Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI :


HALUSINASI PENDENGARAN

Di susun oleh :

Geladis Titanik (210300804)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
2021
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan gangguan dalam berpikir (cognitive), kemauan
(volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor). Gangguan jiwa merupakan
deskripsi sindrom dengan variasi penyebab. Umumnya ditandai adanya penyimpangan
yang fundamental, karakteristik dari pikiran dan persepsi, adanya afek yang tidak wajar
atau tumpul (Yusuf, dkk, 2015).
Berdasarkan hasil survey World Healt Organization (WHO 2013) menyatakan
hampir 400 juta penduduk dunia menderita masalah gangguan jiwa. Satu dari empat
anggota keluarga mengalami gangguan jiwa dan seringkali tidak terdiagnosis secara
tepat sehingga tidak memperoleh perawatan dan pengobatan dengan tepat. Data Riset
Kesehatan Dasar (2013) prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7
per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta (2,7 per mil), Aceh (2,7 per
mil), Sulawesi Selatan (2,6 per mil), Bali (2,3 per mil), Jawa Tengah (2,3 per mil),
Bangka Belitung (2,2 per mil), Nusa Tenggara Barat (2,1 per mil), Bengkulu (1,9 per
mil) dan Sumatera Barat urutan ke sembilan dengan jumlah (1,9 per mil) (Riskesdas,
2013).
Seseorang mengalami gangguan jiwa apabila ditemukan adanya gangguan pada
fungsi mental, yang meliputi emosi, pikiran, perilaku, perasaan, motivasi, kemauan,
keinginan, daya tilik diri, dan persepsi sehingga mengganggu dalam proses hidup di
masyarakat dan timbulah perasaan tertekan. Hal ini ditandai dengan menurunnya
kondisi fisik akibat gagalnya pencapaian sebuah keinginan yang akan menurunnya
semua fungsi kejiwaan. Perasaan tertekan atau depresi akibat gagalnya seseorang dalam
memenuhi sebuah tuntutan akan mengawali terjadinya penyimpangan kepribadian yang
merupakan awal dari terjadinya gangguan jiwa (Nasir, 2011).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi halusinasi
2. Untuk mengetahui etiologi halusinasi
3. Untuk mengetahui mekanisme koping halusinasi
4. Untuk mengetahui rentang respon halusinasi
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala halusinasi
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan halusinasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghidu ( Direja, 2011). Halusinasi adalah gangguan
persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang sering terjadi
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
(Dalami, dkk, 2014). Halusinasi hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata
(Kusumawati, 2012).
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi ( Dalami, dkk, 2014) :
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya
c. Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak,misalnya terjadi
ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
mengambil keputusan tegas, klien lebih suka memilih kesenangan sesaat dan
lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia . Hasil studi menunjukkan bahwa
faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangatberpengaruh pada penyakit
ini.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo, 2014) :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
C. Mekanisme Koping Halusinasi
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi termasuk (Dalami, dkk, 2014) :
1. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali seperti
pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses
informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
2. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang
lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan
keracunan persepsi).
3. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis,
reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stressor, misalnya
menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain, sedangkan reaksi
psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat,
sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut (Kusumawati, 2012):

1. Fase Pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini
masuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah,
kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan
memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cari ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Fase Kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan. Termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada
bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat
mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa
membedakan realitas.
3. Fase Ketiga
Disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak
mampu mematuhi perintah.
4. Fase Keempat
Adalah conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk
dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat
berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri atau katakonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
D. Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalan
rentang respon neurobiologis. Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika
klien sehat, persepsinya akurat mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui pancaindra (pendengaran,
penglihatan, penghidu, pengecapan, peraban), klien dengan halusinasi mempersepsikan
suatu stimulus pancaindra walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada (Muhith,
2015) .

Rentan Respon Neurobiologis Halusinasi

Adaptif Maladatif

Pikiran Logis Pikiran kadang Menyimpang Gangguan proses pikir :


waham
Persepsi akurat ilusi

Emosi Konsisten Emosi tidak stabil Halusinasi


ketidakmampuan untuk
mengalami emosi
Dengan pengalaman

Perilku sesuai Menarik diri Ketidakteraturan Isolasi


Sosial
Hubungan sosial
E. Tanda dan Gejala Halusinasi
Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati sebagai
berikut ( Dalami, dkk, 2014 ) :
1. Halusinasi penglihatan
a. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa saja yang
sedang dibicarakan.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak
berbicara atau pada benda seperti mebel.
c. Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak
tampak.
d. Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab
suara.
2. Halusinasi pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati
a. Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang lain, benda mati
atau stimulus yang tidak tampak.
b. Tiba-tiba berlari keruangan lain
3. Halusinasi Penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman adalah :
a. Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
b. Mencium bau tubuh
c. Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
d. Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau darah.
e. Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
4. Halusinasi Pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan halusinasi
pengecapan adalah :
a. Meludahkan makanan atau minuman.
b. Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
c. Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
5. Halusinasi Perabaan
Menurut Pusdiklatnakes (2012), tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil
observasi terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien
halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Data Subjektif
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu dan
monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan
6) Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
7) Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya
b. Data Objektif
1) 1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kearah tertentu
4) Menutup telinga 5) Menunjuk kearah tertentu
5) Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
6) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
7) Menutup hidung
8) Sering meludah
9) Menggaruk garuk permukaan kulit

F. Penatalaksanaan Halusinasi
Pengobatan harus secepat mungkin diberikan, disini peran keluarga sangat
penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ klien dinyatakan boleh pulang
sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat klien,
menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat
(Prabowo, 2014).
1. Penerapan Strategi Pelaksanaan
a. Melatih klien mengontrol halusinasi :
1) Strategi Pelaksanaan 1 : menghardik halusinasi
2) Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur
3) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain
4) Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang terjadwal
b. Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya ditujukan
untuk klien tetapi juga diberikan kepada keluarga , sehingga keluarga mampu
mengarahkan klien dalam mengontrol halusinasi.
1) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam merawat
klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi klien dengan
menghardik
2) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga merawat klien
halusinasi dengan enam benar minum obat
3) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat klien
halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan
4) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarag memnafaatkan
fasilitas kesehatan untuk follow up klien halusinasi
2. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena klien
kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien
bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya
klien tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang
baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti
terapi modalitas yang terdiri dari :
a. Terapi Aktivitas
Meliputi : terapi musik, terapi seni, terapi menari, terapi relaksasi, terapi
sosial, terapi kelompok , terapi lingkungan.
BAB III
ASKEP

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl. Ringroad Barat Daya No.1, Tamantirto, Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta
Tlp. (0274)434 2288, 434 2277. Fax. (0274)4342269. Web:
www.almaata.ac.id

FORMULIR PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

RUANG RAWAT : - TANGGAL DIRAWAT : -

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn.S [L/P] Tanggal Pengkajian : 22 Desember 2021
Umur : 30 tahun
Informan : Saudara
II. ALASAN MASUK
(Tidak dikaji)
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Berdasarkan informsi yang diperoleh dari adik pasien, pasien sering mendengar suara-
suara yang tidak jelas memanggil-manggil namanya namun orangnya tidak terlihat.
Pasien merasa takut dan gelisah serta menangis jika mendengar suara itu muncul, pasien
sering mendengar suara itu jika pasien sedang sendirian atau melamun, keluarga pasien
juga mengatakan pasien sempat tidak mau makan dan minum hanya berdiam diri saja,
pasien merasa tidak dihargai dan pasien merasa tidak berguna karena pasien tidak bisa
melakukan hal-hal yang seperti orang lain dalam hidupnya. Pasien nampak sedih suara
pelan kontak mata kurang dan pasien senyum-senyum sendiri.
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
Biologis :
Pasien pada masa kecil tidak pernah mempunyai riwayat kejang atau trauma kepala
Psikologis :
Pasien sebelumnya pernah mengalami depresi dikarenakan tidak dapat menyelesaikan
sekolahnya sehingga pasien merasa malu dan sangat bersalah yang menyebabkan pasien
menarik diri karena pasien merasa dirinya tidak berguna lagi sehingga dia menutup diri.

Sosial :
Pasien merasa tidak berguna dikeluarga karena tidak dapat membantu perekonomian
keluarga
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya √j Tidak
Jelaskan : Pasien belum pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya
2. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Ya √j Tidak

3. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:


Pasien mengatakan saat masih dibangku sekolah pernah dikucilkan oleh teman-
temannya karena pasien memiliki rambut yang ikal dan warna kulit hitam
IV. FISIK
1. Tanda Vital TD : 110/80mmHg N : 80x/menit S : 36,7°C P : 20x/menit

2. Ukur TB : 165cm BB : 55 kg

3. Keluhan Fisik d Ya √d Tidak


√ √
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Meninggal

= Tinggal Serumah

= Pasien
2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri : Klien mengatakan senang dengan keadaan tubuhnya dan rambut
sampai ujung kaki. Klien juga mengatakan bersyukur dengan apa yang tuhan
berikan kepadanya.

b. Identitas : Tn.S usia 30 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Pasien belum


menikah dan masih mempunyai satu adik yang tinggal bersamanya dan kedua
orang tuanya

c. Peran : Peran pasien dalam keluarga adalah sebagai anak dan seorang
kakak

d. Ideal Diri : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan
tidak ingin mendengar suara-suara yang mengganggunya lagi

e. Harga Diri : Pasien merasa tidak berarti lagi dalam kehidupannya


3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti : Pasien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya
adalah adiknya dan kedua orang tuanya dikarenakan mereka yang menjaga dan
merawat pasien, terutama untuk adiknya yang selalu bersamanya

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / Masyarakat : Pasien sering mengikuti


kegiatan disekitar rumahnya seperti bergotong royong, membersihkan halaman
rumah, membakar sampah akan tetapi harus selalu diarahkan terlibah dahulu dan
dipantau

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pasien hanya berbicara


seperlunya saja ketika ditanya pasien hanya sebatas menjawab pertanyaan yang
kita ajukan dan pasien kebanyakan diam

4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan :
Pasien beragama islam
b. Kegiatan Ibadah :

Klien mengatakan rajin sholat walaupun sering tidak tepat waktu


VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak Rapi Cara Berpakaian Tidak
Penggunaan Pakaian Tidak Sesuai √hSeperti Biasany
Jelaskan : Klien berpenampilan rapi, baju bersih dan wangi

2. Pembicaraan
√ Cepat Keras Gagap In Koheren

Apatis √ Lambat Membisu Tidak Mampu Memulai Pembicaraan

Jelaskan : Pasien menjawab pertanyaan yang diberikan dengan tepat meskipun


lambat

3.Aktivitas Motorik

Lesu √ Tegang Gelisah agitasi

Tik lambat membisu kompulsif

Jelaskan : Ketika berbincang-bincang pasien tampak kurang tenang dalam berbicara

4. Alam Perasaan
Sedih Putus Asa Gembira

Ketakutan √ Khawatir Berlebihan


Jelaskan : Pasien mengatakan merasa khawatir dengan kondisinya karena
sering mendengar suara-suara yang tidakk adda wujudnya

5. Afek
Datar Tumpul √ Labil Tidak Sesuai
Jelaskan : Afek yang ditunjukan yakni pasien tampak labil dan sering
menunduk

6. Interaksi Selama Wawancara


Bermusuhan Tidak Kooperatif Mudah Tersinggung

√ Kontak Mata ( ─ ) Defensif Curiga


Jelaskan : Selama Proses wawancara, kontak mata pasien kurang dan pasien
tidak menatap wajah saat diwawancarai

7. Persepsi
√ Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidungan
Jelaskan : Saat wawancara pasien sering minta diulang pertanyaanya
8. Proses Pikir
√ Sirkumtansial Tangensial Kehilangan Asosiasi

Flight of idea Blocking Pengulangan pembicaraan / persevarasi


Jelaskan : selama wawancara, pembicaraan pasien sedikit berbelit tetapi sampai pada
tujuan pembicaraan

9. Isi Pikiran
Obsesi Fobia Hipokondria

Depersonalisasi Ide Yang Terkait Pikiran Magis


Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga

Nihilistik Sisi pikir Siar pikir Kontrol piki


Jelaskan : ...................................................................................................................

10. Tingkat Kesadaran


Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi
√ Waktu √ Tempat √Orang
Jelaskan :

Waktu : Pasien masih ingat kapan mulai mengalami hal yang terjadi pada
dirinya saat ini

Tempat : Pasien mengetahui saat ini klien berada dirumahnya

Orang : Pasien dapat mengenali seseorang dengan jelas dan pasien juga sadar
dan mengenal dengan siapa dia berbicara.
11. Memori
Gangguan Daya Ingat Jangka Panjang Konfabulasi
Gangguan Daya Ingat Saat Ini Gangguan Daya Ingat Jangka
Pendek
Jelaskan : Tn.S tidak ada gangguan daya ingat jangka panjang atau jangka
pendek. Klien dapat mengingat pristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa
lalu maupun masa kini

12. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung


Mudah Beralih Tidak Mampu Berhitung Sederhana
Tidak Mampu Konsentrasi
Jelaskan : Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang
ditanyakan. Klien mampu untuk menjawab hitungan sederhana

13. Kemampuan Penilaian


Gangguan Ringan Gangguan Bermakna
Jelaskan : Pasien mampu menilai mana hal yang buruk dan mana hal yang baik
14. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang di derita Menyalahkan hal–hal di Luar dirinya
Jelaskan : Pasien mengetahui bahwa dia memiliki harga diri rendah karena pasien merasa
berbeda dengan adiknya dan tidak dapat melakukan hal apapun dalam hidupnya

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Bantuan Minimal Bantuan Total
2. BAB / BAK
Bantuan Minimal Bantuan Total
Jelaskan : Pasien dapat melakukan kegiatan sehari-harinya secara mandiri

3. Mandi
Bantuan Minimal Bantuan Total

4. Berpakaian / Berhias
Bantuan Minimal Bantuan Total
5. Istirahat Dan Tidur
Tidur Siang Lama : ................ s/d .....................
√ Tidur Malam Lama : 10.00 s/d 05.30
Kegiatan Sebelum / Sesudah Tidur
6. Penggunaan Obat
Bantuan Minimal Bantuan Total
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan Lanjutan Ya Tidak
Perawatan Pendukung Ya Tidak

8. Kegiatan Di dalam Rumah


Mempersiapkan Makanan Ya Tidak
Menjaga Kerapihan Rumah Ya Tidak
Mencuci Pakaian Ya Tidak
Pengaturan Keuangan Ya Tidak
9. Kegiatan Di Luar Rumah
Belanja Ya Tidak
Transportasi Ya Tidak
Lain – Lain √ Ya Tidak
Jelaskan : Pasien dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan mandiri

VIII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain Minum Alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat / berlebih
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Menciderai diri
Lainnya ............................. Lainnya ................

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok , spesifik:

Pasien selalu mendapatkan dukungan dari keluarganya


Masalah berhubungan dengan lingkungan , spesifik:

Pasien mengatakan sulit berteman dengan orang lain karena pasien lebih banyak diam

Masalah dengan pendidikan , spesifik :

Pasien mengatakan kadang merasa menyesal karena tidak menyelesaikan sekolahnya

Masalah dengan pekerjaan, spesifik :

Pasien mengatakan tidak dapat melakukan pekerjaan seperti yang lainnya

Masalah dengan perumahan , spesifik :.

pasien mengatakan tidak ada masalah dengan rumahnya

Masalah ekonomi , spesifik :

Pasien mengatakan keadaan ekonominya dibantu adik dan kedua orang tuanya

Masalah dengan pelayanan kesehatan , spesifik :

Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan

Masalah lannya , spesifik : -

Masalah Keperawatan : -

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG :


√ Penyakit Jiwa Sistem Pendukung
Faktor Presipitasi Penyakit Fisik
Koping Obat – Obatan
Lainnya ..........................................................
Jelaskan : Pasien mengatakan tidak tahu secara pasti penyakit gangguan jiwa
XI. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik :-
Terapi Medik :-
XII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan Persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran


2. Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah kronis
3. Isolasi sosial : Manarik diri

POHON MASALAH

Gangguan Persepsi Sensori


halusinasi

Isolasi

Gangguan Konsep diri


harga diri

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan Persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
2. Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah kronis
ANALISA DATA

NO. DATA PROBLEM


1. DS : Gangguan Persepsi sensori
- Pasien mengatakan sering : Halusinasi Pendengara
mendengar suara-suara yang tidak
jelas memanggil-manggil
namanya namun orangnya tidak
terlihat
- Klien merasa takut jika mendengar
suara itu muncul
- Pasien sering mendengar suara itu
jika pasien sedang melamun atau
sendirian
DO :
- Pasien menutup telinganya saat suara-
suara yang tidak jelas itu datang
- Pasien berbicara pelan

2. DS : Gangguan Konsep diri :


- Pasien mengatakan merasa tidak Harga diri rendah kronis
berguna dan merasa tidak dihargai
- Pasien juga mengatakan malu
karena tidak bisa melakukan hal-
hal yang seperti orang lain lakukan
DO :
- Pasien nampak murung suara
pelan dan kontak mata berkurang
3. DS : Isolasi sosial :
- Pasien mengatakan sulit Manarik diri
mempunyai teman karena pasien
lebih banyak diam
DO :
- Pasien lebih banyak diam dan
kontak mata kurang
INTERVENSI
Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Gangguan Pasien mampu 1. Pasien mampu mengenali SP 1 : mengidentifikasi halusinasi :
Persepsi sensori mengontrol halusinasi halusinasinya - isi, Frekuensi, Waktu terjadi,
: Halusinasi sesuai strategi 2. Pasien mampu mengontrol situasi, pencetus, dan respon
Pendengaran pelaksanaan halusinasinya dengan cara halusinasi
menghardik - mengontrol halusinasi dengan
3. Pasien mampu mengontrol cara menghardik
halusinasinya dengan
berobat teratur SP 2 : Mengontrol halusinasi dengan
4. Pasien mampu mengontrol berobat teratur
halusinasinya dengan
bercakap-cakap bersama SP 3 : Mengontrol halusinasi dengan
orang lain bercakap-cakap dengan orang lain
5. Pasien mampu mengontrol
halusinasinya dengan SP 4 : Mengontrol halusinasi dengan
kegiatan terjadwal kegiatan terjadwal

Gangguan Pasien dapat 1. Pasien mampu SP 1 : Mengidentifikasi kemampuan


Konsep diri : berinteraksi dengan mengidentifikasi dan aspek positif yang dimiliki
Harga diri orang lain serta mampu kemampuan dan aspek
rendah kronis membina hubungan positif ysng dimiliki SP 2 : Menilai kemampuan yang dapat
saling perc aya 2. Pasien mampu menilai dilakukan saat ini
kemampuan yang dapat
digunakan SP 3 :
- Menetapkan atau memilih
kegiatan sesuai kemampuan
3. Pasien mampu memilih - Melatih kegiatan sesuai
atau menetapkan kegiatan kemampuan yang dipilih 2
sesuai kemampuan
4. Pasien mampu melatih SP 4 : melatih kegiatan sesuai
kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 3
kemampuan yang dipilih

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


NO TGL / JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
1 Kamis, 23 1. Data S:
Dsesmber - Pasien nampak murung - Pasien mengatakan masih sering
2021 - nada bicara pasien pelan mendengarkan suara yang tidak nyata
Jam 09.20 - kontak mata pasien berkurang O:
2. Diagnosa keperawatan - Pasien mampu mengenali halusinasi
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi yang dialaminya : isi, frekuensi, waktu
pendengaran terjadi, situasi, pencetus, dan respon
3. Tindakan Keperawatan dengan mandiri
SP 1 Halusinasi - Pasien mampu mengontrol
- Melatih pasien mengidentifikasi halusinasinya dengan cara menghardik
halusinasinya : isi, frekuensi, waktu dengan bantuan
terjadi, situasi, pencetus, dan respon A:
halusinasi - Masalah halusinasi pendengaran belum
- Mengontrol halusinasi dengan cara teratasi
menghardik P : Lanjutkan Intervensi
4. RTL - Latihan mengidentifikasi halusinasinya
SP 2 : mengontrol halusinasi dengan cara - Latihan menghardik halusinasi
berobat
SP 3 : mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain
2 Jum’at, 24 1. Data S:
Desember - Pasien nampak murung Pasien nampak senang dan tenang
2021 - nada bicara pasien pelan
Jam 10.20 - kontak mata pasien berkurang O:
2. Diagnosa keperawatan - Pasien dapat mengontrol halusinasinya
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi dengan berobat teratur
pendengaran - Pasien mampu berkomunikasi secara
3. Tindakan Keperawatan verbal bicara baik-baik
SP 2 : Memberikan Informasi tentang A : Masalah halusinasi pendengaran teratasi
berobat teratur sebagian

SP 3 : membrikan informasi dampak P :


positif mengontrol halusinasi dengan - Latihan mengidentifikasi halusinasinya
bercakap-cakap dengan orang lain dan respon haluusinansi
4. RTL - Latihan menghardik halusinasi
SP 4 : mengontrol halusinasi dengan cara - Latihan komunikasi secara verbal
melakukan aktivitas

3 Sabtu, 25 1. Data S:
Desember - Pasien nampak murung - Pasien nampak senang dan keluarga
2021 - N ada bicara pasien pelan berterimakasih yang telah dikkunjungi
Jam 11.10 - Kontak mata pasien berkurang kembali
2. Diagnosa keperawatan O:
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi - Pasien mampu mengenali halusinansi
pendengaran yang dialaminya dengan mandiri
3. Tindakan keperawatan - Pasien mampu mengontrol
SP 1 : SP 1 Halusinasi halusinasinya dengan cara menghardik
- Melatih pasien mengidentifikasi dengan bantuan
halusinasinya : isi, frekuensi, waktu
terjadi, situasi, pencetus, dan respon A : Masalah keperawatan halusinasi
halusinasi pendengaran teratasi sebagian
- Mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik P:
SP 2 : Memberikan Informasi tentang - Latihan mengidentifikasi halusinasi 3x/
berobat teratur sehari
- Latihan menghardik 3x/hari
SP 3 : membrikan informasi dampak - Berobat secara teratur
positif mengontrol halusinasi dengan - Latihan bercakap-cakap dengan
bercakap-cakap dengan orang lain keluarga
- Latihan kegiatan seperti melakukan
SP 4 : mengontrol halusinasi dengan cara aktivitas sehari-hari
melakukan aktivitas

4. RTL
Halusinasi : menindak lanjuti dan
mengevaluasi SP 1-4 halusinasi

1 Kamis, 23 1. Data S:
Dsesmber - Pasien nampak murung - Keluarga pasien mengatakan pasien
2021 - Pasien berbicara hanya ketika ditanya senang karena ada yang mendatangi
Jam 09.25 - Nada bicara pasien pelan O:
- Kontak mata berkurang - Pasien mampu mengenali dan
2. Diagnosa keperawatan mengidentifikasi kemampuan dan aspek
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah positif yang dimiliki pasien
3. Tindakan keperawatan A:
SP 1 : Masalah keperawatan harga diri rendah belum
- Mengidentifikasi kemampuan dan teratasi
aspek positif yang dimiliki pasien
(Mendiskusikan bahwa pasien masih P : Lanjutkan Intervensi
memiliki sejumlah kemampuan dan - latihan mengidentifikasi kemampuan
aspek positif seperti kegiatan pasien dan aspek positif yang dimiliki pasien
dirumah, adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasien)
4. RTL
SP 2 :
- Menilai kemampuan yang dapat
digunakan
- Menetapkan atau memilih kegiatan
sesuai kemampuan
- Melatih kemampuan yang dipilih 1

SP 3 :
- Melatih kegiatan yang dipilih 2
2 Jum’at, 24 1. Data S:
Desember - Pasien nampak murung Pasien mengatakan senang
2021 - Pasien berbicara hanya ketika ditanya
Jam 10.25 - Nada bicara pasien pelan O:
- Kontak mata berkurang - Pasien mampu mengenali
2. Diagnosa keperawatan mengidentifiksi kemampuan dan aspek
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah positif yang dimiliki pasien
3. Tindakan Keperawatan A : Masalah keperawatan harga diri rendah
SP 2 : teratasi sebagian
- Menilai kemampuan yang didapatkan
- Menetapkan atau memilih kegiatan P : Lanjutkan Intervensi
sesuai kemampuan (diskusikan dengan - Latihan mengidentifikasi kemampuan
pasien atau keluarga beberapa aktivitas yang positif yang dimiliki pasien
yang dapat dilakukan pasien sehari- - Latihan kegiatan yang dipilih 1
hari) - Latihan kegiatan yang dipilih 2
- Melatih kegiatan yang sesuai
kemampuan yang dipilih 1 (diskusikan
dengan pasien atau keluarga untuk
menetapkan urutan kegiatan yang
dilatihkan)
SP 3 Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 2

4. RTL
SP 4 : Melatih kegiatan yang sesuai dipilih
3

3 Sabtu, 25 1. Data S : Pasien dan keluarga mengatakan senang


Desember - Pasien nampak murung
2021 - Pasien berbicara hanya ketika ditanya O:
Jam 11.15 - Nada bicara pasien pelan Pasien mampu mengenali
- Kontak mata berkurang mengidentifikasi kemampuan yang
2. Diagnosa keperawatan dimiliki
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah A:
3. Tindakan Keperawatan Masalah Harga diri rendah teratsi
SP 4 : sebagian
Melatih kegiatan yang sesuai dipilih 3 P : Lanjutkan Intervensi
4. RTL - Latihan mengidentifikasi kemampuan
Harga diri rendah : menindak lanjuti dan yang dimiliki pasien
evaluasi SP 1-4 Harga diri rendah - Latihan kegiatan yang dipilih 3
DAFTAR PUSTAKA

1. Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
2. Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat.
Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar. 2013.
3. Nasir A dan Muhith A. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
4. Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta:
CV. Trans Info Media.
5. Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
6. Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
7. Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit ANDI.
8. Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai