Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

POSYANDU LANSIA

Oleh :

Nama : Sukma Yaqinullah


Nim : P07120118043
Tingkat : 3A

POLTEKKES KEMENKES MATRAM


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D.III KEPERAWATAN MATARAM
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul
“POSYANDU LANSIA” Ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah di
tentukan.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan
serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang besifat konstruktif dan membangun demi
kesempurnaan penyusun ke depannya.
Tugas makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan,
arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dari itu izinkan kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
kami penyusunnya.

Mataram, 9 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Kata Pengantar..................................................................................................... i

Daftar Isi.............................................................................................................. ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 3
C. Tujuan Penyusunan.................................................................................. 3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Posyandu Lansia........................................................................ 4
B. Tujuan posyandu Lansia.......................................................................... 5
C. Manfaat Posyandu Lansia........................................................................ 7
D. Sasaran Posyandu Lansia......................................................................... 10
E. Kegiatan posyandu lansia........................................................................ 11
F. Mekanisme pelayanan posyandu lansia................................................... 11
G. Masalah kesehatan lansia......................................................................... 12
H. Kader posyandu ...................................................................................... 13
I. Penilaian kebersihan upaya pembinaan lansia......................................... 14
J. Permasalahan dan pembahasan................................................................ 14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................. 15
B. Saran ....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keadaan masyarakat Indonesia yang beragam sangat dipengaruhi oleh


perkembangan masyarakat dari usia dini. Pemerintah telah memperhatikan
kelangsungan pekembangan usia dini ini dengan mengoptimalkan berbagai bentuk
pengembangan di usia muda, seperti peningkatan mutu pendidikan, pengembangan
pola-pola intelektual, pola pendidikan moral dan banyak aspek lainnya. Hal ini tentu
saja menggembirakan, meskipun tidak bisa menjadi jaminan bahwa upaya tersebut
dapat meningkatkan kualitas generasi selanjutnya.
Begitu besar perhatian pemerintah kepada generasi muda, dengan harapan akan
membuat bangsa ini menjadi baik. Pemerintah begitu intens memfokuskan
pengembangan dan perbaikan pada anak-anak dan remaja, sesungguhnya melupakan
keberadaan para lansia. Lansia sesungguhnya memiliki hak untuk mendapatkan
apresiasi yang sama dengan usia produktif lainnya. Meskipun telah ada undang-
undang yang difokuskan pada lansia yaitu UU No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia, tetap saja para lansia ini menjadi hal yang terabaikan.
Lansia sering dianggap sebagai golongan yang lemah, tetapi sesungguhnya
lansia memiliki peran yang berarti bagi masyarakat. Lansia memiliki penalaran moral
yang bagus untuk generasi dibawahnya. Lansia memiliki semacam gairah yang tinggi
karena secara alami, manusia akan cenderung memanfaatkan masa-masa akhirnya
secara optimal untuk melakukan pewarisan nilai dan norma. Hal ini justru
mempermudah kita untuk membina moral anak-anak.
Namun sebelum kita merasakan keberadaan lansia yang sebenarnya dapat
membantu pembelajaran moral ini, kita senantiasa menganggap bahwa lansia adalah
simbol yang merepotkan dan kurang kontribusi. Hal ini dikarenakan kita sendiri
kurang mengapresiasi para lansia tersebut, sehingga tidak jarang para lansia itu
terlantar meskipun mempunyai keluarga. Banyak keluarga yang karena kesibukannya
terkesan melalaikan orang tua dan memasukkannya ke panti jompo (Hardin and
Hudson, 2005).
Masa lanjut usia adalah masa dimana individu dapat merasakan kesatuan,
integritas, dan refleksi dari kehidupannya. Jika tidak, ini akan menimbulkan
ketimpangan dan bahkan dapat mengakibatkan patologis, semacam penyakit kejiwaan
(Latifah, 2010). Jika ini terjadi maka keadaan masyarakat juga terganggu, dimana
lansia sebagai penguat transformator nilai dan norma berkurang, baik secara kualitas
dan kuantitas. Banyak contoh yang terjadi dimasyarakat kita, dimana lansia berlaku
yang kurang sopan atau bahkan kurang beradab sehingga secara tidak langsung akan
mengganggu ketentraman kehidupan bermasyarakat. Lansia di Indonesia, menurut
Depkomindo 2010, pada tahun 2008 berjumlah 23 juta orang, sedangkan lansia yang
terlantar mencapai 1,7 juta sampai 2 juta orang.

Dari berbagai kejadian yang ada, kita harusnya sadar bahwa sudah saatnya kita
mengapresiasi para lansia dengan bersikap adil, yang tidak dapat disamakan dengan
perlakuan kita terhadap anak-anak dan para remaja. Kita seharusnya mempunyai
mekanisme untuk memberdayakan lansia sesuai dengan umur mereka, membantunya
melalui tahap perkembangan, dan menyertakannya dalam proses transformasi
pendidikan moral. Dengan demikian mereka tidak merasa terabaikan.
Seiring dengan meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah berusaha
merumuskan berbagai kebijakan untuk usia lanjut tersebut, terutamanya pelayanan
dibidang kesehatan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu
kehidupan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya.
Wujud dari usaha pemerintah ini adalah dicanangkannya pelayanan bagi lansia
melalui beberapa jenjang yaitu pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat adalah
Posyandu Lansia. Pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan
pelayanan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.
Dengan demikian, posyandu lansia sangat kita perlukan, dimana posyandu
lansia ini dapat membantu lansia sesuai dengan kebutuhannya dan pada lingkungan
yang tepat, sehingga para lansia tidak merasa lagi terabaikan didalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan
masalahnya sebagai berikut :
a) Apakah Definisi Posyandu Lansia?
b) Apakah Tujuan posyandu Lansia?
c) Apakah Manfaat Posyandu Lansia?
d) Siapakah Sasaran Posyandu Lansia?
e) Bagaimanakah Kegiatan posyandu lansia?
f) Bagaimanakah Mekanisme pelayanan posyandu lansia?
g) Apakah Masalah kesehatan lansia?
h) Siapakah Kader posyandu?
i) Bagaimanakah Penilaian kebersihan upaya pembinaan lansia?
j) Apakah Permasalahan dan pembahasan?

C. Tujuan Penyusunan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat ditentukan tujuan
penyusunannya sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari bab ini, secara umum mahasiswa mampu
memahami konsep Posyandu Lansia.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui Definisi Posyandu Lansia
b) Untuk mengetahui Tujuan posyandu Lansia
c) Untuk mengetahui Manfaat Posyandu Lansia
d) Untuk mengetahui Sasaran Posyandu Lansia
e) Untuk mengetahui Kegiatan posyandu lansia
f) Untuk mengetahui Mekanisme pelayanan posyandu lansia
g) Untuk mengetahui Masalah kesehatan lansia
h) Untuk mengetahui Kader posyandu
i) Untuk mengetahui penilaian kebersihan upaya pembinaan
lansia
j) Untuk mengetahui Permasalahan dan pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Lanjut Usia (Lansia)
Usia lanjut adalah periode adalah periode penutup dalam rentang hidup
seseorang. Masa ini mulai dari 60 tahun sampai meninggal, yang ditandai
dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin
menurun.
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun social yang saling berinteraksi satu sama lain.
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, pengertian
lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Keadaan ini dibagi menjadi dua, yaitu Lanjut Usia Potensial dan Lanjut Usia
Tidak Potensial. Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/
jasa, sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak
berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Sedangkan WHO menggolongkan lanjut usia menjadi empat, yaitu


 Usia Pertengahan (middle age) : umur 45-59 tahun
 Lanjut Usia (elderly) : umur 60-74 tahun
 Lanjut Usia Tua (old) : umur 75-90 tahun
 Usia Sangat Tua (very old) : umur diatas 90 tahun
Departemen Kesehatan RI menggolongkan lanjut usia menjadi tiga kelompok,
yaitu :
 Kelompok Lansia Dini (55-64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia
 Kelompok Lansia (65 tahun ke atas)
 Kelompok Lansia resiko tinggi yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun

Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam


mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu : aspek
biologis, aspek ekonomi dan aspek sosial (Wijayanti, 2008).
Secara biologis, penduduk yang disebut lansia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus-menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentan terhadap serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan karena terjadinya
perubahan dalam struktur sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, lansia
dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak yang
beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan manfaat, bahkan
ada yang beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan
negatif, sebagai beban keluarga dan masyarakat. Sedangkan secara sosial, lansia
merupakan satu kelompok sosial sendiri. Dinegara barat, lansia menempati strata
sosial dibawah kaum muda, sedangkan di Indonesia, lansia menduduki kelas
sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda (Wijayanti, 2008).

2. Posyandu Lansia
Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut
disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat
dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia
merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).
Posyandu juga merupakan wadah kegiatan berbasis masyarakat untuk
bersama-sama menghimpun seluruh kekuatan dan kemampuan masyarakat untuk
melaksanakan, memberikan serta memperoleh informasi dan pelayanan sesuai
kebutuhan dalam upaya peningkatan status gizi masyarakat secara umum
(Henniwati, 2008).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2005), posyandu lansia adalah suatu
bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap lansia ditingkat desa/
kelurahan dalam masing-masing wilayah kerja puskesmas. Keterpaduan dalam
posyandu lansia berupa keterpaduan pada pelayanan yang dilatar belakangi oleh
kriteria lansia yang memiliki berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan
posyandu lansia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama
lansia.

B. Tujuan Posyandu Lansia


Menurut Erfandi (2008), Tujuan Posyandu Lansia secara garis besar adalah
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia.
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan
swasta dalam pelayanan kesehatan, disamping meningkatkan komunikasi
antara masyarakat usia lanjut.

C. Manfaat Posyandu Lansia


Manfaat dari posyandu lansia adalahpengetahuan lansia menjadi meningkat, yang
menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi
mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia sehingga lebih percaya
diri dihari tuanya.
D. Sasaran Posyandu Lansia
Sasaran posyandu lansia adalah :
a. Sasaran langsung, yaitu kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok
usia lanjut (60 tahun ke atas), dan kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi
(70 tahun ke atas).
b. Sasaran tidak langsung, yaitu keluarga dimana lansia berada, organisasi sosial
yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut, masyarakat luas (Departemen
Kesehatan RI, 2006).

E. Kegiatan Posyandu Lansia


Bentuk pelayanan pada posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan
mental emosional, yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)
untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah
kesehatan yang dialami. Beberapa kegiatan pada posyandu lansia adalah :
a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
gula (diabetes mellitus)
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginjal.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir-butir diatas.
i. Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam
rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan
masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan kelompok usia lanjut.
j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang
tidak dating, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.
Selain itu banyak juga posyandu lansia yang mengadakan kegiatan tambahan
seperti senam lansia, pengajian, membuat kerajian ataupun kegiatan silaturahmi
antar lansia. Kegiatan seperti ini tergantung dari kreasi kader posyandu yang
bertujuan untuk membuat lansia beraktivitas kembali dan berdisiplin diri.

F. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Mekanisme pelayanan Posyandu Lansia tentu saja berbeda dengan posyandu
balita pada umumnya. Mekanisme pelayanan ini tergantung pada mekanisme dan
kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah penyelenggara. Ada yang
menyelenggarakan posyandu lansia ini dengan sistem 5 meja seperti posyandu
balita, ada pula yang hanya 3 meja. 3 meja tersebut meliputi :
a. Meja I: pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau
tinggi badan.
b. Meja II : melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan dan index massa
tubuh (IMT); juga pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan
rujukan kasus.
c. Meja III : melakukan kegiatan konseling atau penyuluhan, dapat juga
dilakukan pelayanan pojok gizi.

G. Masalah kesehatan pada Lansia


Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang umur yang
lain karena pada penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan
yang timbul akibat penyakit dan proses menua yaitu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti sel
serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dr. Purma Siburian Sp PD, pemerhati masalah kesehatan pada lansia
menyatakan bahwa ada 14 I yang menjadi masalah kesehatan pada lansia, yaitu :
a. Immobility (kurang bergerak), dimana meliputi gangguan fisik, jiwa dan
faktor lingkungan sehingga dapat menyebabkan lansia kurang bergerak.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan
saraf dan penyakit jantung.
b. Instability (tidak stabil/ mudah jatuh), dapat disebabkan oleh faktor intrinsik
(yang berkaitan dengan tubuh penderita), baik karena proses menua, penyakit
maupun ekstrinsik (yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obatan tertentu
dan faktor lingkungan. Akibatnya akan timbul rasa sakit, cedera, patah tulang
yang akan membatasi pergerakan. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan
psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjadi.
c. Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air seni tanpa disadari dan
frekuensinya sering. Meskipun keadaan ini normal pada lansia tetapi
sebenarnya tidak dikehendaki oleh lansia dan keluarganya. Hal ini akan
membuat lansia mengurangi minum untuk mengurangi keluhan tersebut,
sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan.
d. Intellectual Impairment (gangguan intelektual/ dementia), merupakan
kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan
yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan
sehari-hari.
e. Infection (infeksi), merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting
pada lansia, karena sering didapati juga dengan gejala tidak khas bahkan
asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan.
f. Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,
convalencence, skin integrity (gangguan panca indera, komunikasi,
penyembuhan dan kulit), merupakan akibat dari proses menua dimana semua
panca indera berkurang fungsinya, demikian juga pada otak, saraf dan otot-
otot yang dipergunakan untuk berbicara, sedangkan kulit menjadi lebih kering,
rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
g. Impaction (konstipasi=sulit buang air besar), sebagai akibat dari kurangnya
gerakan, makanan yang kurang mengandung serat, kurang minum, dan
lainnya.
h. Isolation (depresi), akibat perubahan sosial, bertambahnya penyakit dan
berkurangnya kemandirian sosial. Pada lansia, depresi yang muncul adalah
depresi yang terselubung, dimana yang menonjol hanya gangguan fisik saja
seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan
pecernaan, dan lain-lain.
i. Inanition (kurang gizi), dapat disebabkan karena perubahan lingkungan
maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan
untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat),
terutama karena kemiskinan, gangguan panca indera; sedangkan faktor
kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, obat-obatan, dan
lainnya.
j. Impecunity (tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka
kemampuan tubuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan akan semaki
berkurang, sehingga jika tidak dapat bekerja maka tidak akan mempunyai
penghasilan.
k. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada lansia yang
mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam waktu
yang lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan menyebabkan timbulnya
penyakit akibat obat-obatan.
l. Insomnia (gangguan tidur), sering dilaporkan oleh lansia, dimana mereka
mengalami sulit untukmasuk dalam proses tidur, tidur tidak nyenyak dan
mudah terbangun, tidur dengan banyak mimpi, jika terbangun susah tidur
kembali, terbangun didini hari-lesu setelah bangun di pagi hari.
m. Immune deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah satu akibat
dari prose menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat dari penyakit
menahun, kurang gizi dan lainnya.
n. Impotence (impotensi), merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang
memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 (tiga) bulan. Hal ini disebabkan
karena terjadi hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya
kekakuan pada dinding pembuluh darah, baik karena proses menua atau
penyakit.
Data penyakit lansia di Indonesia (umumnya pada lansia berusia lebih dari
55 tahun) adalah sebagai berikut:
- Penyakit Cardiovascular
- Penyakit otot dan persendian
- Bronchitis, asma dan penyakit respirasi lainnya
- Penyakit pada mulut, gigi dan saluran cerna
- Penyakit syaraf
- Infeksi kulit
- Malaria
- Lain-lain
(Anonim, 2008)

H. Kader Posyandu
Kader posyandu, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) adalah seseorang
atau tim sebagai pelaksana posyandu yang berasal dari dan dipilih oleh
masyarakat setempat yang memenuhi ketentuan dan diberikan tugas serta
tanggung jawab untuk pelaksanakan, pemantauan, dan memfasilitasi kegiatan
lainnya (Henniwati, 2008).

I. Penilaian Keberhasilan Upaya Pembinaan Lansia melalui Posyandu Lansia


Menurut Henniwati (2008), penilaian keberhasilan pembinaan lansia melalui
kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu, dilakukan dengan menggunakan data
pencatatan, pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut
dapat dilihat dari :
a. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya jumlah
orang masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas pengembangannya
b. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang memberikan
pelayanan kesehatan bagi lansia
c. Berkembangnya jenis pelayanan konseling pada lembaga
d. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia
e. Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia

J. Permasalahan dan pembahasan

Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan posyandu lansia, seperti yang


dikutip dari blog puskesmas-oke, antara lain:
a. Umumnya lansia tidak mengetahui keberadaan dan manfaat dari posyandu
lansia. Hal ini dapat diatasi dengan penyuluhan atau sosialisasi tentang
keberadaan dan manfaat posyandu lansia, sehingga mendorong lansia untuk
datang dan merasakan sendiri manfaat dari keberadaan posyandu lansia.
Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan
tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah
kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan
lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat
mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan
posyandu lansia
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu lansia jauh atau sulit dijangkau.
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau
posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena
penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam
menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau
keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk
menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau
masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini
merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri
posyandu lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia
untuk datang ke posyandu lansia
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi
motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi
atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal
posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama
lansia.
Keluarga, bagi lansia merupakan sumber kepuasan. Data yang diambil oleh
Henniwati (2008) terhadap lansia berusia 50, 60 dan 70 tahun di Kelurahan
Jambangan, menyatakan mereka ingin tinggal ditengah-tengah keluarga.
Mereka tidak ingin tinggal di Panti Werdha. Para lansia merasa bahwa
kehidupan mereka sudah lengkap, yaitu sebagai orang tua dan juga sebagai
kakek dan nenek, akan tetapi keluarga juga dapat menjadi frustasi bagi lansia.
Hal ini terjadi jika ada hambatan komunikasi antara lansia dengan anak atau
cucu, dimana perbedaan faktor generasi memegang peranan.

Ada juga lansia yang mempunyai kemandirian yang tinggi untuk hidup sendiri
karena keinginan untuk hidup tanpa merepotkan orang lain. Hal ini dibuktikan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2007) pada lansia
dilingkungan RW V Kelurahan Payung Kecamatan Banyumanik Semarang.
d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas
kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan
sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti
kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena
sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu
obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan
cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang
menghendaki adanya suatu respons.
e. Kader Posyandu Lansia
Wahyuna (2008) melakukan penelitian kader di Posyandu Lansia wilayah
kerja Puskesmas Ngawi. Kader-kader tersebut hanya bertugas mencatat dan
mengurusi masalah konsumsi saja, selain itu kader juga bekerja tergantung
perintah petugas kesehatan tanpa ada pelatihan lebih lanjut sehingga peran
kader dalam kegiatan tersebut belum optimal.
Kader juga harus mampu berkomunikasi dengan efektif, baik dengan individu
atau kelompok maupun masyarakat, kader juga harus dapat membina
kerjasama dengan semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan posyandu,
serta untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan lansia pada hari buka
posyandu yaitu pendaftaran, penimbangan, pencatatn/ pengisian KRS,
penyuluhan dan pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya dan pemberian
PMT, serta dapat melakukan rujukan jika diperlukan (Departemen Kesehatan
RI, 2006).
Untuk meningkatkan citra diri kader, maka harus dipehatikan dalam hal
sebagai berikut:
- Meningkatkan kualitas diri sebagai seorang yang dianggap masyarakat,
yang dapat memberi informasi terkini tentang kesehatan
- Melengkapi diri dengan keterampilan yang memadai dalam pelayanan di
Posyandu
- Membuat kesam pertama yang baik dan memperhatikan citra yang positif
- Menetapkan dan memutuskan perhatian secara cermat pada kebutuhan
masyarakat
- Menampilkan diri sebagai bagian dari anggota masyarakat itu sendiri
- Mendorong keinginan masyarakat untuk datang ke Posyandu
(Departemen Kesehatan RI, 2006)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Posyandu lansia merupakan wadah terpadu untuk para lansia dimasa tuanya
karena pada usia lanjut seperti ini, kondisi para lansia umumnya mempunyai fisik
yang relatif lemah dan kesepian, perlu berkumpul dan saling mengawasi sehingga
tidak merasa kesepian dan terabaikan.
Manfaat yang dirasakan dengan adanya posyandu lansia ini bukan hanya
dirasakan oleh lansia tetapi juga oleh keluarga dan lingkungan dimana lansia
tersebut tinggal. Posyandu lansia dapat membantu lansia untuk menyesuaikan diri
dalam perubahan fase kehidupannya sehingga menjadi pribadi yang mandiri
sesuai dengan keberadaannya.
Banyak kendala yang ditemui dalam menggerakkan posyandu lansia tetapi
kendala tersebut akan dapat diatasi dengan kerja sama semua pihak, yaitu
pemerintah pusat, daerah, pihak swasta dan seluruh elemen masyarakat.

B. Saran
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja
karena masih banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari
makalah ini. Oleh karena itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan
literatur lain untuk menambah wawasan yang lebih luas tentang materi ini.
DAFTAR PUSTAKA

 Anonim. 2008. Kesehatan Lansia di Indonesia. http: //subhankadir. files.


wordpress. com
 Defkominfo. 2010. Berita Pemerintahan. www.defkominfo.com
 Departemen Kesehatan RI. 2005 dalam Henniwati. 2008. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja
Puskesmas Kabupaten Aceh Timur [tesis]. Medan: Program Pasca Sarjana,
Universitas Sumatera Utara. USU e-Repository @2009.
 Departemen Kesehatan RI. 2006 dalam Henniwati. 2008. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja
Puskesmas Kabupaten Aceh Timur [tesis]. Medan: Program Pasca Sarjana,
Universitas Sumatera Utara. USU e-Repository @2009.
 Departemen Kesehatan RI. 2007 dalam Henniwati. 2008. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja
Puskesmas Kabupaten Aceh Timur [tesis]. Medan: Program Pasca Sarjana,
Universitas Sumatera Utara. USU e-Repository @2009.
 Departemen Kesehatan RI. 2008 dalam Henniwati. 2008. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja
Puskesmas Kabupaten Aceh Timur [tesis]. Medan: Program Pasca Sarjana,
Universitas Sumatera Utara. USU e-Repository @2009.
 Erfandi. 2008. Pengelolaan Posyandu Lansia. http:// puskesmas-
oke.blogspot.com.
 Hardin, Eugene and Hudson, Alia Khan. 2005. Elder Abuse-“Society’s
Dilemma”. Journal of The National Medical Association. Vol 97, No 1 Jan 2005.
p : 91-94
 Henniwati. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan
Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur
[tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara. USU e-Repository @2009.
 Latifah, Nurul. 2010. Urgensi Posyandu Lansia. http://bataviase.co.id.
 Siburian, Pirma. 2007. Empat Belas Masalah Kesehatan Utama pada Lansia.
http://waspada.com.
 UU RI Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
 UU RI Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
 Wahyuna, Adam Wisudiyanto. 2008. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang
Posyandu Lansia terhadap Pengetahuan dan Sikap Kader dalam Pemberian
Pelayanan di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Kauman Ngawi
[skripsi]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
 Wijayanti. 2007. Hubungan kualitas fisik dan Lingkungan dengan Pola
Kehidupan Lansia di Kelurahan Pudak Payung Kecamatan Banyumanik,
Semarang. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Pemukiman. Enclosure. Vol 6 No
1 Maret 2007
 Wijayanti. 2008. Hubungan Kondisi Fisik RTT Lansia Terhadap Kondisi Sosial
Lansia di RW 03 RT 05 Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Candi Sari. Jurnal
Ilmiah Perancangan Kota dan Pemukiman. Enclosure. Vol 7 Maret 2008.

Anda mungkin juga menyukai