Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik Stase Jiwa
Disusun Oleh :
LAILATUL MUBAROKAH
NIM SN181087
SURAKARTA
2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan yang
menimbulkan atau tidak da objek (Suliswati, 2015)
Halusinasi adalah distorsi persepsi yang terjadi pada respon neurobiological yang
maladaptif. (Stuart dan Sudden, 2009).
Halusinsi adalah salah satu gejala yang gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, dan penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak
ada (Keliat, dkk, 2010).
Jadi bisa diimpulkan halusinasi merupakan salah satu gangguan persepsi dimana terjadi
pengalaman pancaindra tanpa adanya rangsangan/objek.
B. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Hartoyo (2017) tanda dan gejala yang sering pada pasien halusianasi yaitu:
1. Data Subyektif
a. Mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang
mengajak bercakp-cakap, mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya
b. Mengatakan melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, kartun, melihat hantu, atau
monster
c. Mengatakan membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, dan terkadang bau-
bau tersebut menyenangkan bagi klien
d. Merasakan rasa seperti darah, urine, atau feses
e. Mengatakan ada serangga dipermukaan kulit, merasa seperti tersengat listrik
2. Data Obyektif
a. Bicar, senyum dan tertawa sendiri
b. Pembicaraan kacau dan kadang tidak masuk akal
c. Tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata
d. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
e. Disorientasi
f. Perasaan curiga
g. Takut
h. Gelisah
i. Bingung
j. Ekspresi wajah tegang
k. Mudah tersinggung
l. Tidak mampu melakukan aktivitas mandiri
m. Kurang bisa mengontrol diri
n. Menunjukkan perilaku merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan)
C. Faktor predisposisi
a. Biologis
Abnormalitas yang menyebabkan respon neurobiology yang maladaptif seperti lesi
pada area frontal maupun temporal. Bisa juga halusinasi bisa diturunkan dari genetic
skizofrenia
b. Psikologis
Halusinasi terjadi karena adanya isi alam tidak sadar yang masuk ke alam sadar
sebagai respon terhadap konflik psikologis
c. Sosio budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan
psikotik lain tapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan
D. Faktor presipitasi
Menurut Stuart dan Sudden (2009), faktor presipitasi halusinasi adalah :
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologik yang maladaptif
termasuk:
1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi
2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan secara selektif menanggapi rangsangan
b. Stress Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang terhadap toleransi stress yang berinteraksi
dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku
E. RENTANG RESPON
Respon Adaptif Respon Maladaptif
F. ETIOLOGI
Menurut Yosep (2017), halusinasi dapat berakibat ke masalah keperawatan yang lain.
Halusinasi bisa berakibat perhatian dengan lingkungan berkurang sehingga dapat menjadi
menarik diri dan berujung isolasi sosial. Pasien dengan halusinasi yang menyenangkan dapat
berimbas ke masalah gangguan nutrisi kurang darikebutuhan akibat dari menurunnya
perhatian, dapat juga menjadi defisit hygiene diri. Akibat yang paling buruk dari halusinasi
adalah jika halusinanya mengganggu dapat terjadi perilaku kekerasan. Halusianasi juga dapat
menjadikan waham ataupun HDR tergantung dari isi halusinasi yang dialami. Hal ini
disebabkan karena pasien dengan halusinasi mengalami penurunan kesadaran dan juga
kehilangan kemampuan untuk membdakan antara halusinasi dan realita.
G. JENIS
Menurut Stuard (2009) jenis halusinasi yang sering terjadi yaitu:
1. Halusinasi Audiotory
Klien mendengar bunyi-bunyi atau suara-suara, paling sering berbentuk suara manusia.
2. Halusinasi Visual
Berupa halusinasi tentang stimuli visual dalam bentuk kilasan cahaya, bentuk geometric,
tokoh kartun, dan stimuli visual lainnya.
3. Halusinasi Olfactory
Berupa halusinasi mencium bau busuk dan tengik seperti darah, feces atau urin, kadang-
kadang juga mencium bau yang enak.
4. Halusinasi Gustatory
Berupa halusinasi mengecap rasa yang busuk dan tengik seperti darah, feces atau urin.
5. Halusinasi Tactile
Berupa halusinasi mengalami rasa nyeri atau ketidaknyamananpada kulit tampa adanya
stimuli, bisa juga merasakan sensasi seperti tersetrum yang berasal dari tanah, benda mati
atau orang lain.
6. Halusinasi Cenesthetic
Berupa halusinasi merasakan sensasi dari gerakan tubuh ketika beridiri diam.
H. POHON MASALAH
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada
klien. Evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi proses atau pormatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan
antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan (Direja, 2011).
Menurut Damaiyanti (2012), evaluasi dilakukan sesuai TUK pada perubahan persepsi sensori :
halusinasi yaitu :
1) Klien dapat menbina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengenali halusinasinya
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya
4) Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mrngontrol halusinasi
5) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Kelliat, dkk. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Stuart dan Sudden. 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
A. Kondisi Klien
Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak jelas serta
melihat setan-setan.
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
C. Tujuan
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama: menghardik halusinasi
ORIENTASI:
“Selamat Pagi pak, perkenalkan nama saya Chaca, hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-14.00.
Saya yang akan merawat bapak selama Bapak di rumah sakit ini. “Nama bapak siapa?
“Senangnya dipanggil apa?”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak dengar
tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana
kalau 30 menit”
KERJA:
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering bapak dengar
suara? Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara tersebut? Pada keadaan apa suara itu
terdengar? Apakah pada waktu sendiri atau saat bersama dengan orang lain?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu
hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik
atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga,
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik membentak”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya tidak
mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu
tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak
sudah bisa”
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul lagi,
silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa pak?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa
lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”