Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan hidayahnya kami dapat menyelenggarakan proposal TAK ini dengan baik.
Proposal TAK yang berjudul “Stimulasi Sensori (Halusinasi)” disusun untuk
memenuhi tugas mahasiswa mata kuliah keperawatan jiwa jurusan profesi Ners.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan proposal TAK ini kedepan.
Akhir kata, semoga proposal ini berguna dan bermanfaat bagi semua
pihak yang membaca, serta dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa dan pembaca.
Penyususn
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
Salah satu gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah
gangguan persepsi sensori: Halusinasi merupakan salah satu masalah
keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi
adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan dan penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita
pasien diantaranya dapat menyebabkan pasien tidak mempunyai teman
dan asyik dengan pikirannya sendiri. Salah satu penanganannya yaitu
dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang bertujuan
untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang
dialaminya. (O'brien, P, 2016).
Untuk mengatasi gangguan stimulasi persepsi pada pasien jiwa,
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) sering diperlukan dalam praktek
keperawatan kesehatan jiwa karena merupakan keterampilan teraupetik.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan bagian dari terapi modalitas
yang berupaya meningkatkan psikoterapi dengan sejumlah klien dalam
waktu yang bersamaan. Dan merupakan salah satu tindakan keperawatan
untuk pasien gangguan jiwa. (Yusuf. 2015).
Teknik yang digunakan adalah klien memutari kursi yang telah di
sediakan sambil di putarkan sebuah musik. Apabila musik di hentikan
klien berebutan untuk menduduki sebuah kursi yang di sediakan dan bagi
klien yang tidak mendapatkan kursi diminta untuk mengidentifikasi
halusinasinya, cara mengontrol halusinasinya dan perasaan setelah
mendengar halusinasinya. Dilakukan hingga semua klien menceritakan
halusinasinya.
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RSKD Dadi
khususnya ruang Nyiur sebagian besar pasien menderita halusinasi. Oleh
karena itu, perlu diadakan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) tentang
halusinasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien dapat mengenal halusinasi dan dapat menjelaskan cara
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi jenis halusinasi
b) Mengidentifikasi isi halusinasi
c) Mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi
d) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
e) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f) Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
g) Mengidentifikasi perasaan setelah mendengar halusinasi.
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa
yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal orientasi
realitas (Yusuf, et all, 2015).
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar, suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus ekstren atau persepsi palsu (Prabowo, 2014).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya
itu tidak ada (Sutejo, 2017). Halusinasi adalah persepsi klien terhadap
lingkungan tanpa stimulus yang nyata, sehingga klien
menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus atau
rangsangan dari luar (Stuart dalam Azizah, 2016).
Berdasarkan pengertian halusinasi itu dapat diartikan bahwa,
halusinasi adalah gangguan respon yang diakibatkan oleh stimulus atau
rangsangan yang membuat klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak ada.
2. Etiologi
Etiologi halusinasi menurut Yusuf, dkk (2015) antara lain:
a. Faktor Predisposisi
1.) Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal yang dapat meningkatkan stress dan ansietas yang
dapat berakhir dengan ganggguan persepsi. Pasien mungkin
menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual
dan emosi tidak efektif.
2.) Faktor Sosial Budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang
merasa disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat
diatasi sehingga timbul gangguan seperti delusi dan halusinasi.
3.) Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal seseorang yang tidak harmonis,
serta peran ganda atau peran yang bertentangan dapat
menimbulkan ansietas berat berakhir dengan pegingkaran
terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
4.) Faktor Biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien
gangguan orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak,
perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan limbic.
5.) Faktor Genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya
ditemukan pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan
cukup tinggi pada keluarga yang salah satu anggota
keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika
kedua orang tua skizofrenia.
b. Faktor Presepitasi
1.) Stresor Sosial Budaya
Stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadi
penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang
penting, atau diasingkan dari kelompok dapat menimbulkan
halusinasi.
BAB III
PELAKSANAAN TAK
D. Strategi Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Selasa 31 Agustus 2021
Tempat : Bangsal Nyiur RSKD Dadi
Jam : 10.00- Selesai
F. Setting Tempat
O O
L C
K
F
F
K
K
F K
K F
K
F F F K
K K F K
K
Keterangan :
L : Leader O : Observer C :Co-Leader
F : Fasilitator K : Klien
K
2. Co-Leader: Inna
Tugas
Membuka acara
Mengambil alih posisi leader jika leader pasif (bloking)
Mengingatkan leader jika kegiatannya menyimpanga tau ada
kegiatannya terlupakan
Menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaan
Menutup acara
H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Hasil
Therapis dapat menyampaikan materi sesuai dengan tujuan
Klien Mampu mengidentifikasi halusinasi yang dialami serta
mengetahui cara menghardik halusinasi dan mampu mempraktekkan
cara menghardik halusinasi.
Perubahan perilaku klien setelah melakukan therapi aktivitas
kelompok.
Petunjuk:
1 = dilakukan
0 = tidak dilakukan
2. Evaluasi Proses
Kegiatan dilakukan tepat waktu
Terapis berfungsi sesuai dengan tugas dan peranan masing-masing
Terapis mengantisipasi hal yang tidak dikehendaki selama terapi
berlangsung
Terapi dilaksanakan sesuai dengan susunan acara yang telah di
tentukan
Klien dapat melaksanakan atau mengikuti therapi dengan baik
I. Evaluasi
1. Sebut dan jelaskan jenis TAK
Jenis TAK yang digunakan adalah TERAPI OKUPASI, dimana terapi
ini merupakan bentuk layanan kesehatan kepada masyarakat atau pasien
yang memiliki gangguan fisik/mental dengan menggunakan aktivitas
mengerjakan sasaran yang terseleksi untuk meningkatkan kemandirian
individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, pemanfaatan waktu
luang, dan produktivitas dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA