Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
201913068
SI KEPERAWATAN TK IV/B
Jl. Letjen Ibrahim Adjie No.181, Sindangbarang, Kec. Bogor Barat., Kota Bogor, Jawa
Barat 16117 KOTA BOGOR
2022
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Lansia merupakan salah satu fase hidup yang dimana akan dialami oleh setiap
manusia, meskipun umur bertambah dengan diiringi proses penurunan fungsi organ tubuh
tetapi lanjut usia akan tetap dapat menjalani hidup sehat. Salah satu yang menjadi hal
penting yaitu merubah kebiasaan menurut (Lembaga Kemanusiaan Nasional, 2011).
Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO (World Health Organization) seorang
disebut lansia jika berumur 60-70 tahun. Berdasarkan pengertian lanjut usia secara
umum, seseorang dapat dikatakan lanjut usia apabila usianya telah mencapai 65 tahun
keatas (Effendi dan Makhfudli, 2009 dalam Zulfiana 2019). Proses menua merupakan
proses yang dialami tiap individu disertai dengan adanya penurunann fisik, yaitu ditandai
dengan adanya penurunann fungsi organ tubuh indiviidu. Penurunan fungsi tubuh juga
diikuti dengan perubahan emosi seorang individ secara psikologis, kognitif, sosial dan
kondisi biologis, yang saling berkaitan sehingga dapat memunculkan berbagai macam
gangguan.
Tingkat populasi lansia di Indonesia mengalami peningkatan pada setiap
tahunnya. Menurut WHO dalam empat dekade yang akan datang, populasi jumlah
penduduk lansia diperkirakan akan meningkat dari angka 10% menjadi 22% (Kemenkes
RI, 2016 mengutip dari Nurlita Kurnia Wijaya, 2019).
Berdasarkan data proyeksi kependudukan pada tahun 2017 terdapat 23.66 juta
jiwa penduduk lansia di Indonesia. Di daerah jawa timur jumlah penduduk lanjut usia
meningkat diiringi dengan fisik lansia yang semakin menurun, kemampuan fisik menurun
karena organ dalam tubuh yang menurun (Farid Fatkhurroji dkk 2017).
Diprediksi jumlah penduduk lansia pada tahun 2020 sebesar 27.08 juta jiwa,
tahun 2025 sebesar 33,69 juta jiwa, tahun 2030 sebesar 40,95 juta jiwa dan akan
meningkat secara terus mnerus. Indonesia memiliki tiga provinsi dengan presentase
lansia terbesar yaitu di Jawa Timur (12,25%), Jawa Tengah (12,59%), Yogyakarta
(13,81%) (Kemenkes RI, 2017). Menurut penelitian WHO 2011, lebih dari 60%
penyebab kematian di dunia yaitu disebabkan oleh penyakit tidak menular.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan Indonesia tahun 2013
berdasarkan kelompok usia terdapat kecenderungan semakin bertambah usia akan
mengalami intoleransi aktivitas, semakin menurunnya aktivitas fisik dan pada usia ≥ 50
tahun mulai terjadi penurunan yang nyata (Widiyanti, 2013).
B. Tujuan Keperawatan Gerontik
1. Lansia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dan produktif.
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia seoptimal mungkin.
3. Membantu mampertahankan dan meningkatkan semangat hidup lansia.
4. Menolong dan merawat lansia yang mederita penyakit (kronis dan akut).
5. Memelihara kemandirian lansia yang sakit seoptimal mungkin.
2. Bagi masyarakat :
Dapat menjadikan acuan untuk meningkatkan kualitas hidup pada lansia agar
senantiasa kehidupan pada lansia lebih bermanfaat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Batasan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) :
1. Usia pertengahan (Middle Age), ialah kelompok usia 45-59 tahun.
2. Lanjut usia (Elderly) yakni antara usia 60-74 tahun.
3. Usia Lanjut tua (Old) yaitu antara 75 sampai 90 tahun.
4. Usia sangat tua (Very Old) yaitu Usia di atas 90 tahun
Menurut uandang – undang nomor 13 tahun 1998 : lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas.
Menurut Depkes RI :
1. Kelomok menjelang usia lanjut (45-54 tahun), keadaan ini sebagai masa virilitas.
2. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium
3. Kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan sebagai masa senium.
C. Proses Menua
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahankemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsinormalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki keerusakan yangdiderita (constantinides, 1994). Seiring dengan proses
menua tersebut, tubuh akan mengalamiberbagai masalah kesehatan atau yang
biasa disebut penyakit degeneratif.
D. Kebutuhan Hidup Lansia
1. Aktif bergerak
Untuk membantu kakek dan nenek lebih sehat, bugar, dan bahagia meski kondisi
fisiknya semakin lemah, mereka perlu bergerak setiap hari--meski hanya di dalam
lingkungan rumah. Jika kakek dan nenek mempunyai masalah mobilitas, ketersediaan
alat seperti tongkat dan kursi roda sangat baik untuk mereka.
2. Mendapatkan perawatan pribadi
Lansia yang mobilitasnya sudah berkurang mungkin akan lebih sering
membutuhkan bantuan orang lain. Misalnya saja saat harus mandi, berpakaian,
berdandan, berjalan, hingga berpindah dari kasur ke kursi roda.
3. Mendapatkan pemeriksaan medis
Tak jarang, lansia memiliki kondisi medis yang memerlukan perawatan terus-
menerus untuk menjaganya tetap sehat. Penting bagi Anda untuk memastikan kakek
dan nenek mendapatkan pemeriksaan medis rutin dan layak untuk mengelola kondisi
mereka.
4. Nutrisi
Asupan nutrisi yang tepat dan cukup akan membantu kakek dan nenek tetap aktif
dan sehat. Membuat rencana makan sehat sangat diperlukan untuk mencegah adanya
komplikasi pada kondisi mereka.
5. Tetap produktif
Lansia membutuhkan kegiatan yang produktif dan menarik sehingga mereka dapat
menghabiskan waktunya lebih bermakna daripada hanya berdiam diri di dalam
rumah. Tidak ada salahnya untuk melibatkan mereka pada pekerjaan rumah
sederhana yang akan membuatnya terus bergerak seperti, menyiram tanaman,
menyiapkan bahan makanan, dan membuat kerajinan.
E. Masalah dan perubahan Yang Muncul Pada Lansia
Penurunan Fisik Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ
tubuh, diantaranya sistempernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuloskeletal,gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
1. Sistem pernafasan pada lansia.
a. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara
inspirasiberkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal
b. Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga
potensialterjadi penumpukan sekret.
c. Penurunan aktivitas paru (mengembang dan mengempisnya) sehingga jumlah
udarapernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada
pernafasan yangtenang kira kira 500 ml.
2. Sistem persyarafan
a. Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan
b. Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
c. Mengecilnya syaraf panca indera.
3. Penglihatan
a. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
b. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
d. Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan
lebihlambat, susah melihat dalam cahaya gelap
e. Hilangnya daya akomodasi
f. Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang
4. Pendengaran
a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
b. Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadapbunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit mengertikata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
5. Peraba
a. Rentan dalam merasakan sakit.
b. Rentan dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
6. cardiovaskuler pada usia lanjut
a. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur
20tahun Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
d. Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan
posisidari tidur keduduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah
menurunmenjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).
e. Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer(normal ± 170/95 mmHg).
7. Sistem genito urinaria
a. Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus
berkurangakibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin
menurunproteinuria (biasanya + 1)
b. Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya
menurunsampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika
urinaria susahdikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi
urin
c. Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
8. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut
a. Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa
terjadisetelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk
dan giziyang buruk.
b. Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropiindera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap
dilidahterutama rasa manis, asin, asam & pahit.
c. Esofagus melebar.
d. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun,waktu mengosongkan menurun.
e. Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
9. Sistem muskuloskeletal
a. Tulang rapuh.
b. Resiko terjadi fraktur.
c. Persendian besar & menjadi kaku.
10. sistem kulit & jaringan ikat
a. Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya
jaringanadiposa
c. Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu
tahanterhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
d. Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah
danmenurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
11. sistem reproduksi dan kegiatan sexual
a. Perubahan sistem reprduksi
b. Selaput lendir vagina menurun/kering.
c. Menciutnya ovarium dan uterus.
d. Atropi payudara.
e. Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara
berangsurberangsur
f. Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penyakit jantung koroner (PJK) atau bisa disebut Coronary Heart Disease (CHD) atau
penyakit Coronary Artery Disease (CAD) merupakan penyakit yang disebabkan
adanya plak yang menumpuk di dalam arteri koroner sehingga terjadi penyempitan
atau sumbatan yang mensuplai oksigen (O2) ke otot jantung (Ghani, 2016). Penyakit
jantung koroner (PJK) terjadi karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner
yang berimbas pada otot jantung yang kekurangan darah sehinga terjadi gangguan
fungsi jantung. PJK merupakan akibat adanya penyumbatan pembuluh darah koroner
(Putri, 2018).
2. Klasifikasi
Menurut Helmanu, (2015) penyakit jantung koroner dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu :
a. Chronic Stable Angina (Angina Piktoris stabil (APS)) Ini merupakan bentuk awal
dari penyakit jantung koroner yang berkaitan dengan berkurangnya aliran darah
ke jantung yang ditandai dengan rasa tidak nyaman didada atau nyeri dada,
punggung, bahu, rahang, atau lengan tanpa disertai kerusakan sel-sel pada
jantung. Stress emosi atau aktivitas fisik biasanya bisa menjadi pencetus APS
namun itu bisa dihilangkan dengan obat nitrat. Pada penderita ini gambar EKG
tidak khas, melainkan suatu kelainan.
b. Acute Coronary Syndrome (ACS) Merupakan suatu sindrom klinis yang
bervariasi. ACS dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Unstable Angina (UA) atau Angina Piktoris Tidak Stabil (APTS) APTS
meskipun hampir sama namun ada perbedaan pada sifat nyeri dan
patofisiologi dengan APS. Sifat nyeri yang timbul semakin lebih berat dari
sebelumnya atau semakin sering muncul pada saat istirahat, nyeri pada dada
yang timbul pertama kalinya, angina piktoris dan prinzmental angina setelah
serangan jantung ( myocard infaction ). Kadang akan terdapat kelainan dan
kadang juga tidak pada gambaran EKG penderita.
2. Acute Non ST Elevasi Myocardinal Infarction (NSTEMI) Ditandai dengan sel
otot jantung seperti CKMB, CK, Trop T, dan lain-lain yang didalamnya
terdapat enzim yang keluar yang merupakan tanda terdapat kerusakan pada sel
otot jantung. Mungkin tidak ada keainan dan yang paling jelas tidak ada
penguatan ST elevasi yang baru pada gambran EKG.
3. Acute ST Elevasi Myocardina Infarction (STEMI) Sudah ada kelainan pada
gambaran EKG berupa timbulnya Bundle Branch Block yang baru atau ST
elevasi baru. Kelainan ini hampir sama denagn NSTEMI.
3. Etiologi
Menurut Pratiwi, (2011) penyebab terjadinya penyakit jantung koroner pada
perinsipnya disebabkan oleh dua faktor utama yaitu:
a. Aterosklerosis, Aterosklerosis paling sering ditemukan sebagai sebab terjadinya
penyakit arteri koroneria. Salah satu yang diakibatkan Aterosklerosis adalah
penimbunan jaringan fibrosa dan lipid didalam arteri koronaria, sehingga
mempersempit lumen pembuluh darah secara progresif. Akan membahayakan
aliran darah miokardium jika lumen menyempit karena resistensi terhadap aliran
darah meningkat.
b. Trombosis Gumpalan darah pada mulanya berguna untuk pencegah pendarahan
berlanjut pada saat terjadi luka karena merupakan bagian dari mekanisme
pertahan tubuh. Lama kelamaan dinding pembuluh darah akan robek akibat dari
pengerasan pembuluh darah yang terganggu dan endapan lemak. Berkumpulnya
gumpalan darah dibagian robek tersebut yang bersatu dengan kepingan-kepingan
darah menjadi trombus. Trombosis dapat menyebabkan serangan jantung
mendadak dan stroke
4. Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner
Menurut Sumiati, dkk (2010) faktor resiko PJK dapat dibagi dua. Pertama faktor
resiko yang tidak dapat diubah (non-modifiable) yaitu : usia, jenis kelamin,dan
riwayat keluarga (genetik). Kedua foktor resiko yang dapat diubah (modifiable)
yaitu : hipertensi, hiperlipidemia, diabetes melitus, merokok, obesitas, stress, dan
kurang aktifitas fisik.
a. Faktor yang tidak bisa diubah:
1. Usia
Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan
meningkat seiring dengan bertambahnya umur, terutama setelah umur 40
tahun. Pada laki-laki dan perempuan kadar kolestrol mulai meningkat usia 20
tahun. Sebelum mengalami menopause kadar kolestrol pada perempuan lebih
rendah daripada laki-laki yang memiki usia yang hampir sama. Kadar
kolestrol perempuan setelah mengalami menopause biasanya akan meningkat
lebih tinggi dari laki-laki. Semakin tua umur maka semakin besar
kemungkinan timbulnya plak yang menempel di dinding arteri koroner.
2. Jenis Kelamin
Penyakit jantung koroner pada laki-laki resikonya 2 sampai 3 kali lebih besar
dari perempuan. Tetapi pada perempuan yang menoupose cenderung memiliki
resiko terkena PJK secara cepat sebanding dengan laki-laki. Adanya hormon
esterogen endogen pada perempuan yang bersifat protektif membuat risiko
terserang penyakit jantung bisa lebih rendah (Puput, 2019).
3. Riwayat keluarga (genetik)
Orang tua yang mengalami PJK kemungkinan anaknya juga bersiko memiliki
penyakit ini. Jika seorang ayah terkena serangan jantung sebelum usia 60
tahun atau ibu terkena sebelum 65 tahun, keturunannya akan beresiko
tinggiterkena PJK. Riwayat keturunan mempunyai risiko lebih besar untuk
terkena PJK dibandingkan yang tidak mempunyai riwayat penyakit PJK
dalam keluarga (Andarmoyo, 2014).
b. Faktor yang dapat diubah (dikendalikan):
1) Hipertensi
Merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab terjadinya penyakit
jantung koroner. Tekanan darah tinggi secara terus menerus menyebabkan
kerusakan sistem pembuluh darah dengan perlahan-lahan. Komplikasi yang
terdapat pada hipertensi esensial biasanya terjadi akibat perubahan struktur
arteri dan arterial sistemik, utamanya pada kasus yang tak terobati. Pada
awalnya terjadi hipertropi dari tunika media lalu hialinisasi setempat serta
penebalan fibrosis dari tunika intima lalu berakhir dengan terjadinya
penyemepitan pembuluh darah.
2) Hiperlipidemia
Kolestrol, fosfolipid, trigliserida, dan asam lemak yang merupakan bagian dari
lipid plasma berasal endogen dari sintesis lemak dan eksogen dari makanan.
Triglserida dan kolestrol merupakan 2 jenis lipid yang relatif mempunyai
makna klinis yang penting sehubungan dengan arteriogenesis. Lipid terikat
pada protein sabagai mekanisme transport dalam serum. Meningkatnya
kolestrol LDL sehubungan dengan peningkatan resiko koronaria, sementara
tingginya kadar kolestrol HDL berperan sebagai faktor pelindung terhadap
penyakit arteri koronaria.
3) Obesitas
Obesitas merupakan kelebihan jumlah lemak pada tubuh lebih dari 19% pada
laki-laki dan lebih dari 21% pada perempuan. Obesitas sering bebarengan
dengan diabetes melitus, dan hipertensi. Obesitas juga bisa meningkatkan
kadar kolesterol dan LDL kolesterol. Penyakit jantung koroner resikonya akan
meningkat jika berat badan sudah tidak ideal. Kolesterol tinggi pada penderita
gemuk dapat ditrunkan dengan diet dan olahraga.
4) Stres
Berdasarakan penelitian terdapat hubungan antara faktor stress psikologik
dengn penyakit jantung. Stress yang berkepanjangan akan meningkatkan
tekanan darah dan katekolamin dan dapat mengakibatkan terajdinya
penyempitan pembuluh darah arteri koroner.
5) Kurang aktifitas fisik
Latihan Kadar HDL ( High Density Lipoprotein ) kolestrol dapat ditingkatkan
dan kolesterol koroner dapat diperbaiki dengan latihan fisik ( exercise )
sehingga resiko penyakit jantung koroner dapat diturunkan. Latihan fisik
bermanfaat karena memperbaiki fungsi paru dan pemberian oksigen
menurunkan berat badan sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang
bersama-sama dengan menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein)
kolesterol, membantu menurunkan tekanan darah, dan meningkatkan
kesegaran jasmani.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, (2001) dalam Nurhidayat S.(2011) :
a. Dada terasa tidak nyaman (digambarkan sebagai rasa terbakar, berat, mati rasa, ,
dapat menjalar kepundak kiri, leher, lengan, punggung atau rahang)
b. Denyut jantung lebih cepat
c. Pusing
d. Sesak nafas
e. Mual
f. Berdebar-debar
g. Kelemahan yang luar biasa
6. Patofisiologi
Menurut LeMone, Priscilla, dkk tahun (2019) penyakit jantung koroner biasanya
disebabkan oleh faktor resiko yang tidak bisa dirubah (umur, jenis kelamin, dan
riwayat keluarga) dan faktor resiko yang bisa dirubah (hipertensi, hiperlipidemia,
diabetes melitus, merokok, obesitas, stress, dan kurang aktifitas fisik). Paling utama
penyebab penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis. Aterosklerosis disebabkan
oleh factor pemicu yang tidak diketahui yang dapat menyebabkan jaringan fibrosa
dan lipoprotein menumpuk di dinding arteri. Pada aliran darah lemak diangkut
dengan menempel pada protein yang disebut apoprotein. Keadaan hiperlipedemia
dapat merusak endotelium arteri.
Plak dapat mengurangi ukuran lumen yang terdapat pada arteri yang terangsang dan
menggangu aliran darah. Plak juga dapat menyebabkan ulkus penyebab terbentuknya
trombus, trombus akan terbentuk pada permukaan plak, dan penimbunan lipid terus
menerus yang dapat menyumbat pembuluh darah.
7. Phatway
Kontraktilitas Menurun
Asam Laktat
Intoleransi Aktivitas
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. J
DENGAN DIAGNOSA MEDIS JANTUNG KORONER
A. PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : 28 November 2022
Jam : 14.30 WIB
Nama Mahasiwa : Putri Diana Rahmadanti
1. Identitas
a. Nama : Ny. Jaleha
b. Tempat / Tanggal Lahir : Bogor, 9 juli 1953
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Perkawinan : Menikah
e. Agama : Islam
f. Suku : Sunda
g. Komposisi Keluarga
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Menikah
: Pisah
: Cerai
: Anak kandung
: Aborsi
: kembar
5. Pola Fungsional
a. Persepsi kesehatan dan managemen pola kesehatan
b. Nutrisi metabolik
Jenis makanan
c. Eliminasi
BAK BAB
Keluhan saat BAK : Tidak Ada Keluhan saat BAB : Tidak ada
h. Pola Peran-Hubungan
● Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman, kerja
● Kepuasan/ketidakpuasaan menjalankan peran
● Efek terhadap status kesehatan
● Pentingnya keluarga
● Struktur dan dkungan keluarga
● Proses pengambilan keputusan keluarga
● Pola membersarkan anak
● Hubungan dengan orang lain
● Orang terdekat dengan klien
● Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
Meskipun selama sakit peran klien sebagai nenek sedikit terganggu namun anggota
keluarga tidak ada masalah karena keluarga dapat memahami dan mensupport klien.
i. Sexsualitas
2) Jantung
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada lesi, nyeri tekan
Perkusi :
Aukultasi : Terdengar murmur jantun
e. Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : normal
Aukultasi : peristaltik
f. Ekstemitas :
● Ektremitas atas : Simetris
● Ekstremitas bawah : Simetris
g. Integumen :
7. Pengkajian Khusus
a. Fungsi Kognitif
9 0
Analisis Hasil :
Skore Salah : 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Skore Salah : 3-4 : Kerusakan intelektual Ringan
Skore Salah : 5-7 : Kerusakan intelektual Sedang
Skore Salah :8-10 : Kerusakan intelektual BERAT
Interprestasi : Fungsi intelektual klien masih utuh karena jawaban klien sesuai dengan
isi pertanyaan, dan jawaban klien hanya salah 1
1 Mandi
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti
punggung atau ekstermitas yang tidak mampu )
√
atau mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh,
bantuan masuk dan keluar dari kamar mandi, serta
tidak mandi sendiri
2 Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian, mengancingi/mengikat √
pakaian
Tergantung:
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya
sebagian
3 Ke kamar kecil
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genetalia sendiri √
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil
dan menggunakan pispot
4 Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk,
bangkit dari kursi
Tergantung :
Analisis Hasil :
c. MMSE
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maximal Klien
Registrasi 3 3
Sebutkan 3 nama objek ( kursi, meja,
kertas. Kemudian ditanyakan kepada
klien, menjawab
- Kursi
- Meja
- Kertas
d. APGAR Keluarga
APGAR Keterangan Tidak Pernah Kadang Selalu
(0) (1) (2)
kesusahan
dengan saya
Total Nilai 7
Analisa Hasil
e. Skala Depresi
YA TIDAK
Analisa Hasil :
Skor 0-4 : normal
Skor 5-9 : kemungkinan depresi
Skor 10 atau lebih : depresi
Interprestasi : normal
f. Screening Fall
Fungtional Reach (Fr) Test
No Langkah
No Langkah
1 Posisi pasien duduk dikursi
2 Minta pasienberdiri dari kursi, berjalan 10 langkah(3meter), kembali ke
kursi, ukur waktu dalam detik
Interprestasi :
g. Skala Norton
Total
Interprestasi :
- Nilai maksimal 20
- Nilai minimum 20
- Pasien berisiko dekubits jika <14
3. Analisa Data
No. Data Diagnosa Etiologi
1. Ds : Nyeri akut penyakit yang
-Klien mengatakan dada D.0077 mengakibatkan
sebelah kiri sakit gangguan atau
- Klien mengatakan terkadang kerusakan
merasa sesak langsung pada
- Klien mengatakan kakinya otot-otot jantung.
sakit Hal ini dapat
bersifat bawaan
Do : atau karena
- Klien terlihat tampak penyakit
gelisah metabolisme
- Klien tampak telihat seperti diabetes
pucat atau karena
infeksi. Akibatnya
Tekanan darah: otot jantung harus
150/90 mmHg kerja ekstra untuk
menjaga pasokan
Nadi : 89 x/menit darah tetap lancar.
Suhu : 36,7 oC,
Pernapasan : 28 x/menit
BB : 62 , TB : 167
-
4. Intervensi
N Di Tujuan Intervensi
o ag
. no
sa
1 Ny Setelah Manajemen
. eri dilakuk Nyeri
ak annya ( I.08238)
ut interve
D. nsi Observasi
00 selama - ident
77 2 x 24 ifika
jam di si
harapk loka
an si,ka
1. r rakte
a risti
s k,du
a rasi
frek
n uens
y i ,ku
e alita
r s,
i inten
sitas
d nyer
a i
d - ident
a ifika
si
k skal
i a
r nyer
i i
- ident
p ifika
a si
s resp
i ons
e nyer
n i non
verb
b al
e Terapeutik
r - fasili
k tasi
u istir
r hat
a dan
n tidur
g - perti
2. p mba
a ngka
s n
i jenis
e dan
n sum
ber
d nyer
a i
p dala
a m
t pemi
lihan
l strat
e egi
b mere
i daka
h n
nyer
t i
e Edukasi
n - jelas
a kan
n peny
g ebab
,
d peri
a ode
n dan
pemi
n cu
y nyer
a i
m - jelas
a kan
n strat
3. t egi
i mere
d daka
a n
k nyer
i
l - anju
a rkan
g men
i ggun
akan
m anal
e getik
n seca
g ra
g tepat
u Kolaborasi
n - kola
a bora
k si
a pem
n beria
n
t anal
e getik
r
a
p
i
n
e
b
u
l
i
z
e
r
2. Po setelah Perawatan
la dilakuk selang dada
Na annya I.01022
fas interve Tindakan
Ti nsi Observasi
da selama - ident
k 2 x 24 ifika
Ef jam si
ekt dapat indi
if hasil kasi
D. dengan dilak
00 kriteria ukan
05 : nya
1. l pem
a asan
gan
n sela
y ng
e dada
r - mon
i itor
kebo
b cora
i n
s udar
a a
dari
b sela
e ng
r dada
k - mon
u itor
r juml
a ah
n caira
g n
2. p pada
u tabu
n ng
d (seaf
a )
k Terapeutik
- pasti
k kan
l sam
i bung
e an
n sela
ng
t tertu
i tp
d sem
a purn
k a
- laku
s kan
a kebe
k rsiha
i n
t tang
an
l sebe
a lum
g dan
i sesu
3. h dah
a pem
s asan
i gan
l atau
pera
p wata
e n
m sela
e ng
r dada
i - laku
k kan
s pera
a wata
a n di
n area
pem
r asan
o gan
n sela
t ng
g setia
e p 48
n -72
atau
t sesu
h ai
o kebu
r tuha
a n
k - laku
kan
b pele
i pasa
s n
a sela
ng
m dada
e ,
m sesu
b ai
a indi
i kasi
k Edukasi
- jelas
kan
tujua
n
dan
pros
edur
pem
asan
gan
sela
ng
- ajark
an
men
gena
i
tand
a–
tand
a
infe
ksi
B. ANALISA DATA
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN