Anda di halaman 1dari 17

iv

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

AGAMA DAN KESEHATAN MENTAL

Oleh
INTAN LIANI
NIM.01318.111.17.2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TUANKU TAMBUSAI
PASIR PENGARAIAN
1444H/2023
i

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengaan
sebaik-baiknya. Berkat upaya dan dukungan yang senantiasa diberikan dari awal
hingga akhir, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Agama dan Kesehatan Mental”.
Selama penyusunan proposal skripsi ini, telah banyak sekali pihak yang
telah membantu baik moril maupun materil sehingga penyusunan makalah ini
akhirnya bisa selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tercinta atas segala doa, nasihat, motivasi dan bantuan baik
moril maupun materil serta kepada saudara/i untuk dukungan dan
motivasinya.
2. Bapak dan ibu dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah
Tinggi Agama Islam Tuanku Tambusai yang telah membekali penulis
dengan berbagai ilmu pendidikan yang sangat berguna bagi masa depan
penulis.
3. Saudara/i” yang telah memberikan semangat serta dukungan untuk
pantang menyerah dalam menyelasaikan proposal ini..
Semoga segala bimbingan, sumbangan pikiran, saran, serta dukungan
semangat dan do‟a-do‟a yang diberikan kepada penulis oleh semua pihak dapat
balasan yang terbaik dari Allah SWT. Penulis berterima kasih serta menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Namun, semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.

Pekanbaru, 27 April 2023

INTAN LIANI
NIM. 01318.111.17.2020
ii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................ ...............i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan Makalah ........................................................................ 3
D. Kegunaan Makalah ................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pembahasan .............................................................................. 5
B. Hubungan Agama dengan Kesehatan Mental .......................... 8
C. Perkembangan Moral Keagamaan ............................................ 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 13
B. Saran ......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Kesehatan adalah keadaan sehat secara fisik, mental, spiritual, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.1 Batasan sehat ini kemudian dikemukakan oleh WHO bahwa yang
dimaksud sehat, tidak saja sehat menurut jasmani saja tetapi kondisi mental dan
fisik tidak hanya bebas penyakit.2 Kesehatan Mental Adalah terhindarnya
seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan
diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin
dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa
dalam hidup.3
Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.4
kesehatan sebagai suatu kondisi yang keadaan baik dari suatu organisme atau
bagiannya, yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya. Dari
beberapa pengertian kesehatan mental diatas dapat disimpulkan oleh penulis
bahwa kesehatan mental adalah sehat secara fisik maupun spiritual mampu
memiliki kemampuan untuk menyesuaikn diri sendiri maupun bisa
mengembangkan potensi atau kemampuan yang dimiliki serta bisa beradaptasi
Agama merupakan suatu hal yang harus di ketahui makna yang terkandung
di dalamnya, dan agama tersebut berpijak kepada suatu kodrat kejiwaan yang
berupa keyakinan, sehingga dengan demikian, kuat atau rapuhnya agama
bergantung kepada sejauhmana keyakinan itu ketentraman dalam jiwa.5 Agama
adalah suatu ajaran dimana setiap pemeluknya dianjurkan untuk selalu berbuat

1
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan Mental Dan Perilaku Kesehatan, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2012)
2
Umar Fahmi, Kesehatan Masyarakat Teori Dan Aplikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 6.
3
Siti Sundari, Kesehatan Mental Dalam Kehidupan, (Jakarta, Rineka Cipta, 2005), h. 1
4
ZakiahDaradjat, Kesehatan Mental, (Jakrta, Gunung Agung,1995), h. 11.
5
Joesef Sou’yb, Agama-Agama Besar Di Dunia, (Jakarta, Pustaka Al-Husna, 1983), h. 16
2

baik. Untuk itu, semua penganut agama yang meyakini agama yang dianutnya
akan senantiasa melaksanakan segala hal yang ada dalam ajaran agama tersebut.
Mengenai ini Manusia tidak bisa dilepaskan dengan agama, oleh karena itu agama
dan Manusia berhubungan sangat erat sekali. Ketika Manusia jauh dari agama,
maka akan ada kekosongan dalam jiwanya.
Setiap orang hendaknya menjalankan perintah agama dengan penuh
tanggung jawab dan meninggalkan larangan. Dengan melaksanakan kehidupan
beragama dan menjalakan ibadah, seseorang yang memiliki kesadaran agama
secara matang dan melaksanakan ibadahnya dengan penuh konsisten, stabil,
mantap, dan penuh tanggung jawab dan dilandasi wawasan agama yang luas.6
Satu kenyataan yang tampak jelas yang telah moderen telah maju atau yang
sedang berkembang ini, ialah adanya kontradiksi-kontradiksi yang mengganggu
kebahagian orang dalam hidup. Kesulitan-kesulitan dan bahaya–bahaya alamiyah
yang dahulu yang menyulitkan dan menghambat perhubungan.sekarang tidak
menjadi sosial lagi. Kemajuan industri telah dapat menghasilkan alat-alat yang
memudahkan hidup, memberikan kesenangan dalam hidup, sehingga kebutuhan-
kebutuhan jasmani tidak sukar lagi untuk memenuhinya.7
Kebutuhan-kebutuhan primer menjadi skunder tetapi kebutuhan skunder
itulah yang menguasainya. Akibat meningkatnya kebutuhan- kebutuhan pada
masyarakat moderen itu maka dalam kehidupannya selalu mengejar waktu,
mengejar benda, mengejar prestise. Semuanya ini akan membawa hidup seperti
mesin, tidak mengenl istirahat dan ketentraman, hidupnya di penuhi oleh
ketegangan perasaan (tension), karena keinginananya untuk menghidari perasaan
tertekan, jika tidak tercapai semua yang tampaknya menggembirakan. Akibat
lebih lanjut ialah timbulnya kegelisahan-gelisah (anxiety)itu akan menghilangkan
kemampuan untuk merasa bahagia didalm hidup.
Dari sisnilah orang semakin merasa semakin jauh dari kegembiraan dan
kebahagian, karena ketegangan dan kegelisahan batin yang selalu

6
Yusak Burhanudin, Kesehatan Mental (Bandung,Cv, Pustaka Setia, 1999), h. 23
7
Zakiah Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental,(Cet, 10 Jakarta: Haji Masagung,
1990), h, 10
3

menghinggapinya dalam kehidupannya sehari-sehari. Oleh karna itu akan


timbullah pula perubahan dalam cara-cara pergaulan hidupnya selama ini.
Hilagnya persaudaraan yang murni yang diganti dengan hubungan kepentingan
pribadi, aka membawa orang kepada rasa kesepian di tengah- tengah orang
banyak perasaan kesepian ini akan menghilankan rasa aman, yang membawa
kegelisahan dan kecurigaan didalam hidup. Inilah yang mendorong orang lebih
memikirkan dirinya (egois).8
Orang yang sehat mentalnya akan dapat menunda buat sementara pemuasan
kebutuhan atau dapat menerima frustasi itu buat sementara, sambil menunggu
adanya kesempatan yang memungkinkannya mencapi keinginan itu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa itu Kesehatan Mental?
2. Bagaimana hubungan agama dengan kesehatan mental?

C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan pengembangan dituliskan
sebagai berikut:
1. Mengetahui apa itu kesehatan mental.
2. Mengetahui hubungan antara agama dengan kesehatan mental.

D. Kegunaan Kepenulisan
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam mengembangkan pengetahuan terkait agama dan kesehatan mental..
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Mahasiswa

8
Zakiah Darajat, Kesehtan Mental, (Jakarta: Pt Gunung Agung, 1995), h.24
4

Diharapkan melalui makalah ini, mahasiswa tidak lagi kesulitan


dalam memahami pelajaran terkait agama dan kesehatan mental.
2. Bagi Pihak Pendidik
makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber untuk
menambah variasi baru dalam pengembangan agama dan kesehatan mental,
sehingga pembelajaran dirasa dapat membangun pribadi siswa kearah lebih
baik.
5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Agama merupakan aspek-aspek sosial tidak semata urusan pribadi
saja melainkan menyankut pula urusan kolektif, agama memberikan
peraturan- peraturan hidup dan kehidupan Manusia serta mempunyai
aturan-aturan untuk melakukan ibadah, mempunyai pecabat-pecabat
didalam agama, juga agama memberikan sosial kontrol.

Disamping itu agama juga merupakan kebutuhan yang amat vital


bagi segenap umat Manusia. Perasaan kebutuhan dan penyataan patuh
kepada suatu kekuatan yang mutlak tempat bersyukur apabila diberi
nikamat dan tempat permohonan apabila datang suatu kesukaran. Adanya
zat yang lebih menguasai dan segala yang dihayati Manusia didalam ini.
Hal ini semua ditemui dalam agama.
Peran agama itu tentunya tidak lepas dari pada unsur kesehatan.
Karena sebagaimana yang telah diketahui dalam agama Islam banyak
sekali ajaran-ajaran sayriat agama Islam yang bicarakan tentang
keutamaan menjaga kesehatan baik badan, tempat tinggal dan juga tempat
tinggal dan juga tempat ibadah, kesehatan mentalnya.
Kesehatan merupakan suatu kenikmatan yang amat penting dalam
kehidupan, baik kesehatan jasmani rohani maupun sehat rohani. Dengan
kesehatan dapat menujuang aktivitas. Agama islam menetapkan tujuan
pokok kehadiran untuk memelihara agama, jiwa akal, harta jasmani dan
keturunan, anggota badan dan jiwa milik Allah yang dianugrakan untuk di
manfaatkan bukan untuk di salahgunakan atau dijualbelikan.9
Agar kesehatan jiwa optimal, perlu pemeliharaan jiwa dengan baik
dengan melalui pemenuhan kebutuhan akan keberlangsungan jiwa dalam

9
Mirham Am, Op,Cit, h. 53
6

pengertian jiwa/mental seseorang memerlukan perawatan seseorang secar


seksama antara antara laian dengan memberikan nutrisi dan makanan yang
sesuai dengan kondisi mental/jiwa. Makanan jiwa yang dapat menjadikan
jiwa menjadi damai, tentram dan tenang. Hal ini terkandung dalam
komposisi ajaran agama sebab setiap agama memuat nilai yang
membangkitkan jiwa10
Dalam ilmu kedoketeran dikenal istilah psikosometik
(kejiwabadan), dimaksut istilah tersebut adalah untuk menjelakan bahwa
terdapat hubungan yang erat antara jiwa dan badan. Jika jiwa berada dalam
kondisi yang kurang normal seperti susah, cemas gelisah dan sebagainya,
maka badan turut menderita. Jiwa (psyche ) dan badan ( sama). Dan istilah
makan hati berulam jantung merupakan cerminan tentang adanya
hubungan antara jiwa dan badan sebagi hubungan timbal balik, jiwa sehat
badan segar dan badan sehat jiwa normal.banyak dijumpai buku yang
mengungkapkan akan betapa eratnya agama dan kesehatan mental. Seperti
buku yang berjudul “peran agama dan kesehatan mental”. Zakiah
Daradjat.11
Dibidang kedokteran dikenal beberapa macam pengobatan antara
lain dengan menggunakan bahan-bahan kimia (tablet), cairan suntik atau
boat minum), electro-the erapia (sorot sinar, getaran arus listrik), chitro-
practic (pijat), dan lainnya. Selain itu juga dikenal pengobatan tradisional
seperti tusuk jarum (accu-punctuur), mandi uap, hingga kecara pengobatan
pedukunan.
Sejumlah kasus yang menunjukan adanya hubungan antara faktor
keyakinan dengan kesehatan jiwa atau mental sudah disadari para ilmuan
beberapa abat yang lalu. Seperti pernyataan Carel Gustav Jung “diantara
pasien saya yang tengah bayak, tidak seorangpun yang menyebab penyakit
kejiwaannya yang tidak dilatarbelakangi oleh aspek agama”. Menurut
Hubungan antar kejiwaan dan agama dalam kaitanya dengan hubungan
10
Bahri ghazali, kesehatan mental II, (Bandar Lampung, Pt Harka Indo, 2018), h. 24
11
Jalaludi Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, ( jakarta, pt radar jaya 1983), h. 78-79
7

agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap


penyerahan diri seseorang terhadap kepada suatu kekuasaan yang maha
tinggi. Sikapa pasrah yang serupa itudiduga itu akan memberikan sikap
optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan muncul seperti rasa
bahagia, rasa senang, puas, sukses, merasa dicintai atau rasa aman. Sikap
emosi merupakan bagian dari kebutuhan asasi Manusia sebagai mahluk
yang bertuhan.
Ajaran agama mewajibkan mewajibkan penganutnya
untuk melaksanakan ajaran secara rutin. Bentuk dan pelaksanaan ibadah
agama, paling tidak akan ikut berpengaruh dalam menamkan keluhuran
budi yang ada pada puncaknya akan menimblkan rasa sukses sebagai
pengabdi Tuhan yang setia.tindakan ibadah setidaknya akan memberi akan
rasa bahwa hidup menjadi lebih bermakna. Dan Manusia memiliki
kesatuan jasmani dan rohani secara tak terpisahkan.
Lekoterapi menunjukan tiga bidang kegiatan yang secara potensial
memberikan pluang kepada dirinya sendiri. untuk menemukan makna
hidup bagi dirinya sendiri kegiatan ketiga itu adalah:
1. Kegiatan berkarya, bekerja dan mencipta, serta melaksanakan dengan
sebaik-baiknya tugas dan kewajiban masing-masing.
2. Keyakinan dan penghayatan atas nilai-nilai tertentu kebenaran ,
keindahan kebajikan, keimanan dan lainnya;
3. Sikap tepat yang doiambil dalam keadaan dan penderitaan yang tidak
terletakkan lagi.
Agama digunakan untuk menunjang motif-motif ke senangan-
kenikmatan diri, demi kebutuhan akan status dan kebanggaan ego, serta
harga diri yang berlebih-lebihan. Orang yang beragama dengan cara ini
pernyataannya cuma melaksanakan bentuk-bentuk luar dari agama. Ia
berpuasa sholat, naik haji dan sebagainya bukan untuk dimanfaatkan baik
ketentraman kehidupan batinnya.
1. Dalam sejarah hidup setiap Manusia sering terjadi peristiwa peristiwa
dahsat yan menimpah dirinya. Yang dihayatinya dengan kacamata
8

Imannya, sebagai kehendak. Maka Allah memberi cobaan terhadap


Imam yang telah terttanam dalam hatinya, yaitu sebagai peringatan
darinya, bahwa sudah waktunya orng untuk brtaubat. Dan sebagai
latihannya darinya., bahwa di kemudian hari orang akan memikul
tugas-tugas yang lebih erat lagi dan hukuman di berikan olehnya di
dunia sebagai penebus kesalahan yang di perbuatnya.
2. Agama islam juga memberi petunjuk dan tuntutan bagi umatnya yng
seluruh tertera dalam al-qur‟an.
3. Motifasi beragama pada Manusia.
Pertama sebagai identitas dirinya. Bagi mereka yang motifasi
demikian, pengakuan beragama ini jarang diikuti dengan pelaksanaan
kewajiban-kewajiban agama, baik yang wajib maupunsunah.
Kedua beragama dan melaksanakan ibadahnya merupkan akibat
dari keharusan, dan keharusan, dan kebiasaan, atau tradisi yang turun
menurun dari orang tuanya
Ketiga serta pelaksanaan ibadahnya dilakukan sebagi kegiatan
ritual, rutin, dan dihayati sebagai syarat lahiriah belaka dalam beragama.
Keempat sholat, dan puasa yang dikerjakan dengan khusuk hanya
didasari oleh permohonan kepada Allah atas pertolongannya, karena telah
terjadi kesedihan dan kejadian yang mengancam hidupnya.

1. Hubungan Antara Agama dan Kesehatan Mental


Mahmud Abd Al-qodir berkesimulan bahwa segala bentuk gejala
emosi seperti, bahagia, rasa dendam, rasa marah, takut, berani pengecut yang
ada dalam diri Manusia adalah akibat dari pengaruh persenyawa-
persenyawaan kimia hormon, tetapi dalam kenyataan ya, kehidupan akal dan
emosi Manusia senantiasa berubah dari waktu kewaktu.

Jika terjadi perubahan perubahan yang terlalu lama, seperti panoik,


takut dan sedih yang bersedih terlalu lama, akan timbul perubahan- perubahan
kimia lainya akan mengakibatkan saraf yang bersifat kejiawaan.Jika
9

seseorang berada dalam keadaan normal,seimbang hormon kimiawinya, maka


ia akan selalu berada dalam keadaan aman. Dari situlah sangat tergantung
drajat keimanan yang tersimpan didalam Manusia di samping faktor susunan
tubuh serta dalam kesadaran manusia itu.
Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitanya dengan
hubungannya antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak
pada sikapa penyerahan diri seseorang terhadap sesuatu kekuasaan terletak
pada sikap penyerahan diriseseorang terhadap suatu kekuasaan yang maha
tinggi . sikap pasrah yang diduga akan memberikan sikap optimis pada diri
seseorang hingga mmuncul perasaan positif seperti rsa bahagia, rasa senang,
puas, sukses, merasa dicintai atau rasa aman.
Setiap ajaran agama mewajibkan penganutnya untuk melaksanakan
ajaran secara rutin. Bentuk pelaksaan ibadah agama, paling tidak diikut
pengaruhnya dalam menanamkan keluhuran yang pada puncaknya akan
menimbulkan rasa sukses sebagai pengabdi tuhan yang setia. Tindakan
ibadah setidak-tidaknya akan memberi rasa bahwa hidup menjadi bemakna.
Dan manusia sebagi mahluk yang memiliki kesatuan jasmani dan rohani
secara tak terpishkanmemerlukan yang dapat memuaskan keduanya.12

Agama sering dipandang sebagai anutan, dianggap sebagai anutan.


Dianggap sebagai sesuatu yang datang dari luaar dan asing. Padahal,
potensinya sudah bersemi dalam batin sbagai fitrah manusia, potensinya
dilantarkan oleh keangkuhan keegoisan Manusia. Jalinan keharmonisan
antara kebutuhan fisik dan mental spritual terputus.
Akibanya, Manusia kehilangan kemampuan untuk mengenal dirinya.
Menyelami potensi diri sebagai mahluk hidup beragama (homo religius).
menjauhkan diri sang maha pencipta, berarti mengosongkan diri dari nilai-
nilai Imani sungguh merupakan kerugian terbesar bagi Manusia selaku
mahluk berdimensi spritual.

12
Kartini Kartono, Op,Cit, h. 229
10

2. Perkembangan Moral Keagamaan


a. Pengertian Moral
Moral menurut Schumann dalam bukunya Mawardi Lubis, moral
berasal dari kata mores (Latin), yang berhubungan dengan kebiasaan (adat).
Mores mengandung kaidah-kaidah yang sudah diterima oleh kelompok
masyarakat sebagai pedoman tingkah laku anggotanya dan harus dipatuhi.13
Sedangkan M. Amin Syukur mendefinisikan bahwa moral adalah tindakan
yang sesuai dengan ukuran-ukuran umum dan diterima oleh kesatuan sosial.14
Akhlak adalah sikap/ sifat keadaan jiwa yang mendorong untuk
melakukan suatu perbuatan (baik/ buruk), yang dilakukan dengan mudah,
tanpa dipikir atau direnungkan terlebih dahulu dalam pemahaman ini,
perbuatan itu dilihat dari pangkalnya, yaitu motif atau niat. 15 Jadi perbuatan
yang bisa dinilai baik atau buruk itu ialah perbuatan yang disengaja dan
disadari serta tergantung pada niatnya.
Sedangkan moral dalam Islam (akhlak) termasuk moral keagamaan,
yakni moral yang berdasarkan aqidah (rukun iman) yang bersumber dari al-
Qur'an dan as-Sunnah.16 Adapun moral dalam penelitian ini mengacu pada
definisi akhlak.

b. Perkembangan Moral
menurut Kohlberg perkembangan sosial dan moral manusia itu
terjadi dalam tiga tingkatan besar, yakni:
1) Tingkat moralitas prakonvensional, yaitu ketika manusia berada
dalam fase perkembangan prayuana (usia 4-10 tahun) yang belum
menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.
2) Tingkat moralitas konvensional, yaitu ketika manusia menjelang
dan mulai memasuki fase perkembangan yuwana (usia 10-13

13
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, hlm. 10.
14
M. Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang: Lembkota, 2006), hlm. 141
15
Syukur, Pengantar Studi Islam, hlm. 141
16
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Surabaya: Pusat Studi Agama,
Politik dan Masyarakat (PSAPM), 2004), hlm. 316
11

tahun) yang sudah menganggap moral sebagai kesepakatan


tradisi sosial.
3) Tingkat moralitas pascakonvnesional, ketika manusia telah
memasuki fase perkembangan yuwana dan pascayuwana (usia 13
tahun ke atas) yang memandang moral lebih dari sekedar
kesepakatan tradisi sosial.17
Dari pembagian perkembangan moral diatas jelas tampak sekali
bahwa tingkat perkembangan moral sangat dipengaruhi oleh tingkatan
usia, jadi semakin tinggi usia seseorang semakin matang tingkat penalaran
moral seseorang.
c. Nilai-Nilai Moral Keagamaan
Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi
kehidupan manusia.18 Jadi nilai disini adalah makna dibalik sesuatu.
Sedangkan untuk nilai-nilai pokok ajaran Islam yaitu meliputi iman, Islam dan
ihsan. Ketiganya sebagai satu kesatuan integral yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan lainnya.
Sikap dan perilaku yang sesuai dengan tuntunan agama Islam (akhlak)
dalam pembahasan ini disebut moral keagamaan. Secara garis besar ruang
lingkup nilai akhlak yang dimasukkan dalam materi budi pekerti, menurut
Milan Rianto dalam bukunya Nurul Zuriah, dikelompokkan dalam tiga hal
nilai akhlak yaitu sebagai berikut:
1) Akhlak terhadap Tuhan Yang maha Esa
a) Mengenal Tuhan
Mengenal Tuhan yaitu dapat mengerti tentang Tuhan sebagai Pencipta,
Tuhan sebagai Pemberi (pengasih, penyayang) maupun Tuhan sebagai
Pemberi balasan (baik, buruk).
b) Hubungan Akhlak kepada Tuhan Yang maha Esa

17
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 42.
18
Mawardi lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019), hlm. 18
12

Hubungan akhlak kepada Tuhan Yang maha Esa dapat terwujud


dengan cara: Ibadah/ menyembah, meminta tolong kepada Tuhan melalui
usaha dan upaya serta berdo‟a.
2) Akhlak terhadap sesama manusia
Akhlak terhadap sesama manusia meliputi: akhlak terhadap diri
sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang yang lebih tua, terhadap sesama
maupun terhadap orang yang lebih muda.
3) Akhlak terhadap lingkungan
Akhlak terhadap lingkungan, meliputi akhlak terhadap alam baik
dengan cara menjaga dan memelihara flora dan fauna maupun akhlak dengan
sosial-masyarakat-kelompok.19

19
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti, hlm. 27
13

BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah terkait, Agama dan Kesehatan mental dapat kita
tarik kesimpulan: 1.Agama adalah hubungan praktis yang dirasakan dengan apa
yang dia percayai sebai mahluk atausebagai wujud yang lebih tinggi dari manusia.
2.Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit
jiwa. 3. Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan
antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap
penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap
pasrah yang seruapa itu diduga akan memberi sikap optimis pada diri seseorang
sehingga muncul perasaan positif, seperti rasa bahagia, rasa sengang, puas, sukses,
merasa dicintai, atau rasa aman. Dengan kata lain, kondisi yang demikian menjadi
manusia pada kondisi kodratinya, sesuai dengan fitrah kejadiannya, sehat jasmani
dan ruhani.
B. Saran
Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan
antara keyakinan dan kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri
seseorang terhadap suatu kekuasaan yang maha tinggi sehingga akan dapat
memunculkan perasaan positif pada kesehatan mental seseorang.
16

DAFTAR PUSTAKA

Abdu 'l-Lah Nasih „Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, terj.
Saifullah Kamalie dan Heri Noer Ali, (Bandung: asy-Syifa', 1988).

Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis,


(Bandung: Interes Media, 2014).

Alwisol. Psikologi Kepribadian. (Malang: UMM Press, 2019).

Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 1989).

Asri, N.L., Suarni, N.K. & Arum, K. Efektifitas Konseling Behavioral dengan
Teknik Positive Reinforcement Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Dalam Belajar Pada Siswa. Skripsi. (FIP Bimbingan dan Konseling-
Universitas Pendidikan Ganesha, 2014).

Farozin, M dan Fathiyah, K.N. Pemahaman tingkah laku. (Jakarta: Rineka Cipta,
2014).

Anda mungkin juga menyukai