Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Inayatuz Zulfa
NIM. 11160520000031
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
ii
6. Seluruh staff perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
serta Perpustakaan Utama yang telah melayani peminjaman buku
sebagai bahan referensi penyusunan skripsi ini.
7. Kepada pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian, serta
memberikan informasi dan kebutuhan dalam penelitian.
8. Kepada kedua orang tua peneliti (alm) abah Drs. H. Anwaruddin dan
(almh) mamah Hj. Rukminah, serta kepada Aa dan Teteh yang selalu
memberikan dukungan, kasih sayang, dan do’a yang tidak pernah
henti. A Eka, Teh Euis, A Syamsul, Teh Sasha, A Heru, Teh Sarah.
Tak lupa kepada keponakan tersayang Nizran, Mas Ndaru, Nafisah,
dan Gendis.
9. Saudara kembar saya I’anatuz Zulfa yang selalu setia menemani dan
saling memberi dukungan.
10. Keluarga Mahasiswa Majalengka (KEMKA) Jakarta, ISMANSA
JABODETABEK dan Lentera HAM yang telah memberikan
pengalaman kepada peneliti selama menempuh pendidikan.
11. Seluruh keluarga Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2016,
khususnya kepada Muflihah, Asfi, Firma, Rifa, Nisa, Tiwi yang telah
mendukung dan menyemangati peneliti.
12. Kepada tim DGDAW: Nada, Firda, Raja, Alfa, Desi, Alinda, Alda,
Nindi dan Elvia Risti yang selalu memberikan dukungan serta
pengalaman-pengalaman menarik dan tak terlupakan.
Inayatuz Zulfa
iii
DAFTAR ISI
iv
D. Lansia ........................................................................................................ 27
1. Pengertian Lansia ............................................................................... 27
2. Problematika Lansia ........................................................................... 28
E. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 34
BAB III GAMBARAN UMUM.......................................................................... 33
A. Sejarah Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 ................................... 33
B. Visi dan Misi ............................................................................................. 34
C. Tugas Pokok dan Tujuan Panti.................................................................. 34
D. Sasaran ...................................................................................................... 34
E. Prosedur Penerimaan ................................................................................. 35
F. Landasan Hukum ....................................................................................... 35
G. Sarana dan Program Kegiatan ................................................................... 35
H. Jadwal Kegiatan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 .................... 36
I. Proses Pelayanan ....................................................................................... 37
J. Pola Penanganan Warga Binaan Sosial ..................................................... 38
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .............................................. 39
A. Identitas Informan ..................................................................................... 39
B. Gambaran Kecemasan Lansia ................................................................... 42
C. Pelaksanaan Bimbingan Agama di PSTW Budi Mulia 3 .......................... 51
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 60
A. Analisis Peran Pembimbing Agama Dalam Menghadapi Kecemasan Diri
Usia Lanjut di PSTW Budhi Mulia 3 ........................................................ 60
B. Analisis Kecemasan Lansia Setelah Bimbingan Agama........................... 63
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Bimbingan Agama di PSTW
Budhi Mulia 3 Jakarta Selatan .................................................................. 64
BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 67
A. Kesimpulan................................................................................................ 67
B. Saran .......................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 70
LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Nugroho, Wahyudi, Keperawatan Gerontik & Geriatric, Edisi 3 (Jakarta: EGC, 2008).
2
S. N. Kholifah, Keperawatan Gorontik. (Jakarta: Kemenkes RI, 2016).
3
https://peraturan.bpk.go.id diakses pada 20 Februari 2021.
4
M. Nur Ghufron., Rini Risnawati S., Teori-Teori Psikologi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014) hlm. 145-146.
1
2
5
Hutapea, R., Sehat dan Ceria Diusia Senja, (Jakarta: PT Rhineka Cipta, 2005).
6
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 2007), hlm. 11
3
7
Dra. Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung, 1996), hlm. 78-79.
4
8
Haris Herdiansyah. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika. 2010), hlm. 9.
9
Sukmadinata, Nana Syaohid. Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya. 2009), hlm. 60.
10
Haris Herdiansyah. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika. 2010), hlm. 9.
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar, (Jakarta: Bima Aksara,
1989), hlm. 91.
12
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta 2004), hlm. 62.
7
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
PT.Rieneka Cipta, 1996), hlm. 145.
8
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2010), hlm. 194.
15
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan
Laporan Penelitian, (Malang: UMM Press, 2004), hlm. 72.
9
A. Peran
1. Pengertian Peran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata peran
berarti tingkah yang diharapkan dimiliki oleh yang memiliki
kedudukan di masyarakat.16 Sedangkan menurut kamus ilmiah
popular, peran mempunyai arti sebagai fungsi, kedudukan. 17
Dalam bahasa inggris disebut “role” berarti “person’s task or
duty in undertaking” yang artinya tugas atau kewajiban seseorang
dalam suatu usaha atau pekerjaan. Diartikan sebagai seperangkat
tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat. Sedangkan peranan adalah sebuah tindakan yang
dilakukan oleh seseorang pada suatu peristiwa.18
Menurut Soerjono Soekanto peran yaitu aspek dinamis
kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka telah menjalankan
suatu peranan. Adapun menurut perspektif ilmu sosial, peran diartikan
sebagai suatu perilaku atau tindakan yang diharapkan oleh orang lain
kepada seseorang yang mempunyai status di dalam suatu kelompok.19
Adapun syarat-syarat peran dalam Soerjono Soekanto
mencakup tiga hal yaitu:
1. Peran meliputi norma yang dihubungkan dengan posisi atau
kedudukan seseorang dalam masyarakat. Dalam artian ini peranan
merupakan serangkaian peraturan yang membimbing seseorang di
dalam kehidupan kemasyarakatan.
16
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet.2,
hlm.854.
17
Pios A Partanto, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 19996), hlm. 585.
18
Syamsir, Torang, Organisasi & Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya & Perubahan
Organisasi), (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 86.
19
W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT. Eresso, 1998), hlm.135.
12
13
20
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), hlm. 243.
21
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta:
Kencana, 2007), Cet. Ke-3, hlm. 160.
14
22
Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), Cet. 1, hlm. 64.
23
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta:
Kencana, 2007), Cet. Ke-3, hlm. 160.
24
Drs. M. Lutfi, MA, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayaullah, 2008), hlm. 6.
15
25
Drs. Samsul Munir Amin, MA, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,
2010), hlm. 6.
26
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet.1, hlm.
9.
27
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985),
cet.5, hlm. 1-2.
16
28
Aunur Rahman Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,
2001), Cet. 2, hlm. 35.
29
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konselin Di Institusi Pendidikan,
(Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet.3, hlm. 31
30
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2008), hlm. 154-155.
17
31
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi&Karier), (CV. Andi Offset, 2004),
hlm. 40-41.
18
32
Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Bimbingan
Psikoterapi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hlm. 41.
33
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarat, 2008), hlm.138-150
34
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan konseling di Institusi Pendidikan,
(Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet. Ke-3, hlm. 31.
19
35
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi),
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 37-38.
20
36
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarat, 2008), hlm. 120.
37
Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1994), Cet. 1, hlm. 580.
21
38
Drs. Abdul Latif, Psikologi Pendidikan, (Cirebon: Badan Penerbit Fakultas Tarbiyah
IAIN Sunan Gunung Djati, 1996), hlm. 58.
39
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarat, 2008), hlm. 136.
22
40
Prof. Dr. H. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
2005), hlm. 100.
23
41
Steven Schwartz,S Abnormal Psychology: a Discovery Approach, California: Mayfield
Publishing Company, 2000. Hlm. 139
42
Syamsu Yusuf, Mental Hygine: Terapi Psikospiritual Untuk Hidup Sehat Berkualitas,
(Bandung: Maestro, 2009), hlm. 43.
43
Jeffrey S. Nevid dkk, Psikologi Abnormal, Jilid 1 Edisi 5, (Jakarta: Erlangga, 2005),
hlm. 163.
44
Alwisol, Edisi Revisi Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2014), hlm. 22.
24
50
Mega Herdina, Konsep Komaruddin Hidayat Tentang Terapi Ketakutan Terhadap
Kematian, Studia Insania, Volume 1 No. 2 Oktober 2013 ISSN 2088-6306, IAIN Antasari
Banjarmasin, hlm. 120-121.
51
Dona Fitri Annisa., Ifdil., Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia (Lansia),
Jurnal Konselor, Volume 5 No. 2 Juni 2016 ISSN : 1412-9760, Universitas Negeri Padang, hlm.
96.
27
54
https://peraturan.bpk.go.id diakses pada 20 Februari 2021.
55
https://www.bphn.go.id diakses pada 20 Februari 2021.
56
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Cet. Ke-10,
hlm. 134.
57
Rizka Lellyani Maramis, Kebermaknaan Hidup dan Kecemasan Dalam Menghadapi
Kematian Pada Lansia Di Panti Werdha Samarinda, eJournal Psikologi, Volume 4 No. 3 2016,
ISSN : 2477-2674, Univrsitas Mulawarman, hlmn. 321.
29
Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi
secara perlahan dan bertahap dikenal dengan senescence yaitu masa
proses menjadi tua. Usia tua adalah periode penutup dalam perjalan
hidup seseorang yaitu periode dimana seseorang telah beranjak jauh
dari periode terdahulu. Istilah “keujuran” digunakan untuk mengacu
pada periode waktu usia lanjut apabila kemunduran fisik dan
disorganisasi mental sudah terjadi. Seseorang menjadi eksentrik,
kurang perhatian, dan terasingkan secara sosial, sehingga penyesuaian
diri menjadi buruk maka biasa disebut “uzur”.58
Menurut Farhand proses menua (aging) merupakan proses
alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis,
maupun sosial yang saling berinteraksi satu dengan yang lain. Keadaan
tersebut berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa khususnya pada lansia. Tamher & Noorkasiani
mengungkapkan masalah psikososial yang paling banyak terjadi pada
lansia seperti kesepian, persaan sedih, depresi dan kecemasan.59
Adapun konflik yang terjadi pada lansia yaitu hilangnya
kedudukan dan otoritas, dan penilaian terhadap kemampuan,
keberhasilan, kepuasan yang diperoleh sebelumnya. Maka ketika lansia
tidak mampu mempertahankan dirinya maka kemudian timbul rasa
tegang, cemas, takut, kecewa, sedih, marah, putus asa, dan lain
sebagainya.
Rasa kehilangan (loss) pada lanjut usia dalam menghadapi rasa
duka cita kerena kehilangan orang-orang terdekat dan dicintainya.
Terdapat perubahan kedudukan, pekerjaan dan prestise (post power
syndrome) serta menurunnya kondisi fisik dan mental. Gangguan
mental dan emosianal yang sering dijumpai adalah kecemasan dan
depresi yang disertai dengan gangguan faal tubuh, yang sebenarnya
58
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Cet. Ke-10,
hlm. 133.
59
Dona Fitri Annisa., Ifdil., Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia (Lansia),
Jurnal Konselor, Volume 5 No. 2 Juni 2016 ISSN : 1412-9760, Universitas Negeri Padang, hlm.
93-94.
30
ً ْ َ ُ ْ َ َ َ ُ ً ُ َ َ َ ُ ُ ََ َ َّ َ ه
ْ َ ْ ْ َ
ّٰلل ال ِذ ْي خلقك ْم ِم ْن ضع ٍف ثَّم جعل ِم ْنْۢ َبع ِد ضع ٍف قَّوة ثَّم جعل ِم ْنْۢ َبع ِد قَّو ٍة ضعفا
ُ ۞ا
َْ َْ ُ ََ ُُْ َ ً ْ َ
٥٤ َّوشي َبةۗيخلق َما يشا ُۤءُۚ َوه َو الع ِل ْي ُم الق ِديْ ُر
60
Dadang Hawari, Manajemen Stress, Cemas Dan Depresi, (Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI, 2001), hlm. 291-293.
31
61
Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press,
2005), Cet. 5, hlm. 84.
62
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi Dengan Metode R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2006).
63
Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 43.
32
Tabel 2.1
Kerangka Berpikir
Faktor:
1. Ekonomi
2. Keluarga
3. Kematian
Kecemasan Lansia:
Panti Sosial Tresna
1. Khawatir tidak memiliki Werdha Budhi Mulia
makanan 3
2. Fisik melemah, sakit
3. Merasa sendiri, jauh dan
ditinggalkan keluarga/teman
terdekat Pembimbing Agama
4. Takut menghadapi kematian,
Dosa
5. Sedih, kecewa
6. Trauma
7. Khawatir akan kelanjutan
Peran:
kehidupan
8. Perasaan rendah diri dan pesimis 1. Pembimbing Spiritual
2. Fasilitator
3. Motivator
Lansia yang sehat secara Fisik. 4. Pengarah
Psikis, Spiritual, dan Sosial 5. Perantara
BAB III
GAMBARAN UMUM
64
Wawancara pribadi dengan ibu Elisabeth, Satuan Pelaksanaan Bimbingan Sosial,
Tangerang Selatan. 19 November 2020.
65
https://tirto.id/hidup-sebatang-kara-di-panti-jompo-cCrk. Diakses pada 12 Februari
2020.
33
34
66
Dokumentasi profil Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, 2019.
35
E. Prosedur Penerimaan
1. penyerahan dari masyarakat
2. penyerahan dari kepolisian/instansi terkait
3. penyerahan dari hasil penertiban
4. penyerahan dari keluarga
F. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial.
2. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 104 Tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial.
3. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 76 Tahun 2010 tentang
Pembentukan Organisasi dan tata Kerja Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia.
4. Keputusan Kepala Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta No. 33 Tahun
2009 tentang Petunjuk Pelaksanaa Pelayanan Dan Rehabilitas Sosial
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Provinsi DKI Jakarta.67
G. Sarana dan Program Kegiatan
Tabel 3.1
Sarana dan Program Kegiatan
Sarana Fisik Program kegiatan
1. Kantor 1. Bimbingan Rohani
2. Ruang WBS Islam 3x/minggu
3. Aula/lobby Kristen 1x/minggu
4. Poli Klinik 2. Olahraga
5. Dapur Umum Senam lansia 1x/minggu
6. Mushola 3. Bimbingan Keterampilan
7. Ruang Kebaktian Menjahit, membuat keset,
8. Sarana olah Raga membuat bunga,
9. Ruang Kterampilan menyulam.
10. Ruang Isolasi 4. Bimbingan Kesenian
67
Dokumentasi Profil Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Selatan, 2021.
36
I. Proses Pelayanan
Proses Pelayanan
Gambar 3.1
Proses Peyanan
37
PSBI
Bangun
PERAWATAN FISIK
TRANTIB PERAWATAN
KESEHATAN RUJUKAN
SEMENTARA
- R.S.U.D
BIMBINGAN MENTAL - PSTW USADA
DINAS SOSIAL DAN SPIRITUAL MULIA
CASE
ASAL WBS: CONFERENCE
Rujukan/penyerahan - PEKSOS
PELAYANAN - PSIKOLOG
dari Instansi, - DOKTER
RUJUKAN
Masyarakat/Keluarga - PSIKOTERAPI
BIMBINGAN
PENYALURAN:
KETERAMPILAN - KEMBALI KE
KELUARGA
BIMBINGAN - KE PANTI LAIN
KESENIAN
Gambar 3.2
Pola Penanganan
38
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Identitas Informan
1. Pengurus Lembaga PSTW Budi Mulia 3
Ibu Elisabeth merupakan salah satu pengurus di PSTW Budi Mulia
3. Menjadi bagian dalam satuan Unit Pelaksanaan Bimbingan Sosial.
Berusia 48 tahun. Beralamat di Jalan Margaguna nomor 1 Jakarta
Selatan.68
2. Pekerja Sosial
a. Muhammad Kurniawan, S.Sos
Pak Kur panggilan akrab beliau. Berusia 41 tahun.
Menjabat sebagai Pekerja Sosial (Peksos) Ahli Muda sekaligus
sebagai pembimbing agama Islam di PSTW Budi Mulia 3 ini.
Beralamat di Jalan H. Abdul Majid Dalam III RT 010/05 nomor 17
Komplek Deplu Cipete Selatan.69
b. Sugeng Musafak
Pak Sugeng yang kini berusia 44 tahun bekerja di lembaga
sebagai Pekerja Sosial (Peksos) dan pembimbing agama. Tinggal
di Jalan Suralaya Cilangkap Jakarta Timur. 70
3. Pembimbing Agama
a. Ustad Syamsudin Nur
Ustad Syamsudin berusia 40 tahun merupakan ustad yang
didatangkan dari luar panti, telah membimbing kegiatan bimbingan
agama Islam di PSTW Budhi Mulia kurang lebih selama 7 tahun.
Tinggal di Kp. Rawa Barat RT 02/16 Pd. Pucung Pd. Aren,
Tangerang Selatan. Memiliki kepribadian yang menarik dan supel
68
Wawancara dengan Ibu Elisabeth, Satuan Pelaksanaan Bimbingan Sosial, 19
November 2020.
69
Wawancara dengan Bapak Kurniawan, Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama Islam,
20 November 2020.
70
Wawancara dengan Bapak Sugeng Musafak. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama
Islam, 20 November 2020.
39
40
71
Wawancara dengan Ustad Syamsudin Nur. Pembimbing Agama Islam, 27 November
2020.
72
Wawancara dengan Ustad Yudiono, Pembimbing Agama Islam. 27 November 2020.
73
Wawancara dengan Ustad Syamsudin Nur. Pembimbing Agama Islam. 27 November
2020.
41
4. Terbimbing
Dalam penelitian ini penulis hanya mengambil 6 orang lansia
untuk diteliti dengan kriteria lansia yaitu sehat secara fisik, mandiri, lalu
dapat berkomunikasi dengan baik.
a. Anita
Lahir di Bogor, tanggal 1 Mei 1947. Sudah berada di panti
selama 1 tahun 5 bulan. Hidup sebatangkara membuat nenek Anita
tinggal di panti. Meski diawal merasa sulit karena merasa takut,
keinginan untuk pulang walaupun sudah tidak memiliki keluarga.
Lambat laun, seiring berjalannya waktu nenek Anita senang, tidak
kesepian dan memiliki banyak teman dan kegiatan.74
b. Siti Mulyati
Nenek Mulyati yang kini berusia 57 tahun. Sudah berada di
panti selama 1 tahun. Beliau rajin mengikuti kegiatan yang ada di
panti seperi menjahit, membuat keterampilan, dan bimbingan
agama Islam. Menurutnya beliau bisa tahu lebih banyak tentang
sholat, do’a sehari-hari, wudhu, mengaji itu melalui kegiatan
bimbingan agama. Karena semasa muda nenek Mulyati mengaku
jarang melaksanakan ibadah khususnya sholat dan mengaji.75
c. Ani
Lahir di Manado, Sulawesi Utara pada 4 April 1935. Sudah
hampir 5 tahun beliau tinggal di panti. Niat merantau ke Jakarta
untuk merubah nasib namun takdir berkata lain karena tidak
memiliki keterampilan yang cukup untuk bekerja berakhir menjadi
gelandangan. Hingga pada tahun 2017 nenek Ani dibawa ke PSTW
Budhi Mulia 3. Sama dengan lansia lainnya, sehari-hari nenek Ani
mengikuti banyak kegiatan. Menurut beliau yang paling disukai itu
senam. Sedangkan untuk kegiatan bimbingan agama sendiri
74
Wawancara dengan Nenek Anita. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
75
Wawancara dengan Nenek Mulyati. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
42
76
Wawancara dengan Nenek Ani. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
77
Wawancara dengan Nenek Yulianti. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
78
Wawancara dengan Kakek Leman. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
79
Wawancara dengan Kakek Subahri. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
43
yang diderita yaitu tekanan darah tinggi, asam urat, kolesterol, dan lain-
lain. Sedangkan secara psikis yaitu kecemasan, depresi, ODGJ.
1. Faktor Kecemasan
a. Ekonomi
Secara umum, Covid-19 yang terjadi telah membawa beberapa
perubahan terhadap dunia terrmasuk di Indonesia. Keadaan yang
terjadi tentunya memiliki dampak bagi PSTW Budhi mulia 3.
Ditambah dengan latar belakang lansia yang kurang mampu.
Kebanyakan dari mereka sebelumnya hidup di jalanan, tidak memiliki
tempat tinggal, perantau, bekerja sebagai pengemis dan serabutan
sehingga muncul lah kecemasan pada lansia karena faktor ekonomi.
Menurut Pak Kurniawan salah satu alasan lansia di PSTW
Budhi Mulia 3 merasa cemas karena kurangnya pemasukan yang
diterima sehingga lansia khawatir kekurangan makanan. Hal itu
karena dimana sebelumnya dirasa cukup namun berbeda dengan
kondisi saat ini. Sebelum pandemi, selalu ada donatur yang datang
memberi sumbangan namun sekarang tidak banyak. Oleh karena itu
membuat lansia berani untuk meminta uang langsung ke pengurus
panti dan pembimbing agama. Karena dengan adanya sumbangan
lansia merasa sangat senang. Mereka gunakan untuk beli kopi, kueh-
kueh, dan sebagainya.80
Pihak panti sendiri sebetulnya sekali-kali menyediakan
hidangan berupa kopi, air mineral, snack-snack di masjid tempat
kegiatan bimbingan agama yang mana hal tersebut tentu sangat
berpengaruh terhadap kehadiran lansia. Contoh nyata dibuktikan
dengan tingkat antusiasme lansia mengikuti kegiatan bimbingan agama
yang diisi oleh Ibu Ghola sangat besar. Disampaikan oleh Pak
Kurniawan bahwa setiap kali Ibu Ghola mengisi kegiatan bimbingan
80
Wawancara dengan Bapak Kurniawan. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama Islam.
20 November 2020.
44
lansia semangat dan yang datang banyak. Salah satu alasannya karena
membawa makanan.
Menurut Ibu Ghola sendiri hal tersebut dilakukan sebagai salah
satu strategi untuk mengajak lansia mengikuti bimbingan agama.
Sebelum bimbingan agama, hal penting yang harus dilakukan adalah
melihat terlebih dahulu kondisinya bagaimana, lalu menyiapkan
strategi yang tepat agar lansia mau datang. Selanjutnya beliau
menyampaikan bahwa di PSTW Budhi Mulia 3 untuk kebutuhan
makan sebanyak 3x sehari sudah tercukupi dan terjamin namun tidak
dengan uang jajan. Oleh karena itu setiap datang ke panti selalu
membawa makanan. Seperti soto, bakso, gorengan, kueh-kueh pasar,
dan biskuit.81
Hal serupa juga dilakukan oleh Ustad Syamsuddin yang mana
sesekali beliau membawa makanan atau uang nominal 5.000 atau
10.000 yang kemudian dibagikan perlansia. Tentu dengan nominal
tersebut tidak banyak, tetapi bagi lansia sangat berharga karena mereka
sama seperti kita pada umumnya menyukai jajanan, camilan.82 Tidak
dapat dipungkiri hal itu membuat lansia terus menuntut kepada
pembimbing agama yang lain. Uang atau makanan tersebut sebagai
strategi untuk mengajak lansia mengikuti kegiatan bimbingan agama.
Namun tetap dari pengurus dan pembimbing ingatkan kembali bahwa
tujuannya bukan karena makanan ataupun uang tapi semata-mata
ikhlas karena Allah SWT.
Selain berpengaruh kepada ekonomi, kondisi pandemi juga
secara tidak langsung berpengaruh kepada psikis lansia. Beberapa
aturan dibuat guna mencegah meluasnya penyebaran Covid-19 yang
mana lansia termasuk ke dalam golongan rentan penularan. Salah satu
peraturan yaitu tidak menerima kunjungan dalam bentuk apapun. Maka
81
Wawancara dengan Ibu Ghola. Pembimbing Agama Islam. 27 November 2020.
82
Wawancara dengan Ustad Syamsudin Nur. Pembimbing Agama Islam. 27 November
2020.
45
83
Wawancara dengan Ibu Elisabeth, Satuan Pelaksanaan Bimbingan Sosial. 19
November 2020.
46
84
Wawancara dengan Nenek Ani. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
85
Wawancara dengan Ustad Yudiono. Pembimbing Agama Islam. 27 November, 2020.
47
c. Kematian
Faktor selanjutnya yaitu kematian. Kematian merupakan hal
yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia. Perjalanan akhir
kehidupan manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah SWT.
Ketika membicarakan kematian maka timbul dalam dirinya ketakutan.
Hal ini disebabkan karena anggapan bahwa mati adalah akhir dari
segala kesenangan dan kenikmatan yang dirasakan selama di dunia. 86
Anggapan sebuah penderitaan, terputusnya kehidupan serta duka yang
mendalam menjadi sesuatu hal yang tidak dapat terelakkan dan terjadi
kapan saja sehingga dapat menimbulkan kecemasan pada seseorang.
Lansia di PSTW Budhi Mulia 3 sendiri memiliki pandangan
yang berbeda-beda tentang kematian serta bagaimana menghadapinya.
Bagi yang sudah mempunyai keimanan yang kuat, menerima
kematian mendatang dan sadar bahwa mau tidak mau kembali kepada
Tuhan. Di lain sisi, terdapat juga lansia yang merasa takut untuk mati.
Hal itu dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya karena bayangan
kepedihan, khawatir terhadap nasib keluarga yang ditinggalkan,
mengingat dosa dan perbuatan di masa lalu, serta merasa belum
mempunyai bekal yang cukup.
Pengalaman kehilangan juga mempengaruhi kecemasan pada
lansia. Walaupun telah mengalihkan perasaan kehilangan dengan cara
mengikhlaskan tetapi tidak dapat dipungkiri ketika dihadapkan dengan
kematian khususnya pada orang terdekat maka lansia mengalami
kesedihan hingga depresi. Merasa tidak memiliki harapan dan pikiran
tentang kematian yang terus berulang.
Menurut bapak Sugeng adanya lansia yang meninggal di panti
itu sudah menjadi kewajaran dan kakek nenek paham. Hanya perlu
mengingatkan lansia bahwa semua juga akan menyusul kelak. Maka
dari itu harus punya bekal keimanan yang kuat, tabungan untuk di
86
Komaruddin Hidayat, Psikologi Kematian: Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme,
cet.15, (Jakarta: Hikmah, 2010), hlm. 16.
48
akhirat supaya tenang dan terhindar dari rasa takut yang berlebihan.87
Setelah diberikan bimbingan juga pendekatan-pendekatan yang
dilakukan oleh pembimbing agama sebagai salah satu cara perawatan
jiwa dengan mempelajari dan menjalankan pokok-pokok ajaran Islam,
banyak perubahan yang terjadi. Setelah mendapatkan nasihat serta
bimbingan kekosongan, ketakutan yang dirasakan berkurang. Nenek
Yulianti bisa menerima dengan ikhlas, lebih tenang dan fokus
meningkatkan amal ibadahnya.
Ustad Yudiono selaku pembimbing agama juga menuturkan
janganlah takut apalagi dengan neraka. Neraka adalah tempat bagi
orang jahat, orang-orang yang tidak mau beribadah. Oleh karena itu
selama kita beribadah dengan benar, taat kepada Allah SWT dan Rosul
maka ketika meninggal dalam keadaan tenang. Itu yang selalu
disampaikan ke lansia.88 Maka secara tidak langsung hal-hal yang
dilakukan pembimbing yakni dengan memberikan dorongan secara
spiritual dengan ibadah. Menerima segala kondisi secara ikhlas, lansia
sehat secara mental melalui pendekatan spiritual.
2. Gambaran Kecemasan Terbimbing
a. Nenek Anita
Berdasarkan hasil wawancara dengan nenek Anita, memiliki
tingkat kecemasan sedang dengan jenis state anxiety. Hidup
sebatangkara di masa tuanya nenek Anita merasa kesepian, hingga
menyendiri di awal datang ke panti karena belum memiliki teman.
Ketika peneliti bertanya tentang kecemasan terbesar yang dialami
yaitu takut menghadapi kematian. Perasaan pesimis dirasakan karena
belum memiliki bekal yang cukup jika suatu saat dipanggil oleh Allah.
Khawatir dengan yang kelak terjadi, mengingat kondisi tubuh yang
sering sakit sehingga belum maksimal dalam beribadah. Adapun
87
Wawancara dengan Bapak Sugeng Musafak. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama
Islam. 20 November 2020.
88
Wawancara dengan Ustad Yudiono. Pembimbing Agama Islam. Jakarta Selatan. 27
November 2020.
49
89
Wawancara dengan Nenek Anita. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
90
Wawancara dengan Nenek Mulyati, Lansia di PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
50
91
Wawancara dengan Nenek Ani, Lansia di PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
92
Wawancara dengan Nenek Yulianti. Lansia di PSTW Budi Mulia 3. 23 November
2020.
93
Wawancara dengan Kakek Sulaeman. Lansia di PSTW Budi Mulia 3. 23 November
2020.
51
f. Kakek Subahri
Kecemasan yang dialami oleh kakek Subahri karena faktor
keluarga. Pengalaman diceraikan oleh istri pertama, lalu ditinggalkan
oleh istri kedua karena meninggal dunia dan tidak memiliki anak
membuat kakek Subahri hidup sendiri dan menjadikannya tinggal di
panti. Perasaan bersalah serta gagal dalam membangun rumah tangga
masih dirasakan membuatnya merasakan sedih yang berkepanjangan.
Merasa sendiri karena ditinggalkan oleh keluarga membuatnya
khawatir akan kelanjutan kehidupannya seorang diri. Termasuk dalam
kecemasan moral dengan tingkat sedang.94
C. Pelaksanaan Bimbingan Agama di PSTW Budi Mulia 3
Secara umum, kegiatan bimbingan agama Islam yang ada di PSTW
Budi Mulia 3 yaitu pengajian, baca tulis Al-Qur’an, yasinan, hadroh,
diskusi, sharing dan motivasi. Kegiatan ini ditujukan untuk seluruh lansia
beragama Islam. Bapak Kurniawan menjelaskan karena pembagian
golongan lansia hanya lansia mandiri dan yang mau sajalah yang
mengikuti bimbingan agama. Dari pihak pengurus tentu sudah
mengingatkan dengan membuat pengumuman melalui speaker jika ada
pengajian. Namun di sisi lain juga tidak dapat memaksakan jadi masih
melalui sistem mulut ke mulut. Selain mengingatkan melalui speaker
lansia juga diingatkan oleh pendamping ketika kunjungan ke tiap wisma.95
Di PSTW Budhi Mulia 3 sendiri terdapat 20 wisma. Setiap wisma
memiliki penanggung jawab dan pendamping. Pendamping inilah yang
bertanggung jawab untuk mengajak serta memberikan pendampingan
ketika kegiatan dilaksanakan. Agar lansia kembali semangat beribadah,
mengikuti bimbingan agama maka sebelum dimulai pembimbing
mengingatkan bahwa tujuannya adalah untuk bersilaturrahmi, menambah
ilmu, sebagai jalan untuk melapangkan menuju surga, setiap langkah yang
94
Wawancara dengan Kakek Sulaeman. Lansia di PSTW Budi Mulia 3. 23 November
2020.
95
Wawancara dengan Bapak Kurniawan. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama Islam.
20 November 2020.
52
kita gunakan untuk menuntut ilmu akan dilipat gandakan oleh Allah SWT,
dan dihitung sebagai amal. Hal senada juga di sampaikan oleh Bapak
Sugeng selaku peksos dan pembimbing agama. Pertama-tama dengan
memberitahu jika lansia ini sudah di tahap usia akhir maka gunakanlah
untuk mempersiapkan bekal di akhirat, mendekatkan diri dengan ibadah,
lebih ingat kepada Allah SWT yang intinya meningkatan spiritualitas
mereka dengan ibadah.96
Lansia berkumpul bersama di masjid Al Kautsar, dengan
menggabungkan menjadi satu diharapkan lansia bisa bersosialisasi dengan
baik. Selanjutnya pembimbing menyampaikan ceramah secara interaktif,
memberikan materi-materi kegamaan dengan diselingi praktek langsung,
games, tanya jawab dan diskusi. Kegiatan diawali dengan membaca doa-
doa diantaranya do’a belajar, do’a kesehatan, do’a ketenangan hati, lalu
dzikir seperti istighfar, tahmid, tahlil, tasbih. Dilanjutkan membaca ikrar:
96
Wawancara dengan Bapak Sugeng Musafak. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama
Islam. 20 November 2020.
53
97
Wawancara dengan Bapak Kurniawan. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama Islam.
21 November 2020.
98
Wawancara dengan Ibu Elisabeth, Satuan Pelaksanaan Bimbingan Sosial. 19
November 2020.
99
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Peyuluhan (Konseling Islam), (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah, 2008), hlm. 122.
54
100
Wawancara dengan Bapak Kurniawan. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama Islam.
21 November 2020.
101
Wawancara dengan Bapak Sugeng Musafak. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama
Islam. 20 November 2020.
55
a. Teknik Direktif
Adalah teknik yang digunakan ketika ketika lansia mengalami
kesulitan dalam memahami dan menemukan jalan keluar bagi
permasalahan yang dihadapi. Maka pembimbing memberikan
jawaban-jawaban secara langsung sesuai dengan penyebab munculnya
masalah. Selanjutnya pembimbing membantu mengarahkan pada hal-
hal bermanfaat yang bisa meningkatkan kemampuan yang dimiliki
lansia.
Teknik ini bersifat mengarahkan, berusaha mengatasi kesulitan
yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan berupa memberikan
jawaban langsung atas permasalahan yang dialami terhadap sesuatu
yang menjadi sebab munculnya kesulitan.102
b. Teknik Non Direktif
Pertama kali dikembangkan oleh Carl Rogers yang dikenal
dengan “Client Centered Couseling”. Pada teknik ini yang menjadi
pusat adalah terbimbing. Pembimbing hanya memberikan dorongan
dalam memecahkan masalah, dan keputusan sepenuhnya pada
terbimbing. Sehingga dalam teknik ini pembimbing agama mendorong
untuk lansia berperan aktif dalam mengungkapkan dan memecahkan
masalah yang dimiliki, kemudian tugas pembimbing agama hanya
mendorong rasa tanggung jawab pada diri lansia tersebut.
4. Materi Bimbingan
Adapun materi-materi yang disampaikan yaitu materi yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari seperti fiqh, akidah akhlak, Al
Quran hadist, amalan-amalan serta doa-doa. Tidak lupa materi tentang
kematian seperti hari akhir, janji dan ancaman, surga dan neraka, tujuan
dari diberikannya materi-materi tersebut sebagai renungan dengan
mengubah rasa takut atau cemas yang ada pada diri lansia berubah menjadi
motivasi untuk semangat beribadah kepada Allah SWT. Semua materi
102
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT
Golden Terayo Press, 1994), Cet. Ke 5, hlm. 44-49.
56
103
Wawancara dengan Bapak Kurniawan. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama Islam.
21 November 2020.
104
Wawancara dengan Ustad. Syamsudin Nur. Pembimbing Agama Islam. 27 November
2020.
57
berbeda-beda serta tidak semua lansia bisa untuk mengaji. Oleh karena itu
yang terpenting menumbuhkan rasa ingin mengaji serta bisa mengucapkan
pelafalan bacaan denganmmengikuti pembimbing dirasa cukup.
Materi terkait kematian sendiri yaitu seputar maut, surga dan
neraka, janji dan ancaman. Tujuan utama dari bimbingan agama itu sendiri
adalah memberikan ketenangan, menghilangkan rasa takut, lalu
mengalihkannya dengan mendekatkan diri kepada sang pencipta dengan
beribadah. Maka sebisa mungkin penyampaian materinya pun dilakukan
mudah, ringan tidak membebani juga tidak menakut-nakuti. Dengan
demikian lansia mudah menerima materi-materi yang disampaikan oleh
pembimbing tanpa merasa takut.
5. Media Bimbingan
Media atau alat bantu yang digunakan dalam bimbingan agama
adalah meja belajar, Al-Quran, sound system, microphone. Namun ketika
dilakukan secara online maka terdapat media tambahan seperti proyektor
dan laptop. Dibeberapa kesempatan pula pembimbing menggunakan
media film untuk kegiatan bimbingan agama. Contohnya ketika peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW acara diisi dengan pemutaran film kisah
nabi-nabi tentang Makkah dan Madinah, perjuangan Rosulullah SAW
sebagai pelajaran juga agar tidak bosan.105 Melalui media film ini
pembimbing memberikan contoh teladan yang baik yang dimiliki oleh
Rosulullah, agar kemudian lansia juga dapat mencotoh dan mengambil
pelajaran mengenai akhlak rosul dan menerapkannya dikehidupan sehari-
hari.
6. Strategi Bimbingan
Adapun strategi yang digunakan pembimbing guna menghilangkan
kecemasan di PSTW Budhi Mulia 3 yaitu strategi preventif dan kuratif.
105
Wawancara dengan Bapak Sugeng Musafak. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama
Islam. 21 November 2020.
58
a. Strategi preventif
Strategi preventif atau pencegahan yakni upaya pemberian
bimbingan yang diarahkan guna mengantisipasi dan mencegah
terjadinya masalah pada individu. Masalah yang dimaksud yakni
perasaan tidak berguna, kesepian, takut, kecewa, sedih serta gejala-
gejala kecemasan lainnya. Strategi ini dilakukan dengan memberikan
berbagai macam kegiatan maka dengan begitu dapat mencegah dan
meminimalisir potensi munculnya masalah pada lansia.
Di PSTW Budhi Mulia 3 ini terdapat kegiatan yang dapat
diikuti dan menjadi rutinitas sehari-hari yakni bimbingan
keterampilan, bimbingan kesenian, bimbingan psikologi, bimbingan
agama, bimbingan sosial dan lain sebagainya. Dalam setiap bimbingan
tersebut mencakup berbagai macam kegiatan lainnya. Hari senin, rabu,
jum’at ada bimbingan agama islam; pengajian di masjid. Hari kamis
bimbingan kesenian, hari selasa dan jum’at olahraga dan senam.
Bimbingan keterampilan di hari senin, hari sabtu dan minggu diisi
dengan hiburan. Lalu untuk jadwal pemeriksaan kesehatan pada hari
selasa dan kamis di bawah satuan pelayanan sosial. 106
Dengan adanya berbagai macam kegiatan tersebut diharapkan
terciptanya kondisi yang nyaman dan menyenangkan, produktif, dapat
merubah pola fikir ke arah yang lebih positif. Sebab, cara berfikir
yang negatif merupakan salah satu sumber perasaan tidak bahagia.
Merasa tersisih, khawatir, kesepian, depresi, cemas harus menjalani
hidup sendiri, menua tanpa keluarga atau seseorang yang dicintai.
b. Strategi kuratif
Strategi kuratif atau penyembuhan adalah suatu upaya yang
dilakukan setelah terjadinya suatu masalah. Upaya atau tindakan
bertujuan untuk memberikan kesadaran sehingga dapat
memperbaikinya. Timbulnya kesadaran dalam diri dilanjutkan dengan
106
Wawancara dengan Ibu Elisabeth. Satuan Pelaksana Bimbingan Sosial. 19 November
2020.
59
60
61
107
Wawancara dengan Bapak Sugeng Musafak. Pekerja Sosial dan Pembimbing Agama
Islam. 20 November 2020.
108
Wawancara dengan Ustad. Yudiono. Pembimbing Agama Islam. 27 November 2020.
109
Wawancara dengan Ustad. Yudiono. Pembimbing Agama Islam. 27 November 2020.
63
110
Wawancara dengan Nenek Mulyati. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
111
Wawancara dengan Kakek Subahri. Lansia PSTW Budi Mulia 3. 23 November 2020.
65
112
Wawancara dengan Ustad. Syamsudin Nur. Pembimbing Agama Islam. 27 November
2020.
66
1. Faktor Pendukung
Adapun faktor pendukung sehingga pelaksanaan program
bimbingan agama berjalan lancar dan cukup berhasil membawa
perubahan bagi lansia yakni tidak lepas dari beberapa hal berikut:
a. Sumber daya yang mumpuni dalam hal ini pembimbing agama
yang kompeten. Memiliki keahlian dan menguasai materi yang
disampaikan kepada lansia.
b. Dukungan fasilitas yang memadai dari lembaga seperti tempat,
sound system, proyektor, laptop, meja belajar, al Quran, kitab-
kitab, dll.
c. Sambutan atau penerimaan yang baik dari pihak lembaga maupun
lansia terhadap kegiatan bimbingan agama
2. Faktor Penghambat
Adapun faktor penghambat dalam pelaksanaan bimbingan
agama ini sangat beragam, diantaranya:
a. Karena kondisi pandemi, kegiatan dilakukan secara terbatas
dengan protokol kesehatan ketat sehingga perlunya pembiasaan
baru. Misalnya belum terbiasanya lansia menggunakan masker
selama berkegiatan karena merasa kesulitan untuk bernapas.
b. Perubahan jadwal serta proses kegiatan bimbingan agama yang
tidak menentu selama pandemi.
c. Tidak semua lansia mengikuti kegiatan. Karena belum semua
lansia menyadari pentingnya bimbingan agama serta kondisi fisik
yang terbatas.
d. Perbedaan latar belakang lansia dari segi pendidikan dan
pengalaman menjadi penghambat pada penyampaian materi.
e. Kurangnya apresiasi kepada para pembimbing agama dari
pemerintahan daerah.
f. Tidak adanya pemisahan berdasarkan kebutuhan ataupun kondisi
lansia sehingga semua tercampur menjadi satu.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai “Peran Pembimbing Agama Dalam
Menghadapi Kecemasan Diri Usia Lanjut Di PSTW Budhi Mulia 3 Jakarta
Selatan” maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia tidak terlepas dari peran
penting pembimbing agama di dalamnya, yaitu:
a. Sebagai Pembimbing Spiritual, diartikan sebagai seseorang
yang membimbing atau memberikan bantuan pertolongan
kepada individu atau kelompok agar memiliki kemampuan
dalam mengembangkan diri sesuai fitrah, berakhlak mulia,
serta dapat mengatasi masalah melalui keyakinan, pemahaman
dan praktik ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
b. Sebagai Fasilitator, dengan memberikan fasilitas serta
kemudahan demi kelancaran dan kesuksesan proses bimbingan
agama. Misalnya dengan menciptakan suasana yang
menyenangkan. Selain itu menyediakan alat atau media lain
yang dapat membantu mempermudah penyampaian materi.
c. Sebagai Motivator, pembimbing agama harus mampu
mendorong lansia untuk melakukan ibadah, aktif mengikuti
kegiatan bimbingan agama. Mampu membangkitkan semangat
dalam menjalani kehidupan, belajar menuntut ilmu agama.
Dengan memberikan motivasi dan dukungan ke lansia,
memberi semangat dengan nilai-nilai agama.
d. Sebagai Pengarah, pembimbing agama menjadi seorang
penasehat dan pemberi masukan yang baik bagi para lansia.
Mengarahkan dan membimbing lansia agar dapat memahami
serta mempraktekkan apa yang telah di ajarkan. Menggali dan
67
68
BUKU:
Alwisol. 2014. Edisi Revisi Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Arifin, Isep Zainal. 2009. Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan
Dakwah Bimbingan Psikoterapi Islam. Jakarta: Rajawali Press.
Arifin, M. 1994. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama.
Jakarta: PT. golden Terayo Press.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pengantar. Jakarta:
Bima Aksara.
Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Cet. 1. Bogor: Ghalia Indonesia.
Bisri, Cik Hasan. 2001. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan
Penulisan Skripsi. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Daradjat, Zakiah. 1996. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental. Jakarta:
PT. Toko Gunung Agung.
Daradjat, Zakiah. 2007. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.
De Clerg, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan, 1994. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Cet. 1. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet.2. Jakarta: Balai
Pustaka.
Faqih, Aunur Rahman. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Cet. 2.
Yogyakarta: UII Press.
Gail W. Stuart. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa: Ramona P.
Kapoh dan Egi komara Yudha. Jakarta: EGC.
Ghufron, M Nur., Rini Risnawita S. 2014. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan
Proposal Dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.
70
71
JURNAL :
Dona Fitri Annisa., Ifdil., Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia
(Lansia), Jurnal Konselor, Volume 5 No. 2 Juni 2016 ISSN : 1412-
9760, Universitas Negeri Padang.
Mega Herdina, Konsep Komaruddin Hidayat Tentang Terapi Ketakutan
Terhadap Kematian, Studia Insania, Volume 1 No. 2 Oktober 2013
ISSN 2088-6306, IAIN Antasari Banjarmasin.
Rizka Lellyani Maramis, Kebermaknaan Hidup dan Kecemasan Dalam
Menghadapi Kematian Pada Lansia Di Panti Werdha Samarinda,
eJournal Psikologi, Volume 4 No. 3 2016, ISSN : 2477-2674,
Univrsitas Mulawarman.
73
SKRIPSI:
WEBSITE:
https://peraturan.bpk.go.id
https://www.bphn.go.id
https://tirto.id/hidup-sebatang-kara-di-panti-jompo-cCrk.
WAWANCARA:
Wawancara dengan Ibu Ellisabeth, Satuan Pelaksanaan Bimbingan Sosial,
Tangerang Selatan. 19 November 2020.
Wawancara dengan Bapak Kurniawan. Pekerja Sosial dan Pembimbing
Agama Islam. Tangerang Selatan. 20 November 2020-4 Januari
2021.
Wawancara dengan Bapak Sugeng Musafak. Pekerja Sosial dan Pembimbing
Agama Islam. Jakarta Selatan. 20 November 2020-8 Desember
2020.
74
75
76
1. Ada berapa pembimbing agama islam yang ada di PSTW Budhi Mulia 3?
Jawab : Pembimbing agama islam di sini itu ada 2 dari panti sama dari
luar. Kalau dari panti saya dengan pak Sugeng, dari luar panti itu Ustad
Yudi, Ustad Syamsuddin dan Ibu Ghola. Sebenarnya saya dan Pak Sugeng
itu menjabat sebgai pekerja sosial (peksos) tapi merangkap sebagai
pembimbing agama karna selama PSBB belum pernah ke panti hanya
secara online maka saya dengan Pak Sugeng yang tanggung jawab
mengganti.
2. Apa saja kegiatan bimbingan agama islam yang terdapat di lembaga?
Jawab : Ada banyak, untuk jadwal harian itu sudah ada ditempel. Di
bimbingan agama islamnya itu ada pengajian, diskusi, baca tulis al-qur’an,
sharing motivasi, hadroh, yasinan, dan kegiatan keislaman lainnya.
3. Kapan dan berapa lama kegiatan bimbingan agama islam dilaksanakan?
Jawab : Kegiatan bimbingan itu 3 kali seminggu yaitu hari Senin, Rabu,
Jum’at ditambah hari Kamis malam Jum’at. Durasinya 1-2 jam maksimal.
Tapi karena keadaan Covid-19 ada beberapa perubahan. Kegiatan
bimbingan agama yang diisi dari luar berhenti dari bulan April diganti
secara online 1 kali perbulan sisanya diisi dari pihak panti.
4. Metode apa yang digunakan dalam melakukan bimbingan agama?
Jawab : Setiap pembimbing agama pasti punya metodenya masing-masing.
Kalau yang sering saya gunakan ceramah.
5. Bagaimana proses pelaksanaannya?
Jawab : Biasanya kakek nenek dikumpulkan di masjid. Saya awali dzikir,
do’a-do’a, baca surat-surat pendek dilajutkan ceramah, diakhiri tanya
78
79
Jawab : Rasa cemas itu pasti ada. Misalnya kakek nenek itu suka gelisah,
cemas. Sekarang karena lagi pandemi yang dialami kakek nenek gelisah
soalnya engga ada sumbangan, pemasukan. Lalu beberapa yang ngerasa
kesepian kan sekarang panti lagi ditutup biasanya banyak orang
kunjungan. Terus ada yang mau pulang ke rumah saya kasih nasihat disini
aja enak ada pengajian, ada yang urus, banyak kegiatan.
10. Seberapa penting peran agama bagi kecemasan yang dialami oleh lansia?
Jawab : Sangat penting. Pada dasarnya kita manusia hidup tidak hanya di
dunia ada kehidupan selanjutnya, dengan agama kita bisa menjalani
kehidupan dengan mudah, tenang, dan menjadi penolong kelak. Di awal
kegiatan kita selalu ingatkan, kasih tau kalau lansia ini udah usia untuk
persiapan bekal di akhirat. Jadi kita tekankan harus nabung amal,
mendekatkan diri dengan ibadah, ingat kepada Allah SWT.
11. Bagaimana penanganan dari pembimbing agama terhadap lansia yang
mengalami kecemasan?
Jawab : Kebetulan karena saya peksos sekaligus pembimbing agama
dengan pak Sugeng setiap hari ketemu kakek nenek, makanya tau banyak
lah keadaan, kesehariannya gimana. Sebelum bimbingan agama islam suka
saya tanya dulu ada yang mau curhat atau cerita tidak, jika ada saya kasih
waktu setelah kegiatan selesai. Bisa juga jemput bola, kita dari
pembimbing agama dan pendamping yang datang langsung ke wisma
tanya kondisinya gimana. Biasanya itu diperuntukkan bagi lansia yang
tidak datang ke masjid, renta dan observasi.
12. Apakah ada kerjasama yang dilakukan pembimbing agama dengan pihak
lain dalam pelaksanaan kegiatan terkait kecemasan pada lansia? Jika ada
bagaimana bentuk koordinasinya?
Jawab : Di setiap kegiatan ada yang mendampingi itu PJLP (honorer), lalu
tiap wisma ada penanggung jawab dan pendamping juga, kemudian ada
perawat klinik, dokter. Saling lapor aja koordinasi bagaimana keadaan
kakek nenek.
81
13. Apa saja fakor pendukung dan penghambat dalam kegiatan bimbingan
agama?
Jawab : Antusias kakek nenek mungkin yaa.. karena kalau lagi semangat
yang hadir itu banyak bisa full di masjid. Tapi disisi lain mereka juga suka
pilih-pilih kalau ada makanan atau sumbangan dulu baru hadir.
14. Harapan bapak untuk kegiatan bimbingan agama?
Jawab : Melihat kondisi sekarang semoga pandemi cepet selesai, kembali
normal lagi kadang kan kasian kakek neneknya. Di bilang sulit pasti
sangat sulit untuk kita semua. Saat ini kita dari pihak lembaga
mengupayakan secara maksimal tetap memenuhi segala kebutuhan lansia
disini. Semoga kegiatan-kegiatan lain selain bimbingan agama yang
tertunda juga bisa berlanjut kembali.
HASIL WAWANCARA
82
83
entah kapan wallahu ‘alam mereka juga akan sama seperti itu. Itu yang
kadang mereka takutkan, cemas.
7. Seberapa penting peran agama bagi kecemasan yang dialami oleh lansia?
Jawab : Penting. Agama sebagai pegangan hidup kita, dapat memberi
ketenangan. Seperti yang sebelumnya ketika takut melihat teman sesama
lansia meninggal maka mau tidak mau harus menyiapkan diri dengan
menyiapkan bekal untuk di akhirat kelak. Selain itu kita sebagai ustadz,
pembimbing memberikan motivasi, mengajak kepada hal positif.
8. Apakah ada kerjasama yang dilakukan pembimbing agama dengan pihak
lain dalam pelaksanaan kegiatan terkait kecemasan pada lansia? Jika ada
bagaimana bentuk koordinasinya?
Jawab : Tentu ada. Ketika lansia disini memiliki permasalahan yang mana
kita sebagai pembimbing tidak mampu maka dari pihak lembaga
bekerjasama dengan tenaga ahli seperti psikolog, perawat, dan dokter.
9. Apa saja fakor pendukung dan penghambat dalam kegiatan bimbingan
agama?
Jawab : Faktor pendukungnya fasilitas disini menurut saya sudah lengkap
dari alat-alat, tempat memadai. Untuk faktor penghambatnya mungkin di
kehadiran lansia yang belum maksimal di setiap kegiatan.
10. Apa harapan bapak dari kegiatan bimbingan agama ini?
Jawab : Kedepannya setiap kegiatan bisa berjalan secara maksimal, untuk
lansia semoga dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan rasa
semangat.
HASIL WAWANCARA
84
85
orang gitu. Biasanya saya kasih waktu lebih buat mereka setelah kegiatan.
Karena ada salah satu dari nenek cerita sambil nangis-nangis karena
ditinggal keluarganya karena bencana, akhirnya ngerasa cemas yang
berlebihan sehingga saya bimbing supaya lebih tenang, ikhlas.
8. Bagaimana cara bapak mengemas kegiatan agar lansia antusias?
Jawab : Sejauh ini kalau saya yang isi kegiatan itu antusiasme dari kakek
nenek tinggi. Mungkin karena mereka merasa apa yang saya sampaikan itu
kena di hati mereka artinya tersentuh gitu... Kadang-kadang saya kemas
materi dari cerita kejadian yang terjadi hari itu juga, atau sesekali strategi
dengan pancingan bawa makanan atau kasih uang biar tambah antusias, ya
sama kayak kita lah ada malesnya kalau ke pengajian.
9. Seberapa penting peran agama bagi lansia?
Jawab : Sangat penting. Orang yang tidak memiliki basic agama akan
sulit.
10. Bagaimana perkembangan lansia sebelum dan sesudah bimbingan agama?
Jawab : Yang paling terlihat itu dari ibadah yaa.. Seperti sudah hafal surat
pendek atau do’a, kemana-mana dzikir bawa tasbih, dll. Pola pikir juga
lebih positif.
11. Apa saja fakor pendukung dan penghambat dalam kegiatan bimbingan
agama?
Jawab : Saya rasa segala kebutuhan terkait kegiatan itu cukup baik. Kalau
penghambatnya paling merasa kesulitan karena semua lansia dicampur
jadi satu, sedangkan tiap individu kan kemampuannya berbeda, artinya
biar lebih kondusif lagi. Lalu menurut saya para pembimbing agama
supaya lebih di perhatikan lagi.
12. Harapan bapak untuk kegiatan bimbingan agama?
Jawab : Menurut saya lansia ini butuh pendekatan yang lebih, karena
secara dikasih ceramah saja tidak bisa menyampaikan dengan baik
sepenuhnya jadi harus ada komunikasi yang lebih intens.. lalu kedepannya
lebih ditekankan lagi ke sholatnya, amalan baik ke sesama.
HASIL WAWANCARA
86
87
kondisi gitu untuk yang sehat secara jasmani rohani, yang sakit. Jadi kita
sebagai pembimbingan bisa menyesuaikan. Perlu juga orang yang stay 24
jam disana untuk membimbing sholat, ngaji, ibadah rutin terutama pada
malam hari. Saya dengan ustad lain kan hanya memberi bimbingan,
motivasi tapi secara praktek dikehidupan nyata perlu juga ada pengawasan
gitu. Itu mungkin masukan dan harapan saya.
HASIL WAWANCARA
1. Sudah berapa lama ibu menjadi pembimbing agama di PSTW Budhi Mulia
3?
Jawab : Saya sudah menjadi pengajar disini dari tahun 2013 sampai
sekarang.
2. Kapan dan berapa lama kegiatan bimbingan agama dilaksanakan?
Jawab : Untuk bimbingan agama saya dikasih jadwal dari lembaga 1
minggu 1 kali. Waktunya itu 1-2 jam tergantung materi apa dan biasanya
suka ajak donatur buat acara bareng kakek nenek itu beda lagi waktunya.
3. Metode apa yang digunakan dalam melakukan bimbingan agama?
Jawab : Saya ceramah di masjid, juga saya lakukan kunjungan ke tiap
wisma buat lansia renta. Karena tidak memungkinkan datang ke masjid
makanya saya yang datangi mereka.
4. Apa saja materi yang diberikan dalam kegiatan bimbingan agama?
Jawab : Penguatan akidah fiqih seperti sholat, wudhu, tayamum, keislaman
lainnya.
5. Apa pendapat ibu tentang kecemasan pada lansia?
Jawab : Pada usia lansia ini meningkatnya kesadaran tentang kematian.
Ketidaksiapan terhadap kematian itulah yang memunculkan rasa cemas
dan takut. Ditambah dengan kondisi yang sudah tidak fit seperti dulu.
6. Bagaimana penanganan dari pembimbing agama terhadap lansia yang
mengalami kecemasan?
Jawab : Tentu bentuk batuan nyata memang itu tugas lembaga, namun
yang saya dan ustad lain berikan sebagai pengajar agama yakni
memberikan bimbingan “billisan” yah kalau kata al-qur’an. Karena
89
90
91
92
Jawab : Sholat shubuh, dhuhur, semua yang wajib nenek sholat. Baca al-
qur’an, sholat dhuha, tahajjud, puasa sunnah juga alhamdulillah.
10. Bagaimana perasaan yang nenek rasakan sebelum dan sesudah mengikuti
bimbingan agama?
Jawab : Seneng, hatinya jadi tenang.
11. Bagaimana pendapat nenek terhadap pembimbing agama di PSTW Budhi
Mulia 3?
Jawab : Alhamdulillah pak ustadnya baik banget mba..
12. Apa saja faktor pendukung dan penghambat nenek untuk beribadah?
Jawab : Ya.. Inget kata pak ustad kalau nanti di kuburan gelap biar terang
itu sekarangnya harus banyak sholat, ngaji. Penghambatnya kadang
males..
13. Harapan nenek setelah mengikuti bimbingan agama?
Jawab : Biar sehat, panjang umur..
HASIL WAWANCARA
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
Jawab : Jadi lebih bersyukur sama hidup yang sekarang, hati juga adem
gitu mba..
10. Apa saja faktor pendukung dan penghambat kakek untuk beribadah?
Jawab : Berkat pak ustad mba, inget sama nasihat-nasihatnya. Kalau
penghambat enggak ada.
11. Harapan kakek setelah mengikuti bimbingan agama?
Jawab : Semuanya sehat, bahagia terus berkah hidupnya.. Bisa baca al-
Qur’an, puasa lancar..
103
SURAT PERNYATAAN
SURAT PERNYATAAN
SURAT PERNYATAAN
SURAT PERNYATAAN
SURAT PERNYATAAN
SURAT PERNYATAAN
SURAT PERNYATAAN
SURAT PERNYATAAN
SURAT PERNYATAAN
SURAT PERNYATAAN
SURAT PERNYATAAN
SURAT PERNYATAAN
DOKUMENTASI
128
129
130