilmu yang
mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian
kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.
Keperawatan gerontik bertujuan memberikan asuhan keperawatan yang
efektif terhadap klien yaitu lanjut usia. Gerontik adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan lanjut usia dengan segala permasalahannya,
baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Asuhan diberikan agar klien
mendapatkan kenyamanan dalam hidup. Peran perawat dalam gerontik
adalah memberikan asuhan keperawatan dan membantu klien dalam
mengahadapi masalahnya dan membantu memenuhi kebutuhan yang tidak
bisa dipenuhi sendiri oleh klien.
Proses menua penyebab kejadian berbagai perubahan pada diri
manusia baik perubahan biologis, perubahan psikologis, perubahan sosial
dan perubahan spiritual (Syarniah, 2010). Ketika lansia berusaha
beradaptasi terhadap proses penuaan yang dialaminya, tidak sedikit yang
merasa kesepian, marah, depresi, dan kehilangan rasa percaya diri
(Sari,2016). Reminiscence memberikan fungsi adaptif pada lansia dan
berkorelasi positif dengan suksesnya adaptasi lansia melalui peningkatan
harga diri, penegasan kembali rasa identitas, dan penguasaan terhadap
kekurangan mereka di masa tua. Intervensi lain yang dapat digunakan
untuk membantu proses adaptasi pada lansia yaitu Afirmasi. Afirmasi atau
penguatan nilai positif diri tidak hanya mempengaruhi kognitif seseorang

2
dalam menghadapi peristiwa yang menyedihkan atau mengancam tetapi
juga membantu adaptasi psikologis dan perilaku (Sherman, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan data-data diatas, Field Study ini akan menjawab


permasalahan yang telah dituangkan dalam latar belakang masalah.
Adapun rumusan masalah pada Makalah ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana Kepuasan Lansia yang hidup bersama Keluarga?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami apa itu pengkajian pada lansia.
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui bagaimana kepuasan lansia yang hidup bersama
keluarga berdasarkan instrument pengkajian lansia.

1.4 Manfaat Penulisan

a. Manfaat bagi Instansi


Sebagai informasi dan referensi mengenai pengkajian pada lansia,
yang tinggal dan hidup bersama keluarganya.
b. Manfaat bagi Penulis
Agar mengetahui bagaimana kepuasan lansia di Antapani Kota
Bandung yang tinggal dan hidup bersama keluarga.
c. Manfaat bagi Masyarakat
Diharapkan memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai
kepuasan lansia di lingkungan keluarga.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Lansia

Menurut World Health Organization (WHO), lanjut usia adalah


seseorang yang telah memasuki usia 60 keatas. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Lanjut Usia
adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba
menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Dimasa ini lansia
akan mengalami keunduran fisik secara bertahap (Azizah, 2011:1).
2.1 Definisi Menua
Menurut Nugroho (2000) dalam Ratnawati (2017), menua adalah
proses yang terus menerus berlanjut secara alamiah, dimulai sejak lahir,
dan umum dialami pada semua makhluk hidup. Sementara itu, menurut
Tyson (1999), menua adalah suatu proses yang dimulai saat konsepsi dan
merupakan bagian normal dari masa pertumbuhan dan perkembangan serta
merupakan penurunan kemampuan dalam mengganti sel-sel yang rusak.
Dapat disimpulkan bahwa menua adalah suatu proses yang terus menerus
berlanjut secara ilmiah serta merupakan bagian normal dari masa
pertumbuhan dan perkembangan dimana terjadinya penurunan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri.

2.2 Kualitas Hidup pada Lansia

a. Pengertian Kualitas Hidup pada Lansia


World Health Organization (WHO) (dalam Pangkahila, 2007: 54)
mengartikan kualitas hidup sebagai persepsi individu mengenai
posisinya dalam kehidupan, dalam konteks kultur dan sistem di mana

4
mereka hidup, dan dalam hubungan dengan tujuan, harapan, standard
yang ada, dan perhatian mereka. Secara normal kualitas hidup
dinilai oleh individu sendiri, karena kualitas hidup ditentukan oleh
pengalaman-pengalaman subjektif, kondisi-kondisi, dan persepsi-
persepsi (Burckhardt dan Anderson dalam Upton, 2012: 206).
Kualitas hidup merupakan konsep yang kompleks, yang terkait
dengan kepuasan individu terhadap seluruh aspek hidupnya mulai
dari fisik hingga sosial dan psikologis (Upton, 2012: 260).
Menurut Rapley (dalam Rohmah, dkk., 2012: 125) kualitas hidup
adalah sejauh mana seseorang dapat merasakan dan menikmati
terjadinya segala peristiwa penting dalam kehidupannya sehingga
kehidupannya menjadi sejahtera. Menurut Nursalam kualitas hidup
merupakan konsep analisis kemampuan individu untuk mendapatkan
hidup yang normal terkait dengan persepsi secara individu mengenai
tujuan, harapan, standart dan perhatian secara spesifik terhadap
kehidupan yang dialami dengan dipengaruhi oleh nilai dan budaya
pada lingkungan individu tersebut berada. Menurut Nawi kualitas
hidup lansia merupakan suatu komponen yang komplek, mencakup
usia harapan hidup, kepuasan dalam kehidupan, kesehatan psikis dan
mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi fisik, pendapatan,
kondisi tempat tinggal, dukungan sosial dan jaringan sosial (dalam
Kartiningrum, 2017:43).
Kualitas hidup lansia merupakan suatu komponen yang
kompleks, mencakup usia harapan hidup, kepuasan dalam
kehidupan, kesehatan psikis dan mental, fungsi kognitif, kesehatan
dan fungsi fisik, pendapatan, kondisi tempat tinggal, dukungan sosial
dan jaringan sosial (Sutikno dalam Audina dan Suwarti, 2014: 51).
Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi seseorang tentang
posisinya dalam hidup dalam kaitannya dengan budaya dan sistem
tata nilai di mana ia tinggal dalam hubungannya dengan tujuan,
harapan, standar, dan hal-hal menarik lainnya (Nuran dalam

5
Rohmah,dkk., 2012 : 129). Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kualitas hidup pada lansia adalah persepsi
seseorang tentang kepuasan hidup yang meliputi fisik, sosial,
psikologis dan lingkungan.
b. Domain-Domain Kualitas Hidup pada Lansia
Menurut Pangkahila (2007 : 54) kualitas hidup meliputi enam
ranah (domain) dalam kehidupan dan setiap ranah meliputi beberapa
aspek yang menentukan kualitas hidup setiap orang. Berikut semua
aspek yang termasuk dalam setiap ranah :
1. Fisik
a) Nyeri dan tidak nyaman
b) Energi dan kelelahan
c) Tidur dan istirahat
2. Psikososial
a) Perasaan positif
b) Berpikir, belajar, ingatan, dan konsentasi
c) Harga diri
d) Citra dan penampilan tubuh
e) Perasaan negatif
f) Mobilitas
g) Aktivitas setiap hari
3. Tingkat independensi
a) Ketergantungan pada obat dan pengobatan
b) Kapasitas kerja
4. Hubungan sosial
a) Hubungan pribadi
b) Dukungan sosial
c) Aktivitas seksual
5. Lingkungan
a) Keamanan dan keselamatan fisik
b) Lingkungan rumah

6
c) Sumber dana
d) Jaminan kesehatan dan sosial: ketersediaan dan kualitasnya
e) Kesempatan mendapat informasi baru dan keterampilan
f) Partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi/ santai
g) Lingkungan fisik (polusi/ suara/ lalu lintas/ cuaca)
h) Transportasi
6. Spiritualitas/ agama/ keyakinan pribadi
Menurut WHOQOL-OLD (dalam Wangsahardja,
Dharmawan, dan Kasim, 2007 : 189) kualitas hidup terdiri dari 6
domain :
1) Kemampuan sensori (sensory abilities), meliputi :
kemunduran panca indera, penilaian terhadap fungsi sensoris,
kemampuan melakukan aktivitas, dan kemampuan
berinteraksi.
2) Otonomi (autonomy), meliputi : kebebasan mengambil
keputusan, menentukan masa depan, melakukan hal-hal yang
dikehendaki, dihargai kebebasannya.
3) Aktivitas pada masa lampau, kini, dan yang akan datang
(past, present, and future activities), meliputi : hal-hal yang
diharapkan, pencapaian, keberhasilan, penghargaan yang
diteria, pencapaian dalam kehidupan.
4) Partisipasi sosial (social participation), meliputi : penggunaan
waktu, tingkat aktivitas, kegiatan setiap hari, partisipasi pada
kegiatan masyarakat.
5) Kematian dan keadaan terminal (death and dying), meliputi :
jalannya/ caranya meninggal, mengontrol akhir hidup, takut
akan akhir hidup, merasakan sakit pada akhir hidup.
6) Persahabatan dan cinta kasih (intimacy), meliputi :
persahabatan dalam kehidupan, cinta dalam kehidupan,
kesempatan untuk mencintai, dan kesempatan untuk dicintai.
Larasati menyatakan subyek dengan kualitas hidup positif

7
terlihat darigambaran fisik subyek yang selalu menjaga
kesehatannya, dalam aspek psikologis subyek berusaha
meredam emosi agar tidak mudah marah, hubungan sosial
subyek baik dengan banyaknya teman yang dimilikinya,
lingkungan mendukung dan memberi rasa aman kepada
subyek. Subyek dapat mengenali diri sendiri, subyek mampu
beradaptasi dengan kondisi yang dialami saat ini, subyek
mempunyai perasaan kasih kepada orang lain dan mampu
mengembangkan sikap empati dan merasakan penderitaan
orang lain(Audina dan Suwarti, 2014: 51).
Menurut Sadli (2010: 129) kualitas hidup biasanya dibagi
dalam dimensi lingkungan, fisik, sosial, dan psikologis.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa domain
kualitas hidup meliputi kualitas hidup secara menyeluruh,
kesehatan secara umumlingkungan, fisik, sosial, dan psikologis.
c. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas Hidup pada Lansia
Menurut Upton (2012 : 260) banyak hal yang dapat memengaruhi
kualitas hidup, termasuk penghasilan, lingkungan sosial dan fisik,
hubungan antar pribadi, dan kesehatan. Menurut Reno (dalam
Yuliati, dkk., 2012 : 88) kualitas hidup merupakan suatu konsep yang
sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis,
tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan.
Menurut Jacob dan Sandjaya (2018 : 2) beberapa penulis
menyatakan faktor yang memengaruhi kualitas hidup adalah kondisi
global, kondisi eksternal, kondisi interpersonal, dan kondisi personal.
Faktor yang memengaruhi kualitas hidup seseorang diantaranya usia,
jenis kelamin, pendidikan, status gizi, status kesehatan, status
ekonomi, dukungan keluarga, dan partisipasi sosial (Netuveli dan
Blane dalam Kartiningrum, 2017 : 45). Menurut Surbakti (2013 : 90)
faktor yang berperan dalam menentukan kualitas hidup para usia
lanjut adalah :

8
1. Faktor ekonomi.
Menurut Sadli (2010: 129) kualitas hidup biasanya dibagi dalam
dimensi lingkungan, fisik, sosial, dan psikologis. Berdasarkan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa domain kualitas hidup
meliputi kualitas hidup secara menyeluruh, kesehatan secara
umum lingkungan, fisik, sosial, dan psikologis.
2. Faktor pendidikan.
3. .Faktor kesehatan.
4. Pekerjaan.
5. Jabatan.
6. Kesibukan.
7. Lingkungan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan faktor yang
memengaruhi kualitas hidup adalah lingkungan, penghasilan,
hubungan sosial, kesehatan, dan kesejahteraan.

2.3 Tempat Tinggal

a. Lansia yang tinggal di rumah


Pola kehidupan keluarga mengalami perubahan seiring
meningkatnya usia seseorang. Pensiun yang berarti berkurangnya
pendapatan, kematian pasangan baik isteri maupun suami, keduanya
juga mempengaruhi kehidupan dalam keluarga. Semua perubahan
menuntut penyesuaian. Keluarga merupakan sumber utama
terpenuhinya kebutuhan emosional, semakin besar dukungan
emosional dalam keluarga semakin menimbulkan rasa senang dalam
keluarga sebaliknya semakin miskin dukungan emosional semakin
menimbulkan perasaan tidak senang dalam keluarga (Suadirman,
2016: 105).
Keluarga sebagai unit sosial pertama dan utama memiliki peran
yang sangat strategis dan sangat menentukan, mengingat betapa
besar tanggung jawab yang harus dipikul oleh pihak keluarga dalam

9
mempersiapkan anggota keluarga dalam mempersiapkan anggota
keluarga pra lanjut usia memasuki masa tua yang bahagia sebelum
memberikan dukungan, keluarga harus memahami tentang masalah,
kebutuhan dan spirasi pra lanjut usia yang menyangkut aspek fisik,
mental, ekonomi, dan sosial. Bagi kebanyakan lansia, yang tidak
mengalami gangguan fisik, tinggal dirumah sendiri memberikan
kendali pribadi terbesar- kebebasan menata ruangan dan
menjadwalkan kegiatan sehari-hari sesuai kemauan. Semakin banyak
lansia di negara-negara Barat saat ini tinggal di rumah sendiri di
banding di masa sebelumnya- sebuah tren yang dipicu oleh
membaiknya kesehatan dan kondisi keuangan (U.S. Department of
Health and Human Service dalam Berk, 2012: 266).
Akan tetapi, ketika masalah kesehatan dan mobilitas mengemuka,
hidup mandiri bukan tanpa risiko. Kebanyakan rumah dirancang bagi
orang muda dan jarang dimodifikasi agar sesuai dengan kemampuan
fisik penghuni usia tua. Hidup sendirian dalam keadaan sakit
berkaitan dengan keterasingan sosial dan kesepian (Victor dkk.
dalam Berk, 2012: 266). Berdasarkan uraian tersebut lansia yang
tinggal dirumah adalah individu yang berusia 60 tahun ke atas yang
tinggal di rumah sehingga dapat hidup mandiri, bebas, dan bahagia.
b. Lansia yang tinggal di Panti Wreda
Apabila kesehatan, status ekonomi atau kondisi lainnya tidak
memungkinkan mereka untuk melanjutkan hidup dirumah masing-
masing, dan jika mereka tidak mempunyai sanak saudara yang dapat
atau sanggup merawat mereka, maka para orang usia lanjut
sebaiknya tinggal di lembaga tempat tinggal (Hurlock, 1991: 431).
Sebanyak 5 persen orang Amerika usia 65 tahun ke atas yang tinggal
di panti wreda mengalami pembatasan otonomi dan integrasi sosial
terparah.
Sekalipun ada banyak sekali orang yang bisa menjadi teman,
interaksi mereka rendah. Untuk mengelola emosi dalam interaksi

10
sosial (yang begitu penting bagi lansia), kendali pribadi atas
pengalaman sosial sangatlah penting. Akan tetapi, para penghuni
panti wreda hanya memiliki sedikit peluang untuk bisa memilih mitra
sosial mereka, dan waktu kontak umumnya ditentukan oleh staf,
bukannya keinginan lansia. Pemisahan sosial adalah sebuah respons
adaptif pada lingkungan ramai mirip rumah sakit ini. Walaupun
interaksi dengan orang di dunia luar memprediksikan kepuasaan
hidup para penghuni panti wreda, interaksi di dalam lembaga itu
tidaklah demikian (Baltes, Wahl, & Reichert dalam Berk, 2012: 268).
Tidak mengherankan, penghuni panti wreda yang mengalami cacat
fisik tetapi tidak mental jauh lebih tertekan, cemas, dan kesepian
dibanding rekan-rekan mereka yang tinggal di hunian komunitas
(Guildner, dkk. dalam Berk, 2012 : 268). Berdasarkan uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa lansia yang tinggal di Panti Wreda adalah
individu yang berusia 60 tahun ke atas yang tinggal di lembaga sosial
lansia dan berkumpul dengan usia sebayanya.

11
BAB III

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

I. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 72 tahun
Alamat : Jl. Cikampek 7 no 1 Antapani Bandung
Pendidikan : SMP
Tanggal masuk ke panti wredha :-
2. Keluhan Utama : Nyeri pada ekstremitas bawah
3. Status kesehatan saat ini
Klien mengeluh nyeri pada ekstremitas bawah lutut dan telapak
kaki. Skala nyeri berada di angka 4. Nyeri terasa di siang dan lebih
sakit di malam hari. Klien mengkonsumsi obat asam urat yang
diresepkan oleh dokter. Nyeri seperti ditekan dan ditusuk.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak memiliki riwayat kesehatan dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
Klien memiliki riwayat kesehatan Keluarga yaitu penyakit asam
urat
6. Tinjauan sistem
Keadaan umum :
- Tekanan darah : 120/90
- Nadi : 88 x/menit
- RR : 12 x/menit
- Lingkar lengan atas : 35 cm
- Lingkar betis : 40 cm
- BB : 70 kg

12
- TB : 165 cm
- Suhu : 36,6 C
Kepala : normal
Mata : normal
Telinga : normal
Mulut dan tenggorokan : normal
Leher : normal
Payudara : normal
Sistem integumen : kulit klien kering, turgor kulit
menurun, terdapat bercak bercak kecoklatan
Sistem hemopoietik : normal
Sistem pernapasan : normal
Sistem kardiovaskuler : normal
Sistem gastrointestinal : normal
Sistem perkemihan : mengalami inkontinensia urine
Sistem genitoreproduksi : sudah menurun fungsinya
Sistem muskuloskeletal : nyeri di bagian ekstremitas bawah
(lutut dan telapak kaki)
Sistem saraf pusat : normal
Sistem endokrin : normal
II. Teknik Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a. Kaji tampilan dan perilaku klien secara umum : kemampuan
motorik, bahasa, menulis dan fungsi sensori :
Kemampuan motorik, bahasa, menulis dan fungsi sensori klien
tampak masih normal. Hanya saja sudah mulai cepat lelah karena
usia
b. Tingkat kesadaran, orientasi, rentang perhatian, daya ingat,
kemampuan kognitif, pengetahuan umum situasi kehidupannya :
Klien sadar penuh dan daya ingat serta kemampuan kognitif nya
baik.
c. Kenali bila ada disfungsi mental : tidak ada

13
d. Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap
klien pada orang lain, harapan – harapan klien dalam melakukan
sosialisasi, kepuasan klien dalam sosialisasi :
Klien gemar bersosialisasi dan berkunjung ke tetangga, klien juga
masih sering pergi ke pasar untuk belanja dan pergi ke pengajian.

III. Teknik pengkajian emosi


PERTANYAAN TAHAP 1
1. Apakah klien mengalami sukar tidur ? TIDAK
2. Apakah klien sering merasa gelisah ? TIDAK
3. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ? TIDAK
4. Apakah klien sering was – was atau kuatir ? YA
Lanjut ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1
jawaban “YA”

PERTANYAAN TAHAP 2
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?
TIDAK
2. Ada masalah atau banyak pikiran ? TIDAK
3. Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain ? YA
4. Menggunakan obat tidur / penenang atas anjuran dokter ? TIDAK
5. Cenderung mengurung diri ? TIDAK
MASALAH EMOSIONAL POSITIF (+)
IV. Pengkajian spiritual
1. Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyakinan klien terhadap
kematian, harapan – harapan klien yang berhubungan dengan
kematiannya :
Klien beragama islam dan klien selalu meyakini bahwa hidup
adalah pemberian Allah SWT yang sangat indah, klien selalu
bersyukur atas apa yang ia dapatkan selama didunia. Klien juga

14
meyakini bahwa kematian adalah takdir yang pasti akan datang
suatu saat nanti.
V. Penilaian Activity of Daily Living (ADL) dengan instrumen Indeks
Barthel Modifikasi
No Fungsi Skor Keterangan Hasil

1 Mengendalikan 0 Tidak terkendali/tak teratur


rangsang BAB (perlu pencahar) Kadang-kadang
1 2
tak terkendali (1 x / minggu)
2
Terkendali teratur

2 Mengendalikan 0 Tak terkendali atau pakai kateter


rangsang BAK
1 Kadang-kadang tak terkendali 2
(hanya 1 x / 24 jam) Mandiri
2

3 Membersihkan 0 Butuh pertolongan orang lain


diri (mencuci Mandiri
1 1
wajah, menyikat
rambut,
mencukur kumis,
sikat gigi)

4 Penggunaan WC 0 Tergantung pertolongan orang


(keluar masuk lain
1 2
WC,
Perlu pertolongan pada beberapa
melepas/memaka
kegiatan tetapi dapat
i celana, cebok,
2 mengerjakan sendiri beberapa
menyiram)
kegiatan yang lain

Mandiri

5 Makan minum 0 Tidak mampu

15
(jika makan 1 Perlu ditolong memotong 2
harus berupa makanan Mandiri
2
potongan,
dianggap
dibantu)

6 Bergerak dari 0 Tidak mampu


kursi roda ke
1 Perlu banyak bantuan untuk bias 3
tempat tidur dan
duduk (2 orang) Bantuan
sebaliknya 2
minimal 1 orang
(termasuk duduk
3
di tempat tidur) Mandiri

7 Berjalan di 0 Tidak mampu


tempat rata (atau
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda 3
jika tidak bisa
berjalan, 2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
menjalankan Mandiri
3
kursi roda)

8 Berpakaian 0 Tergantung orang lain


(termasuk
1 Sebagian dibantu (mis: 2
memasang tali
mengancing baju) Mandiri
sepatu, 2
mengencangkan
sabuk)

9 Naik turun 0 Tidak mampu Butuh pertolongan


tangga Mandiri
1 2

16
10 Mandi 0 Tergantung orang lain Mandiri 1

20

Skor Barthel Index (Nilai AKS / ADL) :


20 : Mandiri (A)
12 – 19 : Ketergantungan ringan (B)
9–1 : Ketergantungan sedang (B)
5–8 : Ketergantungan berat (C)
0–4 : Ketergantungan total (C)
VI. Penilaian tingkat kemandirian dengan instrumental activities of
daily living ( IADL ) Lawton
Skor Hasil

Dapat menggunakan telepon


Mengoperasikan telepon sendiri dan mencari dan 1
menghubungi nomor
Menghubungi beberapa nomor yang diketahui 1 1

Menjawab telepon tetapi tidak menghubungi 1


Tidak bisa menggunakan telepon sama sekali 0
Mampu pergi ke suatu tempat
Berpergian sendiri menggunakan kendaraan umum 1
atau menyetir sendiri
1
Mengatur perjalanan sendiri 1
Perjalanan menggunakan transportasi umum jika ada 0
yang menyertai
Tidak melakukan perjalanan sama sekali 0
Dapat berbelanja
Mengatur semua kebutuhan belanja sendiri 1

17
Perlu bantuan untuk mengantar belanja 0
1
Sama sekali tidak mampu belanja 0
Dapat menyiapkan makanan
Merencanakan, menyiapkan, dan menghidangkan 1
makanan
Menyiapkan makanan jika sudah tersedia bahan 0 1

makanan
Menyiapkan makanan tetapi tidak mengatur diet yang 0
cukup
Perlu disiapkan dan dilayani 0
Dapat melakukan pekerjaan rumah tangga
Merawat rumah sendiri atau bantuan kadang-kadang 1
Mengerjakan pekerjaan ringan sehari-hari (merapikan 1
tempat tidur, mencuci piring) 1

Perlu bantuan untuk semua perawatan rumah sehari- 1


hari
Tidak berpartisipasi dalam perawatan rumah 0
Dapat mencuci pakaian
Mencuci semua pakaian sendiri 1
1
Mencuci pakaian yang kecil 1
Semua pakaian dicuci oleh orang lain 0
Dapat mengatur obat - obatan
Meminum obat secara tepat dosis dan waktu tanpa 1 1
bantuan
Tidak mampu menyiapkan obat sendiri 0
Dapat mengatur keuangan
Mengatur masalah financial (tagihan, pergi ke bank) 1
1
Mengatur pengeluaran sehari-hari, tapi perlu bantuan 1
untuk ke bank untuk transaksi penting

18
Tidak mampu mengambil keputusan financial atau 0
memegang uang
Total 8

Skoring IADL
Dikerjakan oleh orang lain 0
Perlu bantuan sepanjang waktu 1
Perlu bantuan sesekali 2

Independen/mandiri 3-8

VII. Penilaian resiko jatuh pada pasien lanjut usia


Jika pada pasien dijumpai gejala/kriteria tersebut dibawah ini,
maka pasien mendapat skor sesuai dengan skala yang
tercantum.

Jika tidak, maka pasien mendapat nilai 0.


Selanjutnya seluruh skor dijumlah dan diklasifikasikan tingkat
risikonya yaitu :
a. Risiko rendah bila skor 1-3 (Lakukan intervensi risiko rendah)
b. Risiko tinggi bila skor ≥ 4 (Lakukan intervensi risiko tinggi)

19
Tanggal : 12 April 2023
Nama : Ny. R/Umur : 72 thn/Jenis Kelamin : Perempuan

NO RISIKO SKALA HASIL

1 Gangguan gaya berjalan (diseret, menghentak, berayun) 4 4

2 Pusing atau pingsan pada posisi tegak 3 0

3 Kebingungan setiap saat (contoh:pasien yang mengalami demensia) 3 0

4 Nokturia/Inkontinen 3 3

5 Kebingungan intermiten (contoh pasien yang mengalami 2 0


delirium/Acute confusional state)

6 Kelemahan umum 2 0

7 Obat-obat berisiko tinggi (diuretic, narkotik, sedative, antipsikotik, 2 2


laksatif, vasodilator, antiaritmia, antihipertensi, obat hipoglikemik,
antidepresan, neuroleptic, NSAID)

8 Riwayat jatuh dalam 12 bulan terakhir 2 0

9 Osteoporosis 1 0

10 Gangguan pendengaran dan/atau penglihatan 1 0

20
11 Usia 70 tahun ke atas 1 1

Jumlah 10

Jumlah total skor 10 berarti : Risiko Jatuh Tinggi

21
VIII. Penilaian depresi pasien lanjut usia dengan instrumen geriatric
depression scale (GDS)

Panduan pengisian instrumen GDS

a. Jelaskan pada pasien bahwa pemeriksa akan menanyakan


keadaan perasaannya dalam dua minggu terakhir, tidak ada
jawaban benar salah, jawablah ya atau tidak sesuai dengan
perasaan yang paling tepat akhir-akhir ini.
b. Bacakan pertanyaan nomor 1 – 15 sesuai dengan kalimat yang
tertulis, tunggu jawaban pasien. Jika jawaban kurang jelas,
tegaskan lagi apakah pasien ingin menjawab ya atau tidak.
Beri tanda (lingkari) jawaban pasien tersebut.
c. Setelah semua pertanyaan dijawab, hitunglah jumlah
jawaban yang bercetak tebal. Setiap jawaban (ya/tidak)
yang bercetak tebal diberi nilai satu (1).
d. Jumlah skor diantara 0-5 menunjukkan kemungkinan besar
tidak ada gangguan depresi
e. Jumlah skor diantara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar
ada gangguan depresi.
f. Jumlah skor 10 atau lebih menunjukkan ada gangguan depresi

22
No Pertanyaan Skor

1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan YA TIDAK 1


kehidupan anda?

2 Apakah anda sudah meninggalkan banyak YA TIDAK


kegiatan dan minat

/kesenangan anda?

3 Apakah anda merasa kehidupan anda hampa? YA TIDAK

4 Apakah anda sering merasa bosan? YA TIDAK

5 Apakah anda mempunyai semangat baik setiap YA TIDAK


saat?

6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan YA TIDAK 1


terjadi pada anda?

7 Apakah anda merasa bahagia pada sebagian YA TIDAK


besar hidup anda?

8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? YA TIDAK

9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah YA TIDAK 1


daripada pergi ke luar dan mengerjakan sesuatu
hal yang baru?

10 Apakah anda merasa mempunyai banyak YA TIDAK


masalah dengan daya ingat anda dibandingkan
kebanyakan orang?

11 Apakah anda pikir hidup anda sekarang ini YA TIDAK


menyenangkan?

12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti YA TIDAK


perasaan anda saat kini?

13 Apakah anda merasa penuh semangat? YA TIDAK

14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda YA TIDAK

23
Jumlah total skor 3 berarti kemungkinan tidak ada gangguan depresi

tidak ada harapan?

15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik YA TIDAK


keadaannya dari anda?

IX. Penilaian demensia dan gangguan perilaku pasien lanjut usia melalui
indtrumen mini cog dan clock drawing test

Hasil penilaian instrumen mini cog dan clock drawing test


1. Penilaian Mini Cog : Pasien mampu menyebutkan kembali 3 kata
yang diberikan dengan benar
2. Penilaian Clock Drawing Test Skor 4 (modifikasi) – CDT

Hasil interpretasi :

1. Gambar lingkaran utuh 1

2. Menulis angka lengkap 1-12 1

3. Angka berurutan dan tepat letaknya 1

24
4. Jarum jam menunjukkan pukul 11.10 1

Jumlah Total 4

Interpretasi Mini Cog dan CDT

Mampu menyebutkan 3 (tiga) kata kembali (yang disebutkan sebelumnya) dan


Skor CDT : 4
Berarti Kemungkinan Fungsi Kognitif Baik

X. Penilaian dengan Mini Mental State Examination (MMSE)

B Tes N
u i
t Nilai Max l
i a
r i

ORIENTASI

1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), 5 5


hari apa?
2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), 5 5
(kota), (gedung), (ruang)

(tanyakan pada responden)


REGISTRASI

3 Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda 3 3


kelompoknya selang 1 detik (misal apel, uang,
meja), responden diminta mengulanginya.
Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar.

25
Ulangi sampai responden dapat menyebutkan
dengan benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI

4 Pengurangan 100 dengan 7 secara berturutan. 5 5


Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar.
Hentikan setelah 5 jawaban. Atau responden
diminta mengeja terbalik kata “ WAHYU”
(nilai diberi pada huruf yang benar sebelum
kesalahan; misalnya uyahw=2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

5 Responden diminta menyebut kembali 3 nama 3 3


benda di atas
BAHASA

6 Responden diminta menyebutkan nama 2 2


benda yangditunjukkan (perlihatkan pensil
dan jam tangan )
7 Responden diminta mengulang kalimat:” 1 1
tanpa kalau dan atau tetapi”
8 Responden diminta melakukan perintah: “ 3 3
Ambil kertas ini dengan tangan anda, lipatlah
menjadi dua dan letakkan di lantai”.
9 Responden diminta membaca dan melakukan 1 1
yang dibacanya: “Pejamkanlah
mata anda”
10 Responden diminta menulis sebuah kalimat 1 1
secara spontan
11 Responden diminta menyalin gambar 1 1

26
Skor Total 30 30

Interpretasi :
Dalam melakukan interpretasi hasil penilaian MMSE maka perlu
mempertimbangkan tingkat pendidikan dan kesadaran pasien.

Secara umum (sederhana) pengelompokkan fungsi kognitif


global dengan instrumen MMSE dapat dikelompokkan sebagai
berikut
a. Skor 0-10 : fungsi kognitif global buruk
b. Skor 11-20: fungsi kognitif global sedang
c. Skor 21 – 30: fungsi kognitif global masih relatif baik

Hasil :

S Somnolen Stupor Koma


a
d
a
r

XI. Penilaian dengan Abbreviated Mental Test (AMT)

Salah = 0 Benar = 1

A Berapakah umur Anda? √

B Jam berapa sekarang? √

C Di mana alamat rumah Anda? √

D Tahun berapa sekarang? √

27
E Saat ini kita sedang berada di mana? √

F Mampukah pasien mengenali dokter √


atau perawat?

G Tahun berapa Indonesia merdeka? √

H Siapa nama presiden RI sekarang? √

I Tahun berapa Anda lahir? √

j Menghitung mundur dari 20 sampai 1 √

Jumlah skor: 10

K Perasaan hati (afek): pilih yang sesuai dengan kondisi pasien


1. Baik 2. Labil 3. Depresi 4. Gelisah 5. Cemas

Jumlah total skor 10 berarti daya ingat dalam batas normal

XII. Penilaian risiko Malnutrisi pasien lansia dengan Mini Nutritional


Assessment (MNA)
Pemeriksaan dengan Instrumen MNA terdiri dari dua tahap, yaitu
tahap pertama (penapisan/skrining), dan tahap kedua (penilaian).
Apabila skor pada tahap pertama <11, akan dilanjutkan ke tahap kedua.
Selanjutnya, seseorang diklasifikasikan :
a. malnutrisi apabila jumlah total skor <17, dan

b. berisiko malnutrisi apabila total skor antara 17–23,5.

INSTRUMEN MINI NUTRIONAL ASSESSMENT (MNA)

I. SKRINING
Tanggal : 12 April 2023
Nama : Ny. R

28
Jenis kelamin : P
Umur : 72 tahun
Berat badan (kg) : 70 kg
Tinggi badan (cm) :165

II. FORM SKRINING*


Hasil Penilaian

A. Apakah anda mengalami penurunan asupan


makanan dalam 3 bulan terakhir disebabkan
kehilangan nafsu makan, gangguan saluran
cerna, kesulitan mengunyah atau menelan?
0 = kehilangan nafsu makan berat (severe) 2

1 = kehilangan nafsu makan sedang


(moderate) 2 = tidak kehilangan nafsu
makan

B. Kehilangan berat badan dalam tiga


bulan terakhir ? 0 = kehilangan BB >
3kg
0
1 = tidak tahu
2 = kehilangan BB antara 1 – 3 kg
3 = tidak mengalami kehilangan BB

C. Kemampuan melakukan mobilitas ?


0 = di ranjang saja atau di kursi roda
1= dapat meninggalkan ranjang atau
2
kursi roda namun tidak bisa
pergi/jalan-jalan ke luar
2 = dapat berjalan atau pergi dengan leluasa

D. Menderita stress psikologis atau


penyakit akut dalam tiga bulan 2
terakhir ?

29
0 = ya

2 = tidak

E. Mengalami masalah neuropsikologis?


0 = dementia atau depresi berat

1 = demensia sedang (moderate) 2


2 = tidak ada masalah psikologis

F. Nilai IMT (Indeks Massa Tubuh) ? 0 =


IMT < 19 kg/m2
1 = IMT 19 - 21
3
2 = IMT 21 – 23
3 = IMT > 23
SUB TOTAL 11

SKOR SKRINING
a. Sub total maksimal : 14
b. Jika nilai > 12 – tidak mempunyai risiko, tidak perlu melengkapi form
penilaian
c. Jika < 11 – mungkin mengalami malnutrisi, lanjutkan mengisi form
penilaian

III. PENILAIAN FORMULIR PENILAIAN

Hasil Penilaian

G. Apakah anda tinggal mandiri ? (bukan di


panti/Rumah Sakit)? 1
0 = tidak
1 = ya

H. Apakah anda menggunakan lebih dari tiga


macam obat per hari 0 = ya 1

30
1 = tidak

I. Apakah ada luka akibat tekanan atau luka


di kulit? 0 = ya 1
1 = tidak

J. Berapa kali anda mengonsumsi makan


lengkap / utama per hari ? 0 = 1 kali

1 = 2 kali 1
2 = 3 kali

K. Berapa banyak anda mengonsumsi


makanan sumber protein?
 Sedikitnya 1 porsi dairy produk (seperti
susu, keju, yogurt) per hari  ya/tidak
 2 atau lebih porsi kacang-kacangan atau
telur per minggu  ya / tidak 0.5
 Daging ikan atau unggas setiap hari  ya
/ tidak
0.0 = jika 0 atau hanya ada 1 jawabnya ya
0.5 = jika terdapat 2 jawaban ya
1.0 = jika terdapat 3 jawaban ya

L. Apakah anda mengkonsumsi buah atau


sayur sebanyak 2 porsi atau lebih per hari ? 1
0 = tidak
1 = ya

M. Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, teh,


susu) yang dikonsumsi per hari ?
0.0 = kurang dari 3 gelas
1
0.5 = 3 – 5 gelas
1.0 = lebih dari 5 gelas

N. bagaimana cara makan anda ?

31
0 = disuapi 2
1 = bisa makan sendiri dengan sedikit
kesulitan
2 = makan sendiri tanpa kesulitan apapun
juga

O. Pandangan sendiri mengenai status gizi


anda ?
0 = merasa malnutrisi
1
1 = tidak yakin mengenai status gizi
2 = tidak ada masalah gizi
P. Jika dibandingkan dengan kesehatan orang
lain yang sebaya/seumur, bagaimana anda
mempertimbangkan keadaan anda
dibandingkan orang tersebut ?
0 = tidak sebaik dia 0,5

0.5 = tidak tahu


1.0 = sama baiknya
2.0 = lebih baik

Q. Lingkar lengan atas (cm)?


0 = < 21 cm

0.5 = 21 – 22 cm 1
1,0 = ≥22 cm
Lingkar betis
1 > 31 cm
1

TOTAL 12

Penilaian skor :
1. Skor skrining : 11
2. Skor penilaian : 12

32
Skor total indikator malnutrisi (maksimum 30) : 23
17 – 23,5 : malnutrisi
Kurang dari 17 : malnutrisi
Jumlah total skor MNA 23, berarti ada risiko malnutrisi

Ringkasan Hasil Pemeriksaan Klien


No Pemeriksaan Hasil
1. Activity Daily Living(ADL) dengan 20 ( Mandiri )
instrumen barthel indeks modifikasi

2. Instrumental activities of Daily 8 ( independen /


Living(ADL) Lawton mandiri )

3. Risiko jatuh pada lansia 10 ( risiko jatuh


tinggi )
4. Geriatric Deprission Scale (GDS) 3 ( tidak ada gangguan
depresi )
5. Mini cog dan Clock Drawing Test 4 ( fungsi kognitif baik
)
6. Mini Mental Scale Examination (MMSE) 30 ( fungsi kognitif
global masih relatif
baik )
7. AMT ( abbreviated mental test ) 10 ( daya ingat dalam
batas normal )
8. MNA ( mini nutritional asessment ) 23 ( risiko malnutrisi )

33
XIII. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Kondisi Nyeri kronis
Klien mengatakan muskuloskeletal kronis
nyeri di kaki bagian
lutut dan telapak
kaki
DO :
Kaki klien terlihat
bengkak
2. DS : Kekhawatiran Ansietas
Klien mengatakan mengalami kegagalan
cemas karena
anaknya yang
bungsu belum
menikah. Hidupnya
belum tenang
DO :
Klien tampak
sedikit sedih dan
sangat ingin
melihat anak
bungsunya segera
menikah

XIX. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis
2. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan

34
XX. Intervensi Keperawatan

No. Dx. Kep Tujuan Intervensi Rasional


1. Nyeri kronis Setelah 1. Terapi a. Terapi
berhubunga dilakukan relaksasi relaksasi
n dengan tindakan - Anjurkan 1. Agar klien
kondisi keperawatan posisi mendapat
muskuloskel selama 1x24 nyaman posisi
etal kronis jam. - Anjurkan nyaman
Masalah rileks 2. Agar
teratasi. dan tubuh
Dengan sensasi klien
kriteria hasil relaksasi rileks
: - Anjurkan 3. Mengisi
- Nyeri nafas paru –
berkuran dalam paru
g 2. Edukasi dengan o2
aktivitas / agar
istirahat peredaran
- Mengaja darah
rkan klien
pengatur lancar dan
an menguran
aktivitas gi rasa
dan sakit/nyeri
istirahat b. Edukasi
aktivitas /
istirahat
1. Agar klien
lebih

35
memahami
apa yang
disampaika
n

2. Ansietas Setelah 1. Dukungan a. Dukungan


berhubunga dilakukan keyakinan keyakinan
n dengan tindakan - Berikan 1. Mencipta
kekhawatira keperawatan harapan kan
n selama 1x24 yang harapan
mengalami jam. realistis yang
kegagalan Masalah sesuai sesuai
teratasi prognosis dengan
dengan - Berikan prognosi
kriteria hasil penjelasan s
: yang relevan 2. Klien
- Cemas dan mudah memahami
berkuran difahami apa yang
g - Berikan disampaika
edukasi n
mengatasi b. Teknik
ansietas menenang
2. Teknik kan
menenangkan 1. Berdoa
- Anjurkan dapat
berdoa meningkat
- Anjurkan kan
teknik kepercaya
menenangk an klien
an hingga terhadap
perasaan

36
menjadi takdir
tenang 2. Klien
rileks dan
tenang

XXI. Implementasi Keperawatan

No dx. kep Waktu Implementasi Paraf


1. Nyeri kronis Rabu, 12 1. Menganjurkan
berhubungan april 2023 posisi nyaman
dengan kondisi 13.30 – pada klien
muskuloskeletal 14.00 2. Menganjurkan
kronis WIB rileks
3. Menganjurkan
nafas dalam
4. Mengedukasi
tentang aktivitas
dan istirahat
2. Ansietas Rabu, 12 1. Menganjurkan
berhubungan april 2023 klien untuk
dengan 14.00 – berdoa
kekhawatiran 14.30 2. Memberikan
mengalami WIB edukasi
kegagalan mengatasi
ansietas
3. Menenangkan
klien

37
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pengkajian dapat disimpulkan bahwa klien


mengalami nyeri kronis yang disebabkan oleh asam urat yang ia
alami sudah lebih dari 1 tahun dan mengalami ansietas karena
mencemaskan anaknya yang belum menikah. Klien mengalami
masalah emosional positif yang bermula dari klien merasa gelisah.
Hasil dari pemeriksaan barthel indeks yaitu 20 artinya klien
merupakan lansia yang mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-
harinya. Selanjutnya hasil dari pemeriksaan instrumen activities of
daili living (IADL) klien adalah 8 yang berarti klien merupakan
lansia yang mandiri. Kemudian hasil dari penilaian resiko jatuh pada
klien yaitu 10. Itu berarti klien merupakan lansia dengan resiko jatuh
tinggi karena mengalami asam urat yang menyebabkan kaki nya sakit
sehingga jalannya harus dibantu menggunakan tongkat.
Lalu pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan lansia
dengan instrumen geriatric depression scale yang bertujuan untuk
mengetahui apakah klien depresi atau stres atau tidak. Dan hasilnya
yaitu 3 yang artinya klien kemungkinan tidak mengalami gangguan
depresi. Klien juga dilakukan pemeriksaan apakah klien mengalami
demensia tau tidak dengan menggunakan instrumen mini cog dan
clock drawing test dan hasilnya 4, itu berarti fungsi kognitif klien
baik dan tidak mengalami demensia.
Selanjutnya pemeriksaan fungsi kognitif dengan
menggunakan instrumen mini mental stase examination. Hasilnya
yaitu 30 yang artinya fungsi kognitif global klien masih relatif baik.
Kemudian hasil dari pemeriksaan daya ingat klien yaitu 10
yang artinya daya ingat klien dalam batas normal. Karena klien

38
masih bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar.Klien
mengatakan bahwa awal mula ia terkena penyakit asam urat
megalami penuruna berat badan >3 Kg. maka dari itu, dilakukan
pemeriksaan status nutrisi menggunakan instrumen mini nutritional
assessment (MNA) yang hasilnya menunjukkan bahwa klien
mengalami risiko malnutrisi.

4.2 Saran

Kami menyadari bahwa kekurangan dalam makalah yang kami buat di atas
merupakan kelemahan dari pada kami, karena terbatasnya 25 kemampuan
kami untuk memperoleh data dan informasi karena terbatasnya
pengetahuan kami. Jadi yang kami harapkan kritik dan saran yang
membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, kami menyampaikan rasa
terimakasih dengan setulus tulusnya. Akhir kata, kami berharap agar
makalah ini dapat membawa manfaat kepada pembaca.

39
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah.,2010.Merawat manusia Lanjut usia.Trans Info media.Jakarta

Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman.

EGC. Jakarta

Lueckenotte.A.G. (2006). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri

Ma’rifatul Lilik Azizah.,2011.Keperawatan lanjut usia.Graha ilmu.Jogjakarta.

Nugroho.W. (2005). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta

40
LAMPIRAN

DOKUMENTASI

41
LEAFLET

42
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Mengenal Ansietas

Waktu : 10 menit

Hari/Tanggal : Rabu, 12 April 2023

Sasaran : Ny. R

Tempat : Rumah kediaman Ny. R

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah diberikan penyuluhan tentang cara untuk mengatasi ansietas maka
diharapkan keluarga dan klien dapat memahami pentingnya menjaga tingkat
kecemasan.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Keluarga dan klien dapat mengetahui definisi ansietas.
2. Keluarga dan klien memahami faktor – faktor penyebab ansietas.
3. Keluarga dan klien dapat mengetahui tanda dan gejala ansietas.
4. Keluarga dan klien dapat mengetahui cara mengatasi ansietas.
C. Garis Besar Uraian Materi
1. Definisi
2. Faktor – faktor penyebab
3. Tanda dan gejala
4. Cara mengatasi
D. Metoda Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah, demonstrasi
dan tanya jawab.
E. Media Belajar
Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah leaflet
F. Langkah-langkah Kegiatan

43
No. Waktu Kegitan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. 2 menit Pembukaan :
 Salam dan  Menyambut salam
memperkenalkan
diri
 Melakukan kontrak  Mendengarkan

waktu
 Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
 Persepsi dengan
memberi pertanyaan
awal tentang nutrisi.
 Menjelaskan
manfaat dari
penyuluhan
2. 10 menit Pelaksanaan :
 Menyampaikan isi  Mendengarkan
materi dan
memperhatikan

44
3. 3 menit Penutup :
 Menanyakan  Peserta menjawab
pertanyaan/kuis pertanyaan
mengenai materi
yang telah
diberikan.
 Mendengarkan
 Menyampaikan
dan membalas
simpulan dan uraian
salam
materi yang telah
diberikan
 Mengucapkan
salam penutup

G. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur
a) Rencana kegiatan dan penyaji materi penyuluhan dipersiapkan dari
sebelum kegiatan
b) Kesiapan SAP.
c) Kesiapan media: Leaflet.
2. Evaluasi Proses
a) Klien dan keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara benar
b) Waktu sesuai dengan rencana (15 menit)
3. Evaluasi Hasil
a) Keluarga dan pasien mengetahui definisi nutrisi
b) Keluarga dan pasien mengetahui Kebutuhan Nutrisi
c) Keluarga dan pasien mengetahui macam – macam makanan yang bisa
dimakan oleh pasien pneumonia

45
H. Sumber

Kozier, B. (n.d.). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier. Jakarta:


EGC.

Maryam, S. (2012). Mengenal ansietas dan Perawatannya. Jakarta: Salemba


Medika.

Potter & Perry, 2005, Buku Ajar keperawatan jiwa: Konsep, Proses, dan
Praktik, Jakarta: EGC

46
Lampiran

A. Definisi Ansietas
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menhadapi ancaman
(PPNI, 2016). Ansietas merupakan perasaan tidak tenang yang samar–
samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons
(penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) (Yusuf,
Fitryasari, & Tristiana, 2019).
B. Faktor – faktor penyebab ansietas
1. Lingkungan yang asing
2. Pengalaman traumatis (berpisah, kehilangan, bencana, dll)
3. Masalah sosial ekonomi
4. Kurang informasi
5. Frustasi karena gagal mencapai tujuan
C. Tanda dan gejala
1. Nafas pendek
2. Nadi & tekanan darah meningkat
3. Gelisah, sulit tidur
4. Tidak nafsu makan
5. Berkeringat dan gemetar
6. Sakit kepala
7. Diare atau konstipasi
8. Mulut kering
9. Gerakan meremas tangan
10. Perasaan tidak aman dan menangis
11. Memusatkan perhatian pada hal yang membuat cemas
D. Cara mengatasi ansietas

Berikut ini cara jitu untuk menghilangkan rasa cemas berlebihan agar
tidak mengganggu aktivitas dan kesehatan kita.

47
1. Kembali ke lingkungan kamu

Biasanya, ketika seseorang mengalami cemas berlebihan, mereka akan


cenderung menarik diri dari lingkungan. Padahal, salah satu cara untuk
mengatasi depresi adalah dengan adanya dukungan sosial dari orang
terdekat. Ketika kamu sedang mengalami kecemasan atau depresi, cobalah
untuk mengungkapkan apa yang kamu rasakan dan tetaplah menjalin
hubungan dengan lingkungan sekitar. Meski tidak mudah, namun
mengisolasi diri dari lingkungan juga bukanlah jalan keluar dari kekalutan
yang sedang kamu alami.

2. Lakukan apa yang kamu sukai

Salah satu cara terbaik untuk menghilangkan cemas dan


kecenderungan depresi adalah dengan melakukan apa yang kamu sukai –
nonton film, jalan-jalan, pergi ke pantai, bernyanyi, dll. Dan meski kamu
tidak selamanya bisa memaksa diri untuk melakukan hal yang kamu sukai,
namun tetap selalu berusaha untuk mendorong diri sendiri agar selalu aktif
berkegiatan -setidaknya bukan yang kamu benci.

3. Lakukan hal baru

Selain melakukan hal yang kamu senangi, kamu juga perlu untuk
melakukan hal baru untuk menghilangkan rasa cemas berlebihan. Ketika
kamu menantang diri sendiri dengan melakukan hal baru, tanpa kamu
sadari tubuh kamu akan memproduksi hormon dopamin yang berhubungan
dengan rasa senang dan bahagia.

4. Berjemur sinar matahari

Tanpa kamu sadari, kurangnya sinar matahari dapat memperburuk rasa


cemas berlebihan dan depresi kamu. Cobalah sesekali keluar dari kamar
kamu agar kamu dapat terkena sinar matahari, setidaknya 15 menit sehari.
Sinar matahari diketahui dapat meningkatkan kadar hormon bahagia
serotonin sehingga memperbaiki mood kamu.

48
5. Olahraga yang rajin

Penelitian menunjukkan bahwa olahraga teratur dapat menghilangkan


gejala depresi. Aktifitas fisik seperti berolahraga ternyata dapat
meningkatkan produksi endorfin yang memiliki efek mengurangi rasa sakit
dan memicu perasaan senang, tenang, atau bahagia. Dan tentunya, kamu
tidak perlu berolahraga berlebihan untuk mendapatkan manfaatnya, cukup
olahraga ringan namun dilakukan secara rutin seperti jalan kaki 10 menit,
dll.

6. Makan makanan yang sehat

Tanpa kamu sadari, makanan yang kamu konsumsi dapat berdampak


pada perasaan kamu. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kamu akan
merasa kesal ataupun lelah saat kamu telat makan. Dan untuk mengatasi
rasa cemas atau depresi, kamu dapat meminimalkan konsumsi gula dan
karbohidrat olahan namun kamu dianjurkan untuk meningkatkan asupan
vitamin B karena kekurangan vitamin B (seperti asam folat dan B12) dapat
memicu depresi. Beberapa makanan yang dapat mengatasi depresi adalah
makanan yang kaya akan omega-3 seperti salmon, tuna, dll.

7. Tidur yang cukup

Sulit tidur dapat menjadi salah satu gejala depresi. Untuk mengatasi
perasaan cemas atau depresi, cobalah untuk mengubah pola tidur kamu.
Mulailah untuk tidur cukup setidaknya 7 jam per hari, dan singkirkanlah
hal-hal yang dapat menganggu kualitas tidur kamu.

8. Berpikir positif

Satu hal yang bisa membuat rasa cemas dan depresi kamu semakin
memburuk adalah pikiran negatif tentang diri sendiri atau lingkungan
sekitar kamu. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengatasi rasa cemas
dan depresi adalah dengan berpikir positif.

49
ABSEN FIELD STUDY KELOMPOK KECIL 2 4A

No Nama Hadir / tidak


1. Defi Yulianti Hadir
2. Mesya Dwi Agustin Hadir
3. M Jihan Febi K Hadir
4. Tsabit Mardiat Hadir
5. Vira Puspitasari Hadir

50

Anda mungkin juga menyukai