2.DEFISIT NUTRISI
4.PERILAKU KEKERASAN
5.ISOLASI SOSIAL
DISUSUN OLEH :
NIA RAHMADAYANI
NIM: 13404221059
LHOKSEUMAWE
NIA RAHMADAYANI
13404221059
MENGETAHUI
Pengelola Peyelenggaraan Diklat
Rumah Sakit Jiwa Aceh
HALUSINASI
1.Pengertian
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari
luar, suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus ekstren
atau persepsi palsu (Prabowo, 2020). Halusinasi adalah kesalahan sensori persepsi yang
menyerang pancaindera, hal umum yang terjadi yaitu halusinasi pendengaran dan pengelihatan
walaupun halusinasi pencium, peraba, dan pengecap dapat terjadi (Townsend, 2021). Halusinasi
adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi yang disebabkan
stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2019). Halusinasi adalah persepsi klien terhadap
lingkungan tanpa stimulus yang nyata, sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak
nyata tanpa stimulus atau rangsangan dari luar (Stuart dalam Azizah, 2018). Berdasarkan
pengertian halusnasi itu dapat diartikan bahwa, halusinasi adalah gangguan respon yang
diakibatkan oleh stimulus atau rangsangan yang membuat klien mempersepsikan sesuatu yang
2.Klasifikasi
Menurut Yosep dalam Prabowo, 2020 halusinasi terdiri dari beberapa jenis dengan
mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran cahaya,gambaran geometric,
Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau
Gangguan stimulusyang ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa ada
stimulus yang terlihat, seperti merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasaan sesuatuyang busuk, amis, dan
menjijikan.
F. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
3.Etiologi
A. Faktor presdisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan
keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga akan merasa
3) Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami
seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan
zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien mengambil keputusan tegas, klien
lebih suka memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia cenderung
B. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2018) dalam hakekatnya seorang individu sebagai
mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan luar biasa,
penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium dan kesulitan tidur dalam waktu
yang lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi.
Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan menakutkan. Klien tida sanggup
3) Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan fungsi ego. Awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
4) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal dan comforting
5) Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, dan
hilangnya aktivitas beribadah. Klien halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa dan tidak
Menurut (Azizah, 2019) tanda dan gejala perlu diketahui agar dapat menetapkan
d. Disorientasi
i. Menarik diri
j. Sering melamun
5. Akibat
Adanya gangguan persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri
di mana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada
Seseorang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain
1.data subjektif :
2. data objektif :
b. mondar-mandir
d. tangan mengepal
e. keluar keringat
f. Mata merah
6.Pathway
1. Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan berhubungan dengan perubahan persepsi
menarik diri.
8. Intervensi
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi :
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
1) kriteria evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat menunjukkan rasa tenang ada kontak mata mau berjabat
tangan mau menyebutkan nama mau menjawab salam mau duduk berdampingan dengan perawat
2)Intervensi
a) sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan nonverbal
c) tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai client
selanjutnya.
1) kriteria evaluasi:
2)Intervensi
Rasional:
Kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan saling percaya juga dapat
memutuskan halusinasinya
b) observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya. Bicara dan tertawa tanpa
Rasional:
Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan perawat dalam melakukan
intervensi
1.jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara yang didengar
4.pakan pada klien bahwa ada juga pilihan lain yang sama seperti dia
Rasional:
2.waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jika sendiri,
jengkel,sedih)
Rasional:
e) diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi Halusinasi(marah, takut, sedih,
Rasional:
1) kriteria evaluasi:
Halusinasinya
klien
d) Klien dapat melakukan cara yang telah pilih untuk mengendalikan Halusinasi
2) Intervensi
Rasional:
b) diskusikan manfaat cara yang digunakan klien jika bermanfaat beri pujian
Rasional:
1.katakan:” saya tidak mau dengar kau” pada saat Halusinasi muncul
2.menemui orang lain atau Perawat, teman atau anggota keluarga yang lain untuk
Rasional:
d) Bantu klien memilih cara dan melatih cara untuk memutus Halusinasi secara
bertahap,misalnya dengan:
Rasional:
Motivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih memilih salah
satu cara mengendalikan Halusinasi dan dapat meningkatkan harga diri klien
e) Beri kesempatan melakukan cara yang telah dilatih. evaluasi hasilnya dan beri pujian jika
berhasil.
Rasional:
Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah dipilih
f) Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok ,orientasi realita dan stimulasi
persepsi
Rasional:
d. TUK IV : kalian dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol Halusinasi nya
1) kriteria evaluasi
b)Keluarga dapat menyebutkan pengertian ,tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi
2) intervensi:
a) Membina hubungan saling percaya dengan menyebutkan nama ,tujuan pertemuan dengan
Rasional:
selanjutnya
Rasional:
1. pengertian Halusinasi
3. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus HalusinasiCara merawat
anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah ,misalnya: beri kegiatan, jangan biarkan
4. Beri informasi waktu Follow up atau kapan perlu mendapat bantuan: halusinasi tidak
Rasional:
1) kriteria evaluasi
a) klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat ,Dosis dan efek samping obat
2) intervensi
a) diskusikan dengan klien dan keluarga tentang Dosis dan frekuensi serta manfaat minum
obat
Rasional:
Dengan menyebutkan Dosis frekuensi dan manfaat obat diharapkan kalian melaksanakan
program pengobatan
b) anjurkan klien minta sendiri obat pada Perawat dan merasakan manfaatnya
Rasional:
c) anjurkan klien untuk berbicara dengan Doktor tentang manfaat dan efek samping obat
yang dirasakan
Rasional:
Dengan mengetahui efek samping kalian akan tahu apa yang harus dilakukan setelah
minum obat.
d) diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
Rasional:
e) bantu klien menggunakan obat dengan prinsip lima benar(benar Dosis, Benar obat benar
Rasional:
Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat ,maka kemandirian klien untuk peng obatan
SP HALUSINASI
SP 1
A. PROSES KEPERAWATAN
1.Kondisi
b. Clean mondar-mandir
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan
1. Orientasi
"Selamat pagi. mas, sedang apa ? ". "kenalkan nama saya bapak Budi sisroyo, mas bisa
panggil saya bapak atau mas Budi saja". Mas namanya siapa ?....... Oooooo Joko Kristanto,
senang dipanggil siapa ?"Mas Joko atau mas Yanto". "Ooooo begitu baiklah mas Anto,saya
akan menemani ibu kurang lebih 2 minggu kedepan, nanti bisa cerita masalah yang dialami mas
Joko Bagaimana perasaan mas Joko saat ini?.......ooooo kalau saya lihat mas Joko tanpa bicara,
berbicara sama siapa? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap suara yang mas Joko dengar dan
orang yang mengajak bicara?. Di mana kita akan berbincang-bincang Mas ?,ooo... Di ruang
makan, baiklah. Kita akan bercakap-cakap berapa menit?"."15 menit!", Ya baiklah. Yeah
sekarang kita sudah duduk santai,tolong ceritakan suara - suara yang mas Joko dengar tadi,
Jadi mas mendengar suara orang yang mengajak berbicara dan menyuruh memukul orang
“. Menurut mas suara tersebut suara siapa,apakah mengenalnya?, oooooo seperti suara laki
laki .Bagaimana perasaan mas Joko setelah berbincang bincang tentang suara yang mas dengar?
Jadi suara yang mas dengar adalah…muncul saat…,dan yang mas lakukan saat suara suara
tersebut muncul ….Baiklah mas,nanti diingat ingat lagi yang suara suara lain yang
didengar ,jangan lupa Kalau suara suara itu muncul lagi beritahu perawat biar dibantu ya !.
Bagaimana kalau kita bercakap cakap tentang cara mengendalikan suara suara
tersebut ?”,setuju!. Baiklah kalau begitu ,Di mana kita akan bercakap-cakap, mungkin Mas Joko
punya tempat yang teduh dan santai untuk ngobrol? Berapa lama kita akan bercakap-
SP 2
A. Proses Keperawatan
2.Diagnosa Keperawatan
Tindakan Keperawatan
1.Orientasi
Selamat pagi Mas Joko saat ini? Masih ingat Nama saya? Bagus! Bagaimana perasaan
Mas Joko saat ini? Apakah ada suara-suara yang didengar dan belum diceritakan kemarin?
Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang cara cara mengendalikan
halusinasi yang Mas Joko alami tanda tanya, Bagaimana setuju? Kita bercakap-cakap di ruang
makan saja! Mas Joko mau berapa lama kita bercakap-cakap?. 15 menit, baiklah. Kemarin Mas
Joko sudah menceritakan tindakan yang dilakukan ketika suara-suara tersebut muncul. Masih
ingat?. Bagaimana apakah dapat mengurangi/menghilangkan suara suara yang Mas Joko
dengar?"oooo.....begitu! Kalau Mas Joko mau saya akan memberitahu cara cara lain yang dapat
dilakukan ketika suara-suara tersebut muncul? Bagaimana! "Oke yang pertama dengan
pergi....pergi !", kalau tarik nafas dalam dalam tahan sebentar dan keluarkan pelan pelan melalui
Mari saya ajari, Tirukan saya ya!", "Pertama katakan "saya benci kamu pergi....Pergi!"
Kemudian Tarik nafas dan keluarkan,begitu,"Bagus mudah kan ? Cara yang kedua dengan
melakukan kegiatan yang dapat memutus/ menghilangkan suara suara itu, misalnya dengan
mengambil air wudhu, salat atau membaca Alquran, membersihkan rumah atau alat-alat rumah
tangga, apabila suara-suara tersebut muncul siang atau sore hari. Cara ketiga adalah mencari
teman untuk diajak ngobrol sehingga suara-suara tersebut dapat dialihkan, tetapi cara ini tidak
tepat waktu tepat obat dan tepat dosis misalnya jam 17. 30 WIB sehingga Mas Joko akan
terbangun pada jam 05.00 pagi. Kalau Mas Joko suka olahraga atau Ma untuk menghindar suara
muncul kembali Mas Joko dapat mengikuti olahraga dengan teman-temannya, tentunya kalau
sore hari."
bagaimana, mudahkan?, Mas Joko dapat pilih sesuai dengan kondisi dan keadaan!
muncul?". Coba sebutkan kembali cara yang dapat Mas Joko lakukan untuk
Muncul lagi coba dipraktikkan nya Mas Joko, siapa tahu dapat membantu! bagaimana kalau
besok keluarga Mas Joko menjenguk, kita bercakap-cakap lagi bersama-sama keluarga tentang
halusinasi yang Mas Joko alami? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu saja biar
lebih leluasa? Mas Joko ingin Berapa lama kita akan bercakap-cakap besok? ".o.....15menit
SP3
A. PROSES KEPERAWATAN
1 .Kondisi
a.klien sudah mengetahui cara-cara yang dapat digunakan untuk memutus atau menghilangkan
halusinasi
2.Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan
1.Orientasi
selamat pagi, pak? ", Kenalkan saya bapak Budi yang merawat Mas Joko di sini, saya
Bagaimana perasaan Mas Joko saat ini? Apakah Mas Joko masih ingat cara-cara kemarin
yang saya ajarkan? Apakah Bapak/Ibu mengetahui pengertian halusinasi, gejala halusinasi dan
cara mengatasi halusinasi? pagi hari ini kebetulan Bapak Mahmud menengok Mas Joko, kita
akan bercakap-cakap tentang pengertian halusinasi dan cara-caranya yang harus dilakukan agar
Mas Joko terhindar dari halusinasi? kita bercakap-cakap di ruangan rawat saja biar lebih santai?
2.Kerja
Tolong Mas Joko Ceritakan tentang suara-suara didengar pada Pak Mahmud, agar beliau
tahun dan dapat membantu kalau di rumah nanti muncul lagi"." jadi begini, Ya Pak, Mas Joko ini
kalau dalam kedokteran mengalami halusinasi. Nah apa halusinasi itu?", halusinasi adalah
kesalahan dalam mengartikan rangsangan dari luar yang sebenarnya tidak ada, misalnya
mendengar suara yang mengajak bicara atau menyuruh melakukan sesuatu pada padahal tidak
Bagaimana cara mengenali orang yang mengalami halusinasi?. Bapak Mama akan
menjumpai orang tersebut tampak termenung, kemudian bicara sendiri atau tertawa sendiri, tidak
jarang orang tersebut tampak gelisah, menerima bingung dan ketakutan karena suara yang
mengancam, atau memeluk orang lain Jika selera itu tidak menyuruh untuk memukul. bagaimana
orang tersebut dapat beresiko orang tersebut akan melakukan kekerasan yang arahnya diri
sendiri,orang lain atau lingkungan.Maka jangan heran kalau bapak pernah melihat orang gila
tiba-tiba melempar dekai batu atau tiba-tiba merusak tanaman yang ada di dekatnya. Nah untuk
menghindari hal tersebut, ada cara agar halusinasi tidak muncul, yaitu tidak membiarkan Joko
sendirian melamun, beri Mas Joko kegiatan untuk mengisi waktu luangnya, ajak Mas Joko
nonton televisi bersama,jalan-jalan atau kegiatan pengajian dan gotong royong",Bagaimana? "
Bapak sudah paham.bila belum jelas Pak Mahmud dapat bertanya? ya jangan lupa minum obat
secara tepat dan teratur serta antar Mas Joko kontrol atau pergi RSJ sangat membantu agar Mas
3.Terminasi
suara suara yang didengar Mas Joko?"Coba sebutkan kembali pengertian halusinasi dan cara-
cara yang dapat keluarga lakukan agar mas joko dapat menghindari/memutus suara-suara yang
muncul suara-suara tersebut!":Bagus.... Lagi. Tolong ya Pak Oma Mas Joko dibantu untuk
menghindari suara-suara itu Muncul lagi, caranya dengan yang sudah saya jelaskan tadi!
Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap tentang manfaat dan efek samping obat yang Mas
Joko minum? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman?",Setuju! mau berapa lama?"
A. PROSES KEPERAWATAN
1) Kondisi
b) Klien dan keluarga sudah mengetahui cara menghindari munculnya kembali suara suara
2) Diagnosa Keperawatan
a) Resiko mencederai diri sendiri,Orang lain Dan lingkungan berhubungan dengan perubahan
3) Tujuan Khusus
1) Orientasi
Selamat pagi mas ,Joko ?” Masih ingat sama saya? Bagus! Bagaimana Perasaan mas Joko
saat ini?”, baik baik saja kan, Ada yang ingin disampaikan? Kita akan berbicara tentang jenis
obat , manfaat obat, efek samping obat serta pemakaiannya”, bagaimana mas Joko bersedia?
bagaimana kalau kita bercakap - cakap di taman saja, biar lebih santai? Berapa lama kita akan
2) Kerja
berapa jenis obat yang diminum mas Joko tadi pagi?” “Ya ,,,,, bagus. jadi begini ya mas
Joko, obat yang diminum tadi ada tiga macam, ini obatnya saya bawakan. saya jelaskan satu
persatu ya?” “ Yang warnanya orange ini namanya CPZ atau chlorponazin , gunanya untuk
Mempermudah mas Joko tidur sehingga dapat istirahat , minumnya 2 x sehari pagi hari dan sore
hari, pagi jam 07 .00 Dan sore jam 17.30 WIB.” “ efek sampingnya badan menjadi lemas, Keluar
ludah terus menerus.” Nah, yang ini ,namanya HPD atau haloperidole , karena Mas Joko dapat
yang 5 mg. Maka warnanya Jambon atau pink, Cara dan waktu Minumnya sama dengan CPZ 2 x
sehari .” “ Gunanya obat ini untuk menghilangkan suara - suara Yang mas Joko dengar , selain
dapat juga membuat mas Joko jadi rileks, santai dan dapat mengontrol emosi, efek sampingnya
badan menjadi kaku , terutama tangan dan kaki, Mulut kering dan dada berdebar- Debar dan
tremor/nderek dalam istilah Jawa.tapi mas Joko jangan khawatir, Ada penangkalnya, maka diberi
obat yang putih agak besar ini. Ini namanya triheksipinidile atau THP , fungsinya obat ini
menetralkan atau menghilangkan efek samping yang tidak menggenakkan tadi, makanya obat ini
harus diminum bersamaan dengan obat CPZ dan HPD tadi .Bagaimana masih ada yang belum
jelas ?” “Jangan lupa kalau obat ini hampir habis segera kontrol kembali ya !”
3) Terminasi
Bagaimana perasaan nya setelah bercakap - cakap tentang jenis dan manfaat obat yang
mas Joko minum setiap hari? Coba sebutkan kembali jenis obat yang mas Joko,dan ambilkan
yang namanya HPD ……… dan seterusnya , sebutkan manfaatnya sekalian !” . “ bagus
….diingat - ingat ya! Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat ya !” . O.
Ya kalau ada yang belum jelas bisa mas Joko tanyakan kembali pada waktu lain. Bagaimana
kalau kapan - kapan kita bercakap - cakap lagi dengan topik yang lain?.Bagaimana kalau kita
bercakap cakap di teras saja ?” ,setuju! mau berapa lama ?”. “Bagaimana kalau 10 menit saja ?”
LAPORAN PENDAHULUAN
PENGERTIAN
Defisit Perawatan Diri (DPD) adalah ketidak mampuan melakukan atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri, Penyebab dari kurangnya perawatan diri yaitu : gangguan muskuloskelatal, gangguan
neuromuskuler, kelemahan, gangguan psikologis / psikototik dan penurunan motivasi / minat, yang
menyebabkan penurunan untuk melakukan aktivitas perawatan diri mandi, berpakaian, makan, toileting
serta berhias. Defisit perawatan diri adalah keadaan dimana seseorang yang mengalami kelainan
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari secara mandiri. Tidak
ada keinginan pasien untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau
nafas serta penampilan tidak rapi. Defisi perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada
pasien gangguan jiwa (Laia &Pardede,2022)
Deficit perawatan diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami hambatan ataupun
gangguan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri, seperti
mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi untuk dirinya sendiri (Tumanduk, Messakh, & Sukardi, 2018).
Defisit perawatan diri adalah keadaan seseorang yang tidak mampu merawat diri dengan benar dan tidak
dapat menyelasaikan aktivitas perawatan diri seperti mandi, berhias, mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan/minum serta mencuci tangan setelah Buang air besar dan buang air kecil (Laia, et Al).
1. Defisit perawatan diri : mandi Tidak ada keinginan untuk mandi secara
teratur, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
2. Defisit perawatan diri : berdandan atau berhias Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai,
tidak menyisir rambut, atau mencukurkumis.
3. Defisit perawatan diri : mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa makanan
dari piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan dari piring.
4. Defisit perawatan diri : toileting Ketidak mampuan atau tidak adanya keinginan untuk memlakukan
defeksi atau berkemih tanpa bantuan.
Etiologi
a. Factor predisposisi (Nurhalimah,2018).
1) Biologis , dimana deficit perawatan diri disebabkan oleh adanya penyakit fisik dan mental yang
disebabkan klien tidak mampu melakukan kperawatan diri dan dikarenakan adanya factor herediter
dimana terdapat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
2) Psikologis, adanya factor perkembangan yang memegang peranan yang tidak kalah penting, hal ini
dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan individu tersebut sehingga perkembangan
inisiatif menjadi terganggu. Klien yang mengalami deficit perawatan diri dikarenakan kemampuan
realitas yang kurang yang menyebabkan klien tidak peduli terhadao dir dan lingkungannya termasuk
perawatan diri.
3) Social, kurangnya dukungan social dan situasi lingkungan yang mengakibatkan penurunan
kemampuan dalam merawat diri.
b. Factor presipitas
Faktor presipitasi yang menyebabkan deficit perawatan diri yaitu penurunan motivasi, kerusakan
kognitif/persepsi, cemas, lelah, lemah yang menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri. Menurut Rochmawati (2018), factor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1) Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihandirinya.
2) Praktik Sosial Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola persona lhygiene.
3) Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampoo, alat mandi semuanya yang memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan, Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada klienpenderita DM, ia harus menjaga kebersihankakinya.
5) Budaya disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan Seseorang ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti pengguanaan sabun, shampoo danlain-lain.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene :
1) Dampak Fisik banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit,
gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2) Dampak Psikososial masalah social yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri dan gangguan
interaksisocial.
ProsesTerjadinya
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri (Hastuti, 2018) adalah :
a. Data Subjektif
1) Klien merasalemah
2) Malas untukberaktivitas
3) Merasa tidakberdaya
b. DataObjektif
1) Rambut kotor,acak-acakan
2) Badan dan pakaian kotor dan bau
3) Mulut dan gigi bau
4) Kulit kusan dan kotor
5) Kuku panjang dan tidak terawat
Rentang ResponKognitif
Menurut Ginting (2021), rentang respon perawatan diri pad aklien adalah sebagai berikut :
Adaptif Maladaptif
Pola perawatan diri Kadang perawatan diri, Tidak melakukan
Seimbang kadang tidak perawatan saat stress
Keterangan : a. Pola
perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan mampu untuk berperilaku adaptif, maka
pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatandiri.
b. Kadang perawatan kadang tidak, saat klien mendapatkan stressor kadang-kadang klien tidak
memperhatikan perawatandirinya. c. Tidak
melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat
stressor.
MekanismeKopingMenurut (Sutria, 2020), mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi
menjadi 2 yaitu :
a. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan mencapi tujuan. Kategori
ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
ManifestasiKlinis
Menurut (Putra, 2019) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
1. Subyektif
a. Menyatakan tidak ada keingin mandi secara teratur
b. Perawatan diri harus dimotivasi
c. Menyatakan Bab/bak disembarangan tempat d.
Menyatakan tidak mampu menggunakan alat bantu makan
2. Obyektif
a. Tidak mampu membersihkan badan
b. Berpakaian secara benar c.
Tidak mampu melaksanakan kebersihan yang sesuai
d. Setelah melakukan toileting makan hanya beberapa suap dari piring/porsi tidak habis.
FASE ORIENTASI
’’Selamat pagi, perkenalkan saya perawat R.Kalau boleh tau nama kamu siapa ya? Senang dipanggil apa
Tn.I? Oh isap, Baiklah bagaimana keadaannya hari ini?
“Dari tadi saya lihat Tn. I menggaruk tangan dan kaki, gatal ya?”
”Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri?”
“Berapa lama kita berbicara?20 menit ya, mau dimana?Di sini saja ya Tn. I?
FASE KERJA (Langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Kaulu boleh tau Tn. I berapakali mandi dalam sehari?Apakah Tn. I sudah mandi hari ini?
Menurut Tn. I apa kegunaan mandi?Apa alasan Tn. I sehingga tidak bisa merawat diri?”
“Menurut Isap apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang
tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya? Badan gatal, mulut bau, apa lagi? Kalau tidak teratur
menjaga kebersihan diri masalah apa menurut Tn. I yang bisa muncul? Betul ada kudis, kutu dan
lainnya”.
“Apa yang Tn. I lakukan untuk merawat rambut dan muka?Kapan saja Tn. I menyisir rambut?
Bagaimana dengan bedakan?Apa maksud atau tujuan sisiran dan berdandan? Ya betul sekali”.
“Dimana biasanya Tn. I BAB/ BAK harus di WC.Nah… itu WC, lalu jangan lupa membersihkan pakai
air dan sabun”.
“Menurut Tn. I kalau mandi itu kita harus bagaimana? Sebelum mandi apa yang perlu kita persiapkan?
Bener sekali…. Biah perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampoo dan sabun serta sisir”.
“Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, saya akan membimbing Tn. I melakukannya.Sekarang
Tn. I siram seluruh tubuh termasuk rambut lalu ambil shampo gosokkan pada kepala Tn. I sampai
berbusa lalu bilas sampai bersih, bagus sekali.Selanjutnya ambil sabun, gosokkan diseluruh tubuh secara
merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol, giginya disikat mulai dari
arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi Tn. I mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-
kumur sampai bersih.Terakhir siram lagi seluruh tubuh Tn. I sampai bersih lalu keringkan dengan
handuk.Bagus sekali melakukannya.Selanjutnya Tn. I pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik”.
FASE TERMINASI
”Bagaimana perasaan Tn. I setelah mandi dan mengganti pakaian?Coba Tn. I
sebutkan lagi cara-cara mandi yang baik yang sudah Biah lakukan tadi!” Ya, bagus sekali ya Tn.I”
“Bagaimana perasaan Tn. I setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri tadi?Sekarang
coba Tn. I ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi”.
“Bagus sekali, mau berapa kali Tn. I mandi dan sikat gigi?Dua kali, pagi dan sore.Mari kita masukkan
dalam jadwal aktivitas harian. Nah, jangan lupa lakukan setiap hari ya Tn.I !
Dan beri tanda kalau sudah dilakukan seperti M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan)
kalau diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) kalau tidak melakukan.“Baik besok kita akan latihan
bercukur.Oke?”
“Tn. I mau nya jam berapa?”
“Baik besok saya akan datang lagi di jam yang sama ya”.
SP 2 Pasien
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Subjek:
Subjek sudah memahami cara merawat kebersihan diri, rambut terlihat kotor, badan bau, gigi terlihat
bersih dan kuning, 2.
Diagnosa keperawatan :
Defisit perawatan diri : personal hygiene (mandi, berdandan)
1. Tujuan khusus : TUK 2, 3, 4
2. Tindakan keperawatan :
Strategi keperawatan (SP) 2 percakapan melatih pasien laki-laki bercukur
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
’’Selamat siang Tn. I ”
“Bagaimana perasaan Tn. I hari ini?Bagaimana mandinya?Sudah di tandai dijadwal harian? Ya bagus
sekali ya Tn. I ”
“Hari ini kita akan latihan berdandan dan memotong kuku.Supaya Tn. I tampak rapi, bersih dan
cantik.Mari kita dekat cermin dan saya juga sudah membawa alat-alatnya untuk Tn. I (sisir, bedak,
lipstik)”.
“Kita akan latihan sekitar 20 menit ya, mau dimana? Di sini aja ya?Baiklah”.KERJA (Langkah-langkah
tindakan keperawatan) “ Sudah diganti
tadi pakaiannya sehabis mandi? Bagus ! “Nah
sekarang disisir rambutnya yang rapi, bagus !Apakah Tn. I biasa bercukur sendiri?”Ya silahkan hati-hati
ya. Bagus sekali !”.
TERMINASI
”Bagaimana perasaan Tn. I setelah belajar bercukur?”
“Tn. I jadi tampak lebih rapi dan bersih. Besok kita akan latihan makan dan minum yang baik.Tn.I mau
nya dimana? Jam berapa?”
“Baik, besok saya akan datang lagi pada tempat dan jam yang sama ya”.
SP 3 Pasien
1. Kondisi Subjek :
Subjek sudah memahami cara merawat kebersihan diri, klien sudah mampu bercukur secara mandiri.
5. Diagnosa keperawatan : Defisit
perawatan diri : personal hygiene (kebersihan diri (mandi), berpakaian/berdandan).
6. Tujuan khusus : TUK 3, 4 7.
Tindakan keperawatan
Strategi keperawatan (SP) 3 percakapan melatih klien makan sendi
FASE ORIENTASI
’’Selamat siang Tn. I ” wah sudah rapi ya Tn. I
“Bagaimana perasaan Tn. I hari ini?Tn.I udah makan siang? Belum ya”
“Siang ini kita akan laithan bagaimana cara makan yang baik”
“Kita akan latihan sekitar 20 menit ya, mau dimana? Di sini aja ya?Baiklah”.
SP 4 Pasien
1. Kondisi Subjek :
Subjek udah memahami cara merawat kebersihan diri, mandi sendiri, sudah mampu berdandan secara
mandiri, makan dan minum yang baik.
5. Diagnosa keperawatan :
Defisit perawatan diri : personal hygiene (kebersihan diri (mandi), berpakaian/berdandan)
6. Tujuan khusus : TUK 4
7. Tindakan keperawatan :
Strategi keperawatan (SP) 4 percakapan mengajarkan klien melakukan BAB/BAK secara
mandiri. FASE
ORIENTASI “Selamat
siang Isap, Bagaimana perasaan Tn. I hari ini? Baik” “Sudah dijalankan
jadwal kegiatannya? Sekarang kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing yang baik”
“Kira-kira 20 menit ya Tn. I, bimana kita duduk? Baik disini saja ya”
FASE KERJA (Langkah-langkah tindakan keperawatan) “Dimana
biasanya Tn. I BAB/BAK ? Benar Tn. I mampu BAB/BAK baik itu di WC/kamar mandi atau tempat lain
yang tertutup dan ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak BAB/BAK di sembarang tempat
ya…” “Sekarang, coba Tn. I jelaskan kepada saya
bagaimana cara Tn. I cebok?” “Sudah bagus ya Tn. I , yang perlu diingat
saat Tn. I cebok adalah Tn. I membersihkan anus dan kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak
ada tinja/ air kencing yang masih tersisa ditubuh Tn. I. Setelah Tn. I selesai cebok, jangan lupa tinja / air
kencing yang ada di WC/ jamban dibersihkan.Caranya siram tinja/ air kencing tersebut dengan air
secukupnya sampai tinja/ air kencing itu tidak tersisa di WC.Jika sudah bersihkan air kencing seperti ini,
berarti Tn. I ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing”.
“Setelah selesai membersihkan tinja/ air kencing, Tn. I terlu merapikan kembali pakaian sebelum keluar
dari WC/ kakus/ kamar mandi.Pastikan resleting celana telah rapi, lalu cuci tangan menggunakan sabun”.
FASE TERMINASI “Bagaimana
perasaan Tn.I setelah kita membicarakan tentang cara BAB/BAK yang baik?” “Coba
Biah jelaskan ulang tentang cara BAB/ BAK yang baik! Bagus..” “Untuk selanjutnya
Isap bisa melakukan cara-cara yang sudah dijelaskan tadi ya” “Terimakasih Tn. I”
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam
segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun
negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti
bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap
kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan
jiwa (keliat, 2019).
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan
harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang
mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang
berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi
menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk
berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah
melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman (Keliat,
2019).
3. Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang
lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi peran
Di masyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya
seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif dan
rasional sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif
dibandingkan wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan
tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan
sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur sosial.
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi kurang
percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika
akan melakukan sesuatu.
Control orang yang berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci
kepada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada
identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya.
d. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum,
yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh
kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan
pada pasien depresi kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif
dan tidak berdaya.
4. Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang
dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat
mempengaruhi komponen. Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah
hilangnya bagian tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan
struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan
pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri
adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti,
pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan dengan
saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan
bertanggung jawab sendiri.
Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi.
5. Rentang Respon
Keterangan:
7. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan citra tubuh
2) Kesiapan meningkatkan konsep diri
3) Harga diri rendah (kronis, situasional dan resiko situasional)
4) Ketidakefektifan performa peran
5) Gangguan identitas pribadi
8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping menurut Deden (2020) :
Jangka pendek :
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-obatan,
kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan,
politik.
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga kontes
popularitas.
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : penyalahgunaan
obat-obatan.
Jangka Panjang :
1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-
orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
Mekanisme Pertahanan Ego:
Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi,
isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.
9. Strategi Pelaksanaan
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang
sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih
dalam rencana harian.
A. Orientasi
“Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat Sinta. Saya Mahasiswa Keperawtan UPH.
Saya yang akan merawat bapak dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore nanti ya pak”
“Bagaimana keadaan Ibu T hari ini? Ibu T terlihat segar“
B. Kerja
“Ibu T, apa saja kemampuan Ibu T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya
bu. Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Ibu T lakukan? Bagaimana dengan
merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring? Wah, bagus sekali. Cukup banyak
kemampuan dan kegiatan yang Ibu T miliki “.
”Ibu T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan
di rumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah? yang kedua? sampai
5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang
masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”
”Sekarang, coba Ibu T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini”.
” Ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur Ibu T? Mari kita lihat tempat tidur Ibu
T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus sekali bu. Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita
balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus bu
T. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.
Sekarang ambil bantal, rapihkan dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat
selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus, ibu bisa melakukannya”
”Ibu T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus”
“ Coba Ibu T lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu T
lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan T
(tidak) tidak melakukan”
C. Terminasi
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu T mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis
istirahat jam berapa?”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu T masih ingat kegiatan
apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya
bagus, cuci piring. Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di
dapur ruangan ini sehabis makan pagi selama 20 menit, menurut ibu bagaimana?
Oke ibu, Sampai jumpa ya”
2. SP-2 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih pasien melakukan
kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.
A. Orientasi
“Selamat pagi, Ibu T masih ingat dengan saya? Iya benar sekali bu, saya perawat
Sinta yang akan merawat Ibu dari jam 8 sampai jam 3 sore nanti ya bu”
”Bagaimana Ibu T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pagi?
Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan
kemampuan kedua ya bu?. Masih ingat apa kegiatan itu Ibu T?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini, Waktunya sekitar
20 menit. Bagaimana menurut ibu T?”
B. Kerja
“Ibu T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring dan air
untuk membilas. Ibu T bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini ya? Oh ya
jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan”
“Setelah semua perlengkapan tersedia, Ibu T ambil satu piring kotor lalu buang dulu
sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian Ibu T
bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan
sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak
ada busa sabun sedikit pun di piring tersebut. Setelah itu Ibu T bisa mengeringkan
piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai ibu”
“Sekarang coba Ibu T praktekkan kembali seperti yang saya contohkan tadi bu”
“Bagus sekali, Ibu T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya bu”
C. Terminasi
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
Ibu T? Mau berapa kali Ibu T mencuci piring? Bagus sekali Ibu T mencuci piring
tiga kali setelah makan. “ Coba Ibu T lakukan dan jangan lupa memberi tanda M
(mandiri) kalau Ibu T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk
melakukan dan T (tidak) tidak melakukan”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur
dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan
mengepel. Mau jam berapa bu kita melakukan latihan mengepel nya? Oke baik besok
jam 9 pagi ya bu setelah ibu selesai merapikan tempat tidur dan mencuci piring.
Dimana kita akan melakukan latihannya bu? Oke baik bu, kita muali dari ruangan ini
saja ya bu. Kalau begitu saya permisi dulu ya bu, Sampai jumpa”
A. Orientasi
“Selamat pagi bapak/ibu, perkenalkan saya perawat sinta yang merawat ibu T dari
jam 8 pagi ini sampai nanti jam 3 sore”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Ibu T? Berapa
lama waktu Bapak/Ibu butuhkan? 30 menit saja? Baik pak/bu. Kita berbincang-
bincangnya diruang wawancara saja bagaimana pak/bu? Oke, mari kita keruangan
wawancara”
B. Kerja
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Ibu T itu memang terlihat tidak percaya diri dan
sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Ibu T, sering menyalahkan
dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia.
Dengan kata lain, Ibu T memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan
munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Ibu
T ini terus-menerus seperti itu, Ibu T bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi,
misalnya Ibu T jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah Ibu T dapat menjadi masalah serius, maka kita
perlu memberikan perawatan yang baik untuk Ibu T”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Ibu T? Ya benar, dia juga mengatakan
hal yang sama (kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan Ibu T)”
” Ibu T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring.
Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat
mengingatkan Ibu T untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu
menyiapkan alat-alatnya ya Pak/Bu dan jangan lupa memberikan pujian agar harga
dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadwal kegiatannya”.
”Selain itu, bila Ibu T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu
memantau perkembangan Ibu T. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan
tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa Ibu T ke puskesmas”
”Nah, bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada Ibu
T”
”Temui Ibu T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian
yang yang mengatakan: Bagus sekali Ibu T, kamu sudah semakin terampil mencuci
piring”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu
kemari lakukan seperti itu dan di rumah juga demikian ya pak/bu.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi
pujian langsung kepada Ibu T. Jam berapa Bapak/Ibu datang? Baik saya tunggu ya.
Sampai jumpa”
A. Orientasi
“Selamat pagi Bapak/Ibu?”
”Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat Ibu Bapak/Ibu seperti yang kita
pelajari dua hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Ibu T, Waktunya 20
menit. Bagaimana menurut bapak/ibu? Oke kalau begitu, sekarang mari kita temui
Ibu T”
B. Kerja:
”Hari ini saya datang bersama anak Ibu T. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, anak Ibu T juga ingin merawat Ibu T agar cepat pulih.”
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan orang tua
Bapak/Ibu (Perawat mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya)”
”Baiklah, sekarang saya dan anak Ibu T ke ruang perawat dulu (Perawat dan
keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)”
C. Terminasi:
“Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat seperti yang tadi
kepada Ibu T ya”.
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILKU KEEKRASAN
1. Pengertian
Resiko perilaku kekerasan yakni kondisi dimana individu pernah atau mengalami riwayat mencederai
dirinya sendiri, orang lain ataupun lingkungan baik secara fisik, emosional, seksual maupun lisan karena
individu tidak mampu mengendalikan atau mengontrol amarah secara konstruktif (Kartika et al., 2018).
Sedangkan menurut Bernstein dan Saladino 2007 dalam (Sujarwo & PH, 2019) Perilaku kekerasan (PK)
adalah kondisi dimana individu melangsungkan tindakan agresif atau kekerasan terhadap dirinya sendiri,
orang lain ataupun lingkungan baik secara verbal, fisik atau keduanya sehingga menyebabkan kesakitan,
penderitaan dan juga bahaya.
Perilaku kekerasan merupakan situasi dimana tindakan seseorang dapat menyebabkan cedera tubuh bagi
dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan. Ini juga sering disebut sebagai mudah tersinggung atau
marah di bawah tekanan seseorang, marah merupakan respons atas gerak yang tidak terkendali (Arisandy
& Juniarti, 2020). Perilaku kekerasan dapat berupa umpatan,
ancaman atau serangan verbal, perilaku yang bisamencederai diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
(Muliani et al., 2019).
Rentang respon
Keterangan
Asertif :Emosi yang diungkapkan tanda mencederai orang lain
Frustasi : Gagal dalam mencapai apa yang diinginkan sebab terdapat hambatan atau tidak terwujud
Pasif : Kelanjutan respon yang mana klien tidak mampu mengekspresikan/ mengungkapkan perasaan
yang sedang dirasakannya
Agresif : Perilaku merusak atau destruktif yang masih dapat dikontrol
Amuk : Perilaku merusak atau destruktif yang tidak dapat dikontrol. (Nurhalimah, 2018)
Etiologi
Salah satu penyebab dari klien melakukan tindakan resiko perilaku kekerasan adalah faktor sosial budaya.
Pada umumnya individu akan marah apabila dirinya merasa bahaya baik fisik, psikis maupun terhadap
konsep diri. Jika seorang individu dihadapkan dengan penghinaan, kekerasan. kehilangan, terancam,
masalah dengan keluarga atau teman baik permasalahan eksternal maupun internal pada umumnya
individu mengalami peningkatan emosianal.(Kandar & Iswanti, 2019)
Dalam buku SDKI (PPNI, 2018) menyebutkan penyebab perilaku kekerasan sebagai berikut: a. Individu
tidak mampu mengendalikan emosi atau marah
b. Stimulus lingkungan
c. Terdapat konflik interpersonal
d. Status mental berubah
e. Penggunaan obat dihentikan atau terputus
f. Penyalahgunaan zat atau alkohol
b. Objektif
1) Mencederai dirinya sendiri maupun orang lain
2) Menyerang
3) Membanting barang-barang maupun lingkungan
4) Berperilaku agresif karena tidak bisa mengontrol emosi
5) Menatap dengan tatapan yang tajam
6) Mengepalkan tangan
7) Mengatupkan rahang dengan kuat
8) Postur tubuh tegang
9) Wajah memerah
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Untuk pasien yang menderita gangguan emosi atau kemarahan, seringkali ada beberapa pengobatan.
Penatalaksanaan farmakologis menggunakan obat antiansietas dan obat penenang hipnotik, seperti
lorazepam dan clonazepam, obat penenang ini sering digunakan untuk menenangkan perlawanan klien.
Ada juga golongan antidepresan yang termasuk dalam golongan obat ini, seperti amitriptilin dan
triazolon. Obat tersebut menghilangkan agresivitas pasien dengan gangguan jiwa. (Muliani et al., 2019)
b. Penalaksanaan Keperawatan
Menurut (Nurhalimah, 2018) penatalaksanaan keperawatan untuk pasien resiko perilaku kekerasan
sebagai berikut:
1) Strate i pelaksanaan pasien
a) SP 1 Pasien: Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 yaitu tarik nafas
dalam
b) SP 2 Pasien: Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 2 yaitu memukul
bantal
c) SP 3 Pasien: Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal atau spiritual.
d) SP 4Pasien : Latih pasien cara mengontrol pasien dengan cara patuh minum obat
2) Terapi musik
Status emosional dan mood seseorang dapat dipengaruhi oleh musik, saat mendengarkan
musik sistem imun dan hormonal mengalami perubahan. Gejala hipertensi, nadi meningkat dan
ketegangan otot meningkat merupakan manifestasi klinis dari perilaku kekerasan. Tekanan darah, nadi,
dan ketegangan otot akan menurun saat kondisi seseorang relaks. Kenyamanan seseorang akan meningkat
jika seseorang sedang dalam kondisii rileks. Sehingga dengan memberikan terapi musik klien dapat
merasakan rilek dan ketenangan atau kenyamanan. (Setiawan et al., 2018).
3) Terapi token ekonomi
Menurut Nasir dan Muhith 2011 dalam (Sunarsih et al., 2019) reinforcemment atau reward positif yang
dapat diimplementasikan pada klien psikiatri yaitu pemberian token ekonomi. Kegiatan pemberian token
ekomoni dapat dilakukan dengan cara memberi token seperti uang dengan jumlah tertentu, permen,
ataupun makanan bila klien dapat merubah perilakunya. Terapi tersebut bertujuan untuk memotivasi klien
supaya dapat meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan
seperti perilaku kekerasan.
B. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
1. Proses keperawatan
Dalam proses keperawatan hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pengkajian, pengkajian
dapat dilakukan dengan wawancara dan observasi langsung terhadap klien dan keluarga. Dengan
wawancara dan observasi dapat ditemukan manifestasi klinis dari perilaku kekerasan. Wawancara dapat
berupa pertanyaan berikut:
a. Boleh saya tahu apa penyebab ataukah ada kejadian yang membuat anda marah?
b. Silahkan ceritakan kepada saya ketika anda marah apa yang anda rasakan?
c. Ketika anda marah bagaimana perasaan anda?
d. Ketika anda marah kemudian apa yang anda lakukan?
e. Apa akibat dari cara marah yang anda lakukan?
f. Apa yang dapat dilakukan untuk menghilangkan atau menghentikan saat anda marah?
g. Apakah terdapat cara lain untuk dapat mengekspresikankemarahan anda?
SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala
yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik
ORIENTASI:
“Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya H, panggil saja H.Saya mahasiswa perawat yang dinas di
bangsal srikandi, hari ini saya dinas dari pukul 13.00-17.00. Nama ibu siapa, senamng dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan L saat ini? Masih ada perasaan marah?” “Baiklah kita akan berbincang-bincang
sekarang tentang perasaan marah L” “Berapa lama L mau kita berbincang-bincang?” “Bagaimana kalau
15 menit?” “Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang L? bagaimana kalau di ruang tamu?”
“baik, L mau ditempat tidur saja ya”
KERJA:
“Apa yang menyebabkan L marah?, apakah sebelumnya L pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Oh
iya, jadi ada 3 penyebab marah L” “Pada saat penyebab marah itu ada, seperti pada saat L pulang dari
pasar terus tetangga L tanya-tanya, apa yang L rasakan?” “Apakah L merasakan kesal, perasaan marah,
dada berdebar-debar, mata melotot, dan tangan mengepal?” “Setelah itu apa yang L lakukan? Oh iya, jadi
L membanting pot dan barang-barang dirumah, apakah dengan cara ini masalah selesai? Iya, tentu tidak.
Apa kerugian yang L lakukan? Betul, L rugi karena barang-barang dirumah rusak, tetangga juga jadi takut
dan tidak mau berteman dengan L. Menurut L adakah cara lain yang lebih baik?
Maukah L belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?” “Ada
beberapa cara untuk mengontrol kemarahan L, salah satunya dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik
disalurkan marah.” “Ada beberapa cara, bagaimana kalau
kita belajar cara mengontrol marah dengan cara fisik dulu?” “Begini L, kalau tanda-tanda marah tadi
sudah L rasakan maka L berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalau keluarkan atau tiup
perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik napas dari hidung,
bagus… tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 2 kali. Bagus sekali, L sudah bisa melakukannya”
“Kemudian ada cara fisik yang kedua yaitu dengan pukul kasur dan bantal” “Sekarang mari kita latian
memukul kasur dan bantal. Jadi kalau nanti L kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba L lakukan, pukul bantal dan kasur. Ya,
bagus sekali L melakukannya”. “Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.” “Nah cara inipun dapat
dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan L seelah berbincang-bincang tentang kemarahan L?” “Iya jadi ada 3 penyebab L
marah yaitu L karena merasa tetangganya ikut campur dengan urusan L, terus tetangganya kalau
ngomong nadanya keras, halaman rumahnya dikasih kotoran anjing dan yang L lakukan mengurung diri
dirumah , jarang berinteraksi dengan tetangganya, merasa kesal dengan tetangganya sehingga L
mengamuk dirumah, membanting barang-barang rumah dan pot.
“Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah L yang lalu, apa yang L lakukan dan
jangan lupa latihan napas dalam, pukul bantal dan kasur ya L.
“Sekarang kita buat jadwal latihannya ya L, berapa kali sehari L mau latihan napas dalam, pukul kasur
dan bantal?, jam berapa saja L?” “Baik, bagaimana kalau besok saya kesini lagi dan kita latihan cara yang
lain untuk mencegah atau mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya L, assalamualaikum”
SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama
obat, benar cara minumobat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat
dan akibat berhenti minum obat
“Bagaimana L, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal, bicara baik serta berdoa
dan istighfar?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol
rasa marah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau dihalaman belakang?”
“Berapa lama L mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit.”
KERJA
(perawat membawa obat pasien) “L sudah dapat obat dari dokter?” Berapa macam obat yang L minum?
Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa L minum? Bagus!
“Obatnya ada 3 macam L, yang warnanya merah namanya CPZ gunanya agar bisa tidur, yang hjau ini
namanya THP agar rileks dan tidak kaku, dan yang biru namanya RISP agar tenang dan rasa marah
berkurang. Yang merah diminum 1kali sehari setelah sarapan jam 07.00, dan yang hijau sama biru
diminum 2 kali sehari pagi dan sore setelah makan jam 18.00”. “Bila nanti setelah minum obat mulut L
terasa kering, untuk mengatasinya L bisa mengisap-isap es batu”. “Bila terasa mata berkunang-kunang, L
sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”. “Nanti dirumah sebelum minum obat ini L dirumah
lihat dulu label kotak obat apakah benar nama L tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Disini minta obatnya ke
perawat kemudian cek lagi apakah benar obatnya!” “Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum
berkonsultasi dengan dokter ya L, karena dapat terjadi kekambuhan.” “Sekarang kita masukkan waktu
minum obatnya kedalam jadwal ya L.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan L setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar?” “Coba L
sebutkan lagi jenis obat yang L minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?” “Nah, sudah berapa
cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan
minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”. “Baik, besok kita ketemu kembali untuk
melihat sejauh mana L melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah. Sampai
jumpa”
SP 3 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara verbal:
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik
ORIENTASI
“Assalamualaikum L, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana L, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur?” “Bagus.
Nah kalau tarik nafas dalam dan pukul bantalnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau
diingatkan perawat baru dilakukan tulis B, artinya bantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis
T, artinya belum bisa melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat yang sama?” “Berapa lama L mau
kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
KERJA
“Sekarang kita latihan bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah disalurkan melalui
tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang
membuat kita marah. Ada 3 caranya L, yang pertama meminta dengan baik tanpa marah dengan nada
suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin L bilang penyebab marahnya
karena tetangganya tanya-tanya tapi Ltidak suka ditanya-tanya. Coba L mengungkapkan dengan baik:
“Iya bu/pak, saya dari pasar beli kebutuhan warung.” Nanti bisa dicoba disini untuk menjawab pertanyaan
perawat atau teman-teman di rumah sakit jiwa. Coa L praktikkan, bagus L.” Cara kedua menolak dengan
baik, jika ada yang menyuruh dan L tidak mau melakukannya, katakan: “Maaf saya tidak bisa
melakukannya karena sedang ada pekerjaan lain.”. coba L praktikkan, bagus L. dan yang terakhir
meminta dengan baik “saya minta tolong ambilkan sabun di dekat tempat tidur” Coba praktikkan, bagus
L. “Jadi nanti bisa dicoba minta baju ke perawat atau minta tolong ke teman di rumah sakit ya”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan L setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang
baik?” “Coba L sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari” “Bagus sekali, sekarang mari
kita masukkan ke dalam jadwal. Berapa kali sehari L mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat
jadwalnya?” “Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi?” „Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk
mengatasi rasa marah L yaitu dengan cara ibadah, L setuju? Mau dimana L? Di ruang tamu ya? Baik
sampai jumpa besuk ya.”
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan verbal
“Bagaimana perasaan L setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus.” “Mari kita masukkan kegiatan
ibadah pada jadwal kegiatan L. Mau berapa kali L berdoa dan istighfar. Baik kita masukkan istighfar dan
berdoa “Coba L sebutkan cara ibadah yang dapat L lakukan bila L merasa marah” “Setelah ini coba L
lakukan jadwal sesuai yang telah kita buat tadi” “Besok kita ketemu lagi ya L, nanti kita lihat bagaimana
kegiatan L dalam latihan mengontrol marah sesuai yang sudah kita pelajari. Mau jam berapa L? Baik
besok jam 14.30 ya?” “Nanti kita akan mengevaluasi sejauh mana L dapat mengontrol rasa marah L,
setuju L?”. “Sampai Jumpa.
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu Mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berorientasi berinteraksi dengan orang lain sekitarnya.
Pasien mungkin masih ditolak, tidak terima kesepian dan tidak mampu membina hubungan
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu
terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami individu dan dirasakan saat didorong
oleh keberadaan orang lain sebagai pernyataan negatif atau mengancam. ( Nanda – I dan
2. Etiologi
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya
pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang
lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Kedaan ini menimbulkan
perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih suka berdiam diri, menghindar
a. Faktor Predisposisi
Menurut Direja (2018) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi sosial
yaitu:
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus
dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas-tugas dalam
setiap perkembangan tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial
selanjutnya.
Tabel 2.1
Tahap Tugas
Perkembangan
Masa Bayi
gangguan hubungan sosial, seperti adanya komunikasi yang tidak jelas (double bind) yaitu
suatu keadaan dimana individu menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-
norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif
seperti lanjut usia, berpenyakitan kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan
sosial.
4. Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas mempengaruhi adalah
otak. Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat struktur
yang abnormal pada otak, seperti atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam
limbik dan kortikal (Sutejo, 2019). Klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri
biologis yang khas terutama susunan dan struktur syaraf pusat, biasanya klien dengan
skizofrenia mengalami pembesaran ventrikel ke-3 sebeah kirinya. Ciri lainnya yaitu
memiliki lobus frontalis yang lebih kecil dari rata-rata orang normal (Yosep, 2019).
Menurut Candel dalam Yosep (2019), pada Klienskizofrenia memiliki lesi pada area
Wernick’s dan area Brocha biasanya disertai dengan Aphasia serta disorganisasi dalam
proses bicara. Adanya hiperaktivitas Dopamine pada Kliendengan gangguan jiwa seringkali
Norepinephrine pada Klien dengan gangguan jiwa memegang peranan dalam proses
learning, memory reinforcement, siklus tidur dan bangun, kecemasan, pengaturan aliran
Menurut Singgih dalam Yosep (2019), gangguan mental dan emosi juga bisa
disebabkan oleh perkembangan jaringan otak yang tidak cocok (Aphasia). Kadang-kadang
seseorang dilahirkan dengan perkembangan cortex cerebry yang kurang sekali, atau disebut
sebagai otak yang rudimenter. Contoh gangguan tersebut terlihat pada Microcephaly yang
ditandai oleh kecilnya tempurung otak. Adanya trauma pada waktu kelahiran, tumor, infeksi
otak seperti Enchepahlitis Letargica, gangguan kelenjer endokrin seperti tiroid, keracunan
b. Faktor Presipitasi
Menurut Herman Ade (2018) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokan
sebagai berikut:
Menurut Herman Ade (2018) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokan
sebagai berikut:
Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor keluarga seperti
menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti dalam
2. Stressor Psikologi
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat atau
Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor keluarga seperti
menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti dalam
4. Stressor Psikologi
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat atau kegagalan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat
tinggi.
2. Rentang respon
Menurut Stuart Sundeen dalam Sutejo tentang respon klien ditinjau dari interaksinya
dengan lingkungan sosial merupakan suatu kontinum yang terbentang antara respon adaptif
dengan maladaptive sebagai berikut:
Adaptif Maladaptif
a. Respon Adaptif
Menurut Sutejo (2019) respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan kebudayan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut adalah sikap yang termasuk
respon adaptif:
1. Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
b. Respon Maladaptif
Menurut Sutejo (2019) respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma
sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif:
2. Impulsif merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang
tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya dan tidak mampu melakukan penilaian
secara objektif.
3. Narsisisme, kondisi dimana individu merasa harga diri rapuh, dan mudah marah.
a. Faktor predisposesi
1. Faktor perkembangan Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga
2. Faktor biologis Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif
3. Faktor sosial budaya Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan.
Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau
tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia, orang cacat, dan
4. Faktor komunikasi dalam keluarga Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan
seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang
negative dan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Seseorang anggota
keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi
b. Stressor presipitasi
1. Stressor sosial budaya Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan
faktor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang
2. Stressor psikologis Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat
atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan
A. Gejala subjektif
B. Gejala objektif
1. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan pelan
10. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya (Trimelia, 2018: 15)
6. Akibat
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi
sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami pasien dengan latar
berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur, mengalami
penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri.
Pasien semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu
serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi
7. Mekanisme koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan
suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi
sosial adalah regresi, represi, isolasi. (Damaiyanti, 2018: 84)
2. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat diterima secara
3. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya kegagalan
defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau bertentangan antara sikap
dan perilaku.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksaan yang dapat diberikan kepada kliendengan isolasi sosial antara lain
pendekatan farmakologi, psikososial, terapi aktivitas, terapi okupasi, rehabilitasi, dan program
1. Terapi Farmakologi
1. Chlorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk Syndrome Psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan titik diri terganggu. Berdaya
berat dalam fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang
aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari- hari, tidak mampu
mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra
okuler meninggi, gangguan irama jantung), gangguan endokrin, metabolik, biasanya untuk
2. Haloperidol (HLP)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta
dalam kehidupan sehari-hari. Efek samping: Sedasi dan inhibisi prikomotor, gangguan
otonomik.
Indikasi: Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk paksa ersepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson, akibat obat misalnya reserpine dan fenotiazine. Efek samping: Sedasi dan
2. Terapi Psikososial
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting dalam proses
terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang,
menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa adanya,
memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah,
3. Terapi Individu
Terapi individual adalah metode yang menimbulkan perubahan pada individu dengan
cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilaku-perilakunya. Terapi ini meliputi
hubungan satu-satu antara ahli terapi dan klien(Videbeck, 2018). Terapi individu juga
merupakan salah satu bentuk terapi yang dilakukan secara individu oleh perawat kepada
kliensecara tatap muka perawat-klien dengan cara yang terstruktur dan durasi waktu tertentu
Salah satu bentuk terapi individu yang bisa diberikan oleh perawat kepada klien
dengan isolasi sosial adalah pemberian strategi pelasanaan (SP). Dalam pemberian strategi
pelaksanaan klien dengan isolasi sosial hal yang paling penting perawat lakukan adalah
interpersonal antara perawat dank klien, yang selama interaksi berlangsung, perawat berfokus
pada kebutuhan khusus klien untuk meningkatkan pertukaran informasi yang efektif
Semakin baik komunikasi perawat, maka semakin bekualitas pula asuhan keperawatan
yang diberikan kepadaklien karena komunikasi yang baik dapat membina hubungan saling
percaya antara perawat dengan klien, perawat yang memiliki keterampilan dalam
berkomunikasi secara terapeutik tidak saja mudah menjalin hubungan saling percaya dengan
klien, tapi juga dapat menumbuhkan sikap empati dan caring, mencegah terjadi masalah
9. Pohon masalah
Effect
Isolasi Sosial: menarik diri
Core Problem
Causa
Menurut Sutejo (2019) diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
isolasi sosial yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tanda dan gejala isolasi
a. Isolasi sosial
Setelah mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan isolasi sosial, langkah
saling percaya dengan klien isolasi sosil perlu waktu yang tidak sebentar. perawat harus
konsisten bersikap terapeutik pada klien. Selalu penuhi janji, kontak singkat tapi sering dan
penuhi kebutuhan dasarnya adalah upaya yang bisa dilakukan (Trimelia, 2018).
Tabel 2.3 Rencana Keperawatan Dengan Isolasi Sosial
Tujuan Rencana
a) TUK 1
dan bersahabat
menjawab
lain
tandanya
bergaul
mengungkapkan perasaannya.
a) TUK 3
a. Kaji pengetahuan pasien tentang
kerugian bila tidak berhubungan dengan lain serta kerugiannya bila tidak
mengungkapkan perasaannya
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat
tentang berhubungan dengan orang
menyebutkan keuntungan berhubungan
lain
dengan orang lain, misal:
c. Beri kesempatan pada pasien untuk
(a) Banyak teman
mengungkapkan perasaannya
(b) Tidak kesepian
tentang kerugian bila tidak
(c) Bisa diskusi
berhubungan dengan orang lain
(d) Saling menolong
d. Diskusikan bersama tentang
keuntungan berhubungan dengan
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat
orang lain dan kerugian tidak
menyebutkan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
berhubungan dengan orang lain, misal:
e. Beri reinforcement positif terhadap
(c) Tidak ada teman ngobrol berhubungan dengan orang lain dan
perawat lain, Klien lain, keluarga dan dengan orang yang dilakukan di
TUK 6 :
a. Diskusikan pentingnya peran serta
isolasi sosial.
a. isolasi sosial beserta tanda dan gejalannya. Jelaskan pada keluarga tentang:
b. penyebab dan akibat dari isolasi sosial. a. Isolasi sosial beserta tanda dan
sosial
bersosialisasi
dirumah sakit
diinginkan
SP I
isolasi sosial.
3) Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
SP II
SP III
Pertemuan : 1
SP 1 Klien : Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenali penyebab isolasi
sosial, membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
...(sebutkan), saya perawat yang akan merawat ibu pagi ini. Nama ibu siapa dan senang
dipanggil siapa ? Bagaimana perasaan ibu S saat ini ? Masih ingat ada kejadian apa sampai ibu
S dibawa kerumah sakit ini ? Apa keluhan ibu S hari ini ? Dari tadi saya perhatikan ibu S duduk
menyendiri, ibu S duduk menyendiri, ibu S tidak tampak ngobrol dengan teman-teman yang
lain ? Ibu S sudah mengenal teman-teman yang ada disini ? Bagaimana kalau kita bercakap-
cakap tentang keluarga dan teman-teman ibu S? Juga tentang apa yang menyebabkan ibu S
tidak mau ngobrol dengan teman- teman ? Ibu mau berapa lama bercakap-cakap ? Bagaimana
kalau 15 menit. Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang ibu S ? Bagaimana
2. Fase kerja
Siapa saja yang tinggal satu rumah dengan ibu S ? siapa yang paling dekat dengan ibu S ? siapa
yang jarang bercakap-cakap dengan ibu S ? Apa yang membuat ibu S jarang bercakap-cakap
denganya ?Apa yang ibu S rasakan selama dirawat disini ? O... ibu S merasa sendirian ? Siapa
saja yang ibu S kenal diruangan ini ? O... belum ada ? Apa yang menyebabkan ibu S tidak
mempunyai teman disini dan tidak mau bergabung atau ngobrol dengan teman- teman yang ada
disini ?Kalau ibu S tidak mau bergaul dengan teman-teman atau orang lain, tanda-tandanya apa
saja ? mungkin ibu S selalu menyendiri ya... terus apalagi bu... (sebutkan) Ibu S tahu
keuntungan kalau kita mempunyai banyak teman ? coba sebutkan apa saja ? keuntungan dari
mempunyai banyak teman itu bu S adalah... (sebutkan) Nah kalau kerugian dari tidak
mempunyai banyak teman ibu S tahu tidak ? coba sebutkan apa saja ? Ya ibu S kerugian dari
tidak mempunyai banyak teman adalah... (sebutkan).. Begini lo ibu S, untuk berkenalan dengan
orang lain caranya adalah : pertama kita mengucapkan salam sambil berjabat tangan, terus
bilang “ perkenalkan nama lengkap, terus bilang “ perkenalkan nama lengkap, terus nama
panggilan yang disukai, asal kita dan hobby kita. Contohnya seperti ini “ assalamualaikum,
perkenalkan nama saya Febriana, saya lebih senang dipanggil Febri, asal saya dari Bandung dan
hobby nya membaca. Selanjutnya ibu S menanyakan nama lengkap orang yang diajak kenalan,
nama panggilan yang disukai, menanyakan juga asal dan hobbynya. Contohnya seperti ini nama
ibu siapa? Senang dipanggil apa ? asalnya dari mana dan hobbynya apa ? Ayo ibu S dicoba !
misalnya saya belum kenal dengan ibu S. Coba berkenalan dengan saya ! ya bagus sekali ! coba
sekali lagi bu S. Bagus sekali ! Setelah ibu S berkenalan dengan orang tersebut, ibu S bisa
melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan misalkan tentang cuaca, hobi,
3. Terminasi
Bagaimana perasaan ibu S setelah berbincang-bincang tentang penyebab ibu S tidak mau
bergaul dengan orang lain dan berlatih cara berkenalan ? Coba ibu S ibu sebutkan kembali
penyebab ibu S tidak mau bergaul dengan orang lain ? apa saja tanda-tandanya bu ? terus
keuntungan dan kerugianya apa saja ? Coba ibu S sebutkan cara berkenalan dengan orang lain,
yaitu... ya bagu Nah sekarang coba ibu S praktikkan lagi cara berkenalan dengan saya. Iya
bagus Baik bu S sekarang bincang-bincangnya sudah selesai, bagaimana kalau 2 jam lagi
sekitar jam 11 saya akan datang kesini lagi untuk melatih ibu S berkenalan dengan perawat lain
yaitu teman saya perawat N ibu mau bertemu lagi jam berapa ? bagaimana kalau jam 9 ? ibu
mau bercakap-cakap dimana Selanjutnya ibu S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari
tadi. Sehingga ibu S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Ibu S bisa praktikkan
pasien pasien lain.Sekarang kita buat jadwal latihannya ya bu, berapa kali sehari ibu mau
berlatih berkenalan dengan orang lain, jam berapa saja bu ? coba tulis disini. Oh jadi mau tiga
kali ya bu.Ya bagus bu S dan jangan lupa dilatih terus ya bu sesuai jadwal latihanya dan ibu S
Pertemuan : 2
1. Orientasi
Asalamualikum ibu S, sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu sekarang saya datang lagi. Ibu
S masih ingatkan dengan saya ? coba siapa ? iya bagus. Tujuan saya sekarang ini akan
mengajarkan cara berkenalan dengan perawat lain.Bagaimana perasaan ibu S saat ini ? Apakah
ibu S sudah hapal cara berkenalan dengan orang lain ? apakah ibu S sudah mempraktikkannya
dengan pasien lain ? bagaimana perasaan ibu S setelah berkenalan tersebut ? Coba ibu S
praktikkan lagi cara berkenalan dengan saya. Ya bagus. baik sekarang kita akan berlatih
berkenalan dengan orang pertama yaitu perawat lain Mau berapa lama berlatihnya ? bagaiman
kalau 10 menit ?Dimana tempatnya ? disini saja ya. Tapi nanti kita temui perawat N di
ruanganya ya !
2. Fase kerja
Ibu S, sudah tahu ya tadinya caranya berkenalan ? ya bagus ! Tadi caranya bagaimana
suster N ya.” (Bersama-sama mendekati suster N) Selamat pagi suster N, ini ibu S ingin
berkenalan dengan suster N . Baiklah ibu , sekarang ibu S bisa berkenalan dengan suster N
seperti yang sudah kita praktikkan. Ya bagus ibu S . Ada lagi yang ingin ibu S tanyakan kepada
suster N. Coba tanyakan tentang keluarganya, Kalau memang tidak ada lagi yang ingin
dibicarakan, ibu S bisa sudahi perkenalan ini. lalu ibu S bisa buat janji untuk bertemu lagi
dengan suster N, misalnya jam 1 siang nanti Baiklah suster N, karena ibu S sudah selesai
brkenalan, saya dan ibu S akan kembali ke ruangan ibu S. Selamat pagi (bersama-sama pasien
meninggalkan ruangan suster N). Bagaimana perasaan ibu S setelah berkenalan dengan suster N.
3. Terminasi
Bagaimana perasaan ibu S setelah kita berkenalan dengan suster N . coba ibu S sebutkan
lagi cara berkenalanya. Ya bagus bu . Besok pagi kita ketemu lagi ya, kita akan berkenalan
dengan orang kedua. Mau jam berapa bu ? Baik jam 08.00 pagi. Waktunya berpa lama ? ya 10
menit Tempatnya dimana ? Baiklah disini saja ya.Mari sekarang kita masukan dalam jadwal
kegiatan harian ibu S. Mau jam berapa bu S berkenalan ? Bagaimana kalau tiga kali sehari / Baik
jadi jam 08.00 pagi, jam10.00 dan jam 15. 00 sore. Jangan lupa dipraktikan terus ya bu. Dan
pertahankan terus apa yang sudah ibu S lakukan tadi. ” Jangan lupa untuk menanyakan topik lain
supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan hobby, keluarga dan sebagainya.
Pertemuan : 3
SP 3 Klien : Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan perawat dan
klien lain )
1. Orientasi
Selamat pagi ibu S, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang saya datang lagi. Ibu S masih
ingatkan dengan saya ? coba siapa ? iya bagus . Apakah ibu S sudah hapal cara berkenalan
dengan orang lain ? Apakah ibu S sudah mempraktikkanya dengan pasien lain ? siapa saja yang
yang sudah ibu S ajak berkenalan ? coba sebutkan namanya ? iya bagus sekali ibu S sudah
mempraktikanya ya. Bagaimana perasaan ibu S setela berkenalan tersebut . Baik sekarang kita
akan berlatih lagi berkenalan dengan 2 orang ya bu, yaitu perawat lain dan klien lain teman ibu
yang ada di ruangan ini. Mau berapa lama berlatihnya bu S ? bagaimana kalau 10 menit “
Dimana tempatnya ? disini saja ya. Tapi nanti kita temui perawat D dan klien yang belum
dikenal bu S dirumahnya .
2. Fase kerja
yang pertama dilakukan adalah... (sebutkan). Bagus bu S . Sekarang kita keruangnya suster D
ya.” (Bersama-sama mendekati suster D). Selamat pagi suster N, ini ibu S ingin berkenalan
dengan suster D .Baiklah ibu , sekarang ibu S bisa berkenalan dengan suster D seperti yang
sudah kita praktikkan. Ya bagus ibu S .Ada lagi yang ingin ibu S tanyakan kepada suster D.
Coba tanyakan tentang keluarganya .Kalau memang tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu S
bisa sudahi perkenalan ini. lalu ibu S bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan suster N,
misalnya jam 1 siang nanti ”Baiklah suster N, karena ibu S sudah selesai brkenalan, saya dan ibu
S akan kembali ke ruangan ibu S. Selamat pagi (bersama-sama pasien meninggalkan ruangan
suster N) Bagaimana perasaan ibu S setelah berkenalan dengan suster N. Ibu S merasa senang ?
3. Fase terminasi
Bagaimana perasaan ibu S setelah kita berkenalan dengan suster D dan ibu K. Coba ibu S
sebutkan lagi cara berkenalanya. Ya bagus bu, jadi sekarang teman ibu S sudah berapa ?
namanya siapa saja ? iya bagus sekali bu S . Besok pagi pagi kita ketemu lagi ya, kita akan
berkenalan dengan dua orang atau lebih . Mau jam berapa bu ? Bik jam 08.00 pagi. Waktunya
berapa lama ? ya 10 menit . Tempatnya dimana ? Baiklah disini saja ya . Mari sekarang kita
masukan dalam jadwal kegiatan harian ibu S. Mau jam berapa bu S berkenalan lagi ? Bagaimana
kalau tiga kali sehari ? Baik jadi jam 09.00 pagi, jam 11.00 dan jam 16.00 sore. Jangan lupa
dipraktikkan terus ya bu. Dan pertahankan terus apa yang sudah ibu S lakukan tadi. “Jangan lupa
untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan hobby,
Pertemuan : 4
SP 4 klien : Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan 2 orang atau
lebih / kelompok)
1. Orientasi
Assalamualaikum ibu S, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang saya datang lagi. Ibu S masih
ingatkah dengan saya ? coba siapa ? iya bagus, tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara
berkenalan dengan 2 orang atau lebih teman ibu S yang ada diruangan ini Bagaimana perasaaan
ibu S saat ini.Apakah ibu S sudah hapal cara berkenalan dengan orang lain ? Apakah ibu S sudah
mempraktikanya dengan pasien lain ? siapa saja yang sudah ibu S ajak berkenalan ? coba
sebutkan namanya ? iya bagus sekali ibu S sudah mempraktikkanya ya. Bagaiman perasaan ibu S
setelah berkenalan tersebut ? Baik sekarang kita akan berlatih lagi berkenalan dengan 2 orang
atau lebih ya bu, yaitu teman-teman ibu yang ada di ruangan ini , Mau berapa lama berlatihnya
bu S ? Bagaimana kalau 10 menit , Dimana tempatnya ? Disini saja ya. Tapi nanti kita temui
2. Fase kerja
Ibu S, sudah tahu ya tadinya caranya berkenalan ? ya bagus. Tadi caranya bagaimana ya bu ?
yang pertama dilakukan adalah...(sebutkan) Bagus bu S. Sekarang kita hampiri teman-teman ibu
yang sedang duduk disana ya. (Bersama- sama mendekati klien lain yang sedang duduk
menonton televisi . Selamat pagi ibu-ibu, ini ibu S ingin berkenalan dengan ibu-ibu disini .
Baiklah ibu S, sekarang ibu S bisa berkenalan dengan ibu-ibu disini semuanya seperti yang
sudah kita praktikkan. Ya bagis ibu S. Ada lagi yang lain ibu S tanyakan kepada teman-teman
ibu. Coba tanyakan tentang keluarganya . Kalau memang tidak ada lagi yang ingin dibicarakan,
ibu S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu ibu S bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan teman-
teman semua, misalnya jam 1 siang nanti . Baiklah ibu-ibu, karena ibu S sudah selesai
berkenalan, saya dan ibu S akan kembali ke ruangan ibu S. Selamat pagi (bersama-sama pasien
meninggalkan ibu- ibu) . Bagaimana persaan ibu S setelah berkenalan dengan teman-teman
semua. Ibu S merasa senang ? iya, ibu S jadi mempunyai banyak teman ya ”
3. Fase terminasi
Bagaimana perasaan ibu S setelah kita berkenalan dengan suster D dan ibu K . Coba ibu S
sebutkan lagi cara berkenalanya. Ya bagus bu, jadi sekarang teman ibu S sudah berapa ?
namanya siapa saja ? iya bagus sekali bu S . Besok pagi kita ketemu lagi ya bu, saya akan
menjelaskan manfaat obat yang ibu S minum selama ini . Mau jam berapa bu ? Baik jam 08.00
pagi. Waktunya berapa lama ? ya 10 menit. Tempatnya dimana ? Baiklah disini saja ya Mari
sekarang kita masukan dalam jadwal kegiatan harian ibu S. Mau jam berapa bu S berkenalan lagi
? Bagaimana kalau tiga kali sehari ? Baik jadi jam 09.00 pagi, jam 11.00 dan jam 16.00 sore.
Jangan lupa dipraktikkan terus ya bu. Dan pertahankan terus apa yang sudah ibu S lakukan tadi.
“Jangan lupa untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya
Pertemuan : 5
a. Evaluasi jadwal kegiatan harien klien untuk berkenalan dengan orang lain secara bertahap
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar, disertai penjelasan tentang
1. Fase orientasi
Assalamualaikum ibu S, sesuai dengan janji kemarin, sekarang saya datang lagi. ibu S masih
ingatkan dengan saya ? coba siapa ? iya bagus . Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan
cara menggunakan atau minum obat Bagaiamana perasaan ibu S saat ini, apakah ibu S sudah
tidak sedih lagi ? apakah ibu S suka mengobrol dengan teman-teman ? Apa yang ibu bicarakan
dengan teman-teman ? Apakah jadwal kegiatanya sudah dilaksanakan ? Coba saya lihat
jadwalnya ya. Ya bagus ibu S . Ibu S masih ingatkan apa yang sudah kita latih ? ya bagus !
Coba praktikkan lagi bu ! ya bagus bu .Apakah ibu S pagi ini sudah minum obat ? nama
obatnya apa saja ? oh ibu S belum tahu ya nama obatnya .Baik sekarang kita akan belajar cara
menggunakan atau minum obat dengan benar .Mau berapa lama berlatihnya bu S ? Bagaimana
kalau 15 menit . Dimana tempatnya ? Disini saja ya. Tapi nanti kita temui teman-teman ibu
2. Fase kerja
Ibu S sudah minum obat hari ini ? Berapa macam obat yang ibu S minum ? warnanya apa
saja ? Bagus ! jam berapa saja ibu minum ? Bagus ! ibu S sudah tahu nama obat yang
diminumnya ? oh belum ya. Baiklah saya akan jelaskan ya ! Ibu S apakah ada bedanya setelah
minum obat secara teratur ? Apakah perasaan sedih tersebut berkurang atau hilang ? ya, minum
obat sangat penting supaya ibu S tidak merasa sedih dan lesu lagi Obat yang ibu S minum ada
3 macam bu, yang warnanya orange namanya CPZ atau Clorpromazine, yang merah jambu ini
namanya HLP atau halopreridol, sedangkan yang putih ini namanya THP atau trihexiphenidil.
Semuanya harus ibu S minum 3 kali sehari, yaitu CPZ 3x1 tablet, HLP 3x1 tablet dan THP 3x1
tablet, diminumnya pagi jam 7, siang jam 1 dan sore jam 5. Bu S manfaat obat ini, yang orange
atau CPZ dan yang merah muda atau HLP gunanya adalah untuk menenangkan pikiran,
menghilangkan rasa gelisah, membuat ibu S bisa tidur dengan nyaman, membantu
menghilangkan perasaan sedih bu S, membantu ibu S untuk bersemangat lagi. Sedangkan yang
putih ini atau THP adalah untuk merilekskan otot-otot tubuh ibu supaya tidak kaku dan
gemetar, dan mencegah dampak akibat dari minum obat CPZ dan HLP, seperti hipersaliva atau
ngances, badan kaku, pusing. Jadi ibu S jangan merasa takut untuk minum obat CPZ dan HLP
ya bu...karena dampaknya yang tadi tidak akan terjadi pada ibu, kalau ibu S minum THP .
Bagaimana bu S...ibu sudah mengerti belum...ya bagus sekali ibu S sudah mengerti ya .
Menurut ibu, boleh tidak berhenti minum obat sebelum di ijinkan dokter ? ya betul bu tidak
boleh. Akibatnya apa bu kalau berhenti minum obat tanpa ijin dokter ? ya betul karena akan
mengakibatkan ibu S perasaanya tidak tenang, merasa gelisah, sedih dan sulit tidur ya bu, juga
sakitnya akan kambuh lagi ya bu . Ibu S sebelum minum obat ini, baik disini maupun nanti di
rumah, ibu S harus cek dulu, yaitu perhatikan prinsip lima benar minum obat. Jadi sebelum
minum obat, yang pertama ibu S harus lihat dulu apakah betul obat ini buat ibu S, yang kedua
lihat apakah benar yang diminumnya itu HLP warna merah muda, CPZ warna orange dan THP
warn putih, kalau beda warna atau nama obatnya beda, ibu S harus tanyakan ke perawatnya ya.
Yang ketiga obat ini diminumnya 3 kali sehari 1 tablet, HLP 1 tablet, CPZ 1 tablet, THP 1
tablet, jadi kalau dikasih setengah ibu S harus tanyakan lagi ke perawatnya. Yang ke empat obat
ini diminumnya harus tepat waktu yaitu jam 7 pagi setelah makan pagi, jam 1 sian setelah
makan siang dan jam 5 sore setelah makan sore. Yang kelima semua obat ini harus langsung
diminum ya bu, kjangan disimpan dibawah lidah atau dibuang . Bagaimana bu S... sudah
mengerti? Aa yang mau ibu tanyakan kepda saya. Nanti setelah minum obat ini, mulut ibu S
akan terasa kering, ngantuk, dan lemas. Untuk membantu mengatasinya ibu S harus banyak
minum air putih, minimal 8 gelas, dan setelah minum obat ibu S juga jangan jalan-jalan tetapi
tiduran saja. Apabila sudah waktunya ibu S minum obat, langsung saja minta pada perawat
ruangan ya bu, begitu juga nanti dirumah, jadi ibu S jangan nunggu disuruh. Terus apabila ibu S
setelah minum ketiga obat ini kepalanya terasa pusing, badan sempoyongan, tangan gemetar,
maka ibu harusn segera lapor atau bilbu S sudah mengerang kepada perawat ruangan atau
dokter Bagaimana ibu S, apakah sudah mengerti ? Ya bagus sekali kalau ibu S sudah mengerti.
3. Fase terminasi
Bagaimana perasaan ibu S setelah kita bercakap-cakap tentang obat-obat yang ibu
minum.Coba ibu S sebutkan lagi nama-nama obat yang diminumnya... manfaatnya apa
saja..berapa kali minumnya dalam sehari...(sebutkan)... apa efek samping dari obat-obat
tersebut...apa kerugianya bila berhenti minum obat...apa yang harus dilakukan kalau ibu mau
minum obat...apa yang harus dilakukan kalu ibu au minum obat...ya bagus bu. Ibu S sekarang
sudah tahu ya tentang obat-obat yang harus diminumnya. Baik ibu S sekarang bincang-bincang
sudah selesai, bagaimana kalu 2 jam lagi sekitar jam 11 saya datang kesini untuk bincang-
bincang tentang penyebab ibu malu dan tidak mau bergaul dengan orang lain. Waktunya mau
berapa lama bu ? iya 10 menit saja dan tempatnya mau dimana? ya bagaimana kalau disini saja
ya ! Baiklah bu sya permisi dulu ya, jangan lupa ibu berlatih dan mempraktikanya cara
berkenalan ya, ibu S juga harus sering berkumpul dan mengobrol ya...Assalamualikum
Mari sekarang kita masukan dalam jadwal kegiatan harian ibu S ya. Berapa kali dalam sehari
minum obatnya bu. Kjam berapa saja. Coba tulis ya bu, ya jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 5
sore. Bagus bu, jadi kalau sudah jamnya ibu S minum obat, langsung minta ke pada perawatnya
Boyd MA &Nihart, MA. (1998) Prychiatric Nursing Cotemporary Practice, Edisi 9. Lippincott
Raven Pahlias, Philadelphis
Carpenito, L. 1. (2019) Diagnosa Keperawatan Aplikat pada Prakask Klinik (Terjemahun). Edisi
6. Jakarta: EGC
Depkes RI 1996 Keperawatan Jewa Teori dan tindakan Jakarta Direktorat Jendes Pelayan Medik
Direktorat Pelayanan Keperawatan
Dermawan, R., &Rusdi. (2018). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja
Ditjen Yankes. (2019). Defisit Perawatan Diri. Retrieved from http yankes depkes go read
defisit-perawatan-diri-7426.html (Diaksestanggal 15 Januari 2020)
Terhadap Kemampuan Berisolasi Pada Pasien Isolasi Sosial Dengan Menggunakan Literature
Review .KTI. ,Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.http://repository.umtas.ac.id/id/eprint/82
Anggraini, & Maula, (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada An S Dengan Gangguan Persepsi Sensori
Halusinasi Pendengaran. Karya Tulis Ilmiah, Universitas Kusuma Husada Surakarta.
Apriliani,D,& Herliawati H(2020).Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Isolasi Sosial :Menarik Diri
Dengan Menerapkan Terapi Social Skill Trainning.Diss.Sriwijaya university.
Syahdi, D., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) 1-4 Dengan Masalah
Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia: Studi Kasus.
WHO (2022) https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/schizophrenia.
Laia, V. A. S., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan Terapi Generalis Pada Penderita Skizofrenia Dengan
Defisit Perawatan Diri Di Ruang Pusuk Buhit Rsj Prof. dr. MuhammadIldrem: Studi Kasus.
Pengaruh Pelaksanaan Jadwal Harian Perawatan Diri Terhadap Tingkat Kemandirian Merawat Diri Pada
Pasien Skizofrenia Di Rsjd Dr. Rm Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Gaster, 16(2),177-190.
http://jurnal.aiskauniversity.ac.id/index.php/gaster/article/view/294