Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTINK
ADL ( ACTIVITITY OF DAILY LIVING ) PADA LANSIA

Disusun Oleh:
Alma Diniarti ( 191440101001 )
Atikah Putri Amaliyah ( 191440101003 )
Olyvia Retno Utami ( 191440101010 )
Pebriyadi ( 191440101011 )
Muhammad Arief ( 201440101037P )

Dosen Pembimbing
( Widya Arisandy, S.Kep, Ns., M.Kes )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES ‘AISYIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
ii
KATA PENGANTAR

ASSALAMUALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH

Puji Syukur Kami Panjatkan Atas Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
Yang Telah Melimpahkan Nikmat, Serta Hidayah-Nya Sehingga Saya Dapat Menyelesaikan
Laporan Makalah “ Adl ( Activitity Of Daily Living ) Pada Lansia
” Tepat Pada Waktunya.
Dalam Penyusunan Makalah Keperawatan Gerontik. Ini Kami Menyadari Masih
Banyak Kesalahan Dan Kekurangannya, Namun Harapan Kami Kita Semua Dapat
Memperoleh Manfaat Dan Memberi Masukan Untuk Dokumentasi Keperawatan Selanjutnya
Dengan Harapan Kami Ini Dapat Berkembang Dengan Baik
Pada Kesempatan Ini Kami Mngucapkan Terima Kasih kepada dosen mata kuliah
Keperawatan Gerontik Ibu Widya Arisandy, S.Kep, Ns., M.Kes
Dalam Kesempatan Ini Kami Mengharapkan Kritik Ataupun Saran Yang Bermanfaat
Dan Semoga Tuhan Yang Maha Esa Memberikan Karunia Dan Hidayah Nya Kepada Kita
Semua Hingga pendidikan Mata Kuliah Keperawatan Gerontik Ini Bermanfaat Bagi Para
Pembaca.

Billahitaufik Walhidayah
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Palembang, 02 November 2021


Penulis,

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

Konsep Lanjut Usia (Lansia)


2.1.1 Konsep Lanjut Usia............................................................................................................3
2.1.2 Klasifikasi Lansia...............................................................................................................3
2.1.3 Karakteristik Lansia...........................................................................................................4
2.1.4 Kebutuhan hidup lansia......................................................................................................4
2.1.5 Perubahan - Perubahan Lansia...........................................................................................5
2.1.6 Masalah Fisik Pada Lansia.................................................................................................9

Kemandirian
2.2.1 Pengertian Kemandirian...................................................................................................10
2.2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi kemandirian lansia..................................................11

ADL ( Activity of Daily Living )


2.3.1 Pengertian ADL ( Activity of Daily Living )....................................................................13
2.3.2 Klasifikasi ADL ( Activity of Daily Living )....................................................................14
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi ADL ( Activity of Daily Living )..............................15
2.3.4 Penilaian ADL ( Activity of Daily Living ).......................................................................16

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................18
3.2 Saran....................................................................................................................................18

Daftar Pustaka.........................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

iii
Salah satu indikator dari suatu keberhasilan pembangunan nasional dilihat dari segi
kesehatan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Secara global
populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan, populasi lansia di Dunia pada tahun
2013 mencapai 13,4% dan akan meningkat pada tahun 2050 menjadi 25,3%. Jumlah lansia di
Amerika pada tahun 2000 adalah 18,4 juta orang berusia 65-74 tahun, 12,4 juta berusia 75-85
tahun, dan 4,2 juta berusia di atas 85 tahun. Diperkirakan pada tahun 2030 populasi lansia
akan mencapai 70 juta orang. Peningkatan ini disebabkan bertambahnya usia harapan hidup
(Potter dan Perry, 2010). Sejak tahun 2004-2015 memperlihatkan adanya peningkatan usia
harapan hidup di Indonesia dari 68,6 tahun menjadi 70,8 tahun dan proyeksi tahun 2030-
2035 mencapai 72,2 tahun. Berdasarkan sumber dari World Population Prospects populasi
lansia di Indonesia pada tahun 2013 menurut mencapai 8,9% dan diperkirakan meningkat
menjadi 21,4% pada tahun 2050.Menurut Kemeskes RI 2015, populasi lansia di provinsi
Sumatera Utara pada tahun 2015 adalah 6,8%. Angka Beban Tanggungan menurut provinsi,
tertinggi ada di Nusa Tenggara Timur (66,74) dan Sumatera Utara merupakan tertinggi ke 5
yaitu 56,37%.

Peningkatan jumlah penduduk lansia ini akan membawa berbagai dampak, terutama
pada peningkatan angka ketergantungan. Ketergantungan lanjut usiadisebabkan kondisi orang
lansia banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis. Kurang imobilitas fisik
merupakan masalah yang sering dijumpai pada pasien lanjut usia akibat berbagai masalah
fisik, psikologis, dan lingkungan yang dialami oleh lansia(Malida,2011). Hasil Riskesdas
2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain
hipertensi, artritis, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, dan diabetes miletus.

Hasil dari penelitian yang dilakukan Rina, Agus dan Anastasia (2016) di Posyandu
Lansia binaan Puskesmas Banguntapan III Bantul menyatakan bahwa jumlah lansia yang
mengalami ketergantungan sedang dan ringan masing masing sebanyak 11 orang (50%).
Untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan lanjut usia, maka harus dihilangkan atau
diminimalisir masalah-masalah yang kerap terjadi pada lanjut usia yaitu dengan peningkatan
pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia (Maryam, 2008).

Pengkajian tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas seharihari atau


ADL (Activity of Daily Living) penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan lanjut usia
dalam rangka menetapkan level bantuan bagi lansiadan perencanaaan perawatan jangka
panjang (Tamher dan Noorkasiani,2011). ADL (Activity of Daily Living) didefinisikan

iv
sebagai kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas dan fungsi-fungsi kehidupan
sehari-hari yang dilakukan manusia secara rutin dan universal (Ediwati,2013). Berdasarkan
penelitian Afifah (2016) di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin
menyatakan bahwa gambaran tingkat kemandirian lansia dalam melakukan ADL (Activity of
Daily Living) memiliki selisih yang besar yaitu 45,5% berada pada tingkat mandiri dan
54,5% berada pada tingkat tidak mandiri. Penelitian ini menunjukan jumlah lansia yang tidak
mandiri lebih besar dari pada lansia yang mandiri. ADL (Activity of Daily Living) adalah
aktivitas pokok bagi perawatan diri. ADL(Activity of Daily Living) meliputi antara lain ke
toilet, makan, berpakaian, berpindah tempat dan mandi(Ediwati, 2013). Salah satu kriteria
yang dapat dipakai untuk menilai ADL (Activity of Daily Living) adalah Indeks Katz,
penilaian didasarkan pada kemampuan lansia untuk melakukan ke 6 hal yang dikriteriakan
untuk memastikan status fungsional usia lanjut (Dien GA Nursal, 2009). Menurut Zulaekah
dan Widowati pada tahun 2009, tingkat kemandirian penderita geriatri yang diukur dengan
indekskatz di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang hanya 17,91% yang memiliki kemandirian
pada semua hal yang dinilai pada indeks katz. Penelitian ini menggambarkan bahwa tingkat
kemandirian lanjut usia pada semua aspek yang dinilai pada indekskatz masih sangat rendah.

1.2 Perumusan Masalah

Rumusaan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana tingkat kemandirian lansia
dalam pemenuhan ADL (Activity of Daily Living) dengan metode katz?

1.3 Tujuan

Mengetahui gambaran tingkat kemandirian lansia dalam ADL (Activity of Daily


Living) dengan metode Katz.

BAB II
PEMBAHASAN

v
2.1 Konsep Lanjut Usia (Lansia)
2.1.1 Pengertian Lansia
Lansia adalah proses alamiah yang tidak dapat dihindari, semakin bertambah usia
fungsi tubuh mengalami kemunduran sehingga lansia lebih mudah terganggu kesehatannya
baik keadaan fisik maupun kesehatan jiwa (Maryam dkk,2008) karena keadaan fisik yang
mengalami kemunduran sehingga membuat lansia mengalami kecenderungan untuk
membutuhkan bantuan dalam hal memenuhi kebutuhan hari-harinya. Penurunan kondisi fisik
dan mental tersebut menyebabkan menurunnya derajat kesehatan lansia sehingga tingkat
ketergantungan pada lansia akan semakin meningkat dan selanjutnya akan mempengaruhi
kualitas hidup lansia. Kualitas hidup lansia dikatakan baik jika kesehatan fisik, psikologis dan
sosialnya baik. Kesehatan fisik tersebut berhubungan dengan activity of daily living dasar
yang dilakukan oleh lansia dalam kehidupan sehari–hari seperti makan, minum, berjalan,
mandi, dan buang air besar (Pujiono, 2009). Sedangkan menurut World Health Organisation,
lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia diatas 60 tahun. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang dikatakan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Prosesatau
proses penuaan (Nugroho, 2008). Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Contantanides, 1994). Proses penuaan adalah siklus
kehidupan yang ditandai dengan tahap-tahap menurunnya berbagai fungsi organ tubuh ini
disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalm struktur dan fungsi
sel, jaringan serta sistem organ. Perubahanperubahan tersebut umumnya mengarah pada
kemunduran fisik dan psikis sehingga akan berpengaruh pada activity of daily living
(Setiawan, 2009).

2.1.2 Klasifikasi Lansia

Menurut UU No.4 tahun 1965 Pasal 1 seperti dikutip oleh (Nugroho, 2000) bahwa
seseorang dapat dinyatakan sebagai lansia setelah mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai
atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan
menerima nafkah dari orang lain. Adapun beberapa pendapat tentang batasan umur lansia
yaitu:

1. Menurut World Health Organisation lanjut usia meliputi :

vi
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun.

2. Klasifikasi pada lansia ada 5 (Maryam, 2008) yakni:


a. Pralansia (Prasenilis) = seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia = seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi = seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensial = lansia yang masih mampu melakukan aktivitas. e. Lansia
tidak potensial lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain. (Departemen Kesehatan RI, 2003).

3. Menurut Birren and Jenner (2008), mengusulkan untuk membedakan antara usia
biologis, usia psikologis dan usia sosial.
a. Usia biologis adalah jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam
keadaan hidup tidak mati.
b. Usia psikologis adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan
penyesuaian pada situasi yang dihadapinya.
c. Usia sosial adalah peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada
seseorang sehubungan dengan usianya. Batasan lansia yang ada di Indonesia
adalah 60 tahun ke atas. Pernyataan tersebut dipertegas dalam Undang–undang
Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1
Ayat (2) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

2.1.3 Karakteristik Lansia

Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristiksebagai berikut:

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spritual, serta dari kondiri adaptif hingga kondisi
maladaftif.

vii
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.1.4 Kebutuhan Hidup Lansia

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Lansia juga memiliki kebutuhan hidup yang
sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup lansia antara lain kebutuhan akan
makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat
dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhankebutuhan sosial seperti
bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai
banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan
pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lansia agar
dapat mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow dalam Potter dan
Perry (2005), yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi:

1. Kebutuhan fisiologis, memiliki prioritas tertinggidalam hirarki Maslow. Kebutuhan


fisiologis merupakan hal yang perlu atau penting untuk bertahan hidup. Kebutuhan
tersebut antara lain oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal,
istirahat dan seks.
2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan
ketentraman, seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian. Orang
dewasa secara umum mampu memberikan keselamatan fisik mereka, tetapi yang sakit
dan cacat membutuhkan bantuan.
3. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki adalah kebutuhandimana manusia secara umum
mebutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai olehkeluarga mereka dan bahwa mereka
diterima oleh teman sebaya dan oleh masyarakat.
4. Kebutuhan harga diri adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan
keberadaannya. Kebutuhan harga diri berhubungan dengan keinginan terhadap
kekuatan, pencapaian, rasa cukup, kompetensi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan.
5. Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkat kebutuhan yang paling tinggi dalam hirarki
Maslow. Menurut teori, pada saat manusia sudah memenuhi seluruh kebutuhan pada
tingkatan yang lebih rendah,hal tersebut melalui aktualisasi diri dikatakan bahwa
mereka mencapai potensi mereka yang paling maksimal. Jika kebutuhan-kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalahmasalah dalam kehidupan orang lanjut
usia yang akan menurunkan kemandiriannya. Kemandirian lanjut usia dapat dilihat
dari kemampuan untuk melawan aktivitas normal sehari-hari (activity of daily living).

viii
Kemandirian lansia tidak hanya diukur dari kemampuan mereka dalam beradaptasi
dan beraktivitas normal sehari–hari, tetapi juga dari kondisi tubuh ataupun kesehatan
lansia.Semakin lemah kondisi kesehatan lansia semakin berkurang pula tingkat
kemampuan mereka dalam beraktivitas (Yunita, 2010).Kurang lebih 74% penduduk
lansia telah menderita penyakit kronik yang menyebabkan tingkat kemandirian dan
beraktivitas lansia berkurang. Menurut Yunita (2010), adapun gangguan penyakit
yang dapat mempengaruhi kestabilan psikologis, kemandirian, dan kemampuan
beraktivitas para lansia adalah:
1. Lima penyakit utama yang sering diderita para lansia, yaitu meliputi: Diabetes,
infeksi saluran pernafasan, kanker, TBC, jantung dan hipertensi;
2. Kondisi fisik yang menurun seperti, kemampuan pengelihatan, pendengaran,
moralitas dan stabilitas semakin menurun;
3. Gangguan jiwakarena setelah mengalami pasca stroke.
4. Inkontinensia (tidak bisa menahan keluarnya untuk buang air).

2.1.5 Perubahan-Perubahan Lansia

Perubahan fisik yang cenderung mengalami penurunan akan menyebabkan berbagai


gangguan secara fisik sehingga memengaruhi kesehatan serta akan berdampak pada kualitas
hidup lansia (Setyadi, Noerhamdani dan Ernawati 2011).

1. Perubahan fisik pada lansia menurut (Potter dan Perry, 2010)


a. Sel
Perubahan yang terjadi pada sel lansia adalah berkurangnya jumlah sel,
ukuran sel lebih besar, jumlah sel di otak menurun, mekanisme perbaikan sel
terganggu, berat otak berkurang 5-10 %.
b. Sistem pernafasan
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam
terutama terhadap bunyi atau suara- suara atau nada tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata- kata 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.

c. Sistem penglihatan

Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar,


lensa menjadi suram menyebabkan gangguan penglihatan, menurunnya
lapangan pandang dan hilangnya daya akomodasi.

ix
d. Sistem respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, kapasitas
pernafasan menurun, kedalaman bernafas menurun, jumlah alveoli berkurang
dan melebar, menurunnya aktivitas silia.

e. Sistem kardiovaskuler
Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, elastisitas dinding aorta menurun,
katup jantung menebal dan menjadi kaku.

f. Sistem gastrointestional
Indra pengecap menurun karena hilangnya sensitifitas dari saraf
pengecap, esofagus melebar, sensitifitas lapar menurun, asam lambung
menurun, peristaltik lemah, menciutnya ovarium dan uterus, pada lakilaki
produksi sperma menurun berangsur-angsur, selaput lendir vagina menurun.

g. Sistem integumentary
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunnya respon terhadap trauma,
kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, kuku menjadi pudar.

h. Sistem endokrin

Menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon


kelamin (progesteron, esterogen, tertosteron), berkurangnya produksi ACTH,
TSH, FSH,LH.

i. Sistem muskuloskletal Tulang kehilangan cairan dan semakin rapuh, discus


intervertebralis menipis dan menjadi pendek, persendian membesar dan
menjadi kaku, tendon mengerut dan mangalami sklerosis, otot-otot serabut
mengecil.
2. Perubahan- perubahan mental
Perubahan mental atau psikis pada lanjut usia dapat berupa sikap yang
semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak jika memiliki sesuatu.
Perlu dimengerti adalah sikap umum yang ditemukan pada hampir setiap lanjut usia,

x
yaitu keinginan untuk berumur panjang, berharap tetap diberi peranan dalam
masyarakat, tetap berwibawa mempertahankan hak dan hartanya dan meninggal
secara terhormat (Nugroho,2008). Menurut Bandiah 2015, faktor-faktor yang
memengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat
pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan.
3. Perubahan psikososial
Perubahan psikososial yaitu nilai seseorang yang diukur dari
produktivitasnyadan peranan dalam pekerjaan. Ketika seseorang pensiun maka
pendapatan berkurang (kehilangan finansial), kehilangan status (jabatan/posisi),
kehilangan relasi, kehilangan kegiatan sehingga menimbulkan kesepian serta
perubahan cara hidup (Nugroho,2008). Hal tersebut sejalan dengan ungkapan oleh
Netuveli, dkk (2006), yaitu penghasilan berbanding lurus dengan status kesehatan
seseorang, artinya orang dengan kesejahteraan baik mempunyai status kesehatan yang
baik juga.

2.1.6 Masalah Fisik pada Lansia (Bandiah, 2015)

1. Mudah jatuh
Jatuhnya seseorang yang sudah usia lanjut disebabkan oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu gangguan jantung, gangguan sistem anggota gerak,
gangguan penglihatan, gangguan psikologis, infeksi telinga, gangguan adaptasi gelap,
pengaruh obat-obatan yang digunakan (diazepam, anti depresi,antihipertensi),
arthritis, vertigo sedangkan faktor ekstrinsik yaitu cahaya ruangan yang kurang
terang, lantai yang licin, tersandung benda-benda, tali sepatu, kursi roda tidak terkunci
dan turun tangga.

2. Mudah lelah Disebabkan oleh faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan, perasaan
depresi), gangguan organis (anemia, kekurangan vitamin, gangguan pada pencernaan,
gangguan pada tulang, kelainan metabolisme, gangguan sistem peredaran darah,
gangguan ginjal, gangguan jantung), pengaruh obat-obatan (obat penenang, obat
jantung).
3. Nyeri dada
Disebabkan oleh penyakit jantung koroner, aneurisme aorta, radang selaput jantung
dan gangguan pada sistem pernafasan misalnya emboli paru-paru.

xi
4. Sesak nafas
pada waktu melakukan kerja fisik Disebabkan oleh kelemahan jantung, gangguan
sistem pernafasan, berat badan kelebihan dan anemia.

5. Pembengkakan kaki bagian bawah


Disebabkan oleh gagal jantung, kekurangan vitamin B, kaki yang lama digantung
(edema gravitasi), gangguan penyakit hati, penyakit ginjal, kaki yang tidak aktif.

6. Nyeri pada sendi pinggul


Disebabkan oleh atrhritis dan sendi tulang keropos, kelainan tulang-tulang sendi
(fraktur,dislokasi, patah tulang).

7. Nyeri pinggang dan punggung


Disebabkan oleh gangguan sendi-sendi atau susunan sendi-sendi pada susunan tulang
belakang, gangguan pankreas, kelainan ginjal (batu ginjal), gangguan pada rahim,
gangguan pada kelenjar prostat, gangguan pada otot-otot badan.

8. Sukar menahan buang air seni


Disebabkan oleh obat-obatan yang mengakibatkan sering berkemih atau obat
penenang, radang kandung kemih, radang saluran kemih, kelainan kontrol pada
kandung kemih, faktor psikologis.

9. Sukar menahan buang air besar


Disebabkan oleh obat-obat pencahar perut, kelainan pada usus besar, kelainan pada
para rektum usus.

10. Gangguan ketajaman penglihatan


Disebabkan oleh kelainan lensa mata, plesbiop, kekeruhan pada lensa (katarak),
glaukoma, dan radang saraf mata.

11. Gangguan pada pendengaran


Disebabkan oleh kelainan degenerative (ototsklerusis).

12. Gangguan tidur


xii
Disebabkan oleh faktor ekstrinsik yaitu lingkungan yang kurang nyaman dan faktor
intrinsik yaitu nyeri, gatal-gatal, penyakit tertentu, depresi, cemas dan iritabilitas.

13. Keluhan pusing-pusing


Disebabkan oleh gangguan lokal misalnya vaskuler, penyakit sistematis yang
menimbulkan higlokemia, gangguan psikologis (cemas, depresi, kurang tidur).

14. Keluhan perasaan dingin dan kesemutan pada anggota badan.


Disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah lokal, gangguan persarafan umum
(gangguan pada akontrol), gangguan pada prsarafan lokal pada bagian anggota badan.

15. Mudah gatal-gatal


Disebabkan oleh kelainan kulit, penyakit sistemik (diabetes militus).

2.2 Kemandirian

2.2.1 Pengertian Kemandirian

Kemandirian lansia dapat dilihat dari kualitas hidup. Kualitas hidup lansia dapat
dinilai dari kemampuan melakukan activity of daily living. Menurut Setiadi (2000), Activity
of Daily Living (ADL) ada 2 yaitu, ADL (Activity of Daily Living) standar dan ADL
(Activity of Daily Living) instrumental. ADL (Activity of Daily Living) standar meliputi
kemampuan merawat diri seperti makan, berpakaian, buang air besar/kecil, dan
mandi.Sedangkan ADL (Activity of Daily Living) instrumental meliputi aktivitas yang
kompleks seperti memasak, mencuci, menggunakan telepon, dan menggunakan uang.
Menurut mu’tadin (2002), kemandirian mengandung pengertian yaitu suatu keadaan dimana
seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu
mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki
kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya, bertanggung jawab terhadap apa yang
dilakukan. Fungsi kemandirian pada lansia mengandung pengertian yaitu kemampuan yang
dimiliki oleh lansia untuk tidak bergantung pada orang lain dalam melakukan aktivitasnya,
semuanya dilakukan sendiri dengan keputusan sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhannya
(Alimul, 2004).

xiii
Seorang lansia yang mandiri menurut R. Boedhi Darmojo dalam buku ilmu penyakit
dalam FKUI (2006) adalah mampu mengidentifikasi sepuluh kebutuhan dasar lansia yaitu
makanan cukup dan sehat, pakaian dan kelengkapan, perumahan (tempat berteduh),
perawatan dan pengawasan kesehatan, bantuan teknis praktis sehari-hari, transportasi umum
bagi lansia, kunjungan dan informasi, rekreasi atau hiburan sehat yang lain, rasa aman dan
tentram, bantuan alat-alat panca indra seperti kacamata.

Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow dan Koswara (1991), yang
menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi:

1. Kebutuhan fisik adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan,
seks dan sebagainya.
2. Kebutuhan ketentraman adalah kebutuhan akan rasa aman dan ketentraman baik
lahiriah maupun batiniah, seperti kebutuhan kebebasan, kemandirian dan sebagainya.
3. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan
manusia lain seperti melakukan hoby bersama, organisasi profesi, kesenian, olahraga
dan sebagainya.
4. Kebutuhan harga diri adalah kebutuhan untuk diakui keberadaannya.
5. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik,
rohani maupun daya pikir berdasarkan pengalaman masing-masing, bersemangan
untuk hidup maupun berperan dalam kehidupan.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Lansia.

Menurut Nugroho 2008, faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian lansia dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti usia, imobilitas, dan mudah jatuh.
Pendapat lain menurut Depertemen Kesehatan Sosial Indonesia dalam Hardywinoto dan
Setiabudhi terdiri dari 2 faktor yaitu: faktor kesehatan dan faktor sosial.

1. Faktor Kesehatan
Faktor kesehatan meliputi kesehatan fisik dan kesehatan psikis. Faktor
kesehatn fisik yaitu kondisi fisik lanjut usia dan daya tahan fisik terhadap serangan
penyakit, sedangkan faktor kesehatan psikis yaitu penyesuaian terhadap kondisi lanjut
usia.

1. Kesehatan fisik

xiv
Kebugaran dan kesehatan mulai menurun pada usia setengah baya. Penyakit-penyakit
degeneratif mulai menampakkan diri karena usia lanjut mengalami menurunan fisik,
pancaindra, potensi dan kapasitas intelektual (Depkes dan Kesejahteraan Sosial, 2001). Sudah
seharusnya lansia menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi seperti
kemampuan motorik yang menurun sehingga menyebabkan usia lanjut menjadi lambat dan
kurang aktif, penurunan fungsi otak yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek,
melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa dan mengenal benda-benda, kegagalan
dalam melakukan aktivitas, gangguan menyusun rencana, yang dapat mengakibatkan
kesulitan dalam melakukan aktivitas seharihari yang disebut dementia atau pikun
(Depkes,2003), sehingga keluhan yang terjadi adalah mudah kelelahan, mudah lupa,
gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya konsentrasi.

1. Kesehatan psikis
Masalah pisikologis yang dialami golongan lansia antara lain kebingungan
untuk memikirkan disebut dengan disengagement theory, yang berarti
penarikan diri dari masyarakat dan dari pribadinya satu sama lain
(Darmojo,2000). Menurutnya kondisi psikis juga ditandai dengan menurunnya
fungsi kognitif, adanya penurunan fungsi kognitif dan psiko motorik pada diri
lanjut usia maka akan timbul beberapa keprbadian lanjut usia (sifat stereotype)
sebagai:
1. Tipe kepribadian konstruktif yaitu orang yang mempunyai integritas baik,
dapat menikmati hidupnya, mempunyai toleransi tinggi, humoristik, fleksibel
dan tahu diri.
2. Tipe ketergantungan (dependent) yaitu lansia tersebut masih diterima
dimasyarakat tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak
mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis.
3. Tipe depensive, yaitu lasia yang memiliki pekerjaan yang tidak stabil, bersifat
selalu menolak, emosi tidak terkontrol, memegang teguh pasa kebiasaannya,
bersifat konpulsif aktif.
4. Tipe bermusuhan (hostility) yaitu mereka yang menganggap orang lain yang
menyebabkan kegagalannya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga.
5. Tipe membenci atau menyalahkan diri sendiri (self haters) yaitu bersifat kritis
terhadap diri sendiri dan menyalahkan diri sendiri, tidak ada ambili,
mengalami penurunan kondisi sosioekonomi (Darmojo, 2000).

xv
6. Dalam hal inikehidupan spritual mempunyai peran sangat penting. Seseorang
yang mensyukuri nikmat umurnya, tentu akan memelihara umurnya
danmengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat.

2. Faktor sosial

Sosilisasi lanjut usia mengalami kemunduran setelah terjadinya pemutusan hubungan


kerja atau tibanya saat pensiun, sehingga teman sekerja yang biasanya menjadi teman curhat
segala masalah sudah tidak dapat dijumpai setiap hari, apalagi kalau teman sebaya atau
sekampung sudah lebih dahulu meninggalnya. Umumnya hubungan sosial yang dilakukan
para lanjut usia adalah karena mengacu pada teori pertukaran sosial. Dalam teori pertukaran
sosial sumber kebahagian manusia umunya berasal dari hubungan sosial.

Suhartini (2004), ada dua syarat yang harus dipenuhi bagi prilaku dalam melakukan
petukaran sosial.

1. Perilaku berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat dicapai melalui interaksi
dengan orang lain.
2. Perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan yang
hendak dicapai dapat berupaimbalan intrinsik dan imbalan ekstrinsik. Imbalan
intrinsik yaitu imbalan dari hubungan itu sendiri sedangkan imbalan ekstrinsik
berfungsi sebagai alat bagi suatu imbalan lain dan tidak merupakan imbalan bagi
hubungan itu sendiri.

2.3 ADL (Activity of Daily Living)

2.3.1 Pengertian ADL (Activity of Daily Living)

ADL(Activity of Daily Living) adalah suatu kemampuan seseorang untuk melakukan


kegiatan sehari-harinya secara mandiri. Penentu kemandirian fungsional dapat
mengidentifikasi kemampuan keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi
yang tepat (Maryam, 2008). ADL (Activity of Daily Living) didefinisikan sebagai
kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas dan fungsi-fungsi kehidupan sehari-hari
yang dilakukan oleh manusia secara rutin dan universal (Ediawati, 2013).Untuk menilai ADL
(Activity of Daily Living) digunakan berbagai skala seperti Katz Index,Barthel yang
dimodifikasi dan Functional Activities Questioner (FAQ) (Ediawati, 2013). Sedangkan
pengertian ADL (Activity of Daily Living) dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan

xvi
lansia, ADL (Activity of Daily Living) merupakan aktivitas yang lebih kompleks namun
mendasar bagi situasi kehidupan lansia dalam bersosialisasi.Termasuk di sini kegiatan
belanja, masak, pekerjaan rumah tangga, mencuci, telepon, menggunakan sarana transportasi,
mampu menggunakan obat secara benar, serta manajemen keuangan(Tamher dan
Noorkasiani, 2011).

2.3.2 Klasifikasi ADL (Activity of Daily Living)

1. ADL (Activity of Daily Living) dasar yaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya, meliputi berpakaian, makan dan minum, toileting,
mandi dan berhias. Ada juga yang memasukan kontinensi buang air besar dan buang
air kecil dalam katagori ADL (Activity of Daily Living) ini.
2. ADL (Activity of Daily Living) instrumental yaitu ADL (Activity of Daily Living)
yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan sehari-
hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telepon, mengelola uang kertas serta
hal-hal yang ada pada ADL (Activity of Daily Living) dasar.
3. ADL (Activity of Daily Living) vokasional yaitu ADL (Activity of Daily Living)
yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
4. ADL (Activity of Daily Living) non vokasional yaitu ADL (Activity of Daily Living)
yang bersifat rekreasional, hobi dan mengisi waktu luang.

2.3.3 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi ADL (Activity of Daily Living)

Menurut Hardywinoto (2007), kemauan dan kemampuan untuk melakukan activity of


daily living tergantung pada beberapa faktor yaitu:

1. Umur dan status perkembangan Umur dan status perkembangan seorang klien
menunjukkan tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi
terhadap ketidakmampuan melaksanakanactivity of daily living. Saat perkembangan
dari bayi sampai dewasa, seseorang secara perlahan-lahan berubah dari tergantung
menjadi mandiri dalam melakukan activity of daily living.
2. Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi dalam
activity of daily living, contoh sistem nervous mengumpulkan, menghantarkan dan
mengolah informasi dari lingkungan. Sistem muskuloskeletal mengkoordinasikan
dengan sistem nervous sehingga dapat merespon sensori yang masuk dengan cara
melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena penyakit, atau trauma
injuri dapat mengganggu pemenuhan activity of daily living(Hardywinoto, 2007).

xvii
3. Fungsi Kognitif Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
melakukan activity of daily living.Fungsi kognitif menunjukkan proses menerima,
mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor stimulus untuk berpikir dan
menyelesaikan masalah. Proses mental memberikankontribusi pada fungsi kognitif
dapat mengganggu dalam berpikir logis dan menghambat kemandirian dalam
melaksanakan activity of daily living (Hardywinoto, 2007).
4. Fungsi Psikososial Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk
mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang
realistik. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks antara perilaku intrapersonal
dan interpersonal. Gangguan pada intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep
diri atau ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam tanggung jawab keluarga
dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti masalah komunikasi, gangguan
interaksi sosial atau disfungsi dalam penampilan peran juga dapat mempengaruhi
dalam pemenuhan activity of daily living(Hardywinoto, 2007).
5. Tingkat Stress Tingkat stress Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap
berbagaimacam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor), dapat
timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat mengganggu keseimbangan tubuh.
Stressor tersebut dapat berupa fisiologis seperti injuri atau psikologi seperti
kehilangan.
6. Ritme biologi Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur
lingkungan fisik disekitarnya dan membantu homeostasis internal (keseimbangan
dalam tubuh dan lingkungan). Salah satu irama biologi yaitu irama sirkardian,
berjalan pada siklus 24 jam. Perbedaaan irama sirkardian membantu pengaturan
aktivitas meliputi tidur, temperatur tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang ikut
berperan pada irama sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan
gelap, seperti cuaca yang mempengaruhi activity of daily living.
7. Status mental Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan
status mental akan memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar individu.
Seperti yang diungkapkan oleh Cahya yang dikutip dari Baltes, salah satu yang dapat
mempengaruhi ketidakmandirian individu dalam memenuhi kebutuhannya adalah
keterbatasan status mental. Seperti halnya lansia yang memorinya mulai menurun atau
mengalami gangguan, lansia yang mengalami apraksia tentunya akan mengalami
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasarnya (Hardywinoto, 2007).

xviii
8. Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan dan sosial kesejahteraan pada segmen
lansia yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pelayanan kesehatan yang berbasis
masyarakat salah satunya adalah posyandu lansia. Jenis pelayanan kesehatan dalam
posyandu salah satunya adalah pemeliharan activity of daily living. Lansia yang
secara aktif melakukan kunjungan ke posyandu, kualitas hidupnya akan lebih baik
dari pada lansia yang tidak aktif ke posyandu (Pujiono, 2009).

2.3.4 Penilaian Activity Of Daily Living(ADL)

Penilaian ADL(Activity Of Daily Living) penting dalam rangka menetapkan level


bantuan bagi lansia dengan tingkat ketergantungan penuh atau sedang. Bila lansia tidak dapat
melakukan ADL (Activity Of Daily Living) instrumen secara mandiri diperlukan peran
perawat pembantu (caregiver).Dengan demikian, lansia diharapkan dapat terus bersosialisasi
(Tamher dan Noorkasiani, 2011).

Terdapat sejumlah alat atau instrument ukur yang telah teruji validitasnya untuk
mengukur ADL(Activity Of Daily Living) dasar salah satunya adalah indeks Katz

Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi defisit status fungsional dasar dan mencoba
memperoleh cara mengatasi dan memperbaiki status fungsional dasar tersebut.

Menurut Maryam (2008) dengan menggunakan indeks kemandirian Katz untuk


ADL(Activity Of Daily Living) yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau
bergantung dari klien dalam hal makan, mandi,toileting,kontinen (BAB/BAK), berpindah ke
kamar mandi dan berpakaian. Penilaian dalam melakukan activity of daily living sebagai
berikut:

1. Mandi
Mandiri (1) : bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau
ektremitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya;Bergantung (0):
bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak
mandi, serta tidak mandi sendiri.
2. Berpakaian
Mandiri (1): mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian,
mengancing/mengikat pakaian; Bergantung (0): tidak dapat memakai baju sendiri atau
hanya sebagian.

xix
3. Toileting Mandiri
(1): masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genitalia sendiri;
Bergantung (0): menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan menggunakan
pispot.
4. Berpindah Mandiri
(1): berpindah dari tempat tidur, bangkit darikursi sendiri; Bergantung (0): bantuan
dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak melakukan sesuatu atau
perpindahan.
5. Kontinen Mandiri
(1): BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.; Bergantung (0): inkontinesia persial
atau total yaitu menggunakan kateter dan pispot, enema dan pembalut/pampers.
6. Makanan Mandiri
(1): mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri; Bergantung (0):
bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan menyuapinya, tidak makan
sama sekali dan makan parenteral atau melalui Naso Gastrointestinal Tube (NGT).

Adapun penilaian hasil dari pelaksanaan Activity of Daily Living seperti


tercantum dalam tabel berikut.

Table 2.1 Pembacaan hasil penilaian Activity Of Daily Living

No Penilaian Kriteria
6 Mandiri Total Mandiri dalam mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah,
kontinen dan makan.
5 Tergantung Mandiri dari semua fungsi di atas, kecuali salah satu dari
paling ringan fungsi di atas
4 Tergantung Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi dan satu
ringan fungsi lainnya.
3 Tergantung Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi,
sedang berpakaian, pergi, ke toilet,dan satu fungsi lainya.
2 Tergantung Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi,
berat berpakaian, berpindah tempat, pergi ke toilet dan satu fungsi
lainya.
1 Tergantung Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi,
paling berat berpakaian, pergi ke toilet dan satu fungsi lainya.
0 Tegantung Tergantung pada 6 fungsi di atas.
total

xx
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan data Dunia pada tahun 2013 mencapai 13,4% dan akan meningkat pada
tahun 2050 menjadi 25,3%. Jumlah lansia di Amerika pada tahun 2000 adalah 18,4 juta orang
berusia 65-74 tahun, 12,4 juta berusia 75-85 tahun, dan 4,2 juta berusia di atas 85 tahun.
Diperkirakan pada tahun 2030 populasi lansia akan mencapai 70 juta orang. Peningkatan ini
disebabkan bertambahnya usia harapan hidup (Potter dan Perry, 2010). Sejak tahun 2004-
2015 memperlihatkan adanya peningkatan usia harapan hidup di Indonesia dari 68,6 tahun
menjadi 70,8 tahun dan proyeksi tahun 2030- 2035 mencapai 72,2 tahun. Berdasarkan
sumber dari World Population Prospects populasi lansia di Indonesia pada tahun 2013
menurut mencapai 8,9% dan diperkirakan meningkat menjadi 21,4% pada tahun
2050.Menurut Kemeskes RI 2015, populasi lansia di provinsi Sumatera Utara pada tahun
2015 adalah 6,8%. Angka Beban Tanggungan menurut provinsi, tertinggi ada di Nusa
Tenggara Timur (66,74) dan Sumatera Utara merupakan tertinggi ke 5 yaitu 56,37%.
Diharapakan pembaca dapat mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan Activity Daily
Living (ADL) pada lansia secara mandiri

3.2 Saran

1. saran bagi Institusi Prodi Keperawatan Mengembangkan perencanaan keperawatan


yang dilakukan tentang gambaran tingkat kemandirianActivity of Daily Living (ADL)
pada lansia.
2. Bagi Profesi Keperawatan Mengembangkan atau menjadi dasar bagi perawat dalam
menentukan intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan pada lansia sesuai
dengan kebutuhan ADLnya.
3. Bagi Responden Lansia mengetahui pemenuhan kebutuhan yang dibutuhkan dirinya
dalam tingkat emandirian Activity of Daily Living (ADL) pada lansia.

xxi
DAFTAR PUSTAKA

1. https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?

file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-lansia.pdf

2. http://repository.unair.ac.id/97711/3/4.%20BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf

3. http://repository.iainpurwokerto.ac.id/5249/1/COVER_BAB%20I_BAB

%20V_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

4. http://repository.ump.ac.id/9267/3/Sri%20Cahyani%20Wulandari%20BAB%20II.pdf

5. https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/8163/141101139.pdf?

sequence=1&isAllowed=y#:~:text=Penelitian%20ini%20menunjukan%20jumlah

%20lansia,mandi(Ediwati%2C%202013).

xxii

Anda mungkin juga menyukai