PERAWATAN JENAZAH
AKADEMI KEPERAWATAN
HERMINA MANGGALA HUSADA
2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat,
Taufik, Hidayah dan Inayah – Nya. Sholawat serta salam kita tujukan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan seluruh sahabatnya.
Makalah ini berisiskan informasi mengenai Perawatan Jenazah dalam Keperawatan.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang perawatan
jenazah.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Kegiatan .................................................................................... 3
D. Manfaat Kegiatan ...................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan umum tentang kebutuhan psikososial spiritual .......................5
B. Tinjauan tentang perawatan jenazah ................................................... ..6
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Kerangka Pemecahan Masalah ............................................................. 7
B. Khalayak sasaran................................................................................... 8
C. Metode kegiatan ................................................................................. ..9
D. Waktu dan tempat kegiatan .............................................................. . .10
E. Sarana dan prasarana kegiatan........................................................... ..11
F. Keterkaitan dengan Institusi ............................................................. .11
G. Rancangan evaluasi ............................................................................ 12
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
A. Biaya kegiatan .................................................................................... 13
B. Jadwal Kegiatan ............................................................................... .14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat Suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan social serta tidak
hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat bukan merupakan suatu kondisi,
tetapi merupakan penyesuaian, bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan
proses { WHO, 2014 }. Adapun Proses adaptasi individu yang tidak hanya
terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya. Person {1972}.
Sedangkan Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas,
termasuk keadaan organisme sebagai system biologis dan penyesuaian sosialnya.
Manusia merupakan mahluk holistik yang berarti keseluruhan atau
utuh. Manusia terdiri dari aspek Psychologic, Spiritual, Biologic dan Sociologic.
Dari aspek spritual artinya manusia memiliki keyakinan atau mengaku adanya
Tuhan dan Memiliki pandangan hidup, dorongan hidup yang sejalan dengan sifat
religius yang dianutnya. Teori Holistik adalah Seluruh organisme hidup saling
berinteraksi. Konsep ini sebagai landasan untuk melakukan pembinaan dan
pelatihan pada lansia-lansia yang berada di panti. Kategori kebutuhan dasar
manusia menurut Maslow terdiri dari Kebutuhan fisiologis, Kebutuhan rasa aman
dan perlindungan, Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, Kebutuhan harga
diri dan Kebutuhan perwujudan diri .
Para lansia yang hidup di panti werdha dimana mereka jauh dari keluarga,
bahkan tidak memiliki keluarga, maka banyak dari lansia tidak terpenuhinya lima
kebutuhan tersebut. Contohnya kebutuhan rasa cinta, memiliki, dan dimiliki,
Memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan dan Mendapat
tempat dalam keluarga dan kelompok social. Lansia juga perlu meningkatkan
Kebutuhan kehidupan spritual agar mampu mempersiapkan diri dalam menghadapi
kematian yang khusnul khotimah.
Proses menghadapi kematian merupakan bagian dari kehidupan normal
yang harus dijalani. Permasalahannya adalah bagaimana menjalani proses kematian
secara manusiawi dan bermartabat, terutama berkenaan dengan kondisi berada
dalam suatu komunitas panti werdha. Kematian Sebagai wujud kehilangan
kehidupan dan abadi sifatnya, baik bagi yang tengah menjalani proses kematian
maupun bagi yang ditinggalkan. kematian ini dapat bermakna berbeda bagi setiap
orang. Wolf (1989:754) mengemukakan bahwa setiap orang mempunyai
kesempatan dan hak untuk meninggal secara damai dan nyaman, dan perawat dapat
menyediakan bantuan keperawatan yang memungkinkan seseorang untuk
meninggal secara damai menurut jalannya Pengalaman dan Kesadaran seseorang
dalam menjalani proses kematian (NDEs & NDAs).
Dalam konteks kondisi terminal, merupakan pengalaman yang dirasakan
sejalan dengan perubahan kondisi fisik yang dialami, sedangkan merupakan
pengalaman yang signifikan menjelang kematian, dapat terjadi tanpa disertai
perubahan kondisi fisik, berfungsi untuk menyiapkan diri menghadapi kematian,
dan dialami bila pasien dalam kondisi sadar penuh, Pada proses ini : Secara sadar
lansia akan mengulang pengalaman hidupnya secara mendetil, hal yang menjadi
minat utamanya dan bila memungkinkan berupaya terlibat dalam aktifitas itu.
Lansia yang bersangkutan mengidentifikasi apa yang selama ini telah
dipelajarinya dan kontribusi apa yang telah diberikan ke sekelilingnya, maaf
memaafkan menjadi kepedulian utama, lansia menyadari ini merupakan aspek
penting untuk mengatasi masalah yang tidak dapat diselesaikan. Lansia memulai
proses dengan menyatakan selamat berpisah kepada semua aspek kehidupan,
melepaskannya satu persatu pada waktu yang berbeda, aktifitas, peran,
kemandirian/kewenangan.
Berdasarkan studi pendahuluan secara kualitatif di dapatkan data panti
jompo tresna werdha minaula kendari, setiap bulan ada saja lansia yang mengalami
kematian sekitar 2 -3 lansia. Sedangkan penghuni panti baik petugas maupun
lansia sendiri belum mengetahui tata cara mengurus dan merawat jenasah, sesuai
sunnah Nabi Muhammad SAW, Sehingga keinginan untuk membantu,
memebrikan penyuluhan, melatih, dan membina secara kontinyu dan
berkesinambungan perlu dilakukan sebagai bagian mata ajar dalam materi
keperawatan yaitu KDM (kebutuhan dasar manuasia) dalam bentuk “Perawatan
Jenasah”, sehingga sebagai bukti terhadap pengabdian masyarakat di tingkat
Jurusan Keperawatan maka dosen-dosen yang terkait mata ajar berinisiatif untuk
menjadi nara sumber bagi kegiatan tersebut.
Salah satu bagian dari penyuluhan ini, dosen – dosen yang terlibat langsung
dalam penyuluhan dan pelatihan dasar juga telah menjalani tahap pelatihan
merawat, memandikan jenasah sesuai sunnah, sehingga adanya singkronisasi
anatara materi kuliah keperawatan dan materi pelatihan perawatan jenasah, sangat
diharapkan adanya pencapaian tujuan dari kegiatan yang dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam kegiatan
pengabdian masyarakat ini adalah : Apakah Pelatihan dasar dan penyuluhan
Perawatan Jenazah Dapat Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Petugas
Panti dan Perawat Panti?
C. Tujuan
Tujuan Umum :
Setelah penyuluhan ini perawat panti, petugas panti dan lansia dapat mengetahui
dan mempraktekan perawatan jenazah di PSTW Minaula Kendari tahun 2015
Tujuan Khusus :
1. Memahami tentang pentingnya kehidupan psiko-sosial-spritual sebagai
kebutuhan dasar lansia
2. Memahami tentang penerapan kebutuhan psiko-sosial-spritual sebagai
kebutuhan dasar lansia
3. Memahami tentang tahap-tahap menjelang kematian (pemenuhan kebutuhan
spritual )
4. Memahami tentang pentingnya perawatan jenasah
5. Untuk mempromosikan dan memperkenalkan tehnik pengurusan jenasah sesuai
sunnah dan prinsip-prinsip kesehatan
6. Mampu melakukan perawatan jenasah dengan memandikan jenasah sesuai
sunnah dan prinsip-prinsip kesehatan.
7. Mampu melakukan perawatan jenasah dengan mengkafani jenasah sesuai
sunnah dan prinsip-prinsip kesehatan.
8. Mengimplementasikan unsur tridharma perguruan tinggi dalam bentuk
pengabdian kepada masyarakat.
D. Manfaat Kegiatan
1. Manfaat bagi PSTW Minaula
Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dari petugas panti, perawat dan lansia di PSTW Minaula dalam
perawatan jenazah, meningkatkan kemampuan dalam perawatan jenazah dan
akhirnya terpenuhi kebutuhan psikososial spiritual dari lansia yang berada di
panti.
2. Manfaat bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Diharapkan kegiatan ini dapat bermanfaat bagi perawat yang akan
mengembangkan peningkatan kebutuhan psikososial spiritual bagi klien
khususnya klien lansia yang berada di panti. Untuk lansia dapat bekerjasama
dengan perawat untuk melakukan perawatan jenasah mandiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebutuhan Spiritualitas
1. Konsep Spiritual
a. Definisi
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa
dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai
Pencipta atau sebagai Maha Kuasa.Spiritualitas mengandung pengertian hubungan
manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium) sholat, puasa,
zakat, haji, doa dan sebagainya (Hawari, 2002).
b. Aspek spiritualitas
Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan.Dimensi ini
termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan akan harapan
dan keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri, dan Tuhan.
Ada 5 dasar kebutuhan spiritual manusia yaitu: arti dan tujuan hidup, perasaan misteri,
pengabdian, rasa percaya dan harapan di waktu kesusahan (Hawari, 2002).
Menurut Burkhardt (dalam Hamid, 2000) spiritualitas meliputiaspek sebagai berikut:
1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atauketidakpastian dalam
kehidupan
2. Menemukan arti dan tujuan hidup
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatandalam diri
4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan denganAllah SWT
c. Dimensi spiritual
Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau
keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan
ketika sedang menghadapistress emosional, penyakit fisik, atau kematian. Dimensi
spiritual juga dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia
(Kozier, 2004).
Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan
dimensi agama, Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan,
sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan
Yang Maha Penguasa.
Spirituaiitas sebagai konsep dua dimensi. Dimensi vertikal adalah hubungan
dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang,
sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan
orang lain dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua
dimensi tersebut (Hawari, 2002).
2. Kebutuhan spiritual
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agamas serta kebutuhan untuk
mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa
percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan
hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan
mendapatkan maaf (Kozier, 2004). Menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual
manusia(Clinebell dalam Hawari, 2002), yaitu :
a) Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara terus-menerus
diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah ibadah.
b) Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untukmenemukan makna hidup
dalam membangun hubungan yang selarasdengan Tuhannya (vertikal) dan sesama
manusia (horisontat) sertaalam sekitaraya
c) Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan keseharian,
pengalaman agama integratif antara ritual peribadatandengan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari.Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara
teraturmengadakan hubungan dengan Tuhan, tujuannya agar keimananseseorang tidak
melemah.
d) Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersaiah danberdosa ini
merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baikbagi kesehatan jiwa seseorang.
Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitupertama secara vertikal adalah kebutuhan akan
bebas dari rasabersalah, dan berdosa kepada Tuhan. Kedua secara horisontal
yaitubebas dari rasa bersalah kepada orang lain
e) Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri {self acceptance danself esteem),
setiap orang ingin dihargai, diterima, dan diakui olehlingkungannya.
f) Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadapharapan masa depan.
Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitujangka pendek (hidup di dunia) dan
jangka panjang (hidup di akhirat).Hidup di dunia sifatnya sementara yang merupakan
persiapan bagikehidupan yang kekal di akhirat nanti.
g) Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggisebagai pribadi
yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukanmanusia didasarkan pada tingkat
keimanan seseorang. Apabilaseseorang ingin agar derajatnya lebih tinggi dihadapan
Tuhan maka diasenantiasa menjaga dan meningkatkan keimanannya.Kebutuhan akan
terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesamamanusia. Manusia hidup saling
bergantung satu sama lain. Oleh karenaitu, hubungan dengan orang disekitarnya
senantiasa dijaga. Manusiajuga tidak dapat dipisahkan dari lingkungan alamnya
sebagai tempathidupnya. Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban
untukmenjaga dan melestarikan alam ini.
h) Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilainilaireligius.
Komunitas keagamaan diperlukan oleh seseorang dengansering berkumpul dengan
orang yang beriman akan mampumeningkatkan iman orang tersebut.
1. Hukum memandikan dan mengkafani mayit adalah fardhu kifayah. Apabila telah
dikerjakan oleh sebagian kaum muslimin, maka bagi yang lain gugur kewajibannya.
Dengan dalil sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang seorang muhrim (orang
Lٍ ا ْغ ِسلُوهُ بِ َما ٍء َو ِس ْد
yang mengerjakan ihram) yang terjatuh dan terlempar dari untanya: ر
7. Setelah itu membasuh anggota badan sebelah kanan si mayit dari bagian depan
dilanjutkan ke bagian belakang dengan cara memiringkan si mayit ke sebelah kiri
petugas. Demikian pula anggota badan sebelah kiri. Jumlah siraman dengan
bilangan yang ganjil sampai dianggap bersih. Hendaknya memandikan dengan
menggunakan perasan daun bidara setiap kali siraman atau sabun.
8. Setiap kali membasuh bagian perut si mayit, keluar kotoran dari perutnya,
hendaknya langsung dibersihkan.
1. Tiga kain kafan dibentangkan dan disusun tiga lapis. Kain kafan yang langsung
bersentuhan dengan jenazah terlebih dahulu diberikan wewangian. Kemudian
meletakkan si mayit di atas kain kafan dalam posisi terlentang. Lalu letakkan kapas
yang telah dibubuhi wewangian pada selangkangan si mayit atau pada lipatan tubuh
yang lain.
2. Hendaklah menyediakan kain yang telah dibubuhi kapas untuk menutup aurat si mayit
dengan melilitkannya (seperti melilit popok bayi).
3. Hendaklah membubuhi wewangian pada lekuk-lekuk wajah si mayit seperti dua mata,
lubang hidung, bibir, kedua telinga dan ketujuh anggota sujudnya. Dan dibolehkan
juga membubuhi seluruh anggota badannya dengan wewangian.
4. Lembaran pertama kain kafan dilipat dari sebelah kanan, baru yang sebelah kiri sambil
mengambil handuk penutup auratnya. Menyusul lembaran kedua dan ketiga.
Wewangian juga dibubuhkan di sela-sela ketiga kain kafan tersebut dan bagian kepala
si mayit.
5. lalu gulunglah sisa kain kafan pada ujung kepala dan kakinya agar tidak lepas
ikatannya. Kemudian lipat ke arah kaki dan kepalanya. Jumlah sisa kain kafan sebelah
atas lebih banyak daripada sisa kain kafan di bagian bawah. Lalu ikatlah dengan tujuh
utas tali (tali diikatkan di; atas kepala, leher, dada, perut, paha, betis, dan setelah kaki).
Dibolehkan juga pengikatan kurang dari tujuh utas tali, sebab maksud pengikatan agar
kain kafan tersebut tidak lepas (terbuka).
6. Jenazah wanita dikafani dengan lima helai kain; kain sarung untuk menutupi bagian
bawahnya, baju kurung (yang terbuka sisi kanan dan kirinya), kerudung untuk
menutupi kepalanya, serta dua helai kain kafan yang digunakan untuk menutupi
sekujur tubuhnya.
e. Ketentuan Mandi Bagi Yang Memandikan Jenazah Dan Berwudhu Bagi Yang
Menandu Keranda Jenazah.
Disunnahkan bagi orang yang telah memandikan jenazah untuk mandi. Rasulallah
Shallallaahu ’Alaihi Wa Sallam bersabda; ” ْأLLض
َّ هُ فَ ْليَتَ َوLLَلْ َو َم ْن َح َملLLا فَ ْليَ ْغت َِسLLً َل َميِّتLLَس
َّ َم ْن غ,
Barangsiapa yang memandikan mayit, maka hendaklah dia mandi. Dan barangsiapa yang
memikul jenazah, maka hendaklah dia wudhu'.[HR Ahmad, Abu Dawud dan beliau
menghasankannya].
Shalat jenazah memiliki tata cara yang berbeda dengan shalat yang lain, karena
shalat ini dilaksanakan tanpa ruku’, tanpa sujud, tanpa duduk, dan tanpa tasyahhud (Al-
Muhalla, 3/345). Berikut perinciannya:
1. Bertakbir 4 kali, demikian pendapat mayoritas shahabat, jumhur tabi‘in, dan madzhab
fuqaha seluruhnya.
2. Takbir pertama dengan mengangkat tangan, lalu tangan kanan diletakkan di atas tangan
kiri (sedekap) sebagaimana hal ini dilakukan pada shalat-shalat lain. Al-Imam Al-
Hafizh Ibnul Qaththan t berkata: “Ulama bersepakat bahwa orang yang menshalati
jenazah, ia bertakbir dan mengangkat kedua tangannya pada takbir yang awal.” (Al-
Iqna’ fi Masa`ilil Ijma’, 1/186) Ibnu Hazm t menyatakan: “Adapun mengangkat tangan
ketika takbir dalam shalat jenazah, maka tidak ada keterangan yang menunjukkan
bahwa Nabi n melakukannya, kecuali hanya pada awal takbir saja.” (Al-Muhalla,
3/351) Asy-Syaikh Al-Albani t berkata: “Tidak didapatkan dalam As-Sunnah adanya
dalil yang menunjukkan disyariatkannya mengangkat tangan pada selain takbir yang
pertama. Sehingga kita memandang meng-angkat tangan di selain takbir pertama
tidaklah disyariatkan. Demikianlah pendapat madzhab Hanafiyyah dan selain mereka.
Pendapat ini yang dipilih oleh Asy-Syaukani t 21 dan lainnya dari kalangan
muhaqqiq.” (Ahkamul Jana`iz , hal.148)
3. Setelahnya, berta‘awwudz lalu membaca Al-Fatihah22 dan surah lain dari Al-
Qur`an23. Thalhah bin Abdillah bin ‘Auf berkata: “Aku pernah shalat jenazah di
belakang Ibnu ‘Abbas c, ia membaca Al-Fatihah dan surah lain. Ia mengeraskan
(menjahrkan) bacaannya hingga terdengar oleh kami. Ketika selesai shalat, aku
memegang tangannya seraya bertanya tentang jahr tersebut. Beliau menjawab:
“Hanyalah aku menjahrkan bacaanku agar kalian mengetahui bahwa (membaca Al-
Fatihah dan surah dalam shalat jenazah) itu adalah sunnah24 dan haq (kebenaran)25”.
4. Sebenarnya bacaan dalam shalat jenazah tidaklah dijahrkan namun dengan sirr (pelan),
berdasarkan keterangan yang ada dalam hadits Abu Umamah bin Sahl, ia berkata:
“Yang sunnah dalam shalat jenazah, pada takbir pertama membaca Al-Fatihah dengan
perlahan kemudian bertakbir tiga kali dan mengucapkan salam setelah takbir yang
akhir.”Ibnu Qudamahtberkata: “Bacaan (qira`ah) dan doa dalam shalat jenazah dibaca
secara sirr. Kami tidak mengetahui adanya perbedaan pendapat dalam masalah ini di
kalangan ahlul ilmi. Adapun riwayat dari Ibnu ‘Abbas c di atas, maka kata Al-Imam
Ahmad t: ‘Hanyalah beliau melakukan hal itu (men-jahrkan bacaan) untuk mengajari
mereka’.” (Al-Mughni, fashl Al-Israr bil Qira`ah wad Du’a` fi Shalatil Janazah) Al-
Imam Asy-Syaukani t berkata: “Jumhur ulama berpendapat tidak disunnahkan
menjahrkan bacaan dalam shalat jenazah.” (Nailul Authar 4/81)
5. Takbir kedua, lalu bershalawat untuk Nabi n sebagaimana lafadz shalawat dalam
tasyahhud. (Al-Mughni, fashl Al-Israr bil Qira`ah wad Du’a` fi Shalatil Janazah, Asy-
Syarhul Mumti’, 2/526)
6. Takbir ketiga, lalu berdoa secara khusus untuk si mayat secara sirr menurut pendapat
jumhur ulama. (Al-Minhaj 7/34) Nabi bersabda: “Apabila kalian menshalati mayat,
khususkanlah doa untuknya. Kata Al-Munawi t menerangkan makna hadits di atas:
“Yakni doakanlah si mayat dengan ikhlas dan menghadirkan hati karena maksud dari
shalat jenazah tersebut adalah untuk memintakan ampun dan syafaat bagi si mayat.
Diharapkan permintaan tersebut akan dikabulkan dengan terkumpulnya keikhlasan dan
doa dengan sepenuh hati.” (Catatan kaki Ahkamul Janaiz, hal. 156)
7. Dalam hal ini, mengucapkan doa yang pernah diajarkan Nabi n lebih utama daripada
mengamalkan yang selainnya. (Asy-Syarhul Mumti‘ 2/530, At-Ta‘liqat Ar Radhiyyah
1/444). Di antara sekian doa yang pernah diucapkan Nabi n untuk jenazah adalah:
“Allahummaghfir lahu warhamhu, wa ‘aafihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa
wassi’ mudkhalahu. Waghsilhu bil maa-i wats tsalji wal barad. Wa naqqihi minadz
dzunuubi wal khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minad danas. Wa abdilhu
daaran khairan min daarihi, wa zaujan khairan min zaujihi. Wa adkhilhul jannata wa
a’idz-hu min ‘adzaabil qabri wa min ‘adzaabin naari.”
“Ya Allah, ampuni dan rahmatilah dia. Lindungilah dia dari perkara yang tidak baik
dan maafkanlah dia, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskan/ lapangkanlah tempat
masuknya. Basuhlah ia (dari bekas-bekas dosa) dengan air, salju dan es. Sucikanlah
dia dari kesalahan-kesalahannya sebagaimana engkau mensucikan pakaian putih dari
noda. Gantikanlah untuknya negeri yang lebih baik daripada negerinya, keluarga yang
lebih baik daripada keluarganya dan pasangan yang lebih baik daripada pasangan
hidupnya. Masukkanlah ia ke dalam surga, lindungilah dia dari adzab kubur dan adzab
neraka.”
Bila mayat itu anak kecil, maka disenangi untuk mendoakan kedua orang tuanya31
agar mendapatkan ampunan dan rahmah seperti tersebut dalam hadits Al-Mughirah bin
Syu‘bah z. Ulama menganggap baik untuk mengucapkan doa berikut ini:
“Allahummaj’alhu dzukh-ran liwaalidaihi wa farathan wa ajran wa syafii’an mujaaban.
Allahumm tsaqqil bihi mawaaziinahuma wa a’dhim bihi ujuurahuma wa alhiq-hu bi
shaalihi salafil mukminin. Waj’alhu fii kifaalati Ibraahiima wa qihi birahmatika
‘adzaabal Jahiim dst” Artinya: “Ya Allah jadikanlah anak ini (si mayat) sebagai
pendahulu bagi kedua orang tuanya, tabungan/ simpanan dan pahala bagi keduanya. Ya
Allah beratkanlah timbangan keduanya dengan kematian si anak, besarkanlah pahala
keduanya. Ya Allah, jadikanlah anak ini dalam tanggungan Nabi Ibrahim33 dan
gabungkanlah dia dengan pendahulu yang shalih dari kalangan (anak-anak kecil) kaum
mukminin. Lepaskanlah dia dari adzab neraka Jahim dengan rahmat-Mu34.
Gantikanlah untuknya rumah/ negeri yang lebih baik daripada rumah/ negerinya,
keluarga yang lebih baik daripada keluarganya. Ya Allah, ampunilah salaf kami, orang-
orang yang mendahului kami dan orang-orang yang mendahului kami dalam
keimanan.”35 (Al-Mughni, fashl Ad-Du’a` li Walidayith Thifl Al-Mayyit).
Pada takbir terakhir, disyariatkan berdoa sebelum mengucapkan salam dengan dalil
hadits Abu Ya‘fur dari Abdullah bin Abi Aufa z ia berkata: “Aku menyaksikan Nabi n
(ketika shalat jenazah) beliau bertakbir empat kali, kemudian (setelah takbir keempat)
beliau berdiri sesaat –untuk berdoa–.” Al-Imam Ahmad berpendapat disunnahkan
berdoa setelah takbir terakhir ini, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam
Masa`il Al-Imam Ahmad (153). Demikian pula pendapat dalam madzhab Asy-
Syafi‘iyyah. (Ahkamul Jana`iz, hal. 161)
Kemudian salam seperti salam dalam shalat lima waktu, dan yang sunnah diucapkan
secara sirr (pelan), baik ia imam ataupun makmum. (Al-Hawil Kabir 3/55-57, Nailul
Authar 4/82) Demikian yang bisa kami susun untuk pembaca yang mulia. Semoga
Allah I menja-dikannya bermanfaat untuk kami pribadi dan orang yang membacanya.
Amin. Kebenaran itu datangnya dari Allah I. Adapun bila ada kesalahan dan kekeliruan
maka hal itu semata karena kebodohan kami. Kami istighfar (memohon ampun)
karenanya kepada At-Tawwabur Rahim (Dzat Yang Banyak Mengampuni hamba-
hamba-Nya lagi Maha Penyayang).
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
B. Khalayak Sasaran
Sasaran peserta penyuluhan dan pelatihan dasar perawatan jenazah adalah
petugas panti dan perawat panti yang berjumlah 20 orang, serta lansia yang berada di
panti yang memiliki kemampuan untuk belajar dan motivasi yang kuat dalam
mengurus teman-temannya yang meninggal, lansia : 10 orang lansia laki-laki, dan 10
orang lansia perempuan. Sehingga jumlah total peserta : 40 orang
C. Metode Pengabdian
Metode yang digunakan adalah bersifat persuasif edukatif, dengan
menggabungkan metode ceramah dan tanya jawab. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para peserta dalam menjalani hidup sehat
tanpa hipertensi.
Metode yang digunakan adalah metode komunikasi efektif, penyuluhan dan pelatihan
dasar menggunakan beberapa media penyuluhan antara lain meliputi:
1. Audio visual/sound slides
2. Diskusi formal/informal
3. Lembaran informasi/leaflet
PERSIAPAN
PELAKSANAAN
Persiapan Ruangan
Absensi Peserta
Pembukaan
Sambutan/Pengarahan
Pemberian Materi
Diskusi/tanya jawab
Evaluasi
Penutupan
PENYUSUNAN
LAPORAN
E. Waktu dan Tempat Kegiatan
1. Waktu kegiatan selama 3 hari yaitu : pada hari Rabu, tanggal 5 Agustus 2015,
sebagai persiapan, pelaksanaan pelatihan pada hari kamis, tanggal 6 Agustus 2015,
jam 08.00 – 13.00 dan hari jumat pada tanggal 7 Agustus 2015, jam 08.00 – 12.00.
2. Lokasi Kegiatan : PSTW Minaula Ranomeeto Kab Konsel
H. Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif sehingga lebih
efektif dalam pemberian materi pelatihan. Terdiri dari :
- Peserta pelatihan mampu menjelaskan cara merawat jenasah
- Peserta pelatihan mampu mempraktekkan cara memandikan jenasah
- Peserta pelatihan mampu mempraktekkan cara mengkafani jenasah
- Peserta pelatihan mampu mempraktekkan cara sholat jenasah
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
B. Jadwal Kegiatan
No UraianKegiatan Minggu
I II III IV
2 Penyusunan Proposal
3 Survey Pendahuluan
4 Perizinan
5 Pelaksanaan Kegiatan
6 Penyusunan Laporan
DAFTAR PUSTAKA
b. Riwayat Pendidikan
S-I S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Hasanudin Universitas Padjajaran -
Tinggi
Bidang Ilmu Keperawatan Keperawatan -
Tahun Masuk-lulus 2005 - 2008 2010 - 2012 -
c. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan/Sumber Pendanaan/jmlh/Juta
b. Riwayat Pendidikan
S-I S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Universitas Hasanudin -
Bidang Ilmu Keperawatan -
Tahun Masuk-lulus -
c. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan/Sumber Pendanaan/jmlh/Juta
a. Identitas Diri
1. Nama Lengkap ( dengan gelar ) Sahmad., S.Kep., Ns., M.Kep
2. Jenis Kelamin Laki-Laki
3. Jabatan Fungsional -
4. NIP/NIK/Identitas lain 197803272005011001
5. NIDN -
6. Tempat dan tanggal lahir Tamboli, 27 Maret 1978
7. E-mail -
8. Nomor Telepon/HP 085398511474
9. Alamat Kantor Poltekkes Kendari
10. Nomor Telepon/Faks -
11. Mata Kuliah yang Diampu Konsep dasar keperawatan, Manajemen
Keperawatan dan Manajemen Puskesmas
b. Riwayat Pendidikan
S-I S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Universitas Hasanudin Universitas Hasanudin -
Bidang Ilmu Keperawatan Keperawatan -
Tahun Masuk-lulus 2004 -2008 2011-2013 -
c. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan/Sumber Pendanaan/jmlh/Juta
Anggota Tim,
b. Riwayat Pendidikan
S-I S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Respati Universitas -
Tinggi Indonesia Padjadjaran
Bidang Ilmu Kesmas Keperawatan -
Tahun Masuk-lulus 2002-2004 2009 - 2012 -