Anda di halaman 1dari 142

PEMAHAMAN KEAGAMAAN ODGJ (ORANG DENGAN

GANGGUAN JIWA) PASCA MENERIMA BIMBINGAN


AGAMA DI PUSAT REHABILITASI YAYASAN DHIRA
SUMAN TRITOHA SERANG BANTEN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

KHOIRUNNISA
NIM. 11160520000006

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1443 H/2021
ABSTRAK
Khoirunnisa, Pemahaman Keagamaan ODGJ (Orang
Dengan Gangguan Jiwa) Pasca Menerima Bimbingan Agama
di Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang
Banten di bawah bimbingan Abdul Azis, M.Psi.

Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan yang


mempengaruhi seseorang berpikir, berperilaku dan berinteraksi
dengan orang lain secara signifikan. Pusat Rehabilitasi Yayasan
Dhira Suman Tritoha Serang Banten membantu penyembuhan
Orang Dengan Gangguan Jiwa secara medis maupun non medis.
Dalam penyembuhan non medis menggunakan bimbingan agama
seperti shalat, mengaji dan ceramah tentang keagamaan. Untuk
itu, sangat penting bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa
memahami bimbingan agama yang diterima untuk penyembuhan
melalui pengetahuan keagamaan.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis (1) mengetahui
pemahaman Orang Dengan Gangguan Jiwa pasca menerima
bimbingan agama di Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman
Tritoha Serang Banten (2) mengetahui apa saja faktor yang
mempengaruhi bimbingan agama yang diberikan kepada Orang
Dengan Gangguan Jiwa. Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data penelitian
ini dari wawancara, observasi, dokumentasi serta buku-buku yang
relevan dengan tema penelitian untuk mendukung dan
melengkapi data-data di lapangan. Dalam pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling dengan informan terdiri
dari 3 Orang Dengan Gangguan Jiwa, 1 orang pembimbing
agama, dan 1 orang perawat di Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira
Suman Tritoha Serang Banten.
Hasil penelitian menunjukan: (1) pemahaman keagamaan
Orang Dengan Gangguan Jiwa pasca menerima bimbingan agama
dapat memahami dan mampu menjelaskan kembali, (2) faktor
pendukung dalam bimbingan agama ODGJ adanya sarana dan
prasarana yang memadai, keinginan yang tinggi untuk mengikuti
kegiatan, adanya tenaga pendukung seperti perawat dan psikolog,
materi yang diulang-ulang sampai terbiasa dan mampu
memahami, dan faktor penghambat sering kambuhnya Orang

i
Dengan Gangguan Jiwa, keinginannya menurun untuk mengikuti
kegiatan, dan materi yang diulang-ulang membuat bosan dan
monoton.

Kata kunci: Pemahaman, ODGJ, Bimbingan Agama

ii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah selain puji dan rasa syukur
kepada Allah SWT, shalawat serta salam tak lupa pula penulis
haturkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta
seluruh keluarga dan para sahabat. Karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pemahaman Keagamaan ODGJ (Orang Dengan Gangguan
Jiwa) Pasca Menerima Bimbingan Agama di Pusat
Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten”.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi


sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, penulis
juga berharap skripsi ini dapat memperluas wawasan dan
menambah pengetahuan pembaca.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini tidak


mungkin terselesaikan tanpa adanya motivasi dan dukungan dari
semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
penghargaan setingi-tinginya dan menghaturkan ucapan
terimakasih yang tulus kepada:

1. Suparto, M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu


Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ir. Noor Bekti Negoro, S.E., M.Si dan Artiarini
Puspita Arwan, M.Psi. Selaku Ketua dan Sekretaris

iii
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Abdul Azis, M.Psi. Selaku dosen pembimbing dalam
penulisan skripsi ini, yang telah bersedia meluangkan
waktunya, bersabar memberikan ilmu dan
bimbingannya, memotivasi, memberi areahan kepada
penulis dengan ikhlas demi keberhasilan penulis.
4. Seluruh Civitas Akademik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Terkhusus doen-dosen Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
5. Kedua orangtua yaitu Bapak Alm. Suyoto dan Ibu
Maftupah tersayang, yang sudah membesarkan,
mendidik, membimbing, membina, mendoakan dan
mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan selalu sabar
untuk menghadapi anaknya. Terimakasih banyak
untuk segala pengorbanannya, dan selalu memberikan
motivasi penulis dalam mencari ilmu.
6. Seluruh Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Banten
(HMB) Jakarta, terimakasih telah membantu penulis
dalam penyelesaian skripsi.
7. Seluruh Staf Yayasan Dhira Suman Tritoha dan
Narasumber, terimakasih telah membantu penulis
mendapatkan pengalaman baru.
8. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa
sebutkan satu persatu, khususnya rekan-rekan yang
meberikan motivasi kepada penulis.

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................... ii


PERNYATAAN ........................................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................ vi
DAFTAR TABEL........................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah ....................................... 7
1. Batasan Masalah ............................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 8
D. Metodologi Penelitian ........................................................ 8
1. Metode Penelitian ........................................................... 8
2. Sumber Data ................................................................... 9
3. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 10
4. Subjek dan Objek penelitian......................................... 11
5. Teknik Pengambilan Sampel ........................................ 12
6. Teknik Analisis Data .................................................... 12
7. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 14
E. Tinjauan Pustaka .............................................................. 14
F. Sistematika Penulisan ...................................................... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................... 19
A. Pemahaman Keagamaan .................................................. 19
1. Pengertian Pemahaman ................................................ 19

vi
2. Tingkatan dalam Pemahaman....................................... 20
3. Evaluasi Pemahaman .................................................... 22
B. Gangguan Jiwa ................................................................. 25
1. Pengertian Gangguan Jiwa ........................................... 25
2. Penyebab Gangguan Jiwa ............................................. 27
3. Klafisikasi Gangguan Jiwa ........................................... 30
C. Bimbingan Agama ........................................................... 32
1. Pengertian Bimbingan .................................................. 32
2. Pengertian Agama ........................................................ 36
3. Fungsi Agama............... Error! Bookmark not defined.
BAB III GAMBARAN UMUM PUSAT REHABILITASI
YAYASAN DHIRA SUMAN TRITOHA SERANG BANTEN 42
A. Latar Belakang Lembaga ................................................. 42
B. Visi dan Misi Lembaga .................................................... 44
C. Sasaran ............................................................................. 45
D. Tenaga Pelayanan............................................................. 45
E. Sarana dan Prasarana........................................................ 45
F. Proses Penerimaan Pasien ................................................ 47
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ...................... 55
A. Deskripsi Informan........................................................... 55
B. Deskripsi Informan Pembimbing ..................................... 56
C. Temuan Penelitian ............................................................ 60
BAB V PEMBAHASAN ........................................................... 70
A. Pemahaman Keagamaan Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ) Pasca Menerima Bimbingan Agama di Pusat
Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten .... 70

vii
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Orang Dengan
Gangguan Jiwa dalam Menerima Bimbingan Agama di Pusat
Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten ........................ 77
1. Faktor Pendukung......................................................... 77
2. Faktor Penghambat ....................................................... 78
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................. 80
A. Simpulan .......................................................................... 80
B. Implikasi ........................................................................... 80
C. Saran ................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 83
LAMPIRAN ................................................................................ 88

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.3 Data Tenaga Pelayanan Pusat Rehabilitasi Yayasan


Dhira Suman Tritoha Serang Banten...........................................45
Tabel 2.3 Data Sarana dan Prasarana di Pusat Rehabilitasi
Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten............................46

Tabel 3.3 Kegiatan Harian Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang


Banten..........................................................................................49

Tabel 4.4 Profil Informan Pembimbing Agama, Perawat dan


ODGJ .......................................................................................... 56
Tabel 5.4 Data Jenis Kelamin ODGJ di Pusat Rehabilitasi
Yayasan Dhira Suman tritoha Serang Banten ............................. 58
Tabel 6.4 Jadwal Bimbingan Spiritual di Pusat Rehabilitasi
Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten .............................. 66

ix
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi..........................................89

Lampiran 2 Surat Ketersediaan Wawancara................................91

Lampiran 3 Blue Print Pemahaman Keagamaan.........................96

Lampiran 4 Catatan Lapangan ....................................................99

Lampiran 6 Instrumen Pengumpulan Data ODGJ.....................106

Lampiran 7 Instrumen Pengumpulan Data Pembimbing Agama


Dan Perawat...............................................................................116

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masalah kesehatan jiwa atau mental di Indonesia masih
begitu banyak dan perlu adanya dukungan dari pemerintah,
sehingga permasalahan ini dapat teratasi secara baik. Gangguan
jiwa muncul karena menurunnya fungsi mental pada seseorang
sehingga implikasi dari penurunan fungsi tersebut ialah orang
dengan gangguan jiwa akan bertingkah laku yang tidak wajar
dalam kehidupan bermasyarakat. Secara umum timbulnya
gangguan jiwa pada seseorang diakibatkan karena adanya stres
yang berlebihan, depresi, alcoholic (pecandu alkohol) dan faktor
tekanan yang mempengaruhi dari luar dan dari dalam diri
seseorang baik secara lansung maupun tidak langsung. Gangguan
ini akan mempengaruhi manusia pada segala kelompok usia,
mengganggu aktivitas sehari-hari, menjadi kurang atau bahkan
tidak produktif.1

Menurut data RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar)


Kementerian Kesehatan (Riskesdas Kemenkes), pada 2018
sebanyak 282.654 rumah tangga atau 0,67 persen masyarakat
di Indonesia mengalami Skizofrenia/Psikosis. Berdasarkan atas
tingginya angka gangguan jiwa di Provinsi Banten sesuai data

1
Odelan, Hak Pelayanan Dan Rehabilitasi Orang Dengan Gangguan
Jiwa (ODGJ) Terlantar Menurut UU No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Jiwa (Studi Kasus Upt Wanita Tuna Susila Dan Tuna Laras Berastagi) (vol.7
no.1, 2017)

1
2

RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) disebutkan angka


kejadian gangguan mental emosional di Provinsi Banten
mencapai 14%, Gangguan jiwa berat adalah 0,57%, dan Depresi
8,7%. Khususnya di Kabupaten Serang hingga akhir 2017 tercatat
mencapai 631 orang, tersebar di 29 kecamatan. Kecamatan
Padarincang menjadi penyumbang terbanyak ODGJ dengan 73
orang. Ratusan ODGJ tersebut saat ini masih dalam penanganan
intensif tim kesehatan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang Sri Nurhayati memastikan, penderita gangguan jiwa
masih bisa sembuh total. Dengan catatan, asalkan adanya kerja
sama dari pihak keluarga, serta lingkungan sekitar penderita
gangguan jiwa tersebut.2

Bimbingan adalah salah satu metode penanganan yang


umum dilakukan untuk menangani berbagai masalah kejiwaan,
seperti stres berat, depresi, dan gangguan cemas. Psikoterapi
biasanya dilakukan perorangan, tapi terkadang juga bisa
dilakukan secara berkelompok. Bimbingan merupakan salah satu
langkah penanganan yang sering dilakukan oleh Pembimbing
agama untuk menangani gangguan emosional yang dirasakan
oleh pasien.

Bimbingan dalam Islam yang dapat menyembuhkan


semua aspek psikopatologi, baik bersifat duniawi, ukhrawi
maupun penyakit manusia modern adalah sebagaimana dari
ungkapan Ali bin Abi Thalib, sebagai berikut :
2
https://www.radarbanten.co.id/631-warga-kabupaten-serang-alami-
gangguan-jiwa-padarincang-mendominasi/ (diakses pukul 11.11 pada tanggal
22 Februari 2021)
3

1. Membaca Quran sambil memahami artinya

2. Melakukan shalat malam

3. Bergaul dengan orang sholeh

4. Berpuasa

5. Dzikir malam3

Melalui bimbingan agama, dapat melatih pasien untuk belajar


mengenali kondisi, perasaan, dan pikiran yang menyebabkan
keluhan serta membantu pasien untuk membentuk perilaku yang
positif terhadap masalah yang sedang dihadapi. Peran
pembimbing agama diperlukan melalui bimbingan agama dan
diharapkan akan lebih mampu mengendalikan diri dan merespon
situasi yang sulit dengan lebih baik.

ِ ‫يَا أَيُّها َ النا َّ سُ قَ ْد جا َ َء ْت ُك ْم َمىْ ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ُك ْم َو ِشفا َ ُء لِما َ فِي الصُّ ُد‬
‫ور‬
َ‫َوهُدًي َو َرحْ َمة لِ ْل ُمؤ ِمنِين‬

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu


pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-
penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman”.4

3
https://lampung.kemenag.go.id/artikel/38911/agama-sebagai-
psikoterapi-religius-dan-implikasinya-bagi-pendidikan-agama (diakses pukul
10.32 pada tanggal 28 Februari 2021).
4
Q.S. Yunus:57.
4

Makna hidup manusia yang tertinggi adalah pengabdian


diri kepada Tuhan pencipta diri dan alam semesta. Agama
mampu memberikan makna, arti dan tujuan hidup. Tanpa agama
kehidupan manusia akan terasa hampa, tidak bermakna dan
bersifat mekanis. Tanpa agama menurut Zakiah Darajat, jiwa
manusia tidak bisa merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam
hidup. Maka agama dan kepercayaan kepada Tuhan adalah pokok
manusia yang menolong orang dalam memenuhi kekosongan
jiwanya.5 Fungsi agama ada empat, yaitu : Agama memberikan
bimbingan dan petunjuk dalam hidup, agama adalah penolong
dalam kesukaran, Agama menentramkan batin, Agama
mengendalikan moral.

Agama diperlukan dalam permasalahan sosial di


masyarakat. Agama bagi manusia adalah sebagai pegangan dan
petunjuk kehidupan.6 Agama memberikan ajaran kepada manusia
berupa kesadaran hidup yang sesungguhnya, memberikan
perlindungan dan tuntunan terhadap lima unsur pokok yang ada
pada manusia, yaitu akal pikiran, badan, harta, keturunan, dan
lingkungan hidup secara menyeluruh.7 Dengan adanya agama
menjadikan hidup manusia terarah dan lebih tentram, jawaban
dari berbagai permasalahan.

5
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan (Jakarta:
Gunung Agung, 1995), hlm. 52.
6
Faizah dan Lalu Muchsin, Psikologi Dakwah (Jakarta: Kencana,
2006) , hlm. 212.
7
Faizah dan Lalu Muchsin, Psikologi Dakwah (Jakarta: Kencana,
2006) , hlm. 214.
5

Bimbingan agama merupakan salah satu cara untuk


mengubah sesuatu kearah yang lebih baik, bimbingan yang
dilakukan bisa terlaksana secara individu maupun kelompok.
Menurut Soetopo dan Soemanto, memaknai arti pembinaan lebih
kepada mempertahankan apa yang telah ada sebelumnya serta
berupaya untuk menyempurnakan.8 Sedangkan kata Agama
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem
yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya. Agama Islam merupakan agama yang memiliki
nilai dan norma yang mengikat dalam kehidupan penganutnya
dan mampu memberikan kekuatan dalam menghadapi tantangan.
Hubungan agama dan kesembuhan bagi pasien rehabilitasi
sangat berhubungan dan saling mempengaruhi. Agama berperan
sebagai pelindung dari penyebab masalah, dengan adanya
bimbingan keagamaan diharapkan pasien dapat menerima
keadaan dan pasien merasa yakin bahwa gangguan atau penyakit
bukan merupakan penghalang untuk melakukan aktivitas.
Orang yang dikatakan gangguan jiwa bila sering cemas
tanpa diketahui penyebabnya, malas, tidak ada lagi gairah untuk
bekerja, badan lesu dan sebagainya. Sedangkan sakit jiwa adalah
orang yang pandangannya jauh berbeda dari pandangan orang
pada umumnya, jauh dari realitas, yang dalam istilah sehari-hari

8
Hamruni, Pembinaan Agama Islam di Pesantren Muntasirul Ulum
MAN Yogyakarta III (Tinjauan Psikologi Humanistik dan Religius) (vol.13
no.1, 2016) .
6

dikenal miring, gila dan sebagainya.9 Gangguan jiwa disebabkan


karena adanya tekanan psikologis yang disebabkan oleh adanya
tekanan dari luar individu maupun tekanan dari dalam individu.
Gangguan jiwa adalah gangguan yang ada dalam cara berfikir,
kemauan, emosi dan tindakan.
Dilihat dari kondisi kejiwaan pasien yang tidak stabil,
tentu diperlukan cara-cara khusus untuk dapat mencapai hasil
yang diharapkan. Pembimbing agama mengajak pasien mengikuti
kegiatan tersebut dengan baik dan tanpa paksaan.
Mengklasifikasikan pasien sesuai tingkat gangguan kejiwaannya,
pembinaan klasik berupa dzikir, shalat berjamaah, membaca al-
quran, pembinaan individual, menyediakan sebuah lingkungan
yang aman, dan pendekatan dengan kasih sayang. Pendekatan
Orang Dengan Gangguan Jiwa mampu memahami keagamaan
yang diberikan oleh pembimbing agama.
Salah satu lembaga yang fokus pada permasalahan ini
salah satunya di Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman
Tritoha, tempat rehabilitasi milik swasta yang berorintasi pada
penyembuhan medis, obat-obatan dan juga melalui bimbingan
agama dengan kondisi pasien gangguan jiwa. Yayasan Dhira
Suman Tritoha menerapkan bimbingan agama sebagai upaya
memulihkan dan mengembalikan kondisi para pasien agar lebih
baik dari segi agama.10

9
Zakiah Darajat, Kesehatan Mental (Jakarta:PT. Gunung Agung,
1998), hlm. 11.
10
Hasil wawancara dengan pak Dery, Perawat, di Pusat Yayasan
Dhira Suman Tritoha Serang Banten, pada tanggal 24 Februari 2021.
7

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik melakukan


penelitian bagaimana bentuk pembinaan keagamaan di tempat
rehabilitasi dengan judul penelitian “Pemahaman Keagamaan
ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) Pasca Menerima
Bimbingan Agama di Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira
Suman Tritoha Serang Banten”

B. Batasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah
Untuk membatasi pembahasan dalam skripsi ini, maka
penulis perlu memberikan batasan-batasan yang akan diteliti.
Untuk itu penulis membatasi pada Pemahaman Pasien ODGJ
(Orang Dengan Gangguan Jiwa) Pasca Menerima Bimbingan
Agama di Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha
Serang Banten. Subjek penelitian ini adalah beberapa pasien
ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa).

Bimbingan agama ini penting dilakukan untuk menjalani


kehidupan sehari-hari baik di lingkungan rehabilitasi maupun di
masyarakat, sehingga akan lebih mengerti dan memahami makna
hidup yang sedang dijalani.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas,


perumusan masalah yang dijadikan penelitian dalam penulisan ini
yaitu:
8

1. Bagaimana pemahaman keagamaan ODGJ pasca


menerima bimbingan agama di Pusat Rehabilitasi
Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten?
2. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat bimbingan
agama terhadap ODGJ di Pusat Rehabilitasi Yayasan
Dhira Suman Tritoha Serang Banten?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
a. Untuk mengetahui pemahaman ODGJ pasca
menerima bimbingan agama di Pusat Rehabilitasi
Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten.
b. Untuk mengetahui apa saja faktor yang
mempengaruhi bimbingan agama yang diberikan
kepada ODGJ
2. Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
a. Akademis: Dapat menambah pengetahuan dan
wawasan pembaca khususnya mahasiswa Jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam tentang pentingnya
memahami ODGJ dalam bimbingan agama.
b. Praktis: Dapat dijadikan evaluasi atau sosial
kontrol bagi lembaga Rehabilitasi Yayasan Dhira
Suman Tritoha Serang Banten.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode
penelitian kualitatif. Penggunaan pendekatan ini disesuaikan
9

dengan tujuan pokok penelitian, yaitu mendeskripsikan dan


menganalisi menganai pemahaman keagamaan ODGJ pasca
menerima bimbingan agama.

Pada pendekatan penelitian kualitatif ini akan lebih


banyak mementingkan segi proses daripada hasil.11 Oleh karena
itu, akan dilihat dan dianalisis bagaimana pemahaman keagamaan
ODGJ pasca menerima bimbingan agama di Pusat Rehabilitasi
Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten.

2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
data premier dan data sekunder.

a. Data Premier

Data premier yaitu data yang diperoleh peneliti langsung


dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengambilan
data melalui wawancara dengan pihak terkait dan subjek itu
sendiri yang berada di Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha
Serang tersebut.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku-buku,


skripsi, artikel, dan jurnal yang memliki relevensi terhadap objek
penelitian ini dan data primer didapat langsung dari informan.

11
Mariana, Anna,.Profil Kompetensi Profesional Guru Slip: Studi
Kasus Terhadap Kinerja Guru di SLTP Negeri 50 Bandung, (Universitas
Pendidikan Indonesia, 2013).
10

3. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian kualitatif memfokuskan perhatian pada upaya
untuk menerima dan memahami pembinaan keagamaan. Peneliti
terjun langsung kelapangan untuk mencari informasi yang
dibutuhkan berkenaan dengan pemahaman ODGJ dalam
bimbingan agama di Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman
Tritoha Serang Banten.

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam


penelitian ini yaitu melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi.

a. Observasi

Observasi adalah melakukan pengamatan dan pencatatan


suatu obyek, secara sistematis mengenai fenomena yang
diselidiki dan dapat dilakukan sesaat atau berulangkali.12
Observasi ini dilakukan karena peneliti ingin memperoleh data
yang konkrit dan lebih mendalam untuk bisa menggambarkan
pemahaman keagamaan pasien pasca menerima bimbingan
spritual di Pusat Rehabilitasi Dhira Suman Tritoha.

b. Wawancara

Wawancara adalah interaksi anatar individu dengan


individu lainnya yang bertujuan untuk menggali informasi atau
data secara langsung dan akurat. Wawancara ini dilakukan untuk

12
Haryanto dan Sukandarrumidi, Dasar-Dasar Penulisan Proposal
Penelitian (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2014), hlm. 35.
11

memperoleh informasi atau data yang terkait dengan


13
pembahasan.

c. Dokumentasi

Dengan teknik dokumentasi, peneliti dapat memperoleh


informasi bukan dari dokumen yang ada pada informan dalam
bentuk peninggalan budaya, karya seni dan daya pikir.14 Metode
ini mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, majalah, surat kabar dan sebagainya.

4. Subjek dan Objek penelitian


a. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah semua orang yang menjadi


narasumber atau informan yang dapat memberikan keterangan
mengenai masalah penelitian.15 Adapun subjek penelitian
menurut Surasmi adalah memberi batasan subjek penelitian
sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel
penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan.16 Dalam
penelitian ini yang menjadi subjek adalah Orang Dengan
Gangguan Jiwa di Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman
Tritoha Serang Banten.

13
Kartiko Widi, Asas metodologi Penelitian (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010), hlm. 241.
14
Djaman Santori, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Alfabeta, 2013), hlm. 148.
15
Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar (Jakarta: Bina
Aksara, 1989), hlm. 91.
16
Surasmi, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2016), hlm.
26.
12

b. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah hal yang menjadi sebuah


penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian
untuk mendapatkan solusi dan permasalahan.17 Dalam penelitian
ini yang menjadi objek penelitian adalah Pemahaman Keagamaan
di Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang
Banten.

5. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel
pertimbangan tertentu karena tidak semua sampel memiliki
18
kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh
karena itu, penulis memilih teknik purposive sampling yang
menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria
tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan
dalam penelitian ini.

6. Teknik Analisis Data


Analisis data yaitu analisis berdasarkan data yang
diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau
menjadi hipotesis, kemudian dicarikan data lagi secara berulang-

17
Surasmi, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar (Jakarta: Bina
Aksara, 1989), hlm. 59.
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif (Bandung : CV
Alfabeta, 2016), hlm. 240.
13

ulang hingga dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut dapat


diterima atau ditolak.19

Proses analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki


lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Penelitian telah dilakukan analisi data sebelum peneliti turun
kelapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk
menentukan fokus penelitian.

Selama di lapangan atau pada saat pengumpulan data


berlangsung penelitian juga telah melakukan analisis. Seperti
observasi dan wawancara, jika jawaban kurang memuaskan,
maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai
memperoleh data yang cukup. Untuk memperkuat teknik analisis
data tersebut maka dalam hal ini peneliti menggunakan tahapan
teknik kata kualitatif model Miles dan Huberman (dalam
Sugiyono, 2018).

a. Reduksi data memberikan gambaran yang lebih jelas


mempermudah untuk melakukan pengumpulan data.
Oleh karena itu, dapat dilakukan reduksi data yang
berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan
polanya serta membuang yang tidak diperlukan.
b. Penyajian data menampilkan data agar memiliki
visibilitas yang lebih jelas. Penyajian data yang
19
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif (Bandung : CV
Alfabeta, 2018), hlm. 335.
14

dimaksud dapat sesederhana tabel dengan format yang


rapi, grafik, chart, pictogram dan sejenisnya. Melalui
penyajian data tersebut maka data terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan sehingga semakin
mudah untuk dipahami.
c. Menarik kesimpulan awal yang dikemukakan sifatnya
masih sementara dan akan berubah bila ditemukan
bukti-bukti yang kuat untukyang mendukung tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila bukti
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikekukakan merupakan kesimpulan kredibel.20

7. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penulis melakukan penelitian di Rehabilitasi Yayasan
Dhira Suman Tritoha yang beralamat di Jl. Raya Palka km.8 Kp.
Cileuewung rt. 013/004 Ds. Kadubeureum, Kec. Pabuaran, Kab.
Serang-Banten. Adapun penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari 2021- Juli 2021.

E. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian ini diadakan tinjauan pustaka
terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk
menghindari plagiat.

20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif (Bandung : CV
Alfabeta, 2018), hlm. 337-345.
15

a. Muzayanah, dengan judul skripsi “Peran pembimbing


Agama dalam Merehabilitasi Remaja Putus Sekolah di
Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus” hasil
penelitian ini diambil dari Jurusan Bimbingan
Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015. Isi dari skripsi ini adalah meneliti tentang peran
pembimbing pada remaja putus sekolah di panti sosial
bina remaja, dengan menggunakan metode ceramah
dan tanya jawab. Pendekatan yang dilakukan
pembimbing yaitu bimbingan kelompok, memberikan
bimbingan kepada remaja yang berpedoman pada Al-
qur’an dan hadist. Kemudian, bimbingan individu
dilakukan komunikasi secara individu (face to face)
dengan pihak yang dibimbing (remaja). Peran
pembimbing agama dalam merehabilitasi remaja putus
sekolah memiliki implementasi yang cukup baik.
b. Rosidin dan Nurul, dengan judul Jurnal “Pemahaman
Agama Dalam Konteks Kebangsaan: Studi Kasus
pada Organisasi Rohis SMAN 1 Sragen”. Hasil
penelitian ini diambil pada tahun 2017. Isi dari jurnal
ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif. Pemahaman siswa terhadap
keagamaan cukup baik. Karena, responden memeluk
agama sejak lahir sebagaimana agama yang dianut
oleh orang tua mereka, diwujudkan dalam perilaku
melaksanakan ajaran Agama Islam secara benar.
16

c. Barkah Hidayah, dengan judul skripsi “ Pengaruh


Pemahaman Keagamaan Terhadap Ketaatan
Beragama pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Agama islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Hasil
penelitian ini diambil dari Jurusan Pendidikan Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2017. Isi dari skripsi ini
adalah menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Pemahaman keagamaan tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
ketaatan beragama, pengaruh yang diberikan
pemahaman keagamaan terhadap ketaatan beragama
hanya sebesar 0,1% sedangkan sisanya dipengaruhi
oleh faktor kepribadian, kondisi mental, usia,
lingkungan keluarga, lingkungan institusi dan
lingkungan masyarakat.

F. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini sistematika dibagi kedalam enam bab
yangmengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Skripsi, Tesis, dan Disertasi) oleh UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2017.
17

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan


masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini terdiri atas penelitian mengenai teori


pemahaman keagamaan, pengertian gangguan
mental, pengertian bimbingan spiritual dan
kerangka berfikir.

BAB III GAMBARAN UMU LEMBAGA

Bab ini berisi dari profil tentang Rehabilitasi


Yayasan Dhira Suman Tritoha, visi dan misi,
struktur organisasi.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisi tentang uraian penyajian data dan


temuan penelitian mengenai hasil penelitian yang
dilakukan peneliti untuk mengetahui bagaimana
pemahaman ODGJ dalam bimbingan spiritual di
Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang
Banten.
18

BAB V PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian yang mengaitkan latar


belakang, teori dan rumusan teori baru dari
peneliti yang meliputi peran pembimbing agama
dalam pemahaman kegamaan ODGJ di
Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang
Banten.

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Bab ini terdiri Kesimpulan, Implikasi dan saran,


dengan mengemukakan kesimpulan hasil
penelitian pada tiap-tiap bab.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pemahaman Keagamaan

1. Pengertian Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti
mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses
pembuatan cara memahami (Zul, Fajri & Senja, 2008: 607-608).
Menurut Poesprojo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan
kegiatan berfikir semata, melainkan memindakan letak dari dalam
berdiri disituasi atau dunia orang lain mengalami kembali situasi
yang dijumpai pribadi lain di dalam erlebnis (sumber
pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman
pikiran), pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan
suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya
dalam orang lain.21

Pengertian pemahaman menurut Anas Sudijono, adalah


kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang
kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan
hafalan.

21
Marcelinus, Pemahaman dan Penerimaan Mahasiswa Universitas
Immanuel Yogyakarta Terhadap Pluralitas Agama (Universitas Sanata
Dharma, 2019).

19
20

Menurut Nana Sudjana, pemahaman adalah hasil belajar.


Misalnya peserta didik dapat menjelaskan dengan susunan
kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya atau didengarnya,
memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan guru dan
menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa seseorang dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberikan uraian
yang lebih rinci tentang hal yang dipelajari dengan menggunakan
bahasanya sendiri. Lebih baik lagi apabila seseorang dapat
memberikan contoh atau mensinergikan apa yang dia pelajari
dengan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitarnya.22

2. Tingkatan dalam Pemahaman


Pemahaman merupakan salah satu patokan kompetensi
yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar. Dalam proses
pembelajaran, setiap individu memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dalam memahami apa yang dipelajari. Ada yang
mampu memahami materi secara menyeluruh dan ada pula yang
tidak samasekali mengambil makna dari apa yang telah dipelajari,
sehingga yang dicapai hanya sebatas mengetahui. Untuk itulah
terdapat tingkatan-tingkatan dalam memahami.

Menurut Daryanto (2008:106) kemampuan pemahaman


berdasarkan tingkat kepekaan dan derajat penyerapan materi
dapat dijabarkan kedalam tiga tingkatan, yaitu:

22
Nana Sudjana, Peniliaian Hasil Proses Belajar Mengajar
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995) hlm. 24.
21

a). Menerjemahkan (translation)

Pengertian menerjemahkan bisa diartikan sebagai


pengalihan arti bahasa yang satu kedalam bahasa yang
lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu
model simbolik untuk mempermudah orang
mempelajarinya. Contohnya dalam menerjemahkan
Bhineka Tunggal Ika menjadi berbeda-beda tapi tetap
satu.

b). Menafsirkan (interpretation)

Kemampuan ini lebih dari menerjemahkan, ini adalah


kemampuan untuk mengenal dan memahami.
Menanfsirkan dapat dilakukan dengan cara
menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan
pengetahuan yang diperoleh berikutnya, menghubungkan
dengan kondisi grafik dengan kondisi yang dijabarkan
sebenarnya, serta membedakan yang pokok dan tidak
pokok dalam pembahasan.

c). Mengekstrapolasi (extrapolation)

Mengekstrapolasi menuntut kemampuan intelektual yang


lebih tinggi karena seseorang dituntut untuk bisa melihat
sesuatu dibalik yang tertulis. Dapat membuat estimasi,
prediksi berdasarkan pada pengertian dan kondisi yang
diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemampuan
22

membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan


implikasi dan konsekuensinya.

3. Evaluasi Pemahaman
Pembelajaran sebagai salah satu upaya yang dilakukan
untuk membuat individu belajar, tentu adanya evaluasi. Penilaian
yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
(pemahaman) dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam
pembelajaran. Agar penilaian tidak hanya berorientasi pada hasil,
maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran ranah yang
terkandung dalam tujuan yang diklasifikasikan menjadi tiga
ranah, yaitu:

a). Cognitive Domain (Ranah Kognitif), berisi perilaku-


perilaku yang menekan pada aspek intelektual, seperti
pengetahuam, pengertian, dan keterampilan.

b). Affectif Domain (Ranah Afektif), berisi perilaku-


perilaku yang menenkan pada aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi dan cara penyesuaian diri.

c). Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor), berisi


perilaku-perilaku yang menekan pada aspek keterampilan
motorik seperti tulis tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin.23

23
Mujiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta,
1999), hlm. 201.
23

4. Pengertian Keagamaan

Pengertian keagamaan secara etimologi, istilah


keagamaan itu berasalh dari kata “agama” yang mendapat awalan
“ke” dan akhiran “an” sehingga menjadi keagamaan. W.J.S
Poerwaarminta (1986:18), memberikan arti keagamaan sebagai
berikut: keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat dalam agama
atau segala sesuatu mengenai agama, misalnya perasaan
keagamaan, atau soal-soal keagamaan. Adapun secara istilah H.M
arifin (1985:69), memberi pengertian “agama” dilihat dari dua
aspek, yaitu: aspek subjektif (pribadi manusia) dan aspek
objektif.

Aspek subjektif agama mengandung pengertian tingkah


laku manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan berupa
getaran batin yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkah laku
tersebut kepada pola hubungan antar manusia dengan Tuhannya
dan pola hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya.

Aspek objektif agama dalam pengertian ini mengandung


nilai-nilai ajaran Tuhan yang bersifat menuntun manusia kearah
yang sesuai dengan kehendak ajaran tersebut.24 Menurut
Elizabeth K. Nottingham dalam buku Jalaludin, agama adalah
gejala yang begitu sering “terdapat dimana-mana” dan agama
24
https://www.academia.edu/20127276/Definisi_agama_dan_keagam
aan (diakses pada pukul 10.13 tanggal 11 Februari 2021).
24

berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur


dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan
alam semesta. Selain itu, agama dapat membangkitkan
kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga perasaan takut.
Meskipun, perhatian tertuju kepada adanya suatu dunia yang tak
dapat dilihat (akhirat), namun agama melibatkan dirinya dalam
masalah-masalah kehidupan sehari-hari di dunia, baik kehidupan
individu maupun kehidupan sosial.25

Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu


sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum
norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap
dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang
dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti yang khusus
dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri
khas.

Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong


individu untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang
dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai
mempunyai unsur kesucian, serta ketaatan. Keterkaitan ini akan
memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu.
Sedangkan agama sebagai nilai etik karena dalam melakukan
sesuatu tindakan seseorang akan terikat kepada ketentuan antara

25
Jalaludin, Psikologi Agama. (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2012),
hlm. 317.
25

mana yang boleh dan tidak menurut ajaran agama yang


dianutnya.26

B. Gangguan Jiwa

1. Pengertian Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa
yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
menimbulkan pada individu dan hambatan dalam melaksanakan
peranan sosial (Keliat 2012).27 Menurut Yosep (2014) gangguan
jiwa adalah sekumpulan gejala patologik dominan yang berasal
dari unsur jiwa.28

Menurut Nasir dan Muhith (2011), gangguan jiwa adalah


gangguan pada fungsi mental yang meliputi emosi, pikiran,
perilaku, perasaan, motivasi, kemauan, keinginan, daya tarik diri,
dan persepsi sehingga mengganggu dalam proses hidup
masyarakat.29

Menurut Kartini Kartono, gangguan jiwa atau mental


merupakan bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental
(kesehatan mental) yang disebabkan oleh kegagalan bereaksinya
mekanisme adaptasi dari fungsi kejiwaan atau mental terhadap

26
Allan Menzies, Sejarah Agama-Agama, (Yogyakarta: Forum,
2014) , hlm. 11.
27
Keliat., Akemant., Perawatan Kesehatan Jiwa Komunitas,CMHN,
(Jakarta: 2012), hlm 135.
28
Yosep., dan Sutini, Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Mental Healt Nursing, (Bandung: Refiika Aditama), hlm. 264.
29
Nasir., Abdul Muhith, Metodologi Penelitian Kesehatan,
(Yogyakarta: Mulia Medika, 2011), hlm. 164
26

situasi gangguan struktus pada satu bagian, satu organ, atau


sistem kejiwaan.30

Sedangkan menurut Undang-undang RI No.18 tahun


2014, Orang Dengan gangguan Jiwa disingkat ODGJ adalah
orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan
perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala
dan perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan
penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi sebagai
manusia.31

Ciri-ciri gangguan jiwa Akemat, Helena, Keliat &


Nurhaeni (2011):

a. Sedih berkepanjangan.
b. Tidak semangat dan cenderung malas.
c. Marah tanpa sebab.
d. Mengurung diri.
e. Tidak mengenali orang.
f. Biacara kacau.
g. Bisacar sendiri.
h. Tidak mampu merawat diri.32

30
Kartono Kartini, Patologi Sosial Jilid 1, (Jakarta: Rajawali Pers,
2015), hlm. 269.
31
Syamsyudin Amir, Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor
5571 oleh Menteri Hukum dan hak Asasi Manusia (Jakarta: 2014)
32
Akemat, dkk., Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN
(Basic Course), (Jakarta: EGC), hlm. 324.
27

Jadi beberapa definisi gangguan jiwa di atas, dapat


disimpulkan bahwa gangguan jiwa adalah suatu kumpulan dari
keadaan yang tidak normal baik pada mental maupun fisik
sehingga berakibat pada perubahan pada fungsi jiwa individu atau
hambatan dalam melaksanakan peran sosial.

2. Penyebab Gangguan Jiwa


Proses mengenai munculnya gangguan jiwa dipengaruhi
oleh banyak faktor. Menurut Luh Ketut Suryani, gangguan jiwa
dapat terjadi karena tiga faktor yang bekerja sama sebagai
berikut:

a. Faktor Biologis

Gangguan mental adalah suatu penyakit seperti


kriteria penyakit dalam ilmukedokteran, para psikiater
mengadakan banyak penelitian, diantaranya mengenai
perbedaan-perbedaan neurotransmitter, biokimia, anatomi
otak, dan faktor genetic yang ada hubungannya dengan
gangguan mental. Gangguan mental sebagian besar
dihubungkan dengan keadaan neurotransmiter diotak.

Pembuktian lain menyatakan bahwa gangguan mental


merupakan penyakit di dalam studi keluarga. Pada
keluarga penderita gangguan efektif, lebih banyak
gangguan efektif daripada skizofrenia. Skizofrenia erat
hubungannya dengan faktor genetic, tetapi psikos
paranoid tidak ada hubungannya dengan faktor genetik.
28

Apabila salah satu orangtua mengalami skizofrenia,


kemungkinan 15% anaknya mengalami skizofrenia.
Sementara itu, apabila kedua orang tua menderita, 35-
68% anaknya menderita skizofrenia. Kemungkinan
skizofrenia meningkat apabila orang tua, anak dan saudara
kandung menderita skizofrenia. Pendapat ini didukung
oleh Slater (1996).

b. Faktor Psikologis

Kepribadian merupakan bentuk ketahanan relative


dari situasi interpersonal yang berulang-ulang yang khas
untuk kehidupan manusia. Perilaku yang sekarang bukan
merupakan ulangan impulsive dari riwayat waktu kecil,
tetapi merupakan retensi pengumpulan dan pengambilan
kembali. Setiap penderita yang mengalami gangguan
mental fungsional memperlihatkan kegagalan yang
mencolok dalam satu atau beberapa fase perkembangan
akibat tidak kuatnya hubungan personal dengan keluarga,
lingkungan sekolah, atau dengan masyarakat sekitarnya.

c. Faktor Sosiokultural

Gangguan jiwa yang terjadi berbagai negara memiliki


perbedaan terutama mengenai pola perilakunya.
Karakteristik suatu psikosis dalam dalam suatu
sosiokultural tertentu yang berbeda dengan budaya
lainnya.
29

Pakar bidang terapis, Munadji yang mengemukakan


bahwa dalam pikiran manusia itu terdapat suatu energi
yang dibedakan dalam dua jenis, yaitu energi positif dan
negatif. Energi positif dalam pikiran muncul dan dibentuk
oleh suatu kondisi yang mengarah kepada hal-hal yang
bersifat positif, seperti cinta kasih, keyakinan, kesadaran,
ketenangan, dan kebijaksanaan. Sementara itu, sifat
negatif dibangun oleh kondisi pikiran yang selalu muncul
rasa iri, dengki, serakah, sombong, khawatir, ragu-ragu,
egois, putus asa, dan lain-lain. Sifat negatif dan positif
yang ada dalam pikiran manusia akan memunculkan suatu
energi negatif dan positif yang sangat berpengaruh
terhadap kesehatan manusia.

Pikiran negatif dan positif berpengaruh terhadap


kesehatan manusia. Berdasarkan pemahaman dan
berkembang dalam hasil pengalaman pengobatan, pada
dasarnya manusia itu terdiri atas dua elemen dasar, yaitu
materi dan batin. Pembentukan unsur materi diawali
dengan proses biologis dari pertemuan ovum dan sperma.
Dalam perkembangan kedua sel tersebut untuk menjadi
manusia , dipengaruhi oleh empat energi, yaitu energi
pikiran, perbuatan, makanan, temperatur. Keempat energi
berfungsi untuk mengikat, memengaruhi, membentuk, dan
memberi materi yang ada dalam alam ini untuk
membentuk tubuh. Keempat energi pula yang
memengaruhi muncul getaran negatif, positif, dan netral
30

dalam diri manusia. Apabila kita jatuh sakit, salah satu


sebabnya adalah terlalu banyak pikiran manusia yang
memproduksi energi negatif. Demikian sebaliknya,
pikiran yang selalu didasari oleh rasa tenang,
kebijaksanaan dan cinta kasih, akan menghasilkan suatu
energi positif yang membuat tubuh kita menjadi sehat.33

3. Klafisikasi Gangguan Jiwa


Sistem klasifikasi pada ICD (international Classification
of Disease) dan DSM (Dioagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder) menggunakan sistem kategori. ICD
menggunakan sistem aksis tunggal (uniaksis), yang mencoba
menstandartkan diagnosis menggunakan definisi deskriptif dari
kriteria diagnosis pada DSM menggunakan sistem multi aksis,
yang menggambarkan berbagai gejala yang harus ada agar
diagnosis dapat ditegakkan. Multi aksis tersebut meliputi sebagai
berikut:

Aksis 1: Sindrom klinis dan kondisi lain yang mungkin


menjadi perhatian fokus klinis

Aksis 2: Gangguan kepribadian dan retardasi mental

Aksis 3: Kondisi medis secara umum

Aksis 4: Masalah lingkungna dan psikososial

Aksis 5: Penilaian fungsi secara global

33
Paisol, Patologi Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), hlm. 68-71.
31

Pedoman penggolongan dan diagnosis ganggguan jiwa di


Indonesia (PPDGJ) pada awalnya disusun berdasarkan klasifikasi
pasa DSM, tetapi pada PPDGJ III disusunberdasarkan ICD X.
secara singkat, klasifikasi PPDGJ III meliputi:

F0-R09 : Gangguan mental orgnaik (termasuk gangguan


mental sistomatik).

F10-F19 : Gangguan mental dan perilaku akibat


penggunaan zat psikoaktif.

F20-F29 : Skizofrenia, gangguan skizotipal, dan gangguan


waham.

F30-F39 : Gangguan suara perasaan (mood/afektif).

F40-F49 : Gangguan neurotic, gangguan somatoform, dan


gangguan terkait stress.

F50-F59 : Sindroma perilaku yang berhubungan dengan


gangguan fisiologis dan faktor fisik.

F60-F69 : Gangguan kepribadian dan perilaku dewasa.

F70-F79 : Reterdasi mental.

F80-F89 : Gangguan perkembangan psikologis.


32

F90-F98 : Gangguan perilaku dan emosional dengan onset


biasanya pada anak dan remaja.34

C. Bimbingan Agama

1. Pengertian Bimbingan
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan
dari bahasa inggris “guidance” kata “guidance” adalah kata
dalam bentuk mashdar (kata benda) yang berasal dari kata kerja
“to guide” artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun
orang kejalan yang benar. Jadi, kata “guidance” berarti
pemberian petunjuk, pemberian bimbingan atau tuntunan kepada
orang lain yang membutuhkan.

Definisi bimbingan dikemukakan dalam Year’s Book of


Education (1995), yang menyatakan: Bimbingan adalah suatu
proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk
menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar
memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.

Menurut Crow & Crow, bimbingan diartikan bantuan


yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang
memiliki pribadi yang baik dan berpendidikan yang memadai
kepada seorang individu dari setiap usia dalam mengembangkan
kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah

34
Erlina, Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan
Pasien Gangguan Jiwa Dalam Mengkonsumsi Obat di puskesmas Rejoso
Kabupaten Nganjuk. (Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang, 2019).
33

pandangannya membeuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya


sendiri.35

Samsul Amin berpendapat bahwa; bimbingan adalah


bantuan yang diberikan secara sistematis kepada seseorang atau
masyarakat agar mereka memperkembangkan potensi-potensi
yang dimilikinya sendiri dalam upaya mengatasi berbagai
permasalahan, sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan
hidupnya secara bertanggung jawab tanpa harus bergantung
kepada orang lain, dan bantuan itu dilakukan secara terus
menerus.

Elfi & Rifa berpendapat bahwa; bimbingan merupakan


suatu proses pemberian bantuan yang ditunjukan kepada individu
atau sekelompok individu yang besangkutan dapat mengenali
dirinya sendiri, baik kemampuan-kemampuan yang dimiliki serta
kelemahan kelemahan yang selanjutnya dapat mengambil
keputusan sendiri dan bertanggung jawab dalam menentukan
jalan hidupnya, mampu memecahkan sendiri kesulitan yang
dihadapi serta dapat memahami tepat dan akhirnya dapat
memperoleh kebahagiaan hidup.36

Bimbingan merupakan suatu tuntunan mengandung


pengertian bahwa di dalam memberikan bantuan itujika keadaan

35
Samsul Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah,
2010), hlm. 3-6.
36
Efli & Rifa., Bimbingan dan konseling islami di sekolah dasar
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 53.
34

menuntut adalah menjadi kewajiban bagi para pembimbing


memberikan bimbingan secara aktif kepada yang dibimbingnya.
Disamping itu, pengertian bimbingan juga berarti memberikan
bantuan atau pertolongan di dalam pengertian bahwa dalam
menentukan arah dapatlah diserahkan kepada yang dibimbingnya.

Jadi, di dalam memberikan bimbingan diserahkan kepada


yang dibimbingnya, hanya di dalam keadaan yang memaksa
maka pembimbing mengambil peranan secara aktif di dalam
memberikan bimbingan. Tidak apa tempatnya jika pembimbing
membiarkan individu yang dibimbingnya terlantar keadannya
apabila telah nyata tidak menghadapi atau mengatasi
persoalannya. Bimbingan dapat diberikan kepada seseorang
individu atau sekumpulan individu. Artinya, bimbingan dapat
diberikan secara individual ataupun secara kolektif. Bimbingan
dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan, tanpa
memandang usia, sehingga baik anak-anak maupun dewasa dapat
menjadi objek dari bimbingan. Dengan demikian, bidak gerak
dari bimbingan tidak hanya terbatas kepada anak-anak maupun
para remaja, tetapi juga orang dewasa.

Bimbingan dapat diberikan, baik untuk menghindari


ataupun mengatasi berbagai persoalan atau kesulitan yang
dihadapi oleh individu di dalam kehidupannya. Ini berarti bahwa
bimbingan dapat memberikan, baik untuk mencegah agar
kesulitan itu tidak atau jangan timbul, dan juga dapat diberikan
untuk mengatasi berbagai kesulitan yang telah menimpa individu.
Jadi, lebih bersifat memberikan korektif atau penyembuhan
35

darpada sifat pencegahan. Disamping itu, di dalam memberikan


bimbingan dimaksudkan agar individu atau sekumpulan individu
dapat mencapai kesejahtraan hidupnya, sesuai dengan petunjuk
yang dikehendaki Allah.37

Dalam proses bimbingan agama tidak terjadi begitu saja,


tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang memiliki peran
penting demi keberhasilan proses tersebut. Menurut Gladding
(2009) menyebutkan ada 5 faktor yang dapat mempengaruhi
konseling atau bimbingan:

1. Struktur, membantu memperjelas hubungan antara


pembimbing agama dan yang dibimbing, memberinya
arahan, melindungi hak-hak masing-masing peran.
Dengan struktur, yang dibimbing merasakan adanya
rencana yang rasional, menjelaskan tanggung jawab
dalam penggunaan struktur tersebut.
2. Inisiatif, sebagai motivasi untuk berubah. Sebagian
dari mereka ini bersedia untuk bekerja keras
menghadapi permasalahannya, tetapi sebagian enggan.
3. Setting fisik, bimbingan terjadi dimana saja, tetapi
setting fisik yang nyaman, dapat meningkatkan proses
menjadi lebih baik. Salah satu yang dapat membantu
atau merugikan proses bimbingan adalah tempat
dimana bimbingan berlangsung disuatu ruangan.

37
Samsul Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah,
2010), hlm. 7-8.
36

4. Kualitas klien atau terbimbing, memiliki peran


penting dalam mendukung hubungan maupun proses
bimbingan yang kondusif Kualitas dapat dilihat dari
kesiapan untuk berubah.
5. Kualitas konselor atau pembimbing, sangat membantu
berhasilnya bimbingan, ada karakteristik umum yang
harus dipenuhi oleh seorang pembimbing supaya
dapat membantuterjadinya perubahan dalam diri yang
dihadapi oleh yang dibimbing.38

2. Pengertian Agama
Agama berasal dari bahasa sansekerta yang diartikan
dengan haluan, peraturan, jalan, atau kebaktian kepada Tuhan.
Agama itu terdiri dari 2 kata, “A” dan “Gama” berarti kacau
balau, tidak teratur.39 Adapun menurut istilah ajaran sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) peribadatan kepada Tuhan
serta tata kaidah-kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia serta lingkungannya.

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, agama dalaah


sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut
dengan Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan

38
Mulawarman, Eem Munawaroh,. Psikologi Konseling: Sebuah
Pengantar bagi Konselor Pendidikan, (Universitas Negeri Semarang:2018).
39
Abudin Nata. Metodologi Studi sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2009), hlm. 9.
37

kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan


40
tersebut.

Menurut Zakiyah Darajat (2005) agama adalah proses


hubungan manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang
diyakininya, bahwa sesuatu lebih tinggi darpada manusia.
Sedangkan Glock dan Stark mendefinisikan agama sebagai
sistem symbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem
perilaku yang berlembaga, semuanya terpusat pada persoalan-
persoalan yang dihayati sebagai paling yang maknawi.41

Ada beberapa istilah lain dari agama, antara lain leligi,


religion (Inggirs), religie (Belanda), religio atau relegare (Latin),
dan dien (Arab) yang berarti mengikat. Dalam bahasa Arab,
agama dikenal dengan kata al-din dan al-milah, kata al-din itu
sendiri mengandung berbagai arti bisa al-mulk (kerajaan), al-
khidmat (pelayanan), al-izz (kejayaan), al-ihsan (kebajikan), al-
adat (kebiasaan), al-ibadat (pengabdian), al-islam al-tauhid
(penyerahan dan pegesahan Tuhan). 42

Agama adala suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan


yang dianut sekelompok manusia dengan selalu mengadakan
interaksi dengan-Nya. Pokok persoalan yang dibahas dalam
agama adalah eksistensi Tuhan. Hubungan manusia dengan tuhan

40
Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 9.
41
Darajat Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005),
hlm. 10.
42
Dadang Kahmad. Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm. 13.
38

merupakan aspek metafisika, sedangkan manusia sebagai


makhluk dan bagian dari benda alam termasuk dalam kategori
fisika. Dengan demikian, filsafat membahas agama dari segi
metafisika dan fisika.43

Agama disebut Hadikusuma dalam Bustanuddin sebagai


ajaran yang diturunkan oleh tuhan untu petunjuk bagi umat dalam
menjalani kehidupannya.44 Ada juga agama diseut sebagai suatu
ciri kehidupan sosial manusia yang universal dalam arti bahwa
semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola
perilaku yang memenuhi untuk disebut “agama” yang terdiri dari
tipe-tipe symbol, citra, kepercayaan dan nilai-nilai spesifik
dengan nama makhluk manusia menginterpretasikan eksistensi
mereka yang di dalamnya juga mengandung komponen ritual.45

Dari sitilah agama inilah kemudian muncul apa yang


dinamakan religiusitas. Glock dan Stark merumuskan religiusitas
sebagai komponen religius yang berhubungan dengan agama atau
keyakinan iman), yang dapat dilihat melalui aktivitas atau
perilaku individu yang bersangkutan dengan agama atau
keyakinan yang dianut. Religiusitas sering kali diidentikan
dengan keberagaman, di artikan sebagai seberapa jauh
pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan

43
Bakhtiar Amsal, Filsafat Agama (Wisata Pemikiran dan
kepercayaan Manusia), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 2.
44
Bustanuddin. Agama dalam Kehidupan Manusia: Pengantar
Antropologi Agama. (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006), hlm. 33.
45
Dadang Kahmad. Soiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm. 13.
39

ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama


yang dianutnya.

3. Fungsi Agama

Agama sebagai cara bertingkah laku, sebagai sistem


kepercayaan atau sebagai emosi yang khusus. Thoules emandang
agama sebagai hubungan praktis yang dirasakan dengan apa yang
dipercayai sebagai makhluk atau sebagai wujud yang lebih tinggi
dari manusia.46

Sebagai apa yang dipercayai, agama memiliki peranan


penting dalam kediupan manusia baik secara pribadi maupun
kelompok. Secara umum agama berfungsi sebagai jalan penuntun
penganutnya untuk mencapai ketenangan hidup dan kebahagiaan
di dunia mauun di kehidupan kelak. Menurut Hendro Puspito,
fungsi agama bagi manusia meliputi:

a. Fungsi Edukasi

Manusia mempercayakan fungsi edukasi pada agama


yang mencakup tugas mengejar dan membimbing.
Keberhasilan pendidikan terletak pada pendayagunaan
nila-nilai rohani yang merupakan pokok-pokok
kepercayaan agama. Nilai yang diresapkan antara lain:
makna dan tujuan hidup, hati nurani, rasa tanggung jawab
dan Tuhan.

46
Sururin. Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), hlm. 4.
40

b. Fungsi Penyelamatan

Agama dan segala ajarannya memberikan jaminan


kepada manusia keselamatan di dunia dan akhirat.

c. Fungsi Pengawasan Sosial

Agama ikut bertanggung ajwab terhadap norma-


norma sosial sehingga agama menyeleksi kaidah-
kaidah sosial yang ada, mengukuhkan yang baik
dan menolak kaidah yang buruk agar selanjutnya
ditinggalkan dan dianggap sebagai larangan.
Agama juga memberikan sanki-sanki yag harus
dijatuhkan kepada orang yang melanggar larangan
dan mengadakan pengawasan yang ketat atas
pelaksanannya.

d. Fungsi Memupuk Persaudaraan

Persamaan keyakinan merupakan salah satu


ersamaan yang bisa memupuk rasa persaudaraan
yang kuat.manusia dalam persaudaraan hanya
elibatkana sebagaian dirinya saja, melainkan
seluruh pribadinya juga dilibatkan dalam suatu
keimanan yang terdalam dalam suatu yang
tertinggi yang dipercaya bersama.

e. Fungsi Trasformatif
41

agama mampu melakuan perubahan teradap


bentuk kehidupan masyarakat lama dalam bentuk
kehiduan baru. Hal ini dapat berarti pula
menggantikan nilai-nilai adat yang kurang
manusiawi. Sebagai contoh kaum Qurais pada
jaman Nabi Muhammad SAW yang memiliki
kebiasaan jahiliyah karena kedatangan Islam
sebagai agama yang menanamkan nilai-nilai lama
yang tidak manusiawi dan dihilangkan. 47

47
Sururin. Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), hlm. 12`
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSAT REHABILITASI YAYASAN
DHIRA SUMAN TRITOHA SERANG BANTEN

A. Latar Belakang Lembaga


Panti rehabilitasi gangguan jiwa/mental narkotik dan
lansia yang berada dibawah payung hukum yayasan Dhira Suman
Tritoha berdiri atas prakarsa orang-orang yang berkompeten
dibidangnya dan berkomitmen tinggi serta memiliki jiwa sosial
yang mempuni, karena menangani orang-orang dengan gangguan
mental, narkotik dan geriatric sangatlah rumit unik serta
membutuhkan kesabaran yang tinggi. Kebanyakan orang
beranggapan bahwa orang-orang dengan gangguan tsb dirasa
sebagai suatu beban, dan di pandang sebelah mata, padahal
gangguanjiwa/mental dapat terjadi pada siapa saja tidak pandang
kaya, miskin, tua, muda, pria, wanita serta latar belakang
pendidikan, jabatan, profesi tersebut. Gangguan jiwa dapat
dipulihkan/disembuhkan kembali.48

Tepatnya pada tanggal 09 Februari 2012 dengan


menempati lahan dan bangunan yang sangat strategis berdirilah
kegiatan panti rehabilitasi khusus gangguan jiwa/mental narkotik
dan lansia yang berlokasi kp. Cileuweung rt. 13 rw. 04 ds.
Kadubeureum kec. Pabuaran kabupaten serang provinsi banten.
Dengan kehadiran yayasan ini diwilayah serang dan sekitarnya

48
Data dari Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha, pada
tanggal 24 Februari 2021.

42
43

diharap dapat diterima dan dapat bermanfaat bagi yang


membutuhkannya dan tidak perlu jauh-jauh seperti selama ini
yang selalu dibawa ke Jakarta atau Bogor.

Saat ini, hampir diseluruh dunia mengembangkan


program kesehatan mental survei WHO mengungkapkan bahwa
beban sosial ekonomi yang disebabkan oleh masalah kesehatan
jiwa menempati urutan ke 4 survei lain mengungkapkan bahwa
20-30% pasien yang berkunjung ke pelayanan kesehatan primer
memperlihatkan gejala-gejala gangguan mental. Berdasarkan
hasil penelitian, prevalensi gangguan mental yang lazim ditemui
masyarakat, yaitu depresidan anxietas cukup tinggi (10-20%),
sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat seperti psikosis,
bipolar, dan demensia berkisar anatara 3-5%. Sebagian besar dari
mereka yang datang berobat ke dokter umum atau kepelayanan
kesehatan primer, baik untuk alasan keluhan somatic ataupun
karena gejala-gejala gangguan jiwa. Secara garis besar khusus
psikiatri yang datang kepelayanan primer dapat dibedakan atas
dua golongan besar, yaitu:

1. Gangguan jiwa yang lazim/common mental disorders


2. Gangguan jiwa yang berat (severe mental disorder)

Yayasan Rehabilitasi Dhira Suman Tritoha sebagai


lembaga yayasan sosial yang di dalam kegiatannya bergerak
bertujuan memulihkan kesehatan mental/jiwa, penyalahgunaan
narkotika dan gangguan lansia salah satunya bimbingan spiritual.
Tenaga-tenaga psikiater yang berpengalaman, dokter umum dan
44

psikolog, para medis dan pekerja sosial serta tenaga-tenaga


trampil lainnya selalu berupaya semaksimal mungkin dalam
memberikan beberapa jenis pelayanan terapi melalui:

a. Upaya prevensi dan promosi dan rehabilitasi


kesehatan jiwa
b. Upaya deteksi dini dan pengobatan segera
c. Upaya rujukan dan perawatan lanjutan
d. Upaya rehabilitasi
e. Dan resosialisasi upaya pelayanan kesehtan
jiwa ini dilakukan oleh sebuat tim terpadu
multidisiplin, antara lain: psikiater, psikolog,
pekerja sosial, dokter umum penyuluh agama
dan lain-lain.

B. Visi dan Misi Lembaga


Visi

Menjadi pilihan rujukan pelaksanaan rehabilitasi


gangguan kejiwaan dan penyalahguna napza secara professional
dan proposional

Misi
1. Melaksanakan kegiatan rehabilitasi, baik secara medis
maupun secara sosial bagi gangguan Kejiwaan serta
penyalahgunaan dan pecandu Napza.
2. Meningkatkan program rehabilitasi supaya lebih
efektif.
45

3. Memberikan pencerahan melalui pendidikan,


pelatihan dalam kegiatan secara sosial (psikoedukasi)
agar dapat produktif kembali.

C. Sasaran
Usia pasien berumur 17-60 tahun.

D. Tenaga Pelayanan

Data Tenaga Pelayanan Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira


Suman Tritoha Serang Banten
No Tenaga Pelayanan Jumlah
1. Dokter spesialis 1 orang
2. Dokter umum 2 orang
3. Psikolog 1 orang
4. Perawat 4 orang
5. Pembimbing agama 1 orang
6. Administrasi 1 orang
7. Pencuci 2 orang
8. Juru masak 2 orang
9. Satpam 1 orang
Jumlah Tenaga Pelayanan 15 orang
Tabel 1.3

E. Sarana dan Prasarana


Di Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha
Serang Banten terdapat beberapa ruangan yang digunakan oleh
perawat, dokter dan pembimbing agama untuk bekerjasama
menyembuhkan pasien.
46

Adapun ruangan Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman


Tritoha Serang Banten bisa dilihat pada tabel berikut:

Data Sarana dan Prasarana di Pusat Rehabilitasi Yayasan


Dhira Suman Tritoha Serang banten

No Gedung/Bangunan Jumlah
1. Ruang isolasi 2 unit
2. Ruang konsultasi 1 unit
3. Ruang tidur kelas 2 2 unit (@4 tempat tidur)
4. Ruang administrasi 1 unit
3. Ruang tidur kelas 3 2 unit (@15 tempat tidur)
4. Kamar mandi 4 unit
5. Ruang aula 1 unit
6. Ruang dapur 1 unit
7. Lapangan 1 unit
8. Ruang apotek 1 unit
Jumlah 16 unit
Table 2.3

Pembiayaan:

1. Seluruh kegiatan operasional dibiayai oleh


pengguna jasa pelayanan perawatan yang
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing
keluarga.
2. Belum pernah dapat sumbangan dari pihak lain
khusunya pemerintah baik pusat maupun daerah
47

Biaya sudah termasuk:

1. Konsul visit dokter rawat inap


2. Biaya administrasi
3. Makan 3x dan snack (makanan ringan)
4. Obat standar
5. Ruang kamar tidur
6. Laundry / cuci pakaian dan setrika
7. Berbagai kegiatan

F. Proses Penerimaan Pasien


Penerimaan Standar Fisik:

Pemberian obat-obatan berdasarkan diagnosa dokter ahli


jiwa atau psikiater. Melakukan therapy aktifitas meliputi berbagai
kegiatan dan bimbingan rehabilitasi melalui berbagai tahapan
kegiatan:

1. Proses penerimaan dan registrasi klien/pasien yang


meliputi kegiatan pengumpulan dan pencataan data.
2. Assessment/pengungkapan dan pemahman masalah
klien serta penyusunan program rehabilitasi.
3. Identifikasi dan seleksi calon klien/pasien yang akan
mengikuti program rehabilitasi, penting karena
kondisifisik maupun kejiwaan setiap klien/pasien
berbeda pada saat akan mengikuti rehabilitasi.
4. Pelaksanaan pembinaan dan bimbingan sosial meliputi
berbagai kegiatan:
a. Bimbingan Fisik
48

1. Memberikan kegiatan pola hidup bersih, rapih


dan sehat.
2. memperdayakan olahraga rutin seperti senam
pagi, jalan santai, bola keranjang, badminton,
tenis meja dll.
b. Bimbingan Agama
1. Memulihkan kondidi mentalnya melalui
berbagai pengetahuan leagamaan sesuai
dengan kepercayaannya masing-masing secara
rutin setiap hari berdasarkan jadwal.
2. Memberikan ceramah, perilaku yang baik dan
agamis dan secara rutin
c. Bimbingan Keterampilan Kerja
1. Bertujuan memberikan bekal keterampilan
agar klien dapat hidup mandiri setelah
mengikuti program rehabilitasi
2. Jenis kegiatan bercocok tanam seperti,
melukis, menyulam dan lain-lain.
d. Resosialisasi/reintegrasi Sosial
1. Suatu usaha untuk mempersiapkan
klien/pasien setelah mengikuti program
rehabilitasi dan siap untuk tinggal bersosial
dilingkungan rumah, lingkungan pekerjaan dan
dimasyarakat luas.
2. Kegiatan itu melalui proses cuti rawat inap
untuk beberapa hari dan selalu dimonitor
tentang aktifitas dirumah baik makan,minum,
49

minum obat, mandi, pola tidur, bangun dan


seterusnya.
e. Bimbingan Berikut:
1. Setelah benar-benar memungkinkan,
klien/pasien dipersilahkan untuk tinggal
bersama keluarga agar dapat beraktifitas
sebagaimana mestinya.
2. Setelah dianggap baik, klien/pasien diarahkan
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
sesuai dengan kemampuannya untuk
mengetahui perkembangan berikutnya.49

Kegiatan Harian Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang


Banten

Hari Waktu Kegiatan

49
Data dari Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang
Banten, 24 Februari 2021.
50

1. Shalat subuh
2. Mandi pagi
3. Sarapan
4. Olahraga
5. Istirahat
6. Games education
7. Ishoma
8. Terapi musik
Senin 05.00-20.00 WIB
9. Bimbingan agama
10. Shalat ashar
11. Mandi sore
12. Makan sore
13. Istirahat
14. Shalat magrib
15. Shalat isya
16. Tidur malam
1. Shalat subuh
2. Mandi pagi
3. Sarapan
4. Olahraga
5. Istirahat
Selasa 05.00-20.00 WIB
6. Games education
7. Ishoma
8. Group counseling
9. Bimbingan agama
10. Shalat ashar
51

11. Mandi sore


12. Makan sore
13. Istirahat
14. Shalat magrib
15. Shalat isya
16. Tidur malam
1. Shalat subuh
2. Mandi pagi
3. Sarapan
4. Olahraga
5. Istirahat
6. Outing class
7. Ishoma
8. Seni peran
Rabu 05.00-20.00 WIB
9. Bimbingan agama
10. Shalat ashar
11. Mandi sore
12. Makan sore
13. Istirahat
14. Shalat magrib
15. Shalat isya
16. Tidur malam
1. Shalat subuh
2. Mandi pagi
Kamis 05.00-20.00 WIB
3. Sarapan
4. Olahraga
52

5. Istirahat
6. Sharing session
7. Ishoma
8. Seni tari
9. Bimbingan agama
10. Shalat ashar
11. Mandi sore
12. Makan sore
13. Istirahat
14. Shalat magrib
15. Shalat isya
16. Tidur malam
1. Shalat subuh
2. Mandi pagi
3. Sarapan
4. Cleaning room
5. Istirahat
6. Psycho terapi
7. Ishoma
Jumat 05.00-20.00 WIB
8. Terapi musik
9. Seni peran
10. Shalat ashar
11. Mandi sore
12. Makan sore
13. Istirahat
14. Shalat magrib
53

15. Shalat isya


16. Tidur malam
1. Shalat subuh
2. Mandi pagi
3. Sarapan
4. Olahraga
5. Istirahat
6. Speak up
7. Ishoma
8. Film edukasi
Sabtu 05.00-20.00 WIB 9. Bimbingan Spiritual
10. Shalat ashar
11. Mandi sore
12. Makan sore
13. Istirahat
14. Shalat magrib
15. Shalat isya
16. Tidur malam

1. Shalat subuh
2. Mandi pagi
3. Sarapan
4. Olahraga
Minggu 05.00-20.00 WIB
5. Istirahat
6. Art therapy
7. Ishoma
8. Art therapy
54

9. Bimbingan agama
10. Shalat ashar
11. Mandi sore
12. Makan sore
13. Istirahat
14. Shalat magrib
15. Shalat isya
16. Tidur malam
Table 3.3

Kegiatan yang dilaksanakan di Pusat Rehabilitasi Yayasan


Dhira Suman Tritoha Serang Banten, membantu dalam
penyembuhan secara keseluruhan dengan harapan ketika keluar
dari tempat rehabilitasi dan kembali terjun kemasyarakat terbiasa
dengan adanya kegiatan di pusat rehabilitasi sehingga mampu
mengendalikan emosi, berinteraksi dengan baik dan kegiatan
sehari-hari yang positif.50

50
Hasil wawancara dengan Pak Dery, Amd. Kep, Perawat,
Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten, Pada tanggal 22
Februari 2021.
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan hasil temuan data


penelitian mengenai Pemahaman Keagamaan ODGJ (Orang
Dengan Gangguan Jiwa) Pasca Menerima Bimbingan Agama di
Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten.
Data yang peneliti temukan merupakan dari informan dan
ketentuan umum adanya. Peneliti mewawancarai satu orang
pembimbing agama, satu orang perawat dan tiga orang dengan
gangguan jiwa yang berada di Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira
Suman Tritoha Serang Banten.

A. Deskripsi Informan
Dalam penelitian ini yang menjadi informan berjumlah lima
orang, yaitu, Ust. Ace selaku pembimbing agama, Dery,
Amd.Kep selaku perawat, KW, FB, SL selaku Orang Dengan
Gangguan Jiwa. Berikut data dan profil informan dalam
penelitian pemahaman keagamaan pasca menerima bimbingan
agama di Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha
Serang Banten.

55
Profil Informan Pembimbinga Agama, Perawat dan Orang
Dengan Gangguan Jiwa

No Nama Usia TTL Status


1. Ustadz Ace 42 Serang, 05 Mei Pembimbi
Hidayat 1979 ng Agama

2. Dery, Amd.Kep 39 Lebak, 23 Perawat


April 1982
3. KW (inisial nama) 30 Serang, 07 ODGJ
Januari 1991
4. FB (inisial nama) 22 Serang, 20 ODGJ
Februari 1999
5. SL (inisial nama) 37 Serang, 10 Juli ODGJ
1984
Table 4.4

B. Deskripsi Informan Pembimbing


a. Ustadz Ace

Ustadz Ace tinggal di kp. Gumulung rt. 09/03 ds.


Kadubeureum kKec. Pabuaran Kab. Serang-banten. Lahir di
Serang, 05 Mei 1979. Beliau menjadi pembimbing agama di
yayasan tersebut semenjak tahun 2012 sampai sekarang dan
setiap hari waktu ashar pukul 14.00-15.30 WIB beliau
membimbing pasien yang ada di yayasan agar kesehatan rohani
mereka terpenuhi dengan sepenuh hati memberikan materi untuk
bekal pasien nanti setelah keluar dari yayasan tersebut.
Disamping kesibukan beliau di yayasan, beliau juga mengajarkan
mengaji dari rumah ke rumah, dan tak jarang beliau mengisi

56
ceramah di masjid atau majlis taklim di sekitar rumah beliau.
Ustadz Ace selaku pembimbing agama satu-satunya di yayasan
dengan pembawaan materi yang menarik dan humoris membuat
para pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa maupun Narkoba
setiap harinya mereka bersemangat mengikuti kegiatan tersebut,
tak banyak juga para pasien yang setiap harinya ada yang kambuh
dan tidak bisa mengikuti kegiatan.51

a. Dery, Amd. Kep

Pak Dery lahir di Lebak, 23 April 1982. Beliau menjadi


staf yayasan pada tahun 2019, sebelumnya ia bekerja disalah satu
rumah sakit di Jakarta. Beliau sangat senang bertugas di yayasan
dhira karena lebih dekat dengan pasien, tidak hanya mengawasi
pasien beliau juga mengikuti beberapa kegiatan pasien. Di
samping itu Pak Dery dipercayai mengendarai mobil yayasan
untuk stok obat-obatan pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa
maupun Narkoba.52

1. Deskripsi Informan Orang Dengan Gangguan Jiwa

Adapun deskripsi mengenai terbimbing sebagai berikut:

51
Hasil wawancara dengan Ust. Ace, Pembimbing Agama, Yayasan
Dhira Suman Tritoha Serang Banten, Pada tanggal 21 Februari 2021.
52
Hasil wawancara dengan Pak Dery, Amd. Kep, Perawat,
Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten, Pada tanggal 21
Februari 2021.

57
Data Jenis Kelamin ODGJ di Pusat Rehabilitasi Yayasan
Dhira Suman tritoha Serang Banten

No Jenis Kelamin Jumlah


1. Laki-laki 13
2. Perempuan 12
Jumlah 25

Tabel 5.4

Dari tabel di atas diketahui bahwa terbimbing laki-laki


berjumlah 20 orang dan terbimbing perempuan berjumlah 12
orang. Selama penelitian, pada minggu pertama peneliti
menemukan kendala terkait komunikasi dengan Orang Dengan
Gangguan Jiwa, dan kemudian setelah minggu kedua mereka
mulai terbiasa dengan adanya peneliti sehingga mulai untuk
membuka diri sedikit demi sedikit. Mereka juga mulai bercerita
permasalahan masa lalu hingga masuk rehabilitasi, diantaranya:

a. Stres berkepanjangan

Dalam hal ini informan terdiri dari satu laki-laki dan dua
peremuan, berumur 20-30 tahun. Pemilihan ketiga informan
tersebut berdasarkan pemahaman dalam mengikuti kegiatan
bimbingan agama. Mereka sering mengikuti kegiatan bimbingan
agama dan memahami apa yang disampaikan oleh pembimbing
agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari sehingga
kesehatan mental mereka mulai stabil. Adapun terbimbing yang
telah peneliti wawancara diantaranya:

58
56

a. KW (inisial nama)

Orang Dengan Gangguan Jiwa namanya diinisialkan


karena sudah ketentuan pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman
Tritoha. KW tinggal di Lopang Kota Serang. Lahir di Serang, 7
Januari 1991. Merupakan pasien diagnosia E.P. 20.8 (psikoakut)
skizofrenia, berusia 30 tahun. Beliau anak pertama dari enam
bersaudara dengan ekonomi yang cukup. Sudah 3 kali dirawat di
Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang semenjak bulan April
2020.53 Karena, ketika dirumah kadang sering kambuh lagi
penyebab salah satunya disebabkan tidak diajak komunikasi oleh
orang-orang terdekat membuat stres, tidak nyaman dan di sekitar
rumah KW ini sudah dianggap gangguan jiwa padahal ia sudah
ada perkembangan lebih baik dari sebelumnya.

b. FB (inisial nama)

FB tinggal di Kragilan, lahir di Serang, 20 Februari 1999.


Berusia 22 tahun, merupakan pasien diagnosa bipolar dan dibina
sejak bulan Juni 2020. Ia juga sedang mejalani kuliah semester 7
di UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten. Ia anak ke tiga dari
tiga bersaudara dengan ekonomi yang cukup. Ia tak sadar ketika
dibawa oleh orangtuanya yang mengajak FB ke rumah neneknya
ternyata dibawa ke pusat rehabilitasi dan sempat ingin ikut
dengan peneliti. Sebelumnya FB tak menyadari akan gangguan

53
Hasil wawancara dengan KW, Orang Dengan Gangguan Jiwa,
Pusat Rehablitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten, pada tanggal
9 April 2021.
57

yang dialaminya, tetapi orang-orang sekitar melihat adanya


kejanggalan dalam diri FB. Maka dari itu, orangtua FB
membawanya ke pusat rehabilitasi untuk dibina agar FB bisa
kembali menjalankan hidupnya dengan lebih baik.54

c. SL (inisial nama)

SL tinggal di Munjul Jaya Cipocok Kota Serang. Lahir di


Serang, 10 Juli 1984. Berusia 37 tahun, merupakan pasien
diagnosa skizofrenia dan dibina sejak bulan April 2020. Ia
memiliki dua anak dan sudah bercerai dengan suaminya dan ia
harus menghidupi kedua anaknya. Ketika anak keduanya berusia
satu tahun dan mengidap penyakit auto imun, berobat ke
beberapa rumah sakit untuk ditangani saat itu SL pusing
menghadapinya dan tak lama anak keduanya yg dirawat salah
satu rumah sakit pada tahun 2019 anaknya meninggal.55 SL
merasa sangat kehilangan hingga ia depresi yang berlebih dan
dibawa oleh keluarganya ke pusat rehabilitasi untuk dibina.

C. Temuan Penelitian

1. Kendala dalam Proses Penelitian

Sebelum dilakukannya penelitian, peneliti terlebih dulu


melakukan observasi pertama bertemu dengan psikolog yaitu

54
Hasil wawancara dengan FB, Orang Dengan Gangguan Jiwa,
Pusat Rehabilitasi Yayasan dhira Suman Tritoha Serang Banten, pada tanggal
15 April 2021.
55
Hasil wawancara dengan SL, Orang Dengan Gangguan Jiwa, Pusat
Rehabilitasi Yayasan dhira Suman Tritoha Serang Banten, pada tanggal 11
April 2021.
58

Bapak Adul Muhammad berbincang mengenai perizinan, keliling


yayasan, dan menjelaskan kegiatan yang ada di yayasan.
Kemudian yayasan memberikan waktu untuk penelitian tersebut.
Selanjutnya, peneliti mengikuti kegiatan bimbingan spiritual dan
peneliti diperkenalkan oleh staf kepada para pasien yang ada di
Yayasan Dhira Suman Tritoha. Pertama kali peneliti bertemu
dengan para pasien, keduanya canggung butuh adaptasi. Peneliti
memperkenalkan diri dan mengikuti kegiatan sampai ikut shalat
berjamaah dan setelah itu berbincang dengan pembimbing agama,
beberapa staf yang ada di yayasan, dan mereka ramah-ramah.

Ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam proses


penelitian. Pertama, karena adanya virus corona yang
menyebabkan segala kegiatan dibatasi sehingga para pasien di
pusat rehabilitasi diperketat untuk tidak keluar masuk rehabilitasi
dan para peneliti atau keluarga yang dibina pun tidak
diperkenankan untuk mengunjungi dan anggota keluarga peneliti
ada yang sakit sehingga menyebabkan peneliti dalam beberapa
waktu tidak penelitian. Kedua, waktu untuk wawancara Orang
Dengan Gangguan Jiwa yang sulit ketika sedang kambuh karena
itu tidak bisa berinteraksi dengan baik. Ketiga, para staf sedang
rapat beberapa kali dalam seminggu dan tidak adanya koordinasi
dengan peneliti sehingga peneliti biasanya menunggu dan tanpa
pemberitahuan staf ketika sedang rapat alhasil tidak adanya
penelitian.

2. Problematika Pemahaman Keagamaan Orang Dengan


Gangguan Jiwa
59

Berdasarkan temuan di lapangan peneliti mengemukakan


bahwa dari segi materi yang disampaikan oleh pembimbing
agama cukup baik untuk para Orang Dengan Gangguan Jiwa.
Peneliti menemukan rendahnya konsentrasi ketika materi
disampaikan karena adanya gangguan dari luar sehingga
membuat para Orang Dengan Gangguan Jiwa tidak begitu
memperhatikan pembimbing agama dan terkadang melamun.
Ketika materi telah disampaikan biasanya pembimbing agama
memberikan kesempatan kepada para Orang Dengan Gangguan
Jiwa untuk bertanya terkait apa yang telah disampaikan dan ada
satu atau dua orang yang bertanya, kemudian pembimbing agama
menanyakan kembali kepada para Orang Dengan Gangguan Jiwa
dan beberapa ada yang menjawab pertanyaan tersebut.
Sebagaimana ungkapan oleh ustadz Ace yang dimana beliau
selaku pembimbing agama di Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira
Suman Tritoha sebagai berikut:

“Para jamaah disini alhamdulillah kalo sebelum


waktunya udah siap-siap shalawatan sambil nunggu saya,
terus sayanya juga bersemangat untuk memberikan
bimbingan spiritual kepada para jamaah. Sebelum
bimbingan spiritual dimulai kan biasanya ngaji dulu juz
ke 30 satu persatu sambung ayat, ada aja satu atau dua
orang yang diem gitu, tapi secara keseluruhan semuanya
ngikutin dan alhamdulillah ngajinya pada bisa panjang
pendeknya.”56

56
Hasil wawancara dengan ustadz Ace, Pembimbing Agama, Pusat
Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten, pada tanggal 21
Desember 2021
60

Adapun peneliti mewawancarai perawat yaitu Pak Dery


mengatakan:

“Sejauh ini dilihat dari perkembangan para pasien kalo


pak ustad mah manggilnya jamaah ya, kalo menjalankan
shalat alhamdulillah ada yang rajin ada yang harus
sedikit dipaksa supaya terbiasa karena kan disini
kebetulan agamanya Islam semua, jadi enak ibadahnya
semua bareng-bareng.”57

Peneliti juga mewawancarai Orang Dengan Gangguan


Jiwa, KW (inisial nama) mengatakan bahwa:

“Alhamdulillah saya suka nanya sama pak ustadz kalo


abis materi, tapi kadang saya juga ada malesnya ya mba,
terus temen-temennya juga kadang suka pengen nanya
tapi nyuruh saya gitu karena mungkin mereka malu atau
ga percaya diri kali ya, saya juga gatau. Dan sejauh ini
materi yang diampaikan pak ustadz yang masih baru
beberapa hari masih inget, tapi kalo yang udah agak lupa
lupa juga harus dipancing supaya inget lagi.”58

Adapun FB (inisial nama) mengatakan bahwa:

“Saya masih ngerti sih ya teh apa yang disampein pak


ustad, kayak tadi bab air sedikit-sedikit masih apalah,
terus kalo shalat ya Alhamdulillah masih mau walaupun
ya ga tepat waktu juga. Jadi saya masih ingetlah
ceramah-ceramah pak ustadz, terus juga kalo lagi ngaji

57
Hasil wawancara langsung dengan pak Dery, Perawat, Pusat
Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten, pada tanggal 21
Desember 2021
58
Hasil wawancara dengan KW, Orang Dengan Gangguan Jiwa,
Pusat Rehabilitasi Yayasan dhira Suman Tritoha Serang Banten, pada tanggal
9 Februari 2021
61

enak aja gitu dengerinya jadi tenang hati, dengerin pak


ustad ceramah adem.”59

Adapun SL (inisial nama) mengatakan bahwa:

“Alhamdulillah saya paham sedikit-sedikit apa yang tadi


pak ustadz sampein, masih inget juga tadi kayak artinya
bismillah,surat al-fatihah apa jadi tau kan biasanya ya
tinggal baca doang, ini mah alhamdulilah belajar bareng-
bareng jadi semangat gitu belajarnya. Tapi kadang saya
suka males kalo hari ini misalnya nih sedikitan jadi
kesayanya juga kebawa males gitu karena temen-temen
lagi ga bisa karena kondisi juga.”60

Dari pemaparan di atas, peneliti dapat menyimpulkan


bahwa dalam pemahaman keagamaan para Orang Dengan
Gangguan Jiwa mampu memahami materi yang disampaikan oleh
pembimbing agama, disamping itu tidak banyak Orang Dengan
Gangguan Jiwa yang malas mendengarkan, tidak fokus karena
dorongan dalam dirinya belum terbangun dan faktor dari luar
juga karena temannya ada yang teriak-teriak sehingga terganggu
dan membuat materi yang disampikan kurang begitu dicerna oleh
para Orang Dengan Gangguan Jiwa. Untuk itu pembimbing
agama dan perawat bekerjasama untuk penyembuhan kejiwaan
para Orang Dengan Gangguan Jiwa baik melalui medis maupun
non medis seperti bimbingan agama.

59
Hasil wawancara dengan FB, Orang Dengan Gangguan Jiwa,
Pusat Rehabilitasi Yayasan dhira Suman Tritoha Serang Banten, pada tanggal
15 Februari 2021
60
Hasil wawancara dengan SL, Orang Dengan Gangguan Jiwa, Pusat
Rehabilitasi Yayasan dhira Suman Tritoha Serang Banten, pada tanggal
11Februari 2021.
62

3. Bimbingan Agama Membantu dalam Pemahaman


Keagamaan Orang Dengan Gangguan Jiwa

Bimbingan agama merupakan salah satu penyembuhan


secara keagamaan yang perlu untuk dilakukan karena bimbingan
agama ini mempelajari bagaimana pengetahuan keagamaan
sebagai pedoman manusia dan untuk mengenal Tuhan sebagai
penyembuh, penenang diri, sehingga manusia mampu
mengendalikan emosi atau kejiwaanya dengan stabil.

Adapun pelaksanaan program bimbingan agama tersebut,


diharapkan setiap Orang Dengan Gangguan Jiwa mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bimbingan agama
dapat mengantarkan ketenangan jiwa dalam diri, semakin
manusia mendekatkan diri dengan Tuhan, maka akan timbul
ketenangan dalam diri sehingga mampu berfikir positif apa yang
dilalui. Dalam skripsi ini peneliti menemukan temuan mengenai
pelaksanaan program bimbingan agama untuk dapat dipahami
Orang Dengan Gangguan Jiwa di Pusat Rehabilitasi Yayasan
Dhira Suman Tritoha Serang Banten.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada informan


pembimbing agama tentang program yang dilakukan untuk
dipahami Orang Dengan Gangguan Jiwa di Pusat Rehabilitasi
Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten, dikemukakan
bahwa ada dua bentuk bimbingan agama yang pertama
bimbingan secara materi dengan metode ceramah dan kedua
bimbingan secara praktik sebagaimana penjelasannya:
63

“Bimbingan agama yang saya lakukan kepada para


jamaah kayak memahami arti surat al-fatihah, bagaimana
memaknai bismillahirahmanirrahim yang artinya: dengan
menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Itu saja dulu yang penting-penting dulu dan
praktik-praktik seperti shalat dan berwudhu, perlu
adanya perhatian yang lebih agar para jamaah mampu
menerapkannya dan terbiasa.Untuk jadwal bimbingan
spiritual tiap hari kecuali hari jum’at kita libur.”61

1. Bimbingan Keagamaan Secara Materi


a. Melakukan pengajian al-qur’an secara bergantian untuk
mengetahui perkembangan Orang Dengan Gangguan
Jiwa, biasanya dilaksanakan sebelum ceramah. Pengajian
al-qur’an dilaksanakan di Aula seluruh jamaah
berkumpul, pembimbing agama memimpin kegiatan
tersebut dari pukul 14.30-15.30 WIB dan dilanjut dengan
shalat ashar berjamaah, yang mengumandangkan adzan
pun bergantian agar terbiasa selepas direhabilitasi.
b. Ceramah dalam bimbingan agama memberikan informasi
kembali, mengingat kembali yang telah lama terlupakan
oleh Orang Dengan Gangguan Jiwa. Pembimbing agama
memberikan materi ceramah yang mudah untuk dipahami
Orang Dengan Gangguan Jiwa dan bimbingan agama ini
membuka pemikiran yang tadinya tidak tahu menjadi
tahu, yang belum paham menjadi paham.
2. Bimbingan Praktik

61
Hasil wawancara dengan ustadz Ace, Pembimbing Agama, Pusat
Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten, pada tanggal 21
Februari 2021.
64

a. Ada beberapa materi bimbingan agama yang perlu untuk


dipraktikan salah satunya praktik shalat, shalat merupakan
satu rukun islam yang harus ditunaikan oleh setiap
muslim. Biasanya shalat berjamaah ketika waktu ashar
dan pak ustadz Ace sebagai imamnya dan dilaksanakan
bersama-sama di aula. Oleh karena itu, shalat merupakan
kompenen terpenting dalam keberlangsungan keimanan
seseorang.
b. Bimbingan praktik wudhu, merupakan cara
membersihkan diri dari hadast kecil dan merupakan
langkah awal yang benar-benar harus sempurna sebelum
melakukan shalat. Maka dari itu, penting mengetahui
bacaan doa dan tata cara wudhu.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan


agama melalui ceramah maupun praktik merupakan konsep
bimbingan agama yang diajarkan oleh pembimbing agama
kepada para jamaah atau Orang Dengan Gangguan Jiwa dalam
membantu penyembuhan secara kejiwaannya atau kerohanian.

Sebagaimana peneliti mewawancarai informan Orang


dengan Gangguan Jiwa yaitu KW (inisial nama) mengatakan
bahwa:

“Alhamdulilah ya mba saya lumayan ngerti sedikit-sedikit


materi yang disampein, terus juga shalat insyaAllah
dikerjain walaupun tidak tepat waktu pas adzan gitu, tapi
kalo sama pak ustadz kan shalat ashar bareng-bareng
65

jadi alhamdulillah asharnya tepat waktu, terus abis shalat


rasanya tenang gitu.”62

Pada penelitian yang sama informan Orang Dengan


Gangguan Jiwa yaitu FB (inisial nama) mengatakan bahwa:

“Saya disiplin dalam mengikuti bimbingan agama karena


kan baik untuk kita juga, manfaatnya untuk kita, belajar
agama ya harus giat, mau dengerin apa yang pak ustadz
bilang. Mau menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari.”63

Pada penelitian yang sama informan Orang Dengan


Gangguan Jiwa yaitu SL (inisial nama) mengatakan bahwa:

“Dari materi sama praktik yang pak ustad ajarin


alhamdulillah saya ikutin dan buat saya jadi tau lagi yang
dulu-dulu saya lupa diingetin lagi sama pak ustadz.”64

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa


program pelaksanaan bimbingan agama oleh pembimbing agama
mampu memahami apa yang telah disampaikan secara
keselurahan baik materi ceramah tentang keagamaan ataupun
dalam praktik. Berikut jadwal bimbingan agama di Pusat
Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten.

62
Hasil wawancara dengan KW, Orang Dengan Gangguan Jiwa,
Pusat Rehabilitasi Yayasan dhira Suman Tritoha Serang Banten, pada tanggal
9 April 2021.
63
Hasil wawancara dengan FB, Orang Dengan Gangguan Jiwa,
Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha, pada tanggal 15 April 2021.
64
Hasil wawancara dengan SL, Orang Dengan Gangguan Jiwa, Pusat
Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha, pada tanggal 11 April 2021.
66

Jadwal Bimbingan Spiritual di Pusat Rehabilitasi Yayasan


Dhira Suman Tritoha Serang Banten

Hari Kegiatan Tempat

Senin Surat Al-fatihah beserta Aula


artinya

Selasa Fiqh (Praktik wudhu, Aula


shalat dan bab air)

Rabu Membaca Al-qur’an, Aula


juz amma

Kamis Membaca surat Yasin Aula


dan istigosah

Sabtu Membaca Al-qur’an, Aula


juz amma

Minggu Ceramah Aula


Tabel 6.4

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa bimbingan agama


di Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha sudah
terjadwal dan terstruktur dalam melakukan bimbingan agama
dengan tujuan memberikan pengetahuan keagamaan kembali
kepada Orang Deangan Gangguan Jiwa untuk membantu
penyembuhan diantaranya menerima diri sendiri, membantu
memahami tentang agama, dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Dari kegiatan ODGJ penulis mengetahui efek bimbingan


agama yang dihasilkan dari pelaksanaan bimbingan agama, hal
tersebut diatas menunjukan adanya sebuah perubahan kearah
67

yang lebih baik secara kemampuan beradaptasi ataupun interaksi


sosial. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bimbingan
agama pada Orang Dengan Gangguan Jiwa di Yayasan Dhira
Suman Tritoha Serang Banten memberikan perubahan cukup
baik. Apabila kegiatan ini dilakukan terus menerus maka sangat
baik karena dapat membantu Orang Dengan Gangguan Jiwa
memenuhi kebutuhan secara keagamaannya serta
mengembangkan kemampuan dalam dirinya.
BAB V
PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan pembahasan


tentang Pemahaman Keagamaan Orang Dengan Gangguan Jiwa
Pasca Menerima Bimbingan Agama di Pusat Rehabilitasi
Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten. Peneliti akan
mendeskripsikan teori sesuai dengan temuan di lapangan
sehingga peneliti mudah untuk menyimpulkannya.

A. Pemahaman Keagamaan Orang Dengan Gangguan


Jiwa (ODGJ) Pasca Menerima Bimbingan Agama di
Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha
Serang Banten
Pemahaman keagamaan merupakan kemampuan untuk
menghubungkan atau mengasosiasikan informasi-informasi
tentang ajaran-ajaran agama yang dipelajari menjadi “satu
gambar” yang utuh di otak kita. Paham juga dapat diartikan
mengetahui benar dengan cara memahami suatu proses agar
paham dengan baik. Pengetahuan yang diperoleh baik secara
materi maupun praktik akan diterjemahkan dengan caranya
sendiri yang pernah diterimanya.

Melalui bimbingan agama adanya proses bantuan


perubahan ajakan kepada seseorang untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT dan ajaran agama, salah satu pondasi setiap
manusia agar hidupnya bisa damai dan tentram ketika memiliki
agama yang kuat untuk menjalankan hidup di dunia yang
sementara ini. Tanpa agama manusia akan terasa hampa, tidak

70
tahu arah tujuan hidup. Maka dari itu, agama sangat penting
untuk mengatur kehidupan manusia. Menurut KW Orang
Dengan Gangguan Jiwa di Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira
Suman Tritoha Serang Banten, beliau menjelaskan bagaimana
memahami materi bimbingan agama yang didapat yaitu:

“Ketika kita punya masalah apapun, kita berserah diri


kepada Allah yang punya atas segalanya. Jangan
bergantung pada orang lain, Allah yang memberikan
ketenangan, maka dari itu kita diwajibkan shalat, setelah
shalat kita berdoa meminta ampun atas kesalahan yang
kita buat, minta petunjuk supaya hidup kita tenang.
Bimbingan agama ini membuat saya lebih mengerti apa
artinya hidup. Saya juga kan pengen sembuh total dan
pak ustadz selelu memberikan arahan ke hal baik dan
buat saya semangat menjalani hidup.”65
Kemudian menurut FB Orang Dengan Gangguan Jiwa
mengatakan bahwa:

“Alhamdulillah saya disini mulai bisa menerima diri saya


sendiri, mulai menerima apa yang sudah terjadi, belajar
mengikhlaskan. Setelah beberapa bulan disini setiap hari
mengikuti kegiatan bimbingan spiritual hati saya sedikit
demi sedikit terbuka terasa lega dan juga obat medisnya
membantu penyembuhan saya juga. Saya seneng bisa
belajar agama di tempat rehabilitas ini gak cuma sekedar
obat-obatan tapi jiwa juga ikut disembuhin.”66
Kemudian menurut SL Orang Dengan Gangguan Jiwa
mengatakan bahwa:

65
Hasil wawancara dengan KW, Orang Dengan Gangguan Jiwa,
Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha, pada tanggal 9 April 2021.
66
Hasil wawancara dengan FB, Orang Dengan Gangguan Jiwa,
Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha, pada tanggal 15 April 2021.

71
71
72

“Alhamdulilah saya ngerti apa yang disampaikan sama


pak ustadz, misalnya doa dalam shalat saya kadang lupa
suka keliru doa sujud sama rukuk. Tapi abis diajarin
sama pak ustadz jadi inget lagi, kan shalat harus lima
waktu ya Subuh, Dzuhur, Ashar, Magrib, Isya. InsyaAllah
sedikit-sedikit dilaksanain”67
Kemudian peneliti mewawancarai Pak Dery selaku
perawat pendamping Orang Dengan Gangguan Jiwa
mengatakan bahwa:

“Pasien disini ketika sudah jam 14.00 nih langsung ngga


disuruh-suruh lagi jadi saya pantau sebelum kegiatan,
nah ini biasanya pada rajin sebelum mulai kan tempat
pak ustadz ada meja kecil, sound sistem, sajadah dan
qur’an sudah mereka siapin. Terus juga sambil nunggu
pak ustadz biasanya shalawatan”
Kemudian pembimbing agama mengatakan bahwa:

“Alhamdulillah jamaah yang kondisinya stabil bisa


nerima materi yang saya sampaikan dengan dites tanya
jawab dan kemudian diakhir materi disimpulkan jadi
lebih singkat, padat dan jelas. Karena bimbingan
spiritual ini penting bagi kita semua, seperti kita shalat
nih bukan cuma hanya menlajankan tugas sebagai
kewajiban, disamping itu kita berserah diri sama Allah,
curhat sama Allah, ingin sembuh misalnya itu kan harus
komunikasi dengan Allah berserah diri dan jangan lupa
usaha diimbangi.”68
Materi bimbingan agama bertujuan agar Orang Dengan
gangguan Jiwa bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan
harapan merubah diri untuk lebih baik. Dalam pelaksanaan

67
Hasil wawancara dengan SL, Orang Dengan Gangguan Jiwa,
Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha, pada tanggal 11 April 2021.
68
Hasil wawancara dengan KW, Orang Dengan Gangguan Jiwa,
Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha, pada tanggal 9 April 2021
73

bertujuan untuk memberikan bantuan kepada seseorang yang


sedang kesulitan dengan pendekatan ajaran islam dan merubah
pola pikir, rasa tanggung jawab mereka.

Dengan demikian materi bimbingan spiritual disesuaikan


dengan kebutuhan Orang Dengan Gangguan Jiwa untuk
memahami ajaran-ajaran Islam, yakni Al-quran dan sunnah rasul.
Kedua sumber tersebut saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Jadi pembimbing agama di Pusat Rehabilitasi Yayasan
Dhira Suman Tritoha membantu penyembuhan melalui
bimbingan agama yang dilakukan bertahap agar kesehatan batin
pada Orang Dengan Gangguan jiwa terpenuhi, dan peneliti
menemukan adanya perubahan yang signifikan pada Orang
Dengan gangguan Jiwa ketika sebelum diwawancara dan
sesudah.

Berdasarkan temuan di lapangan Orang Dengan


Gangguan Jiwa mampu menerima materi dengan baik di Pusat
Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten dapat
dijelaskan bahwa:

1. Shalat
Shalat adalah tiang agama umat Islam bagi kehidupan
manusia, Orang Dengan Gangguan Jiwa mampu
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari yang diberikan
arahan atau pengetahuan oleh pembimbing agama tentang
tata cara shalat beserta artinya.
74

2. Surat Al-Fatihah
Surat Al-fatihah adalah surat yang pertama kali
diturunkan di kota makkiyah. Surat ini terdiri dari tujuh
ayat yang dimana sebelum membaca ayat suci Al-qur’an
biasanya surat Al-Fatihah terlebih dahulu yang dibaca
karena mempunyai arti mendalam. Orang Dengan
gangguan Jiwa ini tidak hanya membaca ayatnya saja
tetapi juga dipelajari memahami secara perlahan arti surat
Al-Fatihah.
3. Fiqh (Jenis-jenis Air)
Air adalah sumber kehidupan bagi umat manusia, air suci
untuk bersuci seperti wudhu, mandi besar dan lainnya.
Ada 4 jenis air untuk bersuci diantaranya:
a. Air suci dan menyucikan
Air suci dan menyucikan dzat air tersebut suci dan
bisa digunakan untuk bersuci. Ada 7 air yang bisa
dipakai untuk berwudhu; air hujan, air salju, air laut,
air sumur, air sumber, air embun dan air sungai.
b. Air musyammas adalah air suci menyucikan, tetapi
makruh untuk digunakan. Jenis air ini dipanaskan di
bawah terik matahari dengan menggunakan wadah
yang terbuat dari logam selain emas dan perak, seperti
besi atau tembaga.
c. Air suci tapi tidak menyucikan, air ini dzatnya suci
tetapi tidak dipakai untuk bersuci, baik untuk bersuci
hadast maupun najis. Ada dua macam jenis air yang
suci namun tidak bisa digunakan untuk bersuci, yaitu:
75

1). Air musta’mal adalah air yang telah digunakan


untuk bersuci baik menghilangkan hadast seperti
wudhu dan mandi, air ini tidak bisa digunakan untuk
bersuci apablia tidak mencapai dua qullah. 2). Air
mutaghayar adalah air yang mengalami perubahan
salah satu sifatnya disebabkan tercampur dengan
barang suci yang lain dengan perubahan yang
menghilangkan kemutlakan air tersebut. Contohnya
mata air yang masih asli dicampur dengan teh
sehingga terjadi perubahan pada sifat-sifat maka akan
dikatakan sebagai air teh karena perubahan
menjadikan mata air kehilangan kemutlakannya.
d. Air mutanajis adalah air yang terkena barang najis dan
volumenya kurang dari dua qullah atau volumenya
mencapai dua qullah atau lebih, tetapi berubah salah
satu sifatnya, dari warna, bau, atau rasa karena terkena
najis tersebut.

Dari rangkaian di atas perlu diketahui sebelum


melaksanakan shalat sebagai kewajiban adanya syarat wajib
shalat yaitu beragama islam, baligh, dan berakal. Orang Dengan
Gangguan Jiwa tidak wajib untuk melaksanakan shalat karena
hilangnya akal dan Allah memberikan keringanan, tetapi dalam
kegiatan bimbingan agama ini memberikan kesempatan
penyembuhan melalui ajaran-ajaran agama kepada Orang Dengan
Gangguan Jiwa untuk kembali ke jalan Allah SWT menjalankan
perintah dan meninggalkan larangannya, yang wajib dilaksanakan
76

oleh setiap muslim yaitu perintah shalat. Disamping itu


pembimbing agama perlahan menuntun para Orang Dengan
Gangguan Jiwa untuk menumbuhkan kembali spiritualitas dalam
diri sehingga mampu menjalankan kehidupan yang sesuai
harapan. Materi bimbingan agama disesuaikan dengan kebutuhan
Orang Dengan Gangguan Jiwa yang didasarkan ajaran agama itu
sendiri. Dalam shalat pada hakikatnya berarti melakukan
hubungan langsung dengan Allah SWT, dan kemudian
terciptanya rasa aman, tenang, damai, indah, sejuk, dan lapang
dada, untuk mendapatkan ketenangan jiwa harus dilakukan secara
konsisten. Sebelum melakukan shalat tentunya terlebih dulu
berwudhu untuk menghilangkan hadast kecil, kesempurnaan
wudhu menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh setiap
muslim yang hendak melaksanakan shalat. Hal ini termasuk
dalam perilaku spiritualitas Orang Dengan Gangguan Jiwa
sehingga dalam melaksanakan shalat akan merasa selalu diawasi
oleh Allah SWT dan mengurangi hal-hal yang negatif dalam diri.

Kemudian dalam membaca Al-quran setiap hari bahkan


lebih baik dipelajari beserta artinya baik untuk penyakit hati, Al-
quran menentramkan hati bahkan ruqyah menggunakan bacaan
Al-quran untuk mendapatkan sebuah kesehatan yang datang dari
Allah SWT. Pengetahuan keagamaan yang tertanam dalam diri
merubah pemikiran dan perilaku ke arah yang lebih baik,
menjauhkan diri dari apa yang diperintahkan oleh Allah karena
telah hadir dalam dirinya.
77

Oleh karena itu, pemahaman keagamaan Orang Dengan


Gangguan Jiwa ini mampu mengatasi masalah dalam diri
sehingga terjadinya perubahan yang signifikan dalam kehidupan
sehari-hari karena adanya kerja keras untuk sumbuh secara
kejiwaan dan disamping itu adanya peran pembimbing agama
yang membantu dalam penyembuhan tersebut.

A. Faktor Pendukung dan Penghambat Orang Dengan


Gangguan Jiwa dalam Menerima Bimbingan Agama
di Pusat Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang
Banten
Dalam sebuah program kegiatan tentu adanya faktor
pendukung dan penghambat dalam setiap program, diantaranya:

1. Faktor Pendukung
a. Terdapat sarana dan prasarana yang cukup memadai pada
kegiatan bimbingan spiritual ini. Sarana dan pra-sarana
tersebut antara lain tersedianya ruang indoor yang dapat
menampung semua pasien dan difasilitasi dengan sound
system, mikrofon, Al-quran untuk membaca bersama-
sama dan meja untuk Pembimbing Agama.
b. Kerjasama yang baik antara pembimbing agama dengan
perawat.
Kerjasama yang ditunujukan saling membantu satu sama
lain menjadi salah satu faktor pendukung lainnya.
c. Keinginan yang tinggi dari para ODGJ untuk mengikuiti
bimbingan spiritual dapat memudahkan pembimbing
agama untuk memberikan materi sehingga ODGJ paham
apa yang disampaikan.
78

d. Tersedianya daya dukung lain seperti perawat dan


psikolog. Ketersediaan tenaga pendukung dalam
mendampingi ODGJ yang mengikuti kegiatan bimbingan
agama menjadi faktor pendukung selanjutnya. Tenaga
pearawat dan psikolog dapat membantu pembimbing
agama ketika para ODGJ sedang kambuh saat kegiatan
berlangsung.
e. Pembimbing agama tentunya memiliki pengetahuan
agama yang memadai dan mampu menjalankan tugasnya,
serta dalam memberikan bimbingan agama mampu
membangun suasana yang tidak monoton.
f. Materi yang disampaikan tidak begitu berat dan terus
diulang-ulang sampai terbiasa bagi Orang Dengan
Gangguan Jiwa sehingga mereka mampu menerima dan
memahami materi yang disampaikan.

2. Faktor Penghambat
a. Ketika kegiatan bimbingan agama berlangsung beberapa
Orang Dengan Gangguan Jiwa yang tidak mengikuti
kegiatan tersebut mengganggu ODGJ lain yang sedang
mengikuti kegiatan. Oleh karena itu, ODGJ yang sedang
mengikuti kegiatan terkadang beralih perhatiannya kepada
Orang Dengan Gangguan Jiwa yang tidak mengikuti.
b. Kondisi Orang Dengan Gangguan Jiwa yang seringkali
mengalami penurunan keaktifan atau keinginan untuk
mengikuti kegiatan bimbingan agama, terkadang jumlah
79

yang mengikuti bimbingan agama banyak dan terkadang


sedikit.
c. Keterbatasan dalam materi, pembimbing agama
memberikan materi yang terus-menerus diulang, sehingga
Orang Dengan Gangguan Jiwa yang lama jenuh akan hal
tersebut dan terlihat monoton.
BAB VI
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang
Pemahaman Keagamaan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Pasca Menerima Bimbingan Agama di Pusat Rehabilitasi
Yayasan Dhira Suman Tritoha dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Orang Dengan Gangguan Jiwa mampu menyampaikan


kembali dengan cara dirinya sendiri setelah menerima
bimbingan agama di Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira
Suman Tritoha Serang Banten.
2. Faktor pendukung dan penghambat pemahaman
keagamaan Orang dengan Gangguan Jiwa pasca
menerima bimbingan agama di Pusat Rehabilitasi
Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten yaitu:
faktor pendukung sarana dan prasarana dalam kegiatan,
kerjasama baik antara pembimbing dan perawat,
keinginan yang tinggi untuk mengikuti kegiatan,
tersedianya tenaga pendukung perawat dan psikolog
membantu pembimbing agama dalam kegiatan
berlangsung, pembimbing agama memiliki pengetahuan
yang memadai, dan materi yang disampaikan terus
menerus sampai terbiasa dan memahami materi. Dan
faktor penghambat diantaranya adanya gangguan dari
Orang Dengan Gangguan Jiwa lain yang sedang kambuh,

80
81

mengalami penurunan keaktifan atau keinginan untuk


mengikuti kegiatan, dan materi yang diulang-ulang
membuat Orang Dengan Gangguan Jiwa yang sudah lama
di rehabilitasi merasa jenuh dan monoton.

B. Implikasi
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa Orang Dengan
Gangguan Jiwa mampu memahami dan menjelaskan kembali
materi yang telah disampaikan oleh pembimbing agama sebagai
salah satu proses dalam penyembuhan secara kejiwaan di Pusat
Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten. Hasil
penelitian ini diharapkan para Orang Dengan Gangguan Jiwa
semakin memahami tentang agama, tentunya dengan bantuan
kerjasama antara Orang Dengan gangguan Jiwa, pembimbing
agama dan perawat sehingga dapat memahami dengan baik serta
mendapat umpan balik dari apa yang telah dipelajari sebelumnya.

C. Saran
Berdasarkan kegiatan penelitian mengenai pemahaman
keagamaan Orang Dengan Gangguan Jiwa pacsa menerima
bimbingan agama di Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman
Tritoha Serang Banten, peneliti memberikan beberapa saran
sebagai berikut:

1. Saran untuk Orang Dengan Gangguan Jiwa


Peneliti menyarankan untuk Orang Dengan Gangguan
Jiwa bisa menerima diri untuk terus berkembang dalam
penyembuhan, dan bimbingan agama ini kegiatan yang
82

membantu kejiwaan agar hati tenang, berkurangnya


gelisahan dalam diri dan dalam beribadah untuk lebih giat
lagi.
2. Saran untuk pembimbing agama
Peneliti menyarankan untuk pembimbing agama lebih
kreatif lagi dalam menyampaikan berbagai materi seperti
diselangi permainan yang menarik tanpa menghilangkan
materi yang ada.
3. Saran untuk perawat
Peneliti menyarankan untuk perawat agar lebih perhatian
lagi kepada para Orang Dengan Gangguan Jiwa ketika
mereka ingin diperhatikan lebih karena akan membantu
menenangkan jiwa mereka.
4. Saran untuk peneliti
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang harus
diteliti kembali.
83

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahid Hasan, 2006. Aplikasi Strategi dan Model
Kecerdasan Spiritualitas (QS) Rasullulah Dimasa Kini,
Yogyakarta: Bangun Tapan.

Abudin Nata, 2009. Metodologi Studi sosial,Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada.

Amaliah, 2013. Sikap Perawat Dalam memotivasi Pasien


Kanker Sebagai Salah Satu Upaya Penyembuhan di Rumah Sakit
kanker Dharmais Jakarta, Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta.

Amin, Samsul, 2010. Bimbingan dan Konseling Islam.


Jakarta: Amzah.

Anas Sudijono, 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan,


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bakhtiar Amsal, 2007. Filsafat Agama (Wisata Pemikiran


dan kepercayaan Manusia), Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bastaman, 2007. Logoterapi, Psikologi Untuk


Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna, Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Bustanuddin, 2006. Agama dalam Kehidupan Manusia:


Pengantar Antropologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Dadang Kahmad, 2002. Sosiologi Agama, Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.
84

Data dari Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman


Tritoha, pada tanggal 24 Februari 2021.

Daradjat, Zakiah, 1985. Kesehatan Mental, Jakarta: PT.


Gunung Agung.

Daradjat, Zakiah, 1995. Peranan Agama dalam


Kesehatan, Jakarta: PT. Gunung Agung.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2003. Kamus


Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Dimyatidan, Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran,


Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djaman, Santori, 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif,


Bandung: Alfabeta.

Efli & Rifa. 2009. Bimbingan dan konseling islami di


sekolah dasar, Jakarta: Bumi Aksara.

Erlina, 2019. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap


Kepatuhan Pasien Gangguan Jiwa Dalam Mengkonsumsi Obat
di puskesmas Rejoso Kabupaten Nganjuk, Jurusan Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang.

Faizah dan Lalu, Muchsin, 2006. Psikologi Dakwah,


Jakarta: Kencana Langgulung Hasan, 1986. Teori-Teori
Kesehatan Mental, Jakarta: Pustaka Alhusna.
85

Hasil wawancara dengan Pak Dery, Amd. Kep, Perawat,


Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten, Pada
tanggal 22 Februari 2021.

Hasil wawancara dengan Ust. Ace, Pembimbing Agama,


Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang Banten, Pada tanggal 22
Februari.

Hasil wawancara dengan KW, Orang Dengan Gangguan


Jiwa, Pusat Rehablitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha Serang
Banten, pada tanggal 9 April 2021.
Hasil wawancara dengan SL, Orang Dengan Gangguan
Jiwa, Pusat Rehabilitasi Yayasan dhira Suman Tritoha Serang
Banten, pada tanggal 11 April 2021.

Hasil wawancara dengan FB, Orang Dengan Gangguan


Jiwa, Pusat Rehabilitasi Yayasan dhira Suman Tritoha Serang
Banten, pada tanggal 15 April 202

Haryanto dan Sukandarrumidi, 2014. Dasar-Dasar


Penulisan Proposal Penelitian, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Hasan, 2006. Aplikasi Strategi dan Model Kecerdasan
Spiritualitas (QS) Rasullulah dimasa kini, Yogyakarta: Bangun
Tapan.

https://lampung.kemenag.go.id/artikel/38911/agama-
sebagai-psikoterapi-religius-dan-implikasinya-bagi-pendidikan-
agama (diakses pukul 10.32 WIB pada tanggal 28 Februari 2021).
86

https://www.radarbanten.co.id/631-warga-kabupaten-
serang-alami-gangguan-jiwa-padarincang-mendominasi/ (diakses
pukul 11.11 WIB pada tanggal 22 Februari 2021).

https://www.academia.edu/20127276/Definisi_agama_da
n_keagamaan (diakses pada pukul 10.13 WIB tanggal 11
Desember 2020).

Jalaludin, 2012. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja


Grafindo.

Kartiko, Widi, 2010. Asas metodologi Penelitian


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kartono, Kartini, 2015. Patologi Sosial Jilid 1, Jakarta:


Rajawali Pers.

Khairunnas, 2018. Psikologi Ibadah, Jakarta: Amzah.

Marcelinus, 2019. Pemahaman dan Penerimaan


Mahasiswa Universitas Immanuel Yogyakarta Terhadap
Pluralitas Agama, Jurusan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendiikan, Universitas Sanata Dharma
https://repository.usd.ac.id/35062/ (diakses pukul 09.40 WIB
pada tanggal 29 Februari 2021).

Mariana, Anna, 2013. Profil Kompetensi Profesional


Guru Slip: Studi Kasus Terhadap Kinerja Guru di SLTP Negeri
50 Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia
87

http://repository.upi.edu/1267/ (diakses pukul 15.10 WIB pada


tanggal 29 Februari 2021).

Menzies, Allan, 2014. Sejarah Agama-Agama,


Yogyakarta: Forum.

Mulawarman, Eem Munawaroh, 2018. Psikologi


Konseling: Sebuah Pengantar bagi Konselor Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang.

Odelan, 2017. Hak Pelayanan Dan Rehabilitasi Orang


Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Terlantar Menurut UU No. 18
Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa (Studi Kasus Upt Wanita
Tuna Susila Dan Tuna Laras Berastagi), vol.7 no.1.

Paisol, 2016. Patologi Sosial, Jakarta: Bumi Aksara.

Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa, 1993. Kamus


Besar bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Rajab, Khairunnas. 2018. Psikologi Ibadah. Jakarta:


Amzah.

Rani, Jacobus, 2011. Buku Ajar Gastroenterologi, Jakarta:


Internal Publishing.

Sudjana, Nana, 1995. Peniliaian Hasil Proses Belajar


Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Samsul Munir Amin, 2010. Bimbingan dan Konseling


Islam, Jakarta: Amzah.
88

Sudijono, Anas, 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan,


Jakarta: Raja Grafindo Persada .

Suharsimi, 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pengantar,


Jakarta: Bina Aksara.

Sururin, 2004. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada.

Symasudin & Azam, 2012. Memahami Dimensi


Spiritualitas Dalam Praktek Pekerjaan Sosial, (vol 17 no.2).
89

LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi


90

Figure 1
91

Lampiran 2 Surat Ketersediaan Wawancara Penelitian


92
93
94
95
96

Lampiran 3 Blue Print Pemahaman Keagamaan

PEMAHAMAN PERTANYAAN
KEAGAMAAN
1. Apakah anda memahami
materi yang disampaikan
pak ustad terkait
bimbingan spiritual?
2. Apakah anda mengetahui
arti
bismillahirahmanirrahim?
3. Apakah anda tahu berapa
ayat dalam surat al-
fatihah?
4. Apakah anda mengetahui
Kemampuan untuk
syarat sah islam ada
memahami nilai agama
berapa?
5. Apakah anda tahu air yang
bisa digunakan untuk
berwudhu?
6. Apakah anda tahu doa
setelah wudhu?
7. Apakah anda mengetahui
bacaan sujud dan rukuk
ketika shalat?
8. Apakah anda mengetahui
97

ada berapa najis?


9. Apakah anda mengetahui
pada saat apa (tanda)
dilaksanakannya shalat 5
waktu?
10. Bagaimana perasaan anda
setelah membaca al-
qur’an?

PROSES
PEMAHAMAN PERTANYAAN
KEAGAMAAN

1. Apakah anda
memperhatikan
pembimbing agama ketika
mengikuti kegiatan
Menerjemahkan bimbingan agama?
(translation) 2. Apakah anda bisa
menjelaskan kembali
materi apa yang telah
disampaikan oleh ustadz
ketika bimbingan agama?

1. Bagaimana pendapat anda


Menafsirkan
tentang materi yang
(interpretasion)
disampaikan oleh
98

pembimbing agama?
2. Apa pendapat anda ketika
membaca
“bismillahirahmanirrahim”
dalam bacaan shalat?
99

CATATAN LAPANGAN

Rabu, 17 Februari 2021

Melihat dari tempat rehabilitasi yang pada umumnya


menggunakan penyembuhan secara medis, peneliti melakukan
observasi pertama kali ke Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira
Suman Tritoha karena tidak hanya secara medis tetapi ada juga
cara penyembuhan secara keagamaan. Jarak yang ditempuh dari
rumah peneliti ke lokasi penelitian berkisar kurang lebih 3 km
dengan waktu 5 menit dengan menggunakan sepeda motor.
Setelah melakukan observasi peneliti tertarik dengan adanya
metode penyembuhan tersebut dan memutuskan untuk melakukan
penelitian dan sekaligus meminta ijin pada penanggung jawab di
Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira Suman Tritoha.
Jumat, 19 Februari 2021

Pada kunjungan kedua, peneliti melakukan konfirmasi


dengan staf yayasan yaitu Pak Dery untuk menentukan
bagaimana tahapan penelitian yang akan dilaksanakan di yayasan
tersebut, dan kemudian peneliti memutuskan untuk mengikuti
rangkaian acara bimbingan agama pada pasien.

Minggu, 21 Februari 2021

Peneliti melakukan wawancara terlebih dahulu, dan


mempersiapakan pertanyaan yang akan diajukan kepada Ustadz
Ace selaku pembimbing agama dan Pak Dery selaku staf untuk
mengetahui bagaimana metode yang dilakukan, apa saja meteri
100

yang disampaikan ketika bimbingan agama, dan bagaimana


timbal balik dari pasien terhadap materi keagamaan tersebut.

Rabu, 24 Februari 2021

Peneliti meminta data pasien kepada staf yayasan, dan


bertanya terkait informasi seputar yayasan, meliputi sejarah
berdirinya yayasan, data staf dan pengurus yayasan. Kemudian
peneliti diberikan sebuah buku yang berisi informasi lengkap
tentang yayasan, setelah itu peneliti menyalin informasi yang
dibutuhkan untuk penelitian.

Pada hari yang sama, peneliti melakukan observasi


kegiatan dengan mengikuti sekilas bimbingan keagamaan yang
dilakukan oleh Ustadz Ace. Metode yang diberikan oleh
pembimbing agama yaitu ceramah dan tanya jawab, dengan
adanya sesi tanya jawab, para pasien diberikan kesempatan untuk
menanyakan hal-hal yang terkait dengan materi yang sudah
disampaikan. Kemudian peneliti menemukan beberapa pasien
yang cukup aktif dalam kegiatan bimbingan agama ini, dan
kemudian pembimbing agama pun menjawab pertanyaan dari
para pasien dengan ciri khasnya menggunakan kata-kata yang
mengundang tawa para pasien agar suasana tidak monoton.

Senin, 15 Maret 2021

Peneliti datang ke Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira


Suman Tritoha pukul 14.30 WIB untuk mengikuti kegiatan
bimbingan agama, bershalawat bersama sambil menunggu
101

pembimbing agama memulai bimbingan. Sebelum ceramah


tentang keagamaan pembimbing agama dan para pasien atau
jamaah mengaji bersama-sama dalam keadaan sudah berwdhu
dan kemudian sambung ayat dengan para pasien untuk melatih
konsentrasi sebelum memulai ceramah.

Sesi ceramah tentang keagamaan dimulai dengan baik


tanpa adanya gangguan dari manapun dan tentunya didampingi
oleh perawat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dari
para pasien. Pembimbing agama memberikan materi tentang
makna surat Al-fatihah beserta artinya. Pembimbing agama
menjelaskan istimewanya surat Al-fatihah yang diturunkan di
mekkah yang terdiri dari 7 ayat, dan bagaimana pentingnya surat
Al-fatihah sebelum melaksanakan shalat 5 waktu yang selalu
dibaca sebelum masuk ayat-ayat pilihan dalam shalat. Peneliti
meneliti para pasien dan menemukan keinginan yang tinggi
dalam mengikuti bimbingan agama pada hari ini, setelah
pembimbing agama menjelaskan tentang istimewanya surat Al-
fatihah kemudian para pasien diperintahkan untuk membaca ayat
beserta artinya, mendalami makna-makna yang terkandung dalam
ayat tersebut.

Setelah dilaksanakannya bimbingan agama dan berakhir


dengan shalat ashar berjamaah dan yang melaksanakan adzan
yaitu para pasien yang bersedia tiap hari bergantian untuk melatih
diri dan seorang laki-laki diharuskan untuk bisa adzan. Kemudian
peneliti dan para pasien shalat berjamaah, dan setelah shalat saing
bersalaman keliling agar mempererat hubungan satu sama lain.
102

Rabu, 17 Maret 2021

Peneliti kembali penelitian pada hari ini, seperti biasa


peneliti dan para pasien sudah menunggu pembimbing agama
dengan bershalawat bersama dan tentunya sudah memiliki wudhu
terlebih dulu. Kemudian pembimbing agama memulai kegiatan
bimbingan agama dengan mengaji bersama dan kemudian
bergantian melanjutkan surat-surat yang ada di juz 30,
pembimbing memilih surat-surat pendek untuk membantu dari
segi bacaan yang lebih baik karena melihat kondisi para pasien
yang tidak memungkinkan untuk mempelajari surat-surat yang
panjang. Peneleti menemukan perkembangan yang cukup baik
dalam keinginan para pasien untuk membaca al-qur’an lebih baik,
keinginan yang tinggi dalam membaca al-qur’an sehingga adanya
perubahan yang baik setelah mengikuti kegiatan bimbingan
agama. Setelah mengikuti kegiatan bimbingan agama peneliti dan
para pasien langsung mempersiapkan diri masing-masing untuk
shalat ashar berjamaah, untuk muadzin bergantian dari para
pasien, dan untuk imamnya yaitu ustadz Ace selaku pembimbing
agama.

Minggu, 21 Maret 2021

Peneliti kembali mengunjungi yayasan untuk mengikuti


kegiatan bimbingan agama dan meneliti perkembangan para
pasien dalam memahami keagamaan yang disampaikan oleh
pembimbing agama. Pada hari ini jadwal bimbingan agama
membahas tentang macam-macam najis dan air, seperti biasa para
103

pasien sudah siap untuk mengikuti bimbingan agama sambil


bershawalat bersama. Kemudian pada saat bimbingan agama
berlangsung, adanya gangguan dari pasien lain yang sedang
kambuh teriak-teriak sehingga membuat perhatian pasien lain
tertuju pada hal tersebut dan kemudian staf yayasan langsung
menangani pasien tersebut agar tidak terganggu kepada para
pasien yang sedang mengikuti bimbingan agama. Setelah
penanganan tersebut suasana bimbingan agama mulai kondusif
dan focus pada materi yang disampaikan. Ada beberapa pasien
yang bertanya setelah ceramah usai, hal itu berarti adanya materi
yang masuk dalam otak dan kemudian dicerna sehingga
menimbulkan rasa penasaran yang membuat pasien ingin
bertanya. Disini peneliti menemukan adanya semangat tinggi
dalam memahami keagamaan dan para pasien ODGJ mampu
menerima informasi dan dapat memahami kegiatan keagamaan
tersebut. Setelah melakukan ceramah, para pasien seperti biasa
melaksanakan shalat berjamaah dan bergantian untuk muadzin.

Jumat, 9 April 2021

Peneliti baru melakukan wawancara karena ada beberapa


kendala, orangtua mengalami sakit yang cukup lama dan tidak
bisa ditinggalkan. Selanjutnya peneliti melakukan perizinan
terlebih dahulu kepada pihak yayasan untuk memluai wawancara
dan tidak lupa kepada narasumber. Pertama berinisial KW yang
beralamat di Lopang Kota Serang. Peneliti tidak lupa menyiapkan
pertanyaan terkait pemahaman keagamaan yang telah diterima
para pasien setelah mengikuti bimbingan agama setiap hari.
104

Ketika wawancara berlangsung peneliti menumakan adanya


pemahaman yang cukup baik, sehingga narasumber mampu
menjawab pertanyaan dan senang terlibat dalam penelitian ini.

Minggu, 11 April 2021

Peneliti berkunjung kembali untuk wawancara dengan


narasumber berinisial SL yang beralamat di Cipocok Kota
Serang. Pada saat mengikuti kegiatan selalu memperhatikan
pembimbing agama. Peneliti mewawancarai narasumber berbeda
hari karena adanya gangguan yaitu, para staf yayasan sedang
melakukan rapat dan belum bisa mengizinkan peneliti untuk
mewawancarai. Karena, peneliti harus didampingi oleh perawat
agar para pasien tidak menimbulkan hal-hal yang tidak
diinginkan. Kemudian peneliti juga tidak lupa untuk meminta
izin kepada narasumber untuk melakukan wawancara terkait
pemahaman keagamaan yang narasumber dapatkan setelah
mengikuti kegiatan bimbingan agama. Ketika wawancara
berlangsung, pada hari ini narasumber menjawab pertanyaan
dengan baik singkat dan padat biasanya narasumber ini berbicara
dengan panjang lebar. Hari ini narasumber memiliki suasana hati
yang kurang baik tetapi mampu untuk menjawab pertanyaan yang
peneliti sampaikan. Setelah melakukan wawancara peneliti
menemukan adanya pemahaman yang cukup baik terhadap
narasumber sehingga penerapan materi yang telah disampaikan
mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
105

Kamis, 15 April 2021

Peneliti selanjutnya mewawancarai kembali narasumber


yang berinisial FB. Hari sebelumnya peneliti menemukan
narasumber ini kurang begitu sehat dalam hal fisik tetapi pada
hari ini narasumber siap untuk diwawancara terkait pemahaman
yang didapat setelah mengikuti bimbingan bimbingan agama.
Kemudian peneliti mempersiapkan alat dan pertanyaan untuk
wawancara, dan pada saat wawancara berlangsung peneliti
menemukan pemahaman yang begitu kuat dari narasumber ini,
karena dari background narasumber yang masih berkuliah disalah
satu universitas islam, dan diagnosa yang tidak begitu
berpengaruh terhadap pemahaman yang diperoleh saat mengikuti
kegiatan bimbingan agama.

Selanjutnya, peneliti sekaligus berpamitan kepada seluruh


staf, pembimbing agama, para narasumber dan mengucapkan
terimakasih banyak karena sangat membantu dalam penelitian.
106

Lampiran 3 Instrumen Pengumpulan Data Penelitian


(ODGJ)

Transkip Hasil Wawancara


Subjek 1
Pelaksanaan Hari/tanggal: Jum’at, 9 April 2021
Waktu: 16.00 WIB
Tempat: Pusat Rehabilitasi
Yayasan Dhira Suman Tritoha
Durasi: 38 menit

Identitas Informan Nama: KW (inisial nama)

Alamat: Lopang Kota Serang

Tempat, tanggal lahir: serang, 7-01-


1982

Alat yang digunakan 1. Alat perekam suara dan kamera

2.Pulpen dan buku catatan

No Pertanyaan Jawaban Teori

1. Apakah anda bisa Alhamdulillah bisa Kemampuan


menerjemahkan sedikit-sedikit. pemahaman,
kembali materi menurut
bimbingan agama? (Daryanto)

2. Apakah ada Alhamdulillah saya Kemampuan


perubahan secara sekarang tahu, pemahaman,
107

kognitif inget kembali menurut


(pengetahuan) pelajaran waktu (Daryanto)
setelah mengikuti dulu.
bimbingan agama?

3. Apakah ada Sekarang saya Kemampuan


perubahan secara lebih menjaga pemahaman,
afektif (sikap, sikap saya, mulai menurut
penyesuaian diri) menerima (Daryanto)
setelah mengikuti lingkungan setelah
bimbingan agama? menerima
bimbingan
spriritual.

4. Apakah ada Alhamdulillah saya Kemampuan


perubahan secara kalau shalat pemahaman,
psikomotorik dilaksanakan menurut
setelah mengikuti walaupun belum (Daryanto)
bimbingan agama tepat waktu
contohnya shalat?

5. Pada saat apa anda


merasakan
hadirnya Tuhan
dalam diri anda?
108

Transkip Hasil Wawancara


Subjek 2
Pelaksanaan Hari/tanggal: Kamis,15 Arpril 2021
Waktu: 16. 15 WIB
Tempat: Pusat Rehabilitasi
Yayasan Dhira Suman Tritoha
Durasi: 45 menit

Identitas Informan Nama: FB (inisial nama)

Alamat: Kragilan Kota Serang

Tempat, tanggal lahir: Serang, 20-


02-1999

Alat yang digunakan 1. Alat perekam suara dan kamera

2.Pulpen dan buku catatan

No Pertanyaan Jawaban Teori

1. Apakah anda bisa Alhamdulillah saya Kemampuan


menerjemahkan bisa dan masih pemahaman,
kembali materi inget juga materi- menurut
bimbingan materi yang (Daryanto)
spiritual? sebelumnya.

2. Apakah ada Kalo saya sih sama Kemampuan


perubahan secara aja yah, karena ya pemahaman,
kognitif udah tau pas menurut
109

(pengetahuan) sebelum masuk (Daryanto)


setelah mengikuti sini.
bimbingan
spiritual?

3. Apakah ada Disini saya Kemampuan


perubahan secara termasuknya masih pemahaman,
afektif (sikap, muda ya kalo menurut
penyesuaian diri) dibanding sama (Daryanto)
setelah mengikuti temen-temen yang
bimbingan lain, jadi saya lebih
spiritual? dengerin yang lebih
tua dari saya.

4. Apakah ada Alhamdulillah saya Kemampuan


perubahan secara shalat, rajin. pemahaman,
psikomotorik menurut
contohnya shalat? (Daryanto)

5. Pada saat apa anda Ketika saya mau Tingkatan


merasakan sholat terus kalo spiritual,
hadirnya Tuhan mau ngelakuin hal menurut
dalam diri anda? ga baik misalnya (Hasan)
saya tuh mikir-
mikir lagi takut
sama dosa.
110

Transkip Hasil Wawancara

Subjek 3
Pelaksanaan Hari/tanggal: Mingggu,11 April2021
Waktu: 16. 25 WIB
Tempat: Pusat Rehabilitasi
Yayasan Dhira Suman Tritoha
Durasi: 35 menit

Identitas Informan Nama: SL (inisial nama)

Alamat: Munjul Cipojok Jaya


Serang

Tempat, tanggal lahir: Serang, 10-


07-1984

Alat yang digunakan 1. Alat perekam suara dan kamera

2.Pulpen dan buku catatan

No Pertanyaan Jawaban Teori

1. Apakah anda bisa Alhamdulillah bisa Kemampuan


menerjemahkan sedikit-sedikit. pemahaman,
kembali materi menurut
bimbingan (Daryanto)
spiritual?

2. Apakah ada Ada, soalnya kan Kemampuan


111

perubahan secara ini pengatahuan pemahaman,


kognitif agama yang harus menurut
(pengetahuan) kita tau. (Daryanto)
setelah mengikuti
kegiatan bimbingan
spirtual?

3. Apakah ada Disini temen- Kemampuan


perubahan secara temenya baik pemahaman,
afektif (sikap, semua. menurut
penyesuaian diri) (Daryanto)
setelah mengikuti
bimbingan
spiritual?

4. Apakah ada Kadang saya suka Kemampuan


perubahan secara telat shalat. pemahaman,
psikomotorik menurut
setelah mengikuti (Daryanto)
kegiatan bimbingan
spiritual contohnya
shalat?

5. Pada saat apa anda Ketika setelah Tingkatan


merasakan shalat, saat spiritual,
hadirnya Tuhan mengaji, dengerin menurut
dalam diri anda? pak ustad ceramah. (Hasan)
112

Lampiran 4 Instrumen Pengumpulan Data Penelitian


Pembimbing Agama dan Perawat

Transkip Hasil Wawancara


Subjek 4
Pelaksanaan Hari/tanggal: 21 Februari 2021
Waktu: 16. 00 WIB
Tempat: Pusat Rehabilitasi
Yayasan Dhira Suman Tritoha
Durasi: 35 menit

Identitas Informan Nama: Ace Hidayat

Alamat: Pabuaran Kab. Serang

Tempat, tanggal lahir: Serang, 05-


05-1979

Alat yang digunakan 1. Alat perekam suara dan kamera

2.Pulpen dan buku catatan

No. Pertanyaan Jawaban Teori

1. Metode apa yang Ceramah, praktek Bimbingan


digunakan dalam dan tanya jawab. spiritual,
bimbingan spiritual menurut
113

(Khairunnas)

2. Apakah efektif Alhamdulillah Bimbingan


metode yang sejauh ini efektif spiritual,
digunakan? dan tidak ada menurut
kendala dalam (Khairunnas)
metodenya.

3. Bagaimana Alhamdulillah para Bimbingan


pemahaman jamaah disini faham spiritual,
keagamaan dalam dan mampu menurut
bimbingan menjawab ketika (Khairunnas)
spiritual? ditanya.

4. Apakah jadwal Kalo memberatkan Bimbingan


bimbingan spiritual sih tidak, mungkin spiritual,
memberatkan para ada saja yang malas menurut
jamaah? dan itu tidak dipaksa (Samsul
apakah mau ikut Munir)
atau tidak.

5. Apakah ada Alhamdulillah ada Bimbingan


perubahan setelah perubahan yang spiritual,
mengikuti kegiatan signifikan, yang menurut
bimbingan tadinya males- (Samsul
spiritual? malesan jadi Munir)
semangatdengerin
ceramah, ikut
114

shalawatan.

6. Apa faktor Paling itu sih ada Faktor


penghambat ketika jamaah yang suka bimbingan
kegiatan bimbingan mundar mandir, spiritual,
spiritual? sebenernya buat menurut
saya ga masalah, (Gladding)
cuman buat jamaah
lain jadi ga
konsentrasi.

7. Apa faktor Ketika para jamaah Faktor


pendukung ketika antusias nunggu bimbingan
kegiatan bimbingan saya sambil spiritual,
spiritual? shalawatan, terus menurut
perawat disini juga (Gladding)
membantu dalam
kegiatan bimbingan
spiritual.

Transkip Hasil Wawancara


Subjek 5
Pelaksanaan Hari/tanggal: 21 Februari 2021
Waktu: 14. 00 WIB
Tempat: Pusat Rehabilitasi
Yayasan Dhira Suman Tritoha
Durasi: 30 menit
115

Identitas Informan Nama: Dery, Amd. Kep

Alamat: Lebak Banten

Tempat, tanggal lahir: Lebak, 05-


05-1979

Alat yang digunakan 1. Alat perekam suara dan kamera

2.Pulpen dan buku catatan

No. Pertanyaan Jawaban Teori

1. Metode apa yang Metode ceramah, Bimbingan


digunakan dalam praktek dan tanya spiritual,
bimbingan jawab. menurut
spiritual? (Khairunnas)

2. Apakah ada Alhamdulillah ya Bimbingan


kesulitan dalam disini kita ada dua spiritual,
mendampingi orang untuk pantau menurut
para jamaah para pasien jadi (Khairunnas)
kekita kegiatan dibagi, ada yang
bimbingan khusus laki-laki dan
spiritual? perempuan buat
ngarahin waktunya
bimbingan spiritual.
Kita biasa
116

manggilnya pasien.

3. Ketika Ada yang rajin dan Bimbingan


mendampingi aktif, ada yang rajin spiritual,
apakah para tapi sekedar menurut
jamaah selalu dengerin, ada yang (Khairunnas)
mengikuti suka mundar-
kegiatan mandir, dan juga ada
bimbingan yang lagi kambuh
spiritual? mah ga ikut kegiatan
biar tenang dulu baru
bisa ngikutin jadwal
harian.

4. Apakah jadwal Dilihat dari Bimbingan


bimbingan antusiasnya spiritual,
spiritual alhamdulillah tidak menurut
memberatkan ada yang terpaksa (Khairunnas)
para jamaah? karena mungkin
sudah terbiasa, dan
kegiatan ini juga
penting bagi
penyembuhan
mereka.

5. Apakah ada Alhamdulillah Bimbingan


perubahan setelah perubahan kearah Spiritual,
mengikuti yang lebih baik, jadi menurut
117

kegiatan lebih tenang, ya ada (Samsul


bimbingan bantuan tadi obat Amin)
spiritual? medis juga. Tapi
kalo ini kan
rohaninya yang
diobatin jadi harus
seimbang.

6. Apa faktor Ketika mendampingi Faktor


penghambat para pasien bimbingan
ketika sedang penghambatnya itu spiritual,
mendampingi ada beberapa yang menurut
kegiatan kambuh jadi harus (Gladding)
bimbingan ditangani lebih dulu
spiritual? supaya tidak
mengganggu yang
lain.

7. Apa faktor Faktor Faktor


pendukung ketika pendukungnya bimbingan
mendampingi ketika para pasien spiritual,
kegiatan antusiasnya sedang menurut
bimbingan tinggi untuk (Gladding)
spiritual? mengikuti kegiatan
ini, jadi kita hanya
dampingi ikut
kegiatan bimbingan
118

spiritual juga.

DOKUMENTASI
A. Gerbang Utama
119

B. Tampak Depan Pusat Rehabilitasi Yayasan Dhira


Suman Tritoha

C. Ruang Konsultasi dan Administrasi

D. Visi Misi Yayasan Dhira Suman Tritoha


120

E. Jadwal Harian Kegiatan Klien


121

F. Kegiatan Bimbingan Spiritual

G. Shalat Ashar Berjamaah


122

H. Wawancara dengan Ustadz Ace selaku Pembimbing


Agama
123

I. Wawancara dengan Pak Dery selaku Perawat


124

J. Wawancara dengan KW (inisial nama) Orang Dengan


Gangguan Jiwa
125

K. Wawancara dengan SL (inisial nama) Orang Dengan


Gangguan Jiwa
126

L. Wawancara dengan FB (inisial nama) Orang Dengan


Gangguan Jiwa

Anda mungkin juga menyukai