OLEH:
NIM : 201903017
KABUPATEN MOJOKERTO
2020
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs,
2002).
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada
saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada
saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata
lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh
klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa
melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu
rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).
Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang tidak disertai dengan stimuli
eksternal yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang
pengalaman halusinasi .(Kaplan dan Saddock,1997)
1.5.1 Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1. Biologis
2. Psikologis
b. Faktor Presipitasi
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
c. Mekanisme Koping
o Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
o Proyeksi: menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
o Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal. (Stuart, 2007).
1.5.2 Rentang Respon Biologis
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dibawah ini merupakan rentang Respon
Neurobiologis dari respon adaptif sampai dengan respon Maladaptif.
A. Respon Adaptif
1) Pikiran logis
Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.
2) Persepsi akurat
Pandangan dari seseorang tentang sesuatu peristiwa secara cermat
3) Emosi konsisten dengan pengalaman
Kemantapan perasaan jiwa dengan peristiwa yang pernah dialami.
4) Perilaku sesuai
Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut
diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan
normal
5) Hubungan sosial
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan ditengah-tengah
masyarakat.
B. Respon Transisi
1) Pikiran kadang menyimpang
Kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil kesimpulan.
2) Ilusi
Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.
3) Reaksi emosional berlebihan atau kurang
Emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.
4) Perilaku ganjil atau tidak lazim.
Perilaku aneh yang tidak enak dipandang,membingungkan,kesukaran
mengelola dan tidak kenal orang lain.
5) Menarik diri
Perilaku menghindar dari orang lain.
C. Respon Maladaptif
1) Delusi
Keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentengan dengan realita sosial.
2) Halusinasi
Persepsi yang salah tanpa adanya rangsangan.
3) Ketidakmampuan mengalami emosi
Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami
kesenangan,kebahagiaan,keakraban,dan kedekatan.
4) Ketidakteraturan
Ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.
5) Isolasi Sosial
Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain menyatakan
sikap yang negatif dan mengancam.
1.5.3 Pathway
Faktor Faktor
Faktor
Sosial
Biologis Psikologis
Budaya
Gangguan Penolakan,
Tumbuh Kekerasan
Kembang Perilaku Biologis Lingkungan
Faktor Faktor
Predisposisi Presipitasi
HALUSINASI
1. Skizofrenia
2. Psikosa Gangguan / Perubahan
3. Sindroma Otak Persepsi Sensori
4. Epilepsi
Respon Neurobiologik
Maladaptif
Emosi
MK : Waham
Menarik Diri
MK : Isolasi Sosial
1.5.4 Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999) :
Gejala klinis :
Gejala klinis :
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata.
Gejala klinis :
Gejala klinis :
1. Bicara sendiri.
2. Senyum sendiri.
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Pergerakan mata yang cepat
6. Respon verbal yang lambat.
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Agitasi dan kataton.
20. Curiga dan bermusuhan.
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22. Ketakutan.
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
Fase 1 :
Fase 2 :
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata.
Fase 3 :
Fase 4 :
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
lain dan
lingkungan
Gangguan sensori-
perseptual: (CORE PROBLEM)
Halusinasi pendengaran
Interaksi sosial,
kerusakan:
(CAUSA)
Menarik diri
Proses Gangguan
(CAUSA)
pemisahan Harga Diri :
memanjang
Harga Diri
Rendah
Orang tua /
Koping Gangguan
orang yang
keluarga citra tubuh
berarti
tidak efektif
meninggal
1.7.4 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul :
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Perubahan sensori perseptual : halusinasi.
Isolasi sosial : menarik diri
1.7.5 Intervensi / Nursing Care Plan (NCP)
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN
Perencanaan
Tgl Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi
Resiko mencederai diri Tujuan Umum:
sendiri, orang lain, dan Klien tidak
lingkungan berhubungan mencederai diri
dengan halusinasi dengar sendiri/orang
lain/lingkungan
Tujuan Khusus Klien mampu membina 1. Bina hubungan saling Hubungan saling
1: hubungan saling percaya percaya dengan prinsip percaya merupakan
Klien dapat dengan perawat dengan komunikasi terapeutik: langkah awal
membina kriteria hasil: a. Sapa klien dengan menentukan
hubungan saling - Membalas sapaan ramah baik verbal keberhasilan rencana
percaya dengan perawat maupun non verbal selanjutnya.
perawat - Ekspresi wajah b. Perkenalkan diri
bersahabat & senang dengan sopan
- Ada kontak mata c. Tanyakan nama
- Mau berjabat tangan lengkap klien dan
- Mau menyebutkan nama panggilan
nama kesukaan klien
- Klien mau duduk d. Jelaskan maksud dan
berdampingan dengan tujuan interaksi
perawat e. Berikan perhatian
- Klien mau pada klien, perhatikan Untuk mengurangi
mengutarakan masalah kebutuhan dasarnya kontak klien dengan
yang dihadapi 2. Beri kesempatan klien halusinasinya dengan
mengungkapkan mengenal halusinasi
perasaannya akan membantu
3. Dengarkan ungkapan mengurangi dan
klien dengan empati menghilangkan
halusinasi
Tujuan Khusus Klien mampu mengenali 1. Adakan kontak Mengetahui apakah
2: halusinasinya dengan sering dan singkat secara halusinasi datang dan
Klien dapat kriteria hasil : bertahap menentukan tindakan
mengenali - Klien dapat 2. Tanyakan apa yang yang tepat atas
halusinasi menyebutkan waktu, didengar dari halusinasinya
timbulnya halusinasi halusinasinya
- Klien dapat 3. Tanyakan kapan
mengidentifikasi kapan halusinasinya datang
frekuensi situasi saat 4. Tanyakan isi
terjadi halusinasi halusinasinya
- Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya saat
muncul halusinasi
5. Bantu klien
mengenal halusinasinya
- Jika menemukan klien
sedang halusinasi,
tanyakan apakah ada
yang didengar
- Jika klien menjawab
ada, lanjutkan apa
yang dikatakan
- Katakan bahwa
perawat percaya klien
mendengar suara itu,
namun perawat sendiri
tidak mendengarnya
(dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi).
6. Diskusikan dengan Menentukan
klien : tindakan yang sesuai
- Situasi yang bagi klien untuk
menimbulkan atau mengontrol
tidak menimbulkan halusinasi.
halusinasi
- Waktu, frekuensi
terjadinya halusinasi
(pagi, siang, sore, dan
malam atau jika
sendiri, jengkel atau
sedih)
7. Diskusikan dengan
klien apa yang dirasakan
jika terjadi halusinasi
(marah/takut, sedih,
senang) beri kesempatan
mengungkapkan
perasaan.
Tujuan khusus 3 Klien dapat 1. Identifikasi bersama Membantu klien
: mengidentifikasi tindakan klien tindakan yang biasa menentukan cara
Klien dapat yang dilakukan untuk dilakukan bila terjadi mengontrol
mengontrol mengendalikan halusinasi halusinasi.
halusinasinya halusinasinya. 2. Diskusikan manfaat
dan cara yang digunakan Periode
klien, jika bermanfaat berlangsungnya
beri pujian. halusinasinya :
Klien dapat menunjukkan 3. Diskusikan cara 1. Memberi
cara baru untuk baik memutus atau support
mengontrol halusinasi. mengontrol timbulnya kepada klien
halusinasi 2. Menambah
- Katakan “saya tidak pengetahuan
mau dengar kamu” klien untuk
(pada saat halusinasi melakukan
terjadi) tindakan
- Temui orang lain pencegahan
(perawat atau teman halusinasi.
atau anggota keluarga) Membantu klien
untuk bercakap-cakap untuk beradaptasi
atau mengatakan dengan cara
halusinasi yang alternatif yang ada
didengar.
- Membuat jadwal Memberi motivasi
kegiatan sehari-hari agar cara diulang
- Meminta keluarga atau
teman atau perawat
menyapa klien jika
tampak berbicara
sendiri, melamun atau
kegiatan yang tidak
terkontrol
4. Bantu klien memilih
dan melatih cara
memutus halusinasi
secara bertahap
5. Beri kesempatan
untuk melakukan cara
yang dilatih. Evaluasi
hasilnya dan beri pujian
jika berhasil.
6. Anjurkan klien
mengikuti terapi aktivitas
kelompok, jenis orientasi
realita atau stimulasi
persepsi.
Tujuan khusus 4 Klien dapat memilih cara 1. Anjurkan klien Partisipasi klien
: mengatasi halusinasi. untuk memberi tahu dalam kegiatan
Klien dapat keluarga jika mengalami tersebut membantu
dukungan dari Klien melaksanakan cara halusinasi klien beraktivitas
keluarga dalam yang telah dipilih 2. Diskusikan dengan sehingga halusinasi
mengontrol memutus halusinasinya. keluarga (pada saat tidak muncul
halusinasinya. keluarga berkunjung atau
Klien dalam mengikuti kunjungan rumah) Keluarga merupakan
terapi aktivitas kelompok. 3. Diskusikan dengan orang terdekat yang
keluarga dan klien bisa membantu klien
tentang jenis, dosis, meningkatkan
frekuensi dan manfaat pengetahuan
obat. keluarga dan cara
4. Pastikan klien merawat klien
minum obat sesuai halusinasi.
dengan program dokter.
Tujuan khusus 5 Keluarga dapat membina 1. Anjurkan klien Meningkatkan
: hubungan saling percaya bicara dengan pengetahuan
Klien dapat dengan perawat dokter tentang keluarga tentang
menggunakan manfaat dan efek obat.
obat dengan benar Keluarga dapat samping obat yang
untuk menyebutkan pengertian, dirasakan Membantu
mengendalikan tanda dan tindakan untuk 2. Diskusikan akibat mempercepat
halusinasinya mengalihkan halusinasi berhenti minum penyembuhan dan
obat tanpa memastikan obat
konsultasi sudah diminum klien
3. Bantu klien
menggunakan obat
dengan prinsip 5
benar.
Klien dan keluarga dapat Meningkatkan
menyebutkan manfaat, pengetahuan tentang
dosis dan efek samping manfaat dan efek
obat samping obat
Klien minum obat secara
teratur.
Klien dapat informasi Mengetahui reaksi
tentang manfaat dan efek setelah minum obat
samping obat. Ketepatan prinsip 5
Klien dapat memahami benar minum obat
akibat berhenti minum membantu
obat tanpa konsultasi penyembuhan dan
Klien dapat menyebutkan menghindari
prinsip 5 benar kesalahan minum
penggunaan obat. obat serta membantu
tercapainya standar.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Bapak A, umur 44 th, duda, mempunyai satu anak perempuan berumur 16 th.
Klien sudah 3 tahun di tinggal istrinya meninggal dunia. Hingga saat ini, klien belum
menikah lagi. Klien beragama islam, pendidikan tamat S1. Saat ini klien tidak bekerja
karena dipecat dari tempat klien bekerja 2 bulan yang lalu. Klien tinggal di rumah
hanya dengan anak perempuannya. Orang yang terdekat dengan klien adalah orang
tua (ibu), namun ibu klien telah meninggal 1 tahun yang lalu. Klien dirawat d RS
untuk pertama kalinya dengan alasan sering berbicara sendiri, mondar-mandir, sering
gemetar, dan tidak bisa sering menyendiri duduk di pojok.
Klien mengatakan sering mendengar suara istri dan ibunya yang mengajak
klien untuk ikut bersama mereka. Saat dikaji, klien sering mengalihkan pandangan,
ekspresi wajahnya tegang, sering melamun dan sering gemetar.
Nama : Bpk.A
Umur : 44 tahun
II. Alasan Masuk : Klien sering melamun dan duduk menyendiri di pojok
BB = 60 kg, TB = 175 cm
1. Genogram :
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
= Tinggal serumah
X = Meninggal
Klien tinggal bersama anaknya di rumahnya sendiri. Klien merupakan anak
ketiga dari 4 bersaudara. Semenjak kecil, klien diasuh dengan didikan keras
oleh ayahnya sehingga pengambil keputusan adalah ayah klien. Namun, klien
disayang oleh ibunya sehingga klien lebih dekat dengan ibunya. Sedangkan dua
saudara tertuanya lebih dekat dengan ayah klien, dan adik klien lebih dekat
dengan ibu klien. Pola komunikasi yang dibangun oleh orang tua klien kurang
begitu baik, terlihat klien terdiam saat bertemu dengan ayahnya. Setelah
menikah, klien masih dekat dengan ibunya. Pola komunikasi dengan
keluarganya baik, setiap ada masalah selalu didiskusikan dengan istri dan
anaknya. Pengambil keputusan di kelurga adalah klien dengan pertimbangan
dari istrinya.
Masalah Keperawatan : Koping Keluarga Tidak Efektif : Ketidakmampuan
2. Konsep Diri :
Citra tubuh :
Klien tidak dapat menerima potensi dirinya serta fungsinya sebagai kepala
keluarga.
Ideal diri :
Klien mempersepsikan bahwa dirinya tidak bisa menjaga orang-orang
terdekatnya.
Harga diri :
Klien merasa tidak berguna untuk melakukan apapun untuk istri dan ibunya
Penampilan peran :
Klien saat ini tidak bekerja.
Identitas diri :
Klien merasa sebagai laki-laki klien tidak bisa bertanggung jawab dengan
perannya sebagai kepala keluarga.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial :
a. Orang yang berarti : Orang yang berarti bagi klien adalah ibunya. Saat
menikah, klien tidak dapat mengeksplorasikan perasaannya, setiap kali
ada masalah klien tidak punya teman untuk mengadu, bicara, minta
bantuan dan tidak ada dukungan baik dari keluarganya baik berupa
materi ataupun non materi.
b. Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat : Dulu sebelum ibu dan
istrinya meninggal klien sering mengikuti kegiatan kemasyarakatan. 1
tahun terakhir, klien tidak mengikuti kegiatan masyarakat dan lebih
banyak berdiam diri.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Namun semenjak ibu
dan istrinya meninggal, klien tidak pernah mengikuti kegiatan
kemasyarakatan tersebut, klien juga lebih banyak berdiam diri di rumah,
dan tidak mengurus dirinya. Hal ini karena klien merasa tidak berguna
bagi keluarga dan masyarakat setelah orang terdekatnya meninggal.
1. Penampilan :
Rambut tidak di sisir dan kotor, janggut dan kumis tidak terawat, kuku panjang
dan hitam, baju kotor.
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan :
3. Psikomotorik :
Klien tampak tegang, gelisah, berjalan mondra-mandir dan isyarat tubuh yang
tidak wajar.
Masalah Keperawatan : Resiko tinggi cedera
Klien tampak ketakutan, putus asa, sedih, khawatir, cemas, dan labil
Masalah Keperawatan : Kerusakan interaksi sosial
Keadaan yang ditampilkan klien saat wawancara seperti tidak kooperatif, kontak
mata kurang dan curiga.
Masalah Keperawatan :Kerusakan Komunikasi
6. Persepsi-Sensori :
8. Tingkat Kesadaran :
9. Memori :
Klien masih dapat mengingat kejadian di jangka panjang, pendek/ sesaat tapi
klien tertutup dan tidak mudah untuk mengeksplorasikannya.
Masalah Keperawatan : Perubahan Proses Pikir
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung :
Tingkat konsentrasi klien mudah beralih dari satu objek ke objek lainnya. Klien
selalu menatap penuh kecemasan dan rasa curiga.
Masalah Keperawatan : Gangguan ringan
DATA PROBLEM
DS : Isolasi Sosial
Klien mengatakan bahwa ia hidup
sendiri.
DO:
Klien sering duduk menyendiri di
pojok
DS : Gangguan sensori-perseptual:
Klien mengatakan bahwa ia sering halusinasi pendengaran
mendengar suara istri dan ibunya
yang telah meninggal
DO:
Klien sering berbicara sendiri
Gangguan sensori-
perseptual:
(CORE PROBLEM)
Halusinasi pendengaran
Proses
pemisahan (CAUSA)
memanjang
2.2 INTERVENSI
Diagnosa Perencanaan
Tg
Keperawat Kriteria Intervensi Rasional
l Tujuan
an Evaluasi
Resiko Tujuan
mencederai Umum:
diri sendiri, Klien tidak
orang lain, mencederai
dan diri
lingkungan sendiri/oran
berhubunga g
n dengan lain/lingkun
halusinasi gan
dengar
Tujuan Klien mampu 4. Bina hubungan Hubungan saling
Khusus 1: membina saling percaya percaya
Klien dapat hubungan dengan prinsip merupakan
membina saling komunikasi langkah awal
hubungan percaya terapeutik: menentukan
saling dengan f. Sapa klien keberhasilan
percaya perawat dengan rencana
dengan dengan ramah baik selanjutnya.
perawat kriteria hasil: verbal
- Membalas maupun non
sapaan verbal
perawat g. Perkenalkan
- Ekspresi diri dengan
wajah sopan
bersahaba h. Tanyakan
t & nama
senang lengkap klien
- Ada dan nama Untuk mengurangi
kontak panggilan kontak klien
mata kesukaan dengan
- Mau klien halusinasinya
berjabat i. Jelaskan dengan mengenal
tangan maksud dan halusinasi akan
- Mau tujuan membantu
menyebut interaksi mengurangi dan
kan nama j. Berikan menghilangkan
- Klien mau perhatian halusinasi
duduk pada klien,
berdampi perhatikan
ngan kebutuhan
dengan dasarnya
perawat 5. Beri kesempatan
- Klien mau klien
mengutara mengungkapkan
kan perasaannya
masalah 6. Dengarkan
yang ungkapan klien
dihadapi dengan empati
Tujuan Klien mampu 8. Adakan Mengetahui
Khusus 2: mengenali kontak sering apakah halusinasi
Klien dapat halusinasinya dan singkat datang dan
mengenali dengan secara bertahap menentukan
halusinasi kriteria 9. Tanyakan tindakan yang
hasil : apa yang tepat atas
- Klien didengar dari halusinasinya
dapat halusinasinya
menyebut 10. Tanyakan
kan kapan
waktu, halusinasinya
timbulnya datang
halusinasi 11. Tanyakan
- Klien isi halusinasinya
dapat
mengiden
tifikasi
kapan
frekuensi
situasi
saat
terjadi
halusinasi
- Klien
dapat
mengung
kapkan
perasaann
ya saat
muncul
halusinasi
12. Bantu klien
mengenal
halusinasinya
- Jika
menemukan
klien sedang
halusinasi,
tanyakan
apakah ada
yang didengar
- Jika klien
menjawab
ada, lanjutkan
apa yang
dikatakan
- Katakan
bahwa
perawat
percaya klien
mendengar
suara itu,
namun
perawat
sendiri tidak
mendengarny
a (dengan
nada
bersahabat
tanpa
menuduh atau
menghakimi).
13. Diskusikan Menentukan
dengan klien : tindakan yang
- Situasi yang sesuai bagi klien
menimbulkan untuk mengontrol
atau tidak halusinasi.
menimbulkan
halusinasi
- Waktu,
frekuensi
terjadinya
halusinasi
(pagi, siang,
sore, dan
malam atau
jika sendiri,
jengkel atau
sedih)
14. Diskusikan
dengan klien apa
yang dirasakan
jika terjadi
halusinasi
(marah/takut,
sedih, senang)
beri kesempatan
mengungkapkan
perasaan.
Tujuan Klien dapat 7. Identifikasi Membantu klien
khusus 3 : mengidentifi bersama klien menentukan cara
Klien dapat kasi tindakan tindakan yang mengontrol
mengontrol yang biasa dilakukan halusinasi.
halusinasiny dilakukan bila terjadi
a untuk halusinasi Periode
mengendalik 8. Diskusikan berlangsungnya
an manfaat dan cara halusinasinya :
halusinasinya yang digunakan 3. Memberi
. klien, jika support
bermanfaat beri kepada
pujian. klien
Klien dapat 9. Diskusikan 4. Menambah
menunjukkan cara baik pengetahua
cara baru memutus atau n klien
untuk mengontrol untuk
mengontrol timbulnya melakukan
halusinasi. halusinasi tindakan
- Katakan “saya pencegahan
tidak mau halusinasi.
dengar kamu” Membantu klien
(pada saat untuk beradaptasi
halusinasi dengan cara
terjadi) alternatif yang ada
- Temui orang
lain (perawat Memberi motivasi
atau teman atau agar cara diulang
anggota
keluarga) untuk
bercakap-cakap
atau
mengatakan
halusinasi yang
didengar.
- Membuat
jadwal kegiatan
sehari-hari
- Meminta
keluarga atau
teman atau
perawat
menyapa klien
jika tampak
berbicara
sendiri,
melamun atau
kegiatan yang
tidak terkontrol
10. Bantu klien
memilih dan
melatih cara
memutus
halusinasi secara
bertahap
11. Beri
kesempatan
untuk melakukan
cara yang dilatih.
Evaluasi
hasilnya dan beri
pujian jika
berhasil.
12. Anjurkan
klien mengikuti
terapi aktivitas
kelompok, jenis
orientasi realita
atau stimulasi
persepsi.
Tujuan Klien dapat 5. Anjurkan Partisipasi klien
khusus 4 : memilih cara klien untuk dalam kegiatan
Klien dapat mengatasi memberi tahu tersebut membantu
dukungan halusinasi. keluarga jika klien beraktivitas
dari mengalami sehingga
keluarga Klien halusinasi halusinasi tidak
dalam melaksanaka 6. Diskusikan muncul
mengontrol n cara yang dengan keluarga
halusinasiny telah dipilih (pada saat Keluarga
a. memutus keluarga merupakan orang
halusinasinya berkunjung atau terdekat yang bisa
. kunjungan membantu klien
rumah) meningkatkan
Klien dalam 7. Diskusikan pengetahuan
mengikuti dengan keluarga keluarga dan cara
terapi dan klien tentang merawat klien
aktivitas jenis, dosis, halusinasi.
kelompok. frekuensi dan
manfaat obat.
8. Pastikan
klien minum
obat sesuai
dengan program
dokter.
Tujuan Keluarga 4. Anjurkan Meningkatkan
khusus 5 : dapat klien bicara pengetahuan
Klien dapat membina dengan keluarga tentang
menggunaka hubungan dokter obat.
n obat saling tentang
dengan percaya manfaat Membantu
benar untuk dengan dan efek mempercepat
mengendali perawat samping penyembuhan dan
kan obat yang memastikan obat
halusinasiny Keluarga dirasakan sudah diminum
a dapat 5. Diskusikan klien
menyebutkan akibat
pengertian, berhenti
tanda dan minum
tindakan obat tanpa
untuk konsultasi
mengalihkan 6. Bantu klien
halusinasi menggunak
an obat
dengan
prinsip 5
benar.
Klien dan Meningkatkan
keluarga pengetahuan
dapat tentang manfaat
menyebutkan dan efek samping
manfaat, obat
dosis dan
efek samping
obat
Klien minum
obat secara
teratur.
Klien dapat Mengetahui reaksi
informasi setelah minum
tentang obat
manfaat dan Ketepatan prinsip
efek samping 5 benar minum
obat. obat membantu
Klien dapat penyembuhan dan
memahami menghindari
akibat kesalahan minum
berhenti obat serta
minum obat membantu
tanpa tercapainya
konsultasi standar.
Klien dapat
menyebutkan
prinsip 5
benar
penggunaan
obat.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University
Press.
Townsend, Mary. C. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of Care.
Edisi 3. Philadelphia: F. A. Davis Company
Stuart dan Laraia. (2007). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St. Louis:
Mosby Year Book.
Kondisi : Klien juga mengatakan bahwa ia sering mendengar suara-suara yang ingin
mengajaknya. Suara-suara itu membuat klien takut.
a. BHSP.
b. Mengenal halusinasi.
c. Melatih mengontrol halusinasi dengan: menghardik.
d. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
B.STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya .... Bapak bisa panggil saya ..... Saya
mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya praktik di sini selama
satu minggu. Kalau boleh tau, nama bapak siapa ? Bapak senang dipanggil apa?.
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak pagi ini? Bagaimana ceritanya sampai bapak dibawa
kesini?
c. Kontrak
- Topik
pak, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tantang perasaan yang sudah bapak
alami selama ini?
- Tempat
bapak maunya kita ngobrol dimana ? Bagaimana kalau di halaman saja pak?
- Waktu
Mau berapa lama kita bercakap-cakapnya pak? Bagaimana kalau 15 menit?
2. Kerja
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi ? kalau suara – suara itu
muncul lagi, silahkan coba cara tersebut!
b. Evaluasi objektif
Nah, sekarang coba bapak ulangi sekali lagi?
5. Kontrak
- Topik
Besok kita akan bertemu lagi untuk belajar cara mengontrol halusinasi dengan
cara yang lain? bapak tidak keberatan kan?
- Tempat
Dimana besok kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat yang
sama?
- Waktu
Enaknya kita besok bertemu jam berapa? Bagaimana kalau jam 09.00 saja?
Baiklah. Terimakasih pak, sampai jumpa besok dengan saya!
b. Evaluasi Validasi
- Bagaimana perasaan bapak pagi ini, kemarin malam tidurnya nyenyak?
baiklah
- Apa saja kegiatan yang sudah dilakukan? bagus sekali
c. Kontrak
Selamat pagi pak . Bagaimana perasaan bapak hari ini ? apakah suara-suara itu
masih muncul ? apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih ?
berkurangnya suara-suaranya ? Bagus ! Sesuai janji kita tadi, saya akan latih
cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau dimana ? di sisni saja ?
2. Kerja
Cara kedua untuk mencegah atau mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi, kalau bapak mulai mendengar suara-
suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol
dengan bapak. Contohnya begini.. . tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo
ngobrol dengan saya ! atau kalau ada orang dirumah misalnya, kakak, mbak,
katakan, kak, ayo ngobrol dengan bapak, bapak sedang dengar suara-suara. Begitu
mas. coba bapak lakukan seperti yang tadi saya lakukan. Ya, begitu bagus ! coba
sekali lagi ! bagus ! nah, latih terus ya, pak!
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Baiklah waktunya sudah habis pak, bagaimana perasaan bapak setelah kita
latihan tadi?
b. Evaluasi Objektif
Jadi kegiatan yang mana yang sering mas lakukan? bagus sekali, coba ulangi
kegiatan itu pak. iya benar bagus sekali
Selanjutnya bapak bisa mengisi waktu luang bapak dengan hal-hal yang positif
ya pak !
d. Kontrak
Selanjutnya besok pada jam 09.00. kita akan belajar mengontrol halusinasi
dengan cara yang lain ya pak nanti anda bertemu dengan saya.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi bapak ….. masih ingat dengan saya kan pak ??
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan bapak pagi ini?
Apakah kegiatan yang kita latih kemarin sudah dilakukan? bagus sekali
Coba kita lihat jadwalnya, kita beri tanda ya pak, bahwa anda telah
melakukan kegiatan ini. Hebat dong pak.
c. Kontrak
Topik : Nah, sekarang kita akan latihan lagi agar halusinasi tidak
muncul kembali.
Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di tempat
yang kemarin lagi.
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?
2. Fase Kerja
Nah, kegiatan kemarin sudah dicoba, dan hasilnya bagus sekali.
Sekarang, mari kita praktikan lagi. Ikuti kita ya pak, dan nanti bapak
mencobanya sendiri.
Nah, sekarang bapak mencoba melakukan sendiri ya sambil kita bantu. Bagus
sekali.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah mencobanya sendiri. Ya bagus sekali
b. Evaluasi Objektif
Jadi, sewaktu-waktu halusinasi muncul melakukan kegiatan yang sudah
kita ajarkan ya pak.
Coba ulangi kegiatan yang sudah kita ajarkan? Iya bagus.
c. Rencana Tindak Lanjut
Kegiatan yang barusan kita latih, tolong bapak lakukan secara teratur ya
pak.
Kita masukkan jadwal kegiatan harian ya pak.
d. Kontrak
Topik : Nah, sudah 3 kegiatan yang kita lakukan. Bagaimana kalau di
pertemuan berikutnya kita melatih bagaimana cara
menggunakan obat dengan benar?
Tempat :Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat biasanya.
Waktu : Bagaimana kalau besok jam 09:00 bertemu lagi teman saya.
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi : Klien terkadang masih mendengar suara-suara yang ingin
mengajak dirinya.
2. Diagnosa : Halusinasi dengar
mengendalikan halusinasinya
c. Kontrak
Topik : sekarang kita akan membahas tentang obat yang setiap hari bapak
minum, apa anda keberatan?
Tempat : mau berbincang-bincang dimana kita pak? Bagaimana kalau
ditempat ini saja atau ditaman?
Waktu : mau berapa lama waktu kita biercabincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?
2. Kerja
Sebelumnya bapak sudah minum obat apa saja? Coba tolong anda sebutkan?
Bagus sekali Pengobatan apa saja yang sudah anda lakukan? Adakah bedanya
setelah anda meminum obat secara teratur? Apakah suara-suara yang anda
dengar sudah berkurang atau bahkan suda hilang? Minum obat sangat penting
mbak agar suara-suara yang anda dengar selama ini tidak muncul lagi, pak
saya mau menjelaskan beberapa macam obat yang harus anda minum, ini yang
warna orange namanya (CPZ) diminum 3kali sehari pukul 7 pagi, pukul 1
siang dan pukul 7 malam gunanya untuk membuat pikiran anda tenang. Ini
yang warnanya putih namanya (THP) diminum tiga kali sehari pada jam yang
sama dengan obat yang warna orange pukul 7 pagi, pukul 1 siang, dan 7
malam gunannya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang warna merah
jambu ini (HP) diminum 3 kali sehari, waktunya sama, gunannya untuk
mengghilangkan suara-suara. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak
boleh berhenti diminum, nanti konsultasinya dengan dokter, sebab kalau putus
obat anda akan mrngalami kelambuhan dan akan sulit untuk mengembalikan
keadaan semula. Kalau obat habis anda dapat minta ke dokter untuk
mendapatkan obat lagi. Anda juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan
ini, dan pastikan obatnya benar. Dan harus diperhatikan juga ada nama anda
yang tercantum dalam kemasan obat jangan sampai tertukar dengan obat orang
lain, pastikan obatnya diminum tepat pada waktunya, dengan cara yang benar.
Yaitu diminum sesudah makan dan tapat waktunya. bapak juga harus
perhatikan jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per
hari.”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif:
Bagaimana perasaannya bapak setelah melakukan sendiri? Ya bagus
sekali
b. Evaluasi objektif:
Jadi anda sudah bisa melakukan minum obat sendiri? Ya bagus sekali
Nanti anda bisa melakukan minum obat sendiri dirumah. Hebat sekali.
c. Rencana tindak lanjut:
Nah, bagaimana kegiatan minum obat apa sudah dilakukan secara teratur?
Pak, bapak bisa melakukan sendiri kegiatan yang sudah kita pelajari
bersama?, semoga anda bisa melakukan kegiatan minum obat dengan
teratur dan baik!
Kita masukkan jadwal kegiatan harian ya pak untuk pertemuan hari ini.
d. Kontrak
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi :Klien terkadang masih mendengar suara-suara yang ingin mngajak
dirinya
2. Diagnosa : Halusinasi dengar
3. TUK 4 : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
4. Rencana tindakan keperawatan : SP 1 (keluarga)
a. BHSP
b. Menjelaskan tentang halusinasi klien.
c. Menjelaskan cara merawat klien.
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak apa benar mbak keluarga dari Tn A? Perkenalkan
nama saya ....... Mbak bisa panggil saya suster ..... Saya mahasiswa dari Stikes
Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya yang merawat Tn A. Kalau boleh tau nama
mbak siapa?.
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana kondisi Tn.A hari ini mbak?
c. Kontrak
Topik : Baiklah mbak, kita akan membicarakan tentang cara merawat Tn. A
Jika tiba – tiba Tn. A kambuh dan tidak ada perawat.
Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana kalau
ditempat ini saja.?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 25 menit?
2. Kerja
Mbak, menurut cerita Tn. A, Tn. A sering mendengar suara-suara yang
menakutkan, inilah yang menjadi penyebab Tn A merobek – robek bajunya
hingga telanjang dan lari pergi ke luar rumah. Saya sudah mengajarkan cara-cara
untuk mengontrol halusinasi. Jika mbak bercerita tentang halusinasinya, katakan
bahwa mbak percaya dengan apa yang dikatakan Tn. A, namun mbak tidak
mendengar suara itu. Kemudian, beri Tn A kegiatan untuk menyibukkan diri,
jangan biarkan sendiri, ajaklah makan bersama, dan bepergian bersama, supaya
meminimalisir munculnya halusinasi. Apa mbak bisa melakukannya? Bagus.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana, apa mbak mengerti dengan yang saya jelaskan?
b. Evaluasi objektif
Apa mbak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik.
c. Rencana tindak lanjut
Mbak bisa melakukan kegiatan yang kita pelajari hari ini di rumah
d. Kontrak
Topik : Kapan kita bisa bertemu lagi mbak?
Tempat : Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat
biasanya.
Waktu : Bagaimana kalau jam 09:00 besok kita bertemu lagi dengan
teman saya.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
DALAM KELUARGA
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi : Klien bisa mengontrol halusinasi
2. Diagnosa : Halusinasi dengar
3. Tujuan : TUK 4
4. Rencana tindakan keperawatan : SP 2 (keluarga)
a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP1)
b. Latih keluarga merawat pasien.
c. RTL keluarga untuk merawat pasien
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak, masih ingat dengan saya kan mbk ??
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana latihannya kemarin? Sudah dipraktikkan belum? Bagus.
c. Kontrak
Topik : Mbak, kita akan mengevaluasi yang sudah kita lakukan kemarin.
Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana kalau
ditempat ini saja.?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?
2. Kerja
Nah, coba sekarang mbak praktikan lagi bagaimana cara merawat Tn. A?
Baik. Selain itu masih ada lagi mbak, jika Tn A tampak bicara sendiri atau
melamun ataupun melakukan kegiatan yang tidak terkontrol, mbak bisa langsung
52
menyapanya, supaya halusinasinya terhenti, tidak berlanjut. Apa mbak mengerti
yang saya maksud? Bagus.
Kemudian, berikan pujian jika Mbak bisa mengendalikan emosi dan mampu
mengontrol halusinasinya.
Kalau menurut mbak, mana yang lebih efektif untuk memutus halusinasinya
bapak? Mengapa demikian?
Baiklah, mbak bisa mempraktikkan juga.
Coba sekarang mbak ulangi lagi. Bagus.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana, apa mbak sekarang mulai bisa merawat Tn A sendiri?
b. Evaluasi objektif
Bagaimana, apa mbak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik.
c. Rencana tindak lanjut
Mbak juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain, sehingga nanti bisa
mempermudah dan dapat membantu. Terimakasih atas waktunya mbak.
d. Kontrak
Topik : Kira-kira, kapan kita bisa bertemu lagi?
Tempat : Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat
biasanya.
Waktu : Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi mbak, jam 09.00
Yaa mbak bertemu dengan teman saya.
53
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
DALAM KELUARGA
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi : Klien bisa mengontrol halusinasi
2. Diagnosa : Halusinasi dengar
3. Tujuan : TUK 4
4. Rencana tindakan keperawatan : SP 2 (keluarga)
a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP1)
b. Latih keluarga merawat pasien.
c. RTL keluarga untuk merawat pasien
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak,masih ingat dengan saya kan mbak ??
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana latihannya kemarin? Sudah dipraktikkan belum? Bagus.
c. Kontrak
Topik : Mbak, kita akan mengevaluasi yang sudah kita lakukan kemarin.
Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana kalau
ditempat ini saja.?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?
2. Kerja
Nah, coba sekarang mbak praktikan lagi bagaimana cara merawat Tn. A?
Baik. Selain itu masih ada lagi mbak, jika Tn A tampak ketakutan, ekspresi
wajahnya bingung dan pembicaraan tidak masuk akal/ kacau. mbak bisa langsung
54
menyapanya, supaya halusinasinya terhenti, tidak berlanjut. Apa mbak mengerti
yang saya maksud? Bagus.
Kemudian, berikan pujian jika Mbak bisa mengendalikannya dan mampu
mengontrol halusinasinya.
Kalau menurut mbak, mana yang lebih efektif untuk memutus halusinasinya
bapak? Mengapa demikian?
Baiklah, mbak bisa mempraktikkan juga.
Coba sekarang mbak ulangi lagi. Bagus.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana, apa mbak sekarang mulai bisa merawat Tn A sendiri?
b. Evaluasi objektif
Bagaimana, apa mbak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik.
c. Rencana tindak lanjut
Mbak juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain, sehingga nanti bisa
mempermudah dan dapat membantu. Terimakasih atas waktunya mbak.
d. Kontrak
Topik : Kira-kira, kapan kita bisa bertemu lagi?
Tempat : Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat
biasanya.
Waktu : Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi mbak, jam 09.00
Yaa mbak bertemu dengan teman saya.
55
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
DALAM KELUARGA
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi : klien bisa mengontrol halusinasi
2. Diagnosa : Halusinasi dengar
3. Tujuan : TUK 5 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk
mengendalikan halusinasnya.
4. Rencana tindakan keperawatan : SP 4 (keluarga)
a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP4)
b. Latih keluarga mengawasi meminum obat.
c. RTL keluarga
~ Follow up
~ Rujukan
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak, apa benar mbak keluarga dari Tn A? Perkenalkan nama saya
.... dan ini teman saya ... Mbak bisa panggil saya ..... Saya mahasiswa dari Stikes Bina
Sehat PPNI Mojokerto. Saya yang merawat Tn A. Kalau boleh tau nama mbak siapa?.
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana latihannya kemarin? Sudah dipraktikkan belum? Bagus.
c. Kontrak
Topik : Mbak, kita akan mengevaluasi yang sudah kita lakukan kemarin.
Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana kalau
ditempat ini saja.?
56
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?
2. Kerja
Mbak disini saya akan memperjelas terapi obat Tn A, agar anda dapat berperan
sebagai pengawas minum obat, ini yang warna orange namanya (CPZ) diminum 3kali
sehari pukul 7 pagi, pukul 1 siang dan pukul 7 malam gunanya untuk membuat
pikiran anda tenang. Ini yang warnanya putih namanya (THP) diminum tiga kali
sehari pada jam yang sama dengan obat yang warna orange pukul 7 pagi, pukul 1
siang, dan 7 malam gunannya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang warna
merah jambu ini (HP) diminum 3 kali sehari, waktunya sama, gunannya untuk
mengghilangkan suara-suara. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh
berhenti diminum, nanti konsultasinya dengan dokter, sebab kalau putus obat Tn A
akan mengalami kelambuhan dan akan sulit untuk mengembalikan keadaan semula.
Kalau obat habis anda dapat minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Anda juga
harus memastikan bahwa obat-obatan ini sudah diminum Tn A.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana, apa mbak sekarang mulai bisa mengawasi Tn A saat meminum obat?
b. Evaluasi objektif
Bagaimana, apa mbak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik.
c. Rencana tindak lanjut
Mbak juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain, sehingga nanti bisa
mempermudah dan dapat membantu. Ini pertemuan kita yang terakhir mbak
semoga tindakan apa saja yang kita lakukan dan kita jelaskan dapat bermanfaat
bagi kesembuhan Tn A, Terimakasih atas waktunya mbak.
57