Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

STUDI ISLAM DI TIMUR TENGAH

DOSEN PENGAJAR : TGK. SAFRIZAL,M.PALA

Tingkat 1B

Kelompok 5

Disusun Oleh :

MUHAMMAD SYIVA ASYAFAWI (13404223054)

NOVIA NUR CAHYANI (13404223062)

NISBANDIYAH WULANDARI (13404223060)

NISBANDIYAH WULANDARU (13404223061)

IDA SAFRIDA (13404223056)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

AKPER KESDAM ISKANDAR MUDA

LHOKSEUMAWE

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga dapat terselesaikan tugas makalah yang berjudul “Studi Islam di Timur
Tengah” ini tepat pada waktunya.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Islam
yang ada di Timur Tengah bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Lhokseumawe, 31 Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ....................................
..................................................
.......... i
KATA
PENGANTAR ........................
..................................................
.................. ii
DAFTAR
ISI ............................................
..................................................
............ iii
BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar
Belakang ..................................
..................................................
................ 1
B. Rumusan
Masalah ...................................
..................................................
.......... 3
C.
Tujuan .....................................
..................................................
........................... 3
BAB II
PEMBAHASAN

4
A. Studi Islam di Timur
Tengah .....................................
......................................... 3
B. Islam Agama
Peradaban ................................
..................................................
.... 4
C. Studi Islam di Masa
Klasik ......................................
........................................... 8
D. Metode Penelitian
Imilah ......................................
............................................ 11
E. Studi Islam di Masa
Kini ..........................................
......................................... 12
5
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan .................................
..................................................
........................ 16
B. Kritik dan
Saran ........................................
..................................................
....... 16
DAFTAR
PUSAKA .................................
..................................................
............ 17
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................2

Daftar Isi..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

6
A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Studi Islam di Timur Tengah.........................................................................................6


B. Islam Agama Peradapan................................................................................................9
C. Studi Islam Di Masa Klasik...........................................................................................9
D. Metode Penelitian Ilmiah...............................................................................................12
E. Studi Islam Dimasa Kini................................................................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pluralitas agama bangsa Indonesia merupakan fenomena sosial yang unik.
Hardaniwarya dalam Ismardi & Arisman (2014: 201) menyebut ada masa orde baru,
diakui secara de jurebahwa terdapat 5 (lima) agama dan lebih dari seratus aliran
kepercayaan. Realitasnya, penduduk Indonesia dalam kehidupan sehari-hari dihadapi
kenyataan pluralitas agama.1 Dengan demikian, kondisi ini tidak dapat disangkal sebagai
salah satu bangsa yang hidup dalam pluralitas. Atas penjelasan tersebut, moderasi
Islam di Indonesia pada era kontemporer ini yang hendak dikajioleh penulis.
Kenapa hal ini penting? Sebab, persoalan yang muncul akibat isu-isu keagamaan pada
masyarakat Indonesia yang majemuk, hanya bisa ditangani melalui metode
penyelesaian yang komprehensif, bukan dengan cara-cara pemaksaan dan kekerasan
yang dampaknya akan merusak tatanan sosial yang lebih luas. Rangkaian kasus-
kasus kebebasan beragama yang berdampak pada konflik sosial di Indonesia
menunjukkan bahwa negara belum mampu memiliki pola pemahaman yang utuh
dalam menciptakan keharmonisan di level komunitas antar pemeluk agama yang saling
berkonflik. Kasus penyerangan terhadap jama9ah Ahmadiyah di Nusa Tenggara
Barat, Banten, Jawa Timur dan Jawa Barat merupakan realitas sosial yang dihadapi
oleh bangsa. Begitu juga dengan penolakan pendirian gereja di Banten & Jawa
Barat sebagai pemicu kerenggangan sosial antar warga yang berbeda agama di
wilayah tersebut. Nampaknya kebebasan dan toleransi beragama di Indonesia
mengalami dewasa ini menjadi isu yang sensitif yang menimbulkan gejolak perpecahan
di masyarakat.
Fenomena sosial tersebut perlu menjadi perhatian tokoh bangsa dan pemuka
agama bahkan para cendikiawan dalam menyebarkan dan mengajarkan ajaran Islam ‫ةمحر‬
‫نيم‬F‫اع‬FFdemi kepentingan untuk membendung arus konflik yang lebih luas bermotif
agama. Secara historis, Indonesia sudah memiliki pola penyebaran Islam yang
dilakukan oleh para Walisongo yang dilakukan dengan mengedepankan rasa
perdamaian, saling rukun dan harmonis antar pemeluk agama, serta menguatamakan
kebersamaan yang bertumpu saling menghormati dan menghargai antar sesame
pemeluka agama, yaitu: Islam, Hindu, Budha dan aliran kepercayaan lainyya.
3Sehingga Islam sebagai agama dan segala nilai ajarannya, bisa mewujud dan

8
terinternalisasi dalam menciptakan interaksi sosialyang kuatantar warga di Nusantara.
Dengan demikian, moderasi Islam perlu dirumuskan oleh berbagai kalangan di negeri ini
sebagai tantangan yang harus dihadapi dan diupayakanmenemukan formulasi
solusinya dengan baik dan benar. Sebab, Indonesia di era ini secara ekonomi politik
menjadi salah satu perhatian dunia internasional sebagai pusat rujukan bernegara
dalam masyarakat yang majemuk (plural). Pondasi bernegara dengan semangat
Bhineka Tunggal Ikamerupakan semboyan yang sesungguhnya perlu
diinternalisasikan untuk menciptakan interaksi sosial dalam bentuk asosiatif, yaitu:
semangat kerjasama, gotong royong, tolong menolong antar sesama pemeluk agama.
Konsep interaksi sosial menjadi bagian penting sebagai katalisator penguatan
moderasi beragama di Indonesia, sebab menurut Bales 1954: menyebut social
interaction is largely made up of the talking that people do when they get together.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pentingnya Moderasi Dalam Beragama Bagi Bangsa Indonesia?
2. Bagaimana proses interaksi sosial?

C. Tujuan
Tujuan pembentukan makalah ini agar mahasiswa dan mahasisiwi menambah
pengetahuan tentang bagaimana Pentingnya Moderasi Dalam Beragama Bagi Bangsa
Indonesia dan bagaimana proses interaksi sosial di indonesia.

9
BAB II
PEMBAHASAN

A. Studi Islam di Timur Tengah


Satu hal yang menarik dari Agama Islam, bahwa islam bukan sebatas kepercayaan
yang dianut oleh pemenluknya saja. Islam menjadi sangat penting karena
disamping fungsinya sebagai subjek, bisa juga dijadikan objek. Ketika islam
diletekkan sebagai subyek, yang dalam hal ini mutlak kekuatan / Kehendak Allah,
Nabi dan rasulnya mengambil peran penting dalam menuntun, mengarahkan dan
membawa umat kepada petunjuk, namun ketika ia dijadikan objek, maka, melalui
kitab sucinya –baca; al Quran- justeru berfungsi sebgai petunjuk5 yang
mengantarakan sutu masyarakat menuju sebuah peradaban.
Dari sinilah kemudian, ketika islam dijadikan objek kajian, yang kemudian
disebut dengan dirasat al islamiyyah (Islamic studies), menjadikannya materi yang
memiliki multi knowledge (pengetahuan) ditinjau dari berbagai aspeknya. Dan jauh
sebelum munculnya kesadaran Barat – Eropa- mempelajari tentang islam dan
dunia timur (orientalisme), umat islam terlebih dahulu menjamah sisi pengetahuan yang
di gali dari Islam.
Studi islam atau seperti Hussein Nasr sebutkan Sains islam sudah
dikembangkan oleh umat islam sejak abad islam kedua. Dan kini, kajian-kajian
keislaman masih terus dikembangkan, khususnya dikawasan timur tengah. Hanya
saja kalau dulu tidak dikenal specialisasi bagi cendikia ataupun ulama islam, kini
kajian tersebut digarap oleh masing-masing ahli dibidangnya. Bahkan istilah ulama
dan cendikia justru menjadi dua hal yang berbeda di dunia muslim modern.
Lalu, bagaimana model kajian islam di timur tengah tersebut. Metode apa yang
mereka pakai dan apa sumbangsihnya bagi perkembangan dan pembangunan bangsa saat
ini. Berikut ini adalah pemakaran singkat yang akan saya jelaskan.

B. Islam Agama Peradaban


Peradaban sebuah bangsa tidak muncul begitu saja. Peradaban adakalanya
berkembang dari internal masyarakatnya melalui dinamika ilmu pengetahuan yang
berkembang didalamnya. Dan tidak sedikit, peradaban yang muncul dari pengaruh
interkasi kebudayaan dan tradisi ilmiah yang berkembang di negara tetangganya.
Namun, yang paling istimewa bagi peradaban yang sempat berkembang di kawasan

10
belahan dunia arab, adalah karena spirit peradabannya ditiupkan oleh semangat keilmuan
yang dimiliki oleh umat islam ketika itu.
Dalam al quran sendiri terdapat banyak kata semisal 8ilm digunakan agar umat
senantias belajar. Kata-kata yang memiliki sinonim dengannya seperti tatafakar,
tadabbar, ulil al bab,tafaqqah, ta9qilun dan lain sebagainya, menunjukkan bukti
kepedulian islam terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Bahkan, satu perintah
yang secara implisit maknanya sebagai sebuah perintah kepada umat islam agar
meggunakan sarana bacaan sebagai proses pembelajaran, benar-benar menjadi simbol
bahwa islam mendorong pada keilmua. Perintah sekaligus wahyu pertama bagi nabi
ini, menjelaskan kembali pada kita agar senantiasa berusaha mengembangkan
budaya pengetahuan. Oleh sebab itu tidak heran jika Franz Rosenthal penulis buku
Knowledge Triumphat (Keagungan ilmu) dalam islam disimpulkan bahwa <ilmu
adalah islam=.
Ini semua tidak bisa dilepaskan dari kesungguhan orang arab – yang kali ini
kita sebut timur tengah- dalam memahami islam sebagai cara pandang (worldview)
ilmu pengetahuan lalu mengembagkannya dengan model dan metode yang dirumuskan
baik melalui adopsi dari metodi befikir Filsafat Yunani, maupun yang dibangun secara
mandiri.
Setidaknya ada dua fase yang bisa dilacak, sebagai pembasisan atau mulanya
pembentukan cara pandang tentang ilmu tersebut dimiliki oleh islam;
Pertama: Periode Makkah, dimana wahyu turun bercerita tentang konsep
Tuhan dan keimanan terhadapnya, hari berbangkit, surga, neraka, baik, buruk dan
penciptaan. Kesemuanya ini menjadi elemen penting membentuk struktur cara pandang
bagaimana umat islam harus melihat ilmu dari sudut pandang kesatuan (fisafat
tauhidic). Dengan kata lain bahwa di periode ini hanya menekankan konsep tauhid dan
teologi yang bersifat metafisik.
Kedua: Periode Madinah, dimana wahyu juga turun di penghujung periode
makkah diteruskan periode madinah, mengandung struktur fundamental scientific
worldview, seperti struktur tentang kehidupan (life-structure), dunia, ilmu pengetahuan,
etika dan manusia. Yang semuanya itu sangat potensial bagi timbulnya kegiatan
keilmuan.Istilah-istilah konseptual seperti ilm, iman, usul, kalam, nazar, wujud,tafsir,
ta'wil, fiqh, khalq, halal, haram, iradah dan lain-lain telah memadahi untuk dianggap
sebagai kerangka awal konsep keilmuan (pre-scientific conceptual scheme), yang juga

11
berarti lahirnya elemen-elemen epistemologis yang mendasar dalam pandangan hidup
Islam.
Tercatat bahwa tradisi intelektual dalam islam juga memilki medium transformasi
dalam bentuk institusi pendidikan pertama kali yang di berinama as Shuffah dan
komunitas intelektualnya disebut ashab al suffah. Di tempat ini kandungan wahyu dan
hadis-hadis nabi (sebagai materi) di kaji. Lalu munculah, katakan semacam alumni dari
wadah ini pakar-pakar hadis seperti Abu Hurairah, Abu zar al Ghifari, Salman Al farisi,
Abdullah bin mas9ud dan lain sebagainya.
Dimasa ke khalifah Umayyah, Proses pendidikan diselenggarakan di mesjid-
mesjid dengan sistem halaqoh-halaqoh. Ilmu yang dipelajari masih yang bersifat
agama seperti ; Hadis, Bahasa, Arab, Tafsir, fikih dan lainnya.
Di masa Abbasiyah, selain masjid sebagai pusat studi islam, ada semacam
perpustakaan seperti Dar al Imi dan Dar al Kutub. Di tempat ini pejabat dan masyarakat
umum mengkaji berbagai macam ilmu pengetahuan.
Selain itu kegiatan keilmuan juga berkembang dengan maraknya aktifitas
penterjemahan yang dilakukan bangsa arab ketika itu terhadap karya-karya Yunani. Para
penterjemah yang terkenal seperti Abu Yahya ibn al-Bathriq, Thabit ibn Qurrah (836-
901), Sinan, Ibrahim, Abu Faraj dan al-Battani dan Hunnayn bin ishaq dan Ishaq bin
Hunayn. Karya-karya Yunani yang sempat diterjemahkan seperti Hermeneutica,
Categories, Physics, Magna Moralia karya Aristotle, juga Republic, karya Plato. Juga
karya-karya Galen, Hippocrates, Ptolemus, Euclid dan Almagest.
Oleh karenanya, tidak heran kalau banyak ilmuan islam yang muncul dari kawasan
arab. diantara saintis yang dapat disebutkan adalah Khalid Ibn Yazeed (w.701), Jabir
Ibn Haiyan /Geber (w. 721) keduanya pakar Kimia, al-Khawarizmi /Algorizm (w. 780)
pakar Matematika dan astronomi, Ibn Ishaq Al-Kindi /Alkindus (w.800) pakar falsafah,
fisika dan optik, Hunain Ibn Is'haq (w.808) pakar kedokteran dan penterjemah,
Thabit Ibn Qurrah /Thebit (w.836), pakar Astronomi dan mesin, Al-Battani
/Albategnius (w.858), pakar astronomi dan mathematika, Al-Razi /Rhazes (w.884)
pakar kedokteran, optik dan kimia, Al-Farabi /Al-Pharabius (w.870) pakar falsafah,
Logika, sosiologi, sains dan musik, Thabit Ibn Qurrah (w.908) pakar kedokteran
dan mesin, Ibn Al-Haitham /Alhazen (w.965) pakar fisika, optik dan matematika,
Abu Raihan Al-Biruni (w.973 ) pakar Astronomy dan Mathematika, Ibn Sina / Avicenna
(w. 980) pakar kedokteran, filsafat dan matematika, Al- Zarqali / Arzachel(w.
1029) pakar Astronomy (penemu Astrolabe), Omar Al-Khayyam (w. 1044 ) pakar

12
Mathematika dan penyair, Ibn Zuhr /Avenzoar (w. 1090) pakar bedah dan
kedokteran, Ibn Bajah Mohammad Ibn Yahya /Avenpace (w. 1095 ) pakar filsafat dan
kedokteran, Ibn Rushd /Averroes (w. 1128) pakar Fikih, filsafat dan kedokteran
Abdel-al Rahman AlKhazin (w. 1155) pakar Astronomi, Nasir Al-Din Al-Tusi (w.
1201) pakar Astronomy, Geometri Non-Euclidean.

C. Studi Islam di masa klasik


Pada masa klasik dahulu, kecenderungan pengkajian islam terbatas pada
pengetahuan yang sifatnya dogma atau yang disebut ulum al naqliyah( ilmu-ilmu
agama). Kajian ini mengetengahkan enam bidang ilmu agama, yaitu ilmu alquran,
ilmu hadis, fiqih dan ushul fiqh, ilmu kalam, tasawuf dan tabir mimpi.
Studi al quran mempelajari tentang qiraat al quraan, asbab al nuzul, kritisisme
historis( ilmu makiyyah dan madaniyyah), jaz al quran. Keempat ini menjadi pokok
kajian dalam studi al quran yang sekarang dikenal dengan ulumul quran. Kajian ini
menjadi sangat penting, mengingat kedudukan alQuran sebagai pedoman dan
rujukan utama bagis segala rujukan basis bagi segala ilmu. selain sebagai pedoman
hidup menuju perbekalan di akhirat, al quran merupakan sumber pengetahuan.
Pada fokus qira9at al quran, studi ini menitikberatkan pada kajian seputar tujuh
riwayat bacaan yang sempat diakui oleh rasul dalam membaca al quran. Ketujuh bacaan
ini dinistakan kepada nama-nama terkenal yaitu ; abdullah ibn katsir, ashim bin abu al
nujud, abdullah bin amir, ali bin hamzah, abu amir bin al a9la, hamzah bin habib dan nafi
bin abu mu9aym.
Pada asbab an nuzul dikaji tentang kontekstual al quran. Para sarjana menyadari
betapa tidak mungkin untuk mengetahui firman Tuhan dengan baik tanpa mengetahi
kapan sebuah wahyu diturnkan, apa konteks yang melatar belakagin turunnya sebuah
ayat dan apa situasi sebenarnya yang hendak direspon olehnya.
Diantara karya yang telah dihasilkan dari penlitian ini misalnya kitab asbab al
nuzul karang ali ahmad awahidi. Selain itu dengan judul yang sama, lubab al
nuwqul fi asbab al nuzul ditulis oleh Jalal al din as suyuthi.
Selanjutnya ilmu makiyyah dan madaniyyah, mengkaji seputar kritisisme
historis pewahyuan al quran. Penelitian ini ingin menjawab tiga pertanyaan : Pertama;
kepada siapa ayat-ayat tertentu dialamatkan, Kedua; ilmu kritik historis ini juga
penting ketika kita meneliti islam sebagai sebuah gerakan dalam sejarah. Ketiga ;
ada juga penelitian yang diarahkan pada kelompok ayat-ayat yang secara geografis

13
ditunkan di madinah, tetapi yang dialamtkan justru untuk orang-orang mekkah. Dan
sebaliknya.
Untuk ilmu hadist, wilayah kajiannya seputar ilmu riwayat (reportase), ilmu rijal al
hadis, ilmu gharib al hadis, ilmu jarah wa ta9dil dan ilmu mukhtalaf al hadits.
Ilmu riwayat menjadi sangat penting sebgai sumber kedua islam dan sebagai tafsir
bagi al quran. Ilmu ini menjadi sangat rumit, mengingat semasa hidup nabi, beliau
melarang perkataannya untuk dicatatkan. Oleh karenanya para sarjana hadis
melakukan penelitian terhadap periwayatan hadis engan cara mempelajari naskah
naskah hadis yang ada, mata rantai perawi hais dan mengklasifikasi mereka dnegan
cara tetentu sehingga mudah untuk ditelusuri. Dari sini muncul satu cabang ilmu ang
disbut ilmu al riwayah (reportase).
Kalau pada ilmu riwayat, siapa saja mata rantai perwai hadis yang memiliki satu
jalinan dalam penyampaian materi hadis hingga sampai pada rasul, maka ilmu rijal hadis
menyelidiki tentang perihal khidupan perawi tersebut. Karena baik buruknya kualitas
sebuah hadis tergantung kualitas pribadi perawinya. Ini meliputi kekuatan
ingatannya, reputasi moral, kemampuannya untuk dipercaya. Biasanya didalamnya
mengkaji tentang kelahirann, kematian, keturunan, pasangan, pekerjaan, status sosial,
kondisi ekonomi, tempat tinggal, perjalana, sikap, keputusan, kecerdasan, ingatan dan
semua data-data lain yang relevan dari seroang perawi hadis. Diantara karya tulis yang
dihasilkan dari penelitian ini adalah kiba al isti’ab fi ma’rifat al ashab karangan yusuf
bin abd al barr, kitab Usd al ghabah fi ma’rifat al shabah oleh izz al din bin al atsir . kitab
al ishabah fi tamyiz al shahbah karang ahmad bin hajar al asqallani.
Kemudian ilmu jarah wa ta9dil berfungsi sebagai kritik hadis. Ini digunanak
untuk mengujia semua data yang dapat diperoleh untuk menentukan tsiqah atau
tidaknya seorang perawi hadis. Salah satu karya di bidang ini adlah kitab al
majruhin min al muhadditsin karang Ibn hubban,
Sedangkan ilmu gharib al hadis digunakan untuk meneliti hadis tersebut dari
sudut keanehan atau keganjilannya dengan cara melakukan studi perbandingan
terhadap semua hadis yang serumpun untuk memastikan apakha sebuah hadis itu ganjil
atau tidak. Dari sini mucul cabang-cabang lain ilmu hadis serperti Ilal ala hadis dan
gharib al hadis. Dan setidaknya ada dua buku kita kenal tentang ini yaitu kitab al
Ilal karangan ali bin al madini.dan al zahr al mathlul fi al khabar al ma’lul oleh ibn
hajar al asqalani.

14
Adapun ilmu mukhtalaf al hadis berguna untuk mendamaikan atau
meselaraskan pertentangan –pertentangan yang ada pada hadis. Dari penelitian ini
munculah cabang ilmu hadis lain yang dikenal imu mukhtalaf al hadis, dan bebrapa
kitab muncul dari penelitian ini seperti kitab ihtilaf al hadist karangan imam syafii,
kitab ta’wil mukhtalaf al ahadis oleh abdullab ibn qutaybah dan al tahqiq fi ahadits al
khilaf karangan abu faraj bin al jawzi.
Untuk ilmu fiqh dan ushul fiqh, membahas seputar kategorisasi tindakan manusia
yang dirangkum pada satu kerangka hukum yang di kenal dengan hukum taklifi
(wajib, sunnat, haram, makruh dan mubah). Begitu juga dengan hukum wadh9I (syarat,
bathal, mani9). Pada ilmu ushul fiqh juga dibahas bagaimana pengambilan putusan
hukum melalui pendekatan semantik (kebahasaan) berikut metode –metode yang
dikembangkan seperti qiyas, istishan, istishab,dan lain sebagainya. Kemudian pada ilmu
fiqh dibahas tentang ibadah dan mu9amalah yang benar di dalam islam, seperti
bagaimana tuntunan mengerjakan shalat, puasa, zakat, haji. Juga dijelaskan tentang
permasalahan nikah, waris, jual beli dan lain sebagainya. Diantara karya-karya yang
dihasilkan adalah; kitab al umm dan kitab al risalah karangan imam syafii.
Kemudian ilmu jarah wa ta9dil berfungsi sebagai kritik hadis. Ini digunanak
untuk mengujia semua data yang dapat diperoleh untuk menentukan tsiqah atau
tidaknya seorang perawi hadis. Salah satu karya di bidang ini adlah kitab al
majruhin min al muhadditsin karang Ibn hubban,
Sedangkan ilmu gharib al hadis digunakan untuk meneliti hadis tersebut dari
sudut keanehan atau keganjilannya dengan cara melakukan studi perbandingan
terhadap semua hadis yang serumpun untuk memastikan apakha sebuah hadis itu ganjil
atau tidak. Dari sini mucul cabang-cabang lain ilmu hadis serperti Ilal ala hadis dan
gharib al hadis. Dan setidaknya ada dua buku kita kenal tentang ini yaitu kitab al
Ilal karangan ali bin al madini.dan al zahr al mathlul fi al khabar al ma’lul oleh ibn
hajar al asqalani.
Adapun ilmu mukhtalaf al hadis berguna untuk mendamaikan atau
meselaraskan pertentangan –pertentangan yang ada pada hadis. Dari penelitian ini
munculah cabang ilmu hadis lain yang dikenal imu mukhtalaf al hadis, dan bebrapa
kitab muncul dari penelitian ini seperti kitab ihtilaf al hadist karangan imam syafii,
kitab ta’wil mukhtalaf al ahadis oleh abdullab ibn qutaybah dan al tahqiq fi ahadits al
khilaf karangan abu faraj bin al jawzi.

15
Untuk ilmu fiqh dan ushul fiqh, membahas seputar kategorisasi tindakan manusia
yang dirangkum pada satu kerangka hukum yang di kenal dengan hukum taklifi
(wajib, sunnat, haram, makruh dan mubah). Begitu juga dengan hukum wadh9I (syarat,
bathal, mani9). Pada ilmu ushul fiqh juga dibahas bagaimana pengambilan putusan
hukum melalui pendekatan semantik (kebahasaan) berikut metode –metode yang
dikembangkan seperti qiyas, istishan, istishab,dan lain sebagainya. Kemudian pada ilmu
fiqh dibahas tentang ibadah dan mu9amalah yang benar di dalam islam, seperti
bagaimana tuntunan mengerjakan shalat, puasa, zakat, haji. Juga dijelaskan tentang
permasalahan nikah, waris, jual beli dan lain sebagainya. Diantara karya-karya yang
dihasilkan adalah; kitab al umm dan kitab al risalah karangan imam syafii.
Ilmu kalam (teologi) berbicara ttentang prinsip-prinsip hukum yang berkenaan
dengan amal manusia. Disini dibicarakan tentang prinsip-prinsip agama yang
berkenaan dengan sistem kepercayaan agama. Penelitian ini menelaah tentang
hubungan tuhan, alam dan manusia. Diantara karya yang telah dihasilkan adalah ;
kitab al intishar wa al radd ala.

D. Metode Penelitian Ilmiah


Ada beberapa metode penelitian Ilmiah yang digunakan para ilmuan arab.
Sekurangnya sampai saat ini ada empat metode yang dikembangkan dalam meniliti
sebuah permasalahan. Keempat metode tersebut adalah ;
Pertama : Tajribi, metode ini dikenal dengan metode eksperimen. Biasanya
dipakai untuk meneliti bidang-bidang empiris. Termasuk juga didalamnhya metode
observasi. Tajribi diperlukan karena objek fisik yang diamati mata tidak selamanya
membuktikan kebenaran. Oleh karenanya dibutuh pembuktian (eksperimen )
terhadap kebenaran objek yang diamati tersebut. Metode ini memiliki prosedural
yang berujung pada penarikan sebuah kesimpulan dengan cara deduktif (istintajiy)
atau induktif (istiqraiy).
Kedua : Burhani, yaitu satu metode logika yang digunakan untuk menarik
kesimpulan dari premis-premis yang telah diketahui, sehingga menghasilkan
kesimpulan, pengetahuan atau informasi baru yang sebelumnya tidak diketahi. Prosedur
metode ini biasanya menempuh cara silogisme. Karena burhani menjadikan ralitas
dan teks sebagai sumber kajian. Dalam pendekatan ini ada dua ilmu penting yaitu
ilmu al lisan dan ilmu al matiq. Yang pertama membicarakan lafaz-lafz kaifiyyah,
susunan dan raingkaiannya dalam ibarat-ibarat yang dapat digunakan untuk

16
menyampaikan makan serta cara merangkainya dalam diri manusia. Adapun yang kedua
membahas masalah mufradat dan susunan yang dengannya kita dapat meyampaikan
segala sesuatu yang bersifat indrawi. membicarakan lafaz-lafz kaifiyyah, susunan dan
raingkaiannya dalam ibarat-ibarat yang dapat digunakan untuk menyampaikan makan
serta cara merangkainya dalam diri manusia. Adapun yang kedua membahas masalah
mufradat dan susunan yang dengannya kita dapat meyampaikan segala sesuatu yang
bersifat indrawi.
Ketiga; Irfani, yaitu suatu metode pemahaman yang bertumpu pada instrumen
pengalaman batin, dawq, wijdan, basirah dan intuisi. Metode yang dipergunakan
meliputi mahaj kashfi (tidak menggunakan akal tapi butuh riyadhah dan mujahadah)
dan manhaj iktishafi (analogi). Metode ini disebut juga dengan metode ilmu intuitif,
karena melalui metode ini sebuah kebenaran disandarkan bukan sekedar oleh akal dan
indera, tetapi juga hati. Dan metode ini disebut juga ilmu hudhuri (knowledge by
presence).
Keempat ; Bayani, sebagai metodologi berarti pemisahan dan penjelasan, dan
al bayan sebagai pandangan dunia yang berarti keterpisahan yang jelas. Pada
wilayah konotasi teoritis konseptual, albayan sebgai sistem epistemologi mencakup tiga
pasangan konsep dasar: lafal ma9na, ashl-far, dan substansi –aksidensi. Metode ini
biasa dan telah lama digunakan kebanyakan oleh fuqaha, mutakallimun dan ushulliyun.

E. Studi Islam masa kini


Umumnya kajian keislaman yang berlangsung di kawasan timur tengah bagi
kalangan ilmuan arab sama seperti model yang dikembangkan oleh ulama klasik. Di sini,
model-model kajian yang sifatnya ilmu-ilmu naqliah, semuanya kebanyakan
menggunakan metode bayani. Sebab ilmu-ilmu naqliyah yang menempatkan teks
( nash ) objek kajian, memposisikan teks sebagai satu yang sentral dan pengendali mutlak
terhadap sebuah penarikan kesimpulan. Dan biasanya, kajian-kajian ini lebih menempuh
pendekatan semantik (kebahasaan).
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan pendekatan bayani tersebut;
1. Memahami atau menganalisis teks gunamenemukan atau mendpatkan makna
yang dikandung dalam (atau dikehendaki) lafaz. Dengan kata lain pendekatan
indi dipergunakan untuk mengeluarkan makna zahair dari lafazh dan ibarah
yang zahir pula.
2. Istinbat hukum-hukum dari al nusu ad diniyyah dan al quran khususnya.

17
Dalam kajian keislaman yang menggunakan pendekatan kebahasaan ini dapat
diketahui dengan mencermati hubungan antara makna dan lafazh. Hubungan antara
makna dan lafazh dapat dilihat dari segi :
1. Makna wad’I; untuk apa makna teks itu dirumuskan, melitputi makna khas , 8am dan
mustarak.
2. Makna isti9mali; makna apa yang digunakan oleh teks, meliputi makna
haqiwah (sarihah dan mukniyah) dan makna majaz (sarih dan kinayah).
3. Derajat al wudhuh; sifat dan kualitas lafz, meiputi muhkam, mufassar, nas,
ahir, khafi, mushkil, mujmal, dan mutsabih.
4. Turuqu ad dalalah, penunjukan lafz tehadap makna, meliputi daladlh al ibarah, dalalh
al isyarah, dalalah al nass, dan dalalah al iqtida9 (menurut hanafiyyah) atau dalalah al
mazum dan dlaalah al mafhun baik mafhum al muwafaqah maupun mafhum al
mukhalafah (menurut syafiiyyah).

Model kajian islam dengan metode bayani inilah yang sampai sekarang masih
diberlakukan oleh ulama-ulama timur tengah dalam membahas disiplin ilmu-ilmu
keagamaan yang bersifat naqliyah. Sebut saja beberapa karaya dibidang fiqh seperti
Fiqh al Islama wa adillatuh karya Wahbah az Zuhaili, kemudian Ushul Fiqh seperti
Ilmu ushul al fiqh karya Abdul wahhab khallaf, tafsir ayat al ahkam karya Ali
asshabuni dan Ali as sais. Oleh karenanya kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan
pun tidak berbeda dari apa yang pernah ada sebelumnya. Hanya saja deskripsi
yang dibuat lebih mudah dipahami. Sehingga, bagi sebagian kalangan menganggap
bahwa kajian-kajian islam sekarang tidak lebih sebgai repitisi (pengulangan ) semata.
Kajian lain yang bukan dalam wilayah fiqih, ushul maupun ilmu naqliyat lainnya,
juga banyak berkembang dalam tema-tema dakwah. Tidak sedikit karya yang
dihasilkan dalam bentuk kajian ini. yang menjadi berbeda, walaupun yang diangkat
materi dakwah dan bersegementasi untuk masyarakat biasa (non intelektual), namun
pembahasannya tidak luput dari penjabaran (bayan) seputar nash-nash yang
menjelaskan tema-tema yang diangkat. Karya-karya yang dihasilkan seperti Syumul al
islam oleh Dr. Yusuf al Qardlawi, al islam wal audha9 al iqtishadi oleh Muhammad al
ghazali, al jihad fi al islam oleh Dr Ramadhan al buthi, taribiyat al awlad oleh Dr. Nasih
Ulwan.
Beberapa karya tandingan yang fungsinya sebagai jawaban ataupun klarifikasi
tentang kesalahfahaman pihak luar dalam memandang islam, bisa kita temui seperti

18
bukunya Dr. Muhamad Imarah yang berjudul al Islam Fi Uyun al gharb yang menjawab
tuduhan-tuduhan orientalis tentang pandangan negatif terhadap islam. Kemudian ada juga
buku yang ditulis Dr. Yusuf al Qardlawi yang berjudul Tarikhuna muftara alaih,
berisi tentang jawaban untuk pihak-pihak yang keliru menilai sejarah islam yang
dianggap penuh pertumpahan darah dan permusuhan.
Dalam kajian dan pengembangan ilmu-ilmu ekonomi yang berbasis islam bisa kita
temui dari banyak karya mereka yang meneliti tentang ekonomi islam. Diantaranya
adalah ensiklopedi ekonomi islam yang ditulis oleh Prof. Dr. Rif9at al awwadhi.
Kemudian ada juga yang memfokuskan kajiannya pada aspek perbankan islam seperti
buku Tathwir al a9mal al mashrafiyyah oleh Dr. Sami Hasan ahmad Mahmud. Ada
yang fokus pada kajian konsep profit dalam perbankan seperti buku Nazariyat al arbah
fi al masharif al islamiyah oleh Dr. Isa Dhaifullah al manshur. Ada yang membahas
tentang aliran dalam ekonomi islam seperti buku al mazhab al iqtishadi fi al islam oleh
Dr. Muhammad Syauqi al finjari.
Selain dalam bentuk buku yang diterbitkan, kajian keislaman yang ada di timur
tengah juga banyak dipublikasikan dalam bentuk kumpulan artikel dalam bentuk
Mausu9at yang diterbitkan kerjasama atara wizarat al awqaf (menteri wakaf) mesir dan
Majlis syu;un a9la al islamif. Ada juga kumpulan artikel seputar kajian islam dan
syariayh yang dipublikasikan dalam bentuk jurnal oleh Universitas kuwait.
Meskipun kebanyakan kajian islam yang dikembangkan di timur tengah
menggunakan metode bayani, namun ada juga sebagian intelektual muslim di sana,
yang menggunakan metode burhani. Mereka inilah yang mencoba membuka jalan
baru untuk memahami islam dari sudut pandang yang berbeda. keinginan mereka sangat
sederhana, bagaiamana islam yang selama ini dipahami semata berdasar teks dan
menempatkannya dalam kedudukan lebih tertinggi dari segala-galanya, kemudian
berusaha mengkompromikan dengan potensi akal. Oleh karennya, kajian keislaman
yang dikembangkan selalu mengkaikan dengan bebrapa pendekatan sesuai dengan
realitas kehidupan sosial keagamaan dan sosial keislaman.
Sebut saja karya Ali abdur raziq (Mesir) yang berjudul al Islam wa ushul al
hukm,dengan pendekatan sejarah beliau merakit fakta dan sampai pada kesimpulan akhir
bahwa tidak ada hubungan antara islam dan politik, dengan demikian tidak ada negara
islam. Hal yang sama juga dituliskan tentang sekularisasi ini, hanya saja kalau
sebelumnya sebatas ide dasar, maka Muhammad Charfi (Tunisia) dengan karyanya
Islam et liberte. Le malentendu hstorique (islam dan kebebasan; kesalahpahaman

19
historis) merumuskan dengan konkrit bagaimana mengakomodasi sekularisme dalam
konteks islam.
Dengan pendekatan lingustik, Muhammad Syahrur (Syiria) dalam karyanya al Kitab
wal Quran, Qira9ah al Muashirah, mengkaji tentang problematika ilmu pengetahuan
humaniaora dan dialektika manusia dengan bersandar pada latar belakan ilmiah ilmu
pengetahuan abad ke dua puluh. Dan dari buku ini di klaim berhasil menyusun teori
orisisnil tentang pengetahuan manusia yang didasarkan pada al quran al karim.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Studi islam di wilayah manapun berada, selalu membuka diri terhadap
pengembangan metode yang diterapkan. Oleh sebab itu apapun metode yang
digunakan, sebatas pada pencarian sebuah kebenaran ilmiah, dan dikembangkan di
lingkungan akademis, maka itu sah-sah saja, dan bahkan menjadi khazanah
keilmiahan islam itu sendiri, meskipun diakui masih banyak terdapat kekurangan di
sana- sini. Namun, satu hal yang perlu ditanamkan pada setiap diri pengkaji,
hendaknya berlaku fair dalam menilai dan jujur ketika menarik kesimpulan ini
diharapkan lebih mendekatkan pada objektifitas sebuah hasil studi.
Tidak ada yang lebih unggul dalam kajian keislaman, apakah ia bermula dari
wilayah timur ataupun barat. Sepanjang metode dan metodologi yang dipakai benar
dan data yang ada valid dan bisa diverifikasi, maka kesimpulan yang didapatkan
juga akan benar. Selanjutnya, kalaupun ada kekurangan, itu akan berevolusi dan
terseleksi secara alamiah, apakah penemuan-penemuan baru itu bisa dipakai atau tidak.
Jadi sebuah justifikasi terhadap kebenaran, terpulang pada sejauh mana kesimpulan itu
sesuai dengan apa yang digariskan dalam teks-teks.

B. Kritik dan Saran


Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kami meminta kepada para pembaca agar bisa memberikan kritik atau saran agar
kedepannya bisa membuat makalah dengan baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

abid al jabiri Muhammad, Bunyat al Aql al arabi, Beirut, Markaz dirasah al wihdah, 1990.

Anwar , Rosihan, et all, Pengantar Studi Islam, Bandung, CV Pustaka setia, 2009.

Filali Ansary, Abdou, Pembaruan Islam; dari mana hendak ke mana, Jakarta; Mizan, 2009.

Karta Nagara, Mulyadhi, Reaktualisasi tradisi Ilmiah Islam, Jakarta; Baitul ihsan, 2006.

Nata, Abuddin, Metodologi Sudi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Rosenthal, Franz, Knowledge Triumphant, Leiden, 1970.

1. Makna wad9I; untuk apa


makna teks itu dirumuskan,
melitputi makna khas , 8am
dan
mustarak.
2. Makna isti9mali; makna
apa yang digunakan oleh
teks, meliputi makna
haqiwah

22
(sarihah dan mukniyah) dan
makna majaz (sarih dan
kinayah).
3. Derajat al wudhuh; sifat
dan kualitas lafz, meiputi
muhkam, mufassar, nas, ahir,
khafi, mushkil, mujmal, dan
mutsabih.
4. Turuqu ad dalalah,
penunjukan lafz tehadap
makna, meliputi daladlh al
ibarah, dalalh
al isyarah, dalalah al nass, dan
dalalah al iqtida9 (menurut
hanafiyyah) atau dalalah al

23
mazum dan dlaalah al
mafhun baik mafhum al
muwafaqah maupun mafhum
al
mukhalafah (menurut
syafiiyyah).
1. Makna wad9I; untuk apa
makna teks itu dirumuskan,
melitputi makna khas , 8am
dan
mustarak.
2. Makna isti9mali; makna
apa yang digunakan oleh
teks, meliputi makna
haqiwah

24
(sarihah dan mukniyah) dan
makna majaz (sarih dan
kinayah).
3. Derajat al wudhuh; sifat
dan kualitas lafz, meiputi
muhkam, mufassar, nas, ahir,
khafi, mushkil, mujmal, dan
mutsabih.
4. Turuqu ad dalalah,
penunjukan lafz tehadap
makna, meliputi daladlh al
ibarah, dalalh
al isyarah, dalalah al nass, dan
dalalah al iqtida9 (menurut
hanafiyyah) atau dalalah al

25
mazum dan dlaalah al
mafhun baik mafhum al
muwafaqah maupun mafhum
al
mukhalafah (menurut
syafiiyyah). E. Studi Islam
masa kini Umumnya kajian
keislaman yang berlangsung
di kawasan timur tengah
bagi kalangan ilmuan arab
sama seperti model yang
dikembangkan oleh ulama
klasik. Di sini, model-model
kajian yang sifatnya ilmu-ilmu
naqliah, semuanya kebanyakan
menggunakan metode bayani.
26
Sebab ilmu-ilmu naqliyah
yang menempatkan teks
( nash ) objek kajian,
memposisikan teks sebagai
satu yang sentral dan
pengendali mutlak terhadap
sebuah penarikan kesimpulan.
Dan biasanya, kajian-kajian ini
lebih menempuh pendekatan
semantik (kebahasaan).
diantara saintis yang dapat
disebutkan adalah Khalid Ibn
Yazeed (w.701), Jabir Ibn
Haiyan
/Geber (w. 721) keduanya
pakar Kimia, al-
27
Khawarizmi /Algorizm (w.
780) pakar Matematika
dan astronomi, Ibn Ishaq Al-
Kindi /Alkindus (w.800) pakar
falsafah, fisika dan optik,
Hunain
Ibn Is'haq (w.808) pakar
kedokteran dan penterjemah,
Thabit Ibn Qurrah /Thebit
(w.836),
pakar Astronomi dan mesin,
Al-Battani /Albategnius
(w.858), pakar astronomi
dan
mathematika, Al-Razi
/Rhazes (w.884) pakar
28
kedokteran, optik dan kimia,
Al-Farabi /Al-
Pharabius (w.870) pakar
falsafah, Logika, sosiologi,
sains dan musik, Thabit Ibn
Qurrah
(w.908) pakar kedokteran
dan mesin, Ibn Al-
Haitham /Alhazen (w.965)
pakar fisika, optik
dan matematika, Abu Raihan
Al-Biruni (w.973 ) pakar
Astronomy dan Mathematika,
Ibn Sina
/ Avicenna (w. 980) pakar
kedokteran, filsafat dan
29
matematika, Al- Zarqali /
Arzachel(w.
1029) pakar Astronomy
(penemu Astrolabe), Omar
Al-Khayyam (w. 1044 )
pakar
Mathematika dan penyair,
Ibn Zuhr /Avenzoar (w.
1090) pakar bedah dan
kedokteran, Ibn
Bajah Mohammad Ibn
Yahya /Avenpace (w. 1095 )
pakar filsafat dan kedokteran,
Ibn Rushd
/Averroes (w. 1128) pakar
Fikih, filsafat dan kedokteran
30
Abdel-al Rahman AlKhazin
(w.
Oleh karenanya, tidak heran
kalau banyak ilmuan islam
yang muncul dari kawasan
arab.
diantara saintis yang dapat
disebutkan adalah Khalid Ibn
Yazeed (w.701), Jabir Ibn
Haiyan
/Geber (w. 721) keduanya
pakar Kimia, al-
Khawarizmi /Algorizm (w.
780) pakar Matematika
dan astronomi, Ibn Ishaq Al-
Kindi /Alkindus (w.800) pakar
31
falsafah, fisika dan optik,
Hunain
Ibn Is'haq (w.808) pakar
kedokteran dan penterjemah,
Thabit Ibn Qurrah /Thebit
(w.836),
pakar Astronomi dan mesin,
Al-Battani /Albategnius
(w.858), pakar astronomi
dan
mathematika, Al-Razi
/Rhazes (w.884) pakar
kedokteran, optik dan kimia,
Al-Farabi /Al-
Pharabius (w.870) pakar
falsafah, Logika, sosiologi,
32
sains dan musik, Thabit Ibn
Qurrah
(w.908) pakar kedokteran
dan mesin, Ibn Al-
Haitham /Alhazen (w.965)
pakar fisika, optik
dan matematika, Abu Raihan
Al-Biruni (w.973 ) pakar
Astronomy dan Mathematika,
Ibn Sina
/ Avicenna (w. 980) pakar
kedokteran, filsafat dan
matematika, Al- Zarqali /
Arzachel(w.
1029) pakar Astronomy
(penemu Astrolabe), Omar
33
Al-Khayyam (w. 1044 )
pakar
Mathematika dan penyair,
Ibn Zuhr /Avenzoar (w.
1090) pakar bedah dan
kedokteran, Ibn
Bajah Mohammad Ibn
Yahya /Avenpace (w. 1095 )
pakar filsafat dan kedokteran,
Ibn Rushd
/Averroes (w. 1128) pakar
Fikih, filsafat dan kedokteran
Abdel-al Rahman AlKhazin
(w.

34

Anda mungkin juga menyukai