Anda di halaman 1dari 87

LAPORAN PENDAHULUAN (LP 5)

PRAKTEK KEPERAWATAN JIWA


1.HALUSINASI

2.DEFISIT NUTRISI

3.HARGA DIRI RENDAH

4.PERILAKU KEKERASAN

5.ISOLASI SOSIAL

DISUSUN OLEH :

NIA RAHMADAYANI

NIM: 13404221059

YAYASAN WAHANA BAKTI KARYA HUSADA

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM ISKANDAR MUDA

LHOKSEUMAWE

TAHUN AJARAN 2023-2024


LEMBARAN PENGESAHAN LP 5

Laporan pendahuluan ini telah dibaca ,dikoreksi dan disetujui oleh


Pembimbing Klinik (CI) Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh

Mahasiswa Yang Bersangkutan

NIA RAHMADAYANI
13404221059

Pembimbing Klinik (CI) Pembimbing Akademik

Ns.ROSMALINA,S.KEP,M.Kep Ns. ERNA MASDIANA M.KEP


NIDN : 1312027701 NIDN :1313118201

MENGETAHUI
Pengelola Peyelenggaraan Diklat
Rumah Sakit Jiwa Aceh

SYAHRUL FITRI ,SKM


NIP.19751005200012 1 003
LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

1.Pengertian

Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien mempersepsikan

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari

luar, suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus ekstren

atau persepsi palsu (Prabowo, 2020). Halusinasi adalah kesalahan sensori persepsi yang

menyerang pancaindera, hal umum yang terjadi yaitu halusinasi pendengaran dan pengelihatan

walaupun halusinasi pencium, peraba, dan pengecap dapat terjadi (Townsend, 2021). Halusinasi

adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi yang disebabkan

stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2019). Halusinasi adalah persepsi klien terhadap

lingkungan tanpa stimulus yang nyata, sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak

nyata tanpa stimulus atau rangsangan dari luar (Stuart dalam Azizah, 2018). Berdasarkan

pengertian halusnasi itu dapat diartikan bahwa, halusinasi adalah gangguan respon yang

diakibatkan oleh stimulus atau rangsangan yang membuat klien mempersepsikan sesuatu yang

sebenarnya tidak ada.

2.Klasifikasi

Menurut Yosep dalam Prabowo, 2020 halusinasi terdiri dari beberapa jenis dengan

karakteristik tertentu, diantaranya;

A. Halusinasi pendengaran (audotorik)


Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara orang. Biasanya

mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan

memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

B. Halusinasi pengelihatan (visual)

Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran cahaya,gambaran geometric,

gambar kartun, panorama yang luas dan bayangan yang menakutkan.

C. Halusinasi penghidu (Olfaktori)

Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau

menjijikan, tapi kadang terhidu bau harum.

D. Halusinasi peraba (taktil)

Gangguan stimulusyang ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa ada

stimulus yang terlihat, seperti merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau

orang lain.

E. Halusinasi pengecap (gustatorik)

Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasaan sesuatuyang busuk, amis, dan

menjijikan.

F. Halusinasi sinestetik

Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir

melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentuan urine.

3.Etiologi

Menurut Yosep (2018) terdapat dua factor penyebab halusinasi, yaitu:

A. Faktor presdisposisi
1) Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan

keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya

diri, dan lebih rentan terhadap stress.

2) Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga akan merasa

disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya

3) Faktor Biokimia

Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami

seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik

neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter

otak,misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine.

4) Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan

zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien mengambil keputusan tegas, klien

lebih suka memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.

5) Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia cenderung

mengalami skizofrenia . Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan

hubungan yang sangatberpengaruh pada penyakit ini.

B. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2018) dalam hakekatnya seorang individu sebagai

mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat

dilihat dari lima dimensi,yaitu:

1) Dimensi Fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan luar biasa,

penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium dan kesulitan tidur dalam waktu

yang lama.

2) Dimensi Emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi.

Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan menakutkan. Klien tida sanggup

menentang sehingga klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.

3) Dimensi Intelektual

Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan fungsi ego. Awalnya

halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang

menekan,namun menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian

klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.

4) Dimensi Sosial

Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal dan comforting

menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat membahayakan. Klien halusinasi

lebih asyik dengan halusinasinya seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.

5) Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, dan

hilangnya aktivitas beribadah. Klien halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa dan tidak

jelas tujuan hidupnya.

4.Tanda Dan Gejala

Menurut (Azizah, 2019) tanda dan gejala perlu diketahui agar dapat menetapkan

halusinasi, antara lain:

a. Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri

b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu

c. Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu

d. Disorientasi

e. Tidak mampu atau kurang konsentrasi

f. Cepat berubah pikiran

g. Alur pikiran kacau

h. Respon yang tidak sesuai

i. Menarik diri

j. Sering melamun

5. Akibat
Adanya gangguan persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri

sendiri,orang lain dan lingkungan(keliat, B.A,2021) Menurut Townsend,M.C Suatu keadaan

di mana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada

diri sendiri maupun orang lain.

Seseorang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain

dapat menunjukkan perilaku

1.data subjektif :

a. Mengungkapkan,mendengar,atau melihat obyek yang mengancam

b. Mengungkapkan perasaan takut cemas dan khawatir.

2. data objektif :

a. wajah tegang merah

b. mondar-mandir

c. mata melotot rahang mengatup

d. tangan mengepal

e. keluar keringat

f. Mata merah
6.Pathway

7.Diagnosa Yang Mungkin Muncul :

1. Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan berhubungan dengan perubahan persepsi

sensori halusinasi pendengaran

2. Perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran berhubungan dengan isolasi sosial

menarik diri.
8. Intervensi

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan

halusinasi :

1. Tujuan umum

Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.

2. Tujuan khusus

a.TUK I : klien dapat membina hubungan saling percaya

1) kriteria evaluasi:

Ekspresi wajah bersahabat menunjukkan rasa tenang ada kontak mata mau berjabat

tangan mau menyebutkan nama mau menjawab salam mau duduk berdampingan dengan perawat

mau mengutarakan masalah yang dihadapi

2)Intervensi

Bina hubungan saling percaya dengan:

a) sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan nonverbal

b) perkenalkan diri dengan sopan

c) tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai client

d) jelaskan tujuan pertemuan

e) jujur Dan menepati janji

f) tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g) beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar client


Rasional:

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan interaksi

selanjutnya.

b) TUK II: klien dapat mengenal halusinasi

1) kriteria evaluasi:

a) klien dapat menyebutkan waktu isi dan frekuensi timbulnya halusinasi

b) klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya

2)Intervensi

a) adakan sering dan singkat secara bertahap

Rasional:

Kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan saling percaya juga dapat

memutuskan halusinasinya

b) observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya. Bicara dan tertawa tanpa

stimulus, memandang ke kiri dan ke kanan seolah-olah ada teman bicara

Rasional:

Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan perawat dalam melakukan

intervensi

c) bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara:

1.jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara yang didengar

2. klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan


3.katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak

mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa menuduh/menghakimi)

4.pakan pada klien bahwa ada juga pilihan lain yang sama seperti dia

5.katakan bahwa perawat akan membantu klien

Rasional:

Mengenal halusinasi memungkinkan klien dari faktor timbulnya halusinasi

d) diskusikan dengan klien tentang:

1.situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi

2.waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jika sendiri,

jengkel,sedih)

Rasional:

Dengan mengetahui waktu,isi Dan frekuensi munculnya halusinasi mempermudah

tindakan keperawatan yang akan dilakukan Perawat

e) diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi Halusinasi(marah, takut, sedih,

tenang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan

Rasional:

Untuk Mengidentifikasi pengaruh Halusinasi pada kalian

c. TUK III: kelian dapat mengontrol Halusinasi nya.

1) kriteria evaluasi:

a) Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan

Halusinasinya

b) klien dapat menyebutkan cara baru


c) Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusikan dengan

klien

d) Klien dapat melakukan cara yang telah pilih untuk mengendalikan Halusinasi

e) Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok

2) Intervensi

a) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika terjadi Halusinasi

(tidur,marah,menyibukkan diri sendiri dan lain lain)

Rasional:

Upaya Untuk memutus siklus Halusinasi sehingga Halusinasi tidak berlanjut

b) diskusikan manfaat cara yang digunakan klien jika bermanfaat beri pujian

Rasional:

Reinforcement dapat meningkatkan harga diri klien

c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya Halusinasi:

1.katakan:” saya tidak mau dengar kau” pada saat Halusinasi muncul

2.menemui orang lain atau Perawat, teman atau anggota keluarga yang lain untuk

bercakap cakap atau mengatakan Halusinasi yang didengar

3.membuat jadwal sehari-hari agar Halusinasi tidak sempat muncul

4.meminta keluarga/teman/perawat, jika tampak bicara sendiri

Rasional:

Memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol Halusinasi

d) Bantu klien memilih cara dan melatih cara untuk memutus Halusinasi secara

bertahap,misalnya dengan:

1.Mengambil air Wudu dan sholat atau membaca Alqur’an


2.Membersikan rumah dan alat alat rumah tangga

3.mengikuti keanggotaan sosial di masyarakat(pengajian, Gotongroyong)

4.mengikuti kegiatan olahraga di kampung(jika masih muda)

5.mencari teman untuk ngobrol

Rasional:

Motivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih memilih salah

satu cara mengendalikan Halusinasi dan dapat meningkatkan harga diri klien

e) Beri kesempatan melakukan cara yang telah dilatih. evaluasi hasilnya dan beri pujian jika

berhasil.

Rasional:

Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah dipilih

f) Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok ,orientasi realita dan stimulasi

persepsi

Rasional:

Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interprestasi realitas akibat Halusinasi

d. TUK IV : kalian dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol Halusinasi nya

1) kriteria evaluasi

a) keluarga dapat saling percaya dengan Perawat

b)Keluarga dapat menyebutkan pengertian ,tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi
2) intervensi:

a) Membina hubungan saling percaya dengan menyebutkan nama ,tujuan pertemuan dengan

sopan dan ramah

Rasional:

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan interaksi

selanjutnya

b) anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga

Rasional:

Untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol Halusinasi nya

c) diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung tenang:

1. pengertian Halusinasi

2. gejala Halusinasi yang dialami klien

3. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus HalusinasiCara merawat

anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah ,misalnya: beri kegiatan, jangan biarkan

sendiri, makan bersama, Berpergian bersama

4. Beri informasi waktu Follow up atau kapan perlu mendapat bantuan: halusinasi tidak

terkontrol, Dan resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Rasional:

Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang Halusinasi dan menambah pengetahuan

keluarga cara merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah Halusinasi.


e . TUK V : klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

1) kriteria evaluasi

a) klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat ,Dosis dan efek samping obat

b) kelian dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar

c) kalian mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat

d) kelian dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi

e) kalian dapat menyebutkan prinsip lima benar penggunaan obat

2) intervensi

a) diskusikan dengan klien dan keluarga tentang Dosis dan frekuensi serta manfaat minum

obat

Rasional:

Dengan menyebutkan Dosis frekuensi dan manfaat obat diharapkan kalian melaksanakan

program pengobatan

b) anjurkan klien minta sendiri obat pada Perawat dan merasakan manfaatnya

Rasional:

Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri

c) anjurkan klien untuk berbicara dengan Doktor tentang manfaat dan efek samping obat

yang dirasakan

Rasional:

Dengan mengetahui efek samping kalian akan tahu apa yang harus dilakukan setelah

minum obat.
d) diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter

Rasional:

Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar

e) bantu klien menggunakan obat dengan prinsip lima benar(benar Dosis, Benar obat benar

waktunya ,benar caranya ,benar pasiennya)

Rasional:

Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat ,maka kemandirian klien untuk peng obatan

dapat ditingkatkan secara bertahap

SP HALUSINASI

SP 1

A. PROSES KEPERAWATAN

1.Kondisi

a. Klien tampak bicara dan tertawa sendiri

b. Clean mondar-mandir

c. Klien merasa mendengarkan suara laki-laki yang menyuruh memukul

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan

persepsi sensori: halusinasi pendengaran.


3. Tujuan Khusus

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

b. Dapat mengenal halusinasi yang dialaminya

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Orientasi

"Selamat pagi. mas, sedang apa ? ". "kenalkan nama saya bapak Budi sisroyo, mas bisa

panggil saya bapak atau mas Budi saja". Mas namanya siapa ?....... Oooooo Joko Kristanto,

senang dipanggil siapa ?"Mas Joko atau mas Yanto". "Ooooo begitu baiklah mas Anto,saya

akan menemani ibu kurang lebih 2 minggu kedepan, nanti bisa cerita masalah yang dialami mas

Joko Bagaimana perasaan mas Joko saat ini?.......ooooo kalau saya lihat mas Joko tanpa bicara,

berbicara sama siapa? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap suara yang mas Joko dengar dan

orang yang mengajak bicara?. Di mana kita akan berbincang-bincang Mas ?,ooo... Di ruang

makan, baiklah. Kita akan bercakap-cakap berapa menit?"."15 menit!", Ya baiklah. Yeah

sekarang kita sudah duduk santai,tolong ceritakan suara - suara yang mas Joko dengar tadi,

oooooooo begitu, lalu !”.

Jadi mas mendengar suara orang yang mengajak berbicara dan menyuruh memukul orang

“. Menurut mas suara tersebut suara siapa,apakah mengenalnya?, oooooo seperti suara laki

laki .Bagaimana perasaan mas Joko setelah berbincang bincang tentang suara yang mas dengar?

Jadi suara yang mas dengar adalah…muncul saat…,dan yang mas lakukan saat suara suara

tersebut muncul ….Baiklah mas,nanti diingat ingat lagi yang suara suara lain yang

didengar ,jangan lupa Kalau suara suara itu muncul lagi beritahu perawat biar dibantu ya !.
Bagaimana kalau kita bercakap cakap tentang cara mengendalikan suara suara

tersebut ?”,setuju!. Baiklah kalau begitu ,Di mana kita akan bercakap-cakap, mungkin Mas Joko

punya tempat yang teduh dan santai untuk ngobrol? Berapa lama kita akan bercakap-

cakap?"."10 menit atau 15 menit"." Sampai jumpa besok ya, mas!".

SP 2

A. Proses Keperawatan

Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.

Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.

Klien tampak pasif, terlihat suka menyendiri, berbicara sendiri.

2.Diagnosa Keperawatan

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran.

3.Tujuan Tindakan Keperawatan

Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan oranglain.

Tindakan Keperawatan

A .Evaluasi ke jadwal harian

B. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap denganorang lain.

C. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan harianklien


B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1.Orientasi

Selamat pagi Mas Joko saat ini? Masih ingat Nama saya? Bagus! Bagaimana perasaan

Mas Joko saat ini? Apakah ada suara-suara yang didengar dan belum diceritakan kemarin?

Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang cara cara mengendalikan

halusinasi yang Mas Joko alami tanda tanya, Bagaimana setuju? Kita bercakap-cakap di ruang

makan saja! Mas Joko mau berapa lama kita bercakap-cakap?. 15 menit, baiklah. Kemarin Mas

Joko sudah menceritakan tindakan yang dilakukan ketika suara-suara tersebut muncul. Masih

ingat?. Bagaimana apakah dapat mengurangi/menghilangkan suara suara yang Mas Joko

dengar?"oooo.....begitu! Kalau Mas Joko mau saya akan memberitahu cara cara lain yang dapat

dilakukan ketika suara-suara tersebut muncul? Bagaimana! "Oke yang pertama dengan

menghadirkan suara-suara tersebut, caranya Dengan mengatakan,saya benci kamu,

pergi....pergi !", kalau tarik nafas dalam dalam tahan sebentar dan keluarkan pelan pelan melalui

mulut, maka Mas Joko akan rileks dan santai kembali".

Mari saya ajari, Tirukan saya ya!", "Pertama katakan "saya benci kamu pergi....Pergi!"

Kemudian Tarik nafas dan keluarkan,begitu,"Bagus mudah kan ? Cara yang kedua dengan

melakukan kegiatan yang dapat memutus/ menghilangkan suara suara itu, misalnya dengan

mengambil air wudhu, salat atau membaca Alquran, membersihkan rumah atau alat-alat rumah

tangga, apabila suara-suara tersebut muncul siang atau sore hari. Cara ketiga adalah mencari

teman untuk diajak ngobrol sehingga suara-suara tersebut dapat dialihkan, tetapi cara ini tidak

dapat dilakukan apabila suara-suara itu muncul malam hari."


Jika suara sering muncul malam hari, yang dapat Mas Joko lakukan adalah minum obat

tepat waktu tepat obat dan tepat dosis misalnya jam 17. 30 WIB sehingga Mas Joko akan

terbangun pada jam 05.00 pagi. Kalau Mas Joko suka olahraga atau Ma untuk menghindar suara

muncul kembali Mas Joko dapat mengikuti olahraga dengan teman-temannya, tentunya kalau

sore hari."

bagaimana, mudahkan?, Mas Joko dapat pilih sesuai dengan kondisi dan keadaan!

Bagaimana rasanya setelah bercakap-cakap tentang cara mengendalikan suara-suara yang

muncul?". Coba sebutkan kembali cara yang dapat Mas Joko lakukan untuk

menghindari/memutuskan suarasuar q yang muncul tersebut!.Bagus....lagi. kalau suara suara itu

Muncul lagi coba dipraktikkan nya Mas Joko, siapa tahu dapat membantu! bagaimana kalau

besok keluarga Mas Joko menjenguk, kita bercakap-cakap lagi bersama-sama keluarga tentang

halusinasi yang Mas Joko alami? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu saja biar

lebih leluasa? Mas Joko ingin Berapa lama kita akan bercakap-cakap besok? ".o.....15menit

SP3

A. PROSES KEPERAWATAN

1 .Kondisi

a.klien sudah mengetahui cara-cara yang dapat digunakan untuk memutus atau menghilangkan

halusinasi

2.Diagnosa Keperawatan

Resiko mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan

persepsi sensori halusinasi pendengaran


3.Tujuan Khusus

kalien mendapat dukungan keluarga dalam mengatasi halusinasi nya

B STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1.Orientasi

selamat pagi, pak? ", Kenalkan saya bapak Budi yang merawat Mas Joko di sini, saya

bias panggil bapak siapa?".o..Ya pak mahmud"

Bagaimana perasaan Mas Joko saat ini? Apakah Mas Joko masih ingat cara-cara kemarin

yang saya ajarkan? Apakah Bapak/Ibu mengetahui pengertian halusinasi, gejala halusinasi dan

cara mengatasi halusinasi? pagi hari ini kebetulan Bapak Mahmud menengok Mas Joko, kita

akan bercakap-cakap tentang pengertian halusinasi dan cara-caranya yang harus dilakukan agar

Mas Joko terhindar dari halusinasi? kita bercakap-cakap di ruangan rawat saja biar lebih santai?

Berapa lama kita bercakap-cakap?" Bagaimana kalau 30 menit?"

2.Kerja

Tolong Mas Joko Ceritakan tentang suara-suara didengar pada Pak Mahmud, agar beliau

tahun dan dapat membantu kalau di rumah nanti muncul lagi"." jadi begini, Ya Pak, Mas Joko ini

kalau dalam kedokteran mengalami halusinasi. Nah apa halusinasi itu?", halusinasi adalah

kesalahan dalam mengartikan rangsangan dari luar yang sebenarnya tidak ada, misalnya

mendengar suara yang mengajak bicara atau menyuruh melakukan sesuatu pada padahal tidak

ada yang mengajak bicara,seperti yang dialami Mas Joko ini.

Bagaimana cara mengenali orang yang mengalami halusinasi?. Bapak Mama akan

menjumpai orang tersebut tampak termenung, kemudian bicara sendiri atau tertawa sendiri, tidak
jarang orang tersebut tampak gelisah, menerima bingung dan ketakutan karena suara yang

mengancam, atau memeluk orang lain Jika selera itu tidak menyuruh untuk memukul. bagaimana

sudah jelas? Apa akibatnya jika halusinasi tidak diatasi?",

orang tersebut dapat beresiko orang tersebut akan melakukan kekerasan yang arahnya diri

sendiri,orang lain atau lingkungan.Maka jangan heran kalau bapak pernah melihat orang gila

tiba-tiba melempar dekai batu atau tiba-tiba merusak tanaman yang ada di dekatnya. Nah untuk

menghindari hal tersebut, ada cara agar halusinasi tidak muncul, yaitu tidak membiarkan Joko

sendirian melamun, beri Mas Joko kegiatan untuk mengisi waktu luangnya, ajak Mas Joko

nonton televisi bersama,jalan-jalan atau kegiatan pengajian dan gotong royong",Bagaimana? "

Bapak sudah paham.bila belum jelas Pak Mahmud dapat bertanya? ya jangan lupa minum obat

secara tepat dan teratur serta antar Mas Joko kontrol atau pergi RSJ sangat membantu agar Mas

Joko terhindar dari halusinasi".

3.Terminasi

Bagaimana rasanya setelah bercakap-cakap tentang pengertian dan cara mengendalikan

suara suara yang didengar Mas Joko?"Coba sebutkan kembali pengertian halusinasi dan cara-

cara yang dapat keluarga lakukan agar mas joko dapat menghindari/memutus suara-suara yang

muncul suara-suara tersebut!":Bagus.... Lagi. Tolong ya Pak Oma Mas Joko dibantu untuk

menghindari suara-suara itu Muncul lagi, caranya dengan yang sudah saya jelaskan tadi!

Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap tentang manfaat dan efek samping obat yang Mas

Joko minum? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman?",Setuju! mau berapa lama?"

Bagaimana kalau 10 menit saja?


SP 4

A. PROSES KEPERAWATAN

1) Kondisi

a) Klien dan keluarga sudah mengenal pengertian gejala Halusinasi

b) Klien dan keluarga sudah mengetahui cara menghindari munculnya kembali suara suara

2) Diagnosa Keperawatan

a) Resiko mencederai diri sendiri,Orang lain Dan lingkungan berhubungan dengan perubahan

Persepsi sensori halusinasi pendengaran

3) Tujuan Khusus

Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1) Orientasi

Selamat pagi mas ,Joko ?” Masih ingat sama saya? Bagus! Bagaimana Perasaan mas Joko

saat ini?”, baik baik saja kan, Ada yang ingin disampaikan? Kita akan berbicara tentang jenis

obat , manfaat obat, efek samping obat serta pemakaiannya”, bagaimana mas Joko bersedia?

bagaimana kalau kita bercakap - cakap di taman saja, biar lebih santai? Berapa lama kita akan

bercakap - cakap?” Bagaimana kalau 15 menit ?”

2) Kerja
berapa jenis obat yang diminum mas Joko tadi pagi?” “Ya ,,,,, bagus. jadi begini ya mas

Joko, obat yang diminum tadi ada tiga macam, ini obatnya saya bawakan. saya jelaskan satu

persatu ya?” “ Yang warnanya orange ini namanya CPZ atau chlorponazin , gunanya untuk

Mempermudah mas Joko tidur sehingga dapat istirahat , minumnya 2 x sehari pagi hari dan sore

hari, pagi jam 07 .00 Dan sore jam 17.30 WIB.” “ efek sampingnya badan menjadi lemas, Keluar

ludah terus menerus.” Nah, yang ini ,namanya HPD atau haloperidole , karena Mas Joko dapat

yang 5 mg. Maka warnanya Jambon atau pink, Cara dan waktu Minumnya sama dengan CPZ 2 x

sehari .” “ Gunanya obat ini untuk menghilangkan suara - suara Yang mas Joko dengar , selain

dapat juga membuat mas Joko jadi rileks, santai dan dapat mengontrol emosi, efek sampingnya

badan menjadi kaku , terutama tangan dan kaki, Mulut kering dan dada berdebar- Debar dan

tremor/nderek dalam istilah Jawa.tapi mas Joko jangan khawatir, Ada penangkalnya, maka diberi

obat yang putih agak besar ini. Ini namanya triheksipinidile atau THP , fungsinya obat ini

menetralkan atau menghilangkan efek samping yang tidak menggenakkan tadi, makanya obat ini

harus diminum bersamaan dengan obat CPZ dan HPD tadi .Bagaimana masih ada yang belum

jelas ?” “Jangan lupa kalau obat ini hampir habis segera kontrol kembali ya !”

3) Terminasi

Bagaimana perasaan nya setelah bercakap - cakap tentang jenis dan manfaat obat yang

mas Joko minum setiap hari? Coba sebutkan kembali jenis obat yang mas Joko,dan ambilkan

yang namanya HPD ……… dan seterusnya , sebutkan manfaatnya sekalian !” . “ bagus

….diingat - ingat ya! Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat ya !” . O.

Ya kalau ada yang belum jelas bisa mas Joko tanyakan kembali pada waktu lain. Bagaimana

kalau kapan - kapan kita bercakap - cakap lagi dengan topik yang lain?.Bagaimana kalau kita

bercakap cakap di teras saja ?” ,setuju! mau berapa lama ?”. “Bagaimana kalau 10 menit saja ?”
LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

PENGERTIAN

Defisit Perawatan Diri (DPD) adalah ketidak mampuan melakukan atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri, Penyebab dari kurangnya perawatan diri yaitu : gangguan muskuloskelatal, gangguan
neuromuskuler, kelemahan, gangguan psikologis / psikototik dan penurunan motivasi / minat, yang
menyebabkan penurunan untuk melakukan aktivitas perawatan diri mandi, berpakaian, makan, toileting
serta berhias. Defisit perawatan diri adalah keadaan dimana seseorang yang mengalami kelainan
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari secara mandiri. Tidak
ada keinginan pasien untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau
nafas serta penampilan tidak rapi. Defisi perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada
pasien gangguan jiwa (Laia &Pardede,2022)
Deficit perawatan diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami hambatan ataupun
gangguan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri, seperti
mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi untuk dirinya sendiri (Tumanduk, Messakh, & Sukardi, 2018).

Defisit perawatan diri adalah keadaan seseorang yang tidak mampu merawat diri dengan benar dan tidak
dapat menyelasaikan aktivitas perawatan diri seperti mandi, berhias, mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan/minum serta mencuci tangan setelah Buang air besar dan buang air kecil (Laia, et Al).

Jenis- Jenis Defisit Perawatan Diri


Menurut Sutejo (2019) jenis – jenis perawatan diri dibagi menjadi 4 yaitu :

1. Defisit perawatan diri : mandi Tidak ada keinginan untuk mandi secara
teratur, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
2. Defisit perawatan diri : berdandan atau berhias Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai,
tidak menyisir rambut, atau mencukurkumis.
3. Defisit perawatan diri : mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa makanan
dari piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan dari piring.

4. Defisit perawatan diri : toileting Ketidak mampuan atau tidak adanya keinginan untuk memlakukan
defeksi atau berkemih tanpa bantuan.

Etiologi
a. Factor predisposisi (Nurhalimah,2018).
1) Biologis , dimana deficit perawatan diri disebabkan oleh adanya penyakit fisik dan mental yang
disebabkan klien tidak mampu melakukan kperawatan diri dan dikarenakan adanya factor herediter
dimana terdapat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

2) Psikologis, adanya factor perkembangan yang memegang peranan yang tidak kalah penting, hal ini
dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan individu tersebut sehingga perkembangan
inisiatif menjadi terganggu. Klien yang mengalami deficit perawatan diri dikarenakan kemampuan
realitas yang kurang yang menyebabkan klien tidak peduli terhadao dir dan lingkungannya termasuk
perawatan diri.

3) Social, kurangnya dukungan social dan situasi lingkungan yang mengakibatkan penurunan
kemampuan dalam merawat diri.
b. Factor presipitas
Faktor presipitasi yang menyebabkan deficit perawatan diri yaitu penurunan motivasi, kerusakan
kognitif/persepsi, cemas, lelah, lemah yang menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri. Menurut Rochmawati (2018), factor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1) Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihandirinya.
2) Praktik Sosial Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola persona lhygiene.
3) Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampoo, alat mandi semuanya yang memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan, Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada klienpenderita DM, ia harus menjaga kebersihankakinya.
5) Budaya disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan Seseorang ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti pengguanaan sabun, shampoo danlain-lain.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene :
1) Dampak Fisik banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit,
gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2) Dampak Psikososial masalah social yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri dan gangguan
interaksisocial.

Tanda dan Gejala


Menurut Jalil (2018), tanda dan gejala defisit perawatan diri terdiri dari :
a. Data subjektif Klien mengatakan:
1) Malas mandi
2) Tidak mau menyisirrambut
3) Tidak mau menggosokgigi
4) Tidak mau memotongkuku
5) Tidak mauberhias/berdandan
6) Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat mandi/kebersihandiri
7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
8) BAB dan BAKsembarangan
9) Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dabBAK
10) Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
b. Dataobjektif
1) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kukupanjang.
2) Tidak menggunakan alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi denganbenar.
3) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, sertatidak mampuberdandan.
4) Pakaiann tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,mengencangkan dan memindahkan
pakaian, tidak memakai sepatu, tidak mengkancingkan baju ataucelana.
5) Memakai barang-barang yang tidak perlu dlaam berpakaian, misalnya:memakai pakaian berlapis-lapis,
penggunaa pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-barang yang perlu dalam berpakaian, misalnya:
telanjang.
6) Makan dan minum sembarangan dan berceceran, tidak menggunakan alat makan, tidak mampu
menyiapkan makanan, memindahkan makanan kea lat makan, tidak mampu memegang alat makan,
membawa makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman dan
menghabiskanmakanan. 7) BAB dan BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB dan BAK, tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan
menyiram toilet setelah BAB danBAK.

ProsesTerjadinya
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri (Hastuti, 2018) adalah :

a. Data Subjektif
1) Klien merasalemah
2) Malas untukberaktivitas
3) Merasa tidakberdaya
b. DataObjektif
1) Rambut kotor,acak-acakan
2) Badan dan pakaian kotor dan bau
3) Mulut dan gigi bau
4) Kulit kusan dan kotor
5) Kuku panjang dan tidak terawat

Rentang ResponKognitif

Menurut Ginting (2021), rentang respon perawatan diri pad aklien adalah sebagai berikut :

Adaptif Maladaptif
Pola perawatan diri Kadang perawatan diri, Tidak melakukan
Seimbang kadang tidak perawatan saat stress

Keterangan : a. Pola
perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan mampu untuk berperilaku adaptif, maka
pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatandiri.
b. Kadang perawatan kadang tidak, saat klien mendapatkan stressor kadang-kadang klien tidak
memperhatikan perawatandirinya. c. Tidak
melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat
stressor.
MekanismeKopingMenurut (Sutria, 2020), mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi
menjadi 2 yaitu :
a. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan mencapi tujuan. Kategori
ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.

b. Mekanisme koping maladaptive


Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan
cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak ingin merawat diri.
Penatalaksanaan
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung

ManifestasiKlinis
Menurut (Putra, 2019) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
1. Subyektif
a. Menyatakan tidak ada keingin mandi secara teratur
b. Perawatan diri harus dimotivasi
c. Menyatakan Bab/bak disembarangan tempat d.
Menyatakan tidak mampu menggunakan alat bantu makan
2. Obyektif
a. Tidak mampu membersihkan badan
b. Berpakaian secara benar c.
Tidak mampu melaksanakan kebersihan yang sesuai
d. Setelah melakukan toileting makan hanya beberapa suap dari piring/porsi tidak habis.

STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN DEFISIT KEPERAWATAN DIRI


Strategi keperawatan (SP) 1 menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri, menjelaskan alat-alat untuk
menjaga kebersihan diri, menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri, melatih pasien
mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.

FASE ORIENTASI
’’Selamat pagi, perkenalkan saya perawat R.Kalau boleh tau nama kamu siapa ya? Senang dipanggil apa
Tn.I? Oh isap, Baiklah bagaimana keadaannya hari ini?
“Dari tadi saya lihat Tn. I menggaruk tangan dan kaki, gatal ya?”
”Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri?”
“Berapa lama kita berbicara?20 menit ya, mau dimana?Di sini saja ya Tn. I?
FASE KERJA (Langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Kaulu boleh tau Tn. I berapakali mandi dalam sehari?Apakah Tn. I sudah mandi hari ini?
Menurut Tn. I apa kegunaan mandi?Apa alasan Tn. I sehingga tidak bisa merawat diri?”
“Menurut Isap apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang
tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya? Badan gatal, mulut bau, apa lagi? Kalau tidak teratur
menjaga kebersihan diri masalah apa menurut Tn. I yang bisa muncul? Betul ada kudis, kutu dan
lainnya”.

“Apa yang Tn. I lakukan untuk merawat rambut dan muka?Kapan saja Tn. I menyisir rambut?
Bagaimana dengan bedakan?Apa maksud atau tujuan sisiran dan berdandan? Ya betul sekali”.

“Berapa kali Tn.I makan sehari?


“Apa pula yang dilakukan setelah makan?Betul kita harus sikat gigi setelah makan?Betul, kita harus sikat
gigi setelah makan”.

“Dimana biasanya Tn. I BAB/ BAK harus di WC.Nah… itu WC, lalu jangan lupa membersihkan pakai
air dan sabun”.

“Menurut Tn. I kalau mandi itu kita harus bagaimana? Sebelum mandi apa yang perlu kita persiapkan?
Bener sekali…. Biah perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampoo dan sabun serta sisir”.
“Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, saya akan membimbing Tn. I melakukannya.Sekarang
Tn. I siram seluruh tubuh termasuk rambut lalu ambil shampo gosokkan pada kepala Tn. I sampai
berbusa lalu bilas sampai bersih, bagus sekali.Selanjutnya ambil sabun, gosokkan diseluruh tubuh secara
merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol, giginya disikat mulai dari
arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi Tn. I mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-
kumur sampai bersih.Terakhir siram lagi seluruh tubuh Tn. I sampai bersih lalu keringkan dengan
handuk.Bagus sekali melakukannya.Selanjutnya Tn. I pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik”.
FASE TERMINASI
”Bagaimana perasaan Tn. I setelah mandi dan mengganti pakaian?Coba Tn. I
sebutkan lagi cara-cara mandi yang baik yang sudah Biah lakukan tadi!” Ya, bagus sekali ya Tn.I”
“Bagaimana perasaan Tn. I setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri tadi?Sekarang
coba Tn. I ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi”.
“Bagus sekali, mau berapa kali Tn. I mandi dan sikat gigi?Dua kali, pagi dan sore.Mari kita masukkan
dalam jadwal aktivitas harian. Nah, jangan lupa lakukan setiap hari ya Tn.I !
Dan beri tanda kalau sudah dilakukan seperti M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan)
kalau diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) kalau tidak melakukan.“Baik besok kita akan latihan
bercukur.Oke?”
“Tn. I mau nya jam berapa?”
“Baik besok saya akan datang lagi di jam yang sama ya”.

SP 2 Pasien
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Subjek:
Subjek sudah memahami cara merawat kebersihan diri, rambut terlihat kotor, badan bau, gigi terlihat
bersih dan kuning, 2.
Diagnosa keperawatan :
Defisit perawatan diri : personal hygiene (mandi, berdandan)
1. Tujuan khusus : TUK 2, 3, 4
2. Tindakan keperawatan :
Strategi keperawatan (SP) 2 percakapan melatih pasien laki-laki bercukur
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
’’Selamat siang Tn. I ”
“Bagaimana perasaan Tn. I hari ini?Bagaimana mandinya?Sudah di tandai dijadwal harian? Ya bagus
sekali ya Tn. I ”
“Hari ini kita akan latihan berdandan dan memotong kuku.Supaya Tn. I tampak rapi, bersih dan
cantik.Mari kita dekat cermin dan saya juga sudah membawa alat-alatnya untuk Tn. I (sisir, bedak,
lipstik)”.
“Kita akan latihan sekitar 20 menit ya, mau dimana? Di sini aja ya?Baiklah”.KERJA (Langkah-langkah
tindakan keperawatan) “ Sudah diganti
tadi pakaiannya sehabis mandi? Bagus ! “Nah
sekarang disisir rambutnya yang rapi, bagus !Apakah Tn. I biasa bercukur sendiri?”Ya silahkan hati-hati
ya. Bagus sekali !”.
TERMINASI
”Bagaimana perasaan Tn. I setelah belajar bercukur?”
“Tn. I jadi tampak lebih rapi dan bersih. Besok kita akan latihan makan dan minum yang baik.Tn.I mau
nya dimana? Jam berapa?”
“Baik, besok saya akan datang lagi pada tempat dan jam yang sama ya”.
SP 3 Pasien
1. Kondisi Subjek :
Subjek sudah memahami cara merawat kebersihan diri, klien sudah mampu bercukur secara mandiri.
5. Diagnosa keperawatan : Defisit
perawatan diri : personal hygiene (kebersihan diri (mandi), berpakaian/berdandan).
6. Tujuan khusus : TUK 3, 4 7.
Tindakan keperawatan
Strategi keperawatan (SP) 3 percakapan melatih klien makan sendi
FASE ORIENTASI
’’Selamat siang Tn. I ” wah sudah rapi ya Tn. I
“Bagaimana perasaan Tn. I hari ini?Tn.I udah makan siang? Belum ya”
“Siang ini kita akan laithan bagaimana cara makan yang baik”
“Kita akan latihan sekitar 20 menit ya, mau dimana? Di sini aja ya?Baiklah”.

FASE KERJA (Langkah-langkah tindakan keperawatan)


“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun sesudah makan?Di mana Tn. I makan?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan! Bagus! Setelah itu kita
duduk dan ambil makanan.Sebelum disantap kita berdo’a dulu. Silahkan Tn. I yang pimpin! Bagus”.
“Mari kita makan, saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan pelan-pelan. Ya, ayo
sayurnya dimakan. Setelah makan kita akhiri dengan cuci tangan.Ya bagus!”
“Setelah makan jangan lupa minum obat ya Tn.I .Sekarang ambil obatnya”. Ya, silahan diminum! Bagus
sekali”.
FASE TERMINASI
”Bagaimana perasaan Tn. I setelah kita makan bersama-sama?”
“Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan? (cuci tangan,duduk yang baik, ambil makanan,
berdo’a, makan yang baik, cuci piring dan gelas lalu cuci tangan)”
“Nah, coba Tn. I lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam jadwal? Ya, baiklah”
“Besok kita ketemu lagi untuk latihan BAB dan BAK yang baik, Tn. I mau nya dimana? Jam berapa?”
“Baik, besok saya akan datang lagi pada tempat dan jam yang sama ya”.

SP 4 Pasien
1. Kondisi Subjek :
Subjek udah memahami cara merawat kebersihan diri, mandi sendiri, sudah mampu berdandan secara
mandiri, makan dan minum yang baik.
5. Diagnosa keperawatan :
Defisit perawatan diri : personal hygiene (kebersihan diri (mandi), berpakaian/berdandan)
6. Tujuan khusus : TUK 4
7. Tindakan keperawatan :
Strategi keperawatan (SP) 4 percakapan mengajarkan klien melakukan BAB/BAK secara
mandiri. FASE
ORIENTASI “Selamat
siang Isap, Bagaimana perasaan Tn. I hari ini? Baik” “Sudah dijalankan
jadwal kegiatannya? Sekarang kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing yang baik”
“Kira-kira 20 menit ya Tn. I, bimana kita duduk? Baik disini saja ya”
FASE KERJA (Langkah-langkah tindakan keperawatan) “Dimana
biasanya Tn. I BAB/BAK ? Benar Tn. I mampu BAB/BAK baik itu di WC/kamar mandi atau tempat lain
yang tertutup dan ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak BAB/BAK di sembarang tempat
ya…” “Sekarang, coba Tn. I jelaskan kepada saya
bagaimana cara Tn. I cebok?” “Sudah bagus ya Tn. I , yang perlu diingat
saat Tn. I cebok adalah Tn. I membersihkan anus dan kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak
ada tinja/ air kencing yang masih tersisa ditubuh Tn. I. Setelah Tn. I selesai cebok, jangan lupa tinja / air
kencing yang ada di WC/ jamban dibersihkan.Caranya siram tinja/ air kencing tersebut dengan air
secukupnya sampai tinja/ air kencing itu tidak tersisa di WC.Jika sudah bersihkan air kencing seperti ini,
berarti Tn. I ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing”.
“Setelah selesai membersihkan tinja/ air kencing, Tn. I terlu merapikan kembali pakaian sebelum keluar
dari WC/ kakus/ kamar mandi.Pastikan resleting celana telah rapi, lalu cuci tangan menggunakan sabun”.
FASE TERMINASI “Bagaimana
perasaan Tn.I setelah kita membicarakan tentang cara BAB/BAK yang baik?” “Coba
Biah jelaskan ulang tentang cara BAB/ BAK yang baik! Bagus..” “Untuk selanjutnya
Isap bisa melakukan cara-cara yang sudah dijelaskan tadi ya” “Terimakasih Tn. I”
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

1. Definisi
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam
segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun
negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti
bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap
kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan
jiwa (keliat, 2019).
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan
harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang
mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang
berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi
menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk
berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah
melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman (Keliat,
2019).

2. Tanda dan Gejala


a. Mengejek dan mengkritik diri.
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
c. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat.
d. Menunda keputusan.
e. Sulit bergaul.
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi.
h. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klieb untuk mengakhiri hidup.
i. Merusak atau melukai orang lain.
j. Perasaan tidak mampu.
k. Pandangan hidup yang pesimitis.
l. Tidak menerima pujian.
m. Penurunan produktivitas.
n. Penolakan tehadap kemampuan diri.
o. Kurang memperhatikan perawatan diri.
p. Berpakaian tidak rapi.
q. Berkurang selera makan.
r. Tidak berani menatap lawan bicara.
s. Lebih banyak menunduk.
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

3. Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang
lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi peran
Di masyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya
seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif dan
rasional sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif
dibandingkan wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan
tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan
sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur sosial.
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi kurang
percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika
akan melakukan sesuatu.
Control orang yang berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci
kepada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada
identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya.
d. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum,
yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh
kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan
pada pasien depresi kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif
dan tidak berdaya.

4. Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang
dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat
mempengaruhi komponen. Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah
hilangnya bagian tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan
struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan
pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri
adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti,
pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan dengan
saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan
bertanggung jawab sendiri.
Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran:

a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan


pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan
individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan
tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua
komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.

5. Rentang Respon

Keterangan:

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang


pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.
6. Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2018) :

7. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan citra tubuh
2) Kesiapan meningkatkan konsep diri
3) Harga diri rendah (kronis, situasional dan resiko situasional)
4) Ketidakefektifan performa peran
5) Gangguan identitas pribadi

8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping menurut Deden (2020) :
 Jangka pendek :
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-obatan,
kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan,
politik.
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga kontes
popularitas.
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : penyalahgunaan
obat-obatan.
 Jangka Panjang :
1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-
orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
 Mekanisme Pertahanan Ego:
Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi,
isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.

9. Strategi Pelaksanaan

1. SP-1 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1:

Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang
sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih
dalam rencana harian.

A. Orientasi

“Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat Sinta. Saya Mahasiswa Keperawtan UPH.
Saya yang akan merawat bapak dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore nanti ya pak”
“Bagaimana keadaan Ibu T hari ini? Ibu T terlihat segar“

”Bagaimana, kalau kita berbincang-bincang tentang kemampuan dan kegiatan yang


pernah Ibu T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih
dapat Ibu T dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan
untuk kita latih. Bagaimana menurut Ibu T?”
”Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu saja bu?
Berapa lama kira-kira kita akan ngobrol bu? Apakah cukup 20 menit? Oke cukup ya
bu 20 menit”

B. Kerja

“Ibu T, apa saja kemampuan Ibu T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya
bu. Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Ibu T lakukan? Bagaimana dengan
merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring? Wah, bagus sekali. Cukup banyak
kemampuan dan kegiatan yang Ibu T miliki “.

”Ibu T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan
di rumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah? yang kedua? sampai
5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang
masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”

”Sekarang, coba Ibu T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini”.

” Ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur Ibu T? Mari kita lihat tempat tidur Ibu
T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”

“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus sekali bu. Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita
balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus bu
T. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.
Sekarang ambil bantal, rapihkan dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat
selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus, ibu bisa melakukannya”

”Ibu T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus”
“ Coba Ibu T lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu T
lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan T
(tidak) tidak melakukan”

C. Terminasi

“Bagaimana perasaan Ibu T setelah berbincang-bincang dan latihan merapihkan


tempat tidur? Iya benar bu. Ibu T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur yang sudah Ibu
T praktekkan dengan baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di
rumah setelah pulang ya bu.”

”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu T mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis
istirahat jam berapa?”

”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu T masih ingat kegiatan
apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya
bagus, cuci piring. Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di
dapur ruangan ini sehabis makan pagi selama 20 menit, menurut ibu bagaimana?
Oke ibu, Sampai jumpa ya”

2. SP-2 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih pasien melakukan
kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.
A. Orientasi

“Selamat pagi, Ibu T masih ingat dengan saya? Iya benar sekali bu, saya perawat
Sinta yang akan merawat Ibu dari jam 8 sampai jam 3 sore nanti ya bu”

“Bagaimana perasaan Ibu T pagi ini? Wah, tampak cerah”

”Bagaimana Ibu T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pagi?
Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan
kemampuan kedua ya bu?. Masih ingat apa kegiatan itu Ibu T?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini, Waktunya sekitar
20 menit. Bagaimana menurut ibu T?”

B. Kerja

“Ibu T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring dan air
untuk membilas. Ibu T bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini ya? Oh ya
jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan”

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”

“Setelah semua perlengkapan tersedia, Ibu T ambil satu piring kotor lalu buang dulu
sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian Ibu T
bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan
sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak
ada busa sabun sedikit pun di piring tersebut. Setelah itu Ibu T bisa mengeringkan
piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai ibu”

“Sekarang coba Ibu T praktekkan kembali seperti yang saya contohkan tadi bu”

“Bagus sekali, Ibu T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya bu”

C. Terminasi

”Bagaimana perasaan Ibu T setelah latihan cuci piring?”

“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
Ibu T? Mau berapa kali Ibu T mencuci piring? Bagus sekali Ibu T mencuci piring
tiga kali setelah makan. “ Coba Ibu T lakukan dan jangan lupa memberi tanda M
(mandiri) kalau Ibu T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk
melakukan dan T (tidak) tidak melakukan”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur
dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan
mengepel. Mau jam berapa bu kita melakukan latihan mengepel nya? Oke baik besok
jam 9 pagi ya bu setelah ibu selesai merapikan tempat tidur dan mencuci piring.
Dimana kita akan melakukan latihannya bu? Oke baik bu, kita muali dari ruangan ini
saja ya bu. Kalau begitu saya permisi dulu ya bu, Sampai jumpa”

3. SP-3 Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1:


Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah,
menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara merawat.

A. Orientasi

“Selamat pagi bapak/ibu, perkenalkan saya perawat sinta yang merawat ibu T dari
jam 8 pagi ini sampai nanti jam 3 sore”

“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini?”

“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Ibu T? Berapa
lama waktu Bapak/Ibu butuhkan? 30 menit saja? Baik pak/bu. Kita berbincang-
bincangnya diruang wawancara saja bagaimana pak/bu? Oke, mari kita keruangan
wawancara”

B. Kerja

“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Ibu T”

“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Ibu T itu memang terlihat tidak percaya diri dan
sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Ibu T, sering menyalahkan
dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia.
Dengan kata lain, Ibu T memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan
munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Ibu
T ini terus-menerus seperti itu, Ibu T bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi,
misalnya Ibu T jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”

“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”

“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”

“Setelah kita mengerti bahwa masalah Ibu T dapat menjadi masalah serius, maka kita
perlu memberikan perawatan yang baik untuk Ibu T”

”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Ibu T? Ya benar, dia juga mengatakan
hal yang sama (kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan Ibu T)”

” Ibu T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring.
Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat
mengingatkan Ibu T untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu
menyiapkan alat-alatnya ya Pak/Bu dan jangan lupa memberikan pujian agar harga
dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadwal kegiatannya”.

”Selain itu, bila Ibu T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu
memantau perkembangan Ibu T. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan
tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa Ibu T ke puskesmas”

”Nah, bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada Ibu
T”

”Temui Ibu T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian
yang yang mengatakan: Bagus sekali Ibu T, kamu sudah semakin terampil mencuci
piring”

”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”


C. Terminasi:

”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”

“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T dan bagaimana


cara merawatnya?”

“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu
kemari lakukan seperti itu dan di rumah juga demikian ya pak/bu.”

“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi
pujian langsung kepada Ibu T. Jam berapa Bapak/Ibu datang? Baik saya tunggu ya.
Sampai jumpa”

4. SP-4 Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2:


Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga diri
rendah langsung kepada pasien

A. Orientasi
“Selamat pagi Bapak/Ibu?”

” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”

”Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat Ibu Bapak/Ibu seperti yang kita
pelajari dua hari yang lalu?”

“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Ibu T, Waktunya 20
menit. Bagaimana menurut bapak/ibu? Oke kalau begitu, sekarang mari kita temui
Ibu T”
B. Kerja:

”Selamat pagi Ibu T. Bagaimana perasaan Ibu T hari ini?”

”Hari ini saya datang bersama anak Ibu T. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, anak Ibu T juga ingin merawat Ibu T agar cepat pulih.”

(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)

”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan orang tua
Bapak/Ibu (Perawat mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya)”

”Bagaimana perasaan Ibu T setelah berbincang-bincang dengan anak Ibu T?”

”Baiklah, sekarang saya dan anak Ibu T ke ruang perawat dulu (Perawat dan
keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)”

C. Terminasi:

“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”

“Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat seperti yang tadi
kepada Ibu T ya”.
LAPORAN PENDAHULUAN

PERILKU KEEKRASAN

1. Pengertian
Resiko perilaku kekerasan yakni kondisi dimana individu pernah atau mengalami riwayat mencederai
dirinya sendiri, orang lain ataupun lingkungan baik secara fisik, emosional, seksual maupun lisan karena
individu tidak mampu mengendalikan atau mengontrol amarah secara konstruktif (Kartika et al., 2018).
Sedangkan menurut Bernstein dan Saladino 2007 dalam (Sujarwo & PH, 2019) Perilaku kekerasan (PK)
adalah kondisi dimana individu melangsungkan tindakan agresif atau kekerasan terhadap dirinya sendiri,
orang lain ataupun lingkungan baik secara verbal, fisik atau keduanya sehingga menyebabkan kesakitan,
penderitaan dan juga bahaya.
Perilaku kekerasan merupakan situasi dimana tindakan seseorang dapat menyebabkan cedera tubuh bagi
dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan. Ini juga sering disebut sebagai mudah tersinggung atau
marah di bawah tekanan seseorang, marah merupakan respons atas gerak yang tidak terkendali (Arisandy
& Juniarti, 2020). Perilaku kekerasan dapat berupa umpatan,
ancaman atau serangan verbal, perilaku yang bisamencederai diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
(Muliani et al., 2019).

Rentang respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Keterangan
Asertif :Emosi yang diungkapkan tanda mencederai orang lain
Frustasi : Gagal dalam mencapai apa yang diinginkan sebab terdapat hambatan atau tidak terwujud
Pasif : Kelanjutan respon yang mana klien tidak mampu mengekspresikan/ mengungkapkan perasaan
yang sedang dirasakannya
Agresif : Perilaku merusak atau destruktif yang masih dapat dikontrol
Amuk : Perilaku merusak atau destruktif yang tidak dapat dikontrol. (Nurhalimah, 2018)

Etiologi
Salah satu penyebab dari klien melakukan tindakan resiko perilaku kekerasan adalah faktor sosial budaya.
Pada umumnya individu akan marah apabila dirinya merasa bahaya baik fisik, psikis maupun terhadap
konsep diri. Jika seorang individu dihadapkan dengan penghinaan, kekerasan. kehilangan, terancam,
masalah dengan keluarga atau teman baik permasalahan eksternal maupun internal pada umumnya
individu mengalami peningkatan emosianal.(Kandar & Iswanti, 2019)
Dalam buku SDKI (PPNI, 2018) menyebutkan penyebab perilaku kekerasan sebagai berikut: a. Individu
tidak mampu mengendalikan emosi atau marah
b. Stimulus lingkungan
c. Terdapat konflik interpersonal
d. Status mental berubah
e. Penggunaan obat dihentikan atau terputus
f. Penyalahgunaan zat atau alkohol

Proses terjadinya masalah


Proses terjadinya perilaku kekerasan berawal oleh adanya faktor predisposisi dan faktor presipitasi
a. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
Faktor genetik merupakan hal yang terdapat dalam faktor biologis yaitu keberadaan anggota keluarga
yang selalu menunjukkan perilaku kekerasan bahkan melakukan perilaku kekerasan, keberadaan anggota
keluarga yang memiliki gangguan atau penyakit mental, memiliki riwayat peyakit atau cedera kepala, dan
riwayat penyalagunaan obat atau NAPZA.
2) Faktor psikologis
Adanya stimulus baik dari eksternal, internal maupun lingkungan dapat menimbulkan respon psikologis
berupa marah. Jika keinginan individu untuk mencapai sesuatu mengalami hambatan atau bahkan
mengalami kegagalan maka dapat memicu individu tersebut mengalami frustasi.
Pengumpulan frustasi dapat menyebabkan perilaku kekerasan. Berperilaku merupakan kebutuhan
manusia, jika kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi melalui perilaku baik atau membina maka yang terjadi
perilaku individu itu merusak.
3) Faktor sosiokultural
Teori lingkungan sosial menyatakan bahwa sikap individu dalam mengekspresikan amarah dapat
dipengaruhi oleh lingkungan. Sikap individu untuk merespon secara tegas atau positif dapat didukung
oleh budaya. Sehingga proses sosialisasi dapat menentukan seseorang melakukan perilaku kekerasan
(Pembelajaran sosial teori)
b. Faktor presipitasi
Setiap orang itu tidak sama dan unik, hal itu mungkin pemicu stres seorang individu di dalam dan di luar.
Faktor dalam diriindividu meliputi hilangnya hubungan antara orang lain, orang yang dicintai atau
bermakna (misalnya putus, perceraian, kematian), kekhawatiran penyakit fisik, dll. Pada saat yang sama,
faktor diluar individu termasuk serangan fisik, lingkungan yang bising, kritik mengarah pada penghinaan,
dan kekerasan.(Nurhalimah, 2018)
Manifestasi klinis
Menurut Muhith 2015 dalam (Malfasari et al., 2020) tanda dam gejala perilaku kekerasan meliputi tidak
mampu mengontrol emosi, berteriak, menatap dengan tatapan yang tajam, tampak tegang dan muka
merah, mengepalkan tangan, rahang mengatup dengan kuat, mencederai orang lain/ lingkungan, merusak
benda-benda sekitar, mengancam seseorang baik secara verbal atau fisik.
Dalam buku SDKI (PPNI, 2018) menyebutkan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan sebagai
berikut:
a. Subjektif
1) Mengancam baik secara lisan maupun fisik
2) Memaki/ mengumpat dengan kata yang tidak pantas
3) Berbicara dengan suara yang keras
4) Ketus saat diajak berbicara

b. Objektif
1) Mencederai dirinya sendiri maupun orang lain
2) Menyerang
3) Membanting barang-barang maupun lingkungan
4) Berperilaku agresif karena tidak bisa mengontrol emosi
5) Menatap dengan tatapan yang tajam
6) Mengepalkan tangan
7) Mengatupkan rahang dengan kuat
8) Postur tubuh tegang
9) Wajah memerah
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Untuk pasien yang menderita gangguan emosi atau kemarahan, seringkali ada beberapa pengobatan.
Penatalaksanaan farmakologis menggunakan obat antiansietas dan obat penenang hipnotik, seperti
lorazepam dan clonazepam, obat penenang ini sering digunakan untuk menenangkan perlawanan klien.
Ada juga golongan antidepresan yang termasuk dalam golongan obat ini, seperti amitriptilin dan
triazolon. Obat tersebut menghilangkan agresivitas pasien dengan gangguan jiwa. (Muliani et al., 2019)
b. Penalaksanaan Keperawatan
Menurut (Nurhalimah, 2018) penatalaksanaan keperawatan untuk pasien resiko perilaku kekerasan
sebagai berikut:
1) Strate i pelaksanaan pasien
a) SP 1 Pasien: Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 yaitu tarik nafas
dalam
b) SP 2 Pasien: Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 2 yaitu memukul
bantal
c) SP 3 Pasien: Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal atau spiritual.
d) SP 4Pasien : Latih pasien cara mengontrol pasien dengan cara patuh minum obat

Penatalaksanaan Spesialis Jiwa


1) Rasional emotive behavior therapi (REBT)
Merupakan suatu tindakan untuk memecahkan masalah secara rasional terhadap masalah perilaku
individu. Menurut Albert Ellis dalam (Siauta et al., 2020) memonitor kecemasan yang tidak rasional lebih
diri akan bertahan didalam ingatan manusia daripada dihilangkan. Oleh karena itu untuk menurunkan
perilaku agresif maka diperlukan pengajaran terhadap klien untuk merubah pikirannya yang tidak rasional
dan memberi penjelasan rasional untuk masalah perilaku klien.REBT mempunyai tujuan untuk
menguatkan keyakinan rasional dan menurunkan atau mengurangi keyakinan yang tidak rasional, untuk
anak dan dewasa yang marah dan agresif terapi ini cukup efektif untuk menanganinya.

2) Terapi musik
Status emosional dan mood seseorang dapat dipengaruhi oleh musik, saat mendengarkan
musik sistem imun dan hormonal mengalami perubahan. Gejala hipertensi, nadi meningkat dan
ketegangan otot meningkat merupakan manifestasi klinis dari perilaku kekerasan. Tekanan darah, nadi,
dan ketegangan otot akan menurun saat kondisi seseorang relaks. Kenyamanan seseorang akan meningkat
jika seseorang sedang dalam kondisii rileks. Sehingga dengan memberikan terapi musik klien dapat
merasakan rilek dan ketenangan atau kenyamanan. (Setiawan et al., 2018).
3) Terapi token ekonomi
Menurut Nasir dan Muhith 2011 dalam (Sunarsih et al., 2019) reinforcemment atau reward positif yang
dapat diimplementasikan pada klien psikiatri yaitu pemberian token ekonomi. Kegiatan pemberian token
ekomoni dapat dilakukan dengan cara memberi token seperti uang dengan jumlah tertentu, permen,
ataupun makanan bila klien dapat merubah perilakunya. Terapi tersebut bertujuan untuk memotivasi klien
supaya dapat meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan
seperti perilaku kekerasan.
B. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
1. Proses keperawatan
Dalam proses keperawatan hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pengkajian, pengkajian
dapat dilakukan dengan wawancara dan observasi langsung terhadap klien dan keluarga. Dengan
wawancara dan observasi dapat ditemukan manifestasi klinis dari perilaku kekerasan. Wawancara dapat
berupa pertanyaan berikut:
a. Boleh saya tahu apa penyebab ataukah ada kejadian yang membuat anda marah?
b. Silahkan ceritakan kepada saya ketika anda marah apa yang anda rasakan?
c. Ketika anda marah bagaimana perasaan anda?
d. Ketika anda marah kemudian apa yang anda lakukan?
e. Apa akibat dari cara marah yang anda lakukan?
f. Apa yang dapat dilakukan untuk menghilangkan atau menghentikan saat anda marah?
g. Apakah terdapat cara lain untuk dapat mengekspresikankemarahan anda?

Melalui observasi manifestasi klinis yang dapat ditemukan meliputi:


a. Tampak tegang dan wajah memerah
b. Tampak memandang dengan tatapan yang tajam
c. Rahang tampak mengatup dengan kuat
d. Tangan mengepal
e. Berbicara kasar dan ketus
f. Berjalan bolak-balik atau Mondar mandir
g. Berteriak atau menjerit
h. Mencederai orang lain, lingkungan atau benda. (Nurhalimah, 2018).

STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN PERILAKU KEKERASAN

SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala
yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik
ORIENTASI:
“Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya H, panggil saja H.Saya mahasiswa perawat yang dinas di
bangsal srikandi, hari ini saya dinas dari pukul 13.00-17.00. Nama ibu siapa, senamng dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan L saat ini? Masih ada perasaan marah?” “Baiklah kita akan berbincang-bincang
sekarang tentang perasaan marah L” “Berapa lama L mau kita berbincang-bincang?” “Bagaimana kalau
15 menit?” “Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang L? bagaimana kalau di ruang tamu?”
“baik, L mau ditempat tidur saja ya”

KERJA:
“Apa yang menyebabkan L marah?, apakah sebelumnya L pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Oh
iya, jadi ada 3 penyebab marah L” “Pada saat penyebab marah itu ada, seperti pada saat L pulang dari
pasar terus tetangga L tanya-tanya, apa yang L rasakan?” “Apakah L merasakan kesal, perasaan marah,
dada berdebar-debar, mata melotot, dan tangan mengepal?” “Setelah itu apa yang L lakukan? Oh iya, jadi
L membanting pot dan barang-barang dirumah, apakah dengan cara ini masalah selesai? Iya, tentu tidak.
Apa kerugian yang L lakukan? Betul, L rugi karena barang-barang dirumah rusak, tetangga juga jadi takut
dan tidak mau berteman dengan L. Menurut L adakah cara lain yang lebih baik?
Maukah L belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?” “Ada
beberapa cara untuk mengontrol kemarahan L, salah satunya dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik
disalurkan marah.” “Ada beberapa cara, bagaimana kalau
kita belajar cara mengontrol marah dengan cara fisik dulu?” “Begini L, kalau tanda-tanda marah tadi
sudah L rasakan maka L berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalau keluarkan atau tiup
perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik napas dari hidung,
bagus… tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 2 kali. Bagus sekali, L sudah bisa melakukannya”
“Kemudian ada cara fisik yang kedua yaitu dengan pukul kasur dan bantal” “Sekarang mari kita latian
memukul kasur dan bantal. Jadi kalau nanti L kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba L lakukan, pukul bantal dan kasur. Ya,
bagus sekali L melakukannya”. “Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.” “Nah cara inipun dapat
dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya.”
TERMINASI

“Bagaimana perasaan L seelah berbincang-bincang tentang kemarahan L?” “Iya jadi ada 3 penyebab L
marah yaitu L karena merasa tetangganya ikut campur dengan urusan L, terus tetangganya kalau
ngomong nadanya keras, halaman rumahnya dikasih kotoran anjing dan yang L lakukan mengurung diri
dirumah , jarang berinteraksi dengan tetangganya, merasa kesal dengan tetangganya sehingga L
mengamuk dirumah, membanting barang-barang rumah dan pot.
“Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah L yang lalu, apa yang L lakukan dan
jangan lupa latihan napas dalam, pukul bantal dan kasur ya L.

“Sekarang kita buat jadwal latihannya ya L, berapa kali sehari L mau latihan napas dalam, pukul kasur
dan bantal?, jam berapa saja L?” “Baik, bagaimana kalau besok saya kesini lagi dan kita latihan cara yang
lain untuk mencegah atau mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya L, assalamualaikum”
SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat

a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama
obat, benar cara minumobat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat
dan akibat berhenti minum obat

c. Susun jadwal minum obat secara teratur.


ORIENTASI
“Assalamualaikum L, sesuai janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”

“Bagaimana L, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal, bicara baik serta berdoa
dan istighfar?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol
rasa marah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau dihalaman belakang?”
“Berapa lama L mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit.”
KERJA
(perawat membawa obat pasien) “L sudah dapat obat dari dokter?” Berapa macam obat yang L minum?
Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa L minum? Bagus!
“Obatnya ada 3 macam L, yang warnanya merah namanya CPZ gunanya agar bisa tidur, yang hjau ini
namanya THP agar rileks dan tidak kaku, dan yang biru namanya RISP agar tenang dan rasa marah
berkurang. Yang merah diminum 1kali sehari setelah sarapan jam 07.00, dan yang hijau sama biru
diminum 2 kali sehari pagi dan sore setelah makan jam 18.00”. “Bila nanti setelah minum obat mulut L
terasa kering, untuk mengatasinya L bisa mengisap-isap es batu”. “Bila terasa mata berkunang-kunang, L
sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”. “Nanti dirumah sebelum minum obat ini L dirumah
lihat dulu label kotak obat apakah benar nama L tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Disini minta obatnya ke
perawat kemudian cek lagi apakah benar obatnya!” “Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum
berkonsultasi dengan dokter ya L, karena dapat terjadi kekambuhan.” “Sekarang kita masukkan waktu
minum obatnya kedalam jadwal ya L.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan L setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar?” “Coba L
sebutkan lagi jenis obat yang L minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?” “Nah, sudah berapa
cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan
minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”. “Baik, besok kita ketemu kembali untuk
melihat sejauh mana L melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah. Sampai
jumpa”
SP 3 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara verbal:

a. Evaluasi jadwal harian untuk minum obat

b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik

c. susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.

ORIENTASI
“Assalamualaikum L, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana L, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur?” “Bagus.

Nah kalau tarik nafas dalam dan pukul bantalnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau
diingatkan perawat baru dilakukan tulis B, artinya bantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis
T, artinya belum bisa melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat yang sama?” “Berapa lama L mau
kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

KERJA
“Sekarang kita latihan bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah disalurkan melalui
tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang
membuat kita marah. Ada 3 caranya L, yang pertama meminta dengan baik tanpa marah dengan nada
suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin L bilang penyebab marahnya
karena tetangganya tanya-tanya tapi Ltidak suka ditanya-tanya. Coba L mengungkapkan dengan baik:
“Iya bu/pak, saya dari pasar beli kebutuhan warung.” Nanti bisa dicoba disini untuk menjawab pertanyaan
perawat atau teman-teman di rumah sakit jiwa. Coa L praktikkan, bagus L.” Cara kedua menolak dengan
baik, jika ada yang menyuruh dan L tidak mau melakukannya, katakan: “Maaf saya tidak bisa
melakukannya karena sedang ada pekerjaan lain.”. coba L praktikkan, bagus L. dan yang terakhir
meminta dengan baik “saya minta tolong ambilkan sabun di dekat tempat tidur” Coba praktikkan, bagus
L. “Jadi nanti bisa dicoba minta baju ke perawat atau minta tolong ke teman di rumah sakit ya”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan L setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang
baik?” “Coba L sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari” “Bagus sekali, sekarang mari
kita masukkan ke dalam jadwal. Berapa kali sehari L mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat
jadwalnya?” “Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi?” „Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk
mengatasi rasa marah L yaitu dengan cara ibadah, L setuju? Mau dimana L? Di ruang tamu ya? Baik
sampai jumpa besuk ya.”

SP 4 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan verbal

b. Latihan shola atau berdoa

c. Buat jadwal latihan sholat atau berdoa.


ORIENTASI
“Assalamualaikum L, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang saya datang lagi‟ Baik, yang mana yang
mau dicoba?” “Bagaimana L, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya” “Bagaimana kalau sekarang kita latihan
cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau di ruang tamu?” “Berapa lama L mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?
KERJA
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa L lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau dicoba? “Nah, kalau
L sedang marah coba L langsung duduk dan tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan
badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian dilanjutkan berdoa dan istighfar”. L
bisa melakukan istighfar untuk meredakan kemarahan.” “Coba L baca kalimat istighfar! Bagus.
TERMINASI

“Bagaimana perasaan L setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus.” “Mari kita masukkan kegiatan
ibadah pada jadwal kegiatan L. Mau berapa kali L berdoa dan istighfar. Baik kita masukkan istighfar dan
berdoa “Coba L sebutkan cara ibadah yang dapat L lakukan bila L merasa marah” “Setelah ini coba L
lakukan jadwal sesuai yang telah kita buat tadi” “Besok kita ketemu lagi ya L, nanti kita lihat bagaimana
kegiatan L dalam latihan mengontrol marah sesuai yang sudah kita pelajari. Mau jam berapa L? Baik
besok jam 14.30 ya?” “Nanti kita akan mengevaluasi sejauh mana L dapat mengontrol rasa marah L,
setuju L?”. “Sampai Jumpa.

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

1. Pengertian

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu Mengalami penurunan atau

bahkan sama sekali tidak mampu berorientasi berinteraksi dengan orang lain sekitarnya.
Pasien mungkin masih ditolak, tidak terima kesepian dan tidak mampu membina hubungan

yang berarti dengan orang lain. ( purba, dkk 2018 )

Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu

terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang

lain dan lingkungan. ( dalami dkk 2019 ).

Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami individu dan dirasakan saat didorong

oleh keberadaan orang lain sebagai pernyataan negatif atau mengancam. ( Nanda – I dan

dalam Damayanti 2018 )

2. Etiologi

Terjadinya Gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya

perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya

pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang

lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Kedaan ini menimbulkan

perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih suka berdiam diri, menghindar

dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari (Direja, 2018).

a. Faktor Predisposisi

Menurut Direja (2018) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi sosial

yaitu:

1. Faktor tumbuh kembang

Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus
dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas-tugas dalam

setiap perkembangan tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial

selanjutnya.

Tabel 2.1

Tugas Perkembangan Berhubungan Dengan Pertumbuhan Interpesonal.

Tahap Tugas

Perkembangan

Menetapkan rasa percaya.

Masa Bayi

Mengambangkan otonomi dan awal perilaku

Masa Bermain mandiri.

Belajar menunjukan inisiatif , rasa tanggung

Masa Pra Sekolah jawab, dan hati nurani.

Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan

Masa Sekolah berkompromi.

Menjalin hubungan intim dengan teman sesama

Masa Pra Remaja jenis kelamin.

Menjadi intim dengan teman lawan jenis atau

Masa Remaja bergantung.

Menjadi saling bergantung antara orang tua dan


Masa Dewasa
teman, mencari pasangan, menikah dan
Muda
mempunyai anak.

Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah


Masa Tengah Baya dilalui.

Berduka karena kehilangan dan mengembangkan

Masa Dewasa Tua perasaan keterikatan dengan budaya.

Sumber: Direja (2018)

2. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk terjadinya

gangguan hubungan sosial, seperti adanya komunikasi yang tidak jelas (double bind) yaitu

suatu keadaan dimana individu menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu

bersamaan, dan ekspresi emosi yang tinggi di setiap berkomunikasi.

3. Faktor Sosial Budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor

pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-

norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif

seperti lanjut usia, berpenyakitan kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan

sosial.

4. Faktor Biologis

Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan

terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas mempengaruhi adalah

otak. Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat struktur

yang abnormal pada otak, seperti atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam

limbik dan kortikal (Sutejo, 2019). Klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri
biologis yang khas terutama susunan dan struktur syaraf pusat, biasanya klien dengan

skizofrenia mengalami pembesaran ventrikel ke-3 sebeah kirinya. Ciri lainnya yaitu

memiliki lobus frontalis yang lebih kecil dari rata-rata orang normal (Yosep, 2019).

Menurut Candel dalam Yosep (2019), pada Klienskizofrenia memiliki lesi pada area

Wernick’s dan area Brocha biasanya disertai dengan Aphasia serta disorganisasi dalam

proses bicara. Adanya hiperaktivitas Dopamine pada Kliendengan gangguan jiwa seringkali

menimbulkan gejala skizofrenia. Menurut hasil penelitian, Neurotransmitter tertentu seperti

Norepinephrine pada Klien dengan gangguan jiwa memegang peranan dalam proses

learning, memory reinforcement, siklus tidur dan bangun, kecemasan, pengaturan aliran

darah dan metabolisme.

Menurut Singgih dalam Yosep (2019), gangguan mental dan emosi juga bisa

disebabkan oleh perkembangan jaringan otak yang tidak cocok (Aphasia). Kadang-kadang

seseorang dilahirkan dengan perkembangan cortex cerebry yang kurang sekali, atau disebut

sebagai otak yang rudimenter. Contoh gangguan tersebut terlihat pada Microcephaly yang

ditandai oleh kecilnya tempurung otak. Adanya trauma pada waktu kelahiran, tumor, infeksi

otak seperti Enchepahlitis Letargica, gangguan kelenjer endokrin seperti tiroid, keracunan

CO (Carbon Monocide) serta perubahan-perubahan karena degenerasi yang mempergaruhi

sistem persyarafan pusat (Yosep, 2019)

b. Faktor Presipitasi

Menurut Herman Ade (2018) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi oleh

faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokan

sebagai berikut:

Menurut Herman Ade (2018) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokan

sebagai berikut:

1. Stressor Sosial Budaya

Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor keluarga seperti

menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti dalam

kehidupannya, misalnya karena dirawat dirumah sakit.

2. Stressor Psikologi

Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan

kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat atau

kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan

kecemasan tingkat tinggi.

3. Stressor Sosial Budaya

Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor keluarga seperti

menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti dalam

kehidupannya, misalnya karena dirawat dirumah sakit.

4. Stressor Psikologi

Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan

kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat atau kegagalan

orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat

tinggi.

2. Rentang respon

Menurut Stuart Sundeen dalam Sutejo tentang respon klien ditinjau dari interaksinya

dengan lingkungan sosial merupakan suatu kontinum yang terbentang antara respon adaptif
dengan maladaptive sebagai berikut:

Adaptif Maladaptif

Menyendiri, Otonomi, Kesepian, Manipulasi,


kebersamaan, saling menarik diri, impulsif,
ketergantungan ketergantunga narsisme

Skema 2.1 Rentang respon isolasi sosial

(sumber: Sutejo, 2019)

a. Respon Adaptif

Menurut Sutejo (2019) respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-

norma sosial dan kebudayan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut

masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut adalah sikap yang termasuk

respon adaptif:

1. Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah

terjadi di lingkungan sosialnya.

2. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,

dan perasaan dalam hubungan sosial.

3. Kebersamaan, kemampuan individu dalam hubungan interpersonal yang saling

membutuhkan satu sama lain.

4. Saling ketergantungan (Interdependen), suatu hubungan saling ketergantungan


antara individu dengan orang lain

b. Respon Maladaptif

Menurut Sutejo (2019) respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma

sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon

maladaptif:

1. Manipulasi, kondisi dimana individu cenderung berorientasi pada diri sendiri.

2. Impulsif merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang

tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya dan tidak mampu melakukan penilaian

secara objektif.

3. Narsisisme, kondisi dimana individu merasa harga diri rapuh, dan mudah marah.

4. Proses terjadinya masalah

a. Faktor predisposesi

1. Faktor perkembangan Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas

perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam

hubungan sosial. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga

mempunyai masalah respon sosial maladaptif. (Damaiyanti, 2018)

2. Faktor biologis Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif

3. Faktor sosial budaya Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan.

Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau

tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia, orang cacat, dan

penderita penyakit kronis.

4. Faktor komunikasi dalam keluarga Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan

seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang
negative dan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Seseorang anggota

keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi

yang tinggi dalam keluarg

b. Stressor presipitasi

1. Stressor sosial budaya Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan

faktor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang

berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.

2. Stressor psikologis Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan

keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat

atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan

kecemasan tingkat tinggi. .

(Prabowo, 2020: 111)

5. Tanda dan gejala

A. Gejala subjektif

1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

3. Klien merasa bosan

4. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

5. Klien merasa tidak berguna

B. Gejala objektif

1. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan pelan

2. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada


3. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri

5. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun

6. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara berulang-ulang

7. Ekspresi wajah tidak berseri

8. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

9. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk

10. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya (Trimelia, 2018: 15)

6. Akibat

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi

sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami pasien dengan latar

belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan.

(Prabowo, 2020: 112).

Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam mengembangkan

berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur, mengalami

penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri.

Pasien semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu

serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi

(Stuart dan Sudden dalam Dalami, dkk 2021)

7. Mekanisme koping

Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan

suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi
sosial adalah regresi, represi, isolasi. (Damaiyanti, 2018: 84)

1. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.

2. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat diterima secara

sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.

3. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya kegagalan

defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau bertentangan antara sikap

dan perilaku.

Mekanisme koping yang muncul yaitu:

1. Perilaku curiga : regresi, represi

2. Perilaku dependen: regresi

3. Perilaku manipulatif: regresi, represi

4. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi (Prabowo, 2020:113)

8. Penatalaksanaan

Penatalaksaan yang dapat diberikan kepada kliendengan isolasi sosial antara lain

pendekatan farmakologi, psikososial, terapi aktivitas, terapi okupasi, rehabilitasi, dan program

intervensi keluarga (Yusuf, 2019).

1. Terapi Farmakologi

1. Chlorpromazine (CPZ)

Indikasi: Untuk Syndrome Psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai

realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan titik diri terganggu. Berdaya

berat dalam fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang

aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari- hari, tidak mampu

bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.


Efek samping: sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik,

mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra

okuler meninggi, gangguan irama jantung), gangguan endokrin, metabolik, biasanya untuk

pemakaian jangka panjang.

2. Haloperidol (HLP)

Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta

dalam kehidupan sehari-hari. Efek samping: Sedasi dan inhibisi prikomotor, gangguan

otonomik.

3. Trihexy Phenidyl (THP)

Indikasi: Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk paksa ersepalitis dan idiopatik,

sindrom Parkinson, akibat obat misalnya reserpine dan fenotiazine. Efek samping: Sedasi dan

inhibisi psikomotor gangguan otonomik.

2. Terapi Psikososial

Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting dalam proses

terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang,

menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa adanya,

memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah,

sopan, dan jujur kepada pasien (Videbeck, 2018)

3. Terapi Individu

Terapi individual adalah metode yang menimbulkan perubahan pada individu dengan

cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilaku-perilakunya. Terapi ini meliputi

hubungan satu-satu antara ahli terapi dan klien(Videbeck, 2018). Terapi individu juga
merupakan salah satu bentuk terapi yang dilakukan secara individu oleh perawat kepada

kliensecara tatap muka perawat-klien dengan cara yang terstruktur dan durasi waktu tertentu

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Zakiyah, 2018).

Salah satu bentuk terapi individu yang bisa diberikan oleh perawat kepada klien

dengan isolasi sosial adalah pemberian strategi pelasanaan (SP). Dalam pemberian strategi

pelaksanaan klien dengan isolasi sosial hal yang paling penting perawat lakukan adalah

berkomunikasi dengan teknik terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi

interpersonal antara perawat dank klien, yang selama interaksi berlangsung, perawat berfokus

pada kebutuhan khusus klien untuk meningkatkan pertukaran informasi yang efektif

antara perawat dan Klien (Videbeck, 2018).

Semakin baik komunikasi perawat, maka semakin bekualitas pula asuhan keperawatan

yang diberikan kepadaklien karena komunikasi yang baik dapat membina hubungan saling

percaya antara perawat dengan klien, perawat yang memiliki keterampilan dalam

berkomunikasi secara terapeutik tidak saja mudah menjalin hubungan saling percaya dengan

klien, tapi juga dapat menumbuhkan sikap empati dan caring, mencegah terjadi masalah

lainnya, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan serta memudahan

dalam mencapai tujuan intevensi keperawatan (Sarfika, 2018)

9. Pohon masalah

Risiko Gangguan Persepsi Sensori


Halusinasi

Effect
Isolasi Sosial: menarik diri

Core Problem

Gangguan Konsep Diri

Causa

10. Diagnosa Keperawatan

Menurut Sutejo (2019) diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala

isolasi sosial yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tanda dan gejala isolasi

sosial, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah:

a. Isolasi sosial

b. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

c. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

11. Perencanaan Keperawatan

Setelah mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan isolasi sosial, langkah

selanjutnya yaitu menyusun perencanaan tindakan keperawatan. untuk membina hubungan

saling percaya dengan klien isolasi sosil perlu waktu yang tidak sebentar. perawat harus

konsisten bersikap terapeutik pada klien. Selalu penuhi janji, kontak singkat tapi sering dan

penuhi kebutuhan dasarnya adalah upaya yang bisa dilakukan (Trimelia, 2018).
Tabel 2.3 Rencana Keperawatan Dengan Isolasi Sosial

Tujuan Rencana

a) TUK 1

Dapat membina hubungan saling percaya Bina hubungan saling percaya

dengan prinsip komunikasi


(1)Kriteria hasil:
terapetik
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat
a. Sapa pasien dengan ramah baik
menerima kehadiran perawat. Pasien
verbal maupun non verbal
dapat mengungkapkan perasaan dan

keberadaannya saat ini secara verbal: b. Perkenalkan diri dengan sopan

(a)Mau menjawab salam c. Tanyakan nama lengkap pasien dan

(b)Ada kontak mata nama kesukaan pasien

(c)Mau berjabat tangan d. Jelaskan tujuan pertemuan

(d)Mau berkenalan e. Buat kontrak interaksi yang jelas


(e)Mau menjawab pertanyaan f. Jujur dan menepati janji
(f) Mau duduk berdampingan dengan perawat
g. Tunjukkan sikap empati dan
(g)Mau mengungkapkan perasaannya
menerima pasien apa adanya

h. Ciptakan lingkungan yang tenang

dan bersahabat

i. Beri perhatian dan penghargaan :

temani pasien walau tidak

menjawab

j. Dengarkan dengan empati beri


kesempatan bicara, jangan buru-

buru, tunjukkan bahwa perawat

mengikuti pembicaraan pasien

k. Beri perhatian dan perhatikan

kebutuhan dasar pasien

a) TUK 2 (a)Tanyakan pada pasien tentang

1. Orang yang tinggal serumah/teman


Pasien dapat menyebutkan penyebab menarik
sekamar pasien
diri
2. Orang terdekat pasien dirumah/
(1) Kriteria hasil
diruang perawatan
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat
3. Apa yang membuat pasien dekat
menyebutkan minimal satu penyebab menarik
dengan orang tersebut
diri yang berasal dari:
4. Hal-hal yang membuat pasien
(a) Diri sendiri
menjauhi orang tersebut
(b) Orang lain
5. Upaya yang telah dilakukan untuk
(c) Lingkungan
mendekatkan diri dengan orang

lain

(b)Kaji pengetahuan pasien tentang

perilaku menarik diri dan tanda-

tandanya

(c)Beri kesemapatan pada pasien

untuk mengungkapkan perasaan


penyebab menarik diri tidak mau

bergaul

(d)Diskusikan pada pasien tentang

perilaku menarik diri, tanda serta

penyebab yang muncul

(e) Berikan reinforcepos terhadap

kemampuan pasien dalam

mengungkapkan perasaannya.

a) TUK 3
a. Kaji pengetahuan pasien tentang

Pasien dapat menyebutkan keuntungan manfaat dan keuntungan

berhubungan dengan orang lain dan berhubungan dengan dengan orang

kerugian bila tidak berhubungan dengan lain serta kerugiannya bila tidak

orang lain berhubungan dengan orang lain

(2) Kriteria hasil b. Beri kesempatan pada pasien untuk

mengungkapkan perasaannya
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat
tentang berhubungan dengan orang
menyebutkan keuntungan berhubungan
lain
dengan orang lain, misal:
c. Beri kesempatan pada pasien untuk
(a) Banyak teman
mengungkapkan perasaannya
(b) Tidak kesepian
tentang kerugian bila tidak
(c) Bisa diskusi
berhubungan dengan orang lain
(d) Saling menolong
d. Diskusikan bersama tentang
keuntungan berhubungan dengan
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat
orang lain dan kerugian tidak
menyebutkan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
berhubungan dengan orang lain, misal:
e. Beri reinforcement positif terhadap

(a) Sendiri kemampuan mengungkapkan

(b) Tidak punya teman, kesepian perasaan tentang keuntungan

(c) Tidak ada teman ngobrol berhubungan dengan orang lain dan

kerugian bila tidak berhubungan

dengan orang lain

TUK 4 (a) Observasi perilaku pasien saat

berhubungan dengan orang lain


Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial
(b) Observasi perilaku Pasien ketika
secara bertahap
berhubungan social
(3)Kriteria hasil
(c) elaskan kepada Pasien cara
Setelah ...x interaksi, pasien dapat
berinteraksi dengan orang lain
mendemonstrasikan hubungan sosial secara
(d) Berikan contoh cara berbicara
bertahap
dengan orang lain

1. Klien dapat melaksanakan hubungan (e) Beri kesempatan kepada Pasien

social secara bertahap dengan: Perawaat, mempraktikan cara berinteraksi

perawat lain, Klien lain, keluarga dan dengan orang yang dilakukan di

kelompok hadapan perawat


TUK 5: a. Diskusikan dengan Pasien tentang

perasaannya setelah berhubungan


Pasien mampu menjelaskan perasaannya
sosial dengan:Orang lain dan
setelah berhubugan sosial
kelompok.
Kriteria Evaluasi:
b. Beri pujian terhadap kemampuan
Klien dapat menjelaskan perasaannya setelah
Pasien mengungkapkan
berhubngan sosial dengan: Orang lain,
perasaannya.
kelompok.

TUK 6 :
a. Diskusikan pentingnya peran serta

Klien mendapat dukungan keluarga dalam keluarga sebgai pendukung untuk

memperluas hubungan sosiak mengatasi perilaku isolasi

Kriteria Evaluasi: keluarga dapat b. Diskusikan potensi keluarga untuk

menjelaskan tentang: membantu Klien mengatasi perilaku

isolasi sosial.

a. isolasi sosial beserta tanda dan gejalannya. Jelaskan pada keluarga tentang:

b. penyebab dan akibat dari isolasi sosial. a. Isolasi sosial beserta tanda dan

c. Cara merawat Klien isolasi sosial gejalanya

b. Penyebab dan akibat isolasi

sosial

c. Cara merawat Klien isolasi sosial


d. Latih keluarga cara merawat

Klien isolasi sosial Tanyakan

perasaan keluarga setelah

mencoba cara yang dilatihkan

f. Beri motivasi keluarga agar

membantu Klien untuk

bersosialisasi

g. Beri pujian kepada keluarga atas

keterlibatannya merawat Klien

dirumah sakit

TUK 7: a. Diskusikan dengan Klien

tentang manfaat dan kerugian


Klien dapat memanfaat kan obat dengan baik
tidak minum obat.
kriteria Evaluasi: Klien bisamenyebutkan:
b. Pantau Klien pada saat
a. Manfaat minum obat
penggunaan obat
b. Kerugian yang dtimbulkan akibat tidak
c. Berikan pujian kepada Klien
minum obat
jika Klien menggukan obat
c. Nama,
dengan benar
warna, dosis, efek terapi, dan efek
d. Diskusikan akibat berhenti
samping obat
minum obat tanpa konsultasi
d. Akibat
dokter.
berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter
e. Anjurkan Klien untuk konsultasi

dengan dokter atau perawat jika


terjadi hal- hal yang tidak

diinginkan

12. pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)

SP I

1) Mengindentifikasi penyebab isolasi sosial pasien,tanda dan gejala,serta akibat

isolasi sosial.

2) Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.

3) Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.

4) Melatih pasien cara berkenalan dengan satu orang

5) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan

orang lain dengan kegiatan harian.

SP II

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2) Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan

2-3 orang sambil kegiatan harian.

3) Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain

sebagai salah satu kegiatan harian.

SP III

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien (evaluasi kemampuan

sebelumnya/berinteraksi 2-3 orang)

2) Melatih pasien berinteraksi dengan dua orang atau lebih

3) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.


SP IV

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2) Melatih pasien berbicara sambil melakukan kegiatan social

STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL (MENARIK DIRI)

Pertemuan : 1

SP 1 Klien : Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenali penyebab isolasi

sosial, membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan

1. Orientasi

a. Salam terapeutik

“ Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya ...(sebutkan) , saya dipanggil

...(sebutkan), saya perawat yang akan merawat ibu pagi ini. Nama ibu siapa dan senang

dipanggil siapa ? Bagaimana perasaan ibu S saat ini ? Masih ingat ada kejadian apa sampai ibu

S dibawa kerumah sakit ini ? Apa keluhan ibu S hari ini ? Dari tadi saya perhatikan ibu S duduk

menyendiri, ibu S duduk menyendiri, ibu S tidak tampak ngobrol dengan teman-teman yang

lain ? Ibu S sudah mengenal teman-teman yang ada disini ? Bagaimana kalau kita bercakap-

cakap tentang keluarga dan teman-teman ibu S? Juga tentang apa yang menyebabkan ibu S

tidak mau ngobrol dengan teman- teman ? Ibu mau berapa lama bercakap-cakap ? Bagaimana
kalau 15 menit. Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang ibu S ? Bagaimana

kalau disini saja ? “

2. Fase kerja

Siapa saja yang tinggal satu rumah dengan ibu S ? siapa yang paling dekat dengan ibu S ? siapa

yang jarang bercakap-cakap dengan ibu S ? Apa yang membuat ibu S jarang bercakap-cakap

denganya ?Apa yang ibu S rasakan selama dirawat disini ? O... ibu S merasa sendirian ? Siapa

saja yang ibu S kenal diruangan ini ? O... belum ada ? Apa yang menyebabkan ibu S tidak

mempunyai teman disini dan tidak mau bergabung atau ngobrol dengan teman- teman yang ada

disini ?Kalau ibu S tidak mau bergaul dengan teman-teman atau orang lain, tanda-tandanya apa

saja ? mungkin ibu S selalu menyendiri ya... terus apalagi bu... (sebutkan) Ibu S tahu

keuntungan kalau kita mempunyai banyak teman ? coba sebutkan apa saja ? keuntungan dari

mempunyai banyak teman itu bu S adalah... (sebutkan) Nah kalau kerugian dari tidak

mempunyai banyak teman ibu S tahu tidak ? coba sebutkan apa saja ? Ya ibu S kerugian dari

tidak mempunyai banyak teman adalah... (sebutkan).. Begini lo ibu S, untuk berkenalan dengan

orang lain caranya adalah : pertama kita mengucapkan salam sambil berjabat tangan, terus

bilang “ perkenalkan nama lengkap, terus bilang “ perkenalkan nama lengkap, terus nama

panggilan yang disukai, asal kita dan hobby kita. Contohnya seperti ini “ assalamualaikum,

perkenalkan nama saya Febriana, saya lebih senang dipanggil Febri, asal saya dari Bandung dan

hobby nya membaca. Selanjutnya ibu S menanyakan nama lengkap orang yang diajak kenalan,

nama panggilan yang disukai, menanyakan juga asal dan hobbynya. Contohnya seperti ini nama

ibu siapa? Senang dipanggil apa ? asalnya dari mana dan hobbynya apa ? Ayo ibu S dicoba !

misalnya saya belum kenal dengan ibu S. Coba berkenalan dengan saya ! ya bagus sekali ! coba

sekali lagi bu S. Bagus sekali ! Setelah ibu S berkenalan dengan orang tersebut, ibu S bisa
melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan misalkan tentang cuaca, hobi,

keluarga, pekerjaan dan sebagainya

3. Terminasi

Bagaimana perasaan ibu S setelah berbincang-bincang tentang penyebab ibu S tidak mau

bergaul dengan orang lain dan berlatih cara berkenalan ? Coba ibu S ibu sebutkan kembali

penyebab ibu S tidak mau bergaul dengan orang lain ? apa saja tanda-tandanya bu ? terus

keuntungan dan kerugianya apa saja ? Coba ibu S sebutkan cara berkenalan dengan orang lain,

yaitu... ya bagu Nah sekarang coba ibu S praktikkan lagi cara berkenalan dengan saya. Iya

bagus Baik bu S sekarang bincang-bincangnya sudah selesai, bagaimana kalau 2 jam lagi

sekitar jam 11 saya akan datang kesini lagi untuk melatih ibu S berkenalan dengan perawat lain

yaitu teman saya perawat N ibu mau bertemu lagi jam berapa ? bagaimana kalau jam 9 ? ibu

mau bercakap-cakap dimana Selanjutnya ibu S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari

tadi. Sehingga ibu S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Ibu S bisa praktikkan

pasien pasien lain.Sekarang kita buat jadwal latihannya ya bu, berapa kali sehari ibu mau

berlatih berkenalan dengan orang lain, jam berapa saja bu ? coba tulis disini. Oh jadi mau tiga

kali ya bu.Ya bagus bu S dan jangan lupa dilatih terus ya bu sesuai jadwal latihanya dan ibu S

bisa berkenalan dengan teman-teman yang ada di ruangan ini.

Pertemuan : 2

SP 2 Klien : Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang

pertama, yaitu seorang perawat )

1. Orientasi

Asalamualikum ibu S, sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu sekarang saya datang lagi. Ibu
S masih ingatkan dengan saya ? coba siapa ? iya bagus. Tujuan saya sekarang ini akan

mengajarkan cara berkenalan dengan perawat lain.Bagaimana perasaan ibu S saat ini ? Apakah

ibu S sudah hapal cara berkenalan dengan orang lain ? apakah ibu S sudah mempraktikkannya

dengan pasien lain ? bagaimana perasaan ibu S setelah berkenalan tersebut ? Coba ibu S

praktikkan lagi cara berkenalan dengan saya. Ya bagus. baik sekarang kita akan berlatih

berkenalan dengan orang pertama yaitu perawat lain Mau berapa lama berlatihnya ? bagaiman

kalau 10 menit ?Dimana tempatnya ? disini saja ya. Tapi nanti kita temui perawat N di

ruanganya ya !

2. Fase kerja

Ibu S, sudah tahu ya tadinya caranya berkenalan ? ya bagus ! Tadi caranya bagaimana

ya bu ? yang pertama dilakukan adalah... (sebutkan). Bagus bu S . Sekarang kita keruangnya

suster N ya.” (Bersama-sama mendekati suster N) Selamat pagi suster N, ini ibu S ingin

berkenalan dengan suster N . Baiklah ibu , sekarang ibu S bisa berkenalan dengan suster N

seperti yang sudah kita praktikkan. Ya bagus ibu S . Ada lagi yang ingin ibu S tanyakan kepada

suster N. Coba tanyakan tentang keluarganya, Kalau memang tidak ada lagi yang ingin

dibicarakan, ibu S bisa sudahi perkenalan ini. lalu ibu S bisa buat janji untuk bertemu lagi

dengan suster N, misalnya jam 1 siang nanti Baiklah suster N, karena ibu S sudah selesai

brkenalan, saya dan ibu S akan kembali ke ruangan ibu S. Selamat pagi (bersama-sama pasien

meninggalkan ruangan suster N). Bagaimana perasaan ibu S setelah berkenalan dengan suster N.

Ibu S merasa senang ? iya, ibu S jadi mempunyai banyak teman ya

3. Terminasi

Bagaimana perasaan ibu S setelah kita berkenalan dengan suster N . coba ibu S sebutkan

lagi cara berkenalanya. Ya bagus bu . Besok pagi kita ketemu lagi ya, kita akan berkenalan
dengan orang kedua. Mau jam berapa bu ? Baik jam 08.00 pagi. Waktunya berpa lama ? ya 10

menit Tempatnya dimana ? Baiklah disini saja ya.Mari sekarang kita masukan dalam jadwal

kegiatan harian ibu S. Mau jam berapa bu S berkenalan ? Bagaimana kalau tiga kali sehari / Baik

jadi jam 08.00 pagi, jam10.00 dan jam 15. 00 sore. Jangan lupa dipraktikan terus ya bu. Dan

pertahankan terus apa yang sudah ibu S lakukan tadi. ” Jangan lupa untuk menanyakan topik lain

supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan hobby, keluarga dan sebagainya.

Pertemuan : 3

SP 3 Klien : Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan perawat dan

klien lain )

1. Orientasi

Selamat pagi ibu S, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang saya datang lagi. Ibu S masih

ingatkan dengan saya ? coba siapa ? iya bagus . Apakah ibu S sudah hapal cara berkenalan

dengan orang lain ? Apakah ibu S sudah mempraktikkanya dengan pasien lain ? siapa saja yang

yang sudah ibu S ajak berkenalan ? coba sebutkan namanya ? iya bagus sekali ibu S sudah

mempraktikanya ya. Bagaimana perasaan ibu S setela berkenalan tersebut . Baik sekarang kita

akan berlatih lagi berkenalan dengan 2 orang ya bu, yaitu perawat lain dan klien lain teman ibu

yang ada di ruangan ini. Mau berapa lama berlatihnya bu S ? bagaimana kalau 10 menit “

Dimana tempatnya ? disini saja ya. Tapi nanti kita temui perawat D dan klien yang belum

dikenal bu S dirumahnya .

2. Fase kerja

Ibu S, sudah tahu ya tadinya caranya berkenalan ? ya bagus.Tadi caranya bagaimana ya bu ?

yang pertama dilakukan adalah... (sebutkan). Bagus bu S . Sekarang kita keruangnya suster D

ya.” (Bersama-sama mendekati suster D). Selamat pagi suster N, ini ibu S ingin berkenalan
dengan suster D .Baiklah ibu , sekarang ibu S bisa berkenalan dengan suster D seperti yang

sudah kita praktikkan. Ya bagus ibu S .Ada lagi yang ingin ibu S tanyakan kepada suster D.

Coba tanyakan tentang keluarganya .Kalau memang tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu S

bisa sudahi perkenalan ini. lalu ibu S bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan suster N,

misalnya jam 1 siang nanti ”Baiklah suster N, karena ibu S sudah selesai brkenalan, saya dan ibu

S akan kembali ke ruangan ibu S. Selamat pagi (bersama-sama pasien meninggalkan ruangan

suster N) Bagaimana perasaan ibu S setelah berkenalan dengan suster N. Ibu S merasa senang ?

iya, ibu S jadi mempunyai banyak teman ya.

3. Fase terminasi

Bagaimana perasaan ibu S setelah kita berkenalan dengan suster D dan ibu K. Coba ibu S

sebutkan lagi cara berkenalanya. Ya bagus bu, jadi sekarang teman ibu S sudah berapa ?

namanya siapa saja ? iya bagus sekali bu S . Besok pagi pagi kita ketemu lagi ya, kita akan

berkenalan dengan dua orang atau lebih . Mau jam berapa bu ? Bik jam 08.00 pagi. Waktunya

berapa lama ? ya 10 menit . Tempatnya dimana ? Baiklah disini saja ya . Mari sekarang kita

masukan dalam jadwal kegiatan harian ibu S. Mau jam berapa bu S berkenalan lagi ? Bagaimana

kalau tiga kali sehari ? Baik jadi jam 09.00 pagi, jam 11.00 dan jam 16.00 sore. Jangan lupa

dipraktikkan terus ya bu. Dan pertahankan terus apa yang sudah ibu S lakukan tadi. “Jangan lupa

untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan hobby,

keluarga dan sebagainya.

Pertemuan : 4

SP 4 klien : Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan 2 orang atau

lebih / kelompok)
1. Orientasi

Assalamualaikum ibu S, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang saya datang lagi. Ibu S masih

ingatkah dengan saya ? coba siapa ? iya bagus, tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara

berkenalan dengan 2 orang atau lebih teman ibu S yang ada diruangan ini Bagaimana perasaaan

ibu S saat ini.Apakah ibu S sudah hapal cara berkenalan dengan orang lain ? Apakah ibu S sudah

mempraktikanya dengan pasien lain ? siapa saja yang sudah ibu S ajak berkenalan ? coba

sebutkan namanya ? iya bagus sekali ibu S sudah mempraktikkanya ya. Bagaiman perasaan ibu S

setelah berkenalan tersebut ? Baik sekarang kita akan berlatih lagi berkenalan dengan 2 orang

atau lebih ya bu, yaitu teman-teman ibu yang ada di ruangan ini , Mau berapa lama berlatihnya

bu S ? Bagaimana kalau 10 menit , Dimana tempatnya ? Disini saja ya. Tapi nanti kita temui

teman-teman ibu yang belum dikenal bu S diruangan ini ya bu.

2. Fase kerja

Ibu S, sudah tahu ya tadinya caranya berkenalan ? ya bagus. Tadi caranya bagaimana ya bu ?

yang pertama dilakukan adalah...(sebutkan) Bagus bu S. Sekarang kita hampiri teman-teman ibu

yang sedang duduk disana ya. (Bersama- sama mendekati klien lain yang sedang duduk

menonton televisi . Selamat pagi ibu-ibu, ini ibu S ingin berkenalan dengan ibu-ibu disini .

Baiklah ibu S, sekarang ibu S bisa berkenalan dengan ibu-ibu disini semuanya seperti yang

sudah kita praktikkan. Ya bagis ibu S. Ada lagi yang lain ibu S tanyakan kepada teman-teman

ibu. Coba tanyakan tentang keluarganya . Kalau memang tidak ada lagi yang ingin dibicarakan,

ibu S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu ibu S bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan teman-

teman semua, misalnya jam 1 siang nanti . Baiklah ibu-ibu, karena ibu S sudah selesai

berkenalan, saya dan ibu S akan kembali ke ruangan ibu S. Selamat pagi (bersama-sama pasien

meninggalkan ibu- ibu) . Bagaimana persaan ibu S setelah berkenalan dengan teman-teman
semua. Ibu S merasa senang ? iya, ibu S jadi mempunyai banyak teman ya ”

3. Fase terminasi

Bagaimana perasaan ibu S setelah kita berkenalan dengan suster D dan ibu K . Coba ibu S

sebutkan lagi cara berkenalanya. Ya bagus bu, jadi sekarang teman ibu S sudah berapa ?

namanya siapa saja ? iya bagus sekali bu S . Besok pagi kita ketemu lagi ya bu, saya akan

menjelaskan manfaat obat yang ibu S minum selama ini . Mau jam berapa bu ? Baik jam 08.00

pagi. Waktunya berapa lama ? ya 10 menit. Tempatnya dimana ? Baiklah disini saja ya Mari

sekarang kita masukan dalam jadwal kegiatan harian ibu S. Mau jam berapa bu S berkenalan lagi

? Bagaimana kalau tiga kali sehari ? Baik jadi jam 09.00 pagi, jam 11.00 dan jam 16.00 sore.

Jangan lupa dipraktikkan terus ya bu. Dan pertahankan terus apa yang sudah ibu S lakukan tadi.

“Jangan lupa untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya

menanyakan hobby, keluarga dan sebagainya.

Pertemuan : 5

SP 5 klien : Diskusi menggunakan obat secara teratur

a. Evaluasi jadwal kegiatan harien klien untuk berkenalan dengan orang lain secara bertahap

yang sudah dilatih

b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar, disertai penjelasan tentang

guna obat dan akibat berhenti minum obat

c. Susun jadwal minum obat secara teratur

1. Fase orientasi

Assalamualaikum ibu S, sesuai dengan janji kemarin, sekarang saya datang lagi. ibu S masih

ingatkan dengan saya ? coba siapa ? iya bagus . Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan

cara menggunakan atau minum obat Bagaiamana perasaan ibu S saat ini, apakah ibu S sudah
tidak sedih lagi ? apakah ibu S suka mengobrol dengan teman-teman ? Apa yang ibu bicarakan

dengan teman-teman ? Apakah jadwal kegiatanya sudah dilaksanakan ? Coba saya lihat

jadwalnya ya. Ya bagus ibu S . Ibu S masih ingatkan apa yang sudah kita latih ? ya bagus !

Coba praktikkan lagi bu ! ya bagus bu .Apakah ibu S pagi ini sudah minum obat ? nama

obatnya apa saja ? oh ibu S belum tahu ya nama obatnya .Baik sekarang kita akan belajar cara

menggunakan atau minum obat dengan benar .Mau berapa lama berlatihnya bu S ? Bagaimana

kalau 15 menit . Dimana tempatnya ? Disini saja ya. Tapi nanti kita temui teman-teman ibu

yang belum dikenal bu S diruangan ini ya bu ”

2. Fase kerja

Ibu S sudah minum obat hari ini ? Berapa macam obat yang ibu S minum ? warnanya apa

saja ? Bagus ! jam berapa saja ibu minum ? Bagus ! ibu S sudah tahu nama obat yang

diminumnya ? oh belum ya. Baiklah saya akan jelaskan ya ! Ibu S apakah ada bedanya setelah

minum obat secara teratur ? Apakah perasaan sedih tersebut berkurang atau hilang ? ya, minum

obat sangat penting supaya ibu S tidak merasa sedih dan lesu lagi Obat yang ibu S minum ada

3 macam bu, yang warnanya orange namanya CPZ atau Clorpromazine, yang merah jambu ini

namanya HLP atau halopreridol, sedangkan yang putih ini namanya THP atau trihexiphenidil.

Semuanya harus ibu S minum 3 kali sehari, yaitu CPZ 3x1 tablet, HLP 3x1 tablet dan THP 3x1

tablet, diminumnya pagi jam 7, siang jam 1 dan sore jam 5. Bu S manfaat obat ini, yang orange

atau CPZ dan yang merah muda atau HLP gunanya adalah untuk menenangkan pikiran,

menghilangkan rasa gelisah, membuat ibu S bisa tidur dengan nyaman, membantu

menghilangkan perasaan sedih bu S, membantu ibu S untuk bersemangat lagi. Sedangkan yang

putih ini atau THP adalah untuk merilekskan otot-otot tubuh ibu supaya tidak kaku dan

gemetar, dan mencegah dampak akibat dari minum obat CPZ dan HLP, seperti hipersaliva atau
ngances, badan kaku, pusing. Jadi ibu S jangan merasa takut untuk minum obat CPZ dan HLP

ya bu...karena dampaknya yang tadi tidak akan terjadi pada ibu, kalau ibu S minum THP .

Bagaimana bu S...ibu sudah mengerti belum...ya bagus sekali ibu S sudah mengerti ya .

Menurut ibu, boleh tidak berhenti minum obat sebelum di ijinkan dokter ? ya betul bu tidak

boleh. Akibatnya apa bu kalau berhenti minum obat tanpa ijin dokter ? ya betul karena akan

mengakibatkan ibu S perasaanya tidak tenang, merasa gelisah, sedih dan sulit tidur ya bu, juga

sakitnya akan kambuh lagi ya bu . Ibu S sebelum minum obat ini, baik disini maupun nanti di

rumah, ibu S harus cek dulu, yaitu perhatikan prinsip lima benar minum obat. Jadi sebelum

minum obat, yang pertama ibu S harus lihat dulu apakah betul obat ini buat ibu S, yang kedua

lihat apakah benar yang diminumnya itu HLP warna merah muda, CPZ warna orange dan THP

warn putih, kalau beda warna atau nama obatnya beda, ibu S harus tanyakan ke perawatnya ya.

Yang ketiga obat ini diminumnya 3 kali sehari 1 tablet, HLP 1 tablet, CPZ 1 tablet, THP 1

tablet, jadi kalau dikasih setengah ibu S harus tanyakan lagi ke perawatnya. Yang ke empat obat

ini diminumnya harus tepat waktu yaitu jam 7 pagi setelah makan pagi, jam 1 sian setelah

makan siang dan jam 5 sore setelah makan sore. Yang kelima semua obat ini harus langsung

diminum ya bu, kjangan disimpan dibawah lidah atau dibuang . Bagaimana bu S... sudah

mengerti? Aa yang mau ibu tanyakan kepda saya. Nanti setelah minum obat ini, mulut ibu S

akan terasa kering, ngantuk, dan lemas. Untuk membantu mengatasinya ibu S harus banyak

minum air putih, minimal 8 gelas, dan setelah minum obat ibu S juga jangan jalan-jalan tetapi

tiduran saja. Apabila sudah waktunya ibu S minum obat, langsung saja minta pada perawat

ruangan ya bu, begitu juga nanti dirumah, jadi ibu S jangan nunggu disuruh. Terus apabila ibu S

setelah minum ketiga obat ini kepalanya terasa pusing, badan sempoyongan, tangan gemetar,

maka ibu harusn segera lapor atau bilbu S sudah mengerang kepada perawat ruangan atau
dokter Bagaimana ibu S, apakah sudah mengerti ? Ya bagus sekali kalau ibu S sudah mengerti.

3. Fase terminasi

Bagaimana perasaan ibu S setelah kita bercakap-cakap tentang obat-obat yang ibu

minum.Coba ibu S sebutkan lagi nama-nama obat yang diminumnya... manfaatnya apa

saja..berapa kali minumnya dalam sehari...(sebutkan)... apa efek samping dari obat-obat

tersebut...apa kerugianya bila berhenti minum obat...apa yang harus dilakukan kalau ibu mau

minum obat...apa yang harus dilakukan kalu ibu au minum obat...ya bagus bu. Ibu S sekarang

sudah tahu ya tentang obat-obat yang harus diminumnya. Baik ibu S sekarang bincang-bincang

sudah selesai, bagaimana kalu 2 jam lagi sekitar jam 11 saya datang kesini untuk bincang-

bincang tentang penyebab ibu malu dan tidak mau bergaul dengan orang lain. Waktunya mau

berapa lama bu ? iya 10 menit saja dan tempatnya mau dimana? ya bagaimana kalau disini saja

ya ! Baiklah bu sya permisi dulu ya, jangan lupa ibu berlatih dan mempraktikanya cara

berkenalan ya, ibu S juga harus sering berkumpul dan mengobrol ya...Assalamualikum

Mari sekarang kita masukan dalam jadwal kegiatan harian ibu S ya. Berapa kali dalam sehari

minum obatnya bu. Kjam berapa saja. Coba tulis ya bu, ya jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 5

sore. Bagus bu, jadi kalau sudah jamnya ibu S minum obat, langsung minta ke pada perawatnya

ya bu. Jangan sampai.


DAFTAR PUSTAKA

Boyd MA &Nihart, MA. (1998) Prychiatric Nursing Cotemporary Practice, Edisi 9. Lippincott
Raven Pahlias, Philadelphis

Cetakan II, Penerbit Buku Kedokteran EOC. Jakarta

Carpenito, L. 1. (2019) Diagnosa Keperawatan Aplikat pada Prakask Klinik (Terjemahun). Edisi
6. Jakarta: EGC

Depkes RI 1996 Keperawatan Jewa Teori dan tindakan Jakarta Direktorat Jendes Pelayan Medik
Direktorat Pelayanan Keperawatan

Dermawan, R., &Rusdi. (2018). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja

Ditjen Yankes. (2019). Defisit Perawatan Diri. Retrieved from http yankes depkes go read
defisit-perawatan-diri-7426.html (Diaksestanggal 15 Januari 2020)

Badriah.A.R(2020) Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Musik

Terhadap Kemampuan Berisolasi Pada Pasien Isolasi Sosial Dengan Menggunakan Literature
Review .KTI. ,Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.http://repository.umtas.ac.id/id/eprint/82
Anggraini, & Maula, (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada An S Dengan Gangguan Persepsi Sensori
Halusinasi Pendengaran. Karya Tulis Ilmiah, Universitas Kusuma Husada Surakarta.

Apriliani,D,& Herliawati H(2020).Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Isolasi Sosial :Menarik Diri
Dengan Menerapkan Terapi Social Skill Trainning.Diss.Sriwijaya university.

Syahdi, D., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) 1-4 Dengan Masalah
Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia: Studi Kasus.
WHO (2022) https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/schizophrenia.

Laia, V. A. S., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan Terapi Generalis Pada Penderita Skizofrenia Dengan
Defisit Perawatan Diri Di Ruang Pusuk Buhit Rsj Prof. dr. MuhammadIldrem: Studi Kasus.

Pengaruh Pelaksanaan Jadwal Harian Perawatan Diri Terhadap Tingkat Kemandirian Merawat Diri Pada
Pasien Skizofrenia Di Rsjd Dr. Rm Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Gaster, 16(2),177-190.
http://jurnal.aiskauniversity.ac.id/index.php/gaster/article/view/294

Anda mungkin juga menyukai