Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.

R DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
DI RUMAH SAKIT JIWA X

Di Susun Oleh :

FAURUS NASARUDDIN
200300735

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R DENGAN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
DI RUANG SRIKANDI RSJ GRHASIA
YOGYAKARTA

Disetujui Oleh :

Pembimbing Akademik

Ns. Mulyanti, S.Kep.,MPH

Tanggal, 20 Januari 2021 ..............................................

BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), masalah gangguan jiwa
di dunia ini sudah menjadi masalah yang semakin serius. Paling tidak, ada satu
dari empat orang di dunia ini mengalami gangguan jiwa. WHO memperkirakan
ada sekitar 450 juta orang di dunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan data statistik, angka pasien gangguan jiwa memang sangat
mengkhawatirkan.
Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, Kesehatan Jiwa
adalah suatu keadaan yang memungkinkan perkembang an fisik, intelektual,
emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan
dengan orang lain. Sedangkan menurut American Nurses Associations (ANA)
keperawatan jiwa merupakan suatu bidang khusus dalam praktek keperawatan
yang menggunakan ilmu perilaku manusia sebagai ilmu dan penggunaan diri
sendiri secara terapeutik sebagai caranya untuk meningkatkan, mempertahankan,
memulihkan kesehatan jiwa. Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70%
halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi
pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi
penghidungan, pengecapan dan perabaan. Angka terjadinya halusinasi cukup
tinggi. Berdasarkan hasil pengkajian di Rumah Sakit Jiwa Sungailiat ditemukan
85% pasien dengan kasus halusinasi.
Halusinasi adalah penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua panca indera dan terjadi disaat
individu sadar penuh (Depkes dalam Dermawan dan Rusdi,2013). Halusinasi
pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang tidak berhubungan
dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak mendengarnya (Dermawan dan
Rusdi, 2013). Sedangkan menurut Kusumawati (2010) halusinasi pendengaran
adalah klien mendengar suara-suara yang jelas maupun tidak jelas, dimana suara
tersebut bisa mengajak klien berbicara atau melakukan sesuatu.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas praktek profesi
ners pada stase Keperawatan Jiwa. Tugas ini berupa asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan jiwa.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa.
b. Menentukan masalah keperawatan sesuai dengan kebutuhan pada klien
dengan gangguan jiwa.
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa.
e. Melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan jiwa.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Laporan Pendahuluan Halusinasi


A. Definisi Halusinasi
Persepsi adalah proses diterimanya rangsangan sampai rangsangan
tersebut disadari dan dimengerti penginderaan/sensasi. Gangguan persepsi :
ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsangan yang
timbul dari sumber internal (pikiran, perasaan) dan stimulus eksternal.

Definisi halusinasi menurut beberapa ahli :

Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien


mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus eksterna: persepsi palsu.
(Maramis, 2005)

Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang


ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penciuman. Pasien seakan
merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi adalah
penginderaan tanpa rangsangan eksternal yang berhubungan dengan salah
satu jenis indera tertentu yang khas. (Kaplan dan Saddock, 1997)

Halusinasi adalah gerakan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa


ada rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem panca indera
terjadi pada saat kesadaran individu penuh/baik. (Depkes, 2000). Halusinasi
merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang
neurobiologi. (Stuart dan Laraia, 2005)
B. Etiologi/Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi
adalah :
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri
sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentang
terhadap stres.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.
Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam khayalan.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor
presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otk, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber Koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stres.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Hamid yang dikutip oleh Jallo (2008), dan Menurut Keliat
dikutip oleh Syahbana (2009) perilaku pasien yang berkaitan dengan
halusinasi adalah sebagai berikut :

1. Bicara, senyum dan ketawa sendiri;


2. Menggerakkan ibir tanpa suara, pergerakkan mata yang cepat dan respon
verbal yang lambat;
3. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari
orang lain;
4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak
nyata;
5. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah;
6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya;
7. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan),
dan takut;
8. Sulit berhubungan dengan orang lain;
9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah;
10. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat;
11. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton;
D. Klasifikasi
Halusinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristik tertentu,
diantaranya :

1. Halusinasi Pendengaran (Akustik, Audiotorik)


Halusinasi Pendengaran (Akustik, Audiotorik) adalah gangguan
stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara-suara
orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual)
Halusinasi Penglihatan (Visual) adalah stimulus visua dalam
bentuk beraga, seperti bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik,
gambar kartun dan/atau panorama yang luas dan kompleks. Bayangan
bias bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penghidungan (Olfaktori)
Halusinasi Penghidungan (Olfaktori) adalah gangguan stimulus
pada penghidung, yang ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau
yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses. Kadang-kadang tercium
bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
demensia.
4. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)
Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik) adalah gangguan stimulus
yang ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda
mati atau orang lain.
5. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Halusinasi Pengecapan (Gustatorik) adalah gangguan stimulus
yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikan.
6. Halusinasi Sinestetik
Halusinasi Sinestetik adalah gangguan stimulus yang ditandai
dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau
arteri, makanan yang dicerna atau pembentukan urine. (Yosep Iyus, 2007)
E. Fase–Fase dalam Halusinasi
Tahap terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan
Laraia (2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu :

1. Fase I (Comforting)
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian,
rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini pasien tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakkan
mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.

2. Fase II (Condemning)
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya
dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-
tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda
vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan
pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan
halusinasi realita.

3. Fase III (Controlling)


Pasien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Disini pasien sukar berhubungan
dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah
dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
4. Fase IV (Conquering)
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti
perintah halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari satu orang. Kondisi pasien sangat
membahayakan.

F. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) persepsi mengacu pada
identifikasi dan interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi
yang diterima melalui panca indera. Respon neurobiologis sepanjang rentang
sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi
konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yang
meliputi delusi, halusinasi, isolasi sosial. Rentang respon dapat digambarkan
sebagai berikut :

Rentang Respon Neurobiologis


Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Kelalaian pikiran


Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi Konsisten Reaksi emosional berlebihan Ketidakmampuan
Perilaku sesuai Perilaku tidak lazim untuk mengalami Emosi
Hubungan sosial Menarik diri Ketidak teraturan

Rentang Respon Neurobiologist (Stuart dan Sundeen, 1998)

G. Patofisiologi
Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber
atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan
primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan secara psikologi
terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi,
marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang dicintai, tidak dapat mengendalikan
dorongan ego, pikiran dan perasaan sendiri. Secara umum dapat dikatakan
segala sesuatu yang mengancam harga diri dan keutuhan diri dan kebutuhan
keluarga dapat merupakan penyebab terjadinya halusinasi. Ancaman terhadap
harga diri dan keutuhan keluarga meningkatkan kecemasaan, gejala dengan
meningkatkan kecemasaan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur
persepi, mengenal perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan
sendiri menurun, sehingga segala sesuatu diartikan berbeda dan proses
rasionalisasi tidak efektif lagi. Hal ini mengakibatkan lebih sukar lagi
membedakan mana rangsangaan yang berasal dari pikirannya sendiri dan
mana yang berasal dari lingkungannya.

H. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi adalah :

1. Menarik diri
2. Curiga
3. Defisit perawatan diri
4. Kurang minat dalam aktivitas
5. Harga diri rendah
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Hospitalisasi perawatan rumah sakit
2. Pemberian obat seperti haloperidol, CPZ, diazepam, amitriptylin, dan
lain-lain.
3. Terapi ECT, merupakan kejang listrik dan pengobatan fisik dengan
menggunakan arus listrik antara 70-150 volt.
4. Psikoterapi (menurut Dadang Hawari, 2001)
a. Psikoanalisa psikoterapi
Tujuan psikoterapi adalah :

1) Mengurangi rasa takut klien


2) Mengemalikan proses pikiran yang luhur
b. Psikoterapi Re-edukatif
Memberikan pendidikan yang maksudnya memperbaiki
kesalahan pendidikan di waktu lalu dan juga mengubah pola
pendidikan yang lama dengan yang baru sehingga penderita lebih
adaptif dengan dunia luar.

c. Psikoterapi Rekonstruktif
Memperbaiki kembali (re-konstruksi) kepribadian yang utuh
seperti semula sebelum sakit.
d. Psikoterapi Kognetif
Memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya
ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai
moral etika, mana yang baik dan yang buruk, yang boleh dan tidak.

e. Psikoterapi Psiko-dinamika
Menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang
dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari
jalan keluarnya.

f. Psikoterapi Perilaku
Memulihkan gangguan perilaku yang terganggu (maladaptife)
menjadi perilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan diri).

g. Psikoterapi Keluarga
Memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya.

h. Terapi Psikososial
Dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi
dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri,
mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak
menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.
i. Terapi Psikoreligius
Dimaksudkan agar keyakinan atau keimanan penderita dapat
dipulihkan kembali.

J. Penatalaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran
keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di Rumah
Sakit Jiwa (RSJ) pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga
mempunyai peranan yang sangat penting sehingga keluarga mempunyai
peranan yang sangat penting didalam hal merawat pasien, menciptakan
lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat.
(Maramis, 2004)

1. Farmakologi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita
skizofrenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi dalam
dua tahun penyakit.

Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita


dengan psikomotorik yang meningkat.

NAMA GENERIK DOSIS


KELAS KIMIA
(DAGANG) HARIAN

Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) 60 – 120 mg

Klopromazin (Thorazine) 30 – 800 mg

Flufenazine (Prolixine, Permiti) 1 – 40 mg

Mesoridazin (Serentil) 30 – 400 mg

Perfenazin (Trilafon) 12 – 60 mg

Proklorperazin (Compazine) 15 – 150 mg


Promazin (Sparine) 40 – 120 mg

Tiodazin (Mellaril) 150 – 800 mg

Trifluoperazin (Stelazine) 2 – 40 mg

Trifluopromazine (Vesprin) 60 – 150 mg

Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75 – 600 mg

Tiotiksen (Navane) 8 – 30 mg

Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1 -100 mg

Dibenzondiazepin Clozapin (Clorazil) 300 – 900 mg

Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20 – 150 mg

Dihidroindolon Molindone (Moban) 225 – 225 mg

2. Nonfarmakologi
a. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan
kejang grandmal secara artificial dengan melewatkan aliran listrik
melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi
kejang listrik dapat diberikan pada skizofrenia yang tidak bisa
dilakukan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
kejang listrik 4 -5 joule/detik.

b. Psikoterapi dan Rehabilitasi

Psikoterapi supportif individul atau kelompok sangat


membantu karena berhubungan dengan praktis dengan maksud
mempersiapkan pasien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja
sangat baik untuk mendorong pasien bergaul dengan orang lain,
pasien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien tidak
mengasingkan diri karena dapat membantu kebiasaan yang kurang
baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama,
seperti terapi modalitas yang terdiri dari :
1) Terapi Aktivitas
a) Terapi Musik
Fokus: Mendengar, memainkan alat musik, bernyanyi,
menikmati dengan relaksasi musik yang disukai pasien.
b) Terapi Seni
Fokus: Untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai
pekerjaan seni.
c) Terapi Menari
Fokus: pada ekspresi perasaan melalui gerak tubuh.
d) Terapi Relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok.
Rasional: untuk koping atau perilaku maladaptif/deskriptif,
meningkatkan partisipasi dan kesenangan pasien dalam
kehidupan.
2) Terapi Sosial
Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain.
3) Terapi Kelompok
a) Terapi Group (Kelompok Terapeutik)
b) Terapi Aktivitas Kelompok (Adjunctive Group Activity
Therapy)
c) TAK Stimulus Persepsi : Halusinasi
- Sesi 1 : Mengenal halusinasi
- Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan menghardik
- Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
- Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
- Sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat .
d) Terapi Lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam keluarga (
home like atmosphere).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis
A. Pengkajian
1. Faktor Presipitasi
a. Sosial Budaya

Teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan dapat


menyebabkan terjadi respon neurobiologis yang maladaptif, misalnya
lingkungan yang penuh dengan kritik (bermusuhan), kehilangan
kemandirian dalam kehidupan, kehilangan harga diri, kerusakan
dalam hubungan interpersonal dan gangguan dalam hubungan
interpersonal, kesepian, tekanan dalam pekerjaan, dan kemiskinan.
Teori ini mengatakan bahwa stress yang menumpuk dapat menunjang
terhadap terjadi gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai
penyebab utama gangguan.

b. Biokimia

Dopamine, Norepineprin, zat halusinogen dapat menimbulkan


persepsi yang dingin oleh klien sehingga klien cenderung
membenarkan apa yang dikhayal.

2. Predisposisi
a. Faktor Biologis
Adanya hambatan dalam perkembangan otak khusu konteks
lobus provital, temporal dan limbik yang disebabkan gangguan
perkembangan dan fungsi susunan saraf pusat. Sehingga
menyebabkan hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan
mungkin perilaku menarik diri. Perilaku menarik diri dapat
menyebabkan orang tidak mau bersosialisasi sehingga kemampuan
dalam menilai dan berespon dengan realita dapat hilang dan sulit
membedakan rangsangan internal dan eksternal.
b. Faktor Psikologis
Halusinasi dapat terjadi pada orang yang mempunyai keluarga
overprotektif sangat cemas. Hubungan dalam keluarga yang dingin
dan tidak harmonis perhatian dengan orang lain yang sangat berlebih
ataupun yang sangat kurang sehingga menyebabkan koping individu
dalam menghadapi stress tidak adaptif.

c. Faktor Sosial Budaya


Kemiskinan dapat sebagai faktor terjadinya halusinasibila
individu mempunyai koping yang tidak efektif maka ia akan suka
berkhayal.

3. Perilaku
Pengkajian pada klien dengan halusinasi perlu ditekankan pada
fungsi kognituf (proses pikir), fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi
motorik dan fungsi sosial.

a. Fungsi Kognitif
Pada fungsi kognitif terjadi perubahan daya ingat, klien
mengalami kesukaran dalam menilai dan menggunakan memorinya
atau klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang/pendek.
Klien menjadi pelupa dan tidak berminat.

1) Cara Berpikir Magis dan Primitif


Klien menganggap bahasa diri dapat melakukan sesuatu
yang mustahil bagi orang lain, misalnya dapat berubah menjadi
spiderman. Cara berpikir klien seperti anak pada tingkat
perkembangan atau anak pra sekolah.

2) Perhatian
Klien tidak mampu mempertahankan perhatiannya atau
mudah terakih, serta konsentrasi buruk, akibatnya mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan berkonsentrasi terhadap
tugas.

3) Isi Pikir
Klien tidak mampu memproses stimulus interna dan
eksterna dengan baik sehingga terjadi curiga, siar pikir, sisip pikir,
somatik.

4) Bentuk dan Pengorganisasian Bicara


Klien tidak mampu mengorganisasian pemikiran dan
menyusun pembicaraan yang logis serta kohern. Gejala yang
sering ditimbulkan adalah kehilangan asosiasi, kongensial,
inkoheren/neologisme, sirkumfansial, tidak masuk akal. Hal ini
dapat diidentifikasikan dari pembicaraan klien yang tidak relevan,
tidak logis bicara yang berbelit.

b. Fungsi Emosi
Emosi digambarkan dengan istilah mood adalah suasana emosi
sedangkan efek adalah mengacu kepada ekspresi emosi yang dapat
diamati dalam ekspresi wajah. Gerakan tangan, tubuh dan nada suara
ketika individu menceritakan perasaannya.

Pada proses neurologis yang maladaptive terjadi gangguan


emosi yang dapat dikaji melalui perubahan afek :

1) Afek Tumpul
Kurangnya respon emosional terhadap pikiran, orang lain
atau pengalaman klien tampak apatis.

2) Afek Datar
Tidak tampak ekspresi aktif, suara menahan dan wajah
datar, tidak ada keterlibatan perasaan.
3) Afek Tidak Sesuai
Afek tidak sesuai dengan isi pembicaraan.

4) Reaksi Berlebihan
Reaksi emosi yang berlebihan terhadap suatu kejadian.

5) Ambivalen
Timbulnya dua perasaan yang bertentangan pada saat yang
bersamaan.
c. Fungsi Motorik
Respon Neurologis Maladaptive menimbulkan perilaku yang aneh,
membingungkan dan kadang nampak tidak kenal dengan orang lain.
Perubahan tersebut adalah :
1) Impulsif
Cenderung melakukan gerakan yang tiba-tiba dan spontan.
2) Manerisme
Dilihat melalui gerakan dan ucapan seperti grimasentik.
3) Stereobipik
Gerakan yang diulang tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh
stimulus yang jelas.

4) Katatonia
Kekacauan psikomotor pada skizofrenia tipe katatonik (eq:
catatonic excitement, stupor, catalepsy, flexibilitascerea),
imobilitas karena faktor psikologis, kadangkala ditandai oleh
periode agitasi atau gembira, klien tampak tidak bergerak, seolah-
olah dalam keadaan setengah sadar.
d. Fungsi Sosial
Perilaku yang terkait dengan hubungan sosial sebagai akibat
orang lain respon neurobiologis yang maladaptive adalah sebagai
berikut :

1) Kesepian
Perasaan terisolasi dan terasingkan, perasaan kosong dan merasa
putus asa sehingga klien terpisah dengan orang lain.
2) Isolasi sosial
Terjadi ketika klien menarik diri secara fisik dan emosional dari
lingkungan. Isolasi diri klien tergantung pada tingkat kesedihan
dan kecemasan yang berkaitan dalam berhubungan dengan orang
lain. Rasa tidak percaya pada orang lain merupakan inti dari
masalah yang dialami klien. Pengalaman hubungan yang tidak
menyenangkan menyebabkan klien menganggap hubungan saat
ini berbahaya. Klien merasa terancam setiap ditemani orang lain
karena ia menganggap orang tersebut akan mengontrolnya,
mengancam dan menuntutnya. Oleh karena itu klien tetap
mengisolasi diri dari pada pengalaman yang menyedihkan
terulang kembali.
3) Harga Diri Rendah
Saat melakukan proses pengkajian, data penting yang perlu kita
dapatkan adalah :

a. Jenis Halusinasi
Tabel berikut ini memuat jenis halusinasi, data objektif dan subjektif yang bisa
didapatkan berdasarkan pemeriksaan dan anamnesis.
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
H Halusinasi Bicara atau tertawa Mendengar suara-suara
Pendengaran / Suara sendiri, marah-marah, atau kegaduhan,
mengarahkan telinga mendengar suara yang
ke arah tertentu, mengajak bercakap-
menutup telinga. cakap, mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
H Halusinasi Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke Melihat bayangan, sinar,
arah tertentu, bentuk geometris, bentuk
ketakutan pada kartoon melihat hantu
sesuatu yang tidak atau monster
jelas
H Halusinasi Penciuman Mencium seperti Membaui bau-bauan
sedang membau-baui seperti bau darah, urin
bau-bauan tertentu, feses, kadang-kadang bau
menutup hidung itu menyenangkan
H Halusinasi Pengecapan Sering meludah dan Merasakan rasa seperti
muntah darah, urine, atau feses
H Halusinasi Perabaan Mengaruk-garuk Mengatakan ada serangga
permukaan kulit di permukaan kulit,
merasa seperti tersengat
listrik
b. Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat diketahui dari hasil pengkajian
tentang jenis halusinasi. Misalnya : melihat sapi yang sedang mengamuk.
Padahal sesungguhnya adalah pamannya yang sedang bekerja di ladang.
Bisa juga mendengar suara yang menyuruh untuk melakukan sesuatu,
sedangkan sesungguhnya hal tersebut tidak ada.

c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi.


Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi
munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi?
Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali saja?
Situasi terjadinya, apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian
tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada
waktu terjadinya halusinasi, sehingga pasien tidak larut dengan
halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat
direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.

d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu
muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasein hal yang dirasakan atau
dilakuakan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan
kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga
dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.kecemasaan
perawat akan meningkat kualitas asuhan terhadap pasien dengan
gangguan ini.

B. Pohon Masalah

Risiko Perilaku Kekerasan Effect

Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi Core


Problem

Perubahan Proses Pikir: Waham Causa

C. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi
2. Perubahan sensori persepsi : Halusinasi Pendengaran
3. Perubahan proses pikir: Waham Kebesaran

D. Rencana Asuhan Keperawatan

TUJUAN INTERVENSI
Tujuan umum : Bina hubungan saling percaya dengan
Pasien dapat mengontrol halusinasi menggunakan prinsip komunikasi
yang dialaminya. terapeutik.
TUK 1 : 1. Sapa pasien dengan ramah baik
Pasien dapat membina hubungan verbal maupun non verbal.
saling percaya. 2. Perkenalkan nama, nama panggilan
Kriteria Hasil : dan tujuan perawat berkenalan.
Setelah ... x interaksi, pasien 3. Tanyakan nama lengkap dan
mampu membina hubungan saling panggilan yang disukai pasien.
percaya dengan perawat dengan 4. Buat kontrak yang jelas
kriteria ekspresi wajah bersahabat, 5. Tunjukkan sikap jujur dan
menunjukkan rasa senang, asa menunjukkan sikap empati serta
kontak mata, mau berjabat tangan, menerima apa adanya.
mau menyebutkan nama, mau 6. Beri perhatian kepada pasien dan
membalas salam, mau duduk perhatikan kebutuhan dasar pasien.
berdampingan dengan perawat, 7. Beri kesempatan pasien untuk
mau mengungkapkan mengungkapkan perasaannya.
perasaannya. 8. Dengarkan ungkapan pasien
dengan penuh perhatian pada
ekspresi perasaan pasien.

TUK 2 1. Adakan kontak sering dan singkat


Pasien dapat mengenal secara bertahap.
halusinasinya. 2. Observasi tingkah laku yang terkait
Kriteria hasil : dengan halusinasi (verbal dan non
Setelah ... x interaksi, pasien dapat verbal)
menyebutkan : 3. Bantu mengenal halusinasinya.
1. Isi a. Jika menemukan pasien
2. Waktu sedang halusinasi, tanyakan
3. Frekuensi apakah ada suara bisikan yang
4. Situasi dan kondisi yang didengar atau melihat
menimbulkan halusinasi bayangan tanpa wujud atau
merasakan sesuatu yang tidak
ada.
b. Jika pasien menjawab iya,
lanjutkan apa yang dialaminya.
c. Katakan bahwa perawat
percaya pasien mengalami
tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya
(dengan nada bersahabat, tidak
menuduh dan menghakimi).
d. Katakan bahwa ada pasien lain
yang mengalami seperti
pasien.
e. Katakan bahwa perawat akan
membantu pasien.

4. Jika pasien tidak sedang


berhalusinasi, klaridikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan pasien : Isi,
Waktu dan Frekuensi halusinasi
(Pagi, siang, sore, malam atau
sering, jarang). Situasi dan
kondisi yang dapat memicu
muncul atau tidaknya halusinasi.
5. Diskusi tentang apa yang
dirasakan saat terjadi halusinasi
6. Dorong untuk mengungkapkan
perasaan saat terjadi halusinasi.
7. Diskusikan tentang dampak yang
akan dialaminya jika pasien
menikmati halusinasinya.

TUK 3 1. Identifikasi bersama tentang cara


Pasien dapat mengontrol tindakan jika terjadi halusinasi.
halusinasinya. 2. Diskusikan manfaat cara yang
Kriteria hasil : digunakan pasien :
Setalah ... x interaksi pasien a. Jika cara tersebut adaptif beri
menyebutkan tindakan yang pujian.
biasanya dilakukan untuk b. Jika maladaptif diskusikan
mengendalikan halusinasinya. dengan pasien kerugian cara
tersebut.
Setelah ... x interaksi pasien dapat 3. Diskusikan cara baru untuk
menyebutkan cara baru memutuskan/mengontrol
mengontrol halusinasinya halusinasi pasien
a. Menghardik halusinasi :
Setelah ... x interaksi pasien dapat katakan pada diri sendiri
memilih dan mendemonstrasikan bahwa ini tidak nyata (saya
cara mengatasi halusinasi. tidak mau mendengar / ... pada
saat halusinasi terjadi)
Setelah ... x interaksi pasien b. Menemui orang lain untuk
melaksanakan cara yang dipilih bercakap-cakap jika halusinasi
untuk mengendalikan datang
halusinasinya. c. Membuat dan melaksanakan
jadwal kegiatan sehari-hari
Setelah ... x interaksi pasien yang telah disusun.
mengikuti terapi aktivitas d. Memberikan pendidikan
kelompok. kesehatan tentang penggunaan
obat untuk mengendalikan
halusinasinya.
4. Bantu pasien memilih cara yang
sudah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya.
5. Pantau pelaksanaan tidakan yang
telah dipilih dan dilatih, jika
berhasil beri pujian.
6. Libatkan pasien dalam TAK :
Stimulasi persepsi.

TUK 4 1. Buat kontrak pertemuan dengan


Pasien dapat dukungan dari keluarga keluarga (waktu, tempat, topik).
dalam mengontrol halusinasinya. 2. Diskusikan dengan keluarga :
a. Pengetahuan halusinasi
b. Tanda dan gejala
c. Proses terjadinya
d. Cara yang bisa dilakukan oleh
pasien dan keluarga untuk
memutus halusinasi.
e. Obat-obat halusinasi
f. Cara merawat pasien
halusinasi dirumah.
g. Beri informasi waktu follow
up atau kapan perlu mendapat
bantuan.
3. Beri rempercement positif atas
keterlibatan keluarga.

TUK 5 1. Diskusikan tentang manfaat dan


Pasien dapat menggunakan obat kerugian tidak minum obat, dosis,
dengan benar. nama, frekuensi, efek dan efek
Kriteria hasil : samping.
Setelah di lakukan ... x interaksi, pasien
2. Pantau saat pasien minum obat
menyebutkan : 3. Anjurkan pasien minta sendiri
1. Manfaat minum obat obatnya pada perawat.
2. Kerugian tidak minum obat 4. Beri reinfercement jika pasien
3. Nama, warna, dosis, efek terapi, menggunakan obat dengan benar.
efek samping. 5. Diskusikan akibat berhenti minum
Setelah ... x interaksi pasien obat tanpa konsultasi dengan
mendemonstrasikan penggunaan dokter.
obat yang benar. 6. Anjurkan pasien berkonsultasi
dengan dokter/perawat jika terjadi
Setelah ... x interaksi pasien hal-hal yang tidak diinginkan.
menyebutkan akibat berhenti minum
obat tanpa konsultasi dengan dokter.

E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

PASIEN KELUARGA
SP I SP I
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 1. Mendiskusikan masalah yang
klien. diusahakan keluarga merawat
2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien
klien 2. Menyebutkan tanda dan gejala
3. Mengidentifikasikan waktu halusinasi yang dialami pasien,
halusinasi klien serta proses terjadinya
4. Mengidentifikasikan frekuensi 3. Menjelaskan cara-cara merawat
halusinasi klien pasien halusinasi
5. Mengidentifikasikan situasi yang
menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasikan respon yang
menimbulkan halusinasi
7. Melatih pasien cara kontrol
halusinasi dengan menghardik
8. Membimbing klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian. SP II
SP II 1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas dirumah,
1. Memvalidasi masalah dan latihan termasuk minum
sebelumnya 2. Menjelaskan follow up pasien
2. Melatih pasien cara kontrol setelah pulang.
halusinasi
3. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan
SP III
SP III 1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas dirumah.
1. Mengevaluasi masalah dan latihan 2. Menjelaskan follow up pasien
sebelumnya setelah pulang
2. Melatih pasien cara kontrol
halusinasi dengan kegiatan yang
bisa dilakukan
3. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.

SP IV

1. Memvalidasi masalah dan latihan


sebelumnya
2. Menjelaskan cara kontrol
halusinasi dengan teratur minum
obat (Prinsip 5 benar)
3. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

RUANG RAWAT : Wisma X

TANGGAL DIRAWAT : 20 Januari 2021

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. R [L]

Umur : 27 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Informan :-

Tgl Pengkajian : 20-01-2021

II. ALASAN MASUK


Keluarga mengatakan klien putus obat 1 minggu sebelum masuk rumah sakit,
mulai bingung ngeluyur, jalan kaki ke jalan aspal, berbicara aneh-aneh, dan
ngamuk pecahin piring dan gelas 5 hari sebelum masuk rumah sakit.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?  Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya : Berhasil Kurang Berhasil  Tidak
Berhasil

3.
Pelaku Usia Korban Usia Saksi Usia
Aniaya Fisik -
Aniaya Seksual -
Penolakan -
Kekerasan -
dalam
Keluarga
Tindakan -
Kriminal
Jelaskan No. 1,2,3 :
Pasien mengatakan tidak ada penolakan dalam masyarakat dengan gangguan
jiwa yang dialami pasien saat ini. Pasien tidak pernah mengalami
penganiyayaan fisik , pasien tidak pernah menjadi pelaku tindak kekerasan dan
seksual, tidak ada kekerasan dalam rumah tangga dan tidak pernah mengalami
tindakan kriminal.
Masalah Keperawatan : -
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Ya 
Tidak
Jika Iya,
Hubungan Keluarga Gejala Riwayat Pengobatan

Masalah Keperawatan : -
5. Pengalaman Masa lalu yang tidak menyenangkan : -
Masalah Keperawatan : -
IV. PENGKAJIAN FISIK
1. Tanda vital :TD : 120/70 mmHg N : 82 x /mnt S : 36,80 C P:
20x/mnt
2. Ukur : BB: 78 Kg TB: 165 cm
3. Keluhan Fisik : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Jelaskan : pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik

Masalah Keperawatan : -

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan:
: Klien : Meninggal
: Laki-Laki : Tinggal serumah

: Perempuan

Jelaskan : Pasien anak pertama dari 3 saudara kandung, saat ini pasien tinggal
dirumah bersama dengan kedua orang tua dan kedua adiknya.
Masalah Keperawatan : -
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien merasa bahwa dia hebat dalam mengaji dan
bernyanyi
b. Identitas diri : Klien mengatakan bahwa dia adalah sunan kalijaga
c. Peran : Klien mengatakan dirumah melakukan pekerjaan
Menyapu dan lain-lain
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh biar bisa
pulang ke rumah
e. Harga diri : Klien merasa dirinya berharga bagi keluarganya
Masalah Keperawatan : Gangguan identitas diri
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :
Klien memiliki orang-orang terdekat dalam kehidupannya sebagai tempat
mengadu, meminta bantuan terutama ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien mengatakan di lingkungan tempat tinggal aktif mengikuti kegiatan
dimasyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan suka berinteraksi dengan orang lain.
Masalah Keperawatan :
4. Spiritual
a. Nilai dan kepercayaan :
Klien mengatakan beragama islam dan semua yang dimiliki adalah
pemberian Tuhan.
b. Kegiatan ibadah :
Klien mengatakan rajin melaksanakan ibadah. Klien rajin shalat dan
puasa.
Masalah Keperawatan : -
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak Rapi Cara berpakaian tidak
Penggunaan pakaian tidak sesuai Seperti Biasanya
Jelaskan : _
Masalah Keperawatan : _
2. Pembicaraan
 Cepat  Keras Gagap  Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu
memulai Pembicaraan
Jelaskan : Klien tidak nyambung dalam berkomunikasi, bicaranya tidak
terarah
Masalah Keperawatan : -
3. Aktiviitas motoric :
Lesu Tegang Gelisah  Agitasi
Tik Grimasen Tremor
Kompulsif
Jelaskan : Klien mondar-mandir dan terlihat tidak tenag
Masalah Keperawatan : -
4. Alam perasaan :
Sedih Putus Asa  Gembira
Ketakutan Khawatir  Berlebihan
Jelaskan : Klien sering tertawa dan senymu sndiri ketika mengalami
halusinasi.
Masalah Keperawatan : -
5. Afek
Datar Tumpul  Labil  Tidak Sesuai

Jelaskan : Emosi klien berubah-rubah.


Masalah Keperawatan : -
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak Kooperatif Mudah
Tersinggung
 Kontak mata ( - )  Defensif Curiga
Jelaskan : Kontak mata klien kurang fokus, klien mempertahankan isi
pikirannya dan cenderung mengulang pertanyaan yang sama.
Masalah Keperawatan : -
7. Persepsi
 Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidungan
Jelaskan:
- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan
- Klien mengatakan dia dibisiki oleh jin
- Klien mengatakan bisikan tersebut menyuruh klien untuk melompat ke
sungai
- Klien mengatakan suara tersebut sebagai suara laki-laki dan perempuan
Masalah Keperawatan: Gangguan persepsi sensori: Halusinai
pendengaran
8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan
Asosiasi  Flight of idea Blocking
 Pengulangan pembicraan/persevarasi
Jelaskan :
- Klien mengatakan dia adalah sunan kalijaga
- Klien mengatakan memiliki teman bernama sunan ampel
- Klien mengatakan merasa sebagai wali
- Klien mengatakan merasa dirinya adalah sun gohan, anaknya sun goku
(karakter / tokoh dalam film kartun jepang)
Masalah Keperawatan: Perubahan proses pikir: Waham Kebesaran

9. Isi pikiran
 Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran
magis
Waham
Agama Somatik  Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip Pikir Siar Pikir Kontrol
Pikir
Jelaskan: Klien mengatakan dirinya adalah sunan kalijaga
Masalah Keperawatan : Waham kebesaran
10. Tingkat kesadaran
 Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi
Waktu Tempat Orang
Jelaskan: Klien tampak bingung
Masalah Keperawatan : -
11. Memori
Gangguan Daya ingat jangka panjang  Konfabulasi

 Gangguan daya ingat saat ini  Gangguan daya


ingat jangka pendek
Jelaskan : Klien sulit dalam berkonstenrasi dan terkadang mengada-ada
tentang ingatannya
Masalah Keperawatan : -
12. Tingkat kosentrasi & Berhitung:
 Mudah Beralih Tidak mampu berhitung sederhana
 Tidak mampu konsentrasi
Jelaskan : Klien sering meloncat dalam membahas sesuatu. Pembicaraan
tidak terarah.
Masalah Keperawatan : -
13. Kemampuan penilaian
Gangguan Ringan Gangguan Bermakna
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
14. Daya tilik diri

Mengingkari penyakit yang diderita  Menyalahkan hal-hal

diluar dirinya

Jelaskan:
- Klien mengatakan sering dibisiki jin
- Klien mengatakan isi bisikan tersebut menyuruhnya memukul orang
lain seperti orang tua dan teman
- Klien mengatakan bisikan tersebut juga menyuruh dia salto dan bela
diriKlien mengatakan jin sering membisiki dirinya untuk berbuat jahat.
Masalah Keperawatan : Risiko perilaku kekerasan
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
 Bantuan minimal Bantuan total
2. BAK/BAB
 Bantuan minimal Bantuan total
3. Mandi
 Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berdandan
 Bantuan minimal Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
 Tidur siang lama : 13.00 s/d 15.00 WIB
 Tidur malam lama : 20.00 s/d 05.00 WIB
Kegiatan sebelum.sesudah tidur
6. Penggunaan obat

 Bantuan minimal Bantuan total


7. Pemeliharaan kesehatan
a) Perawatan lanjutan  Ya Tidak
b) Perawatan pendukung  Ya Tidak
8. Kegiatan didalam rumah
Mempersiapkan makanan  Ya Tidak
Menjaga kerapian rumah  Ya Tidak
Mencuci pakaian  Ya Tidak
Pengaturan keuangan Ya  Tidak
9. Kegiatan diluar rumah
Belanja  Ya Tidak
Transportasi Ya  Tidak
Lainnya Ya Tidak
Jelaskan:
Masalah Keperawatan: -
VIII. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
 Bicara dengan orang lain Minum Alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
 Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
 Olahraga Menciderai diri
Lainnya Lainnya
Masalah Keperawatan: -

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok
Masalah berhubungan dengan lingkungan
Masalah dengan pendidikan
Masalah dengan pekerjaan
Masalah dengan perumahan
Masalah ekonomi
Maslah dengan pelayanan kesehatan
Masalah lainnya
Masalah Keperawatan : -
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
 Penyakit Jiwa  Sistem Pendukung

 Faktor Presipitasi  Penyakit Fisik

 Koping  Obat-obatan

Lainnya
Masalah Keperawatan : Kurang Pengetahuan

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik : F.20.0 (Skizofrenia paranoid) & F.20.3 (Skizofrenia tak
terinci)
Terapi Medik :
1. Lodomer Inj. 1 amp / 24 jam
2. Diazepam Inj. 1 amp / 24 jam
3. Clozapin 100 mg 0-0-1
4. Lansoprazole 1x30 mg
5. Curcuma 1x1
6. Clorilex 10 mg / jam 20.00

XII. POHON MASALAH

POHON MASALAH

Risiko Perilaku
Akibat Kekerasan

Gangguan Persepsi
Core Problem
Sensori: Halusinasi

Penyebab Waham

No Data Etiologi Problem


1 DS: Gangguan persepsi
- Klien mengatakan sering sensori : halusinasi
mendengar suara-suara atau
bisikan-bisikan
- Klien mengatakan dia dibisiki oleh
jin
- Klien mengatakan bisikan tersebut
menyuruh klien untuk melompat
ke sungai
- Klien mengatakan suara tersebut
sebagai suara laki-laki dan
perempuan
- Klien mengatakan sampai
sekarang suara tersebut masih
muncul
DO:
- Klien tampak mondar mandir
- Klien sesekali melamun dan
tertunduk
- Tatapan klien kosong
- Klien tampak menutup telinga
lalu memegang kepala
2 DS: Risiko Perilaku
- Klien mengatakan sering Kekerasan
dibisikin
- Klien mengatakan isi bisikan
tersebut menyuruhnya memukul
orang lain seperti orang tua dan
teman
- Klien mengatakan bisikan
tersebut juga menyuruh dia salto
dan bela diri
DO:
- Klien tampak memperagakan
latihan bela diri
- Klien salto diatas tempat tidur
- Klien hampir memukuli sesama
teman ruangan

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
2. Risiko perilaku kekerasan

Nursing care Planning

No Diagnosa Perencanaan
Tujuan/ Out come Intervensi
1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Bina hubungan
Persepsi Sensori: tundakan keperawatan interpersonal dan saling percaya
Halusinasi selama 3 x 24 jam klien dengan klien.
pendengaran. mampu:
- Membina hubungan 2. Catat perilaku klien yang
saling percaya
- Mengenali jenis menunjukkan halusinasi.
halusinasi yang
dialami 3. Berikan klien
- Mengontrol kesempatan untuk
halusinasi mendiskusikan
- Memperagakan cara halusinasinya.
mengontrol
4. Monitor kehadiran
halusinasi
halusinasi mengenai konten
- Mengikuti program
dari halusinasi berupa
pengibatan secara
kekerasan atau mencelakai diri.
optimal
5. Dorong klien untuk
memfalidasi halusinasi dengan
orang yang dipercaya
6. Latih klien cara mengontrol
halusinasi

2 Risiko Perilaku Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling percaya


Kekerasan intervensi keperawatan dengan cara (menjelaskan
selama 3 x 24 jam, pasien maksud dan tujuan interaksi,
tidak menciderai diri jelaskan tentang kontrak yang
sendiri, orang lain dan akan dibuat, beri rasa aman dan
lingkungan baik secara sikap empati)
verbal maupun non verbal
dengan kriteria hasil: 2. Diskusikan bersama klien
- Klien dapat tentang perilaku kekerasan
mengidentifikasi (penyebab, tanda dan gejala,
penyebab marah, tanda perilaku yang muncul dan
dan gejala, perilaku akibat dari perilaku tersebut).
kekerasan yang
3. Latih klien melakukan cara
dilakukan dan
mengontrol marah meliputi.
akibatnya
- Klien dapat
membina hubungan
saling percaya
- Klien dapat
mengendalikan
perilaku kekerasan
dengan cara:
 Relaksasi nafas
dalam
 Berbicara yang
baik-baik
 Latihan fisik
 Spiritual (Ibadah)
 Minum obat teratur
Implementasi dan Cacatan Perkembangan

DX Hari/Tanggal/ Implementasi Evaluasi


Jam
1 Rabu, 20 1. Membina hubungan interpersonal dan saling Jam: 13.00 WIB
Januari 2021 percaya dengan klien.
Hasil : S:
Jam: 09.00- - Klien mengatakan namanya Tn. R - Klien mengatakan saat ini masih
13.30 WIB mendengar suara
2. Mencatat perilaku klien yang menunjukkan - Klien mengatakan suara tersebut
halusinasi. menyuruhnya berjoget
Hasil : O:
- Klien tampak mondar mandir - Klien masih tampak sesekali melamun
- Klien sesekali melamun dan tertunduk dan tertunduk
- Tatapan klien kosong - Klien tampak menutup telinga lalu
- Klien tampak menutup telinga lalu memegang kepala
memegang kepala - Klien masih tampak sesekali senyum dan
- Klien tampak sesekali senyum dan tertawa tertawa sendiri
sendiri - Mulut klien komat-kamit
- Klien bisa memperagakan cara menghardik -

3. Memberikan klien kesempatan untuk A:


mendiskusikan halusinasinya. - Masalah halusinasi belum teratasi
Hasil : P:
- Klien mengatakan bisikan sering muncul - Intervensi Dilanjutkan
ketika sedang sendirian dan melamun  Evaluasi cara mengahardik
- Klien mengatakan suara sering muncul  Ajarkan cara mengontrol halusinasi
setiap pagi dan malam hari dengan bercakap-cakap dengan teman
- Klien mengatakan sering mendengar suara-  Membuat jadwal harian
suara atau bisikan-bisikan
- Klien mengatakan dia dibisiki oleh jin
- Klien mengatakan suara tersebut sebagai
suara laki-laki dan perempuan Perawat Jaga
- Klien mengatakan sampai sekarang suara Ttd,
tersebut masih muncul.

4. Melatih klien cara mengontrol halusinasi: Faurus Nasaruddin


- Menghardik
Hasil: Klien bisa memperagakan cara
menghardik

2. Rabu, 20 1. Membina hubungan saling percaya dengan Jam: 13.00 WIB


Januari 2021 cara (menjelaskan maksud dan tujuan
interaksi, jelaskan tentang kontrak yang akan S:
09.00-12.00 dibuat, beri rasa aman dan sikap empati) - Klien mengatakan namanya Tn. R
WIB - Klien mengatakan marah karena terus
2. Mendiskusikan bersama klien tentang perilaku mendengar bisikan
kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, - Klien mengatakan bisikan sering muncul
perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku ketika sedang sendirian dan melamu.
tersebut). - Klien mengatakan masih mendengar
- Klien mengatakan marah karena terus bisikan yang menyuruhnya memukul
mendengar bisikan orang
- Klien mengatakan bisikan sering muncul - Klien mengatakan bisikan tersebut
ketika sedang sendirian dan melamu. menyuruhnya melompat ke sungai
- Klien mengatakan masih mendengar O:
bisikan yang menyuruhnya memukul - Klien mau berjabat tangan
orang - Klien tampak agresif
- Klien mengatakan bisikan tersebut - Klien melakukan gerakan menonjok
menyuruhnya melompat ke sungai berulang-ulang
- Klien tampak mondar-mandir
3. Melatih klien melakukan cara mengontrol - Klien melakukan gerakan bela diri
marah meliputi: - Klien melakukan teknik tarik nafas dalam
- Teknik relaksasi tarik nafas dalam - Klien memperagan cara memukul bantal
- Memukul bantal A:
- Risiko perilaku kekerasan belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
 Evaluasi teknik napas dalam
 Evaluasi teknik memukul bantal
 Mengajarkan cara menolak marah
dengan cara mengungkapkan kata-
kata yang baik

Perawat Jaga
Ttd,

Faurus Nasaruddin
Hari/Tanggal/
DX Implementasi Evaluasi
Jam
1 Kamis, 21 1. Membina hubungan interpersonal dan saling Jam: 13.00 WIB
Januari 2021 percaya dengan klien.
Hasil : S:
09.00-13.00 - Klien mengatakan namanya Tn. R - Klien mengatakan saat ini masih
WIB mendengar suara
2. Mencatat perilaku klien yang menunjukkan - Klien mengatakan suara tersebut
halusinasi. menyuruhnya bernyanyi
Hasil : O:
- Klien sesekali melamun dan tertunduk - Klien masih tampak sesekali melamun
- Tatapan klien kosong dan tertunduk
- Klien tampak menutup telinga lalu - Klien bernyanyi lagu dangdut dan lagu
memegang kepala india sambil joget
- Klien tampak sesekali senyum dan tertawa - Klien masih tampak sesekali senyum dan
sendiri tertawa sendiri
- Klien bisa memperagakan cara mengontrol - Klien bisa memperagakan cara
halusinasi dengan bercakap-cakap menghardik dan bercakap-cakap

3. Masimberikan klien kesempatan untuk A:


mendiskusikan halusinasinya. - Masalah halusinasi belum teratasi
Hasil : P:
- Klien mengatakan bisikan masih muncul - Intervensi Dilanjutkan
setiap saat  Evaluasi cara mengahardik dan bercakap-
- Klien mengatakan dia dibisiki oleh jin cakap
- Klien mengatakan suara tersebut sebagai  Ajarkan cara mengontrol halusinasi
suara laki-laki dan perempuan dengan aktivitas terjadwal

4. Melatih klien cara mengontrol halusinasi: Perawat Jaga


- Menghardik Ttd,
- Bercakap-cakap dengan teman atau
petugas
Hasil: Klien bisa memperagakan cara Faurus Nasaruddin
menontrol halusinasi dengan
menghardik dan bercakap-cakap.

2. Kamis, 21 1. Membina hubungan saling percaya dengan Jam: 13.00 WIB


Januari 2021 cara (menjelaskan maksud dan tujuan
interaksi, jelaskan tentang kontrak yang akan S:
09.00-12.00 dibuat, beri rasa aman dan sikap empati) - Klien mengatakan namanya Tn. R
WIB - Klien mengatakan masih mendengar
2. Mendiskusikan bersama klien tentang bisikan yang menyuruhnya memukul
perilaku kekerasan: orang namun klien menolak
Hasil: - Klien mengatakan sedang tidak marah
- Klien mengatakan masih marah karena - Klien mengatakan bisikan sering muncul
terus mendengar bisikan ketika sedang sendirian dan melamu.
- Klien mengatakan bisikan sering muncul O:
ketika sedang sendirian dan melamun - Klien mau berjabat tangan
- Klien mengatakan masih mendengar - Klien tampak agresif
bisikan yang menyuruhnya memukul - Klien masih melakukan gerakan
orang menonjok berulang-ulang jika diajak
salam tos oleh rekannya
3. Melatih klien melakukan cara mengontrol - Klien sesekali masih melakukan gerakan
marah meliputi: bela diri
- Teknik relaksasi tarik nafas dalam - Klien melakukan teknik tarik nafas dalam
- Memukul bantal - Klien memperagakan cara memukul
- Mengungkapkan secara verbal bantal
- Klien memperagakan cara menolak
marah dengan bercakap-cakap yang baik
A:
- Risiko perilaku kekerasan belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
 Evaluasi teknik napas dalam
 Evaluasi teknik memukul bantal cara
menolak marah dengan cara
mengungkapkan kata-kata yang baik
 Mengajarkan teknik mengontrol
marah dengan beribadah.

Perawat Jaga
Ttd,

Faurus Nasaruddin
DX Hari/Tanggal/ Implementasi Evaluasi
Jam
1 Jum’at, 22 1. Membina hubungan interpersonal dan saling Jam: 13.00 WIB
Januari 2021 percaya dengan klien.
Hasil : S:
09.00-12.00 - Klien mengatakan namanya Tn. R - Klien mengatakan saat ini masih
WIB mendengar suara
2. Mencatat perilaku klien yang menunjukkan - Klien mengatakan suara tersebut
halusinasi. menyuruhnya joget dan bernyanyi
Hasil : O:
- Klien masih sesekali melamun dan - Klien masih tampak sesekali melamun
tertunduk dan tertunduk
- Klien tampak menutup telinga lalu - Klien bernyanyi lagu jawa dan lagu
memegang kepala indonesia
- Klien masih tampak sesekali senyum dan - Klien masih tampak sesekali senyum dan
tertawa sendiri tertawa sendiri
- Klien bisa memperagakan cara mengontrol - Klien bisa memperagakan cara
halusinasi dengan menghardik, bercakap- menghardi, bercakap-cakap dan mampu
cakap dan menyebut aktivitas harian menyebut aktivitasnya sehari-hari

3. Memberikan klien kesempatan untuk A:


mendiskusikan halusinasinya. - Masalah halusinasi teratasi sebagian
Hasil : P:
- Klien mengatakan bisikan masih muncul - Intervensi Dilanjutkan
setiap saat  Evaluasi cara mengahardik, bercakap-
- Klien mengatakan suara tersebut sebagai cakap, dan aktivitas harian klien
suara laki-laki dan perempuan  Ajarkan cara mengontrol halusinasi
- Klien mengatakan tidak percaya dengan dengan minum obat teratur
suara-suara tersebut Perawat Jaga
Ttd,
4. Melatih klien cara mengontrol halusinasi:
- Menghardik
- Bercakap-cakap dengan teman atau Faurus Nasaruddin
petugas
- Menyusun jadwal harian
Hasil: Klien bisa memperagakan cara
menontrol halusinasi dengan
menghardik, bercakap-cakap, serta
mampu menyebut aktivitas harian.

3. Jum’at, 22 1. Membina hubungan saling percaya Jam: 13.00 WIB


Januari 2021
2. Mendiskusikan bersama klien tentang perilaku S:
09.00-12.00 kekerasan - Klien mengatakan namanya Tn. R
WIB Hasil: - Klien mengatakan sudah jarang
- Klien mengatakan masih marah karena mendengar bisikan yang menyuruhnya
terus mendengar bisikan memukul orang namun klien menolak
- Klien mengatakan bisikan sudah jarang - Klien mengatakan sedang tidak marah
muncul - Klien mengatakan bisikan sering muncul
ketika sedang sendirian dan melamun
3. Melatih klien melakukan cara mengontrol - Klien mengatakan sering berdzikir dan
marah meliputi: beristighfar jika kesal dan marah.
- Teknik relaksasi tarik nafas dalam O:
- Memukul bantal - Klien mau berjabat tangan
- Mengungkapkan secara verbal - Klien tampak agresif
- Klien masih melakukan gerakan
- Spiritual (beribadah) menonjok berulang-ulang jika diajak
- Terapi obat salam tos oleh rekannya
- Klien sesekali masih melakukan gerakan
bela diri
- Klien melakukan teknik tarik nafas dalam
- Klien memperagakan cara memukul
bantal
- Klien memperagakan cara menolak
marah dengan bercakap-cakap yang baik
- Klien tau tentang sholat
A:
- Risiko perilaku kekerasan teratasi
sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi
 Evaluasi teknik napas dalam
 Evaluasi teknik memukul bantal cara
menolak marah dengan cara
mengungkapkan kata-kata yang baik
 Mengajarkan teknik mengontrol
marah dengan beribadah dan
mengkonsumsi obat secara teratur

Ttd,

Perawat
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus diatas didapatkan tiga diagnosa dari hasil pengkajian. Diagnosa

yang pertama adalah gangguan persepsi: halusinasi yang memiliki intervensi seperti

mengkaji halusinasi dan cara menghardik halusinasi, mengontrol halusinasi dengan

obat, mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap serta membuat kegiatan harian.

Intervensi tersebut di dukung oleh jurnal yang berjudul “Efektifitas Terapi Individu

Becakap-cakap dalam Meningkatkan Kemampuan Mengontrol Halusinasi pada

Pasien Halusinasi Pendengaran di RSJ DR. Amino Gandohutomo Provinsi Jawa

Tengah” yang memiliki hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara

kemampuan mengontrol halusinasi Posttest pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol. Berdasarkan implementasi mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap

pada pasien halusinasi pendengaran didapatkan evaluasi pasien tidak mau becakap-

cakap dengan temannya dan pasien tampak tidak kooperatif.

Diagnosa kedua pada data hasil pengkajian ini adalah risiko perilaku

kekerasan yang memiliki intervensi identifikasi penyebab perilaku kekerasan dan

latih perilaku kekerasan dengan fisik (relaksasi dan pukul bantal), latih mengontrol

perilaku kekerasan dengan obat serta verbal, dan latih kontrol perilaku kekerasan

dengan spiritual. Intervensi ini di dukung oleh jurnal yang berjudul “Terapi psikoreligi

terhadap penurunan perilaku kekerasan pada pasien Skizofrenia di ruang rawat inap Rumah

Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung” dan memiliki hasil penelitian menunjukkan

bahwa Terapi Psikoreligius berpengaruh terhadap penurunan perilaku kekerasan

pada pasien Skizofrenia di RSJD Provinsi Lampung. Berdasarkan implementasi


mengontrol perilaku kekerasan dengan psikoreligi didapatkan hasil evaluasi pasien

akan mengontrol emosinya jika ingat.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl. Brawijaya 99, Tamantirto, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Tlp. (0274)434 2288, 434 2277. Fax. (0274)4342269. Web: www.almaata.ac.id

ANALISA JURNAL HASIL PENELITIAN

1. Judul Artikel : Terapi psikoreligi terhadap penurunan perilaku kekerasan


pada pasien Skizofrenia di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Lampung

2. Sumber : Diakses melalui e-jurnal keperawatan


Artikel https://core.ac.uk/reader/276637980 Pada tanggal 27 Januari
2021

3. Analisa PICO :

No Kriteria Jawab Pembenaran dan Critical


Thingking

1. P Populasi Populasi dan sampelnya seluruh


pasien beragama islam dengan
perilaku kekerasan di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Lampung sebanyak 30
pasien.

2. I Intervensi Tindakan yang dilakukan adalah


terapi psikoreligi meliputi wudhu
sholat dan berdzikir

3. C Controling/Comparing -

4. O Outcome Skor perilaku kekerasan Sebelum


Terapi psikoreligi adalah 16,87
dengan standar deviasi 1,46
sedangkan rata-rata Skor perilaku
kekerasan sesudah Terapi
psikoreligi adalah 13.0 dengan
standar deviasi 1,0. Dari hasil uji
statistik di atas didapatkan t hitung
= 11,502. Karena t hitung > t tabel
yaitu 11.502 > 0,021 dan p-value =
0,000, maka dapat disimpulkan ada
pengaruh terapi psikoreligi terhadap
penurunan perilaku kekerasan
sangat signifikan dibandingkan
kelompok kontrol (tanpa dilakukan
terapi psikoreligi).

Jawablah sesuai dengan yang ditemukan dalam artikel dan berikan penjelasannya.

4. Analisa Kritis :
a. Bagaimana level pembuktian artikel/evidence based dalam hirarki evidence
based ?
Jawab : Penelitian ini reliabel dan dapat di buktikan karena Instrumen
penelitian menggunakan lembar observasi pasien perilaku kekerasan yang
meliputi pengkajian tentang tanda dan gejala pasien perilaku kekerasan, data
demografi, dan terapi psikoreligi. Pasien yang akan dijadikan objek penelitian
dilakukan skrining RUFA 2 (11-21). Setelah melengkapi data demografi
lengkap dan responden sudah sesuai dengan kriteria inklusi.
b. Apakah jenis metodologi penelitian yang digunakan dalam artikel ?
Jawab: Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan
penelitian quasi eksperimen.
c. Apakah hasil penelitian ini reliable dan relevan dengan kondisi dilapangan
Jawab :Ya, Hasilpenelitian ini relevan dengan pasien saya yaitu pasien pasien
dengan gangguan risiko perilaku kekerasan (RPK).
d. Bagaimana etika penelitian artikel yang ditemukan ?
Jawab : Etika Pnelitian dengan menekankan prinsip-prinsip dalam etika yang
berlaku, yang meliputi : Inform consent/persetujuan untuk ikut penelitian
didapatkan dari keluarga pasien, karena pasien gangguan jiwa termasuk
golongan lemah/vulnerable.
e. Bagaimana Implikasi dalam keperawatan?
Jawab : Hasil dari penelitian dapat kita implimintasikan dalam keperawatan
yaitu teknik psikoreligi, psikoreligius adalah terapi yang biasanya melalui
pendekatan keagamaan yang dianut oleh klien dan cenderung untuk
menyentuh sisi spiritual manusia seperti wudhu sholat berdzikir dan berdoa.
Teknik ini dapat menurunkan perilaku kekerasan.
5. Kesimpulan dan Saran :
a. Kesimpulan
Teknik psikoreligius berpengaruh terhadap penurunan kekerasan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati, &
Prihantini (2014) tentang pengaruh terapi psikoreligi terhadap penurunan
perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terapi Psikoreligius
berpengaruh terhadap penurunan perilaku kekerasan
b. Saran
Penderita gangguan jiwa dengan rpk dapat mengerti cara penggunaan
nonfarmakologi untuk menurunkan perilaku kekerasan, dan terdapat tindak
lanjut untuk penanganan rpk pada penderita gangguan jiwa. perawat rsj
paham cara penurunan kekerasan dengan teknik psikoreligius.
DAFTAR PUSTAKA

1. Teguh Pribadi &, Djunizar Djamaludin.(2019). Terapi psikoreligi terhadap


penurunan perilaku kekerasan pada pasien Skizofrenia di ruang rawat inap
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung. Holistik Jurnal Kesehatan, Volume
13, No.4, Desember 2019: 373-380
2. Sulistyowati, D. A., & Prihantini, E. (2015). Pengaruh Terapi Psikoreligi
Terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Interest: Jurnal Ilmu Kesehatan, 4(1).
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl. Brawijaya 99, Tamantirto, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Tlp. (0274)434 2288, 434 2277. Fax. (0274)4342269. Web: www.almaata.ac.id

ANALISA JURNAL HASIL PENELITIAN

1 Judul : Efektifitas terapi individu bercakap-cakap dalam meningkatkan


. Artikel kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi
pendengaran di rsj dr. Amino gondohutomo Provinsi jawa
tengah
2 Sumber : Diakses melalui e-jurnal keperawatan
. Artikel http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/ar
ticle/viewFile/437/437 Pada tanggal 27 Januari 2021

3 Analisa :
. PICO

No Kriteria Jawab Pembenaran dan Critical


Thingking

1. P Populasi Populasi dalam penelitian ini


sebanyak 291 responden. Sampel
dalam penilitian ini adalah sebanyak
54 responden.

2. I Intervensi Tindakan yang dilakukan adalah


terapi terapi individu bercakap
cakap dan pengukuran pre test dan
post test.

3. C Controling/Comparing Pada penelitian ini di bagi menjadi 2


kelompok Kelompok yang pertama
yaitu kelompok intervensi yang
terdiri dari 27 responden, kelompok
kedua adalah kelompok kontrol
yang terdiri dari 27 responden.

4. O Outcome Kelompok intervensi dari 27


responden didapatkan hasil sebelum
diberikan terapi yang kemampuan
kurang berjumlah 27 responden
(100.0 %) dan sesudah diberikan
terapi individu bercakap-cakap
didapatkan hasil yang kemampuan
cukup 1 responden (3.7%),
kemampuan baik 26 responden
(96.3%).

Kelompok kontrol dari 27


responden pada Sebelum di ukur
kemampuan mengontrol halusinasi
didapatkan hasil kemampuan
kurang 27 responden (100.0%) dan
Sesudah didapatkan hasil
kemampuan cukup 18 responden
(66.7%), kemampuan baik 9
responden (33.3%)

Jawablah sesuai dengan yang ditemukan dalam artikel dan berikan penjelasannya.

6. Analisa Kritis :
f. Bagaimana level pembuktian artikel/evidence based dalam hirarki evidence
based ?
Jawab : Penelitian ini reliabel dan dapat di buktikan karena Instrumen
penelitian menggunakan lembar kuesioner dan lembar observasi yang
hasilnya tertuang dalam lembar evaluasi kemampuan mengontrol halusinasi
pada responden halusinasi pendengaran.
g. Apakah jenis metodologi penelitian yang digunakan dalam artikel ?
Jawab:
Desain penelitian ini adalah Quasy Eksperimen dengan rancangan One Group
Pretest Posttest with control group.
h. Apakah hasil penelitian ini reliable dan relevan dengan kondisi dilapangan
Jawab :Ya, Hasil penelitian ini relevan dengan pasien saya yaitu pasien
pasien dengan gangguan halusinasi pendegaran.
i. Bagaimana etika penelitian artikel yang ditemukan ?
Jawab : Etika Pnelitian dengan menekankan prinsip-prinsip dalam etika yang
berlaku, yang meliputi : lembar persetujuan menjadi responden tanpa nama,
dan menjaga kerahasiaan.
j. Bagaimana Implikasi dalam keperawatan?
Jawab : Hasil dari penelitian dapat kita implimintasikan dalam keperawatan
yaitu terapi bercakap cakap, bercakap-cakap dengan orang lain dapat
membantu mengontrol halusinasi, ketika pasien bercakap-cakap dengan
orang lain terjadi distraksi, fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi
ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
7. Kesimpulan dan Saran :
a. Kesimpulan
Terapi bercakap cakap efektif untuk mengontrol halusinasi.
b. Saran
Penderita gangguan jiwa dengan halusinasi pendengaran mengerti cara
mengontrol halusinasinya, terdapat tindak llanjut untuk penanganan pasien
dengan maslaah halusinasi pendegaran.
DAFTAR PUSTAKA

1. Oky Fresa dkk. (2015). Efektifitas terapi individu bercakap-cakap dalam


meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi Pada pasien halusinasi
pendengaran Di rsj dr. Amino gondohutomo.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/viewFile/
437/437 Pada tanggal 27 Januari 2021
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Tn. R dengan


masalah utama gangguan persepsi sensori: halusinasi penyusun menyimpulkan:

1. Pengkajian keperawatan pada pasien Tn. R dilakukan secara komprehensif dan


berkesinambungan selama asuhan keperawatan diberikan yang meliputi data
gangguan sensori persepsi yang terjadi akibat adanya gangguan penyerapan
panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada pasien
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik.
Dengan kata lain pasien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang
hanya dirasakan oleh pasien dan tidak dapat dibuktikan.

2. Diagnosa yang muncul pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. R.


dengan Skizofenia sudah sesuai dengan teori yang ada. Diagnosa yang muncul
pada pasien Tn. R adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi.

3. Fokus pemberian asuhan keperawatan atau rencana tindakan keperawatan pada


pasien Tn. R adalah sebagai upaya untuk mengeksplorasikan perasaannya
kepada orang lain, sehingga dapat mengatasi masalah halusinasi yang
dialaminya.

4. Implementasi keperawatan pada pasien Tn. R sesuai dengan perencanaan


berdasarkan tinjauan teori. . Setelah diberikan tindakan keperawatan selama
3x24 jam (3 hari) pasien dapat mengontrol atau mengendalikan halusinasi yang
dialaminya.

5. Evaluasi hasil asuhan keperawatan pada pasien Tn. R adalah dengan


melakukan penilaian hasil tindakan keperawatan yang diberikan dengan
mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yaitu kemampuan pasien mengontrol
atau mengendalikan halusinasi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, bukan beberapa saran sebagai pertimbangan


dalam meningkatkan asuhan keperawatan, khususnya pada pasien dengan
halusinasi pendengaran, Yaitu :

1. Rumah Sakit Jiwa

Rumah Sakit Jiwa sebagai wadah dalam membantu program pemerintah untuk
meningkatkan serta mempertahankan kesehatan masyarakat, diharapkan pihak
rumah sakit membuat Jadwal kunjungan keluarga agar proses pemberian
intervensi pada keluarga dapat dilakukan. Selain itu, diharapkan pihak
manajemen agar memperhatikan sarana dan prasarana yang ada dan
melengkapi seluruh peralatan medis proses penyembuhan pasien. Serta
diharapkan pihak manajemen lebih proaktif untuk melakukan home visite ke
rumah rumah pasien khususnya pasien pasien yang ditelantarkan oleh
keluarganya.

2. Mahasiswa keperawatan

Mahasiswa merupakan calon perawat, sehingga diharapkan agar mampu


memanfaatkan waktu yang ada pada saat praktik semaksimal mungkin, agar
ilmu yang didapatkan tidak hanya di ruang kelas sekolah melainkan juga di
lapangan.

3. Perawat

Perawat harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui


pendidikan berkelanjutan maupun kegiatan ilmiah seperti seminar workshop
dan pelatihan yang dapat mendukung kemampuan dalam memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan pasien gangguan jiwa khususnya yang
mengalami halusinasi pendengaran.

4. Pendidikan keperawatan

Pendidikan keperawatan merupakan pencetak perawat-perawat di masa depan,


hendaknya pihak pendidikan dapat memberikan banyak materi pembelajaran
dan praktik terkait perkembangannya keperawatan jiwa yang dirasakan
Semakin menjadi masalah kesehatan jiwa. Begitu juga dengan literatur yang
disediakan, agar buku-buku yang disediakan di perpustakaan selalu diupgrade
sehingga sumber yang disediakan merupakan sumber terbaru. Dalam hal
pembuatan laporan kasus ini diharapkan menjadi pertimbangan agar waktu
pembuatan laporan kasus ini dapat diperpanjang, agar pembuatan laporan kasus
ini dapat dimanfaatkan secara maksimal dengan hasil yang juga maksimal.

5. Keluarga dan masyarakat

Keluarga dan masyarakat hendaknya dapat mengenal gangguan jiwa bukan


sebagai suatu penyakit yang sangat meresahkan masyarakat. Khususnya
kepada keluarga agar memberikan dukungan bagi proses penyembuhan pasien,
baik berupa material maupun berupa support dalam hal kecil seperti kunjungan
keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai