Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KELOMPOK 4

BIMBINGAN KONSELING POPULASI KHUSUS


“Panti Jompo“

Dosen Pengampu:
Dr.Nurfarhanah, S.Pd.,M.Pd., Kons

KELOMPOK 4:
1. Mila Risnanda Wati (19006185)
2. Indah Nur Aini (19006086)
3. Irfan Ath’thariq (19006088)
4. Annisa Aprilyani H (19006152)
5. Utari (19006049)
6. Atisha Faira Putri (19006067)
7. Firdha Ainil Hakim (19006083)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Bimbingan
Konseling Populasi Khusus.

Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Dr.Nurfarhanah,


S.Pd.,M.Pd., Kons. selaku dosen pengampu yang membimbing kami dalam
pengerjaan tugas ini. Dan tak lupa juga kami ucapkan terima kasih sebesar–
besarnya kepada teman–teman kami yang telah memberi semangat dan doanya
untuk kami.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan yang


belum kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman–
teman maupun dosen yang bersifat membangun demi tercapainya makalah yang
sempurna.

Padang, 17 November 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................i

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PANTI JOMPO....................................................................................3

A. Pengertian Panti Jompo........................................................................3


B. Karakteristik Panti Jompo.....................................................................4
C. Prinsip Perancangan Panti Jompo.........................................................4
D. Permasalahan Warga Binaan Di Panti Jompo......................................6

BAB III PENUTUP..........................................................................................8

A. Kesimpulan...........................................................................................8
B. Saran.....................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................9

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Panti jompo adalah sebuah rumah atau tempat penampungan untuk


manusia lanjut usia. Sebuah sarana dimana manula diberikan fasilitas,
layanan 24 jam, jadwal aktifitas, dan hiburan yang dibutuhkan sesuai
kebutuhan manula.Namun di bagian Negara Asia, panti jompo merupakan
hal yang masih kurang diterima masyarakat dikarenakan pola pemikiran
untuk menghormati yang lebih tua masih melekat dalam jiwa penduduk
asia. Pada jaman ini, masyarakat telah memasuki era moderenisasi
sehingga timbulnya perubahan-perubahan pola pikir dan sikap masyarakat.
Salah satu dampak negatif moderenisasi adalah tumbuhnya sikap
individualistik. Sikap ini menyebabkan masyarakat merasa tidak
membutuhkan orang lain dalam beraktifitas, padahal manusia diciptakan
sebagai makhluk sosial. Sehingga masyarakat cenderung bersaing
mengejar tujuan pribadi. Hal ini menyebabkan waktu dan pikiran yang
tersita. Ketika sikap ini dibawa kerumah, masing-masing individu akan
lebih fokus kepada keluarga inti. Sehingga bagian keluarga yang sudah
mulai menua kurang mendapat perhatian dan perawatan dari anak cucu
mereka. Keluarga yang tidak mampu merawat akhirnya menempatkan
manula mereka di panti jompo. Tentunya hal ini membuat para manula
merasa tersisihkan ketika harus ditempatkan ke tempat dengan bangunan
dan fasilitas seadanya tersebut .
Menjadi tua merupakan proses alamiah dan kenyataan yang tidak
dapat dihindari oleh setiap orang. Perubahan-perubahan yang terjadi pada
lansia (lanjut usia) umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik
dan psikis. Penurunan kondisi fisik lansia di tandai dengan berubahnya
penampilan, menurunnya fungsi panca indra sehingga mnyebabkan lansia
merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi.
Dari segi inilah lansia mengalami masalah psikologis yang banyak
mempengaruhi kesehatan psikis, sehingga menyebabkan lansia kurang

1
mandiri dan secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan
sehari-hari.
Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
Sedangkan lansia terlantar ialah mereka yang tidak memiliki sanak saudara
atau punya sanak saudara tapi tidak mau mengurusinya dan banyak faktor-
faktor tertentu tidak dapat di penuhi kebutuhan dasarnya baik secara
jasmani, rohani maupun sosialnya. Jadi dengan adanyanpanti jompo sarana
yang disediakan untuk manula sebagai tempat tinggal alternatif dengan
kebutuhan khusus yang memberikan pelayanan dan perawatan serta
berbagai aktifitas yang dapat dimanfaatkan manula untuk mengatasi
kemunduran fisik dan mental secara bersama-sama dalam komunitas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan panti jompo?
2. Bagaimana karakteristik panti jompo?
3. Bagaimana prinsip perancangan panti jompo?
4. Bagaimana permasalahan warga binaan di panti jompo?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud panti jompo
2. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik panti jompo
3. Untuk mengetahui prinsip perancangan panti jompo
4. Untuk mengetahui bagaimana permasalahan warga binaan di panti
jompo

2
BAB 11
PANTI JOMPO
A. Pengertian Panti Jompo
Panti Jompo merupakan upaya Pemerintah untuk mengayomi para
Lansia (orang lanjut usia) yang hidup miskin dan terlantar. Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 34 telah mengamanatkan, memperhatikan “Fakir
Miskin dan Anak Terlantar”. Pendirian Panti Sosial didasarkan atas
Undang-Undang RI no.4 Tahun 1965 tentang “Pemberian Bantuan
Kehidupan bagi Orang-Orang Jompo”; Keputusan Mentri Sosial RI
No.3/1/50/107/1979 tentang “Pemberian kehidupan bagi Orang-orang usia
Lanjut”; Undang-Undang RI No.6 tahun 1998, tentang “Kesejahteraan
Lanjut Usia. Pengertian panti jompo menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata panti jompo diartikan sebagai tempat merawat dan
menampung panti jompo dan perda No. 15 Tahun 2002, mengenai
perubahan atas perda N0. 15 Tahun 2000, tentang dinas daerah, maka
Panti Sosial Tresna Werdha berganti nama menjadi Balai Perlindungan
Tresna Werdha. Tempat dimana berkumpulnya orang-orang lanjut usia
yang baik secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk
diurus segala keperluannya.
Dimana beberapa tempat ini ada yang dikelola oleh pemerintah
baik pihak swasta. Dan ini sudah merupakan kewajiban negara untuk
menjaga dan memelihara setiap warga negaranya seperti yang tercantum
dalam UU No. 12 Tahun 1996. Jadi dapat disimpulkan panti jompo adalah
sarana yang disediakan untuk manula sebagai tempat tinggal alternatif
dengan kebutuhan khusus yang memberikan pelayanan dan perawatan
serta berbagai aktifitas yang dapat dimanfaatkan manula untuk mengatasi
kemunduran fisik dan mental secara bersama-sama dalam komunitas. Panti
jompo adalah suatu tempat yang akan menjadi tempat perkembangan
interaksi sosial, dikarenakan mereka akan hidup bersama dengan sesama
lanjut usia, selain itu pada panti jompo, mereka akan mendapatkan
pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk memperdayakan para orang

3
lanjut usia agar tetap produktif. Perkembangan fisik dan kesehatan orang
lanjut usia akan mendapat kontrol yang efektif (Putri, 2008)
B. Karakteristik Panti Jumpo
Menurut Siti (2012), panti jompo identik dengan tempat
penampungan bagi orang yang sudah tua. Kategori/ ciri-ciri orangtua yang
ditampung oleh panti jompo yaitu sebagai berikut : yang memang sebatang
kara dan tidak punya sanak saudara yang bisa merawatnya. Di Panti
Jompo ada petugas atau sukarelawan yang bisa menemani dan merawat
mereka melalui hari2 tua mereka,yang masih memiliki sanak saudara
bahkan yang masih memiliki anak dan cucu tapi tidak bisa merawatnya.
C. Prinsip Perancangan Panti Jumpo
Dalam artikel “Pynos dan Regnier” (1991) tertulis tentang 12
macam prinsip yang diterapkan pada lingkungan dalam fasilitas lansia
untuk membantu dalam kegiatan-kegiatan lansia. Kedua belas itu
dikelompokan dalam aspek fisiologis dan psikologis, yaitu sebagai
berikut:
1. Aspek fisiologis
a) Keselamatan dan keamanan, yaitu penyediaan lingkungan yang
memastikan setiap penggunanya tidak mengalami bahaya, karena
lansia mengalami permasalahan fisik seperti kesulitan mengatur
keseimbangan, kekuatan kaki berkurang, gangguan pengelihatan,
radang persendiaan yang mengakibatkan lansia mudah terjatuh.
Permasalahan fisik ini menyebabkan tingginya kejadian kecelakaan
pada lansia.
b) Signage/ orientation/ wayfindings, keberadaan penunjuk arah di
lingkungan dapat mengurangi kebingungan dan memudahkan
menemukan fasilitas yang tersedia. Lansia yang mengalami
kehilangan memori lebih mudah mengalami kehilangan arah pada
gedung dengan rancangan ruangan-ruangan yang serupa (sama)
dan tidak memiliki petunjuk arah.

4
c) Aksesibilitas dan fungsi, tata letak dan aksesibilitas merupakan
syarat mendasar untuk lingkungan yang fungsional. Aksesibilitas
adalah kemudahan untuk memperoleh dan menggunakan sarana,
prasarana dan fasilitas bagi lanjut usia untuk memperlancar
mobilitas lanjut usia.
d) Adaptabilitas, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Lingkungan harus di rancang sesuai dengan
pemakainya termasuk yang menggunakan kursi roda maupun
tongkat penyangga. Kamar mandi dan dapur merupakan ruangan
dimana aktivitas banyak dilakukan dan keamanan harus menjadi
pertimbangan utama.
2. Aspek psikologis
a) Privasi, yaitu kesempatan bagi lansia untuk mendapat ruang /
tempat mengasingkan diri dari orang lain atau pengamatan orang
lain sehingga bebas dari gangguan yang tak dikenal.
b) Interaksi sosial, yaitu kesempatan untuk melakukan interaksi dan
bertukar pikiran dengan lingkungan sekitar (sekelilingnya).
Interaksi sosial mengurangi terjadinya depresi pada lansia dengan
memberikan lansia kesempatan untuk berbagi masalah,
pengalaman dan kehidupan sehari-hari mereka.estetika atau
c) Kemandirian, yaitu kesempatan yang diberikan untuk melakukan
aktivitasnya sendiri tanpa atau sedikit bantuan dari tenaga kerja
panti werdha. Kemandirian dapat menimbulkan rasa kepuasan
tersendiri karena lansia dapat melakukan kegiatannya sehari-hari
tanpa bantuan orang lain.
d) Dorongan/ tantangan, yaitu memberikan lingkungan yang
merangsang rasa aman tetapi menantang. Lingkungannya yang
mendorong lansia untuk beraktifitas di dapat dari warna,
keanekaragaman ruang, pola-pola visual dan kontras.
e) Aspek panca indera, kemunduran fisik dalam hal penglihatan,
pendengaran, pemciuman yang harus diperhitungkan di dalam

5
lingkungan. Indera penciuman, peraba, penglihatan, pendengaran,
dan perasaan mengalami kemunduran sejalan dengan bertambah
tuanya seseorang. Rancangan dengan memperhatikan stimulus
panca indera dapat digunakan unutk membuat rancangan yang
lebih merangsang atau menarik.
f) Ketidak asingan/ keakraban, lingkungan yang aman dan nyaman
secara tidak langsung dapat memberikan perasaan akrab pada
lansia terhadap lingungannya. Tinggal dalam lingkungan rumah
yang baru adalah pengalaman yang membingungkan untuk
sebagian lansia. Menciptakan keakraban dengan para lansia
melalui lingkungan baru dapat mengurangi kebingungan karena
perubahan yang ada.
g) Estetika/ penampilan, yaitu suatu rancangan lingkungan yang
tampak menarik. Keseluruhan dari penampilan lingkungan
mengirimkan suatu pesan simbolik atau persepsi tertentu kepada
pengunjung, teman, dan keluarga tentang kehidupan dan kondisi
lansia sehari-hari.
h) Personalisasi, yaitu menciptakan kesempatan untuk menciptakan
lingkungan yang pribadi dan menandainya sebagai”milik”
seseorang individu. Tempat tinggal lansia harus dapat memberikan
kesempatan bagi mereka untuk mengungkapkan ekspresi diri
sendiri dan pribadi
D. Permasalahan Warga Binaan Di Panti Jumpo
Masalah yang sering dihadapi oleh lansia yang tinggal di panti
jompo menurut Wreksoatmodjo (2013) adalah :
1) Lansia yang tinggal di panti umumnya kurang merasa hidup bahagia,
banyak lansia yang merasa kesepian tinggal di panti padahal banyak
lansia atau penghuni panti di sekeliling mereka,
2) Lansia yang tinggal di panti merasa sedih karena keterbatasan
ekonomi, meskipun kebutuhan mereka sehari-hari terpenuhi.

6
3) Lansia yang tinggal di panti tercukupi kebutuhan fisik (pangan,
sandang dan papan) namun mereka tetap merindukan dapat menikmati
sisa hidupnya dengan tinggal bersama keluarga.
4) Lansia yang tinggal di panti, pada umumnya adalah lansia terlantar
yang jauh dari anak dan cucu, akan cenderung kurang dapat memaknai
hidup, mereka menjalani hidup kurang semangat, kurang optimis, dan
merasa kesepian atau hampa, kurang memiliki tujuan yang jelas baik
jangka pendek maupun jangka panjang, kurang bertanggung jawab
terhadap diri sendiri, lingkungan dan masyarakat.
5) Lansia yang tinggal di panti cenderung merasa kurang bebas
menentukan pilihandalam hidupnya, mereka lebih senang tinggal di
panti karena ada yang mengurusnya walaupun mereka merasa
terkekang, dan mereka merasa tidak dapat bertindak sesuainilai-nilai
yang diyakininya.
6) Para lansia yang tinggal di panti kurang beraktifitas, baik aktifitas fisik
maupunaktifitas kognitif dan juga kurang aktif berpartisipasi dalam
kegiatan masyarakat.
7) Lansia penghuni panti banyak yang mengalami underweight
(penurunan berat badan).Beberapa hasil penelitian di luar negeri
menunjukkan bahwa lansia yang tinggal di panti lebih beresiko
mengalami gangguan kognitif.

7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Panti jompo adalah suatu tempat yang akan menjadi tempat
perkembangan interaksi sosial, dikarenakan mereka akan hidup
bersama dengan sesama lanjut usia, selain itu pada panti jompo,
mereka akan mendapatkan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk
memperdayakan para orang lanjut usia agar tetap produktif. Kategori/
ciri-ciri orangtua yang ditampung oleh panti jompo yaitu sebagai
berikut : yang memang sebatang kara dan tidak punya sanak saudara
yang bisa merawatnya.Permasalahan warga binaan di panti asuhan
yaitu kurang merasa hidup bahagia, keterbatasan ekonomi, kurang
bebas menentukan pilihan hidupnya. dengan adanya panti jompo ini
alternatif yang membrikan pelayanan dan dan perawatan dan beragai
aktivitas khusus untuk mengatasi kemunduran fisik dan mental pada
lansia.
B. SARAN
Untuk penanganan permasalahan warga binaan hendaknya
menjalin kerjasama dengan profesi lain untuk membantu mengatasi
masalah warga panti jompo.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hentika, Y. (2019). Konsep Diri Lansia di Panti Jompo. SCHOULID:


Indonesian Journal of School Counseling, 3(2), 46-54.
Putri, Akhmadi, Subekti (2008). Gambaran kualitas hidup lansia yang
tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.
Jurnal Keperawatan, 3(2).
Siti Aisyah and Achmad Hidir. (2012). Kehidupan Sosial Lanjut Usia Di
Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru. Skripsi.
Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Riau.
Wreksoatmodjo. (2013). Perbedaan Karakteristik Lanjut Usia yang Tinggal
di Keluarga dengan yang Tinggal di Panti. Jakarta: FKM U

Anda mungkin juga menyukai