Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PELAYANAN KESEHATAN PRIMER I

POSYANDU LANSIA

OLEH :

Rian zulkarnain
P0710118034

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN TINGKAT
1IIA/SEMESTER V
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah yang
berjudul .“POSYANDU LANSIA” Ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah
di tentukan.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan
serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang besifat konstruktif dan membangun demi
kesempurnaan penyusun ke depannya.
Tugas makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan,
arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dari itu izinkan kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
kami penyusunnya.

Mataram, 7 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Kata Pengantar..................................................................................................... i

Daftar Isi.............................................................................................................. ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan Penyusunan.................................................................................. 2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Posyandu Lansia........................................................................ 4
B. Tujuan Posyandu Lansia.......................................................................... 5
C. Sasaran Ponyandu Lansia........................................................................ 5
D. Manfaat Posyandu Lansia........................................................................ 6
E. Kegiatan Posyandu Lansia....................................................................... 6
F. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia................................................. 7
G. Masalah Kesehatan Lansia....................................................................... 8
H. Konsep Kader Posyandu Lansia.............................................................. 10
I. Penilaian Keberhasilan Posyandu Lansia................................................ 15
J. Permasalahan Pada Posyandu Lansia...................................................... 16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................. 19
B. Saran ....................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keadaan masyarakat Indonesia yang beragam sangat dipengaruhi
oleh perkembangan masyarakat dari usia dini. Pemerintah telah
memperhatikan kelangsungan pekembangan usia dini ini dengan
mengoptimalkan berbagai bentuk pengembangan di usia muda, seperti
peningkatan mutu pendidikan, pengembangan pola-pola intelektual, pola
pendidikan moral dan banyak aspek lainnya. Hal ini tentu saja
menggembirakan, meskipun tidak bisa menjadi jaminan bahwa upaya
tersebut dapat meningkatkan kualitas generasi selanjutnya.
Lansia sering dianggap sebagai golongan yang lemah, tetapi
sesungguhnya lansia memiliki peran yang berarti bagi masyarakat. Lansia
memiliki penalaran moral yang bagus untuk generasi dibawahnya. Lansia
memiliki semacam gairah yang tinggi karena secara alami, manusia akan
cenderung memanfaatkan masa-masa akhirnya secara optimal untuk
melakukan pewarisan nilai dan norma. Hal ini justru mempermudah kita
untuk membina moral anak-anak.
Masa lanjut usia adalah masa dimana individu dapat merasakan
kesatuan, integritas, dan refleksi dari kehidupannya. Jika tidak, ini akan
menimbulkan ketimpangan dan bahkan dapat mengakibatkan patologis,
semacam penyakit kejiwaan (Latifah, 2010). Jika ini terjadi maka keadaan
masyarakat juga terganggu, dimana lansia sebagai penguat transformator
nilai dan norma berkurang, baik secara kualitas dan kuantitas. Banyak
contoh yang terjadi dimasyarakat kita, dimana lansia berlaku yang kurang
sopan atau bahkan kurang beradab sehingga secara tidak langsung akan
mengganggu ketentraman kehidupan bermasyarakat. Lansia di Indonesia,
menurut Depkomindo 2010, pada tahun 2008 berjumlah 23 juta orang,
sedangkan lansia yang terlantar mencapai 1,7 juta sampai 2 juta orang.

1
Wujud dari usaha pemerintah ini adalah dicanangkannya pelayanan
bagi lansia melalui beberapa jenjang yaitu pelayanan kesehatan ditingkat
masyarakat adalah Posyandu Lansia. Pelayanan kesehatan lansia tingkat
dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan tingkat lanjutan adalah Rumah
Sakit. Dengan demikian, posyandu lansia sangat kita perlukan, dimana
posyandu lansia ini dapat membantu lansia sesuai dengan kebutuhannya
dan pada lingkungan yang tepat, sehingga para lansia tidak merasa lagi
terabaikan didalam masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka daapat ditentukan rumusan
masalahnya sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan posyandu lansia ?
2. Apa saja tujuan posyandu lansia ?
3. Apa saja manfaat posyandu lansia ?
4. Siapa saja sasaran posyandu lansia ?
5. Bagaimana kegiatan posyandu lansia ?
6. Bagaimana mekanisme pelayanan posyandu lansia ?
7. Bagaiaman masalah kesehatan pasa lansia ?
8. Bagaimana konsep kader posyandu lansia ?
9. Bagaimana penilan keberhasilan posyandu lansia ?
10. Bagaimana permasalahan pada posyandu lansia ?

C. Tujuan Penyusunan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat ditentukan tujuan
penyusunannya sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu posyandu lansia
2. Untuk memahami dan mengetahui tujuan posyandu lansia
3. Untuk memahami dan mengetahui manfaat posyandu lansia
4. Untuk memahami dan mengetahui sasaran posyandu lansia
5. Untuk memahami dan mengetahui kegiatan posyandu lansia

2
6. Untuk memahami dan mengetahui mekanisme pelayanan posyandu
lansia
7. Untuk memahami dan mengetahui masalah kesehatan pada lansia
8. Untuk memahami dan mengetahui konsep kader posyandu
9. Untuk memahami dan mengetahui penilaain keberhasilan posyandu
lansia
10. Untuk memahami dan mengetahui permasalahan pada posyandu lansia

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Posyandu Lansia


Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat
usia lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang
digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang
penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran
serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).
Posyandu juga merupakan wadah kegiatan berbasis masyarakat
untuk bersama-sama menghimpun seluruh kekuatan dan kemampuan
masyarakat untuk melaksanakan, memberikan serta memperoleh informasi
dan pelayanan sesuai kebutuhan dalam upaya peningkatan status gizi
masyarakat secara umum (Henniwati, 2008).
Menurut Notoatmodjo (2007), Posyandu lansia merupakan wahana
pelayanan bagi kaum lansia, yang dilakukam dari, oleh dan untuk kaum
usila yang menitik beratkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative. Sementara menurut
Pedoman Pengelolaan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut, Depkes RI
(2003), pelayanan kesehatan di kelompok usia lanjut meliputi pemeriksaan
kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia
lanjut sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal
penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan
yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman
Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) usia lanjut atau catatan kondisi kesehatan
yang lazim digunakan di Puskesmas.

4
Jadi, Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan
kesehatan yang berada di desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat khususnya bagi warga yang sudah berusia lanjut.

B. Tujuan Posyandu Lansia


1. Tujuan Umum
Menurut Erfandi (2008), Tujuan Posyandu Lansia secara garis besar
ialah :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia
dimasyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan lansia.
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta
masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan, disamping
meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kesadaran lansia untuk membina sendiri
kesehatannya
b. Meningkatkan kemampuan & peran serta masy dlm menghayati
& mengatasi masalah kesh lansia scr optimal
c. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia
d. Meningkatnya jenis dan mutu pelayanan kesehatan lansia

C. Manfaat Posyandu Lansia


Manfaat dari posyandu lansia adalah pengetahuan lansia menjadi
meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong
minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu
lansia sehingga lebih percaya diri dihari tuanya.

5
D. Sasaran Posyandu Lansia
Sasaran posyandu lansia adalah :
1. Sasaran langsung, yaitu kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun),
kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas), dan kelompok usia lanjut
dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas).
2. Sasaran tidak langsung, yaitu keluarga dimana lansia berada,
organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut,
masyarakat luas (Departemen Kesehatan RI, 2006).

E. Kegiatan Posyandu Lansia


Bentuk pelayanan pada posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan
fisik dan mental emosional, yang dicatat dan dipantau dengan Kartu
Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
atau ancaman masalah kesehatan yang dialami. Beberapa kegiatan pada
posyandu lansia adalah :
1. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh
(IMT).
2. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop
serta    penghitungan denyut nadi selama satu menit.
3. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes melitus).
4. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal.
5. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir-butir diatas.
6. Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam atau diluar kelompok
dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi
sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan
kelompok usia lanjut.

6
7. Selain itu banyak juga posyandu lansia yang mengadakan kegiatan
tambahan seperti senam lansia, pengajian, membuat kerajinan ataupun
kegiatan silahturahmi antar lansia. Kegiatan seperti ini tergantung dari
kreasi kader posyandu yang bertujuan untuk membuat lansia
beraktivitas kembali dan berdisiplin diri.

F. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Mekanisme pelayanan Posyandu Lansia tentu saja berbeda dengan
posyandu balita pada umumnya. Mekanisme pelayanan ini tergantung
pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah
penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia ini dengan
sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada pula yang hanya 3 meja.
1. Meja I (Pendaftaran)
Mendaftarkan lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut.
Lansia   yang sudah terdaftar di buku register langsung menuju meja
selanjutnya.
2. Meja II
Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan
darah
3. Meja III (Pencatatan : Pengisian Kartu Menuju Sehat)
Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi, Indeks Massa
Tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan.
4. Meja IV (Penyuluhan)
Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian
makanan tambahan.
5. Meja V (Pelayanan medis)
Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari
Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan : pemeriksaan dan pengobatan
ringan.

7
G. Masalah Kesehatan pada Lansia
Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang
umur yang lain karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari
kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua yaitu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti sel serta mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dr. Purma Siburian Sp PD, pemerhati masalah kesehatan pada
lansia menyatakan bahwa ada 14 yang menjadi masalah kesehatan pada
lansia, yaitu :
1. Immobility (kurang bergerak), dimana meliputi gangguan fisik, jiwa
dan faktor lingkungan sehingga dapat menyebabkan lansia kurang
bergerak. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan tulang, sendi
dan otot, gangguan saraf dan penyakit jantung.
2. Instability (tidak stabil/ mudah jatuh), dapat disebabkan oleh faktor
intrinsik (yang berkaitan dengan tubuh penderita), baik karena proses
menua, penyakit maupun ekstrinsik (yang berasal dari luar tubuh)
seperti obat-obatan tertentu dan faktor lingkungan. Akibatnya akan
timbul rasa sakit, cedera, patah tulang yang akan membatasi
pergerakan. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan psikologik
berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjadi.
3. Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air seni tanpa disadari dan
frekuensinya sering. Meskipun keadaan ini normal pada lansia tetapi
sebenarnya tidak dikehendaki oleh lansia dan keluarganya. Hal ini
akan membuat lansia mengurangi minum untuk mengurangi keluhan
tersebut, sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan.
4. Intellectual Impairment (gangguan intelektual/ dementia), merupakan
kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan
ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya
aktivitas kehidupan sehari-hari.

8
5. Infection (infeksi), merupakan salah satu masalah kesehatan yang
penting pada lansia, karena sering didapati juga dengan gejala tidak
khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan diagnosis
dan pengobatan.
6. Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,
convalencence, skin integrity (gangguan panca indera, komunikasi,
penyembuhan dan kulit), merupakan akibat dari proses menua dimana
semua panca indera berkurang fungsinya, demikian juga pada otak,
saraf dan otot-otot yang dipergunakan untuk berbicara, sedangkan
kulit menjadi lebih kering, rapuh dan  mudah rusak dengan trauma
yang minimal.
7. Impaction (konstipasi=sulit buang air besar), sebagai akibat dari
kurangnya gerakan, makanan yang kurang mengandung serat, kurang
minum, dan lainnya.
8. Isolation (depresi), akibat perubahan sosial, bertambahnya penyakit
dan berkurangnya kemandirian sosial. Pada lansia, depresi yang
muncul adalah depresi yang terselubung, dimana yang menonjol
hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-
debar, nyeri pinggang, gangguan pecernaan, dan lain-lain.
9. Inanition (kurang gizi), dapat disebabkan karena perubahan
lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat
berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi
sosial (terasing dari masyarakat), terutama karena kemiskinan,
gangguan panca indera; sedangkan faktor kesehatan berupa penyakit
fisik, mental, gangguan tidur, obat-obatan, dan lainnya.
10. Impecunity (tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka
kemampuan tubuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan akan semaki
berkurang, sehingga jika tidak dapat bekerja maka tidak akan
mempunyai penghasilan.
11. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada
lansia yang mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan

9
pengobatan dalam waktu yang lama, jika tanpa pengawasan dokter
maka akan menyebabkan timbulnya penyakit akibat obat-obatan.
12. Insomnia (gangguan tidur), sering dilaporkan oleh lansia, dimana
mereka mengalami sulit untukmasuk dalam proses tidur, tidur tidak
nyenyak dan mudah terbangun, tidur dengan banyak mimpi, jika
terbangun susah tidur kembali, terbangun didini hari-lesu setelah
bangun di pagi hari.
13. Immune deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah
satu akibat dari prose menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai
akibat dari penyakit menahun, kurang gizi dan lainnya.
14. Impotence (impotensi), merupakan ketidakmampuan untuk mencapai
dan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan
senggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 (tiga) bulan.
Hal ini disebabkan karena terjadi hambatan aliran darah ke dalam alat
kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah, baik
karena proses menua atau penyakit.
Data penyakit lansia di Indonesia (umumnya pada lansia berusia
lebih dari 55 tahun) (Anonim, 2008) adalah sebagai berikut:
1. Penyakit Cardiovascular
2. Penyakit otot dan persendian
3. Bronchitis, asma dan penyakit respirasi lainnya
4. Penyakit pada mulut, gigi dan saluran cerna
5. Penyakit syaraf
6. Infeksi kulit
7. Malaria

H. Kader Posyandu Lansia


1. Definisi Kader Lansia
Kader posyandu, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) adalah
seseorang atau tim sebagai pelaksana posyandu yang berasal dari dan
dipilih oleh masyarakat setempat yang memenuhi ketentuan dan

10
diberikan tugas serta tanggung jawab untuk pelaksanakan,
pemantauan, dan memfasilitasi kegiatan lainnya (Henniwati, 2008).
Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan
untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan
kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin
di posyandu. Padahal ada beberapa macam kader bisa dibentuk sesuai
dengan keperluan menggerakkan partisipasi masyarakat atau
sasarannya dalam program pelayanan kesehatan.
2. Tugas Kader Lansia
a. Secara umum tugas-tugas kader lansia adalah sebagai berikut :
1) Tugas sebelum hari buka Posyandu (H - Posyandu) yaitu
berupa tugas – tugas persiapan oleh kader agar kegiatan pada
hari buka Posyandu berjalan dengan baik.
2) Tugas pada hari buka Posyandu (H Posyandu) yaitu berupa
tugas-tugas untuk melaksanakan pelayanan 5 meja.
3) Tugas sesudah hari buka posyandu (H + Posyandu) yaitu
berupa tugas - tugas setelah hari Posyandu.
b. Tugas-Tugas Kader Pada Pelaksanaan Posyandu Lansia
Tugas-tugas kader Posyandu pada H - atau pada saat persiapa hari
Posyandu, meliputi :
1) Menyiapkan alat dan bahan : timbangan, tensimeter,
stetoskop, KMS, alat peraga, obat-obatan yang dibutuhkan,
bahan/materi penyuluhan dan lain-lain.
2) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberi
tahu para lansia untuk datang ke Posyandu, serta melakukan
pendekatan tokoh yang bisa membantu memotivasi
masyarakat (lansia) untuk datang ke Posyandu
3) Menghubungi kelompok kerja (Pokja) Posyandu yaitu
menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan
meminta memastikan apakah petugas sector bisa hadir pada
hari buka Posyandu.

11
4) Melaksanakan pembagian tugas : menentukan pembagian
tugas diantara kader Posyandu baik untuk persiapan untuk
pelaksanaan
3. Organisasi Kader Lansia
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala : pendataan, screening, px
kesh (gizi, jiwa, lab), pengobatan sederhana, pemberian suplemen
vitamin, PMT
b. Peningkatan olahraga
c. Pengembangan ketrampilan :kesenian, bina usaha
d. Bimbingan pendalaman agama
e. Pengelolaan dana sehat
f. Pendanaan Kadar Lansia
4. KMS Lansia

a. Definisi KMS
Kartu menuju sehat (KMS) adalah suatu alat untuk mencatat
kondisi kesehatan pribadi usia lanjut baik fisik maupun mental
emosional. Kegunaan KMS untuk memantau dan menilai
kemajuan Kesehatan Usia Lanjut yang dilaksanakan di kelompok
Usia Lanjut atau Puskesmas
b. Tata Cara pengisian KMS :
1) KMS berlaku 2 th, diisi o/ petugas kesh

12
2) Pada kunjungan pertama, diperiksa semua jenis tes yg tertera.
Sedangkan pd kunjungan ulang cukup diperiksa sekali
sebulan, kecuali u/ tes laboratorium dperiksa per 3 bulan (Hb,
Urine, Protein)
5. Latihan Gerak Dan Senam Lansia
a. Definisi Senam Lansia
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan
terarah serta terencana yang dilakukan secara tersendiri atau
berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan
fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut (Santosa, 1994).
Lansia seseorang individu laki-laki maupun perempuan yang
berumur antara 60-69 tahun. (Nugroho 1999:20)
Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang
teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut
usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemamp
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai
tujuan tersebut.
b. Manfaat Olahraga Bagi Lansia
Manfaat dari olahraga bagi lanjut usia menurut Nugroho (1999;
157) antara lain :
1) Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia.
2) Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani
dalam kehidupan (adaptasi)
3)  Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan
dalam fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalya
sakit.Sebagai Rehabilitas Pada lanjut usia terjadi penurunan
masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal,
tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya
peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga
seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan
kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai

13
penelitian menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti senam
lansia dapatmengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti
hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan
kecelakaan. (Darmojo 1999;81)
4) Senam lansia dilaksanakan disetiap satu bulan sekali pada
saat dilakukan kegiatan posyandu lansia yang dilaksanakan
di 22 posyandu lansia yang ada.
c. Komponen aktivitas dan kebugaran
Menurut Darmojo (1999:74) komponen aktivitas dan kebugaran
terdiri dari:
1) Self Efficacy (keberdayagunaan-mandiri) adalah istilah
untuk menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam
melakukan aktivitas. Hal ini sangat berhubungan dengan
ketidaktergantungan dalam aktivitas sehari-hari. Dengan
keberdayagunaan mandiri ini seorang usia lanjut mempunyai
keberanian dalam melakukan aktivitas.
2) Latihan Pertahanan (resistence training) keuntungan
fungsional atas latihan pertahanan berhubungan dengan hasil
yang didapat atas jenis latihan yang bertahan, antara lain
mengenai kecepatan bergerak sendi, luas lingkup gerak sendi
(range of motion) dan jenis kekuatan. Yang dihasilkan pada
penelitian-penelitian dipanti jompo didapatkan bahwa latihan
pertahanan yang intensif akan meningkatkan kecepatan gart
(langkah) sekitar 20% da kekuatan untuk menaiki tangga
sebesar 23-38%
3) Daya Tahan (endurance) daya tahan adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang relatif
cukup lama. Pada lansia latihan daya tahan /kebugaran yang
cukup keras akan meningkatkan kekuatan yang didapat dari
latihan bertahan. Hasil akibat latihan kebugaran tersebut
bersifat khas untuk latihan yang dijalankan (training

14
specifik), sehingga latihan kebugaran akan meningkatkan
kekuatan berjalan lebih dengan latihan bertahan.
4) Kelenturan (flexibility) pembatasan atas lingkup gerak sendi,
banyak terjadi pada lanjut usia yang sering berakibat
kekuatan otot dan tendon. Oleh karena itu latihan kelenturan
sendi merupakan komponen penting dari latihan atau olah
raga bagi lanjut usia.
5) Keseimbangan-keseimbangan merupakan penyebab utama
yang sering mengakibatkan lansia sering jatuh.
Keseimbangan merupakan tanggapan motork yang dihasikan
oleh berbagai faktor, diantaranya input sesorik dan kekuatan
otot. Penurunan keseimbangan pada lanjut usia bukan hanya
sebagai akibat menurunya kekuatan otot atau penyakit yang
diderita. Penurunan keseimbangan bisa diperbaiki dengan
berbagai latihan keseimbangan. Latihan yang meliputi
komponen keseimbangan akan menurukan insiden jatuh pada
lansia

I. Penilaian Keberhasilan Upaya Pembinaan Lansia melalui Posyandu


Lansia
Menurut Henniwati (2008), penilaian keberhasilan pembinaan lansia
melalui kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu, dilakukan dengan
menggunakan data pencatatan, pelaporan, pengamatan khusus dan
penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari :
1. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya
jumlah orang masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas
pengembangannya
2. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang
memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia
3. Berkembangnya jenis pelayanan konseling pada lembaga
4. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia

15
5. Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia

J. Permasalahan pada Posyandu Lansia


Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan posyandu lansia, antara
lain:
1. Umumnya lansia tidak mengetahui keberadaan dan manfaat dari
posyandu lansia.
2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu lansia jauh atau sulit dijangkau.
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau
posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik
karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan
dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor
keamanan atau keselamatan bagi lansia.
3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun
mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu lansia. Dukungan
keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa
menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri
untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu,
mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha
membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia. Keluarga,
bagi lansia merupakan sumber kepuasan. Data yang diambil oleh
Henniwati (2008) terhadap lansia berusia 50, 60 dan 70 tahun di
Kelurahan Jambangan, menyatakan mereka ingin tinggal ditengah-
tengah keluarga. Mereka tidak ingin tinggal di Panti Werdha. Para
lansia merasa bahwa kehidupan mereka sudah lengkap, yaitu sebagai
orang tua dan juga sebagai kakek dan nenek, akan tetapi keluarga juga
dapat menjadi frustasi bagi lansia. Hal ini terjadi jika ada hambatan
komunikasi antara lansia dengan anak atau cucu, dimana perbedaan
faktor generasi memegang peranan. Ada juga lansia yang mempunyai

16
kemandirian yang tinggi untuk hidup sendiri karena keinginan untuk
hidup tanpa merepotkan orang lain.
4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian pribadi
atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan
atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan
sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau
mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat
dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan
potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.
5. Kader Posyandu Lansia. Wahyuna (2008) melakukan penelitian kader
di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Ngawi. Kader-kader
tersebut hanya bertugas mencatat dan mengurusi masalah konsumsi
saja, selain itu kader juga bekerja tergantung perintah petugas
kesehatan tanpa ada pelatihan lebih lanjut sehingga peran kader dalam
kegiatan tersebut belum optimal. Kader juga harus mampu
berkomunikasi dengan efektif, baik dengan individu atau kelompok
maupun masyarakat, kader juga harus dapat membina kerjasama
dengan semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan posyandu, serta
untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan lansia pada hari
buka posyandu yaitu pendaftaran, penimbangan, pencatatn/ pengisian
KRS, penyuluhan dan pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya
dan pemberian PMT, serta dapat melakukan rujukan jika diperlukan.
Untuk meningkatkan citra diri kader (Departemen Kesehatan RI, 2006)
maka harus dipehatikan  dalam hal sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas diri sebagai seorang yang dianggap
masyarakat, yang dapat memberi informasi terkini tentang kesehatan
2. Melengkapi diri dengan keterampilan yang memadai dalam pelayanan
di Posyandu

17
3. Membuat kesam pertama yang baik dan memperhatikan citra yang
positif
4. Menetapkan dan memutuskan perhatian secara cermat pada kebutuhan
masyarakat
5. Menampilkan diri sebagai bagian dari anggota masyarakat itu sendiri
6. Mendorong keinginan masyarakat untuk datang ke Posyandu

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Posyandu lansia merupakan wadah terpadu untuk para lansia
dimasa tuanya karena pada usia lanjut seperti ini, kondisi para lansia
umumnya mempunyai fisik yang relatif lemah dan kesepian, perlu
berkumpul dan saling mengawasi sehingga tidak merasa kesepian dan
terabaikan. Manfaat yang dirasakan dengan adanya posyandu lansia ini
bukan hanya dirasakan oleh lansia tetapi juga oleh keluarga dan
lingkungan dimana lansia tersebut tinggal. Posyandu lansia dapat
membantu lansia untuk menyesuaikan diri dalam perubahan fase
kehidupannya sehingga menjadi pribadi yang mandiri sesuai dengan
keberadaannya. Banyak kendala yang ditemui dalam menggerakkan
posyandu lansia tetapi kendala tersebut akan dapat diatasi dengan kerja
sama semua pihak, yaitu pemerintah pusat, daerah, pihak swasta dan
seluruh elemen masyarakat.
B. Saran
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini
saja karena masih banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas
materi dari makalah ini. Oleh karena itu, pembaca sebaiknya membaca
dari referensi dan literature lain untuk menambah wawasan yang lebih luas
tentang materi ini.

19
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI (2000);  Notoatmojdo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni
dan Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
Depkes RI. 2006. Pedoman pelatihan kader kelompok usia lanjut bagi petugas
kesehatan.  Direktorat kesehatan keluarga.
Effendi, Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Perawatan Kesehatan Masyarakat, Jakart.
EGC.
Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut
Bagi Petugas Kesehatan I Kebijaksanaan Program.
Latifah, Nurul. (2010). Urgensi Posyandu Lansia. http://bataviase.co.id
Pedoman Pengelolaan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut. Depkes RI 2003
Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia.
Rineka Cipta;  Arisman (2007). Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur
Kehidupan. EGC.
Subijanto, dkk. (2011). Pembinaan Posyandu Lansia Guna Pelayanan Kesehatan
Lansia. Surakarta : Fakulas Kedokeran Universitas Sebelas
Maret. http://posyandulansia.pdf.co.id. (diungguh 19 Mei 2013, jam 16.20 wib).

20

Anda mungkin juga menyukai