Anda di halaman 1dari 139

PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MENGHADAPI KECEMASAN

LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 3


JAKARTA SELATAN

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Inayatuz Zulfa
NIM. 11160520000031

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN


ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1444 H/202
ABSTRAK

INAYATUZ ZULFA: 11160520000031, Peran Pembimbing Agama


Dalam Menghadapi Kecemasan Lansia Di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Selatan.
Dalam perkembangan manusia, lansia berada pada tahapan terakhir
fase kehidupan. Berbagai macam kemunduran yang dialami lansia baik
secara fisik, mental maupun sosial. Manusia pada hakikatnya
membutuhkan orang lain begitu juga dengan lansia yang berada di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Selatan. Dibutuhkannya peran
pembimbing agama bagi lansia agar terhindar dari gangguan dan penyakit
jiwa salah satunya dengan mendekatkan diri dengan Allah SWT melalui
agama.
Menurut Zakiah Daradjat pelaksanaan agama dalam kehidupan
sehari-hari dapat membentengi diri dari pada gangguan jiwa dan dapat
pula mengembalikan kesehatan jiwa bagi orang-orang yang gelisah dan
cemas. Karena kegelisahan dan kecemasan yang tidak berujung datang
dari ketidakpuasan atau kekecewaan. Sedangkan agama lah yang dapat
menolong untuk menerima kekecewaan tersebut dengan jalan memohon
kepada Allah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran
pembimbing agama dalam menghadapi kecemasan lansia dan mengetahui
faktor pendukung serta penghambat pada program bimbingan agama di
PSTW Budi Mulia 3. Melalui pendekatan kualitatif dan teknik
pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah pengurus lembaga, pekerja
sosial (Peksos), pembimbing agama dan lansia. Sedangkan objek
penelitian ini adalah peranan pembimbing agama serta gambaran
kecemasan lansia.
Hasil dari penelitian ini bahwa pembimbing agama di PSTW
Budhi Mulia 3 memiliki peran yang sangat penting terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi pada lansia yakni sebagai pembimbing spiritual,
fasilitator, motivator, pengarah, dan perantara. Adapun program kegiatan
bimbingan agama yang dilakukan yaitu pengajian, diskusi, yasinan,
hadroh, praktik, sharing dan motivasi. Adapun gambaran kecemasan
lansia setelah mengikuti bimbingan agama yaitu banyak perubahan yang
dirasakan mulai dari kebiasaan, sikap, serta pengetahuan agama maupun
umum menjadi lebih baik. Adanya perubahan dengan pemberian
bimbingan, arahan menggunakan beberapa pendekatan dan strategi yang
tepat.Terdapat faktor pendukung serta penghambat dalam pelaksanaan
progam kegiatan bimbingan agama tersebut.
Kata Kunci: Peran Pembimbing Agama, Kecemasan, Lansia

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji serta syukur penulis panjatkan


kehadirat Allah SWT sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Peran Pembimbing Agama Dalam Menghadapi Kecemasan Lanjut Usia
Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Selatan”. Penulisan
skripsi ini merupakan tugas akhir untuk dapat memperoleh gelar sarjana
pada program studi Bimbingan Dan Penyuluhan Islam di Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta.
Selanjutnya menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak atas segala bantuan yang telah diberikan
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk rasa terimakasih ini
peneliti sampaikan kepada:
1. Suparto, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, MSW, selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Dr. Sihabudin Noor, MA. selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, serta Drs. Cecep Castrawijaya, MA. selaku
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
2. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si. selaku Ketua Prodi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam dan Artiarini Puspita Arwan, M.Psi. selaku
Sekretaris Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi.
3. Dr. Nasichah, MA. Selaku pembimbing skripsi peneliti yang telah
memberikan bimbingan, nasehat, dan motivasi selama menyelesaikan
skripsi.
4. Tasman, S.Ag., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Akademik selama
peneliti menempuh studi pada Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam
kelas A angkatan 2016.
5. Bapak/Ibu dosen dan staff di lingkungan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmu.

ii
6. Seluruh staff perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
serta Perpustakaan Utama yang telah melayani peminjaman buku
sebagai bahan referensi penyusunan skripsi ini.
7. Kepada pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian, serta
memberikan informasi dan kebutuhan dalam penelitian.
8. Kepada kedua orang tua peneliti (alm) abah Drs. H. Anwaruddin dan
(almh) mamah Hj. Rukminah, serta kepada Aa dan Teteh yang selalu
memberikan dukungan, kasih sayang, dan do’a yang tidak pernah
henti. A Eka, Teh Euis, A Syamsul, Teh Sasha, A Heru, Teh Sarah.
Tak lupa kepada keponakan tersayang Nizran, Mas Ndaru, Nafisah,
dan Gendis.
9. Saudara kembar saya I’anatuz Zulfa yang selalu setia menemani dan
saling memberi dukungan.
10. Keluarga Mahasiswa Majalengka (KEMKA) Jakarta, ISMANSA
JABODETABEK dan Lentera HAM yang telah memberikan
pengalaman kepada peneliti selama menempuh pendidikan.
11. Seluruh keluarga Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2016,
khususnya kepada Muflihah, Asfi, Firma, Rifa, Nisa, Tiwi yang telah
mendukung dan menyemangati peneliti.
12. Kepada tim DGDAW: Nada, Firda, Raja, Alfa, Desi, Alinda, Alda,
Nindi dan Elvia Risti yang selalu memberikan dukungan serta
pengalaman-pengalaman menarik dan tak terlupakan.

Jakarta, 12 Agustus 2022

Inayatuz Zulfa

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING


LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah .............................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 5
D. Metodologi Penelitian ................................................................................. 5
E. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................................ 9
F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 10
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 12
A. Peran .......................................................................................................... 12
1. Pengertian Peran ................................................................................. 12
2. Macam-macam Peran ......................................................................... 13
3. Tujuan dan Manfaat Peran ................................................................. 14
B. Pembimbing Agama .................................................................................. 14
1. Pengertian Pembimbing Agama ......................................................... 14
2. Syarat Pembimbing Agama ................................................................ 16
3. Tugas Pembimbing Agama ................................................................ 17
4. Bentuk dan Tujuan Bimbingan Agama .............................................. 18
5. Metode Bimbingan Agama ................................................................ 19
C. Kecemasan ................................................................................................ 22
1. Pengertian Kecemasan ....................................................................... 22
2. Jenis-Jenis Kecemasan ....................................................................... 24
3. Gejala Kecemasan .............................................................................. 25
4. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan ............................................ 25
5. Tingkat Kecemasan ............................................................................ 25

iv
D. Lansia ........................................................................................................ 27
1. Pengertian Lansia ............................................................................... 27
2. Problematika Lansia ........................................................................... 28
E. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 34
BAB III GAMBARAN UMUM.......................................................................... 33
A. Sejarah Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 ................................... 33
B. Visi dan Misi ............................................................................................. 34
C. Tugas Pokok dan Tujuan Panti.................................................................. 34
D. Sasaran ...................................................................................................... 34
E. Prosedur Penerimaan ................................................................................. 35
F. Landasan Hukum ....................................................................................... 35
G. Sarana dan Program Kegiatan ................................................................... 35
H. Jadwal Kegiatan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 .................... 36
I. Proses Pelayanan ....................................................................................... 37
J. Pola Penanganan Warga Binaan Sosial ..................................................... 38
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .............................................. 39
A. Identitas Informan ..................................................................................... 39
B. Gambaran Kecemasan Lansia ................................................................... 42
C. Pelaksanaan Bimbingan Agama di PSTW Budi Mulia 3 .......................... 51
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 60
A. Analisis Peran Pembimbing Agama Dalam Menghadapi Kecemasan Diri
Usia Lanjut di PSTW Budhi Mulia 3 ........................................................ 60
B. Analisis Kecemasan Lansia Setelah Bimbingan Agama........................... 63
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Bimbingan Agama di PSTW
Budhi Mulia 3 Jakarta Selatan .................................................................. 64
BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 67
A. Kesimpulan................................................................................................ 67
B. Saran .......................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 70
LAMPIRAN

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki
tahapan akhir dalam fase kehidupan. Orang-orang yang masuk dalam
kategori ini mengalami suatu proses yang disebut dengan Aging
Process atau proses penuaan.1 Penuaan merupakan proses perubahan
kumulatif yang terjadi pada makhluk hidup termasuk di dalamnya
tubuh, penurunan kapasitas fungsional pada jaringan dan sel.
Termasuk juga di dalamnya perubahan degeneratif pada kulit, tulang,
jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf serta jaringan tubuh lainnya.
Dengan kemampuan yang terbatas ini maka lebih rentan terkena
berbagai macam penyakit, sindroma, kesakitan dibandingkan dengan
usia dewasa lainnya.2
Menurut UU No 4 tahun 1965 Pasal 1 tentang Pemberian
Bantuan Penghidupan Orang Jompo, pengertian lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau
tidak berdaya dalam mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.3
Rasa kehilangan merupakan gejala utama pada lansia. Secara
umum faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan diri pada usia
lanjut yaitu dapat berupa frustasi (tekanan perasaan), konflik, adanya
ancaman, harga diri, lingkungan. Kemudian Adler dan Rodman
menyatakan dua faktor yang dapat menimbulkan kecemasan yaitu:
pengalaman negatif pada masa lalu dan pikiran yang tidak rasional. 4
Sehingga kekhawatiran terhadap rasa takut akan kematian, kehilangan
orang-orang terkasih, pekerjaan dan jabatan yang kemudian

1
Nugroho, Wahyudi, Keperawatan Gerontik & Geriatric, Edisi 3 (Jakarta: EGC, 2008).
2
S. N. Kholifah, Keperawatan Gorontik. (Jakarta: Kemenkes RI, 2016).
3
https://peraturan.bpk.go.id diakses pada 20 Februari 2021.
4
M. Nur Ghufron., Rini Risnawati S., Teori-Teori Psikologi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014) hlm. 145-146.

1
2

munculnya perasaan tidak berguna, merasa terasingkan, ketakutan


pada perbuataan dosa di masa lampau merupakan contoh dari
kecemasan yang dialami oleh lansia.
Usia lanjut ini mau tidak mau harus diterima oleh setiap
manusia sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan
yang kemudian berkhir dengan kematian.5 Kesadaran bahwa semua
akan menghadapi kematian, ditambah dengan kekecewaan merupakan
kesulitan yang paling sering dihadapi. Rasa kecewa inilah yang
membawa kepada kegelisahan hingga memunculkan perasaan rendah
diri, apatis dan pesimis.
Tidak hanya fisik, masalah psikologis pun tentu saja terjadi.
Berbagai upaya dilakukan guna menghindari kecemasan, terciptanya
kondisi kejiwaan/mental yang sehat. Menurut Zakiah Daradjat konsep
sederhana dari kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari
gejala gangguan dan penyakit mental/jiwa (neurose) dan (psychose).6
Salah satunya adalah dengan lebih mendekatkan diri dengan Allah
SWT melalui agama. Namun demikian, Sigmund Freud tidak
menjadikan agama sebagai upaya untuk menyelesaikan kecemasan.
Untuk menangani hal itu, terdapat beberapa tokoh Islam yang
menganggap agama memiliki peranan dan fungsi positif untuk
mengatasi kecemasan. Diantaranya yaitu menurut Zakiah Daradjat.
Menurut Zakiah Daradjat, pelaksanaan agama dalam kehidupan
sehari-hari dapat membentengi orang dari pada gangguan jiwa dan
dapat pula mengembalikan kesehatan jiwa bagi orang-orang yang
gelisah dan cemas. Karena kegelisahan dan kecemasan yang tidak
berujung datang dari ketidakpuasan atau kekecewaan. Sedangkan
agama dapat menolong untuk menerima kekecewaan tersebut dengan

5
Hutapea, R., Sehat dan Ceria Diusia Senja, (Jakarta: PT Rhineka Cipta, 2005).
6
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 2007), hlm. 11
3

jalan memohon kepada Allah dan terbayanglah kebahagiaan yang


dirasakan dikemudian hari.7
Pelaksanaan agama dalam kehidupan sehari-hari dapat
membentengi seseorang dari gangguan kejiwaan. Karena kegelisahan,
kecemasan yang muncul umumnya datang dari ketidakpuasan atau
kekecewaan yang tidak berujung. Oleh karena itu agama dapat
memberikan pertolongan, menerima kekecewaan dengan cara
memohon keridhoan Allah SWT. Dengan begitu, setiap kesulitan yang
muncul akan dihadapi dengan sabar, tenang, tidak putus asa.
Sembahyang, doa-doa dan permohonan ampun kepada Allah
merupakan cara-cara perluasan batin yang mengembalikan ketenangan
dan ketentraman jiwa. Semakin dekat dengan Tuhannya, maka
semakin banyak ibadah yang dilakukannya, sehingga semakin tentram
jiwanya juga semakin mampu menghadapi masalah dalam hidupnya
demikian pula sebaliknya.
Panti sosial merupakan lembaga yang memberikan pelayanan
kesejahteraan sosial yang memiliki tugas dan fungsi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memberdayakan
penyandang masalah kesejahteraan sosial kearah kehidupan yang lebih
baik secara fisik, mental dan sosial. Salah satunya yaitu dengan
memberikan bimbingan agama. Diharapkan agar lansia dapat
memahami diri sendiri dan orang lain dengan mempelajari ilmu-ilmu
pengetahuan khususnya agama demi tercapainya kebahagiaan dunia
dan akherat.
Terdapat sebuah lembaga sosial di Jakarta Selatan yang
melakukan bimbingan agama kepada lansia. Hal menarik disana yaitu
lansia merasakan kecemasan yang berkurang setelah diberikan
bimbingan agama. Inilah yang menjadi latar belakang peneliti untuk
mengkaji bagaiana proses bimbingan yang dilakukan pembimbing

7
Dra. Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung, 1996), hlm. 78-79.
4

sehingga lansia di panti sosial lebih tenang dalam menghadapi


kecemasan.
Berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu lansia, yaitu
nenek Anita yang memiliki tingkat kecemasan sedang mengatakan
bahwa sering merasakan pesimis. Merasa belum memiliki bekal yang
cukup dan siap dalam menghadapi kematian. Selain kematian nenek
Anita juga merasa kesepian. Menyadari sudah tidak memiliki siapapun
membuatnya menerima apapun yang akan terjadi. Setelah rutin
mengikuti kegiatan bimbingan agama, mendengarkan ceramah dari
ustad bahwa menghadapi kematian tentu tidak mudah, perasaan takut
itu pasti. Yang dilakukan saat ini adalah memperbanyak amal ibadah
dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di panti.
Oleh karena itu, bimbingan agama sangat dibutuhkan dalam
menangani kecemasan khususnya pada lansia. Untuk itu, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran
Pembimbing Agama Dalam Menghadapi Kecemasan Lansia Di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Selatan“.
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan, maka penelitian ini hanya
dibatasi pada peran pembimbing agama dalam penanganan
kecemasan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3
Jakarta Selatan.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
a. Bagaimana peran pembimbing agama dalam penanganan
kecemasan diri usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 3 Jakarta Selatan?
b. Bagaimana gambaran kecemasan lansia setelah program
bimbingan agama di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3
Jakarta Selatan?
5

c. Apa faktor pendukung dan penghambat program bimbingan


agama di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta
Selatan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui peran pembimbing agama dalam penanganan
kecemasan diri usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 3 Jakarta Selatan.
b. Mengetahui gambaran kecemasan lansia setelah program
bimbingan agama.
c. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat program
bimbingan agama di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3
Jakarta Selatan.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari peneltian ini adalah:
a. Manfaat Akademis
Secara akademis penelitian ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dan keilmuan tentang peranan bimbingan agama
dalam menghadapi kecemasan diri pada usia lanjut.
b. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis penelitian ini untuk menjadi bahan
acuan dan bahan pertimbangan bagi pribadi penulis khususnya,
serta bagi pihak-pihak yang konsen terhadap masalah mengenai
kecemasan diri usia lanjut.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
kualitatif. Menurut Herdiyansyah kualitatatif adalah suatu
penelitian yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena
dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan
6

proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti


dengan fenomena yang diteliti.8
Sedangkan menurut Sukmadinata penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang lai baik secara individu maupun kelompok.9
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif, yaitu sebuah penelitian yang bertujuan untuk
memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena
yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah
untuk menjawab masalah secara aktual.10
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 3 yang beralamat di Jl. Margaguna Raya No. 1 RW. 1
Gandaria Kota Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan
selama 6 bulan. Mulai dari November 2020 sampai April 2021.
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah semua orang yang menjadi sumber
atau informan yang memebrikan keterangan mengenai
permasaahan penelitian.11 Subjek yang diteliti dengan
purposive sampling, yaitu sampel yang ambil benar-benar
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.12 Adapun yang
menjadi subjek penelitian ini adalah satu orang pengurus
lembaga, dua orang pekerja sosial, enam orang lansia dan tiga

8
Haris Herdiansyah. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika. 2010), hlm. 9.
9
Sukmadinata, Nana Syaohid. Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya. 2009), hlm. 60.
10
Haris Herdiansyah. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika. 2010), hlm. 9.
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar, (Jakarta: Bima Aksara,
1989), hlm. 91.
12
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta 2004), hlm. 62.
7

orang pembimbing agama yang berada di Panti Sosial Tresna


Werdha Budi Mulia 3. Adapun penentuan sampel yang diambil
dalam penelitian adalah lansia yang sehat secara fisik mandiri,
dan dapat berkomunikasi dengan baik.
b. Objek Penelitian
Sedangkan yang menjadi objek penelitian yaitu peranan
pembimbing agama dalam mengahadapi kecemasan lansia,
faktor pendukung dan penghambat kegiatan bimbingan agama,
gambaran kecemasan lansia setelah program bimbingan agama
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Selatan.
4. Sumber Data
a. Data Primer
Yaitu data-data yang langsung diperoleh dari informan
yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta
Selatan diperoleh melalui observasi dan wawancara.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung. Misalnya
berupa dokumen, buku-buku, dan studi kepustakaan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti adalah:
a. Observasi
Adalah aktivitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat
indera.13 Dalam hal ini penulis melakukan tinjauan pengamatan
langsung ke Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3.
b. Wawancara
Pengertian wawancara menurut Sugiono adalah teknik
pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi

13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
PT.Rieneka Cipta, 1996), hlm. 145.
8

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus


diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit/kecil.14
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dialog dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara
terstruktur dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi.
Pada penelitian ini data diperoleh melalui wawancara
secara lansung (offline) dan tidak langsung (online) dengan satu
orang pengurus lembaga, dua orang pekerja sosial, lima orang
pembimbing agama dan enam orang lansia.
c. Dokumentasi
Menurut Hamidi metode dokumentasi adalah informasi
yang berasal dari catatan penting dari lembaga ataupun dari
sumber informasi lainnya. Dokumentasi penelitian ini juga
dilakukan dengan pengambilan gambar oleh penulis.15 Tujuan
dari dokumentasi adalalah untuk memperoleh informasi yang
mendukung analisis serta interpretasi dari data.
6. Teknik Penulisan
Dalam teknik penulisan skripsi ini menggunakan Buku
Pedoman “Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)
yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” yang
diterbitkan oleh CEQDA (Center for Quality Development and
Assurance), 2007. Selain itu menggunakan buku-buku yang
berhubungan dengan metode penelitian dan Kamus Besar Bahasa
Indonesia.

14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2010), hlm. 194.
15
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan
Laporan Penelitian, (Malang: UMM Press, 2004), hlm. 72.
9

E. Kajian Penelitian Terdahulu


Sebelum melakukan penelitian, penulis menggunakan kajian
penelitian terdahulu untuk mengetahui perbedaan-perbedaan penelitian
terdahulu guna menghindari plagiasi penelitian orang lain. Berikut ini
judul-judul yang dijadikan sebagai bahan kajian terdahulu:
1. Strategi Bimbingan Agama Dalam Menghilangkan Kecemasan
Akan Kematian Pada Lansia Di Rumah Perlindungan Lanjut
Usia Jelambar. Ditulis oleh Syarief Hidayatullah (2014)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan Penyuluhan
Islam. Fokus penelitian ini yaitu pada strategi bimbingan agama
dalam menghilangkan kecemasan kematian, perubahan sikap dan
tingkah laku, dan pembinaan lanjut supaya lansia siap menjalani
sisa hidupnya dengan tenang di Rumah Perlindungan Lanjut Usia
Jelambar.
2. Peran Pembimbing Agama Dalam Meningkatkan Ibadah
Sholat Pada Lansia Di Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial
Provinsi Banten. Ditulis oleh Hari Kohari Permasandi (2011)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan Penyuluhan
Islam. Fokus penelitiannya pada peranan pembimbing agama
dalam meningkatkan ibadah sholat lansia.
3. Terapi Mengatasi Ketakutan Dalam Menghadapi Kematian
Menurut Ibnu Maskawaih. Ditulis oleh Harid Isnaeni (2009)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Prodi Bimbingan Penyuluhan
Islam. Dalam skripsi ini membahas tentang macam-macam terapi
untuk mengatasi ketakutan dalam menghadapi kematian menurut
tokoh Ibnu Maskawaih.
4. Metode Bimbingan Rohani Terhadap Warga Binaan Sosial Di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4. Ditulis oleh Elisa
10

(2016) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,


Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Prodi Bimbingan
Penyuluhan Islam. Dalam skipsi ini membahas tentang proses
pelaksanaan pelayanan terhadap warga binaan dan metode-metode
yang digunakan pada pelaksanaan bimbingan rohani.
5. Kebermaknaan Hidup Dan Kecemaan Dalam Menghadapi
Kematian Pada Lansia Di Panti Werdha Samarinda. eJournal
Psikologi 2016, 4(3):3219-332. ISSN: 2477-2674, ditulis oleh
Rizka Lellyani Maramis Fisip Universitas Mulawarman. Dalam
jurnal ini memaparkan kegiatan yang dilakukan oleh lansia dalam
memaknai kehidupan dan kecemasan dalam menghadapi kematian
di Panti Werdha Samarinda.
Dari beberapa kajian terdahulu di atas, yang menjadi perbedaan
adalah penelitian penulis menitikberatkan pada bagaimana peran
pembimbing agama dalam penanganan kecemasan, gambaran
kecemasan sebelum dan sesudah bimbingan agama dan faktor
pendukung dan penghambat pada program bimbingan agama di Panti
sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3..
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini dibutuhkan sistematika penulisan
agar terarah dan mempermudah, maka penulis menggunakan
sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bagian ini berisi tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, kajian penelitian terdahulu, metodologi
penelitian, kerangka berfikir dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Landasan teori ini berisi tentang pengertian-pengertian
yang dibahas dalam skripsi ini diantaranya: pengertian
peran pembimbing agama, bentuk dan tujuan pembimbing
11

agama, syarat-syarat pembimbing agama, tugas


pembimbing agama, metode bimbingan agama, pengertian
kecemasan, jenis-jenis, gejala dan faktor-faktor kecemasan,
pengertian lansia, ciri-ciri dan problematika lansia.
BAB III GAMBARAN UMUM
Gambaran umum ini berisi tentang sejarah berdirinya, visi
dan misi lembaga, maksud dan tujuan, fungsi dan tugas,
struktur organisasi, mekanisme kerja, proses pelayanan,
sarana dan prasarana.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Memuat data dan temuan yang diperoleh selama penelitian
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Selatan
terdiri dari: Deskripsi Informan, Gambaran umum
kecemasan lansia, dan Pelaksanaan Bimbingan Agama di
PSTW Budi Mulia 3 Jakarta Selatan.
BAB V PEMBAHASAN
Berisi tentang analisis peran pembimbing agama dalam
menghadapi kecemasan diri usia lanjut, proses pelaksanaan
bimbingan, faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
bimbingan agama.
BAB VI PENUTUP
Berisi tentang hasil kesimpulan penelitian dan saran bagi
yang berkaitan dengan penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Peran
1. Pengertian Peran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata peran
berarti tingkah yang diharapkan dimiliki oleh yang memiliki
kedudukan di masyarakat.16 Sedangkan menurut kamus ilmiah
popular, peran mempunyai arti sebagai fungsi, kedudukan. 17
Dalam bahasa inggris disebut “role” berarti “person’s task or
duty in undertaking” yang artinya tugas atau kewajiban seseorang
dalam suatu usaha atau pekerjaan. Diartikan sebagai seperangkat
tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat. Sedangkan peranan adalah sebuah tindakan yang
dilakukan oleh seseorang pada suatu peristiwa.18
Menurut Soerjono Soekanto peran yaitu aspek dinamis
kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka telah menjalankan
suatu peranan. Adapun menurut perspektif ilmu sosial, peran diartikan
sebagai suatu perilaku atau tindakan yang diharapkan oleh orang lain
kepada seseorang yang mempunyai status di dalam suatu kelompok.19
Adapun syarat-syarat peran dalam Soerjono Soekanto
mencakup tiga hal yaitu:
1. Peran meliputi norma yang dihubungkan dengan posisi atau
kedudukan seseorang dalam masyarakat. Dalam artian ini peranan
merupakan serangkaian peraturan yang membimbing seseorang di
dalam kehidupan kemasyarakatan.

16
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet.2,
hlm.854.
17
Pios A Partanto, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 19996), hlm. 585.
18
Syamsir, Torang, Organisasi & Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya & Perubahan
Organisasi), (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 86.
19
W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT. Eresso, 1998), hlm.135.

12
13

2. Peran adalah konsep perilaku yang dapat dilaksanakan oleh


individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial di masyarakat. 20
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa peran adalah tindakan atau suatu perbuatan yang
pelaksanaannya diharapkan dilakukan oleh seseorang karena
kedudukan yang dimiliki di dalam status tertentu.
2. Macam-macam Peran
Adapun macam-macam peran dibagi menjadi 2, yaitu:
berdasarkan pelaksanaan dan berdasarkan cara memperoleh.21
a. Berdasarkan pelaksanaannya
1) Peranan yang diharapkan (expected roles), yaitu cara
dalam pelaksanaan peranan menurut penilaian dari
masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan sesuai
yang diharapkan, tidak dapat ditawar dan harus
dilaksanakan menurut ketentuan. Contohnya peranan
hakim, diplomatik, dan sebagainya.
2) Peranan yang disesuaikan (actual roles), yaitu cara
bagaimana peran dijalankan. Pada pelaksanaannya lebih
luwes, disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Ketika
terjadi ketidak cocokan kekurangan yang muncul dianggap
wajar di masyarakat.
b. Berdasarkan cara memperolehnya
1) Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu peranan yang
diperoleh secara otomatis bukan karena usaha. Misalnya
nenek, kakek, anak, dan sebagainya.

20
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), hlm. 243.
21
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta:
Kencana, 2007), Cet. Ke-3, hlm. 160.
14

2) Peranan pilihan (achieve roles), peranan yang diperoleh


atas keputusan diri sendiri.
3. Tujuan dan Manfaat Peran
Bertujuan agar individu yang melaksanakan peran dan orang-
orang disekitarnya dapat memiliki hubungan yang diatur oleh nilai
sosial yang dapat diterima dan ditaati dua belah pihak.22
Adapun manfaat peran sendiri yaitu sebagai berikut :
a. Memberikan arahan pada proses sosialisasi
b. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma dan
pengetahuan
c. Mempersatukan kelompok atau masyarakat
d. Menghidupkan sistem pengendali dan kontrol sehingga
dapat melestarikan kehidupan masyarakat.23
B. Pembimbing Agama
1. Pengertian Pembimbing Agama
Secara etimologis, kata bimbingan merupakan terjemahan dari
Bahasa Inggris guidance yang berarti menunjukkan, memberi jalan,
menuntun, bimbingan, bantuan, arahan, pedoman, petunjuk. Kata kerja
to guide yang artinya menunjukkan, menjadi penunjuk jalan,
mengemudikan.24
Menurut Dr. Rachman Natawidjaja, bimbingan adalah suatu
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya
sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan. Sehingga dapat
memperoleh kebahagiaan hidup dan dapat memberikan sumbangan
yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan dapat

22
Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), Cet. 1, hlm. 64.
23
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta:
Kencana, 2007), Cet. Ke-3, hlm. 160.
24
Drs. M. Lutfi, MA, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayaullah, 2008), hlm. 6.
15

membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal


sebagai, makhluk sosial.25
Secara umum dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah
sebuah proses pemberian bantuan kepada orang lain yang mengalami
ganguan, dimana dengannya dapat menghambat seorang individu.
Dengan bimbingan, diharapkan dapat memaksimalkan potensi yang
dimiliki dan mengembangkannya secara positif baik di lingkungan
kecil maupun besar. Oleh karena itu, pembimbing adalah orang yang
membimbing, membantu, memberikan bantuan kepada orang ain yang
memiliki gangguan.
Agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti
kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebatian dan kewajiban-
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu sendiri.26 Sedangkan
agama menurut Harun Nasution berasal dari kata ad-din (Arab) berarti
menguasai, menundukan, patuh, balasan dan kebiasaan. Religi,
relegere (Latin) berarti mengumpulkan dan membaca, religare
mengikat, dan agama yang terdiri dari dua suku kata “a” berarti tidak
dan “gama” berarti pergi, dengan demikian agama mempunyai arti
tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun temurun.27
Secara umum, tujuan bimbingan adalah membantu seorang
individu menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan dunia
maupun akhirat. Sedangkan secara khusus, tujuannya adalah sebagai
berikut:
a) Membantu individu mengatasi masalah yang dihadapi

25
Drs. Samsul Munir Amin, MA, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,
2010), hlm. 6.
26
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet.1, hlm.
9.
27
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985),
cet.5, hlm. 1-2.
16

b) Membantu idnividu memelihara dan mengembangkan situasi


dan kondisi yang baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah
bagi dirinya dan orang lain.28
Menurut WS. Winkel dan M.M. Sri Hastuti tujuan dari bimbingan
adalah:
1. Sesama manusia agar mengatur hidupnya sendiri
2. Menjamin perkembangan diri sendirii seoptimal mungkin
3. Memikul sepenuhnya tanggung jawab atas hidupnya sendiri
4. Menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa
dengan berpedoman kepada cita-cita yang merujuk pada
potensi yang dimiliki.
5. Menyelesaikan tugas yang dihadapi secara memuaskan.29
2. Syarat Pembimbing Agama
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang pembimbing harus
memenuhi persyaratan dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Secara akademis seorang pembimbing harus memiliki wawasan
pengetahuan yang berkaitan dengan profesi bimbingan dan konseling.
Selain itu, dibutuhkan pula kompetensi dan skill dalam memberikan
pelayanan terkait permasalahan yang berkembang di masyarakat.
Seorang pembimbing atau konselor diupaakan memiliki
kualifikasi pendidikan yang sesuai yang diikuti berbagai pengalaman
dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh karena
itu serang pembimbing baik secara profesional dan individual
mempunyai kompetensi yang seimbang atara teoriik dan praktik. 30
Adapun sayarat lain yang harus dimiliki oleh seorang
pembimbing, yaitu:

28
Aunur Rahman Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,
2001), Cet. 2, hlm. 35.
29
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konselin Di Institusi Pendidikan,
(Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet.3, hlm. 31
30
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2008), hlm. 154-155.
17

1. Mempunyai pengetahuan yang luas baik dari segi teori maupun


praktik.
2. Segi psikologis, pembimbing harus dapat mengambil tindakan
yang bijaksana.
3. Pembimbing harus sehat jasmani dan psikisnya, apabila tidak
sehat maka dapat mengganggu dalam menjalankan tugas.
4. Harus memiliki kecintaan terhadap pekerjaan juga terhadap
individu yang dihadapi.
5. Harus mempunyai inisiatif yang baik, sehingga bimbingan
yang diberikan dapat berkembang kea rah yang lebih
sempurna.
6. Harus supel, ramah, dan sopan.
Diharapkan dapat menjalankan prinsip-prinsip serta kode etik
bimbingan dengan sebaik-baiknya.31
3. Tugas Pembimbing Agama
Menurut Zakiah Daradjat bimbingan agama bertujuan
membimbing individu menjadi mslim sejati, beriman, teguh, beramal
sholeh, dan berakhlak mulia serta berguna bagi agama dan di
masyarakat. Sehingga tugas pokok dari pembimbing agama yaitu
membimbing dan mengajarkan pengetahuan agama serta nilai-nilai
kegamaan kepada klien yang dibimbing. Dalam Islam sendiri, seorang
pembimbing memiliki fungsi sebagai juru dakwah yang bertugas
menyampaikan pesan-pesan ajaran agama Islam baik secara individu
maupun kelompok.
Dalam psikoterapi Islam menyatakan bahwa pembimbing
memiliki tugas terhadap kesembuhan, keselamatan dan kebersihan
rohani klien dunia dan akhirat. Karena aktivitas bimbingan berdimensi

31
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi&Karier), (CV. Andi Offset, 2004),
hlm. 40-41.
18

ibadah, memiliki efek sosial, serta bermuata teologis tidak hanya


bersifat kemanusiaan.32
4. Bentuk dan Tujuan Bimbingan Agama
a. Bentuk Bimbingan Agama
Terdapat berbagai jenis layanan yang dapat diberikan
kepada klien, diantaranya:
1) Layanan orientasi keyakinan dan pemahaman agama
(aqidah)
2) Layanan pengamalan ajaran agama (ibadah)
3) Layanan konseling perorangan
4) Layanan konselig pernikahan atau keluarga islami
5) Layanan bimbingan atau pendidikan islami
6) Layanan bimbingan kerja islami (ikhtiar)
7) Layanan bimbingan keperawatan (pasien rumah sakit)
8) Layanan bimbingan kehidupan sosial islami.33
b. Tujuan Bimbingan Agama
Menurut W.S Winkel dan M.M Sri Hastuti tujuan dari
bimbingan adalah:
1) Agar sesama manusia mengatur kehidupannya sendiri
2) Menjamin perkembangan dirinya sendiri secara optimal
3) Bertanggung jawab sepenuhnya atas dirinya sendiri
4) Menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara
dewasa dengan berpedoman pada cita-cita yang
mewujudkan semua potensi yang dimiliki
5) Menyelesaikan semua tugas yang dihadapi secara
memuaskan.34

32
Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Bimbingan
Psikoterapi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hlm. 41.
33
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarat, 2008), hlm.138-150
34
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan konseling di Institusi Pendidikan,
(Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet. Ke-3, hlm. 31.
19

Sedangkan menurut Hamdan Bakran Adz Dzaky yang


dikutip oleh Tohirin merinci tujuan dari bimbingan dan
konseling Islam sebagai berikut:
1) Menghasilkan perubahan, perbaikan, kesehatan dan
kebersihan jiwa dan mental. Dalam hal ini jiwa menjadi
tenang, damai (muthmainnah), berlapang dada
(radhiyah), mendapat taufik dan hidayahNya
(mardhiyah).
2) Adanya perubahan dan perbaikan kesopanan, tingkah
laku yang kemudian dapat bermanfaat bagi dirinya,
lingkungan keluarga, sosial, lingkungan madarasah,
lingkungan kerja, dan lingkungan alam sekitarnya.
3) Menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu
sehingga muncul dan berkembangnya rasa toleransi,
kesetiakawanan, tolong menolong dan kasih sayang.
4) Menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu
yang memunculkan keinginan untuk berbuat taat
kepada-Nya, sikap yang tulus dalam mematuhi
perintah-Nya, dan tabah saat menghadapi unijan-Nya.
5) Menghasilkan potensi ilahiyah, yang mana dengan
potensi itu dapat melakukan tugasnya sebagai seorang
khalifah dengan baik dan benar, dapat menangani
berbagai persoalan hidup, memberikan manfaat dan
keselamatan bagi lingkungannya dalam berbagai aspek
kehidupan.35
5. Metode Bimbingan Agama
Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani, “Meta”
berarti melalui dan “Hodos” berarti jalan. Jika digabungkan maka
metode berarti jalan yang harus dilalui. Secara luas, metode dapat

35
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi),
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 37-38.
20

diartikan sebagai segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk


mencapai tujuan yang diinginkan.36
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah cara
teratur dan berfikir baik-baik untuk mencapai maksud; cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk
mencapai tujuan tertentu.37 Secara umum metode bimbingan terbagi
menjadi 2 yaitu metode bimbingan individu dan kelompok.
Berikut ini adalah metode-metode bimbingan agama:
1. Metode Bimbingan Kelompok
Adalah bimbingan yang dilakukan melalui kegiatan
bersama (kelompok), seperti ceramah, diskusi, permainan, dan
sebagainya. Dalam metode ini, menghendaki terbimbing
melakukan hubungan timbal balik dengan sesama peserta guna
meningkatkan kepribadian. Sehingga hal tersebut dapat
menumbuhkan potensi sosial.
2. Metode Ceramah
Penjelasan pada metode ceramah ini bersifat umum, lebih
tepat digunakan dalam bimbingan kelompok. Penyampaian materi
dilakukan secara langsung dari pembimbing agama kepada lansia
yang mengikui kegiatan bimbingan agama islam. Metode ini
dianggap cara yang paling mudah, murah dan sederhana.
Penyampaian informasi yang dirasa paling cepat. Namun, di sini
pembimbing juga harus dapat menyesuaikan apa yang disampaikan
dengan kondisi yang beragam dari terbimbing.
3. Metode Tanya Jawab
Sebagai rangkaian tindak lanjut dari metode ceramah.
Berikut kegunaan dari metode tanya jawab ini :

36
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarat, 2008), hlm. 120.
37
Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1994), Cet. 1, hlm. 580.
21

a. Memberikan kesempatan untuk bertanya. Melatih kemauan


dan keberanian bertanya.
b. Sebagai tolak ukur seberapa jauh materi/pelajaran dapat
difahami. Terbukanya komunikasi dua arah.38
4. Direktif
Adalah salah satu teknik yang diberikan dan digunakan
bagi klien yang tidak mengerti terhadap masalahnya, sulit untuk
memahami dan memecahkannya. Maka konselor memberikan
secara langsung jawaban-jawaban terhadap faktor-faktor yang
menjadi penyebab munculnya masalah.
5. Non Direktif
Teknik yang dikembangkan oleh Carl Rogers, yang dikenal
dengan “Client Centered Counseling” (klien sebagai pusat
konseling). Berpusat pada klien, sehinga konselor hanya membantu
memberikan dorongan dalam memecahkan masalah, keputusan
endiri terdapat pada klien.
6. Metode Doa
Dalam metode ini, pembimbing mengajak bersama-sama
berdoa mengadukan permasalahan yang dihadapi kepada Allah
SWT. Sebagaimana pengertian M. Lutfi sebagai berikut: “Setiap
permasalahan tidak mungkin diatasi sendiri tanpa bantuan Yang
Maha Esa. Dalam mengatasi dan memecahkan permasalahan klien,
yaitu membimbingnya untuk bersama-sama memohon pertolongan
dan bantuan dari Allah SWT”.39
7. Metode Pembiasaan
Merupakan cara yang digunakan pembimbing untuk
membiasakan terbimbing mengerjakan suatu kebaikan secara
berulang-ulang sehingga menjadi kebiasan baik yang terus

38
Drs. Abdul Latif, Psikologi Pendidikan, (Cirebon: Badan Penerbit Fakultas Tarbiyah
IAIN Sunan Gunung Djati, 1996), hlm. 58.
39
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarat, 2008), hlm. 136.
22

dilakukan sulit untuk ditinggalkan. Adapun bentuk pembiasaan


tersebut antara lain sebagai berikut:
a) Pembiasaan akhlak, yakni pembiasaan bertingkah laku
yang baik.
b) Pembiasaan ibadah, yakni pembiasaan yang berkaitan
dengan ibadah. Contohnya shola berjamaah, pembiasaan
mengucapkan bismillah dalam mengawali dan hamdalah
dalam mengakhiri suatu kegiatan, sholat sunnah dhuha,
tahajud.
c) Pembiasaan keimanan, yakni pembiasaan untuk beriman
dengan sepenuh hati dengan memperhaikan alam semesta,
merenungkan serta memikirkan seluruh ciptaan Allah SWT
yang ada di bumi dan di langit.40
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa pembimbing agama adalah seseorang yang memberikan
bentuan pertolongan kepada orang lain dengan berlandaskan agama.
Bertugas membangkitkan rohani manusia melalui keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT, serta membantu mengatasi kesulitan
sehingga mendorong kemampuan yang dimiliki untuk bangkit dari
permasalahan yang dihadapi demi tercapainya apa yang diharapkan.
Dalam peneltian ini pembimbing agama yang dimaksud adalah ustad,
ustadzah serta peksos yang bertanggung jawab dalam kegiatan
bimbingan agama yang berperan membantu dalam meningkatkan
spiritual lansia.
C. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Dalam Bahasa Inggris istilah kecemasan yaitu anxiety, Bahasa
Latin angustus yang berarti kaku dan ango, anci yang berarti
mencekik. Selanjutnya, Steven Schwartz S mengemukakan:

40
Prof. Dr. H. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
2005), hlm. 100.
23

“anxiety is a negative emotional state marked by foreboding


and somatic sign of tension, such as racing heart, sweating, and often
difficulty breathing, (anxiety comes from the Latin word anxius, which
means constriction strangulation). Anxiety is similar to ear but with
less specific focus. Whereas fear is usually a response to some
immediate threat, anxiety is characterized by apprehension about
unpredictable dangers that lie in the future”.
Kecemasan berasal dari Bahasa Latin anxius, yang berarti
penyempitan atau pencekikan. Kecemasan mirip dengan rasa takut
tetapi focus yang kurang spesifik, sedangkan ketakutan biasanya
respon terhadap ancaman langsung, sedangkan kecemasan ditandai
oleh kehkawatiran tentang bahaya tidak terduga yang terletak di masa
depan. Kecemasan merupakan keadaan emosional negatif yang
ditandai dengan adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti hati
berdetak kencang, berkeringat, kesulitan bernapas. 41
Syamsu Yusuf mengemukakan anxiety merupakan
ketidakberdayaan nourotik, rasa tidak aman, tidak matang, dan
kekurang mampuan dalam menghadapi tuntutan realitas (lingkungan),
kesulitan dan tekanan kehidupan.42 Selain itu pengertian kecemasan
menurut Jeffrey S. Nevid, dkk adalah suatu keadaan emosional yang
mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak
menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk
akan terjadi.43
Menurut Freud, kecemasan sebagai fungsi ego untuk
memperingatkan individu entang kemungkinan datangnya suatu
bahaya dapat diasiapkan reaksi adiktif yang sesuai.44 Adapun indikator

41
Steven Schwartz,S Abnormal Psychology: a Discovery Approach, California: Mayfield
Publishing Company, 2000. Hlm. 139
42
Syamsu Yusuf, Mental Hygine: Terapi Psikospiritual Untuk Hidup Sehat Berkualitas,
(Bandung: Maestro, 2009), hlm. 43.
43
Jeffrey S. Nevid dkk, Psikologi Abnormal, Jilid 1 Edisi 5, (Jakarta: Erlangga, 2005),
hlm. 163.
44
Alwisol, Edisi Revisi Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2014), hlm. 22.
24

kecemasan menurut Sue dkk, yaitu sering merasakan khawatir atas


segala sesuatu, masalah yang mungkin akan terjadi sehingga membuat
lansia merasa tidak tenang.45
Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kecemasan adalah kondisi emosional dimana munculnya rasa tidak
nyaman pada diri seseorang diiringi rasa tidak berdaya yang
disebabkan oleh sesuatu yang samar atau belum jelas.
2. Jenis-Jenis Kecemasan
Menurut Sigmund Freud terdapat 3 jenis kecemasan, yaitu:
1. Kecemasan neurosis, merupakan kecemasan yang tidak
diketahui. Berada pada ego, tetapi muncul sebagai dorongan
dari id. Bukan ketakutan pada insting itu sendiri tetapi kepada
kemungkinan hukuman yang akan diperoleh jika insting itu
dipuaskan.
2. Kecemasan moral, yaitu kecemasan yang dapat muncul karena
gagal berkonsisten dengan apa yang diyakini benar secara
moral. Merupakan akar dari konflik yang terjadi antara ego dan
super ego. Memiliki dasar dalam realitas, dimana ketika
seseorang pernah mendapatkan hukuman karena melanggar
norma moral sehingga dia merasakan akan dihukum kembali.
3. Kecemasan realistik, yaitu perasaan tidak menyenangkan, tidak
spesifik terhadap kemungkinan terjadinya bahaya. Dapat pula
dikatakan sebagai rasa takut akan bahaya yang terjadi nyata
yang berasal dari dunia luar.46
Kecemasan menurut Cattel dan Scheier:
a. State Anxiety adalah reaksi emsi yang muncul pada situasi
tertentu yang dirasakan sebagai sebuah ancaman. Ditentukan
oleh perasaan tegang yang subjektif.
45
De Clerg, L. Tingkah Laku Abnormal. (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,
1994), hlm. 41.
46
Dona Fitri Annisa., Ifdil., Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia (Lansia),
Jurnal Konselor, Volume 5 No. 2 Juni 2016 ISSN : 1412-9760, Universitas Negeri Padang, hlm.
95.
25

b. Trait Anxiety yaitu rasa khawatir dan terancam yang muncul


pada seseorang terhadap suat kondisi yang sebenarnya tidak
berbahaya.47
3. Gejala Kecemasan
Kartono mengemukakan gejala-gejala kecemasan yaitu
gemetar, keringat dingin, mulut kering, pupil mata membesar, sesak
napas, dan diare. Sedangkan Dadang Hawari mengemukakan gejala
kecemasan yaitu khawatir, gelisah/tidak tenang, ragu dan bimbang,
gangguan konsentrasi, sesak napas, jantung berdebar, sakit kepala.48
Menurut Zakiah Daradjat kecemasan digolongkan menjadi 2
kelompok gejala, yaitu: (1) gejala fisik seperti jantung berdebar,
gangguan pencernaan, meningkatnya denyut nadi, tekanan darah
tinggi, hilangnya nafsu makan, sesak napas, tangan dan kaki gemetar.
(2) gejala mental seperti perasaan takut, tidak fokus, rendah diri,
pesimis, merasa tidak berdaya, mersa terancam, khawatir yang
berlebihan terhadap sesuatu yang akan terjadi, hilang kontrol, sulit
berkonsentrasi, kesepian.49 Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan
bahwa gejala kecemasan dapat dibagi menjadi dua: gejala fisiologis
yakni gejala yang dirasakan secara fisik dan gejala psikologis yakni
gejala pada psikis.
4. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Blacburn & Davidson dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka
Saputra menjelaskan faktor-faktor yang menimbulkan kecemasan
seperti pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai situasi yang
sedang dirasakannya, apakah situasi tersebut mengancam atau tidak
serta adanya kemampuan untuk mengendalikan dirinya.
Ibnu Maskawaih menganalis sebab-sebab ketakutan manusia
khususnya terhadap kematian, sebagai berikut:
47
De Clerg, L. Tingkah Laku Abnormal. (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,
1994), hlm. 41.
48
Dadang Hawari, Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi, (Jakarta: Balai Penerbit
FKUI, 2006), hlm. 65-66.
49
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1990), hlm. 28.
26

1. Tidak mengetahui hakikat dari kematian


2. Tidak mengetahui nasib jiwa setelah kematian
3. Dugaan bahwa jika badan rusak dan susunannya hancur maka
zatnya akan hancur dan jiwanya rusak, serta dugaan bahwa
alam akan selalu abadi, sedangkan ia tidak berada di dalamnya
4. Dugaan bahwa kematian adalah penderitaan besar yang
berbeda dengan penderitaan sebelumnya dan menimbulkan
kematian
5. Kepercayaan bahwa ia akan mendapatkan siksaan setelah
kematian
6. Kebingungan dan ketidaktahuaan atas apa yang akan ia
berikan setelah kematian
7. Menyesali uang dan simpanan yang ditinggalkan 50
Sedangkan menurut Adler dan Rodman terdapat dua faktor
yang menimbulkan kecemasan yaitu:
a) Pengalaman negatif pada masa lalu, yaitu timbulnya rasa
tidak menyenangkan mengenai peristiwa yang dapat
terulang kembali di masa mendatang. Sehingga
menimbulkan ketidaknyamanan apabila menghadapi situasi
yang sama.
b) Pikiran yang tidak rasional. Terbagi kedaam empat bentuk,
yaitu : Kegagalan ketastropik atau asumsi dari individu
bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kesempurnaan,
persetujuan, dan generalisasi yang tidak tepat.51
Adapun pada lansia, faktor yang mempengaruhi kecemasan
disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Pertama, ancaman
terhadap integritas fisik yang mana ketidakmampuan fisiologis berupa

50
Mega Herdina, Konsep Komaruddin Hidayat Tentang Terapi Ketakutan Terhadap
Kematian, Studia Insania, Volume 1 No. 2 Oktober 2013 ISSN 2088-6306, IAIN Antasari
Banjarmasin, hlm. 120-121.
51
Dona Fitri Annisa., Ifdil., Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia (Lansia),
Jurnal Konselor, Volume 5 No. 2 Juni 2016 ISSN : 1412-9760, Universitas Negeri Padang, hlm.
96.
27

penurunan kapasitas seseorang untuk melakukan suatu aktivitas sehari-


hari. Kedua, ancaman terhadap self esteem yakni sesuatu yang dapat
merusak identitas harapan pada diri dan integritas fungsi sosial. 52
5. Tingkat Kecemasan
Gail W. Stuart mengemukakan tingkat kecemasan, yaitu:
a. Ringan, berkaitan dengan ketegangan yang dirasakan di
kehidupan sehari-hari. Menyebabkan seorang individu lebih
waspada dan memperluas persepsinya. Dapat memotivasi
belajar, menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Sedang, memungkinkan seseorang fokus pada hal yang dirasa
penting dan mengesampingkan hal lain. Pada tahap ini dapat
mempersempit persepsi sehingga individu selektif namun tetap
dapat melakukan sesuatu secara terarah.
c. Berat, seseorang yang berada ditahap berat cenderung
memusatkan perhatian pada sesuatu yang rinci dan spesifik
serta tidak berpikir hal lain. Perilaku dilakukan untuk
mengurangi ketegangan, memerlukan arahan untuk berfokus
pada area lain.
d. Panik (sangat berat), yaitu berhubungan dengan ketakutan,
teror, mengakibatkan hilang kendali. Individu yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
arahan. 53
D. Lansia
1. Pengertian Lansia
Menurut UU No 4 tahun 1965 Pasal 1 tentang Pemberian
Bantuan Penghidupan Orang Jompo, pengertian lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau
tidak berdaya dalam mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
52
Rizka Lellyani Maramis, Kebermaknaan Hidup dan Kecemasan Dalam Menghadapi
Kematian Pada Lansia Di Panti Werdha Samarinda, eJournal Psikologi, Volume 4 No. 3 2016,
ISSN : 2477-2674, Univrsitas Mulawarman, hlmn. 321-322.
53
Gail W. Stuart, Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa: Ramona P. Kapoh, Egi
Komara Yudha, (Jakarta: EGC, 2006), hlm. 144.
28

sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.54 Kemudian Undang-


Undang tersebut diganti dengan UU No 13 tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lansia. Pengertian lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia diatas 60 tahun.55 Sedangkan klasifikasi lansia menurut
WHO yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun
Menurut gerontoogy (ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang lanjut usia) lanju usia sendiri terbagi menjadi dua golongan
yaitu young old (65-74) dan old-old (diatas 75 tahun). Dari segi
kesehatan terbagi menjadi dua : well old yaitu lansia yang sehat dan
tidak sakit-sakitan dan sick old yaitu lansia yang memiliki penyakit
dan membutuhkan bantuan medis dan psikiatris.56
Proses penuaan pada masa ini adalah siklus kehidupan yang
ditandai dengan tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh
misalnya pada system kardiovaskuler dan pembuluh darah,
pernapasan, pencernaan, endoktrin, dan lain sebagainya. Pada fase ini
terjadinya penurunan baik kemampuan fisik maupun psikologis setiap
individu.
2. Problematika Lansia
Secara umum kecemasan yang sering dialami oleh lansia yaitu
sering merasa takut tanpa alasan yang jelas, sering merasa sulit untuk
beristirahat, merasa putus asa dan sedih, panik yang berlebih, sulit
tenang, gelisah, dan bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.57

54
https://peraturan.bpk.go.id diakses pada 20 Februari 2021.
55
https://www.bphn.go.id diakses pada 20 Februari 2021.
56
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Cet. Ke-10,
hlm. 134.
57
Rizka Lellyani Maramis, Kebermaknaan Hidup dan Kecemasan Dalam Menghadapi
Kematian Pada Lansia Di Panti Werdha Samarinda, eJournal Psikologi, Volume 4 No. 3 2016,
ISSN : 2477-2674, Univrsitas Mulawarman, hlmn. 321.
29

Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi
secara perlahan dan bertahap dikenal dengan senescence yaitu masa
proses menjadi tua. Usia tua adalah periode penutup dalam perjalan
hidup seseorang yaitu periode dimana seseorang telah beranjak jauh
dari periode terdahulu. Istilah “keujuran” digunakan untuk mengacu
pada periode waktu usia lanjut apabila kemunduran fisik dan
disorganisasi mental sudah terjadi. Seseorang menjadi eksentrik,
kurang perhatian, dan terasingkan secara sosial, sehingga penyesuaian
diri menjadi buruk maka biasa disebut “uzur”.58
Menurut Farhand proses menua (aging) merupakan proses
alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis,
maupun sosial yang saling berinteraksi satu dengan yang lain. Keadaan
tersebut berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa khususnya pada lansia. Tamher & Noorkasiani
mengungkapkan masalah psikososial yang paling banyak terjadi pada
lansia seperti kesepian, persaan sedih, depresi dan kecemasan.59
Adapun konflik yang terjadi pada lansia yaitu hilangnya
kedudukan dan otoritas, dan penilaian terhadap kemampuan,
keberhasilan, kepuasan yang diperoleh sebelumnya. Maka ketika lansia
tidak mampu mempertahankan dirinya maka kemudian timbul rasa
tegang, cemas, takut, kecewa, sedih, marah, putus asa, dan lain
sebagainya.
Rasa kehilangan (loss) pada lanjut usia dalam menghadapi rasa
duka cita kerena kehilangan orang-orang terdekat dan dicintainya.
Terdapat perubahan kedudukan, pekerjaan dan prestise (post power
syndrome) serta menurunnya kondisi fisik dan mental. Gangguan
mental dan emosianal yang sering dijumpai adalah kecemasan dan
depresi yang disertai dengan gangguan faal tubuh, yang sebenarnya
58
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Cet. Ke-10,
hlm. 133.
59
Dona Fitri Annisa., Ifdil., Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia (Lansia),
Jurnal Konselor, Volume 5 No. 2 Juni 2016 ISSN : 1412-9760, Universitas Negeri Padang, hlm.
93-94.
30

keseluruhan gangguan tersebut dapat diatasi dengan penghayatan


agama dalam kehidupan.60
Islam sendiri memperlakukan lansia dengan baik dan
terhormat, serta mengajarkan bagaimana keberadaan lansia tidak
dianggap sia-sia di masyarakat. Lebih dalam islam lansia juga
memiliki hak-hak yang harus diperhatikan sebagai sebuah
penghormatan dan penghargaan kepada mereka. Di lain sisi, islam juga
mengajarkan untuk senantiasa memperhatikan kondisi kesehatannya.
Karena ketika usia bertambah maka semakin lemah pula kondisinya
sehingga perlunya perhatian lebih terhadap lansia. Sebgaimana firman
Allah dalam Qs. Ar – Rum ayat 54:

ً ْ َ ُ ْ َ َ َ ُ ً ُ َ َ َ ُ ُ ََ َ َّ ‫َ ه‬
ْ َ ْ ْ َ
‫ّٰلل ال ِذ ْي خلقك ْم ِم ْن ضع ٍف ثَّم جعل ِم ْنْۢ َبع ِد ضع ٍف قَّوة ثَّم جعل ِم ْنْۢ َبع ِد قَّو ٍة ضعفا‬
ُ ‫۞ا‬

َْ َْ ُ ََ ُُْ َ ً ْ َ
٥٤ ‫َّوشي َبةۗيخلق َما يشا ُۤءُۚ َوه َو الع ِل ْي ُم الق ِديْ ُر‬

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudia


Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah menjadi kuat,
kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah kembali dan
beruban. Dia mencipakan apa yan dikehendaki-Nya dan Dialah Yang
Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”
Adapun tugas-tugas perkembangan usia lanjut adalah sebagai
berikut :
a. Menyesuaikan diri dengan kondisi fisik dan kesehatan yang
semakin menurun
b. Menyesuaikan diri dengan situasi pensiun dan penghasilan
yang semakin berkurang
c. Menyesuaikan diri dengan kematian dari pasangan hidup
d. Membina hubungan dengan sesama usia lanjut

60
Dadang Hawari, Manajemen Stress, Cemas Dan Depresi, (Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI, 2001), hlm. 291-293.
31

e. Memenuhi kewajiban sosial dan kenegaraan secara luwes


f. Kesiapan menghadapi kematian 61
E. Kerangka Berpikir
Merupakan pola pikir atau pandangan yang merujuk kepada
permasalahan yang diteliti, mencerminkan jenis dan jumlah masalah
yang akan diteliti.62 Kerangka berpikir juga merupakan uraian secara
ringkas tentang teori yang digunakan dan cara teori tersebut digunakan
dalam menjawab pertanyaan penelitian.63 Kerangka berpikir inilah
yang berguna untuk membantu peneliti dalam memusatkan
penelitiannya.
Terdapat beberapa kecemasan yang dirasakan oleh lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3. Diantara bentuk kecemasannya
yaitu khawatir tidak memiliki makaan, fisik melemah, sakit, merasa
sendiri atau kesepian, jauh dan aditinggalkan keluarga/teman terdekat,
takut menghadapi kematian, dosa, sedih, kecewa trauma, dsb.
Kecemasan-kecemasan tersebut secara umum dipengaruhi oleh tiga
faktor yaitu ekonomi, keluarga/kerabat dan kematian. fenomena
kecemasan tersebut dilihat oleh pembimbing agama di PSTW Budi
Mulia 3 sehingga diimplementasikan dalam bimbingan agama. Adapun
peran pembimbing agama di sini yaitu sebagai pembimbing spiritual,
fasilitator, motivator, pengarah, perantara.
Secara singkat kerangka berpikir penelitian akan digambarkan
sebagai berikut:

61
Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press,
2005), Cet. 5, hlm. 84.
62
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi Dengan Metode R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2006).
63
Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 43.
32

Tabel 2.1
Kerangka Berpikir

Faktor:
1. Ekonomi
2. Keluarga
3. Kematian

Kecemasan Lansia:
Panti Sosial Tresna
1. Khawatir tidak memiliki Werdha Budhi Mulia
makanan 3
2. Fisik melemah, sakit
3. Merasa sendiri, jauh dan
ditinggalkan keluarga/teman
terdekat Pembimbing Agama
4. Takut menghadapi kematian,
Dosa
5. Sedih, kecewa
6. Trauma
7. Khawatir akan kelanjutan
Peran:
kehidupan
8. Perasaan rendah diri dan pesimis 1. Pembimbing Spiritual
2. Fasilitator
3. Motivator
Lansia yang sehat secara Fisik. 4. Pengarah
Psikis, Spiritual, dan Sosial 5. Perantara
BAB III
GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3


Panti Sosial Tresna Wedha (PSTW) Budi Mulia 3 merupakan Unit
Pelaksana Teknis Bidang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Dinas Sosial
Provinsi DKI Jakarta. Sebagai Lembaga pelayanan masyarakat, PSTW
Budi Mulia 3 adalah Lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat, khususnya lanjut usia yang tidak mampu atau kurang
beruntung dengan sumber dana APBD Provinsi DKI Jakarta. Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3 berdiri sejak tahun 1965 dengan nama
PSTW Budi Mulia Jakarta Timur yang berlokasi di kelurahan Ceger.
Karena pembangunan TMII maka dipindahkan ke kelurahan Dukuh
Kecamatan Kramat Jati dengan luas lahan 23000 M2, karena lokasi
kelurahan Dukuh ini terletak pada dataran rendah dan sering dilanda banjir
luapan kali Krukut atau banjir kiriman dari Bogor, maka pada tahun 2002
PSTW Budi Mulia dipindahkan ke Jl. Margaguna Radio Dalam Jakarta
Selatan dengan nama PSTW Budi Mulia 3.64
Di tahun 2014 perubahan pembentukan organisassi dan tata kerja
sesuai Pergub no. 277 tahun 2014 pada SKPD DINSOS DKI Jakarta yang
semula PSTW BM 4 menjadi PSTW BM 3 dengan jumlah 275 WBS,
jumlah lansia sekarang semakin meningkat dan sekarang jumlah lansia
yang ada di panti mencapai 344 WBS. Tahun 2015 ada penambahan
sasana terdiri dari dukuh 3 dan dukuh 5 yang bertempat di daerah
Kecamatan Keramat Jati, karena di Keramatjati sudah banyak sasana jadi
pada tahun 2018 perpindahan dari dukuh 3 ke Jl. Centex Raya RT/RW
001/03 No.1, Kel. Ciracas Jakarta Timur.65 Sehingga mempermudah akses
atau tempat untuk penghuni lansia yang terlantarkan.

64
Wawancara pribadi dengan ibu Elisabeth, Satuan Pelaksanaan Bimbingan Sosial,
Tangerang Selatan. 19 November 2020.
65
https://tirto.id/hidup-sebatang-kara-di-panti-jompo-cCrk. Diakses pada 12 Februari
2020.

33
34

B. Visi dan Misi


1. Visi
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial khususnya Lanjut Usia
Terlantar di DKI Jakarta Terentas dalam kehidupan yang layak dan
berguna”.66
2. Misi
a. Mencegah, mengurangi tumbuh kembang dan meluasnya masalah
kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar.
b. Mengentaskan penyandang masalah kesejahteraan sosial usia lanjut
terlantar dalam kehidupan yang layak.
c. Pembinaan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam
melaksanakan usaha kesejahteraan sosial.
d. Meningkatkan kualitas pelayanan lanjut usia terlantar yang meliputi
kesehatan fisik, mental dan agama.
C. Tugas Pokok dan Tujuan Panti
1. Tugas Pokok
Tugas pokok Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 adalah
Melaksanakan kegiatan pelayanan rehabilitasi sosial dan memberikan
pelayanan dan merawat jasmani serta rohani kepada para lanjut usia
terlantar agar dapat hidup secara wajar.
2. Tujuan
Terpenuhinya kebutuhan hidup bagi lanjut usia yang disantuni seperti
jasmani, rohani dan sosial dengan baik sehingga mereka menikmati
hari tuanya dengan diliputi ketentraman lahir dan batin. Seperti
pelaksanaan asesmen meliputi penelaahan, pengungkapan, dan
pemahaman masalah dan potensi serta pembinaan fisik dan bimbingan
mental, sosial, keagamaan dan pengisian waktu luang.
D. Sasaran
Lansia usia 60 tahun ke atas: Hasil penjangkauan dari Dinas Sosial
Provinsi Jakarta dan PSBI.

66
Dokumentasi profil Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, 2019.
35

E. Prosedur Penerimaan
1. penyerahan dari masyarakat
2. penyerahan dari kepolisian/instansi terkait
3. penyerahan dari hasil penertiban
4. penyerahan dari keluarga
F. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial.
2. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 104 Tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial.
3. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 76 Tahun 2010 tentang
Pembentukan Organisasi dan tata Kerja Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia.
4. Keputusan Kepala Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta No. 33 Tahun
2009 tentang Petunjuk Pelaksanaa Pelayanan Dan Rehabilitas Sosial
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Provinsi DKI Jakarta.67
G. Sarana dan Program Kegiatan
Tabel 3.1
Sarana dan Program Kegiatan
Sarana Fisik Program kegiatan
1. Kantor 1. Bimbingan Rohani
2. Ruang WBS Islam 3x/minggu
3. Aula/lobby Kristen 1x/minggu
4. Poli Klinik 2. Olahraga
5. Dapur Umum Senam lansia 1x/minggu
6. Mushola 3. Bimbingan Keterampilan
7. Ruang Kebaktian Menjahit, membuat keset,
8. Sarana olah Raga membuat bunga,
9. Ruang Kterampilan menyulam.
10. Ruang Isolasi 4. Bimbingan Kesenian

67
Dokumentasi Profil Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Selatan, 2021.
36

11. Kendaraan Operasional Qasidah, angklung,


karaoke
5. Pelayanan Kesehatan
6. Rekreasi
7. Penyaluran

H. Jadwal Kegiatan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3


Tabel 3.2
Jadwal Kegiatan WBS
No. Hari Waktu Kegiatan Keterangan
Bimbingan Rohani
08.00-10.00 WIB Agama Islam atau
Ceramah Agama
1. Senin 10.00-12.00 WIB Bimbingan Keterampilan Musholla
13.00-15.00 WIB Bimbingan Rohani
Agama Kristen
07.00-08.00 WIB Senam Kesegaran Lapangan
2. Selasa Jasmani
10.00-12.00 WIB Bimbingan Rohani Wisma
Agama Islam
10.00-12.00 WIB Bimbingan Rohani Musholla
3. Rabu Agama Islam
10.00-12.00 WIB Bimbingan Rohani Voluntir
Agama Kristen
08.30-09.30 WIB Jalan Sehat Keliling -
Panti
Ruang
10.00-12.00 WIB Bimbingan Psikologi Konseling atau
4. Kamis Wisma
10.00-12.00 WIB Bimbingan Rohani Voluntir di
Agama Islam Wisma
10.00-12.00 WIB Bimbingan Rohani Ruang
Agama Kristen Kebaktian
13.00-15.00 WIB Bimbingan Kesenian Aula
07.00-08.00 WIB Senam Lapangan
5. Jum’at 09.30-11.30 WIB Panggung Gembira Aula
10.00-12.00 WIB Bimbingan Rohani Wisma
Agama Islam
6. Sabtu 10.00-12.00 WIB Nonton Bareng/karaoke Aula
7. Minggu Nonton Bareng/Karaoke Aula
37

I. Proses Pelayanan

Proses Pelayanan

Pendataan Proses Pelayanan dalam


Panti
1. Penerimaan
Masyarakat a. Pendekatan awal
b. Registrasi
c. Penempatan pada
Sasaran program pelayanan
1. Lanjut usia 60 tahun ke atas 2. Bimbingan
yang: a. Bimbingan fisik,
a. Tidak ada atau tidak di mental, dan sosial.
ketahui oleh keluarganya b. Bimbingan
ataupun tidak di urus nyata- keterampilan
nyata oleh keluarganya c. Penelaah dan
sehingga terlantar. pengungkapan masalah.
b. Lanjut usia yang tidak ingin
tinggal di lingkungan
keluarganya melainkan ingin
di santuni di panti.
2. Keluarga terutama yang tidak Hasil yang diharapkan
dapat menyantuni lanjut usia. 1. Terpenuhinya kebutuhan jasmani,
3. Masyarakat terutama yang rohani dan sosial lanjut usia
mampu dan mau berpatisipasi sehingga merekan dapat
dalam pembinaan kesejahteraan menikmati hari tuanya dengan
sosial lanjut usia diliputi ketentraman lahir dan
batin.
2. Terlestarikannya nilai sosial
budaya bangsa berkenaan dengan
Penerimaan Layanan masalah lanjut usia dalam
memenuhi kebutuhan lanjut usia.
3. Meningkatnya jumlah anggota
Resosialisasi masyarakat yang mau dan mampu
1. Bimbingan kesiapan peran menyantuni keluarganya.
serta masyarakat 4. Meningkatnya dan
2. Bimbingan sosial hidup melembaganya peran serta
masyarakat masyarakat dalam pembinaan
3. Pembina lanjut. kesejahteraan lanjut usia.

Gambar 3.1
Proses Peyanan
37

J. Pola Penanganan Warga Binaan Sosial (WBS) Panti sosial Tresna


Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Selatan

PSBI
Bangun
PERAWATAN FISIK

TRANTIB PERAWATAN
KESEHATAN RUJUKAN
SEMENTARA
- R.S.U.D
BIMBINGAN MENTAL - PSTW USADA
DINAS SOSIAL DAN SPIRITUAL MULIA

CASE
ASAL WBS: CONFERENCE
Rujukan/penyerahan - PEKSOS
PELAYANAN - PSIKOLOG
dari Instansi, - DOKTER
RUJUKAN
Masyarakat/Keluarga - PSIKOTERAPI

BIMBINGAN
PENYALURAN:
KETERAMPILAN - KEMBALI KE
KELUARGA
BIMBINGAN - KE PANTI LAIN
KESENIAN

BIMBINGAN BINA LANJUT DAN


SOSIAL TERMINASI

Gambar 3.2
Pola Penanganan

38
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Identitas Informan
1. Pengurus Lembaga PSTW Budi Mulia 3
Ibu Elisabeth merupakan salah satu pengurus di PSTW Budi Mulia
3. Menjadi bagian dalam satuan Unit Pelaksanaan Bimbingan Sosial.
Berusia 48 tahun. Beralamat di Jalan Margaguna nomor 1 Jakarta
Selatan.68
2. Pekerja Sosial
a. Muhammad Kurniawan, S.Sos
Pak Kur panggilan akrab beliau. Berusia 41 tahun.
Menjabat sebagai Pekerja Sosial (Peksos) Ahli Muda sekaligus
sebagai pembimbing agama Islam di PSTW Budi Mulia 3 ini.
Beralamat di Jalan H. Abdul Majid Dalam III RT 010/05 nomor 17
Komplek Deplu Cipete Selatan.69
b. Sugeng Musafak
Pak Sugeng yang kini berusia 44 tahun bekerja di lembaga
sebagai Pekerja Sosial (Peksos) dan pembimbing agama. Tinggal
di Jalan Suralaya Cilangkap Jakarta Timur. 70
3. Pembimbing Agama
a. Ustad Syamsudin Nur
Ustad Syamsudin berusia 40 tahun merupakan ustad yang
didatangkan dari luar panti, telah membimbing kegiatan bimbingan
agama Islam di PSTW Budhi Mulia kurang lebih selama 7 tahun.
Tinggal di Kp. Rawa Barat RT 02/16 Pd. Pucung Pd. Aren,
Tangerang Selatan. Memiliki kepribadian yang menarik dan supel

68
Wawancara dengan Ibu Elisabeth, Satuan Pelaksanaan Bimbingan Sosial, 19
November 2020.
69
Wawancara dengan Bapak Kurniawan, Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama Islam,
20 November 2020.
70
Wawancara dengan Bapak Sugeng Musafak. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama
Islam, 20 November 2020.

39
40

memiliki suaranya yang lantang dan tegas. Beliau menjadikan itu


sebagai kelebihannya apalagi yang menjadi pendengar adalah
lansia.71
b. Ustad Yudiono
Ustad Yudi panggilannya, berusia 49 tahun. Tinggal di
Jalan Praja Dalam K, Gg. Hindun RT 08/012 nomor 48 Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan. Sudah menjadi pembimbing agama Islam di
PSTW Budi Mulia sejak 2007 sampai sekarang. Selain melakukan
bimbingan agama secara kelompok ustad Yudi juga melakukan
secara individu dengan mendatangi kamar-kamar lansia khususnya
bagi yang tidak dapat mengikuti kegiatan bimbingan agama.
Merupakan sosok yang humoris dan suka bercanda. Selain
itu beliau menjadi salah satu tempat curhat bagi lansia dari
peristiwa yang serius hingga yang dialami sehari-hari. Sehingga
dalam kegiatan bimbingan beliau membuat candaan-candaan dari
cerita dan curhatan tersebut namun tetap dikaitkan dengan materi
keislaman agar tercipta suasana yang menyenangkan dan santai.72
c. Dzurratun Ghola. M.Psi
Biasa di panggil ibu Ghola adalah pembimbing di PSTW
Budhi Mulia 3. Merupakan penyuluh agama ahli muda Kementrian
Agama Jakarta Selatan. Lahir pada 8 Agustus 1978, beralamat di
Jalan Made I nomor 140 RT 02/04 Pamulang Barat, Tangerang
Selatan.73 Beliau merupakan pembimbing agama favorit di PSTW
Budhi Mulia 3. Selain mengisi bimbingan agama beliau juga
membatu mengajarkan keterampilan kepada lansia seperti
membuat kerajinan.

71
Wawancara dengan Ustad Syamsudin Nur. Pembimbing Agama Islam, 27 November
2020.
72
Wawancara dengan Ustad Yudiono, Pembimbing Agama Islam. 27 November 2020.
73
Wawancara dengan Ustad Syamsudin Nur. Pembimbing Agama Islam. 27 November
2020.
41

4. Terbimbing
Dalam penelitian ini penulis hanya mengambil 6 orang lansia
untuk diteliti dengan kriteria lansia yaitu sehat secara fisik, mandiri, lalu
dapat berkomunikasi dengan baik.
a. Anita
Lahir di Bogor, tanggal 1 Mei 1947. Sudah berada di panti
selama 1 tahun 5 bulan. Hidup sebatangkara membuat nenek Anita
tinggal di panti. Meski diawal merasa sulit karena merasa takut,
keinginan untuk pulang walaupun sudah tidak memiliki keluarga.
Lambat laun, seiring berjalannya waktu nenek Anita senang, tidak
kesepian dan memiliki banyak teman dan kegiatan.74
b. Siti Mulyati
Nenek Mulyati yang kini berusia 57 tahun. Sudah berada di
panti selama 1 tahun. Beliau rajin mengikuti kegiatan yang ada di
panti seperi menjahit, membuat keterampilan, dan bimbingan
agama Islam. Menurutnya beliau bisa tahu lebih banyak tentang
sholat, do’a sehari-hari, wudhu, mengaji itu melalui kegiatan
bimbingan agama. Karena semasa muda nenek Mulyati mengaku
jarang melaksanakan ibadah khususnya sholat dan mengaji.75
c. Ani
Lahir di Manado, Sulawesi Utara pada 4 April 1935. Sudah
hampir 5 tahun beliau tinggal di panti. Niat merantau ke Jakarta
untuk merubah nasib namun takdir berkata lain karena tidak
memiliki keterampilan yang cukup untuk bekerja berakhir menjadi
gelandangan. Hingga pada tahun 2017 nenek Ani dibawa ke PSTW
Budhi Mulia 3. Sama dengan lansia lainnya, sehari-hari nenek Ani
mengikuti banyak kegiatan. Menurut beliau yang paling disukai itu
senam. Sedangkan untuk kegiatan bimbingan agama sendiri

74
Wawancara dengan Nenek Anita. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
75
Wawancara dengan Nenek Mulyati. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
42

menurut beliau cukup seru apalagi ketika praktik seperti praktik


wudhu, sholat.76
d. Yulianti
Lahir di Jakarta, 26 Januari 1954. Sudah sejak tahun 2013
nenek Yuli berada di panti karena faktor ekonomi sehingga
membuat beliau diserahkan oleh keluarga ke PSTW Budi Mulia 3.
Menurut beliau, banyak ilmu yang didapatkan dari mengikuti
bimbingan agama menjadi tahu mana yang benar dan salah
sehingga bisa melaksanakan ibadah dengan baik.77
e. Sulaeman bin H. Masudi
Kelahiran Bandung, 1 Juli 1932. Kakek Leman begitu
panggilannya. Berada di panti sejak akhir tahun 2019. Meski
terbilang belum lama beliau merasa senang selain karena memiliki
teman sesama lansia yang banyak juga merasa aman karena ada
yang mengurus dirinya.78
f. Subahri
Kakek Subahri yang kini berusia 71 tahun. Lahir di
Pandeglang Banten 7 Januari 1949. Hidup sebatangkara karena
perceraian dengan istri pertama lalu ditinggalkan oleh istri kedua
karena meninggal dunia dan tidak memiliki anak menjadikan
beliau tinggal di panti.79
B. Gambaran Kecemasan Lansia
PSTW Budi Mulia 3 Jakarta Selatan saat ini memiliki 344 lansia
dibagi ke dalam 20 wisma dengan pengelompokkan yaitu lansia mandiri,
setengah renta, renta, dan observasi. Setiap wisma memiliki satu orang
penanggung jawab serta satu sampai dua orang pendamping. Kondisi
lansia di PSTW Budi Mulia 3 sangat beragam. Secara fisik penyakit umum

76
Wawancara dengan Nenek Ani. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
77
Wawancara dengan Nenek Yulianti. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
78
Wawancara dengan Kakek Leman. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
79
Wawancara dengan Kakek Subahri. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
43

yang diderita yaitu tekanan darah tinggi, asam urat, kolesterol, dan lain-
lain. Sedangkan secara psikis yaitu kecemasan, depresi, ODGJ.
1. Faktor Kecemasan
a. Ekonomi
Secara umum, Covid-19 yang terjadi telah membawa beberapa
perubahan terhadap dunia terrmasuk di Indonesia. Keadaan yang
terjadi tentunya memiliki dampak bagi PSTW Budhi mulia 3.
Ditambah dengan latar belakang lansia yang kurang mampu.
Kebanyakan dari mereka sebelumnya hidup di jalanan, tidak memiliki
tempat tinggal, perantau, bekerja sebagai pengemis dan serabutan
sehingga muncul lah kecemasan pada lansia karena faktor ekonomi.
Menurut Pak Kurniawan salah satu alasan lansia di PSTW
Budhi Mulia 3 merasa cemas karena kurangnya pemasukan yang
diterima sehingga lansia khawatir kekurangan makanan. Hal itu
karena dimana sebelumnya dirasa cukup namun berbeda dengan
kondisi saat ini. Sebelum pandemi, selalu ada donatur yang datang
memberi sumbangan namun sekarang tidak banyak. Oleh karena itu
membuat lansia berani untuk meminta uang langsung ke pengurus
panti dan pembimbing agama. Karena dengan adanya sumbangan
lansia merasa sangat senang. Mereka gunakan untuk beli kopi, kueh-
kueh, dan sebagainya.80
Pihak panti sendiri sebetulnya sekali-kali menyediakan
hidangan berupa kopi, air mineral, snack-snack di masjid tempat
kegiatan bimbingan agama yang mana hal tersebut tentu sangat
berpengaruh terhadap kehadiran lansia. Contoh nyata dibuktikan
dengan tingkat antusiasme lansia mengikuti kegiatan bimbingan agama
yang diisi oleh Ibu Ghola sangat besar. Disampaikan oleh Pak
Kurniawan bahwa setiap kali Ibu Ghola mengisi kegiatan bimbingan

80
Wawancara dengan Bapak Kurniawan. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama Islam.
20 November 2020.
44

lansia semangat dan yang datang banyak. Salah satu alasannya karena
membawa makanan.
Menurut Ibu Ghola sendiri hal tersebut dilakukan sebagai salah
satu strategi untuk mengajak lansia mengikuti bimbingan agama.
Sebelum bimbingan agama, hal penting yang harus dilakukan adalah
melihat terlebih dahulu kondisinya bagaimana, lalu menyiapkan
strategi yang tepat agar lansia mau datang. Selanjutnya beliau
menyampaikan bahwa di PSTW Budhi Mulia 3 untuk kebutuhan
makan sebanyak 3x sehari sudah tercukupi dan terjamin namun tidak
dengan uang jajan. Oleh karena itu setiap datang ke panti selalu
membawa makanan. Seperti soto, bakso, gorengan, kueh-kueh pasar,
dan biskuit.81
Hal serupa juga dilakukan oleh Ustad Syamsuddin yang mana
sesekali beliau membawa makanan atau uang nominal 5.000 atau
10.000 yang kemudian dibagikan perlansia. Tentu dengan nominal
tersebut tidak banyak, tetapi bagi lansia sangat berharga karena mereka
sama seperti kita pada umumnya menyukai jajanan, camilan.82 Tidak
dapat dipungkiri hal itu membuat lansia terus menuntut kepada
pembimbing agama yang lain. Uang atau makanan tersebut sebagai
strategi untuk mengajak lansia mengikuti kegiatan bimbingan agama.
Namun tetap dari pengurus dan pembimbing ingatkan kembali bahwa
tujuannya bukan karena makanan ataupun uang tapi semata-mata
ikhlas karena Allah SWT.
Selain berpengaruh kepada ekonomi, kondisi pandemi juga
secara tidak langsung berpengaruh kepada psikis lansia. Beberapa
aturan dibuat guna mencegah meluasnya penyebaran Covid-19 yang
mana lansia termasuk ke dalam golongan rentan penularan. Salah satu
peraturan yaitu tidak menerima kunjungan dalam bentuk apapun. Maka

81
Wawancara dengan Ibu Ghola. Pembimbing Agama Islam. 27 November 2020.
82
Wawancara dengan Ustad Syamsudin Nur. Pembimbing Agama Islam. 27 November
2020.
45

ketika melakukan penelitian ini daerah Gandaria Jakarta Selatan


sedang dalam zona merah sehingga akses keluar masuk panti ditutup.
Sebagaimana disampaikan oleh Ibu Elisabeth bahwa langkah
waspada diambil dengan menutup akses keluar masuk panti.
Pengecualian bagi perawat dan peksos yang mendampingi lansia
dalam berkegiatan dijaga dengan sangat ketat. Lebih lanjut dijelaskan
dengan siapapun mereka tinggal kerentanan lansia sangat tinggi salah
satunya karena kondisi fisik lansia. Oleh karena itu, perlindungan
khusus sangat dibutuhkan bagi lansia di masa covid-19.
Adapun beberapa upaya yang dilakukan lembaga guna
melindungi lansia dari resiko penularan sebagai akibat dari pandemi
dengan melakukan perubahan kegiatan, tidak menerima tamu, bertemu
dan kontak langsung dengan lansia, penerapan lockdown, penerapan
3M, penyemprotan disinfektan, menyiapkan tenaga khusus
penanganan covid-19, dan WFH.83
Jika sebelum pandemi panti menerima banyak kunjungan dari
luar tentu sekarang tidak. Beberapa kegiatan ditiadakan sementara
waktu misalnya bimbingan sosial dan bimbingan agama secara
individu bagi lansia renta dan observasi. Adapun yang lainnya
dilakukan secara terbatas dan dengan protokol kesehatan. Kondisi
tersebut membuat lansia merasa kesepian berada di dalam panti. Hal
itu dirasakan karena keadaan panti yang terbiasa ramai namun
sekarang sepi ditambah dengan adanya pembatasan dalam berinteraksi.
Di lain sisi lansia sendiri merasa senang jika mendapat kunjungan dari
luar. Misalnya sebelum pandemi mendapat kunjungan dari Gubernur
DKI Jakarta, lalu dari mahasiswa yang melakukan kegiatan di panti
seperti mengajar ngaji, ceramah, pemeriksaan dan sosialisasi

83
Wawancara dengan Ibu Elisabeth, Satuan Pelaksanaan Bimbingan Sosial. 19
November 2020.
46

kesehatan. Jika sekarang tidak ada jadi lansia merasa kehilangan,


kesepian.84
b. Keluarga/Kerabat
Adapun faktor lain yang mempengaruhi munculnya kecemasan
pada lansia yaitu keluarga/kerabat. Walaupun banyak lansia sudah
tidak memiliki keluarga, namun jumlah lansia di PSTW Budhi Mulia 3
yang masih memiliki keluarga pun tidak sedikit. Perasaan khawatir dan
takut karena tidak di jenguk, rasa rindu kepada anak dan keinginan
yang besar untuk pulang. Ada juga trauma-trauma dari pengalaman
buruk di masa lalu misalnya tidak diakui oleh keluarga dan kerabat,
diusir anak, tidak ada yang mau mengurus, di tinggalkan suami/istri,
anak dan saudara karena bencana, dll.
Keluarga sendiri memiliki peran yang sangat penting bagi
kesehatan lansia diantaranya merawat, memberikan motivasi,
dukungan serta memfasilitasi semua kebutuhan lansia. Dukungan
keluarga memberikan perasaan bahagia. Bagi lansia yang sudah tidak
memiliki keluarga maka dukungan dan bantuan dapat diperoleh dari
pembimbing agama, sesama lansia, pengurus, dan perawat yang ada di
panti. Tentunya hidup sejahtera merupakan harapan seluruh lansia.
Bisa hidup bahagia, memperoleh cinta dan kasih sayang di akhir
hidupnya.
Bagi lansia yang memiliki keluarga ataupun tidak pada
akhirnya mereka hanya bisa pasrah menggantungkan hidupnya di panti
ini. Selaku pembimbing hanya memberikan motivasi untuk ikhlas
apapun keadaan saat ini harus diterima. Yang terpenting saat ini lansia
bisa beribadah, makan, menikmati kehidupan disini, ada pemerintah
yang siap melindungi. Karena tidak semua lansia beruntung masih
banyak orang yang tinggal di jalanan dengan kondisi kekurangan.85

84
Wawancara dengan Nenek Ani. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
85
Wawancara dengan Ustad Yudiono. Pembimbing Agama Islam. 27 November, 2020.
47

c. Kematian
Faktor selanjutnya yaitu kematian. Kematian merupakan hal
yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia. Perjalanan akhir
kehidupan manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah SWT.
Ketika membicarakan kematian maka timbul dalam dirinya ketakutan.
Hal ini disebabkan karena anggapan bahwa mati adalah akhir dari
segala kesenangan dan kenikmatan yang dirasakan selama di dunia. 86
Anggapan sebuah penderitaan, terputusnya kehidupan serta duka yang
mendalam menjadi sesuatu hal yang tidak dapat terelakkan dan terjadi
kapan saja sehingga dapat menimbulkan kecemasan pada seseorang.
Lansia di PSTW Budhi Mulia 3 sendiri memiliki pandangan
yang berbeda-beda tentang kematian serta bagaimana menghadapinya.
Bagi yang sudah mempunyai keimanan yang kuat, menerima
kematian mendatang dan sadar bahwa mau tidak mau kembali kepada
Tuhan. Di lain sisi, terdapat juga lansia yang merasa takut untuk mati.
Hal itu dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya karena bayangan
kepedihan, khawatir terhadap nasib keluarga yang ditinggalkan,
mengingat dosa dan perbuatan di masa lalu, serta merasa belum
mempunyai bekal yang cukup.
Pengalaman kehilangan juga mempengaruhi kecemasan pada
lansia. Walaupun telah mengalihkan perasaan kehilangan dengan cara
mengikhlaskan tetapi tidak dapat dipungkiri ketika dihadapkan dengan
kematian khususnya pada orang terdekat maka lansia mengalami
kesedihan hingga depresi. Merasa tidak memiliki harapan dan pikiran
tentang kematian yang terus berulang.
Menurut bapak Sugeng adanya lansia yang meninggal di panti
itu sudah menjadi kewajaran dan kakek nenek paham. Hanya perlu
mengingatkan lansia bahwa semua juga akan menyusul kelak. Maka
dari itu harus punya bekal keimanan yang kuat, tabungan untuk di

86
Komaruddin Hidayat, Psikologi Kematian: Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme,
cet.15, (Jakarta: Hikmah, 2010), hlm. 16.
48

akhirat supaya tenang dan terhindar dari rasa takut yang berlebihan.87
Setelah diberikan bimbingan juga pendekatan-pendekatan yang
dilakukan oleh pembimbing agama sebagai salah satu cara perawatan
jiwa dengan mempelajari dan menjalankan pokok-pokok ajaran Islam,
banyak perubahan yang terjadi. Setelah mendapatkan nasihat serta
bimbingan kekosongan, ketakutan yang dirasakan berkurang. Nenek
Yulianti bisa menerima dengan ikhlas, lebih tenang dan fokus
meningkatkan amal ibadahnya.
Ustad Yudiono selaku pembimbing agama juga menuturkan
janganlah takut apalagi dengan neraka. Neraka adalah tempat bagi
orang jahat, orang-orang yang tidak mau beribadah. Oleh karena itu
selama kita beribadah dengan benar, taat kepada Allah SWT dan Rosul
maka ketika meninggal dalam keadaan tenang. Itu yang selalu
disampaikan ke lansia.88 Maka secara tidak langsung hal-hal yang
dilakukan pembimbing yakni dengan memberikan dorongan secara
spiritual dengan ibadah. Menerima segala kondisi secara ikhlas, lansia
sehat secara mental melalui pendekatan spiritual.
2. Gambaran Kecemasan Terbimbing
a. Nenek Anita
Berdasarkan hasil wawancara dengan nenek Anita, memiliki
tingkat kecemasan sedang dengan jenis state anxiety. Hidup
sebatangkara di masa tuanya nenek Anita merasa kesepian, hingga
menyendiri di awal datang ke panti karena belum memiliki teman.
Ketika peneliti bertanya tentang kecemasan terbesar yang dialami
yaitu takut menghadapi kematian. Perasaan pesimis dirasakan karena
belum memiliki bekal yang cukup jika suatu saat dipanggil oleh Allah.
Khawatir dengan yang kelak terjadi, mengingat kondisi tubuh yang
sering sakit sehingga belum maksimal dalam beribadah. Adapun

87
Wawancara dengan Bapak Sugeng Musafak. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama
Islam. 20 November 2020.
88
Wawancara dengan Ustad Yudiono. Pembimbing Agama Islam. Jakarta Selatan. 27
November 2020.
49

gejala yang dirasakan oleh nenek Anita yakni perasaan gugup,


gemetar pada kaki dan tangan, rasa khawatir yang tiba-tiba muncul
berlebihan, sesak napas, serta gelisah.89
b. Nenek Siti Mulyati
Dengan tingkat kecemasan sedang, jenis kecemasan realistik.
Latar belakang kurang mampu dan minim pengetahuan tentang agama
nenek Mulyati jarang melaksanakan ibadah khususnya sholat.
Terkadang merasa tidak memiliki harapan karena belum mempunyai
ilmu agama, merasa berdosa karena meninggalkan kewajiban-
kewajiban dalam Islam.
Selain itu, dari pengalaman masa lalunya juga yang hidup
kekurangan nenek Mulyati merasa khawatir ketika pandemi terjadi.
Dengan biasa terpenuhinya segala kebutuhan membuat rasa aman dan
nyaman dengan kehidupan di panti. Maka ketika pandemi
berkurangnya jumlah donatur di PSTW Budhi Mulia 3 membuat
perubahan perilaku. Lansia termasuk nenek Mulyati khawatir
kekurangan khususnya makanan. Oleh karena itu faktor ekonomi
sangat mempengaruhi. Merasa was-was, muncul perasaan terancam
terhadap kemungkinan-kemungkinan terburuk yang belum tentu
terjadi.90
c. Nenek Ani
Jauh dari keluarga yang berada di Manado membuat nenek
Ani merasa sedih. Belum lagi dengan niat merantau yang berakhir
menjadi gelandangan membuat nenek Ani harus tinggal di panti tanpa
satu pun keluarga atau kerabat. Dengan tingkat kecemasan sedang,
nenek Ani merasakan sedih dan kecewa karena selama ini tidak ada
keluarganya yang datang mencari. Dari situ muncullah perasaan tidak
dibutuhkan dan diinginkan yang membuat nenek merasa sendiri.
Nenek Ani juga mengatakan kondisi pandemi saat ini menambah rasa

89
Wawancara dengan Nenek Anita. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
90
Wawancara dengan Nenek Mulyati, Lansia di PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
50

kesepiannya. Panti yang biasanya ramai menjadi sepi, aktivitas


berkumpul dengan sesama lansia, kegiatan-kegiatan sangat terbatas.
Termasuk ke dalam jenis kecemasan moral. 91
d. Nenek Yulianti
Pengalaman kehilangan orang terdekat membuat nenek
Yulianti sangat terguncang, trauma ketika menyaksikan sendiri teman
dekatnya sakaratul maut. Merasakan kesedihan dan ketakutan yang
terus menerus, pikiran tentang kematian membuatnya cemas hingga
depresi. Muncul pertanyaan-pertanyaan pada diri nenek Yulianti:
bagaimana jika dirinya yang meninggal?, siapa yang menemaninya
nanti ketika sakaratul maut?, apakah sudah siap?, Siapa yang akan
mengurusnya ketika meninggal?, Siapa yang akan mengurus
kuburannya?, apakah ada yang akan mendo’akannya?. Masuk ke
dalam jenis kecemasan realistik dengan tingkat tinggi. Membuat rasa
takut dan khawatir yang berlebihan, gemetar, jantung yang berdebar
kencang, gangguan pencernaan, menyendiri dan sulit berkonsentrasi.92
e. Kakek Sulaeman
Berdasarkan hasil wawancara, bagi kakek Leman yang berusia
lebih dari 85 tahun kecemasan yang rasakan adalah terhadap
kematian. Ketika ingat beliau merasa takut sekaligus sedih. Merasa
bersalah, banyak dosa, belum bisa membaca al-qur’an ditambah rasa
cemas dengan kondisi badan yang menurun sehingga sulit dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Tingkat kecemasan sedang dengan
jenis kecemasan realistik. Adapun gejala yang dirasakan yaitu jantung
berdebar, keringat dingin, perasaan pesimis, khawatir belum memiliki
bekal yang cukup.93

91
Wawancara dengan Nenek Ani, Lansia di PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
92
Wawancara dengan Nenek Yulianti. Lansia di PSTW Budi Mulia 3. 23 November
2020.
93
Wawancara dengan Kakek Sulaeman. Lansia di PSTW Budi Mulia 3. 23 November
2020.
51

f. Kakek Subahri
Kecemasan yang dialami oleh kakek Subahri karena faktor
keluarga. Pengalaman diceraikan oleh istri pertama, lalu ditinggalkan
oleh istri kedua karena meninggal dunia dan tidak memiliki anak
membuat kakek Subahri hidup sendiri dan menjadikannya tinggal di
panti. Perasaan bersalah serta gagal dalam membangun rumah tangga
masih dirasakan membuatnya merasakan sedih yang berkepanjangan.
Merasa sendiri karena ditinggalkan oleh keluarga membuatnya
khawatir akan kelanjutan kehidupannya seorang diri. Termasuk dalam
kecemasan moral dengan tingkat sedang.94
C. Pelaksanaan Bimbingan Agama di PSTW Budi Mulia 3
Secara umum, kegiatan bimbingan agama Islam yang ada di PSTW
Budi Mulia 3 yaitu pengajian, baca tulis Al-Qur’an, yasinan, hadroh,
diskusi, sharing dan motivasi. Kegiatan ini ditujukan untuk seluruh lansia
beragama Islam. Bapak Kurniawan menjelaskan karena pembagian
golongan lansia hanya lansia mandiri dan yang mau sajalah yang
mengikuti bimbingan agama. Dari pihak pengurus tentu sudah
mengingatkan dengan membuat pengumuman melalui speaker jika ada
pengajian. Namun di sisi lain juga tidak dapat memaksakan jadi masih
melalui sistem mulut ke mulut. Selain mengingatkan melalui speaker
lansia juga diingatkan oleh pendamping ketika kunjungan ke tiap wisma.95
Di PSTW Budhi Mulia 3 sendiri terdapat 20 wisma. Setiap wisma
memiliki penanggung jawab dan pendamping. Pendamping inilah yang
bertanggung jawab untuk mengajak serta memberikan pendampingan
ketika kegiatan dilaksanakan. Agar lansia kembali semangat beribadah,
mengikuti bimbingan agama maka sebelum dimulai pembimbing
mengingatkan bahwa tujuannya adalah untuk bersilaturrahmi, menambah
ilmu, sebagai jalan untuk melapangkan menuju surga, setiap langkah yang

94
Wawancara dengan Kakek Sulaeman. Lansia di PSTW Budi Mulia 3. 23 November
2020.
95
Wawancara dengan Bapak Kurniawan. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama Islam.
20 November 2020.
52

kita gunakan untuk menuntut ilmu akan dilipat gandakan oleh Allah SWT,
dan dihitung sebagai amal. Hal senada juga di sampaikan oleh Bapak
Sugeng selaku peksos dan pembimbing agama. Pertama-tama dengan
memberitahu jika lansia ini sudah di tahap usia akhir maka gunakanlah
untuk mempersiapkan bekal di akhirat, mendekatkan diri dengan ibadah,
lebih ingat kepada Allah SWT yang intinya meningkatan spiritualitas
mereka dengan ibadah.96
Lansia berkumpul bersama di masjid Al Kautsar, dengan
menggabungkan menjadi satu diharapkan lansia bisa bersosialisasi dengan
baik. Selanjutnya pembimbing menyampaikan ceramah secara interaktif,
memberikan materi-materi kegamaan dengan diselingi praktek langsung,
games, tanya jawab dan diskusi. Kegiatan diawali dengan membaca doa-
doa diantaranya do’a belajar, do’a kesehatan, do’a ketenangan hati, lalu
dzikir seperti istighfar, tahmid, tahlil, tasbih. Dilanjutkan membaca ikrar:

Selanjutnya membaca surat Al Baqarah ayat 1-5, ayat kursi, 3 ayat


terakhir Al Baqarah, serta Surat Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Nas. Diselingi
dengan teknik SEFT (Spiritual, Emosional, Freedom Technic) yaitu
meletakan jari (totok) diatas kepala dengan mengucapkan kalimat-kalimat
positif misalnya “saya ridho, saya menerima dengan ikhlas, saya yakin,
jika sakit saya ridho, sembuhkanlah, pulihkanlah...” lalu ditiup, diusapkan
ke kepala hingga seluruh tubuh.
Menurut bapak Kurniawan dengan kondisi lansia yang berbeda-
beda ada yang sakit secara fisik maupun mental, sedih, cemas maka tujuan
dari teknik tersebut adalah menumbuhkan rasa optimis dan tenang pada

96
Wawancara dengan Bapak Sugeng Musafak. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama
Islam. 20 November 2020.
53

lansia.97 Diakhir bimbingan agama sesekali mengadakan quiz dengan


memberikan pertanyaan-pertanyaan guna mengetahui seberapa paham
materi yang telah disampaikan lalu bagi lansia yang dapat menjawab
dengan benar mendapatkan hadiah. Hal tersebut bertujuan mendorong agar
lansia lebih aktif, serta meningkatkan rasa percaya diri serta diharapkan
lansia semangat dalam mengikuti kegiatan bimbingan agama.
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan bimbingan agama islam dilaksanakan tiga kali dalam satu
minggu yaitu pada hari Senin, Rabu, dan Jum’at, dengan durasi tiap
pertemuan satu sampai dua jam. Sedangkan pada hari kamis (ba’da
magrib) terdapat agenda yaitu yasinan dengan tujuan untuk mendoakan
teman-teman dan keluarga yang sudah meninggal. Diisi oleh tiga orang
pembimbing agama dari luar yaitu: Ustad Yudiono, Ustad Syamsudin, dan
Ibu Ghola serta dua orang dari panti yaitu Pak Kurniawan dan Pak
Sugeng. Namun karena keadaan pandemi kegiatan yang diisi dari luar
terhenti sejak April dan diganti secara online sebanyak satu kali perbulan.
Sebagai penggantinya pembimbing agama dari panti lah yang bertugas
mengisi kegiatan secara langsung.98
2. Metode Bimbingan
Metode diartikan sebagai segala sesuatu atau cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan penulis, metode bimbingan yang digunakan di
PSTW Budhi Mulia 3 ini ada dua yaitu metode bimbingan individu dan
kelompok. Metode bimbingan individu adalah suatu cara yang digunakan
untuk mengungkapkan dan mengetahui fakta psikis/mental yang ada pada
diri terbimbing.99 Di dalam metode ini pembimbing memiliki peran penuh
dalam mengarahkan dan melakukan pendekatan yang lebih kepada lansia

97
Wawancara dengan Bapak Kurniawan. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama Islam.
21 November 2020.
98
Wawancara dengan Ibu Elisabeth, Satuan Pelaksanaan Bimbingan Sosial. 19
November 2020.
99
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Peyuluhan (Konseling Islam), (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah, 2008), hlm. 122.
54

secara personal. Menanyakan apa yang sedang dirasakan. Maka ketika


seorang lansia membutuhkan bimbingan maka pembimbing lah yang
membantu dalam permasalahan tersebut.
Sebelum di mulai pembimbing bertanya terlebih dulu apakah ada
yang ingin bercerita atau curhat. Jika ada maka setelah selesai kegiatan
bisa bertemu secara individu. Bisa juga dari pihak pembimbing didampingi
oleh pendamping wisma mengunjungi lansia secara langsung. Biasanya ini
khusus bagi lansia yang tidak bisa mengikuti bimbingan di masjid seperti
lansia renta dan observasi. Terdapat pula yang lebih khusus di kegiatan
bimbingan sosial namun saat ini belum dilaksanakan kembali karena
pandemi.100
Dalam bimbingan individu ini terdapat pula case conference.
Ketika lansia memiliki masalah atau kasus yang mana pembimbing
tersebut tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut maka diangkat
dalam case conference dengan tenaga ahli misalnya psikolog, perawat atau
dokter guna memperoleh masukan terkait saran dan tindakan lanjutan yang
bekaitan dengan masalah yang dihadapi lansia.101
Selain secara individu, pembimbing juga menggunakan metode
bimbingan kelompok yaitu metode ceramah yakni penyampaian materi
secara langsung menggunakan bahasa lisan oleh pembimbing kepada
terbimbing. Jika dilihat dari jumlah lansia yang banyak serta dengan
keadaan lansia yang berbeda-beda maka metode ceramah inilah yang
dirasa efektif.
3. Teknik Bimbingan
Terdapat beberapa teknik yang diterapkan dalam bimbingan
individu di PSTW Budi Mulia 3, yaitu sebagai berikut:

100
Wawancara dengan Bapak Kurniawan. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama Islam.
21 November 2020.
101
Wawancara dengan Bapak Sugeng Musafak. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama
Islam. 20 November 2020.
55

a. Teknik Direktif
Adalah teknik yang digunakan ketika ketika lansia mengalami
kesulitan dalam memahami dan menemukan jalan keluar bagi
permasalahan yang dihadapi. Maka pembimbing memberikan
jawaban-jawaban secara langsung sesuai dengan penyebab munculnya
masalah. Selanjutnya pembimbing membantu mengarahkan pada hal-
hal bermanfaat yang bisa meningkatkan kemampuan yang dimiliki
lansia.
Teknik ini bersifat mengarahkan, berusaha mengatasi kesulitan
yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan berupa memberikan
jawaban langsung atas permasalahan yang dialami terhadap sesuatu
yang menjadi sebab munculnya kesulitan.102
b. Teknik Non Direktif
Pertama kali dikembangkan oleh Carl Rogers yang dikenal
dengan “Client Centered Couseling”. Pada teknik ini yang menjadi
pusat adalah terbimbing. Pembimbing hanya memberikan dorongan
dalam memecahkan masalah, dan keputusan sepenuhnya pada
terbimbing. Sehingga dalam teknik ini pembimbing agama mendorong
untuk lansia berperan aktif dalam mengungkapkan dan memecahkan
masalah yang dimiliki, kemudian tugas pembimbing agama hanya
mendorong rasa tanggung jawab pada diri lansia tersebut.
4. Materi Bimbingan
Adapun materi-materi yang disampaikan yaitu materi yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari seperti fiqh, akidah akhlak, Al
Quran hadist, amalan-amalan serta doa-doa. Tidak lupa materi tentang
kematian seperti hari akhir, janji dan ancaman, surga dan neraka, tujuan
dari diberikannya materi-materi tersebut sebagai renungan dengan
mengubah rasa takut atau cemas yang ada pada diri lansia berubah menjadi
motivasi untuk semangat beribadah kepada Allah SWT. Semua materi

102
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT
Golden Terayo Press, 1994), Cet. Ke 5, hlm. 44-49.
56

yang yang disampaikan pembimbing bersumber dari Al-Qur’an dan hadits


karena kedua sumber tersebut merupakan pedoman hidup bagi manusia.
Materi terkait fiqh meliputi tentang sholat, gerakan-gerakannya,
wudhu, bacaan sholat, sholat Sunnah, manfaat sholat, ancaman bagi yang
tidak melaksanakan sholat. Dalam pelaksanaannya pembimbing
menyampaikan materi terlebih dahulu dianjutkan dengan praktik.
Misalnya untuk materi wudhu dan sholat maka pembimbing
mempraktekkan bagaimana wudhu serta gerakan-gerakan sholat yang
benar dihadapan seluruh lansia sehingga lansia bisa secara langsung
mengikuti gerakan tersebut. Lalu diakhir juga biasanya ada tes satu persatu
sebagai bahan evaluasi mengetahui mana yang sudah bisa mana yang
belum.103
Selanjutnya Ustad Syamsuddin memperjelas jika dalam materi
sholat yang terpenting adalah praktik gerakan-gerakan yang benar, lalu
diingatkan supaya bisa dipraktikkan langsung ketika sholat nanti.
Sedangkan materi doa-doa itu untuk sehari-hari saja. Tujuannya lansia
bisa mengamalkan di kehidupan sehari-hari secara berulang-ulang dengan
mudah.104
Selain fiqh, pembimbing juga memberikan materi akhlak dan adab
yaitu tentang cara berperilaku yang baik di kehidupan sehari-hari, pada
kenyataanya terkadang lansia bertengkar dengan lansia lainnya. Maka
dengan materi akhlak dan adab inilah diharapkan lansia memiliki sifat
sabar, ikhlas, jujur, saling menghargai, berhati-hati dalam bersikap dan
bertutur kata.
Adapun materi Al-Quran diantanya yaitu tentang makhorijul huruf,
tajwid, diselingi dengan hapalan surat-surat dalam Al-Quran. Pembimbing
sendiri tidak menekankan lansia untuk sepenuhnya betul misalnya dalam
makhorijul huruf, karena paham dengan kemampuan yang dimiliki lansia

103
Wawancara dengan Bapak Kurniawan. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama Islam.
21 November 2020.
104
Wawancara dengan Ustad. Syamsudin Nur. Pembimbing Agama Islam. 27 November
2020.
57

berbeda-beda serta tidak semua lansia bisa untuk mengaji. Oleh karena itu
yang terpenting menumbuhkan rasa ingin mengaji serta bisa mengucapkan
pelafalan bacaan denganmmengikuti pembimbing dirasa cukup.
Materi terkait kematian sendiri yaitu seputar maut, surga dan
neraka, janji dan ancaman. Tujuan utama dari bimbingan agama itu sendiri
adalah memberikan ketenangan, menghilangkan rasa takut, lalu
mengalihkannya dengan mendekatkan diri kepada sang pencipta dengan
beribadah. Maka sebisa mungkin penyampaian materinya pun dilakukan
mudah, ringan tidak membebani juga tidak menakut-nakuti. Dengan
demikian lansia mudah menerima materi-materi yang disampaikan oleh
pembimbing tanpa merasa takut.
5. Media Bimbingan
Media atau alat bantu yang digunakan dalam bimbingan agama
adalah meja belajar, Al-Quran, sound system, microphone. Namun ketika
dilakukan secara online maka terdapat media tambahan seperti proyektor
dan laptop. Dibeberapa kesempatan pula pembimbing menggunakan
media film untuk kegiatan bimbingan agama. Contohnya ketika peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW acara diisi dengan pemutaran film kisah
nabi-nabi tentang Makkah dan Madinah, perjuangan Rosulullah SAW
sebagai pelajaran juga agar tidak bosan.105 Melalui media film ini
pembimbing memberikan contoh teladan yang baik yang dimiliki oleh
Rosulullah, agar kemudian lansia juga dapat mencotoh dan mengambil
pelajaran mengenai akhlak rosul dan menerapkannya dikehidupan sehari-
hari.
6. Strategi Bimbingan
Adapun strategi yang digunakan pembimbing guna menghilangkan
kecemasan di PSTW Budhi Mulia 3 yaitu strategi preventif dan kuratif.

105
Wawancara dengan Bapak Sugeng Musafak. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama
Islam. 21 November 2020.
58

a. Strategi preventif
Strategi preventif atau pencegahan yakni upaya pemberian
bimbingan yang diarahkan guna mengantisipasi dan mencegah
terjadinya masalah pada individu. Masalah yang dimaksud yakni
perasaan tidak berguna, kesepian, takut, kecewa, sedih serta gejala-
gejala kecemasan lainnya. Strategi ini dilakukan dengan memberikan
berbagai macam kegiatan maka dengan begitu dapat mencegah dan
meminimalisir potensi munculnya masalah pada lansia.
Di PSTW Budhi Mulia 3 ini terdapat kegiatan yang dapat
diikuti dan menjadi rutinitas sehari-hari yakni bimbingan
keterampilan, bimbingan kesenian, bimbingan psikologi, bimbingan
agama, bimbingan sosial dan lain sebagainya. Dalam setiap bimbingan
tersebut mencakup berbagai macam kegiatan lainnya. Hari senin, rabu,
jum’at ada bimbingan agama islam; pengajian di masjid. Hari kamis
bimbingan kesenian, hari selasa dan jum’at olahraga dan senam.
Bimbingan keterampilan di hari senin, hari sabtu dan minggu diisi
dengan hiburan. Lalu untuk jadwal pemeriksaan kesehatan pada hari
selasa dan kamis di bawah satuan pelayanan sosial. 106
Dengan adanya berbagai macam kegiatan tersebut diharapkan
terciptanya kondisi yang nyaman dan menyenangkan, produktif, dapat
merubah pola fikir ke arah yang lebih positif. Sebab, cara berfikir
yang negatif merupakan salah satu sumber perasaan tidak bahagia.
Merasa tersisih, khawatir, kesepian, depresi, cemas harus menjalani
hidup sendiri, menua tanpa keluarga atau seseorang yang dicintai.
b. Strategi kuratif
Strategi kuratif atau penyembuhan adalah suatu upaya yang
dilakukan setelah terjadinya suatu masalah. Upaya atau tindakan
bertujuan untuk memberikan kesadaran sehingga dapat
memperbaikinya. Timbulnya kesadaran dalam diri dilanjutkan dengan
106
Wawancara dengan Ibu Elisabeth. Satuan Pelaksana Bimbingan Sosial. 19 November
2020.
59

tidak melakukan kesalahan yang sama lagi. Pada lansia di PSTW


Budhi Mulia 3 ini strategi yang dilakukan yakni dengan memberikan
pelayanan bagi lansia yang mengalami ganguan atau masalah baik
secara fisik, psikis, sosial. Misalnya layanan bimbingan sosial
individu yang dilakukan perwisma oleh Peksos dan
pendamping/penanggung jawab tiap wisma khusus untuk menggali
permasalahan yang sedang dialami lansia kemudian hasilnya
dilakukan proses tindak lanjut.
Untuk bimbingan agama Islam sendiri pembimbing agama
memberikan nasihat-nasihat, teguran ketika proses kegiatan atau
melalui pendekatan secara langsung kepada lansia misalnya apabila
tidak melaksanakan sholat, takut terhadap kematian. Dalam hal ini
pembimbing berusaha merubah pola pikir yang salah lalu
mengarahkannya ke arah yang benar.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Analisis Peran Pembimbing Agama Dalam Menghadapi Kecemasan


Lansia di PSTW Budhi Mulia 3
Pembimbing agama sendiri diartikan sebagai seseorang yang
berperan memberikan bantuan pertolongan kepada orang lain dengan
berlandaskan agama demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Bertugas
membimbing, mengajarkan pengetahuan dan nilai-nilai agama. Seorang
pembimbing harus memiliki pengetahuan mendalam tentang agama. Tidak
hanya itu, apabila masalah yang dihadapi adalah gangguan kesehatan
mental/kejiwaan seperti kecemasan, pembimbing agama juga harus
mengetahui dan menguasai pengetahuan umum tentang perkembangan
psikologis khususnya yang terjadi pada usia lanjut.
Sumber kecemasan muncul bisa dari internal maupun eksternal.
Berdasarkan hasil wawancara dan obsevasi yang dilakukan di PSTW
Budhi Mulia 3, secara umum kecemasan yang terjadi pada lansia
dipengaruhi oleh tiga hal yaitu ekonomi, keluarga dan kematian. Penulis
menemukan bahwa pelaksanaan bimbingan agama memberikan perubahan
bagi lansia di PSTW Budhi Mulia 3 tidak hanya dalam ibadah ketenangan
jiwa pun dirasakan.
Pengajaran tentang ilmu agama tentu sangatlah penting. Terlebih
kegiatan bimbingan agama yang dilakukan di PSTW Budhi Mulia 3 ini
secara umum bertujuan untuk membantu masalah yang dihadapi,
menciptakan kondisi lansia yang sehat baik secara fisik, mental maupun
spiritual. Dengan memahami ilmu agama terciptanya ketenangan,
membantu lansia dalam menjalani kehidupan di hari tua dan
mempersiapkan diri menghadapi kematian. Terciptanya kondisi idela
yakni lansia yang sehat secara fisik, psikis, sosial.
Meskipun pada realitanya tidak semua lansia paham tentang ilmu
agama atau materi yang disampaikan karena mayoritas latar belakang

60
61

pendidikan lansia rendah sehingga perlu usaha lebih dalam mengarahkan


dan membimbing. Penyampaian materi juga dilakukan secara pelan-pelan
agar mudah dimengerti oleh lansia. Terlebih di PSTW Budhi Mulia 3
kegiatan bimbingan agama ini dilakukan dengan menjadikan satu semua
lansia, tidak adanya pemisahan atau pengelompokan.
Setelah mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia,
tentu tidak terlepas dari peran penting pembimbing agama di dalamnya.
Penulis menyimpulkan peranan pembimbing agama dalam menghadapi
kecemasan lansia diantaranya:
1. Berperan sebagai Pembimbing Spiritual
Diartikan sebagai seseorang yang membimbing atau
memberikan bantuan pertolongan kepada individu atau kelompok agar
memiliki kemampuan dalam mengembangkan diri sesuai fitrah,
berakhlak mulia, serta dapat mengatasi masalah melalui keyakinan,
pemahaman dan praktik ibadah sesuai dengan ajaran agama yang
dianut.
2. Berperan sebagai Fasilitator
Pembimbing agama disini berperan sebagai fasilitator dengan
memberikan fasilitas serta kemudahan demi kelancaran dan
kesuksesan proses bimbingan agama. Misalnya dengan menciptakan
suasana yang menyenangkan. Selain itu menyediakan alat atau media
lain yang dapat membantu mempermudah penyampaian materi.
3. Berperan sebagai Motivator
Peran pembimbing agama sebagai motivator yaitu pembimbing
agama harus mampu mendorong lansia untuk melakukan ibadah, aktif
mengikuti kegiatan bimbingan agama. Mampu membangkitkan
semangat dalam menjalani kehidupan, belajar menuntut ilmu agama.
Dengan memberikan motivasi ke lansia, memberi semangat dengan
62

nilai-nilai agama supaya tidak stress, gelisah. Makanya sebelum


kegiatan pagi kita melakukan dzikir terlebih dahulu.107
Ustad Yudiono juga memberikan motivasi untuk tenang tidak
takut selama beribadah dengan baik. Saat bimbingan dilakukan beliau
suka memberi motivasi. Beliau selalu sampaikan untuk beribadah, taat,
jangan takut dengan nerakanya Allah SWT. Neraka itu tempat bagi
orang jahat, orang yang tidak mau ibadah. Jadi selama kita mau ibadah
dengan benar, taat kepada Allah dan Rosul-Nya maka ketika
meninggal pasti dalam keadaan tenang lalu masuk surga.108
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa secara tidak
langsung pembimbing agama memotivasi untuk taat beribadah. Ustad
Yudiono juga memberi pesan terkhusus bagi lansia yang sudah tidak
memiliki siapa-siapa untuk ikhlas, menerima keadaan apapun. Di panti
sudah enak, yang penting adalah bisa beribadah, makan, minum, ada
yang mengurus berbeda dengan orang lain yang masih hidup di
jalanan. Oleh karena itu kita terus bimbing lansia untuk selalu dekat
dengan Allah SWT.109 Tidak lupa, pembimbing agama juga memberi
dukungan kepada lansia. Dukungan sendiri tidak hanya berupa materil
tetapi dapat berupa penghargaan, pujian, sikap, ataupun perilaku yang
menunjukan rasa dukungan dari pembimbing terhadap terbimbing.
4. Berperan sebagai Pengarah
Dalam hal ini tidak hanya sebagai tempat mengajarkan dan
bertanya pembimbing agama juga menjadi seorang penasehat dan
pemberi masukan yang baik bagi para lansia. Mengarahkan dan
membimbing lansia agar dapat memahami serta mempraktekkan yang
telah di ajarkan oleh pembimbing agama. Selalu meluangkan waktu,
ada disetiap lansia membutuhkan bantuan sehingga mampu membantu
penyelesaian masalah yang dihadapi.

107
Wawancara dengan Bapak Sugeng Musafak. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama
Islam. 20 November 2020.
108
Wawancara dengan Ustad. Yudiono. Pembimbing Agama Islam. 27 November 2020.
109
Wawancara dengan Ustad. Yudiono. Pembimbing Agama Islam. 27 November 2020.
63

Selain itu pembimbing agama juga dapat menggali dan


menumbuhkan kreativitas yang dimiliki oleh lansia, lalu potensi
tersebut dapat diarahkan dan dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan
keagamaan atau diluar keagamaan secara maksimal. Sehingga
memberikan semangat dan harapan bagi lansia.
5. Berperan sebagai Perantara
Maksud dari peran pembimbing agama sebagai perantara yakni
menjadi jembatan penghubung antara lansia dengan pihak lembaga
dalam hal ini pendamping dan penanggung jawab lansia. Karena tidak
sedikit lansia yang lebih memilih bercerita tentang segala kondisi yang
dialami lebih kepada pembimbing agama. Oleh karena itu pembimbing
agama menyampaikan kepada pihak lembaga yang kemudian menggali
dan mempertimbangkan permasalah yang dihadapi, jika sakit atau
butuh bantuan lebih lanjut maka dilakukan mediasi untuk ke perawat
atau klinik yang telah disediakan lembaga.
B. Analisis Kecemasan Lansia Setelah Bimbingan Agama di PSTW
Budhi Mulia 3
Secara umum, implementasi kegiatan bimbingan agama islam di
PSTW Budhi Mulia 3 dilakukan dengan baik meskipun terjadi beberapa
perubahan karena pandemi namun tetap di terima oleh lansia dengan
pembiasaan-pembiasaan baru. Antusiasme dalam mengikuti kegiatan
bimbingan agama sekitar 40 sampai 80 orang dari jumlah keseluruhan
lansia tergantung dari kegiatannya, siapa yang mengisi kegiatan, serta
kondisi lansia sendiri.
Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa sebelum lansia
mengikuti bimbingan agama masih merasakan perasaan sedih serta takut
karena minimnya pengetahuan yang dimiliki tentang agama terlebih
tentang kematian, juga menyadari akan sedikitnya amal dan banyak dosa-
dosa yang dimiliki. Tetapi setelah diberi bimbingan lansia pun menjadi
lebih tenang sehingga kecemasan-kecemasan yang dirasakan dapat hilang
diganti dengana giat beribadah guna mempersiapkan bekalnya nanti.
64

Adapun manfaat dari adanya bimbingan agama yang diberikan


oleh pembimbing sangat dirasakan baik dari pembimbing agama maupun
para lansia khususnya dalam hal ibadah. Hal tersebut diutarakan oleh
nenek Mulyati beliau senang mengikuti pengajian. Bercerita bahwa dulu
sebelum di panti tidak pernah sholat, sekarang sudah tau sholat itu wajib.
Mengetahui dari pak ustad berdosa jika menginggalkan sholat 5 waktu.
Kalau untuk mengaji nenek Mulyati bisa tapi sedikit-sedikit belum
lancar.110 Sedangkan kakek Subahri mengatakan sering diingatkan
pengajian, yasinan oleh pak ustad untuk tabungan nanti jika sudah
meninggal. Kakek Subahri sendiri bersyukur masih sering ikut pengajian,
juga hadroh. Mengungkapkan jika sudah tidak mempunyai siapa-siapa
oleh karenanya dinikmati supaya tidak stress.111
Bapak Kurniawan selaku peksos dan pembimbing agama
menyampaikan bagaimana manfaat dari bimbingan agama terhadap
perasaan, kebiasaan dan pengetahuan lansia menjadi lebih baik. Banyak
sekali perubahan yang dirasakan. Mulai dari kebiasaan, sikap, serta
pengetahuan agama maupun umum. Perasaan takut itu pasti ada pada
lansia namun perlahan lebih tenang, ikhlas terkadang sampai pasrah, lalu
yang sebelumnya lansia tidak tau agama sekarang sudah sedikit tau.
Kebiasaan-kebiasaan baik yang sebelumnya mereka tidak pernah
dilakukan dalam hal ibadah juga sudah dilakukan.
Selain itu, ustad Syamsudin menyampaikan bagaimana pentingnya
agama. Meskipun pada prosesnya tidak sebentar khusunya bagi lansia
yang mengalami gangguan kejiwaan serta tidak memiliki basic agama,
perubahan itu ada dengan pemberian bimbingan, arahan menggunakan
beberapa pendekatan dan strategi yang tepat. Selama bertemu dengan
berbagai macam kondisi lansia terkadang sering dari mereka memiliki
niatan untuk bunuh diri karena ingatan masa lalu, menyesali apa yang

110
Wawancara dengan Nenek Mulyati. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
111
Wawancara dengan Kakek Subahri. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
65

telah terjadi. Kemudian dibimbing dan diarahkan perlahan-lahan mulai


membaik sampai mengucapkan terimakasih kepadanya.112
Tabel 5.1
Kecemasan Lansia
Sebelum dan Sesudah Bimbingan Agama

No. Nama Sebelum Sesudah Keterangan


-Memiliki hubungan
-Kesepian yang baik dengan
1. Nenek -Takut menghadapi sesama lansia Teknik SEFT,
Anita kematian: pesimis, -Termotivasi untuk menggunakan metode
belum memiliki bekal mempersiapkan diri ceramah, mengikuti
-Khawatir dengan yang dengan beribadah banyak kegiatan di
akan terjadi -Pasrah panti
-Lebih tenang
-Minim pengetahuan -Bertambahnya Teknik SEFT,
agama pengetahuan tentang menggunakan metode
2. Nenek -Khawatir akan agama ceramah dan indiviidu,
Mulyati kekurangan -Percaya dan menerima menggunakan strategi
penghidupan keadaan preventif
-Banyak bersyukur
3. Nenek -Kesepian/sendiri -Lebih produktif Teknik SEFT, strategi
Ani -Merasa tidak -Mengikhlaskan preventif dengan
diinginkan -Menerima dan pasrah mengikuti berbagai
pada kondisi sekarang kegiatan
-Trauma -Lebih tenang Menggunakan
4. Nenek -Cemas, depresi -Lebih dekat dengan pendekatan individual,
Yulianti -Takut dan khawatir Allah menggunakan strategi
berlebihan -Mendalami ilmu kuratif
agama
5. Kakek -Takut menghadapi -Lebih taat beribadah Teknik SEFT,
Sulaeman kematian: Dosa -Senang dan lebih menggunakan metode
-Kondisi fisik melemah optimis ceramah
Menggunakan strategi
-Merasa kehilangan, -Pasrah dan menerima kuratif, menggunakan
6. Kakek sedih berkepanjangan kondisi sekarang pendekatan individual,
Subahri -Khawatir dengan -Lebih produktif mengikuti banyak
kelanjutan hidup -Mengikhlaskan kegiatan
sendiri

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Bimbingan Agama di


PSTW Budhi Mulia 3 Jakarta Selatan
Pada proses kegiatan bimbingan agama di PSTW Budhi Mulia 3
Jakarta terdapat beberapa faktor pendukung yang mana berhasil
memberikan perubahan serta faktor penghambat karena tentu tidak setiap
kegiatan selalu berjalan baik dan lancar.

112
Wawancara dengan Ustad. Syamsudin Nur. Pembimbing Agama Islam. 27 November
2020.
66

1. Faktor Pendukung
Adapun faktor pendukung sehingga pelaksanaan program
bimbingan agama berjalan lancar dan cukup berhasil membawa
perubahan bagi lansia yakni tidak lepas dari beberapa hal berikut:
a. Sumber daya yang mumpuni dalam hal ini pembimbing agama
yang kompeten. Memiliki keahlian dan menguasai materi yang
disampaikan kepada lansia.
b. Dukungan fasilitas yang memadai dari lembaga seperti tempat,
sound system, proyektor, laptop, meja belajar, al Quran, kitab-
kitab, dll.
c. Sambutan atau penerimaan yang baik dari pihak lembaga maupun
lansia terhadap kegiatan bimbingan agama
2. Faktor Penghambat
Adapun faktor penghambat dalam pelaksanaan bimbingan
agama ini sangat beragam, diantaranya:
a. Karena kondisi pandemi, kegiatan dilakukan secara terbatas
dengan protokol kesehatan ketat sehingga perlunya pembiasaan
baru. Misalnya belum terbiasanya lansia menggunakan masker
selama berkegiatan karena merasa kesulitan untuk bernapas.
b. Perubahan jadwal serta proses kegiatan bimbingan agama yang
tidak menentu selama pandemi.
c. Tidak semua lansia mengikuti kegiatan. Karena belum semua
lansia menyadari pentingnya bimbingan agama serta kondisi fisik
yang terbatas.
d. Perbedaan latar belakang lansia dari segi pendidikan dan
pengalaman menjadi penghambat pada penyampaian materi.
e. Kurangnya apresiasi kepada para pembimbing agama dari
pemerintahan daerah.
f. Tidak adanya pemisahan berdasarkan kebutuhan ataupun kondisi
lansia sehingga semua tercampur menjadi satu.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai “Peran Pembimbing Agama Dalam
Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di PSTW Budhi Mulia 3 Jakarta
Selatan” maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia tidak terlepas dari peran
penting pembimbing agama di dalamnya, yaitu:
a. Sebagai Pembimbing Spiritual, diartikan sebagai seseorang
yang membimbing atau memberikan bantuan pertolongan
kepada individu atau kelompok agar memiliki kemampuan
dalam mengembangkan diri sesuai fitrah, berakhlak mulia,
serta dapat mengatasi masalah melalui keyakinan, pemahaman
dan praktik ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
b. Sebagai Fasilitator, dengan memberikan fasilitas serta
kemudahan demi kelancaran dan kesuksesan proses bimbingan
agama. Misalnya dengan menciptakan suasana yang
menyenangkan. Selain itu menyediakan alat atau media lain
yang dapat membantu mempermudah penyampaian materi.
c. Sebagai Motivator, pembimbing agama harus mampu
mendorong lansia untuk melakukan ibadah, aktif mengikuti
kegiatan bimbingan agama. Mampu membangkitkan semangat
dalam menjalani kehidupan, belajar menuntut ilmu agama.
Dengan memberikan motivasi dan dukungan ke lansia,
memberi semangat dengan nilai-nilai agama.
d. Sebagai Pengarah, pembimbing agama menjadi seorang
penasehat dan pemberi masukan yang baik bagi para lansia.
Mengarahkan dan membimbing lansia agar dapat memahami
serta mempraktekkan apa yang telah di ajarkan. Menggali dan

67
68

menumbuhkan kreativitas yang dimiliki oleh lansia, lalu


potensi tersebut dapat diarahkan dan dikembangkan
e. Sebagai Perantara, yakni menjadi jembatan penghubung antara
lansia dengan pihak lembaga dalam hal ini pendamping dan
penanggung jawab lansia.
2. Adapun gambaran kecemasan lansia setelah mengikuti bimbingan
agama yaitu banyak perubahan yang dirasakan mulai dari kebiasaan,
sikap, serta pengetahuan agama maupun umum menjadi lebih baik.
Adanya perubahan dengan pemberian bimbingan, arahan
menggunakan beberapa pendekatan dan strategi yang tepat.
3. Adapun faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
program bimbingan agama di PSTW Budhi Mulia 3 sebagai berikut:
a. Faktor Pendukung
1) Sumber daya yang mumpuni dalam hal ini pembimbing
agama yang kompeten. Memiliki keahlian dan menguasai
materi yang disampaikan kepada lansia.
2) Dukungan fasilitas yang memadai dari lembaga seperti
tempat, sound system, proyektor, laptop, meja belajar, al
Quran, kitab-kitab, dll.
3) Sambutan atau penerimaan yang baik dari pihak lembaga
maupun lansia terhadap kegiatan bimbingan agama
b. Faktor penghambat
1) Karena kondisi pandemi, kegiatan dilakukan secara terbatas
dengan protokol kesehatan ketat sehingga perlunya
pembiasaan baru. Misalnya belum terbiasanya lansia
menggunakan masker selama berkegiatan karena merasa
kesulitan untuk bernapas.
2) Perubahan jadwal serta proses kegiatan bimbingan agama
yang tidak menentu selama pandemi.
69

3) Tidak semua lansia mengikuti kegiatan. Karena belum


semua lansia menyadari akan pentingnya bimbingan agama
serta kondisi fisik yang terbatas.
4) Perbedaan latar belakang lansia dari segi pendidikan dan
pengalaman menjadi penghambat pada penyampaian materi.
5) Kurangnya apresiasi kepada para pembimbing agama dari
pemerintahan daerah.
6) Tidak adanya pemisahan berdasarkan kebutuhan ataupun
kondisi lansia sehingga semua tercampur menjadi satu.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti
memberikan saran perbaikan sebagai berikut:
1. Bagi pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3
Di tengah kondisi pandemi saat ini diharapkan kegiatan
bimbingan agama islam tetap terlaksana dengan baik walaupun
dengan berbagai aturan dan pembatasan. Tetap meningkatkan serta
memaksimalkan pelaksanaan program bimbingan agama yang
sudah dirancang dan terlaksana sehingga lansia dapat benar-benar
merasakan manfaat dari program tersebut. Selain itu karena
memiliki peranan yang sangat penting khususnya bagi kesehatan
lansia baik secara fisik, mental khususnya spiritual maka
pemberian apresiasi yang lebih sangat diharapkan bagi para
pembimbing agama.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti lain yang tertarik dengan topik pembahasan
ini diharapkan memperdalam observasi serta kajian tentang
peranan pembimbing agama terhadap kecemasan lansia.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU:
Alwisol. 2014. Edisi Revisi Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Arifin, Isep Zainal. 2009. Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan
Dakwah Bimbingan Psikoterapi Islam. Jakarta: Rajawali Press.
Arifin, M. 1994. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama.
Jakarta: PT. golden Terayo Press.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pengantar. Jakarta:
Bima Aksara.
Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Cet. 1. Bogor: Ghalia Indonesia.
Bisri, Cik Hasan. 2001. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan
Penulisan Skripsi. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Daradjat, Zakiah. 1996. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental. Jakarta:
PT. Toko Gunung Agung.
Daradjat, Zakiah. 2007. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.
De Clerg, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan, 1994. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Cet. 1. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet.2. Jakarta: Balai
Pustaka.
Faqih, Aunur Rahman. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Cet. 2.
Yogyakarta: UII Press.
Gail W. Stuart. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa: Ramona P.
Kapoh dan Egi komara Yudha. Jakarta: EGC.
Ghufron, M Nur., Rini Risnawita S. 2014. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan
Proposal Dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.

70
71

Hawari, Dadang. 2006. Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta:


Balai Penerbit FKUI.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Hidayat, Komaruddin. 2010. Psikologi Kematian: Mengubah Kematian
Menjadi Optimisme. Cet. 15. Jakarta: Hikmah.
Hutapea, R. 2005. Sehat Dan Ceria Di Usia Senja. Jakarta: PT. Rhineka
Cipta.
Jalaludin, 2007. Psikologi Agama. Cet. Ke-10. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Jeffrey S. Nevid, dkk. 2005. Psikologi Abnormal. Edisi ke 5. Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
Kholifah. S.N. 2016. Keperawatan Gorontik. Jakarta: Kemenkes RI.
Latif, Abdul. 1996. Psikologi Pendidikan. Cirebon: Badan Penerbit Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati.
Lutfi, M. 2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam.
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Munir, Syamsul. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah.
Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. 2007. Sosiologi: Teks Pengantar dan
Terapan. Cet. Ke-3. Jakarta: Kencana.
Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Cet.5.
Jakarta: UI Press.
Partanto, Pios A. 1996. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola
Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam
Mulia.
Steven Schwartz, S. 2000. Abnormal Psychology: a Discovery Approach.
California: Mayfield Publishing Company.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono. 2004. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
72

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.


Bandung: CV. Alfabeta.
Sukmadinata. Nana Syaohid. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Syamsir, Torang. 2014. Organisasi & Manajemen (Perilaku, Struktur,
Budaya & Perubahan Organisasi). Bandung: Alfabeta.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah (berbasis
integrasi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Wahyudi, Nugroho. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatric. Edisi 3.
Jakarta: EGC.
W.A. Gerungan. 1998. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Eresso.
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi&Karier). CV. Andi
Offset.
Winkel, W.S dan M.M. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan konseling di
Institusi Pendidikan. Cet. Ke-3. Yogyakarta: Media Abadi.
Yuliani Rochmah, Elfi. 2005. Psikologi Perkembangan. Cet. 5. Yogyakarta:
STAIN Ponorogo Press.
Yusuf, Syamsu. 2009. Mental Hygine: Terapi Psikospiritual Untuk Hidup
Sehat Berkualitas. Bandung: Maestro.

JURNAL :
Dona Fitri Annisa., Ifdil., Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia
(Lansia), Jurnal Konselor, Volume 5 No. 2 Juni 2016 ISSN : 1412-
9760, Universitas Negeri Padang.
Mega Herdina, Konsep Komaruddin Hidayat Tentang Terapi Ketakutan
Terhadap Kematian, Studia Insania, Volume 1 No. 2 Oktober 2013
ISSN 2088-6306, IAIN Antasari Banjarmasin.
Rizka Lellyani Maramis, Kebermaknaan Hidup dan Kecemasan Dalam
Menghadapi Kematian Pada Lansia Di Panti Werdha Samarinda,
eJournal Psikologi, Volume 4 No. 3 2016, ISSN : 2477-2674,
Univrsitas Mulawarman.
73

SKRIPSI:

Elisa, Skripsi: 2016. “Metode Bimbingan Rohani Terhadap Warga Binaan


Sosial di Panti Sosial Tresna Werdha 4”. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Hidayatullah, Syarif, Skripsi: 2014. “Strategi Bimbingan Agama Dalam
Menghilangkan Kecemasan Akan Kematian Pada Lansia Di
Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar”. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Kohari Permasadi, Hari, Skripsi: 2011. “Peran Pembimbing Agama Dalam
Meningkatkan Ibadah Sholat Pada Lansia Di Balai Perlindungan
Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten”. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Isnaeni, Harid, Skripsi: 2009. “Terapi Mengatasi Ketakutan Dalam
Menghadapi Kematian Menurut Ibnu Maskawaih”. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

WEBSITE:
https://peraturan.bpk.go.id
https://www.bphn.go.id
https://tirto.id/hidup-sebatang-kara-di-panti-jompo-cCrk.

WAWANCARA:
Wawancara dengan Ibu Ellisabeth, Satuan Pelaksanaan Bimbingan Sosial,
Tangerang Selatan. 19 November 2020.
Wawancara dengan Bapak Kurniawan. Pekerja Sosial dan Pembimbing
Agama Islam. Tangerang Selatan. 20 November 2020-4 Januari
2021.
Wawancara dengan Bapak Sugeng Musafak. Pekerja Sosial dan Pembimbing
Agama Islam. Jakarta Selatan. 20 November 2020-8 Desember
2020.
74

Wawancara dengan Ustad. Syamsudin Nur. Pembimbing Agama Islam.


Jakarta Selatan. 27 November, 2020.
Wawancara dengan Ustad. Yudiono. Pembimbing Agama Islam. Jakarta
Selatan. 27 November, 2020.
Wawancara dengan Ibu Ghola. Pembimbing Agama Islam. Jakarta Selatan. 27
November, 2020.
Wawancara dengan Kakek Sulaiman. Lansia PSTW Budi Mulia 3. Jakarta. 23
November 2020.
Wawancara dengan Kakek Subahri. Lansia PSTW Budi Mulia 3. Jakarta. 23
November 2020.
Wawancara dengan Nenek Anita. Lansia PSTW Budi Mulia 3. Jakarta. 23
November 2020.
Wawancara dengan Nenek Yulianti. Lansia PSTW Budi Mulia 3. Jakarta. 23
November 2020.
Wawancara dengan Nenek Mulyati. Lansia PSTW Budi Mulia 3. Jakarta. 23
November 2020.
HASIL WAWANCARA

Nama Narasumber : Ibu Elisabeth


Usia : 48 tahun
Jabatan : Satuan Pelaksana Bimbingan Sosial
Hari/Tanggal :

1. Bagaimana sejarah berdirinya PSTW Budhi Mulia 3?


Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 berdiri sejak tahun 1965
dengan nama PSTW Budi Mulia Jakarta Timur yang berlokasi di
kelurahan Ceger. Karena pembangunan TMII maka dipindahkan ke
kelurahan Dukuh Kecamatan Kramat Jati dengan luas lahan 23000 M2,
karena lokasi kelurahan Dukuh ini terletak pada dataran rendah dan sering
dilanda banjir luapan kali Krukut atau banjir kiriman dari Bogor, maka
pada tahun 2002 PSTW Budi Mulia dipindahkan ke Jl. Margaguna Radio
Dalam Jakarta Selatan dengan nama PSTW Budi Mulia 3.
Panti Sosial Tresna Wedha (PSTW) Budi Mulia 3 merupakan Unit
Pelaksana Teknis Bidang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Dinas Sosial
Provinsi DKI Jakarta. Sebagai Lembaga pelayanan masyarakat, PSTW
Budi Mulia 3 adalah Lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat, khususnya lanjut usia yang tidak mampu atau kurang
beruntung dengan sumber dana APBD Provinsi DKI Jakarta.
2. Apa visi dan misi PSTW Budhi Mulia 3?
Adapun Visi dan Misi PSTW Budhi Mulia 3 yaitu :
a. Visi
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial khususnya Lanjut Usia
Terlantar di DKI Jakarta Terentas dalam kehidupan yang layak dan
berguna.
b. Misi
e. Mencegah, mengurangi tumbuh kembang dan meluasnya masalah
kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar.

75
76

f. Mengentaskan penyandang masalah kesejahteraan sosial usia lanjut


terlantar dalam kehidupan yang layak.
g. Pembinaan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam
melaksanakan usaha kesejahteraan sosial.
h. Meningkatkan kualitas pelayanan lanjut usia terlantar yang
meliputi kesehatan fisik, mental dan agama.
3. Apa saja progam-program yang terdapat di lembaga?
Banyak program serta kegiatan yang ada di sini. Untuk harian itu
sudah terdapat jadwalnya. Ada bimbingan agama islam, agama kristen,
kesenian, keterampilan, hiburan-hiburan, jalan sehat, senam, bimbingan
psikologi dan pemeriksaan kesehatan. Kemudian ada juga kegiatan-
kegiatan yang dilakukan secara kondisional atau agenda tertentu. Semua
kegiatan yang ada tentu dapat diikuti oleh seluruh lansia yang ada di
PSTW Budhi Mulia 3 ini.
4. Bagaimana pencapaian yang telah diperoleh dari program yang telah
dilaksanakan?
Sesuai dengan tujuan PSTW Budhi Mulia 3 yakni terpenuhinya
kebutuhan hidup bagi lansia secara jasmani, rohani dan sosial sehingga
dapat menikmati hari tuanya dengan tentram secara lahir dan batin. Maka
untuk mengukur pencapaian dari program yang telah dibuat, menurut saya
berhasil. Tetap ada beberapa kekurangan atau pencapaian yang belum
tercapai ya kita jadikan sebagai bahan evaluasi kemudian.
5. Berapa jumlah lansia yang ada di PSTW Budhi Mulia 3?
PSTW Budi Mulia 3 Jakarta Selatan saat ini memiliki 344 lansia
dengan pengelompokkan menjadi 20 wisma yaitu lansia mandiri, setengah
renta, renta, dan observasi. Setiap wisma memiliki satu orang penanggung
jawab serta satu sampai dua orang pendamping.
6. Seperti apa kegiatan bimbingan agama yang ada disini?
Disini kegiatan bimbingan agama itu ada 2 yaitu bimbingan agama
islam dan kristen. Untuk lebih jelas silahkan tanya kepada yang
bertanggung jawab di bagian program tersebut.
77

7. Apa tujuan dilaksanakannya kegiatan bimbingan agama?


Kita tau hidup yang baik itu yang seimbang. Kakek nenek di sini
juga kan ada yang kristen, islam juga. Oleh karena itu selain kebutuhan
jasmani seperti makan, minum, tempat tinggal, dan lainnya. Juga
kebutuhan bersosial berinteraksi, berteman satu dengan yang lain maka
kebutuhan secara rohani juga harus terpenuhi dibuatlah program
bimbingan agama.
8. Bagaimana dengan program-program di tengah kondisi pandemi saat ini?
Saat ini sikap waspada kita ambil. Sesuai arahan pimpinan untuk
akses kaluar masuk panti ditutup mencegah penyebaran virus. Beberapa
kegiatan juga dihentikan sementara waktu. Dengan kondisi sekarang ya
tidak banyak kegiatan yang dilakukan. Jika ada kita perketat penjagaan,
sesuai protokol kesehatan.
Misalnya yang mengisi kegiatan bimbingan agama diganti dari
panti, kalau dari luar itu online sekarang. Lalu kegiatan bimbingan sosial
yang individu atau kelompok tidak ada.
9. Harapan bagi lansia ?
Tentu dengan kegiatan-kegiatan yang kita lakukan diharapkan
dapat menciptakan kesejahteraan bagi lansia.
HASIL WAWANCARA

Nama Narasumber : Bapak Kuniawan


Usia : 41 tahun
Jabatan : Pekerja Sosial – Pembimbing Agama
Hari/Tanggal :

1. Ada berapa pembimbing agama islam yang ada di PSTW Budhi Mulia 3?
Jawab : Pembimbing agama islam di sini itu ada 2 dari panti sama dari
luar. Kalau dari panti saya dengan pak Sugeng, dari luar panti itu Ustad
Yudi, Ustad Syamsuddin dan Ibu Ghola. Sebenarnya saya dan Pak Sugeng
itu menjabat sebgai pekerja sosial (peksos) tapi merangkap sebagai
pembimbing agama karna selama PSBB belum pernah ke panti hanya
secara online maka saya dengan Pak Sugeng yang tanggung jawab
mengganti.
2. Apa saja kegiatan bimbingan agama islam yang terdapat di lembaga?
Jawab : Ada banyak, untuk jadwal harian itu sudah ada ditempel. Di
bimbingan agama islamnya itu ada pengajian, diskusi, baca tulis al-qur’an,
sharing motivasi, hadroh, yasinan, dan kegiatan keislaman lainnya.
3. Kapan dan berapa lama kegiatan bimbingan agama islam dilaksanakan?
Jawab : Kegiatan bimbingan itu 3 kali seminggu yaitu hari Senin, Rabu,
Jum’at ditambah hari Kamis malam Jum’at. Durasinya 1-2 jam maksimal.
Tapi karena keadaan Covid-19 ada beberapa perubahan. Kegiatan
bimbingan agama yang diisi dari luar berhenti dari bulan April diganti
secara online 1 kali perbulan sisanya diisi dari pihak panti.
4. Metode apa yang digunakan dalam melakukan bimbingan agama?
Jawab : Setiap pembimbing agama pasti punya metodenya masing-masing.
Kalau yang sering saya gunakan ceramah.
5. Bagaimana proses pelaksanaannya?
Jawab : Biasanya kakek nenek dikumpulkan di masjid. Saya awali dzikir,
do’a-do’a, baca surat-surat pendek dilajutkan ceramah, diakhiri tanya

78
79

jawab. Dzikirnya: baca istighfar, tasbih, tahmid, tahlil, syahadat, sholawat,


lalu ikrar:

Do’a-do’a seperti doa’a belajar, kesehatan, rajin belajar.


Dilanjutkan dengan baca surat al-baqarah ayat 1-5, ayat kursi, al-ikhlas, al-
falaq, an-nas. Saya gunakan teknik SEFT (Spiritual, Emosional, Freedom
Technic) yaitu dengan meletakan jari (totok) diatas kepala dengan
mengucapkan kalimat-kalimat positif misalnya “saya ridho, saya
menerima dengan ikhlas, saya yakin, jika sakit saya ridho, sembuhkanlah,
pulihkanlah...” lalu ditiup, diusapkan ke kepala hingga seluruh tubuh.
Tujuannya menumbuhkan rasa optimis pada lansia. Terkadang saya selingi
dengan games dan pemutaran film. Ada hapalan juga, tes satu per satu
tergantung materinya. Misalnya tentang wudhu diterangkan dulu
materinya lalu praktik, hapalan surat al-fatihah, do’a-do’a yang nantinya
bisa diterapkan buat sehari-hari.
6. Apa saja materi yang diberikan dalam kegiatan bimbingan agama?
Jawab : Materi keagamaan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
7. Apa saja media yang digunakan?
Jawab : Yang harus ada itu microphone, sound system, meja belajar. Tapi
menyesuaikan dengan materi dan jenis kegiatannya juga. Misalnya baca
tulis al-qur’an maka kita siapkan al-qur’an atau iqra, lalu kegiatan hadroh
kita juga siapkan alat-alatnya.
8. Masalah apa yang sering dihadapi oleh lansia?
Jawab : Macam-macam keadaanya. Yang sakit secara fisik banyak
umumnya darah tinggi, asam urat, kolesterol, dll. Kalau secara psikis itu
kecemasan, depresi, juga ODGJ ada.
9. Apa pendapat bapak tentang kecemasan pada lansia?
80

Jawab : Rasa cemas itu pasti ada. Misalnya kakek nenek itu suka gelisah,
cemas. Sekarang karena lagi pandemi yang dialami kakek nenek gelisah
soalnya engga ada sumbangan, pemasukan. Lalu beberapa yang ngerasa
kesepian kan sekarang panti lagi ditutup biasanya banyak orang
kunjungan. Terus ada yang mau pulang ke rumah saya kasih nasihat disini
aja enak ada pengajian, ada yang urus, banyak kegiatan.
10. Seberapa penting peran agama bagi kecemasan yang dialami oleh lansia?
Jawab : Sangat penting. Pada dasarnya kita manusia hidup tidak hanya di
dunia ada kehidupan selanjutnya, dengan agama kita bisa menjalani
kehidupan dengan mudah, tenang, dan menjadi penolong kelak. Di awal
kegiatan kita selalu ingatkan, kasih tau kalau lansia ini udah usia untuk
persiapan bekal di akhirat. Jadi kita tekankan harus nabung amal,
mendekatkan diri dengan ibadah, ingat kepada Allah SWT.
11. Bagaimana penanganan dari pembimbing agama terhadap lansia yang
mengalami kecemasan?
Jawab : Kebetulan karena saya peksos sekaligus pembimbing agama
dengan pak Sugeng setiap hari ketemu kakek nenek, makanya tau banyak
lah keadaan, kesehariannya gimana. Sebelum bimbingan agama islam suka
saya tanya dulu ada yang mau curhat atau cerita tidak, jika ada saya kasih
waktu setelah kegiatan selesai. Bisa juga jemput bola, kita dari
pembimbing agama dan pendamping yang datang langsung ke wisma
tanya kondisinya gimana. Biasanya itu diperuntukkan bagi lansia yang
tidak datang ke masjid, renta dan observasi.
12. Apakah ada kerjasama yang dilakukan pembimbing agama dengan pihak
lain dalam pelaksanaan kegiatan terkait kecemasan pada lansia? Jika ada
bagaimana bentuk koordinasinya?
Jawab : Di setiap kegiatan ada yang mendampingi itu PJLP (honorer), lalu
tiap wisma ada penanggung jawab dan pendamping juga, kemudian ada
perawat klinik, dokter. Saling lapor aja koordinasi bagaimana keadaan
kakek nenek.
81

13. Apa saja fakor pendukung dan penghambat dalam kegiatan bimbingan
agama?
Jawab : Antusias kakek nenek mungkin yaa.. karena kalau lagi semangat
yang hadir itu banyak bisa full di masjid. Tapi disisi lain mereka juga suka
pilih-pilih kalau ada makanan atau sumbangan dulu baru hadir.
14. Harapan bapak untuk kegiatan bimbingan agama?
Jawab : Melihat kondisi sekarang semoga pandemi cepet selesai, kembali
normal lagi kadang kan kasian kakek neneknya. Di bilang sulit pasti
sangat sulit untuk kita semua. Saat ini kita dari pihak lembaga
mengupayakan secara maksimal tetap memenuhi segala kebutuhan lansia
disini. Semoga kegiatan-kegiatan lain selain bimbingan agama yang
tertunda juga bisa berlanjut kembali.
HASIL WAWANCARA

Nama Narasumber : Bapak Sugeng Musafak


Usia : 44 tahun
Jabatan : Pekerja Sosial – Pembimbing Agama
Hari/Tanggal :

1. Apa tujuan dilaksanakannya kegiatan bimbingan agama islam?


Jawab : untuk memenuhi kebutuan lansia secara rohani. Karena kan harus
seimbang yaa... tidak hanya kebutuhan lahiriyah, batin juga diperlukan.
2. Metode apa yang digunakan dalam melakukan bimbingan agama?
Jawab : Umumnya kan ceramah. Tapi saya bertanggung jawab di
bimbingan mental spiritual bidang keterampilan.
3. Bagaimana proses pelaksanaannya?
Jawab : Kakek nenek dikumpulkan di masjid atau aula. Karena kegiatan
keterampilan yang saya pegang maka biasanya itu hadroh. Sebelum
kegiatan pagi kita dzikir dulu lalu lanjut saya ajari kakek nenek pegang
alatnya, cara pukulnya. Di bagi perkelompok atau sukarela siapa yang mau
lah, yang lainnya ikut sholawatan.
4. Apa saja materi yang diberikan dalam kegiatan bimbingan agama?
Jawab : Kalau saya tidak ada patokan materinya apa, yang penting mereka
senang, sholawatan bareng-bareng. Kalau bosan atau ada sisa waktu saya
kasih ceramah, motivasi, tanya jawab bebas yang berkaitan dengan
keadaan sehari-hari. Sesekali kita juga isi dengan pemutaran film seperti
kisah nabi diharapkan para lansia dapat mencontoh dan mengambil
pelajaran dari film tersebut.
5. Apa saja media yang digunakan?
Jawab : Alat-alat hadroh, mic, sound system.
6. Apa pendapat bapak tentang kecemasan pada lansia?
Jawab : Bagi saya rasa cemas itu pasti ada di setiap lansia. Contohnya
sering ada yang meninggal di panti, saya rasa kakek nenek juga paham

82
83

entah kapan wallahu ‘alam mereka juga akan sama seperti itu. Itu yang
kadang mereka takutkan, cemas.
7. Seberapa penting peran agama bagi kecemasan yang dialami oleh lansia?
Jawab : Penting. Agama sebagai pegangan hidup kita, dapat memberi
ketenangan. Seperti yang sebelumnya ketika takut melihat teman sesama
lansia meninggal maka mau tidak mau harus menyiapkan diri dengan
menyiapkan bekal untuk di akhirat kelak. Selain itu kita sebagai ustadz,
pembimbing memberikan motivasi, mengajak kepada hal positif.
8. Apakah ada kerjasama yang dilakukan pembimbing agama dengan pihak
lain dalam pelaksanaan kegiatan terkait kecemasan pada lansia? Jika ada
bagaimana bentuk koordinasinya?
Jawab : Tentu ada. Ketika lansia disini memiliki permasalahan yang mana
kita sebagai pembimbing tidak mampu maka dari pihak lembaga
bekerjasama dengan tenaga ahli seperti psikolog, perawat, dan dokter.
9. Apa saja fakor pendukung dan penghambat dalam kegiatan bimbingan
agama?
Jawab : Faktor pendukungnya fasilitas disini menurut saya sudah lengkap
dari alat-alat, tempat memadai. Untuk faktor penghambatnya mungkin di
kehadiran lansia yang belum maksimal di setiap kegiatan.
10. Apa harapan bapak dari kegiatan bimbingan agama ini?
Jawab : Kedepannya setiap kegiatan bisa berjalan secara maksimal, untuk
lansia semoga dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan rasa
semangat.
HASIL WAWANCARA

Nama Narasumber : Ustad Syamsuddin Nur


Usia : 40 tahun
Jabatan : Pembimbing Agama Islam
Hari/Tanggal :

1. Sudah berapa lama bapak menjadi pembimbing agama di PSTW Budhi


Mulia 3?
Jawab : Menjadi pembimbing agama disini kurang lebih sudah 7 tahun.
2. Kapan dan berapa lama kegiatan bimbingan agama islam dilaksanakan?
Jawab : Dulu saya ngisi 1 kali seminggu itu setiap hari rabu. Tapi karena
lagi Covid-19 jadinya 1 bulan sekali, untuk waktunya dari lembaga sih
dikasih waku 1 jam, tapi bisa 1-2 jam lihat kondisi.
3. Metode apa yang digunakan dalam melakukan bimbingan agama?
Jawab : Yang saya gunakan itu ceramah, di masjid.
4. Materi apa yang diberikan?
Jawab : Macam-macam, biasanya tentang akhirat, amalan-amalan, ibadah
sholat, doa sehari-hari yang mudah saja. Kalau sholat itu bacaannya terus
praktik gerakan yang betul bagaimana.
5. Masalah apa yang sering dihadapi oleh lansia?
Jawab : Masalah sepele yang biasa terjadi di keseharian gitu.
6. Apa pendapat bapak tentang kecemasan pada lansia?
Jawab : ada kecemasan pada diri mereka, yang saya lihat itu mereka takut
karna tidak di jenguk atau kangen pengen ketemu keluarga. Ada juga
mereka cemas mikirin mati. Contohnya : apakah ibadah saya diterima?
Apakah sholat saya sudah benar? Tidak bisa baca al-qur’an, banyak
pertanyaan-pertanyaan seperti itu dari mereka.
7. Apakah ada penanganan khusus terhadap lansia yang mengalami
kecemasan? Jika ada bagaimana?
Jawab : Iya ada pendekatan khusus. Kadang kan ada kakek atau nenek
yang mau curhat lah ke saya atau mau tanya tapi suka malu kalau di depan

84
85

orang gitu. Biasanya saya kasih waktu lebih buat mereka setelah kegiatan.
Karena ada salah satu dari nenek cerita sambil nangis-nangis karena
ditinggal keluarganya karena bencana, akhirnya ngerasa cemas yang
berlebihan sehingga saya bimbing supaya lebih tenang, ikhlas.
8. Bagaimana cara bapak mengemas kegiatan agar lansia antusias?
Jawab : Sejauh ini kalau saya yang isi kegiatan itu antusiasme dari kakek
nenek tinggi. Mungkin karena mereka merasa apa yang saya sampaikan itu
kena di hati mereka artinya tersentuh gitu... Kadang-kadang saya kemas
materi dari cerita kejadian yang terjadi hari itu juga, atau sesekali strategi
dengan pancingan bawa makanan atau kasih uang biar tambah antusias, ya
sama kayak kita lah ada malesnya kalau ke pengajian.
9. Seberapa penting peran agama bagi lansia?
Jawab : Sangat penting. Orang yang tidak memiliki basic agama akan
sulit.
10. Bagaimana perkembangan lansia sebelum dan sesudah bimbingan agama?
Jawab : Yang paling terlihat itu dari ibadah yaa.. Seperti sudah hafal surat
pendek atau do’a, kemana-mana dzikir bawa tasbih, dll. Pola pikir juga
lebih positif.
11. Apa saja fakor pendukung dan penghambat dalam kegiatan bimbingan
agama?
Jawab : Saya rasa segala kebutuhan terkait kegiatan itu cukup baik. Kalau
penghambatnya paling merasa kesulitan karena semua lansia dicampur
jadi satu, sedangkan tiap individu kan kemampuannya berbeda, artinya
biar lebih kondusif lagi. Lalu menurut saya para pembimbing agama
supaya lebih di perhatikan lagi.
12. Harapan bapak untuk kegiatan bimbingan agama?
Jawab : Menurut saya lansia ini butuh pendekatan yang lebih, karena
secara dikasih ceramah saja tidak bisa menyampaikan dengan baik
sepenuhnya jadi harus ada komunikasi yang lebih intens.. lalu kedepannya
lebih ditekankan lagi ke sholatnya, amalan baik ke sesama.
HASIL WAWANCARA

Nama Narasumber : Ustad Yudiono


Usia : 49 tahun
Jabatan : Pembimbing Agama
Hari/Tanggal :

1. Sudah berapa lama bapak menjadi pembimbing agama di PSTW Budhi


Mulia 3?
Jawab : Sudah dari 2007 saya ngajar ngaji disini, alhamdulillah sampai
sekarang.
2. Kapan dan berapa lama kegiatan dilaksanakan?
Jawab : 1 minggu 1 kali karena pandemi jadi 1 bulan 1 kali. Waktunya
kondisional tergantung audience. Tapi biasanya dikasih waktu minimal 1,5
jam.
3. Metode apa yang digunakan dalam melakukan bimbingan agama?
Jawab : Metode kelompok, ceramah. Secara individu bisa langsung datang
ke saya untuk tanya atau curhat.
4. Materi apa saja yang diberikan?
Jawab : Bab tentang sholat mulai dari gerakan, bacaan. Lalu bab tentang
adab, tatakrama yang berkaitan dengan pertemanan sesama WBS,
komunikasi, dan sholat-sholat sunnah.
5. Masalah apa yang dihadapi lansia saat ini?
Jawab : Menurut saya saat ini itu ekonomi. Sebelum ceramah kakek nenek
suka ngobrol bareng yaa.. jadi tau kebanyakan dari mereka itu orang
miskin suka minta-minta, ngamen di jalan, tidak punya tempat tinggal,
keluarga, perantau, kerja serabutan.
6. Apa pendapat bapak tentang kecemasan pada lansia?
Jawab : Ada kakek nenek yang pasrah dengan kehidupannya disini, mati
disini yang penting sudah bisa ibadah. Ada juga yang merasa lebih ikhlas
menerima ketidak punyaannya, keadaannya setelah kita bimbing. Di lain
sisi ada juga kakek nenek yang memiliki masalah psikis. Tidak

86
87

memikirkan masalah dunia, yang lebih parah ya mereka tidak memikirkan


mati, kehidupan selanjutnya. Kalau yang saya lihat antara yang sehat dan
sakit banyak yang memiliki masalah psikisnya.
7. Apakah ada penanganan khusus terhadap lansia yang mengalami
kecemasan? Jika ada bagaimana?
Jawab : Saya bimbing secara individu. Seperti yang saya bilang diawal
kalau yang mau cerita, tanya apapun silahkan saya terbuka. Saya bantu
bimbing mereka.
8. Bagaimana cara bapak mengemas kegiatan agar lansia antusias?
Jawab : Saya itu suka sekali bercanda. Makanya setiap ngisi ceramah saya
selipkan candaan-candaan sebagai hiburan. Contohnya saya sering bilang
ke kakek nenek mereka itu udah bau tanah, kalau inget mati tapi engga
punya bekal nanti gimana? Maka dari itu ayo ibadahnya diperbaiki.
Sehingga mereka termotivasi gitu.
9. Seberapa penting peran agama bagi lansia?
Jawab : Tentu sangat penting, kita bimbing mereka dengan ibadah sesuai
dengan yang diajarkan agama islam agar dekat dengan Allah SWT. Maka
ketika meninggal itu dalam keadaan khusnul khotimah.
10. Bagaimana perkembangan lansia sebelum dan sesudah bimbingan agama?
Jawab : Ada yang sudah ikhlas, pasrah, tidak panik, tidak ada tekanan.
Lebih tenang ya...
11. Apa saja fakor pendukung dan penghambat dalam kegiatan bimbingan
agama?
Jawab : Faktor pendukungnya baik dari kakek nenek ataupun pegawai itu
welcome. Kemudian fasilitas yang diberikan juga bagus. Seperti sekarang
kan kita online selama pandemi alhamdulillah untuk kegiatan itu diisiin
pulsa. Untuk penghambatnya mungkin karena lansia semua dicampur jadi
agak sulit kita tau mana yang memang faham dan tidak.
12. Harapan bapak untuk kegiatan bimbingan agama?
Jawab : Semoga covid cepet hilang, kembali normal seperti sedia kala.
Lalu harapan saya itu ada pemisahan lansia. Seperti ruangan, jadi sesuai
88

kondisi gitu untuk yang sehat secara jasmani rohani, yang sakit. Jadi kita
sebagai pembimbingan bisa menyesuaikan. Perlu juga orang yang stay 24
jam disana untuk membimbing sholat, ngaji, ibadah rutin terutama pada
malam hari. Saya dengan ustad lain kan hanya memberi bimbingan,
motivasi tapi secara praktek dikehidupan nyata perlu juga ada pengawasan
gitu. Itu mungkin masukan dan harapan saya.
HASIL WAWANCARA

Nama Narasumber : Ibu Ghola


Usia : 42 tahun
Jabatan : Penyuluh Pembimbing Agama
Hari/Tanggal :

1. Sudah berapa lama ibu menjadi pembimbing agama di PSTW Budhi Mulia
3?
Jawab : Saya sudah menjadi pengajar disini dari tahun 2013 sampai
sekarang.
2. Kapan dan berapa lama kegiatan bimbingan agama dilaksanakan?
Jawab : Untuk bimbingan agama saya dikasih jadwal dari lembaga 1
minggu 1 kali. Waktunya itu 1-2 jam tergantung materi apa dan biasanya
suka ajak donatur buat acara bareng kakek nenek itu beda lagi waktunya.
3. Metode apa yang digunakan dalam melakukan bimbingan agama?
Jawab : Saya ceramah di masjid, juga saya lakukan kunjungan ke tiap
wisma buat lansia renta. Karena tidak memungkinkan datang ke masjid
makanya saya yang datangi mereka.
4. Apa saja materi yang diberikan dalam kegiatan bimbingan agama?
Jawab : Penguatan akidah fiqih seperti sholat, wudhu, tayamum, keislaman
lainnya.
5. Apa pendapat ibu tentang kecemasan pada lansia?
Jawab : Pada usia lansia ini meningkatnya kesadaran tentang kematian.
Ketidaksiapan terhadap kematian itulah yang memunculkan rasa cemas
dan takut. Ditambah dengan kondisi yang sudah tidak fit seperti dulu.
6. Bagaimana penanganan dari pembimbing agama terhadap lansia yang
mengalami kecemasan?
Jawab : Tentu bentuk batuan nyata memang itu tugas lembaga, namun
yang saya dan ustad lain berikan sebagai pengajar agama yakni
memberikan bimbingan “billisan” yah kalau kata al-qur’an. Karena

89
90

dengan materi muatan agama, motivasi yang disampaikan sedikitnya dapat


membantu mereka.
7. Bagaimana cara ibu mengemas kegiatan agar lansia antusias?
Jawab : Sebelum bimbingan agama kita harus liat dulu kondisinya gimana,
lalu kita juga harus siapkan strategi gimana caranya agar lansia mau ikut,
dateng. Kalau saya tiap datang itu bawa makanan, bermain games
alhamdulillah antusiasmenya luar biasa. Tentu saya ucapkan terimakasih
untuk para donatur yang sudah memberikan kepercayaan berupa makanan,
sembako, atau uang melalui saya.
8. Apa saja fakor pendukung dan penghambat dalam kegiatan bimbingan
agama?
Jawab : Saya selalu bersyukur kakek nenek disini semangat ikut pengajian,
membuat saya senang melihat itu saya berfikir bahwa keinginan mereka
untuk mau belajar khususnya ilmu agama sangat besar.
9. Harapan bapak untuk kegiatan bimbingan agama?
Jawab : Harapannya semoga kakek nenek tetap antusias dalam belajar
agama. Juga mendorong tidak hanya untuk saya tapi para ustad, ustadzah
dan kakak semua calon penyuluh, dan penerus lainnya untuk terus
melakukan pembaharuan, melakukan inovasi-inovasi lain.
HASIL WAWANCARA

Warga Binaan Sosial PSTW Budhi Mulia 3

Nama Narasumber : Nenek Anita


Usia : 74 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal Daerah : Bogor

1. Sudah berapa lama nenek tinggal di PSTW Budhi Mulia 3?


Jawab : Udah 15 bulan disini.
2. Kegiatan apa saja yang dilakukan nenek di PSTW Budhi Mulia 3?
Jawab : Gamelan, angklung. Ikut keterampilannya apa ya menjahit..
banyak.
3. Apakah nenek akrab dengan sesama lansia di panti?
Jawab : Alhamdulillah seneng.. Sekarang udah akrab sama yang lain.
4. Apakah nenek merasa kesepian selama di panti? Jika iya, apa yang
dilakukan untuk menghilangkannya?
Jawab : Kalau kesepian enggak disini kan rame sama yang lain. Sesekali
aja pengen pulang tapi enggak punya keluarga.
5. Adakah perasaan cemas, ketakutan yang nenek rasakan saat ini? Jika ada,
karena apa?
Jawab : Kadang-kadang, nenek udah tua.. ya belum banyak bekelnya kalau
nanti meninggal. Dulu juga pas masih baru disini ya takut pengen pulang
terus.
6. Adakah gejala sakit yang dirasakan? (seperti sulit berkonsentrasi, gangguan
pencernaan, gangguan pernapasan, gemetar, keringat dingin)
Jawab : Iya ada.
7. Apa yang nenek ketahui tentang bimbingan agama?
Jawab : Kayak belajar ngaji sama pak ustad.
8. Apa yang nenek terima dari bimbingan agama?
Jawab : Banyak..
9. Ibadah apa saja yang nenek sering lakukan?

91
92

Jawab : Sholat shubuh, dhuhur, semua yang wajib nenek sholat. Baca al-
qur’an, sholat dhuha, tahajjud, puasa sunnah juga alhamdulillah.
10. Bagaimana perasaan yang nenek rasakan sebelum dan sesudah mengikuti
bimbingan agama?
Jawab : Seneng, hatinya jadi tenang.
11. Bagaimana pendapat nenek terhadap pembimbing agama di PSTW Budhi
Mulia 3?
Jawab : Alhamdulillah pak ustadnya baik banget mba..
12. Apa saja faktor pendukung dan penghambat nenek untuk beribadah?
Jawab : Ya.. Inget kata pak ustad kalau nanti di kuburan gelap biar terang
itu sekarangnya harus banyak sholat, ngaji. Penghambatnya kadang
males..
13. Harapan nenek setelah mengikuti bimbingan agama?
Jawab : Biar sehat, panjang umur..
HASIL WAWANCARA

Warga Binaan Sosial PSTW Budhi Mulia 3

Nama Narasumber : Nenek Siti Mulyati


Usia : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal Daerah :-

1. Sudah berapa lama nenek tinggal di PSTW Budhi Mulia 3?


Jawab : Disini sudah 1 tahun mba.
2. Kegiatan apa saja yang dilakukan nenek di PSTW Budhi Mulia 3?
Jawab : Banyak mba.. Senam gembira, angklung, keterampilan, ngaji.
3. Apakah nenek akrab dengan sesama lansia di panti?
Jawab : Akrab, temen nenek juga banyak disini.
4. Apakah nenek merasa kesepian selama di panti? Jika iya, apa yang
dilakukan untuk menghilangkan rasa tersebut?
Jawab : Kalau malem kadang suka sedih, enggak ada keluarga. Tapi kata
pak ustad ya harus terima adanya sekarang.
5. Adakah perasaan cemas, ketakutan yang nenek rasakan saat ini? Jika ada,
ketakutan terhadap apa?
Jawab : Takut nanti kalau meninggal gimana. Banyak berdoa semoga
kalau nenek enggak ada keadaan baik.
6. Adakah gejala sakit yang dirasakan? (seperti sulit berkonsentrasi, gangguan
pencernaan, gangguan pernapasan, gemetar, keringat dingin)
Jawab : Ada, sakit badannya. Gemeter tangan badan juga. Cepet capek
sekarang.
7. Apa yang nenek terima dari bimbingan agama?
Jawab : Banyak, nasihat dari pak ustad supaya jangan males. Sekarang
udah tau sholat, do’a, udah bisa wudhu, bisa ngaji tapi belum lancar.
8. Ibadah apa saja yang nenek sering lakukan?
Jawab : Sholat yang lima waktu.

93
94

9. Bagaimana perasaan yang nenek rasakan sebelum dan sesudah mengikuti


bimbingan agama?
Jawab : Pasti seneng ikut pengajian. Sebelum disini mah mana pernah
nenek sholat ngaji begitu.
10. Bagaimana pendapat nenek terhadap pembimbing agama disini?
Jawab : Baik, kalau ngajarin saya juga sabar banget.
11. Apa saja faktor pendukung dan penghambat nenek untuk beribadah?
Jawab : Karena udah niat lillahi ta’ala mau belajar.
12. Harapan nenek setelah mengikuti bimbingan agama?
Jawab : Harapan nenek sehat walafiat, istiqomah buat belajar ngaji lagi.
HASIL WAWANCARA

Warga Binaan Sosial PSTW Budhi Mulia 3

Nama Narasumber : Nenek Ani


Usia : 85 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal Daerah : Manado, Sulawesi Utara

1. Sudah berapa lama nenek tinggal di PSTW Budhi Mulia 3?


Jawab : Udah hampir 5 tahun nenek disini.
2. Kegiatan apa saja yang dilakukan nenek di PSTW Budhi Mulia 3?
Jawab : Senam, ngaji, apalagi ya... menjahit, kerajinan
3. Apakah nenek akrab dengan sesama lansia di panti?
Jawab : Akrab mba.
4. Apakah nenek merasa kesepian selama di panti? Jika iya, apa yang
dilakukan untuk menghilangkan rasa tersebut?
Jawab : Nenek ngerasanya sekarang lebih sepi karena covid, biasanya kan
panti rame. Paling cuma ngobrol-ngobrol aja sama yang lain terus pake
maskernya. Sebelum korona kan suka ada pak gubernur, mahasiswa kayak
mba yang ke sini rame..
5. Adakah perasaan cemas, ketakutan yang nenek rasakan saat ini? Jika ada,
ketakutan terhadap apa?
Jawab : Pasti ada. Takut enggak ada yang doain kalau meninggal kan
keluarganya enggak ada jauh. Sekarang korona juga sedikit takut, tapi kata
ibu pengurus yang penting jaga kesehatannya.
6. Adakah gejala sakit yang dirasakan? (seperti sulit berkonsentrasi, gangguan
pencernaan, gangguan pernapasan, gemetar, keringat dingin)
Jawab : Iya udah tua jadi sakit-sakitan.
7. Apa yang nenek terima dari bimbingan agama?
Jawab : Ilmu agama, sholat 5 waktu sehari semalam. Nasihat biar akur
sama teman semuanya. Nenek suka yang langsung dipraktekkin cepet
paham, terus juga kalau pak ustadnya bawa hadiah seneng banget.

95
96

8. Ibadah apa saja yang nenek sering lakukan?


Jawab : Paling sering yang 5 waktu wajib kan itu, tapi kalau ngaji suka
ikut-ikut aja nenek belum bisa baca.
9. Bagaimana perasaan yang nenek rasakan sebelum dan sesudah mengikuti
bimbingan agama?
Jawab : Lebih plong.. hati tuh adem. Jadi tambah ilmu agama lanjutin
yang dulu waktu masih muda.
10. Bagaimana pendapat nenek terhadap pembimbing agama di PSTW Budhi
Mulia 3?
Jawab : Baik pak ustad, ibu ustadzah juga baik bimbing dampingi
11. Apa saja faktor pendukung dan penghambat nenek untuk beribadah?
Jawab : Udah pikun jadi sering lupa
12. Harapan nenek setelah mengikuti bimbingan agama?
Jawab : Rezekinya lancar, sehat..
HASIL WAWANCARA

Warga Binaan Sosial PSTW Budhi Mulia 3

Nama Narasumber : Nenek Yulianti


Usia : 66 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal Daerah : Jakarta

1. Sudah berapa lama nenek tinggal di PSTW Budhi Mulia 3?


Jawab : 3 tahun
2. Kegiatan apa saja yang dilakukan nenek di PSTW Budhi Mulia 3?
Jawab : Ngaji, keterampilan..
3. Apakah nenek akrab dengan sesama lansia di panti?
Jawab : Iya akrab deket sama yang lain.
4. Apakah nenek mengalami rasa cemas dan kesepian selama di panti? Jika
iya, apa yang dilakukan untuk menghilangkan rasa tersebut?
Jawab : Iya, biasanya ngobrol sama yang lain.
5. Adakah ketakutan yang nenek rasakan saat ini? Jika ada, ketakutan
terhadap apa?
Jawab : Ada, takut kalau nanti meninggal enggak ada yang urus, yang
rawat kuburannya.
6. Adakah gejala sakit yang dirasakan? (seperti sulit berkonsentrasi, gangguan
pencernaan, gangguan pernapasan, gemetar, keringat dingin)
Jawab : Iya ada.
7. Apa yang nenek terima dari bimbingan agama?
Jawab : Hmm... apa ya, lupa nenek
8. Ibadah apa saja yang nenek sering lakukan?
Jawab : Yang paling sering sih sholat yang 5 waktu wajib soalnya.
9. Bagaimana perasaan yang nenek rasakan sebelum dan sesudah mengikuti
bimbingan agama?
Jawab : Dari pengalaman nenek alhamdulillah sekarang uda enggak takut,
yang penting harus rajin ibadah kata pak ustad.

97
98

10. Bagaimana pendapat nenek terhadap pembimbing agama di PSTW Budhi


Mulia 3?
Jawab : Membatu pasti, perhatian, baik
11. Apa saja faktor pendukung dan penghambat nenek untuk beribadah?
Jawab : Kadang kalau inget yang dulu lagi buat trauma, takut. Tapi karena
sering dibimbing, diobatin jadi tenang.
12. Harapan nenek setelah mengikuti bimbingan agama?
Jawab : Bahagia dunia akhirat aminn...
HASIL WAWANCARA

Warga Binaan Sosial PSTW Budhi Mulia 3

Nama Narasumber : Kakek Sulaeman


Usia : 88 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Asal Daerah : Bandung

1. Sudah berapa lama kakek tinggal di PSTW Budhi Mulia 3?


Jawab : Disini dari 2019 mba.
2. Kegiatan apa saja yang dilakukan kakek di PSTW Budhi Mulia 3?
Jawab : Banyak. Senam, jalan-jalan, ngaji, terus olah raga
3. Apakah kakek akrab dengan sesama lansia di panti?
Jawab : Iya akrab iya..
4. Apakah kakek mengalami rasa cemas dan kesepian selama di panti? Jika
iya, apa yang dilakukan untuk menghilangkan rasa tersebut?
Jawab : Kadang-kadang aja namanya juga hidup. Sedih, seneng mah pasti
ngalamin.
5. Adakah ketakutan yang kakek rasakan saat ini? Jika ada, ketakutan
terhadap apa?
Jawab : Tiap hari inget meninggal, sedih belum siap. Masih banyak
dosanya belum bisa baca al-qur’an..
6. Adakah gejala sakit yang dirasakan? (seperti sulit berkonsentrasi, gangguan
pencernaan, gangguan pernapasan, gemetar, keringat dingin)
Jawab : Sesek napas, gemetar tangan tuh.. udah enggak kuat jalan atau
berdiri lama-lama.
7. Apa yang kakek terima dari bimbingan agama?
Jawab : Tau mana yang bener yang salah,
8. Ibadah apa saja yang kakek sering lakukan?
Jawab : Ya sholat, wudhu, do’a yang pendek-pendek..

99
100

9. Bagaimana perasaan yang kakek rasakan sebelum dan sesudah mengikuti


bimbingan agama?
Jawab : Sebelumnya kan enggak tau apa aja yang harus kita umat islam
laksanakan, sekarang tau seneng.. Jadi ngerasa dosa kalau ninggalin sholat
10. Bagaimana pendapat kakek terhadap pembimbing agama di PSTW Budhi
Mulia 3?
Jawab : Luar biasa mba, suka dateng ke kamar. Ngobrol cerita-cerita..
ngaji suka bawa makanan gitu..
11. Apa saja faktor pendukung dan penghambat kakek untuk beribadah?
Jawab : Inget surga sama neraka aja mba..
12. Harapan kakek setelah mengikuti bimbingan agama?
Jawab : Rajin ibadahnya, bisa pulang ke Bandung.
HASIL WAWANCARA

Warga Binaan Sosial PSTW Budhi Mulia 3

Nama Narasumber : Kakek Subahri


Usia : 71 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Asal Daerah : Pandeglang, Banten

1. Sudah berapa lama kakek tinggal di PSTW Budhi Mulia 3?


Jawab : 2 tahun.
2. Kegiatan apa saja yang dilakukan kakek di PSTW Budhi Mulia 3?
Jawab : Sholat berjamaah, ngaji malam jum’at, rebana, olah raga
3. Apakah kakek akrab dengan sesama lansia di panti?
Jawab : Iya
4. Apakah kakek mengalami rasa cemas dan kesepian selama di panti? Jika
iya, apa yang dilakukan untuk menghilangkan rasa tersebut?
Jawab : Udah 2 kali nikah, enggak punya anak makanya ke sini. Kesepian
udah ditinggal keluarga.
5. Adakah ketakutan yang kakek rasakan saat ini? Jika ada, ketakutan
terhadap apa?
Jawab : Ada mba..
6. Adakah gejala sakit yang dirasakan? (seperti sulit berkonsentrasi, gangguan
pencernaan, gangguan pernapasan, gemetar, keringat dingin)
Jawab : Ada, ada..
7. Apa yang kakek terima dari bimbingan agama?
Jawab : Belajar sholat, ngaji, terus nasihat supaya nabung bekal mba buat
nanti.. terus juga sholawatan bareng-bareng sama pak ustad Sugeng itu
rebanaan..
8. Ibadah apa saja yang kakek sering lakukan?
Jawab : Iya sholat... iya ngaji... denger ceramah
9. Bagaimana perasaan yang kakek rasakan sebelum dan sesudah mengikuti
bimbingan agama?

101
102

Jawab : Jadi lebih bersyukur sama hidup yang sekarang, hati juga adem
gitu mba..
10. Apa saja faktor pendukung dan penghambat kakek untuk beribadah?
Jawab : Berkat pak ustad mba, inget sama nasihat-nasihatnya. Kalau
penghambat enggak ada.
11. Harapan kakek setelah mengikuti bimbingan agama?
Jawab : Semuanya sehat, bahagia terus berkah hidupnya.. Bisa baca al-
Qur’an, puasa lancar..
103

SURAT KESEDIAAN WAWANCARA PENELITI

Saya ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta, dengan ini menyatakan sedang melakukan penelitian
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing
Agama Dalam Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos), dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
pada peran bimbingan agama yang diperoleh dari pembimbing agama.
Sehubungan dengan judul skripsi yang saya ambil, saya memohon
kesediaan bapak/ibu, saudara/saudari untuk saya wawancara. Data yang
saya ambil akan dijaga kerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Kurniawan, S.Sos
Jabatan : Pekerja Sosial - Pembimbing Agama Islam
Usia : 41 tahun
Alamat : Jalan H. Abdul Majid Dalam III RT 010/05 nomor 17
Komplek Deplu Cipete Selatan.
Dengan ini menyatakan (bersedia/tidak) diwawancarai untuk
melengkapi data penelitian skripsi.

Jakarta, 20 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Muhammad Kurniawan, S.Sos Inayatuz Zulfa


104

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bernama di bawah ini menyatakan sudah diwawancarai


oleh saudari ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing Agama Dalam
Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 3 untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan yaitu skripsi dan
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Kurniawan, S.Sos
Jabatan : Pekerja Sosial – Pembimbing Agama Islam
Usia : 41 Tahun
Alamat : Jalan H. Abdul Majid Dalam III RT 010/05 nomor 17
Komplek Deplu Cipete Selatan.
Dengan ini saya menyatakan bahwa jawaban ini saya jawab dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, 20 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Muhammad Kurniawan, S.Sos Inayatuz Zulfa


105

SURAT KESEDIAAN WAWANCARA PENELITI

Saya ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta, dengan ini menyatakan sedang melakukan penelitian
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing
Agama Dalam Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos), dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
pada peran bimbingan agama yang diperoleh dari pembimbing agama.
Sehubungan dengan judul skripsi yang saya ambil, saya memohon
kesediaan bapak/ibu, saudara/saudari untuk saya wawancara. Data yang
saya ambil akan dijaga kerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sugeng Musafak
Jabatan : Pekerja Sosial - Pembimbing Agama Islam
Usia : 44 tahun
Alamat : Jl. Suralaya Cilangkap Jakarta Timur
Dengan ini menyatakan (bersedia/tidak) diwawancarai untuk
melengkapi data penelitian skripsi.

Jakarta, 20 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Sugeng Musafak Inayatuz Zulfa


106

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bernama di bawah ini menyatakan sudah diwawancarai


oleh saudari ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing Agama Dalam
Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 3 untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan yaitu skripsi dan
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sugeng Musafak
Jabatan : Pekerja Sosial – Pembimbing Agama Islam
Usia : 44 Tahun
Alamat : Jl. Suralaya Cilangkap Jakarta Timur
Dengan ini saya menyatakan bahwa jawaban ini saya jawab dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, 20 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Sugeng Musafak Inayatuz Zulfa


107

SURAT KESEDIAAN WAWANCARA PENELITI

Saya ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta, dengan ini menyatakan sedang melakukan penelitian
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing
Agama Dalam Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos), dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
pada peran bimbingan agama yang diperoleh dari pembimbing agama.
Sehubungan dengan judul skripsi yang saya ambil, saya memohon
kesediaan bapak/ibu, saudara/saudari untuk saya wawancara. Data yang
saya ambil akan dijaga kerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Elisabeth
Jabatan : Satuan Pelaksana Bimbingan Sosial
Usia : 48 tahun
Alamat : Jalan Margaguna no. 1 Jakarta Selatan
Dengan ini menyatakan (bersedia/tidak) diwawancarai untuk
melengkapi data penelitian skripsi.

Jakarta, 19 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Elisabeth Inayatuz Zulfa


108

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bernama di bawah ini menyatakan sudah diwawancarai


oleh saudari ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing Agama Dalam
Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 3 untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan yaitu skripsi dan
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Elisabeth
Jabatan : Satuan Pelaksana
Usia : 48 Tahun
Alamat : Jalan Margaguna no. 1 Jakarta Selatan
Dengan ini saya menyatakan bahwa jawaban ini saya jawab dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, 19 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Elisabeth Inayatuz Zulfa


109

SURAT KESEDIAAN WAWANCARA PENELITI

Saya ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta, dengan ini menyatakan sedang melakukan penelitian
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing
Agama Dalam Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos), dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
pada peran bimbingan agama yang diperoleh dari pembimbing agama.
Sehubungan dengan judul skripsi yang saya ambil, saya memohon
kesediaan bapak/ibu, saudara/saudari untuk saya wawancara. Data yang
saya ambil akan dijaga kerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Syamsudin Nur
Jabatan : Pengajar Pembimbing Agama
Usia : 40 tahun
Alamat : Kp. Rawa Barat RT 02/16 Pd. Pucung Pondok Aren
Tangerang Selatan.
Dengan ini menyatakan (bersedia/tidak) diwawancarai untuk
melengkapi data penelitian skripsi.

Jakarta, 27 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Syamsudin Nur Inayatuz Zulfa


110

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bernama di bawah ini menyatakan sudah diwawancarai


oleh saudari ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing Agama Dalam
Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 3 untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan yaitu skripsi dan
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Syamsudin Nur
Jabatan : Pengajar Pembimbing Agama
Usia : 40 Tahun
Alamat : Kp. Rawa Barat RT 02/16 Pd. Pucung Pondok Aren
Tangerang Selatan
Dengan ini saya menyatakan bahwa jawaban ini saya jawab dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, 27 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Syamsudin Nur Inayatuz Zulfa


111

SURAT KESEDIAAN WAWANCARA PENELITI

Saya ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta, dengan ini menyatakan sedang melakukan penelitian
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing
Agama Dalam Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos), dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
pada peran bimbingan agama yang diperoleh dari pembimbing agama.
Sehubungan dengan judul skripsi yang saya ambil, saya memohon
kesediaan bapak/ibu, saudara/saudari untuk saya wawancara. Data yang
saya ambil akan dijaga kerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yudiono
Jabatan : Pengajar Pembimbing Agama
Usia : 49 tahun
Alamat : Jl. Praja Dalam K, Gg. Hindun no. 48 RT/RW 08/12
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Dengan ini menyatakan (bersedia/tidak) diwawancarai untuk
melengkapi data penelitian skripsi.

Jakarta, 27 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Yudiono Inayatuz Zulfa


112

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bernama di bawah ini menyatakan sudah diwawancarai


oleh saudari ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing Agama Dalam
Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 3 untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan yaitu skripsi dan
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yudiono
Jabatan : Pengajar Pembimbing Agama
Usia : 49 Tahun
Alamat : Jl. Praja Dalam K, Gg. Hindun no. 48 RT/RW 08/12
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Dengan ini saya menyatakan bahwa jawaban ini saya jawab dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, 27 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Yudiono Inayatuz Zulfa


113

SURAT KESEDIAAN WAWANCARA PENELITI

Saya ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta, dengan ini menyatakan sedang melakukan penelitian
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing
Agama Dalam Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos), dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
pada peran bimbingan agama yang diperoleh dari pembimbing agama.
Sehubungan dengan judul skripsi yang saya ambil, saya memohon
kesediaan bapak/ibu, saudara/saudari untuk saya wawancara. Data yang
saya ambil akan dijaga kerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dzurrotun Ghola, M.Psi
Jabatan : Penyuluh Pembimbing Agama
Usia : 42 tahun
Alamat : Jl. Mede I no. 140 RT/RW 02/04 Pamulang Barat
Tangerang Selatan.
Dengan ini menyatakan (bersedia/tidak) diwawancarai untuk
melengkapi data penelitian skripsi.

Jakarta, 27 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Dzurrotun Ghola, M.Psi Inayatuz Zulfa


114

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bernama di bawah ini menyatakan sudah


diwawancarai oleh saudari ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan
penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang
Peran Pembimbing Agama Dalam Menghadapi Kecemasan Diri
Usia Lanjut Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 untuk
memenuhi tugas akhir perkuliahan yaitu skripsi dan memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dzurrotun Ghola, M.Psi
Jabatan : Penyuluh Pembimbing Agama
Usia : 42 Tahun
Alamat : Jl. Mede I no. 140 RT/RW 02/04 Pamulang Barat
Tangerang Selatan
Dengan ini saya menyatakan bahwa jawaban ini saya jawab dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, 27 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Dzurrotun Ghola, M.Psi Inayatuz Zulfa


115

SURAT KESEDIAAN WAWANCARA PENELITI

Saya ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta, dengan ini menyatakan sedang melakukan penelitian
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing
Agama Dalam Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos), dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
pada peran bimbingan agama yang diperoleh dari pembimbing agama.
Sehubungan dengan judul skripsi yang saya ambil, saya memohon
kesediaan bapak/ibu, saudara/saudari untuk saya wawancara. Data yang
saya ambil akan dijaga kerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Selaeman bin H. Masudi
Asal : Bandung
Usia : 88 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Margaguna nomor 1 RT 01/RW 01 Gandaria Selatan,
Cilandak, Jakarta Selatan.
Dengan ini menyatakan (bersedia/tidak) diwawancarai untuk
melengkapi data penelitian skripsi.

Jakarta, 23 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Sulaeman Inayatuz Zulfa


116

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bernama di bawah ini menyatakan sudah diwawancarai


oleh saudari ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing Agama Dalam
Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 3 untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan yaitu skripsi dan
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Sulaeman bin H. Masudi
Asal : Jakarta
Usia : 88 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Margaguna nomor 1 RT 01/RW 01 Gandaria Selatan,
Cilandak, Jakarta Selatan.
Dengan ini saya menyatakan bahwa jawaban ini saya jawab dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, 23 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Leman Inayatuz Zulfa


117

SURAT KESEDIAAN WAWANCARA PENELITI

Saya ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta, dengan ini menyatakan sedang melakukan penelitian
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing
Agama Dalam Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos), dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
pada peran bimbingan agama yang diperoleh dari pembimbing agama.
Sehubungan dengan judul skripsi yang saya ambil, saya memohon
kesediaan bapak/ibu, saudara/saudari untuk saya wawancara. Data yang
saya ambil akan dijaga kerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya
saya ucapkan terimakasih
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Subahri
Asal : Pandeglang, Banten
Usia : 71 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Margaguna nomor 1 RT 01/RW 01 Gandaria Selatan,
Cilandak, Jakarta Selatan.
Dengan ini menyatakan (bersedia/tidak) diwawancarai untuk
melengkapi data penelitian skripsi.

Jakarta, 23 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Subahri Inayatuz Zulfa


118

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bernama di bawah ini menyatakan sudah diwawancarai


oleh saudari ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing Agama Dalam
Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 3 untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan yaitu skripsi dan
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Subahri
Asal : Pandeglang, Banten
Usia : 71 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Margaguna nomor 1 RT 01/RW 01 Gandaria Selatan,
Cilandak, Jakarta Selatan
Dengan ini saya menyatakan bahwa jawaban ini saya jawab dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, 23 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Subahri Inayatuz Zulfa


119

SURAT KESEDIAAN WAWANCARA PENELITI

Saya ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta, dengan ini menyatakan sedang melakukan penelitian
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing
Agama Dalam Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos), dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
pada peran bimbingan agama yang diperoleh dari pembimbing agama.
Sehubungan dengan judul skripsi yang saya ambil, saya memohon
kesediaan bapak/ibu, saudara/saudari untuk saya wawancara. Data yang
saya ambil akan dijaga kerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ani
Asal : Manado, Sulawesi Utara
Usia : 85 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Margaguna nomor 1 RT 01/RW 01 Gandaria Selatan,
Cilandak, Jakarta Selatan.
Dengan ini menyatakan (bersedia/tidak) diwawancarai untuk
melengkapi data penelitian skripsi.

Jakarta, 23 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Ani Inayatuz Zulfa


120

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bernama di bawah ini menyatakan sudah diwawancarai


oleh saudari ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing Agama Dalam
Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 3 untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan yaitu skripsi dan
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ani
Asal : Manado, Sulawesi Utara
Usia : 85 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Margaguna nomor 1 RT 01/RW 01 Gandaria Selatan,
Cilandak, Jakarta Selatan.
Dengan ini saya menyatakan bahwa jawaban ini saya jawab dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, 23 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Ani Inayatuz Zulfa


121

SURAT KESEDIAAN WAWANCARA PENELITI

Saya ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta, dengan ini menyatakan sedang melakukan penelitian
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing
Agama Dalam Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos), dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
pada peran bimbingan agama yang diperoleh dari pembimbing agama.
Sehubungan dengan judul skripsi yang saya ambil, saya memohon
kesediaan bapak/ibu, saudara/saudari untuk saya wawancara. Data yang
saya ambil akan dijaga kerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Anita
Asal : Bogor
Usia : 74 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Margaguna nomor 1 RT 01/RW 01 Gandaria Selatan,
Cilandak, Jakarta Selatan.
Dengan ini menyatakan (bersedia/tidak) diwawancarai untuk
melengkapi data penelitian skripsi.

Jakarta, 23 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Anita Inayatuz Zulfa


122

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bernama di bawah ini menyatakan sudah diwawancarai


oleh saudari ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing Agama Dalam
Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 3 untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan yaitu skripsi dan
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Anita
Asal : Bogor
Usia : 74 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Margaguna nomor 1 RT 01/RW 01 Gandaria Selatan,
Cilandak, Jakarta Selatan
Dengan ini saya menyatakan bahwa jawaban ini saya jawab dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, 23 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Anita Inayatuz Zulfa


123

SURAT KESEDIAAN WAWANCARA PENELITI

Saya ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta, dengan ini menyatakan sedang melakukan penelitian
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing
Agama Dalam Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos), dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
pada peran bimbingan agama yang diperoleh dari pembimbing agama.
Sehubungan dengan judul skripsi yang saya ambil, saya memohon
kesediaan bapak/ibu, saudara/saudari untuk saya wawancara. Data yang
saya ambil akan dijaga kerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Siti Mulyati
Asal :-
Usia : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Margaguna nomor 1 RT 01/RW 01 Gandaria Selatan,
Cilandak, Jakarta Selatan.
Dengan ini menyatakan (bersedia/tidak) diwawancarai untuk
melengkapi data penelitian skripsi.

Jakarta, 23 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Siti Mulyati Inayatuz Zulfa


124

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bernama di bawah ini menyatakan sudah diwawancarai


oleh saudari ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing Agama Dalam
Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 3 untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan yaitu skripsi dan
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Siti Mulyati
Asal :-
Usia : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Margaguna nomor 1 RT 01/RW 01 Gandaria Selatan,
Cilandak, Jakarta Selatan.
Dengan ini saya menyatakan bahwa jawaban ini saya jawab dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, 23 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Siti Mulyati Inayatuz Zulfa


125

SURAT KESEDIAAN WAWANCARA PENELITI

Saya ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta, dengan ini menyatakan sedang melakukan penelitian
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing
Agama Dalam Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos), dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
pada peran bimbingan agama yang diperoleh dari pembimbing agama.
Sehubungan dengan judul skripsi yang saya ambil, saya memohon
kesediaan bapak/ibu, saudara/saudari untuk saya wawancara. Data yang
saya ambil akan dijaga kerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Yulianti
Asal : Jakarta
Usia : 66 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Margaguna nomor 1 RT 01/RW 01 Gandaria Selatan,
Cilandak, Jakarta Selatan.
Dengan ini menyatakan (bersedia/tidak) diwawancarai untuk
melengkapi data penelitian skripsi.

Jakarta, 23 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Yulianti Inayatuz Zulfa


126

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bernama di bawah ini menyatakan sudah diwawancarai


oleh saudari ‘Inayatuz Zulfa Mahasiswa Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3, tentang Peran Pembimbing Agama Dalam
Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 3 untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan yaitu skripsi dan
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Yulianti
Asal : Jakarta
Usia : 66 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Margaguna nomor 1 RT 01/RW 01 Gandaria Selatan,
Cilandak, Jakarta Selatan.
Dengan ini saya menyatakan bahwa jawaban ini saya jawab dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, 23 November 2020


Yang bersangkutan Peneliti

Yulianti Inayatuz Zulfa


127

DOKUMENTASI
128
129
130

Anda mungkin juga menyukai