Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN HALUSINASI

Dosen: Lilik Ma’rifatul Azizah, S.Kep, Ns. M. Kes

OLEH:

NAMA : UTARI DWI Z.A.Y

NIM : 201903017

PRODI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI

KABUPATEN MOJOKERTO

2020
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Halusinasi merupakan akibat adanya gangguan dalam proses berpikir dan orientasi
realitas. Individu tidak mampu membedakan rangsangan internal dan eksternal.
Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya suatu
rangsangan dari luar. Gangguan persepsi ini meliputi seluruh panca indra.

Disfungsi yang terjadi pada halusinasi menggambarkan hilangnya kemampuan


menilai realitas, klien hidup dalam dunianya sendiri dan merasa terganggu dalam
interaksi sosialnya sehingga menyebabkan gangguan berhubungan sosial, komunikasi
susah, dan kadang-kadang membahayakan diri klien, orang lain maupun lingkungan,
menunjukan bahwa klien memerlukan pendekatan asuhan keperawatan secara intensif
dan komprenhensif.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa definisi Halusinasi ?
2. Apa jenis Halusinasi ?
3. Bagaimana manifestasi klinis Halusinasi?
4. Bagaimana proses terjadinya Halusinasi?
5. Apa saja faktor penyebab Halusinasi?
6. Bagaiana tahapan proses Halusinasi?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi Halusinasi.
2. Untuk mengetahui jenis jenis Halusinasi.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis Halusinasi.
4. Untuk mengetahui proses terjadinya Halusinasi.
5. Untuk mengetahui faktor penyebab Halusinasi.
6. Untuk mengetahui tahapan proses Halusinasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Halusinasi


Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus)
misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada
sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001).

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs,
2002).

Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada
saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada
saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata
lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh
klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003).

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien


mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).

Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa
melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu
rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).

Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang tidak disertai dengan stimuli
eksternal yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang
pengalaman halusinasi .(Kaplan dan Saddock,1997)

Kesimpulannya bahwa halusinasi adalah perubahan persepsi sensori klien melalui


panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik.
1.4 Jenis Halusinasi
Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :
a.    Halusinasi pendengaran (auditori) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b.   Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c.    Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhirup bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d.   Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
e.    Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,
merasamengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f.    Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
g.   Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

1.5 Proses Terjadinya Masalah


Halusinasi dapat terjadi oleh karena berbagai faktor diantaranya gangguan mental,
menarik diri, dan interaksi social, sidrome putus obat, keracunan obat, gangguan afektif
dan gangguan tidur.
Halusinasi klien timbul karena perubahan hubungan sosial. Perkembangan sosial yang
tidak adekuat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar dan mempertahankan
komunikasi dengan orang lain. Akibatnya klien cenderung memisahkan diri dan hanya
terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Sehingga
timbulnya kesepian, isolasi sosial, hubungan yang dangkal dan tergantung (Haber, 1987).

1.5.1 Etiologi
a. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

1. Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon


neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:

a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang


lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

2. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan


kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:


kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

b. Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah


adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah
koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
c. Mekanisme Koping
o Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
o Proyeksi: menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
o Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal. (Stuart, 2007).
1.5.2 Rentang Respon Biologis
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dibawah ini merupakan rentang Respon
Neurobiologis dari respon adaptif sampai dengan respon Maladaptif.

Respon adaptif Respon maladaptif

Berdasarkan Gambar 1.1 diatas menurut Stuart dan Sundeen (1998)

A. Respon Adaptif
1) Pikiran logis
Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.
2) Persepsi akurat
Pandangan dari seseorang tentang sesuatu peristiwa secara cermat
3) Emosi konsisten dengan pengalaman
Kemantapan perasaan jiwa dengan peristiwa yang pernah dialami.
4) Perilaku sesuai
Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut
diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan
normal
5) Hubungan sosial
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan ditengah-tengah
masyarakat.
B. Respon Transisi
1) Pikiran kadang menyimpang
Kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil kesimpulan.
2) Ilusi
Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.
3) Reaksi emosional berlebihan atau kurang
Emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.
4) Perilaku ganjil atau tidak lazim.
Perilaku aneh yang tidak enak dipandang,membingungkan,kesukaran
mengelola dan tidak kenal orang lain.
5) Menarik diri
Perilaku menghindar dari orang lain.
C. Respon Maladaptif
1) Delusi
Keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentengan dengan realita sosial.
2) Halusinasi
Persepsi yang salah tanpa adanya rangsangan.
3) Ketidakmampuan mengalami emosi
Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami
kesenangan,kebahagiaan,keakraban,dan kedekatan.
4) Ketidakteraturan
Ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.
5) Isolasi Sosial
Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain menyatakan
sikap yang negatif dan mengancam.

1.5.3 Pathway

Faktor Faktor
Faktor
Sosial
Biologis Psikologis
Budaya

Gangguan Respon Kemiskinan,


Perkembangan Psikologis Konflik,
Otak Isolasi, Stres

Gangguan Penolakan,
Tumbuh Kekerasan
Kembang Perilaku Biologis Lingkungan

Faktor Faktor
Predisposisi Presipitasi

TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 TAHAP 4


Klien senang Menyalahkan Halusinasi
kecemasan
rasa nyaman menguasai

Ansietas Ansietas Ansietas Ansietas


Sedang Berat Berat Panik

Mengontrol klien Berlangsung


Kesepian, Antipati
Ketakutan, jam / hari
Pengalaman
Bersalah
sensorik tidak
Tertawa Pengalaman ditolak lagi Resiko tinggi
sendiri, sensorik, karakteristiknya bunuh diri
menggeramkan menarik diri
mata

HALUSINASI
1. Skizofrenia
2. Psikosa Gangguan / Perubahan
3. Sindroma Otak Persepsi Sensori
4. Epilepsi

Respon Neurobiologik
Maladaptif

Gangguan Proses Gangguan Persepsi MK : Bunuh Diri


Pikir

Emosi
MK : Waham

MK : Perilaku Koping Menurun


Kekerasan
Merasa Terancam

Menarik Diri

MK : Isolasi Sosial
1.5.4 Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999) :

1. Tahap 1 : halusinasi bersifat menyenangkan

Gejala klinis :

a. Menyeringai/ tertawa tidak sesuai


b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

2. Tahap 2 : halusinasi bersifat menjijikkan

Gejala klinis :

a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata.

3. Tahap 3 : halusinasi yang bersifat mengendalikan

Gejala klinis :

a. Cenderung mengikuti halusinasi


b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk)

4. Tahap 4 : halusinasi bersifat menaklukkan

Gejala klinis :

a. Pasien mengikuti halusinasi


b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah
sebagai berikut:

1. Bicara sendiri.
2. Senyum sendiri.
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Pergerakan mata yang cepat
6. Respon verbal yang lambat.
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Agitasi dan kataton.
20. Curiga dan bermusuhan.
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22. Ketakutan.
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

1.6 Tahapan Proses Halusinasi


1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.
Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan
untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara.
Klien masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun
intensitas persepsi meningkat.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang
asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal
menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan
yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak
mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya
dan tidak bisa membedakan dengan realitas.
3. Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa
dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai
dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor
dan tidak mampu mematuhi perintah.
4. Fase Keempat / conquering / panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia
yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini
menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap
perintah kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
1.7 Proses Keperawatan
1.7.1 Pengkajian Klien Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar
utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pengkajian kesehatan jiwa dapat
dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap
stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat, 2005).

1.7.2 Data Fokus


Data Subjektif : Klien dengan halusinasi mengatakan bahwa klien melihat sesuatu,
mendengar sesuatu, mencium, merasakan rasa (nyeri atau tidak enak), merasakan
fungsi tubuh, merasa bergerak.

Data Objektif : bisa dilihat berdasarkan fase.

Fase 1 :

a. Menyeringai/ tertawa tidak sesuai


b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

Fase 2 :

a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata.

Fase 3 :

a. Cenderung mengikuti halusinasi


b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk)

Fase 4 :
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

1.7.3 Pohon Masalah

1.1.1 Resiko mencederai


diri sendiri, orang (EFEK)

lain dan
lingkungan

Gangguan sensori-
perseptual: (CORE PROBLEM)

Halusinasi pendengaran

Interaksi sosial,
kerusakan:
(CAUSA)
Menarik diri

Proses Gangguan
(CAUSA)
pemisahan Harga Diri :
memanjang
Harga Diri
Rendah
Orang tua /
Koping Gangguan
orang yang
keluarga citra tubuh
berarti
tidak efektif
meninggal
1.7.4 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul :
 Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
 Perubahan sensori perseptual : halusinasi.
 Isolasi sosial : menarik diri
1.7.5 Intervensi / Nursing Care Plan (NCP)
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN

Perencanaan
Tgl Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi
Resiko mencederai diri Tujuan Umum:
sendiri, orang lain, dan Klien tidak
lingkungan berhubungan mencederai diri
dengan halusinasi dengar sendiri/orang
lain/lingkungan

Tujuan Khusus Klien mampu membina 1. Bina hubungan saling Hubungan saling
1: hubungan saling percaya percaya dengan prinsip percaya merupakan
Klien dapat dengan perawat dengan komunikasi terapeutik: langkah awal
membina kriteria hasil: a. Sapa klien dengan menentukan
hubungan saling - Membalas sapaan ramah baik verbal keberhasilan rencana
percaya dengan perawat maupun non verbal selanjutnya.
perawat - Ekspresi wajah b. Perkenalkan diri
bersahabat & senang dengan sopan
- Ada kontak mata c. Tanyakan nama
- Mau berjabat tangan lengkap klien dan
- Mau menyebutkan nama panggilan
nama kesukaan klien
- Klien mau duduk d. Jelaskan maksud dan
berdampingan dengan tujuan interaksi
perawat e. Berikan perhatian
- Klien mau pada klien, perhatikan Untuk mengurangi
mengutarakan masalah kebutuhan dasarnya kontak klien dengan
yang dihadapi 2. Beri kesempatan klien halusinasinya dengan
mengungkapkan mengenal halusinasi
perasaannya akan membantu
3. Dengarkan ungkapan mengurangi dan
klien dengan empati menghilangkan
halusinasi
Tujuan Khusus Klien mampu mengenali 1. Adakan kontak Mengetahui apakah
2: halusinasinya dengan sering dan singkat secara halusinasi datang dan
Klien dapat kriteria hasil : bertahap menentukan tindakan
mengenali - Klien dapat 2. Tanyakan apa yang yang tepat atas
halusinasi menyebutkan waktu, didengar dari halusinasinya
timbulnya halusinasi halusinasinya
- Klien dapat 3. Tanyakan kapan
mengidentifikasi kapan halusinasinya datang
frekuensi situasi saat 4. Tanyakan isi
terjadi halusinasi halusinasinya
- Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya saat
muncul halusinasi
5. Bantu klien
mengenal halusinasinya
- Jika menemukan klien
sedang halusinasi,
tanyakan apakah ada
yang didengar
- Jika klien menjawab
ada, lanjutkan apa
yang dikatakan
- Katakan bahwa
perawat percaya klien
mendengar suara itu,
namun perawat sendiri
tidak mendengarnya
(dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi).
6. Diskusikan dengan Menentukan
klien : tindakan yang sesuai
- Situasi yang bagi klien untuk
menimbulkan atau mengontrol
tidak menimbulkan halusinasi.
halusinasi
- Waktu, frekuensi
terjadinya halusinasi
(pagi, siang, sore, dan
malam atau jika
sendiri, jengkel atau
sedih)
7. Diskusikan dengan
klien apa yang dirasakan
jika terjadi halusinasi
(marah/takut, sedih,
senang) beri kesempatan
mengungkapkan
perasaan.
Tujuan khusus 3 Klien dapat 1. Identifikasi bersama Membantu klien
: mengidentifikasi tindakan klien tindakan yang biasa menentukan cara
Klien dapat yang dilakukan untuk dilakukan bila terjadi mengontrol
mengontrol mengendalikan halusinasi halusinasi.
halusinasinya halusinasinya. 2. Diskusikan manfaat
dan cara yang digunakan Periode
klien, jika bermanfaat berlangsungnya
beri pujian. halusinasinya :
Klien dapat menunjukkan 3. Diskusikan cara 1. Memberi
cara baru untuk baik memutus atau support
mengontrol halusinasi. mengontrol timbulnya kepada klien
halusinasi 2. Menambah
- Katakan “saya tidak pengetahuan
mau dengar kamu” klien untuk
(pada saat halusinasi melakukan
terjadi) tindakan
- Temui orang lain pencegahan
(perawat atau teman halusinasi.
atau anggota keluarga) Membantu klien
untuk bercakap-cakap untuk beradaptasi
atau mengatakan dengan cara
halusinasi yang alternatif yang ada
didengar.
- Membuat jadwal Memberi motivasi
kegiatan sehari-hari agar cara diulang
- Meminta keluarga atau
teman atau perawat
menyapa klien jika
tampak berbicara
sendiri, melamun atau
kegiatan yang tidak
terkontrol
4. Bantu klien memilih
dan melatih cara
memutus halusinasi
secara bertahap
5. Beri kesempatan
untuk melakukan cara
yang dilatih. Evaluasi
hasilnya dan beri pujian
jika berhasil.
6. Anjurkan klien
mengikuti terapi aktivitas
kelompok, jenis orientasi
realita atau stimulasi
persepsi.
Tujuan khusus 4 Klien dapat memilih cara 1. Anjurkan klien Partisipasi klien
: mengatasi halusinasi. untuk memberi tahu dalam kegiatan
Klien dapat keluarga jika mengalami tersebut membantu
dukungan dari Klien melaksanakan cara halusinasi klien beraktivitas
keluarga dalam yang telah dipilih 2. Diskusikan dengan sehingga halusinasi
mengontrol memutus halusinasinya. keluarga (pada saat tidak muncul
halusinasinya. keluarga berkunjung atau
Klien dalam mengikuti kunjungan rumah) Keluarga merupakan
terapi aktivitas kelompok. 3. Diskusikan dengan orang terdekat yang
keluarga dan klien bisa membantu klien
tentang jenis, dosis, meningkatkan
frekuensi dan manfaat pengetahuan
obat. keluarga dan cara
4. Pastikan klien merawat klien
minum obat sesuai halusinasi.
dengan program dokter.
Tujuan khusus 5 Keluarga dapat membina 1. Anjurkan klien Meningkatkan
: hubungan saling percaya bicara dengan pengetahuan
Klien dapat dengan perawat dokter tentang keluarga tentang
menggunakan manfaat dan efek obat.
obat dengan benar Keluarga dapat samping obat yang
untuk menyebutkan pengertian, dirasakan Membantu
mengendalikan tanda dan tindakan untuk 2. Diskusikan akibat mempercepat
halusinasinya mengalihkan halusinasi berhenti minum penyembuhan dan
obat tanpa memastikan obat
konsultasi sudah diminum klien
3. Bantu klien
menggunakan obat
dengan prinsip 5
benar.
Klien dan keluarga dapat Meningkatkan
menyebutkan manfaat, pengetahuan tentang
dosis dan efek samping manfaat dan efek
obat samping obat
Klien minum obat secara
teratur.
Klien dapat informasi Mengetahui reaksi
tentang manfaat dan efek setelah minum obat
samping obat. Ketepatan prinsip 5
Klien dapat memahami benar minum obat
akibat berhenti minum membantu
obat tanpa konsultasi penyembuhan dan
Klien dapat menyebutkan menghindari
prinsip 5 benar kesalahan minum
penggunaan obat. obat serta membantu
tercapainya standar.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Bapak A, umur 44 th, duda, mempunyai satu anak perempuan berumur 16 th.
Klien sudah 3 tahun di tinggal istrinya meninggal dunia. Hingga saat ini, klien belum
menikah lagi. Klien beragama islam, pendidikan tamat S1. Saat ini klien tidak bekerja
karena dipecat dari tempat klien bekerja 2 bulan yang lalu. Klien tinggal di rumah
hanya dengan anak perempuannya. Orang yang terdekat dengan klien adalah orang
tua (ibu), namun ibu klien telah meninggal 1 tahun yang lalu. Klien dirawat d RS
untuk pertama kalinya dengan alasan sering berbicara sendiri, mondar-mandir, sering
gemetar, dan tidak bisa sering menyendiri duduk di pojok.

Klien mengatakan sering mendengar suara istri dan ibunya yang mengajak
klien untuk ikut bersama mereka. Saat dikaji, klien sering mengalihkan pandangan,
ekspresi wajahnya tegang, sering melamun dan sering gemetar.

2.1 PROSES KEPERAWATAN


2.1.1 PENGKAJIAN
I. Identitas Klien

Nama : Bpk.A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 44 tahun

II. Alasan Masuk : Klien sering melamun dan duduk menyendiri di pojok

III. Predisposisi : Klien ditinggal istri dan ibunya meninggal

Masalah Keperawatan : Berduka Antisipasi

IV. Pemeriksaan Fisik :

TTV : TD = 140/90 mmHg, N = 100x/menit, S = 36,5°C, RR = 22x/menit

BB = 60 kg, TB = 175 cm

Keluhan Fisik : tidak ada


V. Psikososial

1. Genogram :

Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
= Tinggal serumah
X = Meninggal
Klien tinggal bersama anaknya di rumahnya sendiri. Klien merupakan anak
ketiga dari 4 bersaudara. Semenjak kecil, klien diasuh dengan didikan keras
oleh ayahnya sehingga pengambil keputusan adalah ayah klien. Namun, klien
disayang oleh ibunya sehingga klien lebih dekat dengan ibunya. Sedangkan dua
saudara tertuanya lebih dekat dengan ayah klien, dan adik klien lebih dekat
dengan ibu klien. Pola komunikasi yang dibangun oleh orang tua klien kurang
begitu baik, terlihat klien terdiam saat bertemu dengan ayahnya. Setelah
menikah, klien masih dekat dengan ibunya. Pola komunikasi dengan
keluarganya baik, setiap ada masalah selalu didiskusikan dengan istri dan
anaknya. Pengambil keputusan di kelurga adalah klien dengan pertimbangan
dari istrinya.
Masalah Keperawatan : Koping Keluarga Tidak Efektif : Ketidakmampuan
2. Konsep Diri :

 Citra tubuh :
Klien tidak dapat menerima potensi dirinya serta fungsinya sebagai kepala
keluarga.
 Ideal diri :
Klien mempersepsikan bahwa dirinya tidak bisa menjaga orang-orang
terdekatnya.
 Harga diri :
Klien merasa tidak berguna untuk melakukan apapun untuk istri dan ibunya
 Penampilan peran :
Klien saat ini tidak bekerja.
 Identitas diri :
Klien merasa sebagai laki-laki klien tidak bisa bertanggung jawab dengan
perannya sebagai kepala keluarga.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan sosial :

a. Orang yang berarti : Orang yang berarti bagi klien adalah ibunya. Saat
menikah, klien tidak dapat mengeksplorasikan perasaannya, setiap kali
ada masalah klien tidak punya teman untuk mengadu, bicara, minta
bantuan dan tidak ada dukungan baik dari keluarganya baik berupa
materi ataupun non materi.
b. Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat : Dulu sebelum ibu dan
istrinya meninggal klien sering mengikuti kegiatan kemasyarakatan. 1
tahun terakhir, klien tidak mengikuti kegiatan masyarakat dan lebih
banyak berdiam diri.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Namun semenjak ibu
dan istrinya meninggal, klien tidak pernah mengikuti kegiatan
kemasyarakatan tersebut, klien juga lebih banyak berdiam diri di rumah,
dan tidak mengurus dirinya. Hal ini karena klien merasa tidak berguna
bagi keluarga dan masyarakat setelah orang terdekatnya meninggal.

Masalah Keperawatan : Isolasi sosial


4. Spiritual :
Klien beragama islam, dalam norma budaya dan pandangan masyarakat
setempat tentang gangguan jiwa adalah suatu yang membahayakan baik untuk
penderita maupun orang lain.
VI. Status Mental

1. Penampilan :
Rambut tidak di sisir dan kotor, janggut dan kumis tidak terawat, kuku panjang
dan hitam, baju kotor.
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

2. Pembicaraan :

Klien selalu berbicara keras dan inkoheren.


Masalah Keperawatan : Kerusakan Komunikasi

3. Psikomotorik :

Klien tampak tegang, gelisah, berjalan mondra-mandir dan isyarat tubuh yang
tidak wajar.
Masalah Keperawatan : Resiko tinggi cedera

4. Afek dan emosi :

Klien tampak ketakutan, putus asa, sedih, khawatir, cemas, dan labil
Masalah Keperawatan : Kerusakan interaksi sosial

5. Interaksi selama wawancara :

Keadaan yang ditampilkan klien saat wawancara seperti tidak kooperatif, kontak
mata kurang dan curiga.
Masalah Keperawatan :Kerusakan Komunikasi

6. Persepsi-Sensori :

Jenis Halusinasi : Halusinasi Pendengaran


Isi Halusinasi : Mengajak klien untuk ikut bersama ibu dan istrinya
Frekuensi : lebih dari 4 kali dalam sehari
Waktu : Lebih sering pada malam hari menjelang tidur
Respon : Klien tampak ketakutan saat halusinasi datang
Masalah Keperawatan : Perubahan persepsi sensori pendengaran
7. Proses Pikir :

Inkoheren, klien merasa takut apabila suara itu datang.


Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir

8. Tingkat Kesadaran :

Orientasi klien terhadap orang, waktu dan tempat tidak sesuai.


Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir

9. Memori :

Klien masih dapat mengingat kejadian di jangka panjang, pendek/ sesaat tapi
klien tertutup dan tidak mudah untuk mengeksplorasikannya.
Masalah Keperawatan : Perubahan Proses Pikir
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung :
Tingkat konsentrasi klien mudah beralih dari satu objek ke objek lainnya. Klien
selalu menatap penuh kecemasan dan rasa curiga.
Masalah Keperawatan : Gangguan ringan

11. Kemampuan penilaian/ mengambil keputusan :

Klien tidak dapat mengambil keputusan meskipun secara sederhana, dan


mendapat bantuan orang lain.
Masalah Keperawatan : Gangguan pengambilan keputusan
12. Daya Tilik Diri :
Klien merasa bahwa lingkungan dan orang-orang di sekitarnya yang membuat
dirinya sakit.
Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir

VII. Kebutuhan Perencanaan Pulang


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Klien mampu memenuhi makanan, keamanan, transportasi, tempat tinggal,
namun tidak mampu memenuhi perawataan kesehatan dan ekonomi
Masalah Keperawatan : Perubahan Pemeliharaan Kesehatan
2. Kegiatan Hidup Sehari-hari
a. Perawatan Diri :
Kegiatan Mandi, Kebersihan dengan bantuan total.
Makan, BAB dan BAK juga ganti pakaian dengan bantuan minimal.
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
b. Nutrisi
Klien puas dengan pola makannya, makan bersama dengan kelompok,
makan hanya 2x, namun nafsu makannya menurun, BB sekarang 60kg,
BB terendah 58kg, BB tertinggi = 65kg
Masalah Keperawatan : Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Tidur
Klien ada masalah dengan tidur, klien tidak merasa segar setelah bangun,
tidak terbiasa tidur siang, klien tidak menggunakan obat tidur, jam tidur
malam klien jam 23.00WIB bangun jam 03.00 WIB rata-rata tidur 4-5
jam.
Masalah Keperawatan : Gangguan Pola Tidur
3. Kemampuan Klien dalam Hal-hal berikut ini
Klien tidak mengantisipasi kehidupannya sehari-hari dan tidak mampu
mrngambil keputusan berdasarkan keinginannya sendiri.
Masalah Keperawatan : Konflik pengambilan keputusan
4. Klien memiliki sistem pendukung
Klien memiliki keluarga, teman sejawat dan kelompok sosial.
5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi?
Ya, klien menikmati
VIII. Mekanisme Koping
Maladaptif : klien menarik diri, tidak mau bicara dan memendam masalahnya
sendiri
Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif (defensif)
IX. Masalah Psikososial
Klien memiliki masalah dengan dukungan keluarga, pekerjaan, peran dan
ekonomi keluarga.
Masalah Keperawatan : Gangguan Harga Diri
X. Pengetahuan Kurang Tentang
Klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan koping
Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan tentang koping
XI. Aspek Medis
Terapi Medik : Anti Ansietas 2x1
Masalah Keperawatan : efek terapi ansietas
XII. Analisa Data

DATA PROBLEM
DS : Isolasi Sosial
Klien mengatakan bahwa ia hidup
sendiri.
DO:
Klien sering duduk menyendiri di
pojok

DS : Gangguan sensori-perseptual:
Klien mengatakan bahwa ia sering halusinasi pendengaran
mendengar suara istri dan ibunya
yang telah meninggal
DO:
Klien sering berbicara sendiri

XIII. Daftar Masalah Keperawatan


1. Berduka Antisipasi
2. Koping Keluarga Tidak Efektif : Ketidakmampuan
3. Harga Diri Rendah
4. Isolasi sosial
5. Defisit Perawatan Diri
6. Kerusakan Komunikasi
7. Resiko tinggi cedera
8. Kerusakan interaksi sosial
9. Perubahan persepsi sensori pendengaran
10. Perubahan proses pikir
11. Gangguan ringan
12. Gangguan pengambilan keputusan
13. Perubahan Pemeliharaan Kesehatan
14. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
15. Gangguan Pola Tidur
16. Konflik pengambilan keputusan
17. Koping individu tidak efektif (defensif)
18. Gangguan Harga Diri
19. Kurang pengetahuan tentang koping
20. Efek terapi ansietas

XIV. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri


sendiri, orang lain dan
(EFEK)
lingkungan

Gangguan sensori-
perseptual:
(CORE PROBLEM)
Halusinasi pendengaran

Isolasi Sosial (CAUSA)

Proses
pemisahan (CAUSA)

memanjang

XV. Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Isolasi Sosial
2. Perubahan Persepsi Sensori Pendengaran : Halusinasi

2.2 INTERVENSI
Diagnosa Perencanaan
Tg
Keperawat Kriteria Intervensi Rasional
l Tujuan
an Evaluasi
Resiko Tujuan
mencederai Umum:
diri sendiri, Klien tidak
orang lain, mencederai
dan diri
lingkungan sendiri/oran
berhubunga g
n dengan lain/lingkun
halusinasi gan
dengar
Tujuan Klien mampu 4. Bina hubungan Hubungan saling
Khusus 1: membina saling percaya percaya
Klien dapat hubungan dengan prinsip merupakan
membina saling komunikasi langkah awal
hubungan percaya terapeutik: menentukan
saling dengan f. Sapa klien keberhasilan
percaya perawat dengan rencana
dengan dengan ramah baik selanjutnya.
perawat kriteria hasil: verbal
- Membalas maupun non
sapaan verbal
perawat g. Perkenalkan
- Ekspresi diri dengan
wajah sopan
bersahaba h. Tanyakan
t & nama
senang lengkap klien
- Ada dan nama Untuk mengurangi
kontak panggilan kontak klien
mata kesukaan dengan
- Mau klien halusinasinya
berjabat i. Jelaskan dengan mengenal
tangan maksud dan halusinasi akan
- Mau tujuan membantu
menyebut interaksi mengurangi dan
kan nama j. Berikan menghilangkan
- Klien mau perhatian halusinasi
duduk pada klien,
berdampi perhatikan
ngan kebutuhan
dengan dasarnya
perawat 5. Beri kesempatan
- Klien mau klien
mengutara mengungkapkan
kan perasaannya
masalah 6. Dengarkan
yang ungkapan klien
dihadapi dengan empati
Tujuan Klien mampu 8. Adakan Mengetahui
Khusus 2: mengenali kontak sering apakah halusinasi
Klien dapat halusinasinya dan singkat datang dan
mengenali dengan secara bertahap menentukan
halusinasi kriteria 9. Tanyakan tindakan yang
hasil : apa yang tepat atas
- Klien didengar dari halusinasinya
dapat halusinasinya
menyebut 10. Tanyakan
kan kapan
waktu, halusinasinya
timbulnya datang
halusinasi 11. Tanyakan
- Klien isi halusinasinya
dapat
mengiden
tifikasi
kapan
frekuensi
situasi
saat
terjadi
halusinasi
- Klien
dapat
mengung
kapkan
perasaann
ya saat
muncul
halusinasi
12. Bantu klien
mengenal
halusinasinya
- Jika
menemukan
klien sedang
halusinasi,
tanyakan
apakah ada
yang didengar
- Jika klien
menjawab
ada, lanjutkan
apa yang
dikatakan
- Katakan
bahwa
perawat
percaya klien
mendengar
suara itu,
namun
perawat
sendiri tidak
mendengarny
a (dengan
nada
bersahabat
tanpa
menuduh atau
menghakimi).
13. Diskusikan Menentukan
dengan klien : tindakan yang
- Situasi yang sesuai bagi klien
menimbulkan untuk mengontrol
atau tidak halusinasi.
menimbulkan
halusinasi
- Waktu,
frekuensi
terjadinya
halusinasi
(pagi, siang,
sore, dan
malam atau
jika sendiri,
jengkel atau
sedih)
14. Diskusikan
dengan klien apa
yang dirasakan
jika terjadi
halusinasi
(marah/takut,
sedih, senang)
beri kesempatan
mengungkapkan
perasaan.
Tujuan Klien dapat 7. Identifikasi Membantu klien
khusus 3 : mengidentifi bersama klien menentukan cara
Klien dapat kasi tindakan tindakan yang mengontrol
mengontrol yang biasa dilakukan halusinasi.
halusinasiny dilakukan bila terjadi
a untuk halusinasi Periode
mengendalik 8. Diskusikan berlangsungnya
an manfaat dan cara halusinasinya :
halusinasinya yang digunakan 3. Memberi
. klien, jika support
bermanfaat beri kepada
pujian. klien
Klien dapat 9. Diskusikan 4. Menambah
menunjukkan cara baik pengetahua
cara baru memutus atau n klien
untuk mengontrol untuk
mengontrol timbulnya melakukan
halusinasi. halusinasi tindakan
- Katakan “saya pencegahan
tidak mau halusinasi.
dengar kamu” Membantu klien
(pada saat untuk beradaptasi
halusinasi dengan cara
terjadi) alternatif yang ada
- Temui orang
lain (perawat Memberi motivasi
atau teman atau agar cara diulang
anggota
keluarga) untuk
bercakap-cakap
atau
mengatakan
halusinasi yang
didengar.
- Membuat
jadwal kegiatan
sehari-hari
- Meminta
keluarga atau
teman atau
perawat
menyapa klien
jika tampak
berbicara
sendiri,
melamun atau
kegiatan yang
tidak terkontrol
10. Bantu klien
memilih dan
melatih cara
memutus
halusinasi secara
bertahap
11. Beri
kesempatan
untuk melakukan
cara yang dilatih.
Evaluasi
hasilnya dan beri
pujian jika
berhasil.
12. Anjurkan
klien mengikuti
terapi aktivitas
kelompok, jenis
orientasi realita
atau stimulasi
persepsi.
Tujuan Klien dapat 5. Anjurkan Partisipasi klien
khusus 4 : memilih cara klien untuk dalam kegiatan
Klien dapat mengatasi memberi tahu tersebut membantu
dukungan halusinasi. keluarga jika klien beraktivitas
dari mengalami sehingga
keluarga Klien halusinasi halusinasi tidak
dalam melaksanaka 6. Diskusikan muncul
mengontrol n cara yang dengan keluarga
halusinasiny telah dipilih (pada saat Keluarga
a. memutus keluarga merupakan orang
halusinasinya berkunjung atau terdekat yang bisa
. kunjungan membantu klien
rumah) meningkatkan
Klien dalam 7. Diskusikan pengetahuan
mengikuti dengan keluarga keluarga dan cara
terapi dan klien tentang merawat klien
aktivitas jenis, dosis, halusinasi.
kelompok. frekuensi dan
manfaat obat.
8. Pastikan
klien minum
obat sesuai
dengan program
dokter.
Tujuan Keluarga 4. Anjurkan Meningkatkan
khusus 5 : dapat klien bicara pengetahuan
Klien dapat membina dengan keluarga tentang
menggunaka hubungan dokter obat.
n obat saling tentang
dengan percaya manfaat Membantu
benar untuk dengan dan efek mempercepat
mengendali perawat samping penyembuhan dan
kan obat yang memastikan obat
halusinasiny Keluarga dirasakan sudah diminum
a dapat 5. Diskusikan klien
menyebutkan akibat
pengertian, berhenti
tanda dan minum
tindakan obat tanpa
untuk konsultasi
mengalihkan 6. Bantu klien
halusinasi menggunak
an obat
dengan
prinsip 5
benar.
Klien dan Meningkatkan
keluarga pengetahuan
dapat tentang manfaat
menyebutkan dan efek samping
manfaat, obat
dosis dan
efek samping
obat
Klien minum
obat secara
teratur.
Klien dapat Mengetahui reaksi
informasi setelah minum
tentang obat
manfaat dan Ketepatan prinsip
efek samping 5 benar minum
obat. obat membantu
Klien dapat penyembuhan dan
memahami menghindari
akibat kesalahan minum
berhenti obat serta
minum obat membantu
tanpa tercapainya
konsultasi standar.
Klien dapat
menyebutkan
prinsip 5
benar
penggunaan
obat.

2.3 TERAPI MODALITAS YANG SESUAI DENGAN KASUS


 Terapi Individu : Terapi individu untuk membangun rasa percaya antara
perawat dan klien.
 Terapi Kognitif : Terapi kognitif digunakan untuk mengubah pola pikir klien
bahwa klien masih bisa mengungkapkan masalahnya dengan keluarganya
yang lain
 Terapi Keluarga : Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi keluarga.
Dalam kasus halusinasi ini, pasien memerlukan dukungan keluarga dalam
mengontrol halusinasi.
 Terapi Kelompok : Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri,
hubungan intrapersonal, dan mengubah perilaku maladaptif pada klien
sehingga bisa berinteraksi dengan kelompok serta masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University
Press.
Townsend, Mary. C. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of Care.
Edisi 3. Philadelphia: F. A. Davis Company
Stuart dan Laraia. (2007). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St. Louis:
Mosby Year Book.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


PADA TN “A” DENGAN MASALAH
HALUSINASI DENGAR
Nama Perawat : ....... Tanggal : Juni 2020

Pertemuan : Ke-1 Jam : 07.30 WIB


A. PROSES KEPERAWATAN

Kondisi : Klien juga mengatakan bahwa ia sering mendengar suara-suara yang ingin
mengajaknya. Suara-suara itu membuat klien takut.

Diagnosa : Halusinasi dengar

TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

2.Klien dapat mengenali halusinasinya.

3.Klien dapat mengontrol halusinasinya.

Rencana Tindakan Keperawatan : SP 1 (pasien)

a. BHSP.
b. Mengenal halusinasi.
c. Melatih mengontrol halusinasi dengan: menghardik.
d. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
B.STRATEGI KOMUNIKASI

1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya .... Bapak bisa panggil saya ..... Saya
mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya praktik di sini selama
satu minggu. Kalau boleh tau, nama bapak siapa ? Bapak senang dipanggil apa?.

b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak pagi ini? Bagaimana ceritanya sampai bapak dibawa
kesini?

c. Kontrak
- Topik
pak, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tantang perasaan yang sudah bapak
alami selama ini?

- Tempat
bapak maunya kita ngobrol dimana ? Bagaimana kalau di halaman saja pak?

- Waktu
Mau berapa lama kita bercakap-cakapnya pak? Bagaimana kalau 15 menit?

2. Kerja

 Apa yang menyebabkan pak di bawa kemari?


 Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara
itu?
 Apakah terus – menerus terdengar atau sewaktu – waktu? Kapan suara tersebut
yang paling sering bapak dengar? pada keadaan apa suara terdengar? Apakah pada
waktu sendiri?
 Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu ?
 Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara –
suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara – cara untuk mencegah suara –
suara itu muncul.
 bapak, ada empat cara untuk mencegah suara – suara itu muncul, pertama dengan
cara menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap – cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Dan yang keempat
minum obat dengan teratur.
 Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.
 Caranya pak ya… saat suara – suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi
kamu tidak nyata, pergi jangan ganggu saya, stop jangan ganggu saya. Begitu
diulang – ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah
begitu, bagus…! Coba lagi! Ya bagus, bapak sudah dapat.

3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi ? kalau suara – suara itu
muncul lagi, silahkan coba cara tersebut!

b. Evaluasi objektif
Nah, sekarang coba bapak ulangi sekali lagi?

4. Rencana Tindak Lanjut


Bagaimana, apakah bapak ingin berlatih lagi cara mengontrol halusinasi dengan cara
yang lain?

5. Kontrak
- Topik
Besok kita akan bertemu lagi untuk belajar cara mengontrol halusinasi dengan
cara yang lain? bapak tidak keberatan kan?

kalau begitu kita tulis jadwalnya disini ya pak/

- Tempat
Dimana besok kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat yang
sama?

- Waktu
Enaknya kita besok bertemu jam berapa? Bagaimana kalau jam 09.00 saja?
Baiklah. Terimakasih pak, sampai jumpa besok dengan saya!

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Nama : ....... Tanggal : Juni 2020

Pertemuan : ke 2 Jam : 09.00


A. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi : Klien mengatakan mendengar suara-suara yang ingin membunuh dirinya.
Diagnosa : halusinasi dengar
TUK : 3. klien dapat mengontrol halusinasinya
Rencana tindakan keperawatan : SP 2
 Evaluasi kegiatan yang lalu
 Melatih berbicara dengan orang lain saat halusinasi muncul
 Masukkan jadwal
B.STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi pak, bapak masih ingat dengan saya kan ?

b. Evaluasi Validasi
- Bagaimana perasaan bapak pagi ini, kemarin malam tidurnya nyenyak?
baiklah
- Apa saja kegiatan yang sudah dilakukan? bagus sekali

c. Kontrak
Selamat pagi pak . Bagaimana perasaan bapak hari ini ? apakah suara-suara itu
masih muncul ? apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih ?
berkurangnya suara-suaranya ? Bagus ! Sesuai janji kita tadi, saya akan latih
cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau dimana ? di sisni saja ?

2. Kerja
Cara kedua untuk mencegah atau mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi, kalau bapak mulai mendengar suara-
suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol
dengan bapak. Contohnya begini.. . tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo
ngobrol dengan saya ! atau kalau ada orang dirumah misalnya, kakak, mbak,
katakan, kak, ayo ngobrol dengan bapak, bapak sedang dengar suara-suara. Begitu
mas. coba bapak lakukan seperti yang tadi saya lakukan. Ya, begitu bagus ! coba
sekali lagi ! bagus ! nah, latih terus ya, pak!
3. Terminasi

a. Evaluasi Subjektif
Baiklah waktunya sudah habis pak, bagaimana perasaan bapak setelah kita
latihan tadi?
b. Evaluasi Objektif
Jadi kegiatan yang mana yang sering mas lakukan? bagus sekali, coba ulangi
kegiatan itu pak. iya benar bagus sekali

c.Rencana Tindak Lanjut

Selanjutnya bapak bisa mengisi waktu luang bapak dengan hal-hal yang positif
ya pak !
d. Kontrak
Selanjutnya besok pada jam 09.00. kita akan belajar mengontrol halusinasi
dengan cara yang lain ya pak nanti anda bertemu dengan saya.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Nama : .......... Tgl : Juni 2020

Pertemuan : ke 3 Waktu : 09.00


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi : Klien terkadang masih mendengar suara-suara yang ingin mengajak
dirinya.
2. Diagnosa : Halusinasi dengar
3. Tujuan : TUK : 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Rencana Tindakan Keperawatan
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1&2)
- Melatih kegiatan agar halusinasi tidak muncul
- Masukkan jadwal

B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi bapak ….. masih ingat dengan saya kan pak ??
b. Evaluasi/Validasi
 Bagaimana perasaan bapak pagi ini?
 Apakah kegiatan yang kita latih kemarin sudah dilakukan? bagus sekali
 Coba kita lihat jadwalnya, kita beri tanda ya pak, bahwa anda telah
melakukan kegiatan ini. Hebat dong pak.
c. Kontrak
 Topik : Nah, sekarang kita akan latihan lagi agar halusinasi tidak
muncul kembali.
 Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di tempat
yang kemarin lagi.
 Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?
2. Fase Kerja
 Nah, kegiatan kemarin sudah dicoba, dan hasilnya bagus sekali.
 Sekarang, mari kita praktikan lagi. Ikuti kita ya pak, dan nanti bapak
mencobanya sendiri.
 Nah, sekarang bapak mencoba melakukan sendiri ya sambil kita bantu. Bagus
sekali.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
 Bagaimana perasaan bapak setelah mencobanya sendiri. Ya bagus sekali
b. Evaluasi Objektif
 Jadi, sewaktu-waktu halusinasi muncul melakukan kegiatan yang sudah
kita ajarkan ya pak.
 Coba ulangi kegiatan yang sudah kita ajarkan? Iya bagus.
c. Rencana Tindak Lanjut
 Kegiatan yang barusan kita latih, tolong bapak lakukan secara teratur ya
pak.
 Kita masukkan jadwal kegiatan harian ya pak.
d. Kontrak
 Topik : Nah, sudah 3 kegiatan yang kita lakukan. Bagaimana kalau di
pertemuan berikutnya kita melatih bagaimana cara
menggunakan obat dengan benar?
 Tempat :Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat biasanya.
 Waktu : Bagaimana kalau besok jam 09:00 bertemu lagi teman saya.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Nama : ........ Tanggal : Juni 2020

Pertemuan : ke-4 Jam : 09.00 WIB

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi : Klien terkadang masih mendengar suara-suara yang ingin
mengajak dirinya.
2. Diagnosa : Halusinasi dengar

3. Tujuan : TUK 5: Klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk

mengendalikan halusinasinya

1. Rencana tindakan keperawatan : SP 4


 Evaluasi jadwal pasien yang lalu (SP 1,2,3)
 Menanyakan pengobatan sebelumnya.
 Menjelaskan tentang pengobatan (5 benar)
 Melatih pasien minum obat.
 Masukan jadwal
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi bapak . . Bapak masih ingat dengan saya kan ??
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan anda pagi ini?
Apakah kegiatan yang kemarin sudah anda lakukan? (bagus sekali)
Coba kita lihat jadwalnya, nah kita beri tanda di sini (dijadwal) bahwa
anda telah melakukan. Hebat sekali anda sudah melakukan tiga cara yang
telah kita latih kemarin.

c. Kontrak
Topik : sekarang kita akan membahas tentang obat yang setiap hari bapak
minum, apa anda keberatan?
Tempat : mau berbincang-bincang dimana kita pak? Bagaimana kalau
ditempat ini saja atau ditaman?
Waktu : mau berapa lama waktu kita biercabincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?
2. Kerja
Sebelumnya bapak sudah minum obat apa saja? Coba tolong anda sebutkan?
Bagus sekali Pengobatan apa saja yang sudah anda lakukan? Adakah bedanya
setelah anda meminum obat secara teratur? Apakah suara-suara yang anda
dengar sudah berkurang atau bahkan suda hilang? Minum obat sangat penting
mbak agar suara-suara yang anda dengar selama ini tidak muncul lagi, pak
saya mau menjelaskan beberapa macam obat yang harus anda minum, ini yang
warna orange namanya (CPZ) diminum 3kali sehari pukul 7 pagi, pukul 1
siang dan pukul 7 malam gunanya untuk membuat pikiran anda tenang. Ini
yang warnanya putih namanya (THP) diminum tiga kali sehari pada jam yang
sama dengan obat yang warna orange pukul 7 pagi, pukul 1 siang, dan 7
malam gunannya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang warna merah
jambu ini (HP) diminum 3 kali sehari, waktunya sama, gunannya untuk
mengghilangkan suara-suara. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak
boleh berhenti diminum, nanti konsultasinya dengan dokter, sebab kalau putus
obat anda akan mrngalami kelambuhan dan akan sulit untuk mengembalikan
keadaan semula. Kalau obat habis anda dapat minta ke dokter untuk
mendapatkan obat lagi. Anda juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan
ini, dan pastikan obatnya benar. Dan harus diperhatikan juga ada nama anda
yang tercantum dalam kemasan obat jangan sampai tertukar dengan obat orang
lain, pastikan obatnya diminum tepat pada waktunya, dengan cara yang benar.
Yaitu diminum sesudah makan dan tapat waktunya. bapak juga harus
perhatikan jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per
hari.”

3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif:
Bagaimana perasaannya bapak setelah melakukan sendiri? Ya bagus
sekali
b. Evaluasi objektif:
Jadi anda sudah bisa melakukan minum obat sendiri? Ya bagus sekali
Nanti anda bisa melakukan minum obat sendiri dirumah. Hebat sekali.
c. Rencana tindak lanjut:
Nah, bagaimana kegiatan minum obat apa sudah dilakukan secara teratur?
Pak, bapak bisa melakukan sendiri kegiatan yang sudah kita pelajari
bersama?, semoga anda bisa melakukan kegiatan minum obat dengan
teratur dan baik!

Kita masukkan jadwal kegiatan harian ya pak untuk pertemuan hari ini.

d. Kontrak

Topik : Nah, sudah 4 kegiatan yang kita lakukan.

menggunakan obat dengan benar? Dan untuk pertemuan


selanjutnya teman saya akan menjelaskan pada keluarga
mbak bagaimana cara merawat mbak secara langsung.
Tempat :Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat biasanya.
Waktu : Bagaimana kalau besok jam 09:00 bertemu lagi dengan saya.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


DALAM KELUARGA

Nama : ........ Pertemuan : ke-5


Tanggal : Juni 2020 Jam : 09.00 WIB

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi :Klien terkadang masih mendengar suara-suara yang ingin mngajak
dirinya
2. Diagnosa : Halusinasi dengar
3. TUK 4 : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
4. Rencana tindakan keperawatan : SP 1 (keluarga)
a. BHSP
b. Menjelaskan tentang halusinasi klien.
c. Menjelaskan cara merawat klien.
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak apa benar mbak keluarga dari Tn A? Perkenalkan
nama saya ....... Mbak bisa panggil saya suster ..... Saya mahasiswa dari Stikes
Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya yang merawat Tn A. Kalau boleh tau nama
mbak siapa?.

b. Evaluasi/validasi
Bagaimana kondisi Tn.A hari ini mbak?
c. Kontrak
Topik : Baiklah mbak, kita akan membicarakan tentang cara merawat Tn. A
Jika tiba – tiba Tn. A kambuh dan tidak ada perawat.
Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana kalau
ditempat ini saja.?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 25 menit?

2. Kerja
Mbak, menurut cerita Tn. A, Tn. A sering mendengar suara-suara yang
menakutkan, inilah yang menjadi penyebab Tn A merobek – robek bajunya
hingga telanjang dan lari pergi ke luar rumah. Saya sudah mengajarkan cara-cara
untuk mengontrol halusinasi. Jika mbak bercerita tentang halusinasinya, katakan
bahwa mbak percaya dengan apa yang dikatakan Tn. A, namun mbak tidak
mendengar suara itu. Kemudian, beri Tn A kegiatan untuk menyibukkan diri,
jangan biarkan sendiri, ajaklah makan bersama, dan bepergian bersama, supaya
meminimalisir munculnya halusinasi. Apa mbak bisa melakukannya? Bagus.

3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana, apa mbak mengerti dengan yang saya jelaskan?
b. Evaluasi objektif
Apa mbak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik.
c. Rencana tindak lanjut
Mbak bisa melakukan kegiatan yang kita pelajari hari ini di rumah
d. Kontrak
 Topik : Kapan kita bisa bertemu lagi mbak?
 Tempat : Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat
biasanya.
 Waktu : Bagaimana kalau jam 09:00 besok kita bertemu lagi dengan
teman saya.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
DALAM KELUARGA

Nama : …..... Tanggal : Juni 2020


Pertemuan : ke-6 Jam : 09.00 WIB

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi : Klien bisa mengontrol halusinasi
2. Diagnosa : Halusinasi dengar
3. Tujuan : TUK 4
4. Rencana tindakan keperawatan : SP 2 (keluarga)
a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP1)
b. Latih keluarga merawat pasien.
c. RTL keluarga untuk merawat pasien
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak, masih ingat dengan saya kan mbk ??

b. Evaluasi/validasi
Bagaimana latihannya kemarin? Sudah dipraktikkan belum? Bagus.
c. Kontrak
Topik : Mbak, kita akan mengevaluasi yang sudah kita lakukan kemarin.
Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana kalau
ditempat ini saja.?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?

2. Kerja
Nah, coba sekarang mbak praktikan lagi bagaimana cara merawat Tn. A?
Baik. Selain itu masih ada lagi mbak, jika Tn A tampak bicara sendiri atau
melamun ataupun melakukan kegiatan yang tidak terkontrol, mbak bisa langsung

52
menyapanya, supaya halusinasinya terhenti, tidak berlanjut. Apa mbak mengerti
yang saya maksud? Bagus.
Kemudian, berikan pujian jika Mbak bisa mengendalikan emosi dan mampu
mengontrol halusinasinya.
Kalau menurut mbak, mana yang lebih efektif untuk memutus halusinasinya
bapak? Mengapa demikian?
Baiklah, mbak bisa mempraktikkan juga.
Coba sekarang mbak ulangi lagi. Bagus.

3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana, apa mbak sekarang mulai bisa merawat Tn A sendiri?
b. Evaluasi objektif
Bagaimana, apa mbak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik.
c. Rencana tindak lanjut
Mbak juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain, sehingga nanti bisa
mempermudah dan dapat membantu. Terimakasih atas waktunya mbak.
d. Kontrak
 Topik : Kira-kira, kapan kita bisa bertemu lagi?
 Tempat : Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat
biasanya.
 Waktu : Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi mbak, jam 09.00
Yaa mbak bertemu dengan teman saya.

53
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
DALAM KELUARGA

Nama : ....... Tanggal : Juni 2020

Pertemuan : ke-7 Jam : 09.00 WIB

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi : Klien bisa mengontrol halusinasi
2. Diagnosa : Halusinasi dengar
3. Tujuan : TUK 4
4. Rencana tindakan keperawatan : SP 2 (keluarga)
a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP1)
b. Latih keluarga merawat pasien.
c. RTL keluarga untuk merawat pasien
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak,masih ingat dengan saya kan mbak ??

b. Evaluasi/validasi
Bagaimana latihannya kemarin? Sudah dipraktikkan belum? Bagus.
c. Kontrak
Topik : Mbak, kita akan mengevaluasi yang sudah kita lakukan kemarin.
Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana kalau
ditempat ini saja.?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?

2. Kerja
Nah, coba sekarang mbak praktikan lagi bagaimana cara merawat Tn. A?
Baik. Selain itu masih ada lagi mbak, jika Tn A tampak ketakutan, ekspresi
wajahnya bingung dan pembicaraan tidak masuk akal/ kacau. mbak bisa langsung

54
menyapanya, supaya halusinasinya terhenti, tidak berlanjut. Apa mbak mengerti
yang saya maksud? Bagus.
Kemudian, berikan pujian jika Mbak bisa mengendalikannya dan mampu
mengontrol halusinasinya.
Kalau menurut mbak, mana yang lebih efektif untuk memutus halusinasinya
bapak? Mengapa demikian?
Baiklah, mbak bisa mempraktikkan juga.
Coba sekarang mbak ulangi lagi. Bagus.

3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana, apa mbak sekarang mulai bisa merawat Tn A sendiri?
b. Evaluasi objektif
Bagaimana, apa mbak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik.
c. Rencana tindak lanjut
Mbak juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain, sehingga nanti bisa
mempermudah dan dapat membantu. Terimakasih atas waktunya mbak.
d. Kontrak
 Topik : Kira-kira, kapan kita bisa bertemu lagi?
 Tempat : Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat
biasanya.
 Waktu : Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi mbak, jam 09.00
Yaa mbak bertemu dengan teman saya.

55
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
DALAM KELUARGA

Nama : ...... Tanggal : Juni 2020

Pertemuan : ke-8 Jam : 09.00 WIB

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi : klien bisa mengontrol halusinasi
2. Diagnosa : Halusinasi dengar
3. Tujuan : TUK 5 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk
mengendalikan halusinasnya.
4. Rencana tindakan keperawatan : SP 4 (keluarga)
a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP4)
b. Latih keluarga mengawasi meminum obat.
c. RTL keluarga
~ Follow up
~ Rujukan
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak, apa benar mbak keluarga dari Tn A? Perkenalkan nama saya
.... dan ini teman saya ... Mbak bisa panggil saya ..... Saya mahasiswa dari Stikes Bina
Sehat PPNI Mojokerto. Saya yang merawat Tn A. Kalau boleh tau nama mbak siapa?.

b. Evaluasi/validasi
Bagaimana latihannya kemarin? Sudah dipraktikkan belum? Bagus.
c. Kontrak
Topik : Mbak, kita akan mengevaluasi yang sudah kita lakukan kemarin.
Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana kalau
ditempat ini saja.?

56
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?

2. Kerja
Mbak disini saya akan memperjelas terapi obat Tn A, agar anda dapat berperan
sebagai pengawas minum obat, ini yang warna orange namanya (CPZ) diminum 3kali
sehari pukul 7 pagi, pukul 1 siang dan pukul 7 malam gunanya untuk membuat
pikiran anda tenang. Ini yang warnanya putih namanya (THP) diminum tiga kali
sehari pada jam yang sama dengan obat yang warna orange pukul 7 pagi, pukul 1
siang, dan 7 malam gunannya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang warna
merah jambu ini (HP) diminum 3 kali sehari, waktunya sama, gunannya untuk
mengghilangkan suara-suara. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh
berhenti diminum, nanti konsultasinya dengan dokter, sebab kalau putus obat Tn A
akan mengalami kelambuhan dan akan sulit untuk mengembalikan keadaan semula.
Kalau obat habis anda dapat minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Anda juga
harus memastikan bahwa obat-obatan ini sudah diminum Tn A.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana, apa mbak sekarang mulai bisa mengawasi Tn A saat meminum obat?
b. Evaluasi objektif
Bagaimana, apa mbak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik.
c. Rencana tindak lanjut
Mbak juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain, sehingga nanti bisa
mempermudah dan dapat membantu. Ini pertemuan kita yang terakhir mbak
semoga tindakan apa saja yang kita lakukan dan kita jelaskan dapat bermanfaat
bagi kesembuhan Tn A, Terimakasih atas waktunya mbak.

57

Anda mungkin juga menyukai