Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN PEMBULUH DARAH PERIFER

Disusun Oleh :
Sinnu Rahmiati Harahap (13404222113)
Fira Adila (13404222065)
Humaira Khairi (13404222068)
Intan Soraya (13404222070)

AKADEMI KEPERAWATAN
KESDAM ISKANDAR MUDA LHOKSEUMAWE
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang maha pemurah lagi maha
penyayang, yang selalu melimpahkan karunianya kepada kita semua. Dan
shalawat juga jangan lupa kita sampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW.
Terima kasih saya sampaikan kepada dosen pembimbing yang telah
mengarahkan Kami sehingga terselesainya penulisan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Pembuluh Darah
Perifer” hingga selesai.
Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini kami
sambut dengan senang hati.

Lhokseumawe, Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A. Definisi ................................................................................................. 3
B. Etiologi ................................................................................................. 4
C. Manifestasi Klinis................................................................................. 4
D. Patofisiologi.......................................................................................... 5
E. Pemeriksaan penunjang........................................................................ 6
F. Penatalaksanaan.................................................................................... 7
G. Asuhan Keperawatan............................................................................ 8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..................................................... 16


A. Pengkajian............................................................................................. 16
B. Analisa data........................................................................................... 20
C. Diagnosa Keperawatan Data................................................................. 21
D. Intervensi............................................................................................... 21
E. Implementasi dan evaluasi keperawatan............................................... 22

BAB IV PENUTUP.................................................................................... 25
A. Kesimpulan........................................................................................... 25
B. Saran..................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 26

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit arteri perifer (PAP) didefinisikan sebagai penyempitan dan
obstruksi aliran anterior dari arteri sistemik utama selain dari sirkulasi otak dan
koroner. Ada banyak penyebab PAP termasuk vaskulitis, sindrom displastik,
kondisi degeneratif, trombosis, dan tromboemboli (Conte & Vale, 2018).
PAP pada umumnya disebabkan oleh penyempitan arteri progresif pada
ekstremitas bagian bawah, akibat aterosklerosis. Kondisi ini menyebabkan
berbagai sindrom klinis. Secara global, prevalensi PAP dapat ditemukan, baik
tanpa gejala maupun dengan gejala. Sebagian besar kasus PAP tidak
menunjukkan gejala bervariasi (0,9% dan 22%), tetapi bahkan penyakit yang
diam secara klinis menyiratkan peningkatan morbiditas dan mortalitas
vascular.
Indonesia menduduki peringkat ketiga jumlah perokok terbanyak di
dunia berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2016.
Menurut Riskesdas, terdapat lebih dari 63 juta penduduk indonesia mengalami
hipertensi. Ditemukan 35.9 % dari penduduk Indonesia ≥ 15 tahun dengan
kadar kolesterol abnormal ≥ 200 mg/dl.14 Jumlah penderita diabetes di
Indonesia berada pada peringkat keempat di dunia setelah India, China dan
Amerika. Sedangkan, Obesitas terus mengalami peningkatan dari tahun
ketahun didapatkan sebanyak 21.8% pada tahun 2018. Berdasarkan data
epidemiologi tersebut, angka kejadian faktor risiko PAP banyak ditemukan di
Indonesia dan terus bertambah sehingga memungkinkan nantinya penyakit
arteri perifer umum dijumpai dalam masyarakat.
Prevalensi PAP saat ini di dunia diperkirakan lebih dari 200 juta orang,
dan 15% terjadi pada populasi di Australia, sedangkan PAP dengan keluhan
gejala klinis diperkirakan terjadi pada usia remaja sampai saat ini belum ada
penelitian yang menggambarkan dengan jelas. Berbagai macam faktor risiko
dapat menyebabkan PAP, antara lain pola hidup seperti merokok, aktivitas

1
fisik, kebiasaan mengkonsumsi makanan asin, makanan manis, dan minum
kopi. Kebiasaan ini terbentuk akibat perubahan zaman yang telah memasuki
revolusi industri 4.0, termasuk dampaknya pada remaja. Revolusi industri 4.0
memungkinkan para remaja bekerja serba praktis. Salah satu gaya hidup yang
dapat menimbulkan risiko terhadap PAP adalah konsumsi makanan siap saji.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka hal inilah yang
mendasari penulis untuk menyusun makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Pembuluh Darah Perifer”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanaksh asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pembuluh
darah perifer?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif pada pasien gangguan pembuluh darah perifer.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan pembuluh
darah perifer.
b. Mampu menegakkan diagnosis keperawatan asuhan keperawatan pasien
dengan gangguan pembuluh darah perifer.
c. Menyusun perencanaan keperawatan asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan pembuluh darah perifer.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan pembuluh darah perifer.
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan dengan pasien gangguan pembuluh
darah perifer.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Peripheral Arterial Disease (PAD) ialah suatu penyakit dimana
terganggunya atau tersumbatnya aliran darah dari atau ke jaringan organ.
Sumbatan itu disebabkan oleh plak yang terbentuk di arteri yang membawa
darah ke seluruh anggota tubuh. Plak ini terdiri atas lemak, kalsium, jaringan
fibrosa, dan zat lain di dalam darah.
Penyakit arteri perifer (PAP) didefinisikan sebagai penyempitan dan
obstruksialiran anterior dari arteri sistemik utama selain dari sirkulasi otak dan
koroner. Adabanyak penyebab PAP termasuk vaskulitis, sindrom
displastik, kondisi degeneratif,trombosis, dan tromboemboli (Conte & Vale,
2018)
Penyakit arteri perifer adalah sindroma yang mengakibatkan obstruksi
aliran darah di arteri, terutama menyebabkan chronic limb ischemia (Sirait dan
Mustafa, 2021).
Penyakit arteri perifer adalah gangguan kesehatan dimana arteri
menyempit atau tersumbat. Biasanya kondisi ini disebabkan oleh penumpukan
plak yang terbentuk dari beragam zat yang ditemukan dalam darah. Zat yang
dimaksud antara lain, kalsium, lemak dan kolestrol. Dampaknya tungkai yang
kekurangan pasokan darah akan terasa sakit, terutama saat berjalan. Penyakit
arteri perifer termasuk gangguan yang mengubah aliran alami darah melalui
arteri dan vena sirkulasi perifer, menyebabkan penurunan perfusi kejaringan
tubuh.Ini mempengaruhi kaki jauh lebih sering dari pada lengan. Umumnya,
diagnosis Peripheral Ventricular Disease (PVD) menyiratkan penyakit arteri
Peripheral Arterial Disease (PAD) dari pada keterlibatan vena. Beberapa pasien
memiliki penyakit arteri dan vena. Biaya penyakit ini sangat tinggi dan
diperkirakan akan meningkat karena usia Baby boomer dan obesitas di
Amerika Serikat terus menjadi masalah kesehatan utama (Donna D.
Ignatavicius, 2019).

3
B. Etiologi
Peripheral Arterial Disease (PAD) umumnya merupakan akibat
aterosklerosis yang mana terbentuknya plak pada pembuluh darah. Plak ini
membentuk blok yang mempersempit dan melemahkan pembuluh darah.
Penyebab lain Peripheral Arterial Disease (PAD) yaitu :
1. Gumpalan atau bekuan darah yang dapat memblokir pembuluh darah
2. Diabetes, dalam jangka panjang, gula darah yang tinggi dapat merusak
pembuluh darah. Penderita DM juga memiliki tekanan darah yang tinggi
dan lemak yang banyak dalam darah sehingga memercapat perkembangan
aterosklerosis
3. Infeksi Arteri (arteritis)
4. Cedera, bisa terjadi bila kecelakaan, perokok
5. Hiperlipidemia, hipertensi, obesitas, dll.

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukkan pada pasien dengan PAP,
antara lain :
(1)klaudikasio, yaitu serangkaian gejalan berupa kelelahan, rasa berat, kram di
otot kaki (bokong, paha, atau betis) yang terjadi selama aktivitas seperti
berjalan atau menaiki tangga,
(2)nyeri di kaki dan/atau yang mengganggu saat tidur,
(3)luka di jari kaki atau di kaki yang lambat sembuh, memburuk, atau tidak
sembuh sama sekali,
(4)perubahan warna pada kulit kaki, termasuk pucat atau kebiruan,
(5)suhu yang lebih rendah pada satu kaki dibandingkan dengan kaki yang lain,
serta
(6)pertumbuhan kuku yang buruk dan pertumbuhan rambut yang menurun
pada kaki dan jari kaki. Namun, kebanyakan orang yang terdiagnosis PAP
tidak mengalami gejalagejala tersebut

4
D. Patofisiologi
PAD adalah hasil dari aterosklerosis sistemik. Ini adalah kondisi kronis
dimana oklusi arteri parsial atau total (penyumbatan) mengurangi perfusi ke
ekstremitas jaringan dibawah arteri yang menyempit atau tersumbat. Tidak
dapat hidup tanpa pasokan oksigen dan nutrisi yang adekuat.Penyakit arteri
perifer (PAP) dikaki kadang-kadang sebagai penyakit arteri ekstermitas bawah
(lead).Obstruksi yang dirujuk diklarifikasikan sebagai inflow dan outflow,
sesuai dengan arteri yang terlibat dan hubungannya dengan liga
inguinal.Penghalangan aliran masuk melibatkan ujung distal aorta dan arteri
iliaka umum, internal dan eksternal.Ini terletak diatas ligamentum
ingguinalis.Obstruksi keluar melibatkan arteri femoral, popliteal, dan tibialis
yang berada dibawah arteri femoralis superfisialis (SFA).Oklusi aliran masuk
yang biasanya dilakukan bertahap.Aterosklerosis adalah penyebab paling
umum obstruksi arteri kronis; oleh karena itu faktor resiko aterosklerosis juga
berlaku untuk PAD. Faktor-faktor resiko yang umum termasuk hipertensi,
hiperlipidemia, DM, merokok, obesitas, kolestrol tinggi dan kadar lipid serta
kecenderungan keluarga. Usia lanjut juga meningkatkan resiko penyakit terkait
dengan aterosklerosis. Pasien dengan PAD memiliki peningkatan resiko untuk
mengembangkan angina kronis MI atau stoke dan jauh lebih mungkin tidak
menyebabkan kerusakan jaringan yang siknifikan. Bertahap untuk mati dalam
waktu 10 tahun dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki penyakit ini.
Sekitar 10 himgga 12 juta orang memiliki PAD, kebanyakan dari mereka
berusia lebih dari 65 tahun. Orang Afrika-Amerika lebih sering terkena dari
pada kelompok lain, kemungkinan besar karena mereka memiliki banyak
faktor resiko seperti diabetes dan hipertensi. (Donna D. Ignatavicius, 2019)

5
Pathway

simulasi barreceptor dari sinus karotis dan orkus aorta

saraf simpatis (pelepasan kolekolamin)

vasokontriksi

peningkatan tekanan darah

gangguan sirkulasi

Otak Retina Sistemik

Resistensi Suplay O2 Spasma Artiole vasokintriksi


pembuluh darah
otah
Gangguan Siplopia after load
perfusi
jaringan
Resti ijury/ COP
cienra

Sumber : Yesi, (2020)

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Kinanti 2018) beberapa tes yang dapat diandalkan untuk
mendiagnosis penyakit arteri perifer adalah:
1. Uji fisik.
Uji fisik sederhana yang memeriksa keadaan organ-organ di dalam tubuh
termasuk pemeriksaan tekanan darah
2. ABI (Ankle Brachial Index).
Adalah pemeriksaan yang membandingkan tekanan darah di kaki dan di
tangan, mencerminkan keparahan iskemia selanjutnya. Tekanan darah

6
ditentukan di pergelangan kaki (menggunakan nadi tibialis posterior atau
dorsalis pedis) dan di arteri brakialis. Biasanya ABI lebih besar dari 1.0;
rasa sakit saat istirahatterjadi dengan ABI 0.3 atau kurang
3. Dopples Ultrasound.
Digunakan untuk mengukur aliran darah ke vena dan arteri dengan wund
wafe. Merupakan tes bersifat non-invasif yang digunakan untuk
memperkirakan aliran darah melalui pembuluh darah, caranya dengan
memantulkan gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) dari sirkulasi
sel darah merah. Biasanya di gunakan pada penyakit karotid, pencitraan
duplex sekarang berguna untuk arteri dan vena lain di dalam tubuh
4. MRA (Magnetic Resonance Angiography).
Pemeriksaan yang menggunakan tegnologi pencitraan resolusi tinggi MRI.
Tes non-invasif yang memberikan definisi yang jelas tentang lesi arteri dan
digunakan dalam perencanaan revaskularisasi. (Donna D. Ignatavicius
2015)
5. Blood Test.
Hal ini biasa akan dilakukan untuk memeriksa kadar kolesterol dan
trigliserida dalam darah yang diduga menyebabkan aterosklerosis
6. Angiography Of Peripheral Vasculature.
Menempatkan obstruksi dan menggungkapkan luasnya lesu vascular dengan
menyuntikan zat pewarna kedalam arteri dan mengambil gambar arteri
dalam urutan waktu. Studi pencitraan ini berguna pada pasien yang mungkin
menjalani angioplasty atau pemasangan steting.

F. Penatalaksanaan
1. Terapi Non Operatif (obat-obatan)
Terapi non operatif sebagai salah satu bentuk pengobatan terhadap
penyakit oklusi arteri lebih diutamakan pada pengontrolan faktor
risikonya, misalnya pemberhentian merokok, diet, perubahan posisi,
latihan (exercise), perawatan kaki,selanjutnya dapat diberi terapi
farmako- logik dengan obat-obat antiplatelet seperti : Aspirin (Anacin,

7
Ascriptin, Bayer aspirin), Pentoxifylline (Trental). Clopidogrel (Plavix),
dan Cilostazol.
2. Terapi Operatif
Terapi operatif tidak perlu dipertimbangkan apabila pasien patuh
menjalani terapi non operatif selama minimal 6 bulan. Terapi operatif yang
sering dilakukan adalah :
a. Penanganan Endovaskular Metode yang digunakan adalah
Percutaneus Transluminal (balloon) Angioplasty
b. Symphathectomy
c. Rekonstruksi arteri seperti endarterektomi, Bypass Grafting.

G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1. Identitas klien : selain nama klien, juga orangtua; umur, alamat, asal kota
dan daerah.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : penyebab utama klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b. Riwayat penyakit sekarang : tanda dan gejala klinis gangguan vaskuler
perifer, gejala yang mudah diamati adalah nyeri sperti krrem yang hilang
saat istirahat.
c. Riwayat penyakit dahulu : untuk mengidentifikasi adanya faktor-faktor
penyulit atau faktor yang membuat kondisi pasien menjadi lebih parah
kondisinya. Komplikasi dari penyakit terdahulu dapat menjadi
pertimbangan dalam penanganan aterosklerosis. Adanya penyakit
hipertensi, ataupun penyakit kardiovaskuler lain dapat dipertimbangkan
pengaruhnya terhadap terjadinya gangguan vaskuler.
d. Riwayat penyakit keluarga : adakah penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien
sekarang.
2. Pola fungsi kesehatan

8
a. Pola nutrisi-metabolik. Kehilangan nafsu makan. Pada awal kejadian
adanya mual atau muntah (adanya peningkatan intra kranial) kehilangan
senasai pada lidah, dagu, tenggorokan dan gangguan menelan.
b. Pola eliminasi Adanya perubahan pola eliminasi, anuria, inkontensia
urine, distensi abdomen, tidak ada bising usus ( illeus paralitik ).
c. Pola aktifitas-latihan Adanya kesukaran terhadap aktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis atau hemiplegi, mudah
lelah.
d. Pola tidur dan istirahat Kesukaran untuk istirahat karena kelemahan
secara umum dan gangguan penglihatan.
e. Pola sensorik Adanya sinkop atau pusing, nyeri kepala menurunnya
penglihatan atau kekaburan pandangan, gangguan penciuman atau
perabaan atau sentuhan menurun terutama pada daerah luka dan
ekstremitas, status mental, koma, ekstremitas lemah atau paralisis, tidak
dapat menggenggam, paralisis wajah, tidak dapat bicara, berkomunikasi
secara verbal, kehilangan pendengaran, penglihatan, sentuhan, refleks
pupil, dan dilatasi.
3. Pemeriksaan fisik, fokus pada sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi
Pemeriksaan tanda-tanda vital TD, Nadi, RR dan Suhu penting dilakukan
untuk mengetahui tanda awal dari ketidakstabilan hemodinamik tubuh,
gambaran dari tanda vital yang tidak stabil merupakan indikasi dari
peningkatan atau penurunan kondisi perfusi jaringan dan kegagalan jantung
dalam berkontraksi.
a. Keluhan atau adanya nyeri:
Pada identifikasi nyeri perlu dikaji lebih dalam seberapa besar nyeri
muncul, lokasi dan sifat nyeri termasuk penjalaran dari nyeri yang
muncul sehingga dapat diklasifikasikan daerah/area yang mengalami
aterosklerosis. Adanya nyeri yang terkaji dapat menjadi patokan,
didaerah mana kira-kira lokasi yang mengami penyumbatan dan setelah
itu perlu di identifikasi kembali dengan beberapa pemeriksaan penunjang
untuk membuktikan dan mempertegas kondisi pasien.

9
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang sangat penting
dilakukan karena adanya perubahan tanda-tanda vital menunjukkan
kelainan sirkulasi dalam sistem sistemik tubuh. Dengan asumsi
penurunan kontraktilitas otot-otot jantung, maka denyut nadi akan
menurun dan juga tekanan darah naik lama kelamaan akan menurun
karena penurunan cardiac output. Oleh karena itu pengkajian terhadap
tanda-tanda vital sangat perlu dilakukan sebagai indikasi awal adanya
kelainan sistemik tubuh.
c. Pemantauan Hemodinamik
Disamping pemantauan TTV, perlu juga haru dikaji sistem hemodinamik
tubuh, karena adanya perubahan curah jantung, maka sirkulasi juga akan
berkurang, demikian juga cairan dan keseimbangan cairan akan
berpengaruh terhadap tekanan hemodinamik tubuh
d. Pemamtauan perubahan penampakan dan temperature kulit
Aliran darah yang tidak memadai mengakibatkan ekstremitas dingin
Rubor terlihat dalam 20 menit sampai 2 menit setelah ektremitas
tergantung dan merupakan petunjuk adanya kerusakan arteri dimana
pembuluh darah tidak mampu berkonstruksi. 11 Sianosis Rambut hilang
Kuku rapuh Kulit kering Atropi dan ulserasi Edema bilateral atau
unilateral
4. Pemeriksaan penunjang
a. ECG (Electrocardiogram)
ECG bermanfaat dalam mengidentifikasi iskemia miokardium, apalagi
dalam kondisi istirahat. Adanya gambaran depresi S-T atau horizontal
1mm atau lebih diluar titik J, bersifat khas, walaupun tidak
patognomonik iskemia kardium. Gambaran lain dari adanya kelainan
ECG mencakup perubahan gelombang ST-T nonspesifik, kelambatan
hantaran atrioventrikularis dan intraventrikel serta aritmia bersifat non
spesifik untuk penyakit jantung koroner aterosklerotik.
b. Laboratorium darah

10
Lipid darah (lemak) bahwa telah diketahui bahwa hiperlipidemia adalah
suatu faktor penting dalam perkembangan aterosklerosis koronaria.
Demikian juga peningkatan kadar gula darah yang diatas rata-rata, hal ini
menunjukkan adanaya risk factor lain yang dapat menyebabkan
aterosklerosis. Elektrolit : ketidakseimbangan dapat mempengaruhi
konduksi dan dapat mempengaruhi kontraktilitas, contoh: hipokalemia
atau hiperkalemia. Sel darah Putih (SDP) : leukosit (10.000-20.000)
biasanya tampak sehubungan dengan proses inflamasi. Kecepatan
sedimentasi : apabila meningkat maka menunjukkan adanya inflamasi.
Kimia : mungkinnormal tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi
organ akut atau kronis. Kolesterol atau trigeliserida serum : meningkat,
menunjukkan arteriosclerosis.
c. Pemeriksaan dengan Echokardiografi
Pemeriksaan penunjang lain yaitu pemeriksaan echo-kardiografi, dari
pemeriksaan ini dapta dilihat lokasi penyumbatan dan berapa besar
tingkat aliran darah yang mengaliri koroner dan jantung, dan dilihat juga
seberapa besar adanya penyumbatan aliran tersebut. Dari hasil echo yang
dapat memotret dari 3 dimensi memungkinkan diagnosa dan tindakan
yang akan dilakukan akan tepat sasaran.
d. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner dan biasanya
dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji
fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi).
e. Pemeriksaan Photo thorak
Hasil, mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung didug
gagal jantung koroner atau aneurisme ventrikuler. Pemeriksaan ini
disamping untuk mengetahui seberapa besar adanya pembesaran jantung,
juga untuk mengetahui dan mengidentifikasi gangguan sistem respirasi
terutama paru. Dengan adanya photo thorak dapat diketahui secara dini
adanya pneumonia atau infeksi lain sehingga faktor penyulit tersebut
dapat dicegah dan ditangani dengan cepat.

11
b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan sirkulasi
2. Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah
menyuplai oksigen
3. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi
4. Defisit pengetahuan mengenai aktifitas perawatan diri

c. Intervensi
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
hasil (SLKI)
Perfusi Perifer Perfusi Perifer Manajemen Sensasi Perifer (I.06195)
Tidak Efektif (L.02011) Observasi
(D.0009) Setelah dilakukan  Identifikasi penyebab perubahan sensasi
tindakan keperawatan  Identifikasi penggunaan alat pengikat,
diharapkan selama 2x prosthesis, sepatu, dan pakaian
24 jam diharapkan  Periksa perbedaan sensasi tajam atau
perfusi perifer tumpul
meningkat dengan  Periksa perbedaan sensasi panas atau
kriteria hasil : dingin
 Kekuatan nadi  Periksa kemampuan mengidentifikasi
perifer meningkat lokasi dan tekstur benda
 Warna kulit pucat  Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
menurun  Monitor perubahan kulit
 Pengisian kapiler  Monitor adanya tromboplebitis dan
membaik tromboemboli vena
 Akral membaik Terapeutik
 Turgor kulit  Hindai pemakaian benda-benda yang
membaik berlebihan suhunya (terlalu panas atau
dingin)
Edukasi
 Anjurkan penggunaan thermometer untuk
menguji suhu air
 Anjurkan penggunaan sarung tangan
termal saat memasak
 Anjurkan memakai sepatu lembut dan
bertumit rendah
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
 Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika
perlu

12
Nyeri Akut Tingkat nyeri Manajeman nyeri (I.08238)
(D.0077) (L.08066) Observasi
Setelah dilakukan  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
tindakan keperawatan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
diharapkan selama 2x  Identifikasi skala nyeri
24 jam diharapkan
tingkatnyeri menurun  Idenfitikasi respon nyeri non verbal
dengan kriteria hasil :  Identifikasi faktor yang memperberat dan
 Keluhan nyeri memperingan nyeri
menurun  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
 Meringis menurun tentang nyeri
 Sikap protektif  Identifikasi pengaruh budaya terhadap
menurun
respon nyeri
 Gelisah menurun
 Kesulitan tidur  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
menurun hidup
 Frekuensi nadi  Monitor keberhasilan terapi komplementer
membaik yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesik secara
tepat
 Ajarkan Teknik farmakologis untuk
mengurangi nyeri

13
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Gangguan Integritas kulit Edukasi Kesehatan (I.12383)


Integritas Kulit (L.14125) Observasi
(D.0129) Setelah dilakukan  Identifikasi penyebab gangguan integritas
tindakan keperawatan kulit (mis: perubahan sirkulasi, perubahan
diharapkan selama 2x status nutrisi, penurunan kelembaban,
24 jam diharapkan suhu lingkungan ekstrim, penurunan
integritas kulit mobilitas)
meningkat dengan Terapeutik
kriteria hasil :  Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
 Kerusakan jaringan  Lakukan pemijatan pada area penonjolan
menurun tulang, jika perlu
 Bersihkan perineal dengan air hangat,
 Kerusakan lapisan
terutama selama periode diare
kulit menurun  Gunakan produk berbahan petroleum atau
minyak pada kulit kering
 Gunakan produk berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada kulit sensitive
 Hindari produk berbahan dasar alkohol
pada kulit kering
Edukasi
 Anjurkan menggunakan pelembab (mis:
lotion, serum)
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
sayur
 Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrim
 Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
minimal 30 saat berada diluar rumah
 Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
Defisit Tingkat pengetahuan Edukasi Kesehatan (I.12383)
Pengetahuan L.12111 Observasi
(D.0111) Setelah dilakukan  Identifikasi kesiapan dan kemampuan
tindakan keperawatan menerima informasi
diharapkan selama 2x  Identifikasi faktor-faktor yang dapat
24 jam diharapkan meningkatkan dan menurunkan motivasi
tingkat pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat
meningkat dengan Terapeutik
kriteria hasil :  Sediakan materi dan media Pendidikan
 Perilaku sesuai Kesehatan
 Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai

14
anjuran meningkat kesepakatan
 Verbalisasi minat  Berikan kesempatan untuk bertanya
dalam belajar Edukasi
 Jelaskan faktor risiko yang dapat
meningkat
mempengaruhi Kesehatan
 Kemampuan  Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
menjelaskan  Ajarkan strategi yang dapat digunakan
pengetahuan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
tentang suatu topik dan sehat
meningkat
 Kemampuan
menggambarkan
pengalaman
sebelumnya yang
sesuai dengan topik
meningkat
 Perilaku sesuai
dengan
pengetahuan
meningkat
 Pertanyaan tentang
masalah yang
dihadapi menurun
 Persepsi yang
keliru terhadap
masalah menurun

D. Implementasi
Keperawatan Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan atau intervensi

E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan sesusai dengan kriteria hasil yang ditetapkan
menggunakan SOAP

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Nama : Ny.S
Tempat/Tgl Lahir : Lhokseumawe, 20 Maret 1973
Usia : 50 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa /suku : Indonesia / Aceh
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Panggoi
Tanggal Masuk : 13 Januari 2023
Tanggal Pengkajian : 14 Januari 2023
Penanggung Jawab
Nama : Tn.J
Alamat : Panggoi
Status : Menikah
Hubungan : Isteri
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang :
1) Riwayat penyakit saat ini :
Pasien mengatakan nyeri pada kedua kaki terutama kaki kanan
durasi nyeri 20-30 menit sejak 3 bulan lalu memburuk saat berjalan
atau menaiki tangga dalam jarak yang jauh dan akan membaik saat
istirahat.
2) Keluhan Utama : gangguan pembuluh darah perifer

16
b) Riwayat Kesehatan yang lalu
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit
c) Riwayat kesehatan keluarga.
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit

c. Pola Kebiasaan :
a) Pola Nutrisi :
1) Cara makan : Oral
2) Frekuensi : 3 Kali / hari
3) Jenis Diet : Makanan biasa
4) Nafsu makan : Baik
5) Porsi Makan : 1 porsi
6) Alasan :-
7) Intake cairan : Oral : 1400 CC/hari
8) Perubahan BB selama sakit : Turun 3 Kg
9) Informasi Lain :-
b) Pola Eliminasi :
1) Buang Air Besar :
a) Frekuensi : 1 kali/hari
b) Waktu : Pagi
c) Keluhan :-
2) Buang Air Kecil :
a) Frekuensi : 3-4 kali/ hari
b) Jumlah : ± 800 CC/ hari
c) Informasi lain :-
c) Pola Tidur dan Istirahat :
1) Waktu Tidur : Jam 21.00 sampai dengan jam 05:00 WIB
2) Lama Tidur :8 jam/ hari
3) Kesulitan Tidur : Ya
4) Keluhan : Sering terbangun

17
5) Informasi lain : -
d) Pola Aktivitas dan Latihan :
1) Aktivitas dibantu : Tidak
2) Kesulitan/ keluhan dalam aktivitas : Tidak
3) Informasi lain :-
e) Personal Hygiene :
1) Defisit perawatan diri : Tidak
2) Rambut : Bersih
3) Mulut/ gigi geligi : Bersih
4) Kulit : Bersih
5) Kuku : Bersih
6) Genetalia : Bersih
7) Informasi lain :-
d. Aspek sosial :
a) Pola Interaksi : Baik
b) Komunikasi : Baik
c) Orang yang paling berarti : Keluarga
d) Adat Istiadat/ Bahasa Sehari-hari : Bahasa Aceh
e. Aspek Psikologis :
1) Konsep Diri : Baik
2) Hal Yang dipikirkan : Kesembuhan diri
f. Aspek Spiritual
1) Berwudhu : Ya, 5 kali/hari
2) Sembahyang : Ya, 5 kali/hari
3) Berdo’a : Ya, 5 kali/hari
4) Berzikir : Ya, 5 kali/hari
5) Mengaji : Ya, 2 kali/hari
2. Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan Fisik Umum :
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : compos mentis

18
c. Tanda-tanda Vital : TD : 160/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 28x/menit
Suhu Tubuh : 36,70C
d. Tinggi Badan : 165 cm
e. Berat Badan
Sebelum Sakit : 55
Setelah Sakit : 53
3. Pemeriksaan fisik persistem
1) Kepala
Inspeksi : Kepala terlihat simetris, rambut pasien berwarna hitam, tidak
ada kutu rambut, tidak ada lesi
Palpasi : Kepala pasien tidak terdapat fraktur pada tulang cranium, tidak
terdapat benjolan
2) Mata
Inspeksi : Mata pasien simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat ikterik
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, konjungtiva tidak anemis
3) Hidung
Inspeksi : hidung pasien simetris, tidak ada lesi, tidak terjadi
penumpukan seruman
Palpasi : tidak terdapat fraktur, tidak terdapat lesi, tidak terdapat benjolan
4) Mulut Inspeksi : mukosa tidak kering, gigi pasien bersih, tidak terdapat
lesi, mulut pasien bersih
5) Dada
Inspeksi : Dada terlihat simetris, tidak terdapat kelainan bentuk tulang
belakang, tidak terdapat retraksi
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, terdapat nyeri pada dada, Perkusi :
Bunyi dada simetris
Auskultasi : Bunyi nafas antara paru-paru kanan dan kiri sama
6) Abdomen
Inspeksi : Perut pasien simetris, tidak terdapat lesi, tidak terlihat benjolan

19
Auskultasi : Peristaltik 12x/menit Perkusi : Bunyi abdomen timpani
Palpasi : Tidak terdapat benjolan
7) Ekstremitas
Ekstermitas atas : lakukan piiting edema pada bagian triseps , biseps
Ekstermitas bawah :lakukan pitting edema pada bagian patela dan
pergelangan kaki
4. Pemeriksaan Penunjang

Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan


Hasil
Leukosit 7.8 (4.4–11.3) g/dL Normal
Trombosit 4.60 (4.10–5.10) g/dL Normal
Hemoglobin 5.0 (12.3–15.3) g/dL Abnormal

5. Program Pengobatan :

Nama obat Dosis Waktu pemberian (per hari) Bentuk obat


Amlodipine 10 mg 1 x 10 mg Tablet
Amitriptylin 10 mg 3 x 10 mg Tablet
Clomipramin 10 mg 3 x 10 mg Tablet

6. Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
1 Ds : Gangguan sirkulasi Perfusi Perifer Tidak
 Pasien mengatakan nyeri Efektif
saat berjalan dan menaiki
tangga seperti tertusuk-
tusuk
 Pasien mengatakan sering
kesemutan
Do :
 Kaki kanan lebih pucat dari
pada kaki kiri, tidak ada
luka
 TTV :
TD : 160/70 mmHg
N : 80x/ menit
R : 28x/ menit
Suhu : 36,7℃

20
2 Ds : Gangguan Nyeri Akut
Pasien mengatakan Nyeri saat kemampuan
berjalan dan menaiki tangga pembuluh darah
seperti tertusuk-tusuk menyuplai oksigen
Do :
 Pasien tampak meringis
kesehatan
 Skala nyeri 6

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan sirkulasi
(D.0009)
2. Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah
menyuplai oksigen (0077)

C. Intervensi
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi (SIKI)
(SLKI)
Perfusi Perifer Perfusi Perifer (L.02011) Manajemen Sensasi Perifer (I.06195)
Tidak Efektif Setelah dilakukan Observasi
(D.0009) tindakan keperawatan  Identifikasi penyebab perubahan sensasi
diharapkan selama 2x 24  Periksa perbedaan sensasi panas atau
jam diharapkan perfusi dingin
perifer meningkat dengan  Periksa kemampuan mengidentifikasi
kriteria hasil : lokasi dan tekstur benda
 Kekuatan nadi perifer  Monitor perubahan kulit
meningkat  Monitor adanya tromboplebitis dan
 Pengisian kapiler tromboemboli vena
membaik Terapeutik
 Akral membaik  Hindari pemakaian benda-benda yang
 Turgor kulit membaik berlebihan suhunya (terlalu panas atau
dingin)
Edukasi
 Anjurkan penggunaan thermometer untuk
menguji suhu air
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Nyeri Akut Tingkat nyeri (L.08066) Manajeman nyeri (I.08238)
(D.0077) Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
diharapkan selama 2x 24

21
jam diharapkan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
tingkatnyeri menurun  Identifikasi skala nyeri
dengan kriteria hasil :  Identifikasi faktor yang memperberat dan
 Keluhan nyeri menurun
memperingan nyeri
 Meringis menurun
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan Teknik farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

D. Impelementasi dan Evaluasi


Tanggal 14 Januari 2023
Diagnosa
No Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 Perfusi  Mengidentifikasi penyebab perubahan S:
Perifer Tidak sensasi  Pasien mengatakan nyeri
Efektif  Memeriksa perbedaan sensasi panas saat berjalan dan menaiki
(D.0009) atau dingin tangga seperti tertusuk-
 Memeriksa kemampuan tusuk
mengidentifikasi lokasi dan tekstur  Pasien mengatakan sering
benda kesemutan
 Monitor perubahan kulit O:
 Monitor adanya tromboplebitis dan

22
tromboemboli vena  Kaki kanan lebih pucat
 Menghindari pemakaian benda-benda dari pada kaki kiri, tidak
yang berlebihan suhunya (terlalu ada luka
panas atau dingin)  TTV :
 Menganjurkan penggunaan TD : 160/70 mmHg
thermometer untuk menguji suhu air N : 80x/ menit
 Melakukan tindakan kolaborasi R : 28x/ menit
pemberian analgesik, jika perlu Suhu : 36,7℃
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
2 Nyeri Akut  Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S:
(D.0077) durasi, frekuensi, kualitas, intensitas  Pasien mengatakan
nyeri Nyeri saat berjalan dan
 Mengidentifikasi skala nyeri menaiki tangga seperti
 Mengidentifikasi faktor yang tertusuk-tusuk
memperberat dan memperingan nyeri O:
 Memonitor efek samping penggunaan  Pasien tampak meringis
analgetik kesehatan
 Memberikan Teknik nonfarmakologis  Skala nyeri 6
untuk mengurangi nyeri (mis: TENS, A: Masalah belum teratasi
hypnosis, akupresur, terapi music, P: Intervensi dilanjutkan
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Mmpertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Menjelaskan strategi meredakan nyeri
 Mengajarkan Teknik farmakologis
untuk mengurangi nyeri
 Melakukan tindakan kolaborasi
pemberian analgetik, jika perlu

Tanggal 15 Januari 2023


Diagnosa
No Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 Perfusi  Mengidentifikasi penyebab perubahan S:
Perifer Tidak sensasi pasien mengatakan kakiya
Efektif  Memeriksa perbedaan sensasi panas sudah tidak sering

23
(D.0009) atau dingin kesemutan
 Memeriksa kemampuan O:
mengidentifikasi lokasi dan tekstur  Warna kaki sudah mulai
benda tidak pucat dan teraba
 Monitor perubahan kulit hangat
 Monitor adanya tromboplebitis dan  TTV :
tromboemboli vena TD : 130/80 mmHg
 Menghindari pemakaian benda-benda N : 80x/ menit
yang berlebihan suhunya (terlalu R : 24x/ menit
panas atau dingin) Suhu : 36,7℃
 Menganjurkan penggunaan A: Masalah teratasi
thermometer untuk menguji suhu air P: Intervensi selesai
 Melakukan tindakan kolaborasi
pemberian analgesik, jika perlu
2 Nyeri Akut  Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S:
(D.0077) durasi, frekuensi, kualitas, intensitas  Pasien mengatakan
nyeri kakiya sudah tidak nyeri
 Mengidentifikasi skala nyeri lagi
 Mengidentifikasi faktor yang O:
memperberat dan memperingan nyeri  Pasien tidak meringis
 Memonitor efek samping penggunaan  Skala nyeri 2
analgetik A: Masalah teratasi
 Memberikan Teknik nonfarmakologis P: Intervensi selesai
untuk mengurangi nyeri (mis: TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Mmpertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Menjelaskan strategi meredakan nyeri
 Mengajarkan Teknik farmakologis
untuk mengurangi nyeri
 Melakukan tindakan kolaborasi
pemberian analgetik, jika perlu

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit arteri perifer (PAP) didefinisikan sebagai penyempitan dan
obstruksi aliran anterior dari arteri sistemik utama selain dari sirkulasi otak dan
koroner. Ada banyak penyebab PAP termasuk vaskulitis, sindrom displastik,
kondisi degeneratif, trombosis, dan tromboemboli. Penyakit arteri perifer
adalah gangguan kesehatan dimana arteri menyempit atau tersumbat. Biasanya
kondisi ini disebabkan oleh penumpukan plak yang terbentuk dari beragam zat
yang ditemukan dalam darah. Zat yang dimaksud antara lain, kalsium, lemak
dan kolestrol. Dampaknya tungkai yang kekurangan pasokan darah akan terasa
sakit, terutama saat berjalan.

B. Saran
Untuk perawat diharapkan dapat meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan pembuluh darah perifer. Untuk
mahasiswa agar lebih memahami tentang pielonefritis agar dapat melakukan
asuhan keperawatan pada klien dengan secara optimal.

25
DAFTAR PUSTAKA

Donna D. Ignatavicius (2019). Medical Surgical Nursing:Patient Centered


Collaborative,care 2 8 thedition. London: United Kingdom

Yesi Kartika Sari. 2020. Slideshare.net:Asuhan keperawatan pada kasus PAD.


https://www.slideshare.net/mobile/yesiakd/asuhan-keperawatan-
periferalarterial-disease-pad

Conte, S. M., & Vale, P. R. (2018). Peripheral arterial disease. Heart, Lung and
Circulation, 27(4), 427-432

Kinanti. 2018. “Makalah Askep Gangguan Pembuluh Darah Perifer.”

26

Anda mungkin juga menyukai