Oleh
INTAN LIANI
NIM.01318.111.17.2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengaan
sebaik-baiknya. Berkat upaya dan dukungan yang senantiasa diberikan dari awal
hingga akhir, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Agama dan Kesehatan Mental”.
Selama penyusunan proposal skripsi ini, telah banyak sekali pihak yang
telah membantu baik moril maupun materil sehingga penyusunan makalah ini
akhirnya bisa selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tercinta atas segala doa, nasihat, motivasi dan bantuan baik
moril maupun materil serta kepada saudara/i untuk dukungan dan
motivasinya.
2. Bapak dan ibu dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah
Tinggi Agama Islam Tuanku Tambusai yang telah membekali penulis
dengan berbagai ilmu pendidikan yang sangat berguna bagi masa depan
penulis.
3. Saudara/i” yang telah memberikan semangat serta dukungan untuk
pantang menyerah dalam menyelasaikan proposal ini..
Semoga segala bimbingan, sumbangan pikiran, saran, serta dukungan
semangat dan do‟a-do‟a yang diberikan kepada penulis oleh semua pihak dapat
balasan yang terbaik dari Allah SWT. Penulis berterima kasih serta menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Namun, semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.
INTAN LIANI
NIM. 01318.111.17.2020
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................ ...............i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan Makalah ........................................................................ 3
D. Kegunaan Makalah ................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pembahasan .............................................................................. 5
B. Hubungan Agama dengan Kesehatan Mental .......................... 8
C. Perkembangan Moral Keagamaan ............................................ 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 13
B. Saran ......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Kesehatan adalah keadaan sehat secara fisik, mental, spiritual, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.1 Batasan sehat ini kemudian dikemukakan oleh WHO bahwa yang
dimaksud sehat, tidak saja sehat menurut jasmani saja tetapi kondisi mental dan
fisik tidak hanya bebas penyakit.2 Kesehatan Mental Adalah terhindarnya
seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan
diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin
dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa
dalam hidup.3
Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.4
kesehatan sebagai suatu kondisi yang keadaan baik dari suatu organisme atau
bagiannya, yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya. Dari
beberapa pengertian kesehatan mental diatas dapat disimpulkan oleh penulis
bahwa kesehatan mental adalah sehat secara fisik maupun spiritual mampu
memiliki kemampuan untuk menyesuaikn diri sendiri maupun bisa
mengembangkan potensi atau kemampuan yang dimiliki serta bisa beradaptasi
Agama merupakan suatu hal yang harus di ketahui makna yang terkandung
di dalamnya, dan agama tersebut berpijak kepada suatu kodrat kejiwaan yang
berupa keyakinan, sehingga dengan demikian, kuat atau rapuhnya agama
bergantung kepada sejauhmana keyakinan itu ketentraman dalam jiwa.5 Agama
adalah suatu ajaran dimana setiap pemeluknya dianjurkan untuk selalu berbuat
1
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan Mental Dan Perilaku Kesehatan, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2012)
2
Umar Fahmi, Kesehatan Masyarakat Teori Dan Aplikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 6.
3
Siti Sundari, Kesehatan Mental Dalam Kehidupan, (Jakarta, Rineka Cipta, 2005), h. 1
4
ZakiahDaradjat, Kesehatan Mental, (Jakrta, Gunung Agung,1995), h. 11.
5
Joesef Sou’yb, Agama-Agama Besar Di Dunia, (Jakarta, Pustaka Al-Husna, 1983), h. 16
2
baik. Untuk itu, semua penganut agama yang meyakini agama yang dianutnya
akan senantiasa melaksanakan segala hal yang ada dalam ajaran agama tersebut.
Mengenai ini Manusia tidak bisa dilepaskan dengan agama, oleh karena itu agama
dan Manusia berhubungan sangat erat sekali. Ketika Manusia jauh dari agama,
maka akan ada kekosongan dalam jiwanya.
Setiap orang hendaknya menjalankan perintah agama dengan penuh
tanggung jawab dan meninggalkan larangan. Dengan melaksanakan kehidupan
beragama dan menjalakan ibadah, seseorang yang memiliki kesadaran agama
secara matang dan melaksanakan ibadahnya dengan penuh konsisten, stabil,
mantap, dan penuh tanggung jawab dan dilandasi wawasan agama yang luas.6
Satu kenyataan yang tampak jelas yang telah moderen telah maju atau yang
sedang berkembang ini, ialah adanya kontradiksi-kontradiksi yang mengganggu
kebahagian orang dalam hidup. Kesulitan-kesulitan dan bahaya–bahaya alamiyah
yang dahulu yang menyulitkan dan menghambat perhubungan.sekarang tidak
menjadi sosial lagi. Kemajuan industri telah dapat menghasilkan alat-alat yang
memudahkan hidup, memberikan kesenangan dalam hidup, sehingga kebutuhan-
kebutuhan jasmani tidak sukar lagi untuk memenuhinya.7
Kebutuhan-kebutuhan primer menjadi skunder tetapi kebutuhan skunder
itulah yang menguasainya. Akibat meningkatnya kebutuhan- kebutuhan pada
masyarakat moderen itu maka dalam kehidupannya selalu mengejar waktu,
mengejar benda, mengejar prestise. Semuanya ini akan membawa hidup seperti
mesin, tidak mengenl istirahat dan ketentraman, hidupnya di penuhi oleh
ketegangan perasaan (tension), karena keinginananya untuk menghidari perasaan
tertekan, jika tidak tercapai semua yang tampaknya menggembirakan. Akibat
lebih lanjut ialah timbulnya kegelisahan-gelisah (anxiety)itu akan menghilangkan
kemampuan untuk merasa bahagia didalm hidup.
Dari sisnilah orang semakin merasa semakin jauh dari kegembiraan dan
kebahagian, karena ketegangan dan kegelisahan batin yang selalu
6
Yusak Burhanudin, Kesehatan Mental (Bandung,Cv, Pustaka Setia, 1999), h. 23
7
Zakiah Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental,(Cet, 10 Jakarta: Haji Masagung,
1990), h, 10
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa itu Kesehatan Mental?
2. Bagaimana hubungan agama dengan kesehatan mental?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan pengembangan dituliskan
sebagai berikut:
1. Mengetahui apa itu kesehatan mental.
2. Mengetahui hubungan antara agama dengan kesehatan mental.
D. Kegunaan Kepenulisan
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam mengembangkan pengetahuan terkait agama dan kesehatan mental..
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Mahasiswa
8
Zakiah Darajat, Kesehtan Mental, (Jakarta: Pt Gunung Agung, 1995), h.24
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Agama merupakan aspek-aspek sosial tidak semata urusan pribadi
saja melainkan menyankut pula urusan kolektif, agama memberikan
peraturan- peraturan hidup dan kehidupan Manusia serta mempunyai
aturan-aturan untuk melakukan ibadah, mempunyai pecabat-pecabat
didalam agama, juga agama memberikan sosial kontrol.
9
Mirham Am, Op,Cit, h. 53
6
12
Kartini Kartono, Op,Cit, h. 229
10
b. Perkembangan Moral
menurut Kohlberg perkembangan sosial dan moral manusia itu
terjadi dalam tiga tingkatan besar, yakni:
1) Tingkat moralitas prakonvensional, yaitu ketika manusia berada
dalam fase perkembangan prayuana (usia 4-10 tahun) yang belum
menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.
2) Tingkat moralitas konvensional, yaitu ketika manusia menjelang
dan mulai memasuki fase perkembangan yuwana (usia 10-13
13
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, hlm. 10.
14
M. Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang: Lembkota, 2006), hlm. 141
15
Syukur, Pengantar Studi Islam, hlm. 141
16
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Surabaya: Pusat Studi Agama,
Politik dan Masyarakat (PSAPM), 2004), hlm. 316
11
17
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 42.
18
Mawardi lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019), hlm. 18
12
19
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti, hlm. 27
13
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah terkait, Agama dan Kesehatan mental dapat kita
tarik kesimpulan: 1.Agama adalah hubungan praktis yang dirasakan dengan apa
yang dia percayai sebai mahluk atausebagai wujud yang lebih tinggi dari manusia.
2.Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit
jiwa. 3. Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan
antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap
penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap
pasrah yang seruapa itu diduga akan memberi sikap optimis pada diri seseorang
sehingga muncul perasaan positif, seperti rasa bahagia, rasa sengang, puas, sukses,
merasa dicintai, atau rasa aman. Dengan kata lain, kondisi yang demikian menjadi
manusia pada kondisi kodratinya, sesuai dengan fitrah kejadiannya, sehat jasmani
dan ruhani.
B. Saran
Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan
antara keyakinan dan kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri
seseorang terhadap suatu kekuasaan yang maha tinggi sehingga akan dapat
memunculkan perasaan positif pada kesehatan mental seseorang.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abdu 'l-Lah Nasih „Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, terj.
Saifullah Kamalie dan Heri Noer Ali, (Bandung: asy-Syifa', 1988).
Asri, N.L., Suarni, N.K. & Arum, K. Efektifitas Konseling Behavioral dengan
Teknik Positive Reinforcement Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Dalam Belajar Pada Siswa. Skripsi. (FIP Bimbingan dan Konseling-
Universitas Pendidikan Ganesha, 2014).
Farozin, M dan Fathiyah, K.N. Pemahaman tingkah laku. (Jakarta: Rineka Cipta,
2014).