R DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
DI RUMAH SAKIT JIWA X
Di Susun Oleh :
FAURUS NASARUDDIN
200300735
Disetujui Oleh :
Pembimbing Akademik
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), masalah gangguan jiwa
di dunia ini sudah menjadi masalah yang semakin serius. Paling tidak, ada satu
dari empat orang di dunia ini mengalami gangguan jiwa. WHO memperkirakan
ada sekitar 450 juta orang di dunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan data statistik, angka pasien gangguan jiwa memang sangat
mengkhawatirkan.
Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, Kesehatan Jiwa
adalah suatu keadaan yang memungkinkan perkembang an fisik, intelektual,
emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan
dengan orang lain. Sedangkan menurut American Nurses Associations (ANA)
keperawatan jiwa merupakan suatu bidang khusus dalam praktek keperawatan
yang menggunakan ilmu perilaku manusia sebagai ilmu dan penggunaan diri
sendiri secara terapeutik sebagai caranya untuk meningkatkan, mempertahankan,
memulihkan kesehatan jiwa. Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70%
halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi
pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi
penghidungan, pengecapan dan perabaan. Angka terjadinya halusinasi cukup
tinggi. Berdasarkan hasil pengkajian di Rumah Sakit Jiwa Sungailiat ditemukan
85% pasien dengan kasus halusinasi.
Halusinasi adalah penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua panca indera dan terjadi disaat
individu sadar penuh (Depkes dalam Dermawan dan Rusdi,2013). Halusinasi
pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang tidak berhubungan
dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak mendengarnya (Dermawan dan
Rusdi, 2013). Sedangkan menurut Kusumawati (2010) halusinasi pendengaran
adalah klien mendengar suara-suara yang jelas maupun tidak jelas, dimana suara
tersebut bisa mengajak klien berbicara atau melakukan sesuatu.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas praktek profesi
ners pada stase Keperawatan Jiwa. Tugas ini berupa asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan jiwa.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa.
b. Menentukan masalah keperawatan sesuai dengan kebutuhan pada klien
dengan gangguan jiwa.
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa.
e. Melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan jiwa.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Fase I (Comforting)
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian,
rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini pasien tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakkan
mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
2. Fase II (Condemning)
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya
dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-
tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda
vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan
pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan
halusinasi realita.
F. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) persepsi mengacu pada
identifikasi dan interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi
yang diterima melalui panca indera. Respon neurobiologis sepanjang rentang
sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi
konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yang
meliputi delusi, halusinasi, isolasi sosial. Rentang respon dapat digambarkan
sebagai berikut :
G. Patofisiologi
Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber
atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan
primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan secara psikologi
terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi,
marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang dicintai, tidak dapat mengendalikan
dorongan ego, pikiran dan perasaan sendiri. Secara umum dapat dikatakan
segala sesuatu yang mengancam harga diri dan keutuhan diri dan kebutuhan
keluarga dapat merupakan penyebab terjadinya halusinasi. Ancaman terhadap
harga diri dan keutuhan keluarga meningkatkan kecemasaan, gejala dengan
meningkatkan kecemasaan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur
persepi, mengenal perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan
sendiri menurun, sehingga segala sesuatu diartikan berbeda dan proses
rasionalisasi tidak efektif lagi. Hal ini mengakibatkan lebih sukar lagi
membedakan mana rangsangaan yang berasal dari pikirannya sendiri dan
mana yang berasal dari lingkungannya.
H. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi adalah :
1. Menarik diri
2. Curiga
3. Defisit perawatan diri
4. Kurang minat dalam aktivitas
5. Harga diri rendah
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Hospitalisasi perawatan rumah sakit
2. Pemberian obat seperti haloperidol, CPZ, diazepam, amitriptylin, dan
lain-lain.
3. Terapi ECT, merupakan kejang listrik dan pengobatan fisik dengan
menggunakan arus listrik antara 70-150 volt.
4. Psikoterapi (menurut Dadang Hawari, 2001)
a. Psikoanalisa psikoterapi
Tujuan psikoterapi adalah :
c. Psikoterapi Rekonstruktif
Memperbaiki kembali (re-konstruksi) kepribadian yang utuh
seperti semula sebelum sakit.
d. Psikoterapi Kognetif
Memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya
ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai
moral etika, mana yang baik dan yang buruk, yang boleh dan tidak.
e. Psikoterapi Psiko-dinamika
Menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang
dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari
jalan keluarnya.
f. Psikoterapi Perilaku
Memulihkan gangguan perilaku yang terganggu (maladaptife)
menjadi perilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan diri).
g. Psikoterapi Keluarga
Memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya.
h. Terapi Psikososial
Dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi
dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri,
mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak
menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.
i. Terapi Psikoreligius
Dimaksudkan agar keyakinan atau keimanan penderita dapat
dipulihkan kembali.
J. Penatalaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran
keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di Rumah
Sakit Jiwa (RSJ) pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga
mempunyai peranan yang sangat penting sehingga keluarga mempunyai
peranan yang sangat penting didalam hal merawat pasien, menciptakan
lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat.
(Maramis, 2004)
1. Farmakologi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita
skizofrenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi dalam
dua tahun penyakit.
Perfenazin (Trilafon) 12 – 60 mg
Trifluoperazin (Stelazine) 2 – 40 mg
Tiotiksen (Navane) 8 – 30 mg
2. Nonfarmakologi
a. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan
kejang grandmal secara artificial dengan melewatkan aliran listrik
melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi
kejang listrik dapat diberikan pada skizofrenia yang tidak bisa
dilakukan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
kejang listrik 4 -5 joule/detik.
b. Biokimia
2. Predisposisi
a. Faktor Biologis
Adanya hambatan dalam perkembangan otak khusu konteks
lobus provital, temporal dan limbik yang disebabkan gangguan
perkembangan dan fungsi susunan saraf pusat. Sehingga
menyebabkan hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan
mungkin perilaku menarik diri. Perilaku menarik diri dapat
menyebabkan orang tidak mau bersosialisasi sehingga kemampuan
dalam menilai dan berespon dengan realita dapat hilang dan sulit
membedakan rangsangan internal dan eksternal.
b. Faktor Psikologis
Halusinasi dapat terjadi pada orang yang mempunyai keluarga
overprotektif sangat cemas. Hubungan dalam keluarga yang dingin
dan tidak harmonis perhatian dengan orang lain yang sangat berlebih
ataupun yang sangat kurang sehingga menyebabkan koping individu
dalam menghadapi stress tidak adaptif.
3. Perilaku
Pengkajian pada klien dengan halusinasi perlu ditekankan pada
fungsi kognituf (proses pikir), fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi
motorik dan fungsi sosial.
a. Fungsi Kognitif
Pada fungsi kognitif terjadi perubahan daya ingat, klien
mengalami kesukaran dalam menilai dan menggunakan memorinya
atau klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang/pendek.
Klien menjadi pelupa dan tidak berminat.
2) Perhatian
Klien tidak mampu mempertahankan perhatiannya atau
mudah terakih, serta konsentrasi buruk, akibatnya mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan berkonsentrasi terhadap
tugas.
3) Isi Pikir
Klien tidak mampu memproses stimulus interna dan
eksterna dengan baik sehingga terjadi curiga, siar pikir, sisip pikir,
somatik.
b. Fungsi Emosi
Emosi digambarkan dengan istilah mood adalah suasana emosi
sedangkan efek adalah mengacu kepada ekspresi emosi yang dapat
diamati dalam ekspresi wajah. Gerakan tangan, tubuh dan nada suara
ketika individu menceritakan perasaannya.
1) Afek Tumpul
Kurangnya respon emosional terhadap pikiran, orang lain
atau pengalaman klien tampak apatis.
2) Afek Datar
Tidak tampak ekspresi aktif, suara menahan dan wajah
datar, tidak ada keterlibatan perasaan.
3) Afek Tidak Sesuai
Afek tidak sesuai dengan isi pembicaraan.
4) Reaksi Berlebihan
Reaksi emosi yang berlebihan terhadap suatu kejadian.
5) Ambivalen
Timbulnya dua perasaan yang bertentangan pada saat yang
bersamaan.
c. Fungsi Motorik
Respon Neurologis Maladaptive menimbulkan perilaku yang aneh,
membingungkan dan kadang nampak tidak kenal dengan orang lain.
Perubahan tersebut adalah :
1) Impulsif
Cenderung melakukan gerakan yang tiba-tiba dan spontan.
2) Manerisme
Dilihat melalui gerakan dan ucapan seperti grimasentik.
3) Stereobipik
Gerakan yang diulang tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh
stimulus yang jelas.
4) Katatonia
Kekacauan psikomotor pada skizofrenia tipe katatonik (eq:
catatonic excitement, stupor, catalepsy, flexibilitascerea),
imobilitas karena faktor psikologis, kadangkala ditandai oleh
periode agitasi atau gembira, klien tampak tidak bergerak, seolah-
olah dalam keadaan setengah sadar.
d. Fungsi Sosial
Perilaku yang terkait dengan hubungan sosial sebagai akibat
orang lain respon neurobiologis yang maladaptive adalah sebagai
berikut :
1) Kesepian
Perasaan terisolasi dan terasingkan, perasaan kosong dan merasa
putus asa sehingga klien terpisah dengan orang lain.
2) Isolasi sosial
Terjadi ketika klien menarik diri secara fisik dan emosional dari
lingkungan. Isolasi diri klien tergantung pada tingkat kesedihan
dan kecemasan yang berkaitan dalam berhubungan dengan orang
lain. Rasa tidak percaya pada orang lain merupakan inti dari
masalah yang dialami klien. Pengalaman hubungan yang tidak
menyenangkan menyebabkan klien menganggap hubungan saat
ini berbahaya. Klien merasa terancam setiap ditemani orang lain
karena ia menganggap orang tersebut akan mengontrolnya,
mengancam dan menuntutnya. Oleh karena itu klien tetap
mengisolasi diri dari pada pengalaman yang menyedihkan
terulang kembali.
3) Harga Diri Rendah
Saat melakukan proses pengkajian, data penting yang perlu kita
dapatkan adalah :
a. Jenis Halusinasi
Tabel berikut ini memuat jenis halusinasi, data objektif dan subjektif yang bisa
didapatkan berdasarkan pemeriksaan dan anamnesis.
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
H Halusinasi Bicara atau tertawa Mendengar suara-suara
Pendengaran / Suara sendiri, marah-marah, atau kegaduhan,
mengarahkan telinga mendengar suara yang
ke arah tertentu, mengajak bercakap-
menutup telinga. cakap, mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
H Halusinasi Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke Melihat bayangan, sinar,
arah tertentu, bentuk geometris, bentuk
ketakutan pada kartoon melihat hantu
sesuatu yang tidak atau monster
jelas
H Halusinasi Penciuman Mencium seperti Membaui bau-bauan
sedang membau-baui seperti bau darah, urin
bau-bauan tertentu, feses, kadang-kadang bau
menutup hidung itu menyenangkan
H Halusinasi Pengecapan Sering meludah dan Merasakan rasa seperti
muntah darah, urine, atau feses
H Halusinasi Perabaan Mengaruk-garuk Mengatakan ada serangga
permukaan kulit di permukaan kulit,
merasa seperti tersengat
listrik
b. Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat diketahui dari hasil pengkajian
tentang jenis halusinasi. Misalnya : melihat sapi yang sedang mengamuk.
Padahal sesungguhnya adalah pamannya yang sedang bekerja di ladang.
Bisa juga mendengar suara yang menyuruh untuk melakukan sesuatu,
sedangkan sesungguhnya hal tersebut tidak ada.
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu
muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasein hal yang dirasakan atau
dilakuakan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan
kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga
dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.kecemasaan
perawat akan meningkat kualitas asuhan terhadap pasien dengan
gangguan ini.
B. Pohon Masalah
C. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi
2. Perubahan sensori persepsi : Halusinasi Pendengaran
3. Perubahan proses pikir: Waham Kebesaran
TUJUAN INTERVENSI
Tujuan umum : Bina hubungan saling percaya dengan
Pasien dapat mengontrol halusinasi menggunakan prinsip komunikasi
yang dialaminya. terapeutik.
TUK 1 : 1. Sapa pasien dengan ramah baik
Pasien dapat membina hubungan verbal maupun non verbal.
saling percaya. 2. Perkenalkan nama, nama panggilan
Kriteria Hasil : dan tujuan perawat berkenalan.
Setelah ... x interaksi, pasien 3. Tanyakan nama lengkap dan
mampu membina hubungan saling panggilan yang disukai pasien.
percaya dengan perawat dengan 4. Buat kontrak yang jelas
kriteria ekspresi wajah bersahabat, 5. Tunjukkan sikap jujur dan
menunjukkan rasa senang, asa menunjukkan sikap empati serta
kontak mata, mau berjabat tangan, menerima apa adanya.
mau menyebutkan nama, mau 6. Beri perhatian kepada pasien dan
membalas salam, mau duduk perhatikan kebutuhan dasar pasien.
berdampingan dengan perawat, 7. Beri kesempatan pasien untuk
mau mengungkapkan mengungkapkan perasaannya.
perasaannya. 8. Dengarkan ungkapan pasien
dengan penuh perhatian pada
ekspresi perasaan pasien.
PASIEN KELUARGA
SP I SP I
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 1. Mendiskusikan masalah yang
klien. diusahakan keluarga merawat
2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien
klien 2. Menyebutkan tanda dan gejala
3. Mengidentifikasikan waktu halusinasi yang dialami pasien,
halusinasi klien serta proses terjadinya
4. Mengidentifikasikan frekuensi 3. Menjelaskan cara-cara merawat
halusinasi klien pasien halusinasi
5. Mengidentifikasikan situasi yang
menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasikan respon yang
menimbulkan halusinasi
7. Melatih pasien cara kontrol
halusinasi dengan menghardik
8. Membimbing klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian. SP II
SP II 1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas dirumah,
1. Memvalidasi masalah dan latihan termasuk minum
sebelumnya 2. Menjelaskan follow up pasien
2. Melatih pasien cara kontrol setelah pulang.
halusinasi
3. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan
SP III
SP III 1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas dirumah.
1. Mengevaluasi masalah dan latihan 2. Menjelaskan follow up pasien
sebelumnya setelah pulang
2. Melatih pasien cara kontrol
halusinasi dengan kegiatan yang
bisa dilakukan
3. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
SP IV
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. R [L]
Umur : 27 tahun
Informan :-
3.
Pelaku Usia Korban Usia Saksi Usia
Aniaya Fisik -
Aniaya Seksual -
Penolakan -
Kekerasan -
dalam
Keluarga
Tindakan -
Kriminal
Jelaskan No. 1,2,3 :
Pasien mengatakan tidak ada penolakan dalam masyarakat dengan gangguan
jiwa yang dialami pasien saat ini. Pasien tidak pernah mengalami
penganiyayaan fisik , pasien tidak pernah menjadi pelaku tindak kekerasan dan
seksual, tidak ada kekerasan dalam rumah tangga dan tidak pernah mengalami
tindakan kriminal.
Masalah Keperawatan : -
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Ya
Tidak
Jika Iya,
Hubungan Keluarga Gejala Riwayat Pengobatan
Masalah Keperawatan : -
5. Pengalaman Masa lalu yang tidak menyenangkan : -
Masalah Keperawatan : -
IV. PENGKAJIAN FISIK
1. Tanda vital :TD : 120/70 mmHg N : 82 x /mnt S : 36,80 C P:
20x/mnt
2. Ukur : BB: 78 Kg TB: 165 cm
3. Keluhan Fisik : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Jelaskan : pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik
Masalah Keperawatan : -
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan:
: Klien : Meninggal
: Laki-Laki : Tinggal serumah
: Perempuan
Jelaskan : Pasien anak pertama dari 3 saudara kandung, saat ini pasien tinggal
dirumah bersama dengan kedua orang tua dan kedua adiknya.
Masalah Keperawatan : -
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien merasa bahwa dia hebat dalam mengaji dan
bernyanyi
b. Identitas diri : Klien mengatakan bahwa dia adalah sunan kalijaga
c. Peran : Klien mengatakan dirumah melakukan pekerjaan
Menyapu dan lain-lain
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh biar bisa
pulang ke rumah
e. Harga diri : Klien merasa dirinya berharga bagi keluarganya
Masalah Keperawatan : Gangguan identitas diri
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :
Klien memiliki orang-orang terdekat dalam kehidupannya sebagai tempat
mengadu, meminta bantuan terutama ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien mengatakan di lingkungan tempat tinggal aktif mengikuti kegiatan
dimasyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan suka berinteraksi dengan orang lain.
Masalah Keperawatan :
4. Spiritual
a. Nilai dan kepercayaan :
Klien mengatakan beragama islam dan semua yang dimiliki adalah
pemberian Tuhan.
b. Kegiatan ibadah :
Klien mengatakan rajin melaksanakan ibadah. Klien rajin shalat dan
puasa.
Masalah Keperawatan : -
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak Rapi Cara berpakaian tidak
Penggunaan pakaian tidak sesuai Seperti Biasanya
Jelaskan : _
Masalah Keperawatan : _
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu
memulai Pembicaraan
Jelaskan : Klien tidak nyambung dalam berkomunikasi, bicaranya tidak
terarah
Masalah Keperawatan : -
3. Aktiviitas motoric :
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasen Tremor
Kompulsif
Jelaskan : Klien mondar-mandir dan terlihat tidak tenag
Masalah Keperawatan : -
4. Alam perasaan :
Sedih Putus Asa Gembira
Ketakutan Khawatir Berlebihan
Jelaskan : Klien sering tertawa dan senymu sndiri ketika mengalami
halusinasi.
Masalah Keperawatan : -
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak Sesuai
9. Isi pikiran
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran
magis
Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip Pikir Siar Pikir Kontrol
Pikir
Jelaskan: Klien mengatakan dirinya adalah sunan kalijaga
Masalah Keperawatan : Waham kebesaran
10. Tingkat kesadaran
Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi
Waktu Tempat Orang
Jelaskan: Klien tampak bingung
Masalah Keperawatan : -
11. Memori
Gangguan Daya ingat jangka panjang Konfabulasi
diluar dirinya
Jelaskan:
- Klien mengatakan sering dibisiki jin
- Klien mengatakan isi bisikan tersebut menyuruhnya memukul orang
lain seperti orang tua dan teman
- Klien mengatakan bisikan tersebut juga menyuruh dia salto dan bela
diriKlien mengatakan jin sering membisiki dirinya untuk berbuat jahat.
Masalah Keperawatan : Risiko perilaku kekerasan
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
2. BAK/BAB
Bantuan minimal Bantuan total
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berdandan
Bantuan minimal Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : 13.00 s/d 15.00 WIB
Tidur malam lama : 20.00 s/d 05.00 WIB
Kegiatan sebelum.sesudah tidur
6. Penggunaan obat
Koping Obat-obatan
Lainnya
Masalah Keperawatan : Kurang Pengetahuan
POHON MASALAH
Risiko Perilaku
Akibat Kekerasan
Gangguan Persepsi
Core Problem
Sensori: Halusinasi
Penyebab Waham
No Diagnosa Perencanaan
Tujuan/ Out come Intervensi
1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Bina hubungan
Persepsi Sensori: tundakan keperawatan interpersonal dan saling percaya
Halusinasi selama 3 x 24 jam klien dengan klien.
pendengaran. mampu:
- Membina hubungan 2. Catat perilaku klien yang
saling percaya
- Mengenali jenis menunjukkan halusinasi.
halusinasi yang
dialami 3. Berikan klien
- Mengontrol kesempatan untuk
halusinasi mendiskusikan
- Memperagakan cara halusinasinya.
mengontrol
4. Monitor kehadiran
halusinasi
halusinasi mengenai konten
- Mengikuti program
dari halusinasi berupa
pengibatan secara
kekerasan atau mencelakai diri.
optimal
5. Dorong klien untuk
memfalidasi halusinasi dengan
orang yang dipercaya
6. Latih klien cara mengontrol
halusinasi
Perawat Jaga
Ttd,
Faurus Nasaruddin
Hari/Tanggal/
DX Implementasi Evaluasi
Jam
1 Kamis, 21 1. Membina hubungan interpersonal dan saling Jam: 13.00 WIB
Januari 2021 percaya dengan klien.
Hasil : S:
09.00-13.00 - Klien mengatakan namanya Tn. R - Klien mengatakan saat ini masih
WIB mendengar suara
2. Mencatat perilaku klien yang menunjukkan - Klien mengatakan suara tersebut
halusinasi. menyuruhnya bernyanyi
Hasil : O:
- Klien sesekali melamun dan tertunduk - Klien masih tampak sesekali melamun
- Tatapan klien kosong dan tertunduk
- Klien tampak menutup telinga lalu - Klien bernyanyi lagu dangdut dan lagu
memegang kepala india sambil joget
- Klien tampak sesekali senyum dan tertawa - Klien masih tampak sesekali senyum dan
sendiri tertawa sendiri
- Klien bisa memperagakan cara mengontrol - Klien bisa memperagakan cara
halusinasi dengan bercakap-cakap menghardik dan bercakap-cakap
Perawat Jaga
Ttd,
Faurus Nasaruddin
DX Hari/Tanggal/ Implementasi Evaluasi
Jam
1 Jum’at, 22 1. Membina hubungan interpersonal dan saling Jam: 13.00 WIB
Januari 2021 percaya dengan klien.
Hasil : S:
09.00-12.00 - Klien mengatakan namanya Tn. R - Klien mengatakan saat ini masih
WIB mendengar suara
2. Mencatat perilaku klien yang menunjukkan - Klien mengatakan suara tersebut
halusinasi. menyuruhnya joget dan bernyanyi
Hasil : O:
- Klien masih sesekali melamun dan - Klien masih tampak sesekali melamun
tertunduk dan tertunduk
- Klien tampak menutup telinga lalu - Klien bernyanyi lagu jawa dan lagu
memegang kepala indonesia
- Klien masih tampak sesekali senyum dan - Klien masih tampak sesekali senyum dan
tertawa sendiri tertawa sendiri
- Klien bisa memperagakan cara mengontrol - Klien bisa memperagakan cara
halusinasi dengan menghardik, bercakap- menghardi, bercakap-cakap dan mampu
cakap dan menyebut aktivitas harian menyebut aktivitasnya sehari-hari
Ttd,
Perawat
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus diatas didapatkan tiga diagnosa dari hasil pengkajian. Diagnosa
yang pertama adalah gangguan persepsi: halusinasi yang memiliki intervensi seperti
Intervensi tersebut di dukung oleh jurnal yang berjudul “Efektifitas Terapi Individu
pada pasien halusinasi pendengaran didapatkan evaluasi pasien tidak mau becakap-
Diagnosa kedua pada data hasil pengkajian ini adalah risiko perilaku
latih perilaku kekerasan dengan fisik (relaksasi dan pukul bantal), latih mengontrol
perilaku kekerasan dengan obat serta verbal, dan latih kontrol perilaku kekerasan
dengan spiritual. Intervensi ini di dukung oleh jurnal yang berjudul “Terapi psikoreligi
terhadap penurunan perilaku kekerasan pada pasien Skizofrenia di ruang rawat inap Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung” dan memiliki hasil penelitian menunjukkan
3. Analisa PICO :
3. C Controling/Comparing -
Jawablah sesuai dengan yang ditemukan dalam artikel dan berikan penjelasannya.
4. Analisa Kritis :
a. Bagaimana level pembuktian artikel/evidence based dalam hirarki evidence
based ?
Jawab : Penelitian ini reliabel dan dapat di buktikan karena Instrumen
penelitian menggunakan lembar observasi pasien perilaku kekerasan yang
meliputi pengkajian tentang tanda dan gejala pasien perilaku kekerasan, data
demografi, dan terapi psikoreligi. Pasien yang akan dijadikan objek penelitian
dilakukan skrining RUFA 2 (11-21). Setelah melengkapi data demografi
lengkap dan responden sudah sesuai dengan kriteria inklusi.
b. Apakah jenis metodologi penelitian yang digunakan dalam artikel ?
Jawab: Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan
penelitian quasi eksperimen.
c. Apakah hasil penelitian ini reliable dan relevan dengan kondisi dilapangan
Jawab :Ya, Hasilpenelitian ini relevan dengan pasien saya yaitu pasien pasien
dengan gangguan risiko perilaku kekerasan (RPK).
d. Bagaimana etika penelitian artikel yang ditemukan ?
Jawab : Etika Pnelitian dengan menekankan prinsip-prinsip dalam etika yang
berlaku, yang meliputi : Inform consent/persetujuan untuk ikut penelitian
didapatkan dari keluarga pasien, karena pasien gangguan jiwa termasuk
golongan lemah/vulnerable.
e. Bagaimana Implikasi dalam keperawatan?
Jawab : Hasil dari penelitian dapat kita implimintasikan dalam keperawatan
yaitu teknik psikoreligi, psikoreligius adalah terapi yang biasanya melalui
pendekatan keagamaan yang dianut oleh klien dan cenderung untuk
menyentuh sisi spiritual manusia seperti wudhu sholat berdzikir dan berdoa.
Teknik ini dapat menurunkan perilaku kekerasan.
5. Kesimpulan dan Saran :
a. Kesimpulan
Teknik psikoreligius berpengaruh terhadap penurunan kekerasan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati, &
Prihantini (2014) tentang pengaruh terapi psikoreligi terhadap penurunan
perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terapi Psikoreligius
berpengaruh terhadap penurunan perilaku kekerasan
b. Saran
Penderita gangguan jiwa dengan rpk dapat mengerti cara penggunaan
nonfarmakologi untuk menurunkan perilaku kekerasan, dan terdapat tindak
lanjut untuk penanganan rpk pada penderita gangguan jiwa. perawat rsj
paham cara penurunan kekerasan dengan teknik psikoreligius.
DAFTAR PUSTAKA
3 Analisa :
. PICO
Jawablah sesuai dengan yang ditemukan dalam artikel dan berikan penjelasannya.
6. Analisa Kritis :
f. Bagaimana level pembuktian artikel/evidence based dalam hirarki evidence
based ?
Jawab : Penelitian ini reliabel dan dapat di buktikan karena Instrumen
penelitian menggunakan lembar kuesioner dan lembar observasi yang
hasilnya tertuang dalam lembar evaluasi kemampuan mengontrol halusinasi
pada responden halusinasi pendengaran.
g. Apakah jenis metodologi penelitian yang digunakan dalam artikel ?
Jawab:
Desain penelitian ini adalah Quasy Eksperimen dengan rancangan One Group
Pretest Posttest with control group.
h. Apakah hasil penelitian ini reliable dan relevan dengan kondisi dilapangan
Jawab :Ya, Hasil penelitian ini relevan dengan pasien saya yaitu pasien
pasien dengan gangguan halusinasi pendegaran.
i. Bagaimana etika penelitian artikel yang ditemukan ?
Jawab : Etika Pnelitian dengan menekankan prinsip-prinsip dalam etika yang
berlaku, yang meliputi : lembar persetujuan menjadi responden tanpa nama,
dan menjaga kerahasiaan.
j. Bagaimana Implikasi dalam keperawatan?
Jawab : Hasil dari penelitian dapat kita implimintasikan dalam keperawatan
yaitu terapi bercakap cakap, bercakap-cakap dengan orang lain dapat
membantu mengontrol halusinasi, ketika pasien bercakap-cakap dengan
orang lain terjadi distraksi, fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi
ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
7. Kesimpulan dan Saran :
a. Kesimpulan
Terapi bercakap cakap efektif untuk mengontrol halusinasi.
b. Saran
Penderita gangguan jiwa dengan halusinasi pendengaran mengerti cara
mengontrol halusinasinya, terdapat tindak llanjut untuk penanganan pasien
dengan maslaah halusinasi pendegaran.
DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Rumah Sakit Jiwa sebagai wadah dalam membantu program pemerintah untuk
meningkatkan serta mempertahankan kesehatan masyarakat, diharapkan pihak
rumah sakit membuat Jadwal kunjungan keluarga agar proses pemberian
intervensi pada keluarga dapat dilakukan. Selain itu, diharapkan pihak
manajemen agar memperhatikan sarana dan prasarana yang ada dan
melengkapi seluruh peralatan medis proses penyembuhan pasien. Serta
diharapkan pihak manajemen lebih proaktif untuk melakukan home visite ke
rumah rumah pasien khususnya pasien pasien yang ditelantarkan oleh
keluarganya.
2. Mahasiswa keperawatan
3. Perawat
4. Pendidikan keperawatan