Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PELAYANAN TERHADAP LANSIA

Disusun dan ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

DisusunOleh :

HopipahOktavia

NIM 171030100217

7F KEPERWATAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA

TANGERANG-BANTEN

2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat berkat dan
rahmatnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini
terdiri dari pokok pembahasan mengenai “pelayanan terhadap lansia” Setiap
pembahasan di bahas secara sederhana sehingga mudah dimengerti.

Saya sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,


penulisan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, untuk
penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Tangerang, 17 september 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pelayanan kesehatan terhadap lansia..........................................................................3


B. Sasaran ......................................................................................................................3
C. Tujuan pelayanan terhadap lansia..............................................................................3
D. Jenis pelayanan...........................................................................................................4
E. Pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia...............................4
F. Pelaksanaan pelayanan kesehatan terhadap lansia.....................................................5
G. Upaya pembinaan dan pelayanan kesehatan lansia....................................................6
H. Bentuk pelayanan kesehatan......................................................................................8
I. Masalah kesehatan gerontik.......................................................................................9
J. Hukum dan perundang-undanan yang terkait dengan lansia.....................................11
K. Peran perawat.............................................................................................................12
L. Pandangan islam tentang lansia.................................................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas.
Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir
dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Usia lanjut sebagai tahap
akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami
oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut. Hal tersebut merupakan suatu
kenyataan yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia (Notoatmodjo, 2014 ).
Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan
berpengaruh pada peningkatan Usaha Harapan Hidup (UHH) di Indonesia.
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) dalam Wirakusumah
(2000), pada Tahun 1980 UHH adalah 55,7 tahun, angka ini meningkat pada tahun
1990 menjadi 59,5 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan UHH menjadi 71,7 tahun.
Meningkatnya populasi lansia ini membuat pemerintah perlu merumuskan
kebijakan dan program yang ditujukan kepada kelompok penduduk lansia sehingga
dapat berperan dalam pembangunan dan tidak menjadi beban bagi masyarakat.
Undang-Undang No 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menetapkan, bahwa
batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas (Depsos RI, 2004).
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 138 ayat 1 menetapkan bahwa
upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar
tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan
martabat kemanusiaan. Ayat 2 menetapkan bahwa Pemerintah wajib menjamin
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia
untusk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara social dan ekonomis.
Situasi global pada saat ini di antaranya adalah :
1. Setengah jumlah lansia di dunia (400 juta jiwa) berada di Asia.
2. Pertumbuhan lansia pada negara sedang berkembang lebih tinggi dari negara
yang sudah berkembang.
3. Masalah terbesar lansia adalah penyakit degeneratif.

1
4. Diperkirakan pada tahun 2050 sekitar 75% lansia penderita penyakit degeneratif
tidak dapat beraktifitas (tinggal di rumah).
Pada lanjut usia bersifat degeneratif, saling terkait, biasanya bersifat kronis,
cenderung menyebabkan kecacatan lama sebelum terjadinya kematian. (Stieglietz,
1954).
Mengingat hal tersebut di atas, maka jelaslah bahwa pelayanan kesehatan pada
usia lanjut sangat dibutuhkan. Pelayanan kesehatan lansia di tingkat masyarakat
adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah
Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit. (Erfandi,
2008).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk membahas
tentang pelayanan kesehatan pada lansia.
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pelayanan kesehatan pada lansia

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pelayanan Kesehatan Lansia
Pelayanan adalah perihal atau cara melayani. (DepDikBud, 1993 dalam
Aspiani, 2014). Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo, Pelayanan kesehatan adalah
sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif( peningkatan kesehatan ) dengan sasaran masyarakat.
Sedangkan menurut Levey dan Loomba (1973), Pelayanan Kesehatan Adalah
upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan peroorangan, keluarga, kelompok, atau
masyarakat.
Jadi pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan
utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif
( pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan.
B. Sasaran
Sasaran Pelayanan pada lansia terbagi menjadi 2 (dua) yaitu sasaran langsung
dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung berupa lanjut usia (lansia) yang berusia
60 tahun keatas, potensial serta sehat jasmani dan rohani. Sasaran tidak langsung
berupa organisasi social, yayasan dan LSM yang bergerak di bidang pelayanan lanjut
usia, masyarakat, dunia usaha dan intansi pemerintah.
C. Tujuan pelayanan terhadap lansia
1. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani dan psikologis lansia secara memadai
serta teratasinya masalah-masalah akibat usia lanjut.
2. Terlindunginya lansia dari perlakukan yang salah.
3. Terlaksananya kegiatan yang bermakna bagi lansia.
4. Terpeliharanya hubungan yang harmonis antara lansia dengan keluarga dan
lingkungan.
5. Terbentuknya keluarga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pelayanan
terhadap lansia.
6. Melembaganya nilai-nilai penghormatan terhadap lansia.
7. Tersedianya pelayanan alternative di luar pelayanan panti social bagi lansia.

3
D. Jenis Pelayanan
Jenis pelayanan harian lanjut usia didasarkan pada kebutuhan dan masalah
lansia. Dalam proses pelayanan, lansia dituntut untuk berperan aktif dalam berbagai
kegiatan yang bermakna bagi masa tuanya. Berdasarkan hal tersebut pelayanan
harian lansia meliputi :
1. Pelayanan sosial
Pelayanan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan lanjut usia dalam
menyesuaikan diri terhadap proses perubahan dirinya, baik secara fisik,
psikologis maupun sosial.
2. Pemeliharaan Fisik dan Kesehatan
Pelayanan ini bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kondisi fisik lansia
dan meningkatkan pemahaman dan partisipasi lansia dalam upaya pemeliharaan
fisik dan kesehatan.
3. Pelayanan pemeliharaan fisik dan kesehatan dilakukan melalui :
a. Pelayanan makan dan gizi, yang bertujuan untuk menjaga/terpenuhinya
kebutuhan fisik, dan nutrisi. Pelayanan ini terdiri dari penyediaan makanan,
pengaturan asupan makanan konsultasi diet, dan pemberian makanan
tambahan.
b. Pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk memantau serta menjaga kondisi
kesehatan lansia.
c. Pelayanan kebugaran. Pelayanan ini dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada lansia dalam melaksanakan aktivitas yang bermanfaat
bagi kesehatan fisik. Pelayanan kebugaran meliputi, penyelenggaraan senam
kesehatan yang bersifat khusus seperti senam jantung serta penyediaan
fasilitas olahraga yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
E. Pelayanan Kesehatan untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia
Lanjut usia merupakan seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.
Adapun kategori lansia menurut usianya yaitu usia 45-59 tahun merupakan pra
lansia, usia 60-69 tahun merupakan lansia muda, usia 70-79 tahun merupakan lansia
madya, dan 80-89 tahun merupakan lansia tua. Proses penuaan pada lansia terjadi
seiring bertambahnya umur lansia, yang akan menimbulkan permasalahan terkait
aspek kesehatan, ekonomi, maupun sosial. Oleh karena itu perlunya peningkatan
pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia sehingga lansia dapat meningkatkan
kualitas hidupnya.

4
Berdasarkan aspek kesehatan, lansia akan mengalami proses penuaan yang
ditandai dengan penurunan pada daya tahan fisik sehingga rentan terhadap penyakit.
Penurunan fungsi fisik yang terjadi pada lansia yakni penurunan sistem tubuh seperti
sistem saraf, perut, limpa, dan hati, penurunan kemampuan panca indera seperti
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasa, serta penurunan kemampuan
motorik seperti kekuatan dan kecepatan. Berbagai penurunan ini berpengaruh
terhadap kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan terhadap
status kesehatannya.
Data dari Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa penyakit yang banyak terjadi
pada lansia yaitu Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti hipertensi, artritis, stroke,
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). Selain
berdampak pada kondisi fisik lansia, proses penuaan juga berdampak pada kondisi
psikologisnya. Secara ekonomi, umumnya lansia dipandang sebagai beban daripada
sumber daya. Sedangkan secara sosial, kehidupan lansia dipersepsikan negatif yaitu
dianggap tidak banyak memberikan manfaat bagi keluarga dan masyarakat.
Stigma yang berkembang di masyarakat tersebut membuat lansia mengalami
penolakan terhadap kondisinya dan tidak bisa beradaptasi di masa tuanya, sehingga
akan berdampak pada kesejahteraan hidup lansia. Peningkatan pelayanan kesehatan
terhadap lanjut usia diperlukan untuk mewujudkan lansia yang sehat, berkualitas, dan
produktif di masa tuanya.
Pelayanan kesehatan pada lansia harus diberikan sejak dini yaitu pada usia pra
lansia (45-59 tahun). Pembinaan kesehatan yang dilakukan pada lansia yaitu dengan
memperhatikan faktor-faktor risiko yang harus dihindari untuk mencegah berbagai
penyakit yang mungkin terjadi. Kemudian perlu juga memperhatikan faktor-faktor
protektif yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan lansia. Upaya yang telah
dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada lansia antara
lain pelayanan geriatri di rumah sakit, pelayanan kesehatan di puskesmas, pendirian
home care bagi lansia yang berkebutuhan khusus, dan adanya Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) Lanjut Usia atau Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu).
Pelayanan kesehatan ini tidak hanya memberikan pelayanan pada pada upaya
kuratif, melainkan juga menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif. Berbagai
pelayanan kesehatan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup
F. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia
Secara garis besar pelayanan kesehatan pada lansia meliputi :

5
1. Pelayanan Kesehatan Lansia Di Masyarakat (Community Based Geriatric
Service)
Pada uapaya pelayanan kesehatan ini, semua upaya kesehatan yang
berhubungan dan dilaksanakan oleh masyarakat harus diupayakan dan berperan
serta dalam menangani kesehatan para lansia. Puskesmas dan dokter swasta
merupakan tulang punggung pada layanan tingkat ini. Puskesmas berperan dalam
membentuk kelompok atau klub lansia. Melalui klub ini pelayanan kesehatan
dapat lebih mudah dilaksanakan, baik upaya promotif, preventif, kuratif atau
rehabilitative.
Pada dasarnya layanan kesehatan lansia di tingkat masyarakat sehatusnya
mendayagunakan dan mengikutsertakan masyarakat (termasuk para lansianya)
semaksimal mungkin. Yang perlu dikerjakan adalah meningkatkan kepedulian
dan pengetahuan masyarakat dengan berbagai cara, antara lain memberikan
penyuluhan-penyuluhan, lokakarya dan ceramah mengenai kesehatan.
2. Pelayanan kesehatan lansia di masyarakat berbasis Rumah Sakit (Hospitas Based
Community Geriatric Service)
Pada layanan tingkat ini, rumah sakit setempat yang telah melakukan layanan
geriatric bertugas membina lansia yang berada di wilayahnya, baik secara lansung
maupun tidak langsung melalui pembinaan puskesmas yang berada di wilayah
kerjanya. Dilain pihak, rumah sakit harus selalu bersedia bertindak sebagai
rujukan dari layanan kesehatan yang ada di masyarakat.
3. Pelayanan Kesehatan Lansia Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based Geriatric
Service)
Pada pelayanan ini, rumah sakit menyedian berbagai layanan bagi lansia,
mulai dari layanan sederhana berupa poliklinik lansia, sampai pada layanan yang
lebih maju, misalnya : bangsal akut, klinik siang terpadu (day hospital), bangsal
kronis dan atau panti rawat wredha (nursing homes).
G. Upaya Pembinanaan dan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan
menyeluruh dibidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan,
pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa
dilaksanakan di Puskesmas- Puskesmas ataupun Rumah Sakit serta Panti- panti dan
institusi lainya. Tekhnologi tepat guna dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah
tekhnologi yang mengacu pada masa usia lanjut setempat, yang didukung oleh

6
sumber daya yang tersedia di masyarakat, terjangkau oleh masyarakat diterima oleh
masyarakat sesuai dengan azas manfaat.
Peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah peran
serta masyarakat baik sebagai pemberi peJayanan kesehatan maupun penerima
pelayanan yang berkaitan dengan mobilisasi sumber daya dalam pemecahan
masalah usia lanjut setempat dan dalam bentuk pelaksanan pembinaan dan
pengembangan upaya kesehatan usia lanjut setempat.
Pelayanan usia lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya antara lain :
1. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut
agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga
maupun masyarakat. Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana
penyuluhan masyarakat usia lanjut merupakan hal yang penting sebagai
penunjang program pembinaan kesehatan usia lanjut yang antara lain adalah :
a. Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini
penurunan kondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan
memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau instansi pelayanan
kesehatan lainnya.
b. Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar.
c. Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi
seimbang.
d. Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa
e. Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau
hobinya secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya.
f. Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan
kelompok sosial.
g. Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok,
alkhohol, kopi, kelelahan fisik dan mental.
h. Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar
2. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
penyakit maupun kompilikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan.
Upaya preventif dapat berupa kegiatan :

7
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan
secara dini penyakit-penyakit usia lanjut
b. Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan
dengan kemampuan usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.
c. Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata,
alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan
tetap merasa berguna
d. Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
kecelakaan pada usia lanjut.
e. Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
3. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa
kegiatan:
a. Pelayanan kesehatan dasar
b. Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan
4. Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah
menurun. Yang dapat berupa kegiatan :
a. Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan
berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan lain -lain agar usia
lanjut dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan
dan kemampuan. .
b. Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental
penderita
c. Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di dalam
maupun diluar rumah.
d. Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
e. Perawatan fisioterapi.
H. Bentuk-Bentuk Pelayanan Kesehatan
Tingkatan-tingkatan pelayanan yang diberikan berdasar kemampuan RS dibagi :
1. Tingkat sederhana : hanya menyediakan layanan poliklinik lanjut usia
2. Tingkat sedang : Layanan diberikan selain poliklinik jg siang terpadu (day
hospital)

8
3. Tingkat lengkap : sama seperti layanan tingkat sederhana ditambah pengadaan
bangsal lansia dengan penyakit akut
4. Tingkat paripurna : diberikan semua jenis layanan yang ada pada tingkat
lengkap ditambah dengan bangsal lansia dengan penyakit kronis
Prinsip :
1. Pertahankan lingkungan aman
2. Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
3. Pertahankan kecukupan gizi
4. Pertahankan fungsi pernafasan
5. Pertahankan aliran darah
6. Pertahankan kulit
7. Pertahankan fungsi pencernaan
8. Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
9. Meningkatkan fungsi psikososial
10. Pertahankan komunikasi
11. Mendorong pelaksanaan tugas
I. Masalah  Kesehatan Gerontik
1. Masalah kehidupan sexual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang
adalah mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan
seksual pada suami isri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-
tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat klien sakit aau mengalami
ketidakmampuan dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan
pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan
kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap
hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik
dan emosional secara mendalam selama masih mampu melaksanakan.
2. Perubahan prilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya
ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan
merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi,
lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhinya
menjadi sumber banyak masalah.
3. Pembatasan fisik

9
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama
dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan
– peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam
hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan
ketergantunan yang memerlukan bantuan orang lain.
4. Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut
ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena
poli fermasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek
samping obat. Sebagai contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin
diobatai dengan dioksin dan diuretika. Diuretik berfungsi untu mengurangi
volume darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien
yang sama mungkin mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan.
Dan efek samping inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia.
5. Pengunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan
persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan
utama dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada
lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut.
(Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya perubahan usia ini adalah
bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan untuk lansia.
Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia sering kali menderita bermacam-
macam penyakit untuk diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis
obat. Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan adalah :
a. Bingung
b. Lemah ingatan
c. Penglihatan berkurang
d. Tidak bias memegang
e. Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi dan
dijalankan
6. Kesehatan mental
Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran mental.
Semakin lanjut seseorang, kesibukan soialnya akan semakin berkurang dan
dapat mengakibatkan berkurangnya intregrasi dengan lingkungannya.

10
J. Hukum dan Perundang-undangan yang Terkait dengan Lansia
1. UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jomp.
2. UU No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
3. UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
4. UU No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5. UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
6. UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
7. UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman
8. UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera
9. UU No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun
10. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
11. PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga
Sejahtera
12. PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan
13. UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan lembaran
negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965 tentang Pemberian
Bantuan bagi Orang Jompo.
UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :
1. Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan
kelembagaan.
2. Upaya pemberdayaan
3. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak potensial
4. Pelayanan terhadap lansia
5. Perlindungan sosial
6. Bantuan sosial
7. Koordinasi
8. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi
9. Ketentuan peralihan
Beberapa undang-undang yang perlu disusun adalah :
1. UU tentang Pelayanan Lansia Berkelanjutan (Continum of Care)
2. UU tentang Tunjangan Perawatan Lansia
3. UU tentang Penghuni Panti (Charter of Resident’s Right)
4. UU tentang Pelayanan Lansia di Masyarakat (Community Option Program)

11
K. Peran Perawat
Berkaitan dengan kode etik yang harus diperhatikan oleh perawat adalah :
1. Perawat harus memberikan rasa hormat kepada klien tanpa memperhatikan
suku, ras, gol, pangkat, jabatan, status social, maslah kesehatan.
2. Menjaga rahasia klien
3. Melindungi klien dari campur tangan pihak yang tidak kompeten, tidak etis,
praktek illegal.
4. Perawat berhak mnerima jasa dari hasil konsultasi danpekerjaannya
5. Perawat menjaga kompetesi keperawatan
6. Perawat memberikan pendapat dan menggunakannya. Kompetei individu serta
kualifikasi daalm memberikan konsultasi
7. Berpartisipasi aktif dalam kelanjutanyaperkembangannya body of knowledge
8. Berpartipitasi aktif dalam meningkatan standar professional
9. Berpatisipasi dalam usaha mencegah masyarakat, dari informasi yang salah dan
misinterpretasi dan menjaga integritas perawat.
Perawat melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatannya yang lain atau ahli
dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat
termasuk pada lansia.
1. Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Khususnya
Lansia. Contoh upaya pemerintah di negara maju dalam meningkatkan
kesehatan masyarakatnya, diantaranya adanya medicare dan medicaid. Medicare
adalah program asuransi social federal yang dirancang untu menyediakan
perawatan kesehatan bagi lansia yang memberikan jaminan keamanan social.
Medicare dibagi 2 : bagian A asuransi rumah sakit dan B asuransi medis. Semua
pasien berhak atas bagian A, yang memberikan santunan terbatas untuk
perawatan rumah sakit dan perawatan di rumah pasca rumah sakit dan
kunjungan asuhan kesehatan yang tidak terbatas di rumah. Bagian B merupakan
program sukarela dengan penambhan sedikit premi perbulan, bagian B
menyantuni secara terbatas layanan rawat jalan medis dan kunjungan dokter.
Layanan mayor yang tidak di santuni oleh ke dua bagian tersebut termasuk
asuhan keperwatan tidak terampil, asuhan keperawatan rumah yang
berkelanjutan obat-obat yang diresepkan, kaca mata dan perawatan gigi.
Medical membayar sekitar biyaya kesehatan lansia (U.S Senate Committee on
Aging, 1991).

12
2. Medicaid adalah program kesehatan yang dibiayai oleh dana Negara dan
bantuan pemerintah bersangkutan. Program ini beredaq antara satu Negara
dengan lainya dan hanya diperuntukan bagi orang tidak mampu. Medicaid
merupakan sumber utama dana masyarakat yang memberikan asuhan
keperawatan di rumah bagi lansia yang tidak mampu. Program ini menjamin
semua layanan medis dasar dan layanan medis lain seperti obta-obatan, kaca
mata dan perawatan gigi.
Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia  yang diperuntukkan
khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu program pokok
perawatan kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas sasarannya adalah yang
didalamnya ada keluarga  lansia. Perkembangan jumlah keluarga yang terus
menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang berisiko tentunya menurut
perawat memberikan pelayanan pada keluarga secara professional. Tuntutan ini
tentunya membangun “ Indonesia Sehat 2010 “ yang salah satu strateginya adalah
Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Dengan strategi ini
diharapkan lansia mendapatkan yang baik dan perhatian yang selayakn
L. Pandangan Islam Tentang Lansia
Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra : 23-24. Artinya :
“Dan tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain dia dan
hendaklah berbuat baik ibu bapakmu. Jika salah seorang diantara keduanya atau
kedua-duanya sampai usia lanjut dalam pemeliharaan, maka jangan sekali-sekali
engkau mengatakan kepada ke duanya perkataan “Ah” dan janganlah engkau
membentak mereka dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih saying dan ucapkanlah “
wahai tuhanku sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
diwaktu kecil”.

13
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang
tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan),
preventif ( pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan)
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan.
Sasaran Pelayanan pada lansia terbagi menjadi 2 (dua) yaitu sasaran
langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung berupa lanjut usia
(lansia) yang berusia 60 tahun keatas, potensial serta sehat jasmani dan rohani.
Sasaran tidak langsung berupa organisasi social, yayasan dan LSM yang
bergerak di bidang pelayanan lanjut usia, masyarakat, dunia usaha dan intansi
pemerintah.
Meningkatnya populasi lansia ini membuat pemerintah perlu
merumuskan kebijakan dan program yang ditujukan kepada kelompok
penduduk lansia sehingga dapat berperan dalam pembangunan dan tidak
menjadi beban bagi masyarakat. Undang-Undang No 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia menetapkan, bahwa batasan umur lansia di Indonesia
adalah 60 tahun ke atas (Depsos RI, 2004).
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan
kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya.
Dari segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat memberikan
kritikan dan masukan yang bersifat membangun.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://utariviska94.wordpress.com/2015/05/20/makalah-kesehatan-lansia/
http://keperawatannews.blogspot.com/2015/06/makalah-terlengkap-prinsip-prinsip.html
http://eprints.ums.ac.id/59575/3/BAB%20I.pdf
http://uiupdate.ui.ac.id/article/pelayanan-kesehatan-untuk-meningkatkan-kualitas-hidup-
lansia
https://id.scribd.com/document/342013191/BAB-I-Bab-II-Bab-III-Pelayanan-Kesehatan-
Pada-Lansia

15

Anda mungkin juga menyukai