Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENYULUHAN

PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA DI UPT PSTW BLITAR


KECAMATAN WLINGI KABUPATEN BLITAR

Oleh :

1. Adriana Inya Kendu, S.Kep (221212001)


2. Mega Kuwandari, S.Kep (221212002)
3. Cici Aprillia, S.Kep (221212003)
4. George Imanuel Bolu, S.Kep (221212004)
5. Delta Seviana, S.Kep (221212005)
6. Ofira Erdianita Elizabeth, S.Kep (221212006)
7. Cyindi Gyalista Safitri, S.Kep (221212020)
8. Angeline Febriyani Monteiro, S.Kep (221212021)
9. Devi Fanesa Pakaya, S.Kep (221212022)
10. Mardiana Katoda, S.Kep (221212023)
11. Renaldy Anggi Agastya, S.Kep (221212024)
12. Sandy Priantoro, S.Kep (221212025)
13. Ovita Bagau, S.Kep (221212026)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
2023
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat izin dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan proposal yang berjudul “Personal
Hygiene Pada Lansia Di UPT PSTW Blitar Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar”
sesuai waktu yang telah ditentukan
Dalam penyusunan laporan proposal ini, kami menyadari laporan proposal ini masih
jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta
pengalaman yang kami miliki. Untuk itu kami mohon maaf atas segala kekurangan tersebut
dan tidak menutup diri terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat
membangun untuk kami. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan
ini bermanfaat.

Wlingi, 24 Juni 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................5
A. Konsep Umum Lansia.....................................................................................................5
B. Personal Hygiene............................................................................................................8
BAB III : SATUAN ACARA PENYULUHAN : PERSONAL HYGIENE......................14
BAB IV : HASIL DAN KESIMPULAN...............................................................................16
A. HASIL...........................................................................................................................16
B. KESIMPULAN.............................................................................................................16
BAB V : PENUTUP...............................................................................................................17
A. KESIMPULAN.............................................................................................................17
B. SARAN.........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
LAMPIRAN............................................................................................................................19

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia individu yang ditandai
dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, hati dan ginjal serta peningkatan
kehilangan jaringan aktif tubuh berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada
lansia akibat dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga kemampuan
jaringan tubuh untuk mempertahankan fungsi secara normal menghilang, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Fatmah, 2010).
Populasi lansia berusia ≥ 60 tahun sebanyak 10% dan diperkirakan akan meningkat pada
tahun 2050 di dunia. sedangkan lansia berusia ≥ 85 tahun meningkat 0,25 % (Holdsworth,
2014).
Lansia adalah sekelompok orang yang mengalami suatu proses perubahan secara
bertahap dalam jangka waktu tertentu. Jumlah lansia di dunia, termasuk negara Indonesia
bertambah tiap tahunnya. Pada tahun 2012persentase penduduk usia 60 tahun keatas adalah
7,58%, sedangkan pada tahun 2013 meningkat menjadi 8 %, pada tahun 2014 meningkat
menjadi 8,2% dan tahun 2015 meningkat menjadi 8,5% ( BPS 2015).
Peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup
(AHH) merupakan rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang yang telah mencapai usia
tertentu dan pada tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan
masyarakat. Peningkatan UHH mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi dalam bidang
kesehatan yang merupakan akibat dari peningkatan jumlah angka kesakitan penyakit degeneratif
(Kemenkes RI, 2013).
Upaya untuk mempertahankan status gizi atau status kesehatan lansia merupakan
dampak meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Kondisi kesehatan lansia ditentukan oleh
asupan makanan baik secara jumlah dan nilai gizi yang terkandung dalam makanan, dengan
bertambahnya usia dan proses penuaan, timbul masalah yang berkaitan dengan masalah fisik,
biologik, psikologik, sosial, maupun penyakit degeneratif (Safithri, 2015).
Jumlah orang usia lanjut setiap tahun bertambah, hal ini dipengaruhi oleh pendidikan,
lingkungan dan pola hidup yang sehat. Pola hidup sehat pada lansia seperti membiasakan
melakukan aktivitas fisik, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, tidak merokok dan
tidak mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan kesehatan, status gizi dan penurunan fungsi
organ tidak berlangsung secara cepat (Deiby, 2013).

B. Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud personal hygiene?
2) Apakah macam-macam personal hygiene?
3) Apakah tujuan perawatan personal hygiene?
4) Bagaimana Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene ?
5) Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan personal hygiene?
B. Tujuan Masalah
1) Untuk mengetahui apa itu personal hygiene
2) Untuk mengetahui macam-macam personal hygiene

4
3) Untuk mengetahui tujuan perawatan personal hygiene
4) Untuk mengetahui Dampak yang sering timbul pada masalah personalhygiene
5) Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan personal
hygiene

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Umum Lansia


1. Pengertian Lanjut Usia
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis (Efendi & Makhfudli, 2010).
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).
Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang
telah berusia > 60 tahun, mengalami penurunan kemampuan beradaptasi, dan tidak
berdaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang diri.

2. Batasan-batasan Lanjut Usia


Di Indonesia lanjut usia adalah usia 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1
Ayat 2, bahwa yang disebut dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Nugroho, 2014). Beberapa pendapat para ahli
tentang batasan usia adalah sebagai berikut :
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) , ada empat tahapan yaitu:
1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.
b. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) lanjut usia dikelompokan menjadi usia
lanjut (60-69 tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi (lebih dari 70 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan).

3. Klasifikasi Lanjut Usia


Menurut Depkes RI (2019) klasifikasi lansia terdiri dari :
a. Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan
d. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan
yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
e. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

6
4. Perubahan Pada Lanjut Usia
Menurut Potter & Perry (2013) proses menua mengakibatkan terjadinya banyak
perubahan pada lansia yang meliputi :
a. Perubahan fisiologis
Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada persepsi pribadi atas
kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia yang memiliki kegiatan harian atau rutin biasanya
menganggap dirinya sehat, sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik, emosi, atau
sosial yang menghambat kegiatan akan menganggap dirinya sakit. Perubahan fisiologis
pada lansia beberapa diantaranya, kulit kering, penipisan rambut, penurunan
pendengaran, penurunan refleks batuk, pengeluaran lender, penurunan curah jantung dan
sebagainya. Perubahan tersebut tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat lansia
lebih rentan terhadap beberapa penyakit. Perubahan tubuh terus menerus terjadi seiring
bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor, dan
lingkungan.
b. Perubahan fungsional
Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif, dan sosial. Penurunan
fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit dan tingkat
keparahannya yang akan memengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan
seorang lansia. Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan perilaku aman
dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk menentukan kemandirian
lansia. Perubahan yang mendadak dalam ADL merupakan tanda penyakit akut atau
perburukan masalah kesehatan.
c. Perubahan kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan gangguan kognitif
(penurunan jumlah sel dan perubahan kadar neurotransmiter) terjadi pada lansia yang
mengalami gangguan kognitif maupun tidak mengalami gangguan kognitif. Gejala
gangguan kognitif seperti disorientasi, kehilangan keterampilan berbahasa dan berhitung,
serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses penuaan yang normal.
d. Perubahan psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses transisi
kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia seseorang, maka akan semakin banyak
pula transisi dan kehilangan yang harus dihadapi. Transisi hidup, yang mayoritas disusun
oleh pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun dan perubahan keadaan finansial,
perubahan peran dan hubungan, perubahan kesehatan,
kemampuanfungsionaldanperubahanjaringansosial.
Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya dengan keterbatasan
produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia yang memasuki masa-masa pensiun akan
mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut:
1) Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).
2) Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).
3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
Kehilangan ini erat kaitannya dengan beberapa hal sebagai berikut:
7
a) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan cara hidup (memasuki
rumah perawatan, pergerakan lebih sempit).
b) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup meningkat
padahal penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
c) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
d) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
e) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan kesulitan.
f) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
g) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga.
h) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri).

5. Permasalahan Lanjut Usia


Usia lanjut rentan terhadap berbagai masalah kehidupan. Masalah umum yang dihadapi
oleh lansia diantaranya:
a. Masalah ekonomi
Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja, memasuki masa pensiun
atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain, usia lanjut dihadapkan pada berbagai
kebutuhan yang semakin meningkat seperti kebutuhan akan makanan yang bergizi
seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, kebutuhan sosial dan rekreasi. Lansia
yang memiliki pensiun kondisi ekonominya lebih baik karena memiliki penghasilan tetap
setiap bulannya. Lansia yang tidak memiliki pensiun, akan membawa kelompok lansia
pada kondisi tergantung atau menjadi tanggungan anggota keluarga (Suardiman, 2011).
b. Masalah sosial
Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan
anggota keluarga atau dengan masyarakat. kurangnya kontak sosial dapat menimbulkan
perasaan kesepian, terkadang muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, serta merengek-rengek jika bertemu dengan orang lain sehingga
perilakunya kembali seperti anak kecil (Kuncoro Mudrajat, 2014).
c. Masalah kesehatan
Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya masalah kesehatan.Usia
lanjut ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap penyakit (Suardiman,
2011).
d. Masalah psikososial
Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
sehingga membawa lansia kearah kerusakan atau kemrosotan yang progresif terutama
aspek psikologis yang mendadak, misalnya, bingung, panik, depresif, dan apatis. Hal itu
biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat seperti,
kematian pasangan hidup, kematian sanak saudara dekat, atau trauma psikis. (Kartinah,
2014).

A. Personal Hygiene
8
1. Definisi Personal Hygiene
Kebersihan diri (personal higiene) merupakan perawatan diri sendiri yang
dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis.
Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya budaya, nilai,
sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap perawatan diri serta
persepsi terhadap perawatan diri(Sulastri, 2018).
2. Macam – Macam Personal Hygiene
1) Perawatan Diri Pada Kulit
Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat
melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma, sehingga diperlukan
perawatan yang cukup dalam mempertahankan fungsinya. Kulit secara umum
memiliki berbagai fungsi, diantaranya :

9
a. Melindungi tubuh dari masuknya berbagai kuman atau trauma jaringan
bagian dalam yang juga dapat menjaga keutuhan kulit.
b. Mengatur keseimbangan tubuh dan membantu produksi keringat serta
penguapan.
c. Sebagai alat peraba yang dapat membantu tubuh menerima rangsangan dari
luar melalui rasa sakit, sentuhan, tekanan, atau suhu.
d. Sebagai alat ekskresi keringat melalui pengeluaran air, garam, dan nitrogen.
e. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah
pengeluaran cairan tubuh secara berlebihan.
f. Memproduksi dan menyerap vitamin D sebagai penghubung atau pemberi
vitamin D dari sinar ultraviolet matahari
Yang dapat dilakukan untuk perawatan kulit yaitu dengan melakukan
mandi. Mandi bermanfaat untuk menghilangkan atau membersihkan bau badan,
keringat dan sel yang mati, serta merangsang sirkulasi darah, dan membuat rasa
nyaman. Mandi menggunakan sabun mandi secara rutin minimal 2 kali sehari
(bila perlu lakukan lebih sering bila kerja di tempat kotor atau banyak
berkeringat). Hindari penggunaan pakaian, handuk, selimut, sabun mandi, dan
sarung secara berjamaah. Hindari penggunaan pakaian yang lembab/basah
(karena keringat/sebab lain). Gunakan obat anti jamur kulit (bila
perlu).Mengganti pakaian dengan teratur. Minimal 1x sehari atau setelah
mandi. Biasakan mengganti pakaian sesampainya di rumah setelah pulang
sekolah atau bepergian karena pakaian dan keringat akan menempel pada
pakaian setelah di pakai beraktivitas (Haince, 2012)
2) Perawatan Diri Pada Kuku, Kaki Dan Tangan
Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam
mempertahankan perawatan diri karena kuman dapat masuk kedalam tubuh
melalui kuku (Hidayat, 2008). Oleh karena itu, Potong kuku1x/mg atau saat
terlihat panjang (gunakan pemotong kuku dan setelah dipotong ujung kuku
dihaluskan/dikikir) (Haince, 2012). Masalah kuku kaki dan tangan sampai
terjadi nyeri atau ketidaknyamanan dihasilkan karena perawatan yang salah
atau kurang terhadap kaki dan tangan, sepertimenggigit kuku dan pemotongan
yang tidak tepat dan pemakaian sepatuyang tidak pas (Potter dan patricia,
2010)Bersihkan tangan dan kaki sehari minimal 2x/hr atau setiap
kotor.Mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir. Sabun

10
dapatmembersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa
sabun,kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan. Oleh karena itu
biasakancuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
agartangan bersih dan sehat. Saat harus cuci tangan yaitu setiap tangan
kitakotor (setelah memegang uang, memegang binatang, berkebun), setelah
buang air besar atau buang air kecil, sebelum makan dan sebelummemegang
makanan.
3) Perawatan Diri Pada Rambut
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai
proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri
dapat diidentifikasi (Hidayat, 2008). Rambut yang bersih tak hanya
menghindarkan aroma yang tak sedap, tetapi juga menghindari gangguan pada
kulit kepala seperti ketombe, mudah rontok atau bahkan kutu rambut. Rambut
bermanfaat mencegah infeksi daerah kepala. Kebersihan rambut bisa
membantu melancarkan sirkulasi darah pada kulit kepala. Rambut yang bersih
juga membantu mengurangi stres dan membantu jaringan metabolisme agar
tetap tumbuh dan berkembang secara normal. Kutu rambut pun tidak diberi
kesempatan untuk hidup. Karena itu, ajarkan anak untuk keramas secara teratur
minimal membersihkan rambut dua kali dalam seminggu, atau setelah
berolahraga atau banyak mengeluarkan keringat, keramas dengan
menggunakan shampo, agar kebersihan rambut dan kulit kepala terjaga.
Samphoo berfungsi membersihkan rambut juga untuk memberikan
beberapa vitamin bagi rambut sehingga rambut subur dan berkilau. Selain itu
untuk menjaga kebersihan rambut jangan lupa juga menjaga kebersihan sisir
yang dipakai. Membersihkan sisir bisa bersamaan saat kita keramas
(Haince, 2012). Penyisiran pada rambut juga sangat penting, karena dapat
mencegah rambut menjadi kusut dan dapat membentuk gaya rambut. Rambut
dan kulit kepala mempunyai kecenderungan kering, maka diperlukan
penyisiran sehari – hari agar tidak kusut (Potter dan Patricia,2010).
4) Kebersihan Mulut Dan Gigi
Hygiene mulut membantu mempertahankan kasus kesehatan mulut, gigi,
gusi dan bibir. Hygiene mulut yang lengkap memberikan rasa sehat dan
selanjutnya menstimulasi nafsu makan (Potter dan Patricia,2010). Gigi dan
mulut adalah bagian penting yang harus diperhatikan kebersihannya, sebab

11
melalui organ tersebut berbagai kuman dapat masuk. Tujuan dari menjaga
kebersihan gigi dan mulut adalah supaya gigi bersih tak berlubang, mulut tidak
berbau, lidah bersih, gusi tidak bengkak, bibir tidak pecah – pecah. Sehingga
menyikat gigi bertujuan untuk menghilangkan plak yang dapat menyebabkan
gigi berlubang (caries) dan menyebabkan gigi sakit (Hidayat, 2008).
pentingnya menyikat gigi agar gigi tetap dalam kondisi baik hingga usia
dewasa. Menggosok gigi secara benar dan teratur, sedikitnya 2x sehari.
Dianjurkan setiap selesai makan dan sebelum tidur. Menggosok gigi
menggunakan sikat gigi sendiri. Sikat gigi diganti setiap 3 bulan sekali.
5) Kebersihan Diri Pada Mata
Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata
karena secara terus menerus dibersihkan oleh air mata, dan kelopak mata dan
bulu mata mencegah masuknya partikel asing. Seseorang hanya memerlukan
untuk memindahkan sekresi kering yang berkumpul pada kantus sebelah dalam
atau bulu mata. Pembersihan mata biasanya dilakukan selama mandi dan
melibatkan pembersihan dengan waslap pembersih yang dilembabkan kedalam
air. Bersihkan daerah mata dari arah luar ke dalam (bersihkan kotoran mata
yang menempel pada sudut kelopak mata) (Potter dan Patricia, 2010).
6) Kebersihan Telinga Dan Hidung
Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran bila
subtansi lilin atau benda asing berkumpul pada kanaltelinga luar, yang
mengganggu konduksi suara. Hidung memberikanindera penciuman tetapi juga
memantau temperatur dan kelembapan udarayang dihirup serta mencegah
masuknya partikel asing kedalam sistem pernafasan (Potter dan
patricia,2010).Bersihkan telinga secara rutin (1x/1-2 mg) lakukan dengan hati –
hatimenggunakan alat yang bersih dan aman. Daun telinga dibersihkan
waktumandi kemudian dikeringkan dengan handuk atau kapas bersih
(Hidayat,2008). Tidak di perbolehkan menggunakan alat yang tajam seperti
penitiuntuk membersihkan serumen yang ada pada telinga (Potter dan
patricia,2010)
3. Tujuan Personal Hygiene
1) Meningkatkan derajat keesehatan seseorang
2) Memelihara kebersihan diri seseorang
3) Memperbaiki personal hygiene yang kurang

12
4) Meningkatkan percaya diri seseorang
5) Mencegah penyakit
6) Menciptakan keindahan
4. Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) dampak yang bisa timbul adalah:
1) Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yangsering
terjadi adalah gangguan integritas kulit. Gangguan mukosa mulut,gangguan
pada mata dan telinga, gangguan pada kuku.
2) Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubunagan dengan personalhygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga diri,aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial
5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Menurut Perry dan Potter (2008) faktor yang mempengaruhi seseorang
melakukan personal hygiene yaitu :
1) Citra Tubuh
Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya higiene pada
orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang
penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh
mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Citra tubuh dapat berubah
akibat adanya pembedahan atau penyakit fisik maka harus membuat suatu
usaha ekstra untuk meningkatkan higiene.
2) Praktik Sosial
Kelompok – kelompok sosial wadah seseorang pasien berhubungan dapat
mempengaruhi praktik higiene pribadi. Selama masa kanak – kanak, kanak –
kanak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan
keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air
mengalir hanya merupakan beberapa faktor
yang mempengaruhi perawatankebersihan.
3) Status Sosio Ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang dilakukan. Apakah dapat menyediakan bahan – bahan yang

13
penting seperti deodoran, sampo, pasta gigi, dan kosmestik (alat – alatyang
membantu dalam memelihara higiene dalam lingkungan rumah).
4) Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya higiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik higiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri
tidak cukup, harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri.
5) Kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan
higiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktek
perawatan diri yang berbeda.
6) Pilihan Pribadi
Kebebasan individu untuk memilih waktu untuk perawatan diri, memilih
produk yang ingin digunakan, dan memilih bagaimana cara melakukanhigiene.
7) Kondisi Fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri
berkurangsehingga perlu bantuan untuk melakukan perawatan diri

14
BAB III
SATUAN ACARA PENYULUHAN : PERSONAL HYGIENE
A. Topik : Kebutuhan personal hygiene pada pasien lansia
B. Hari / Tanggal : 23 Juni 2023
C. Waktu : 30 Menit
D. Tempat : UPT PSTW Blitar
E. Sasaran : Pasien Lansia
F. Metode : Demontrasi dan Diskusi
G. Media : Lembar balik
H. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan ini diharapkan pasien lansia dapat mengetahui dan
memenuhi kebutuhan personal hygiene sendiri.
I. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan ini diharapkan pasien lansia mampu :
1. Mengetahui pengertian personal hygiene
2. Mengetahui langkah – langkah melakukan personal hygiene
3. Mengetahui tujuan personal hygiene
J. Kegiatan Penyuluhan

No Tahap Kegiatan Waktu


· Memberi salam terapeutik
1 Pendahuluan 7 menit
· Menjelaskan tujuan
· Kontrak waktu
· Mengetahui pengertian personal hygiene

2 Penyajian · Mengetahui langkah – langkah melakukan 20 menit


personal hygiene
· Mengetahui tujuan personal hygiene
· Sesi tanya jawab
3 Penutup 3 menit
· Salam terapeutik

K. Pengorganisasian & Pembagian Tugas


1. Leader : Mega Kuwandari
Tugas :
a) Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan penyuluhan sebelum dimulai

15
b) Memberikan motivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
c) Mampu memimpin kegiatan penyuluhan dengan baik
d) Menetralisir jika ada masalah yang timbul
e) Menjelaskan materi
2. Co Leader : Ofira Erdianita
Elizabeth, Angeline Febriyani
Monteiro
Tugas :
a) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas pasien
b) Membantu leader dalam menjelaskan materi
c) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
3. Fasilitator : Cici Aprillia, Delta
Seviana, Cyndi Gyalista Safitri,
Renaldy Anggi, Sandy Priantoro
Tugas :
a) Memfasilitasi pasien yang butuh bantuan
b) Memberikan stimulus pada anggota kelompok
4. Observer : George Imanuel, Ovita
Bagaua, Devi Fanesa Pakaya, Mardiana
Katoda, Adriana Inya
Tugas :
a) Mengobservasi dan mencatat jalannya proses kegiatan
b) Mencatat perilaku verbal dan nonverbal pasien selama kegiatan berlangsung
c) Mencatat peserta yang aktif dan pasif
L. Evaluasi
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan :
1. Pasien dapat mengerti definisi personal hygiene
2. Pasien dapat melakukan langkah – langkah personal hygiene
3. Pasien dapat memahami tujuan personal hygiene.

16
BAB IV
HASIL DAN KESIMPULAN
A. HASIL
Kegiatan Penyuluhan berlangsung pada hari Jumat, 23 Juni 2023 Pukul 10.00
- 10.30 WIB di UPT PSTW BLITAR. Kegiatan yang dilaksanakan pada dasarnya
berjalan lancar sesuai rencana. Susunan acara yang telah terjadwalkan terlaksana dengan
baik. Peserta sangat antusias dengan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan tersebut.
Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan bertujuan untuk memberikan wawasan tentang
pendidikan kesehatan “Personal Hygiene”. Diharapkan peserta yang hadir dapat menjaga
kebersihan diri, mengetahui bagaimana menjaga kebersihan diri agar terhindar dari
penyakit dll.

B. KESIMPULAN
Kegiatan penyuluhan ini berhasil memberikan pemahaman kepada para Lansia
tentang Pentingnya menjaga kesehatan personal hygiene (kebersihan diri).

17
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis . Kebersihan diri (personal higiene) merupakan
perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara
fisik maupun psikologis. lansia sangat memerlukan bimbingan dalam memenuhi
kebutuhan personal hygiene nya sendiri.

B. SARAN
Kita sebagai manusia yang sehat wajib membantu para lansia untuk memenuhi
kebutuhan personal hygiene nya. Agar mereka perlahan sembuh dan mengerti akan
pentingnya menjaga kebersihan diri atau personal hygienenya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

BPS. (2020). Angka Kesakitan Lansia di Indonesia (2015-2019). Indonesia.

Cowdell, F. (2011). Older People, Personal Hygiene and Skin Care. Jannetti Pblications.

Dahlan, A. K., Umrah, & Abeng, T. (2018). Kesehatan Lansia: Kajian Teori Gerontologi dan
Pendekatan Asuhan pada Lansia. Jawa Timur: Intimedia.

Darjani, A., Alizadeh, N., Rafie, E., Moulaei, M., Alavi, S. H., Eftekhari, H., et al. (2020). Skin
Diseases Among the Old Age Residents In a Nursing Home: A Neglected Problem.
Dermatology Research and Practise.

Fatimah. (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan
Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.

Gurning, & Margaret, D. (2020). Dukungan Keluarga dalam Pemenuhan Personal Hygiene
Lansia di Posyandu Melati Wilayah Kerja Puskesmas. Skripsi Sarjana.

Hannan, M. (2017). Hubungan Perawatan Keluarga dengan Personal Hygiene pada Lansia di
Dusun Asem Nunggal Desa Kalianget Barat Kecamatan Kalianget. Jurnal Kesehatan: Wiraraja
Medika, 45-47.

Hidayat, A. (2018). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Hidayat, A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

19
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN

20

Anda mungkin juga menyukai