Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPADA Tn.W DENGAN CHOLELITHIASIS


DI RUANG CAMAR RSPAU Dr.S.HARJOLUKITO

Di Susun Oleh:

Geladis Titanik (210300804)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KEPADA Tn.W


DENGAN CHOLELITHIASIS DI RUANG CAMAR RSPAU Dr.S.HARJOLUKITO
Disusun oleh :

GELADIS TITANIK

210300804

Telah disetujui oleh:

Pembimbing Klinik Tanda Tangan

1. Cahayani Utami Putri, S.Kep.,Ners


Hari/Tanggal : ……………… (………………………………………..)

2. Ika Kristiyana, S,Kep.,Ners


Hari/Tanggal : ……………… (………………………………………..)

Pembimbing Akademik
3. Winda Rofiyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Hari/Tanggal : ………………. (……………………………………….)

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................2
C. Manfaat...................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4
A. Konsep medis Cholelithiasis..................................................................................4
1. Definisi Cholelithiasis................................................................................................4
2. Etiologi.......................................................................................................................5
3. Patofisiologi...............................................................................................................6
4. Anatomi......................................................................................................................7
5. Fisiologi......................................................................................................................7
6. Manifestasi Klinis......................................................................................................8
7. Pencegahan dan Penanganan......................................................................................9
8. Penatalaksanaan.........................................................................................................9
9. Komplikasi...............................................................................................................10
11. Pathway................................................................................................................13
B. Konsep Asuhan Keperawatan yang sering muncul..............................................14
1. Pengkajian................................................................................................................14
2. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................15
3. Intervensi Keperawatan............................................................................................19
4. Implementasi keperawatan.......................................................................................19
5. Evaluasi....................................................................................................................20
BAB III ASKEP.................................................................................................................21
BAB IV ANALISIS JURNAL..........................................................................................42
BAB V PENUTUP.............................................................................................................44
A. Kesimpulan...........................................................................................................44
B. Saran.....................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................45

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah harta paling berharga dari kehidupan, seluruh aktivitas
hanya bisa dilakukan ketika kondisi badan sehat. Menjalani pola makan sehat
merupakan cara termudah untuk menjaga kebugaran badan dan mencegah tubuh
terserang dari penyakit. Menjaga asupan makanan merupakan pondasi untuk memiliki
tubuh yang sehat. Sayangnya, masih banyak orang yang tak tergerak meluangkan
waktu untuk melakukannya (Nathaniel et al., 2018).
Cholelithiasis atau dikenal sebagai penyakit batu empedu merupakan penyakit
yang didalamnya terdapat batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung
empedu atau di dalam saluran empedu atau pada kedua-duanya. Cholelithiasis adalah
material atau kristal yang terbentuk di dalam kandung empedu (Musbahi et al., 2019).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan bahwa
terdapat 400 juta penduduk di dunia mengalami Cholelithiasis dan mencapai 700 juta
penduduk pada tahun 2016. Cholelithiasis atau batu empedu terbentuk akibat ketidak
seimbangan kandungan kimia dalam cairan empedu yang menyebabkan pengendapan
satu atau lebih komponen empedu. Cholelithiasis merupakan masalah kesehatan
umum dan sering terjadi di seluruh dunia, walaupun memiliki prevalensi yang
berbeda beda di setiap daerah (Arif Kurniawan , Yunie Armiyati, 2017).
Insiden batu empedu dapat dilihat dalam kelompok berisiko tinggi yang di
singkat dengan “6F” yaitu : fat, fifties, female, fertile, food, dan family. Terbentuknya
batu empedu disebabkan oleh banyak faktor risiko dimana kejadiannya akan
meningkat seiring dengan banyaknya faktor risiko yang dimiliki, dimana faktor
risikonya terdiri dari usia, jenis kelamin, obesitas, dan diabetes mellitus. Di dalam
kantung empedu terdapat cairan yang disebut sebagai empedu dan berperan dalam
pencernaan lemak. Batu empedu akan terbentuk ketika cairan empedu tersebut
mengeras. Ukuran batu empedu bisa bermacammacam, mulai dari yang sekecil
butiran pasir hingga sebesar bola pingpong. Cairan empedu yang mengeras dan
menjadi batu tersebut memiliki jumlah yang bervariasi. Seseorang bisa memiliki
banyak batu, bisa juga hanya memiliki satu batu pada kantong empedu, jika orang
tersebut mengidap batu empedu (Andalas, 2017).
Batu empedu bisa terjadi karena adanya kolesterol yang mengeras dan
tertimbun dalam cairan empedu. Ini terjadi karena ada ketidakseimbangan antara

1
senyawa kimia dan kolesterol dalam cairan tersebut. pada umumnya batu empedu
tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, apabila batu empedu menyumbat saluran
empedu, maka pengidap batu empedu akan mengalami rasa sakit pada bagian kanan
perut yang datang secara tiba-tiba atau disebut juga kolik bilier. Cholelithiasis dapat
menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan. Cholelithiasis dapat menyebabkan
terjadinya kolesistitis, kolangitis, pankreatitis, jaundice, dan kanker kandung empedu
(Winata et al., 2018).
Pada pasien yang sudah didiagnosa mengalami Cholelithiasis dapat dilakukan
tindakan dengan cara bedah maupun non-bedah. Penanganan secara bedah adalah
dengan cara kolesistektomi. Sedangkan penanganan secara nonbedah adalah dengan
cara melarutkan batu empedu menggunakan MTBE, ERCP, dan ESWL. Sehingga
masalah yang terjadi pada saat sebelum tindakan bedah pasien mengalami gejala nyeri
mendadak dan terus-menerus pada perut kanan atas bahkan mengalami kecemasan
saat ingin menjalani tindakan pembedahan, dan setelah dilakukannya tindakan
Cholecystectomy dapat menimbulkan masalah baru yaitu, terputusnya kontinuitas
jaringan akibat prosedur tindakan invasive mengakibatkan munculnya gangguan
integritas kulit dan mengakibatkan kuman atau bakteri mudah masuk kedalam
jaringan kulit, sehingga pasien beresiko untuk terkena infeksi (Bruno, 2019).
B. Tujuan
1. Tujuan untuk mengetahui definisi Cholelithiasis
2. Tujuan untuk mengetahui etiologi Cholelithiasis
3. Tujuan untuk mengetahui patofisiologi Cholelithiasis
4. Tujuan untuk mengetahui anatomi Cholelithiasis
5. Tujuan untuk mengetahui fisiologi Cholelithiasis
6. Tujuan untuk mengetahui manifestasi klinis Cholelithiasis
7. Tujuan untuk mengetahui pencegahan dan penanganan Cholelithiasis
8. Tujuan untuk mengetahui penatalaksanaan Cholelithiasis
9. Tujuan untuk mengetahui komplikasi urosepsis
10. Tujuan untuk mengetahui pemeriksaan diasnostik Cholelithiasis
11. Tujuan untuk mengetahui pathway Cholelithiasis
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan bagi penulis tentang tinjauan teori dan
proses asuhan keperawatan pada pasien dengan Cholelithiasis

2
2. Bagi Pasien
Sebagai sumber informasi bagi pasien tentang pelayanan asuhan
keperawatan sehingga mampu merubah perilaku masyarakat
kearah perilaku yang sehat dan bagi pasien dapat memperoleh
manfaat dari pelayanan keperawatan agar mempercepat proses
penyembuhan dan mengurangi perilaku maladaptiv pasien dari
pelayanan kesehatan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep medis Cholelithiasis


1. Definisi Cholelithiasis
Cholelithiasis atau dikenal sebagai penyakit batu empedu
merupakan penyakit yang didalamnya terdapat batu empedu yang
dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran
empedu atau pada kedua-duanya. Cholelithiasis adalah material
atau kristal yang terbentuk di dalam kandung empedu. Beberapa
faktor risiko yang sering ditemui pada kejadian Cholelithiasis
dikenal dengan “6F” (Fat, Female, Forty, Fair, Fertile, Family
history). Keluhan klinis yang sering ditemukan adalah nyeri pada
perut kanan atas, nyeri epigastrium, demam, ikterus, mual, muntah.
Kandung empedu merupakan sebuah kantung yang terletak di
bawah hati yang mengonsentrasikan dan menyimpan empedu
sampai dilepaskan ke dalam usus. Fungsi dari empedu sendiri
sebagai ekskretorik seperti ekskresi bilirubin dan sebagai pembantu
proses pencernaan melalui emulsifikasi lemak oleh garam-garam
empedu. Selain membantu proses pencernaan dan penyerapan
lemak, empedu juga berperan dalam membantu metabolisme dan
pembuangan limbah dari tubuh, seperti pembuangan hemoglobin
yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan
kolesterol. Garam empedu membantu proses penyerapan dengan
cara meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak, dan vitamin yang
larut dalam lemak (Musbahi et al., 2019).
Cholelithiasis adalah keadaan dimana terdapatnya batu di
dalam kandung empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada
keduaduanya. Diperkirakan lebih dari 95% penyakit yang
mengenai kandung empedu dan salurannya adalah penyakit
Cholelithiasis. Adanya infeksi dapat menyebabkan kerusakan
dinding kandung empedu, sehingga menyebabkan terjadinya statis
dan dengan demikian menaikkan batu empedu. Infeksi dapat
disebabkan kuman yang berasal dari makanan. Infeksi bisa

4
merambat ke saluran empedu sampai ke kantong empedu.
Penyebab paling utama adalah infeksi di usus. Infeksi ini menjalar
tanpa terasa menyebabkan peradangan pada saluran dan kantong
empedu sehingga cairan yang berada di kantong empedu
mengendap dan menimbulkan batu. Infeksi tersebut misalnya tifoid
atau tifus. Kuman tifus apabila bermuara di kantong empedu dapat
menyebabkan peradangan lokal yang tidak dirasakan pasien, tanpa
gejala sakit ataupun demam (Musbahi et al., 2019).
2. Etiologi
Cholelithiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat
ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran
empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian besar batu empedu,
terutama batu kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu. Hati
terletak di kuadran kanan atas abdomen di atas ginjal kanan, kolon,
lambung, pankreas, dan usus serta tepat di bawah diafragma. Hati
dibagi menjadi lobus kiri dan kanan, yang berawal di sebelah
anterior di daerah kandung empedu dan meluas ke belakang vena
kava. Kuadran kanan atas abdomen didominasi oleh hati serta
saluran empedu dan kandung empedu. Pembentukan dan ekskresi
empedu merupakan fungsi utama hati. Kandung empedu adalah
sebuah kantung terletak di bawah hati yang mengonsentrasikan dan
menyimpan empedu sampai ia dilepaskan ke dalam usus.
Kebanyakan batu duktus koledokus berasal dari batu kandung
empedu, tetapi ada juga yang terbentuk primer di dalam saluran
empedu (Alhawsawi et al., 2019) .

Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika


empedu mengalami aliran balik karena adanya penyempitan
saluran. Batu empedu di dalam saluran empedu bisa
mengakibatkan infeksi hebat saluran empedu (kolangitis). Jika
saluran empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan dengan
segera menimbulkan infeksi di dalam saluran. Bakteri bisa
menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di bagian
tubuh lainnya. Berdasarkan jenis batu yang terbentuk, faktor yang

5
mempengaruhi terbentuknya batu berbeda-beda. Kondisi-kondisi
yang menjadi faktor predisposisi terbentuknya batu pigmen adalah
penyakit hemolitik yang kronik, pemberian nutrisi parenteral total,
kolestasis kronik dan sirosis dan pemberian obat (cefriaxone).
Sedangkan faktor predisposisi terbentuknya batu pigmen coklat
adalah adanya infestasi parasit seperti Ascharis lumbricoides.
Untuk batu kolesterol, faktor resiko terjadinya batu kolesterol
adalah kegemukan, Jadi dari beberapa sumber penyebab dan faktor
resiko terjadinya batu pada kandung empedu (Cholelithiasis)
adalah penyakit hemolitik dan penyakit spesifik nonhemolitik,
wanita dengan usia lebih dari 40 tahun dan menggunakan
kontrasepsi hormonal, kegemukan, dan makanan berlemak
(Widodo, 2015).

3. Patofisiologi

Ada dua tipe utama batu empedu yaitu batu yang terutama
tersusun dari pigmen dan tersusun dari kolesterol. Batu pigmen,
akan terbentuk bila pigmen yang terkonjugasi dalam empedu
mengalami presipitasi atau pengendapan, sehingga terjadi batu.
Risiko terbentuknya batu semacam ini semakin besar pada pasien
serosis, hemolysis dan infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak
dapat dilarutkan dan hanya dikeluarkan dengan jalan operasi. Batu
kolesterol, merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat
tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam empedu
dan lesitin (fosfo lipid) dalam empedu. Pada pasien yang
cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis
asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati,
mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol dan
keluar dari getah empedu mengendap membentuk batu. Getah
empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk
timbulnya batu empedu yang berperan sebagai iritan yang
menyebabkan peradangan dalam kandung empedu (Nanda, 2020).

6
Wanita yang menderita batu kolesterol dan penyakit kandung
empedu 4 kali lebih banyak dari pada laki-laki. Biasanya terjadi
pada wanita berusia > 40 tahun, multipara, obesitas. Penderita batu
empedu meningkat pada pengguna kontrasepsi pil, estrogen dan
klofibrat yang diketahui meningkatkan saturasi kolesterol bilier.
Insiden pembentukan batu meningkat bersamaan dengan
penambahan umur, karena bertambahnya sekresi kolesterol oleh
hati dan menurunnya sintesis asam empedu juga meningkat akibat
mal absorbs garam empedu pada pasien dengan penyakit
gastrointestinal, pernah operasi resesi usus, dan DM. (Ferreira
Junior et al., 2019).

7
4. Anatomi

Gamabar kandung empedu

Kandung empedu bentuknya seperti kantong, organ


berongga yang panjangnya sekitar 10 cm, terletak dalam suatu
fosa yang menegaskan batas anatomi antara lobus hati kanan
dan kiri. Kandung empedu merupakan kantong berongga
berbentuk bulat lonjong seperti buah advokat tepat di bawah
lobus kanan hati. Kandung empedu mempunyai fundus, korpus,
dan kolum. Fundus bentuknya bulat, ujung buntu dari kandung
empedu yang sedikit memanjang di atas tepi hati. Korpus
merupakan bagian terbesar dari kandung empedu. Kolum
adalah bagian yang sempit dari kandung empedu yang terletak
antara korpus dan daerah duktus sistika. Empedu yang disekresi
secara terus-menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang
kecil dalam hati. Saluran empedu yang kecil bersatu
membentuk dua saluran lebih besar yang keluar dari
permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri
yang segera bersatu membentuk duktus hepatikus komunis.
Duktus hepatikus bergabung dengan duktus sistikus
membentuk duktus koledokus (Bruno, 2019)

5. Fisiologi
Fungsi kandung empedu, yaitu:

8
a. Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada
di dalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini
adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.
b. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan
vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari
usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah diubah
menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam
empedu. Empedu memiliki fungsi, yaitu membantu pencernaan dan
penyerapan lemak, berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh,
terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol, garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak
dan vitamin yang larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan,
garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu
menggerakkan isinya, bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke
dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan, serta
obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari
tubuh. Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati
dan dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi
enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi
sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam
empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah
garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini
diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja. Hanya sekitar 5% dari
asam empedu yang disekresikan dalam feses (Reinecke, 2018).
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pasien Cholelithiasis sangat
bervariasi, ada yang mengalami gejala asimptomatik dan gejala
simptomatik. Pasien Cholelithiasis dapat mengalami dua jenis
gejala: gejala yang disebabkan oleh penyakit kandung empedu itu
sendiri dan gejala yang terjadi akibat obstruksi pada jalan
perlintasan empedu oleh batu empedu. Gejalanya bisa bersifat akut
atau kronis. Gangguan epigastrium, seperti rasa penuh, distensi
abdomen dan nyeri yang samar pada kuadran kanan atas abdomen
dapat terjadi. Gangguan ini dapat terjadi bila individu
9
mengkonsumsi makanan yang berlemak atau yang digoreng
(Nanda, 2020) .
Gejala yang mungkin timbul pada pasien Cholelithiasis
adalah nyeri dan kolik bilier, ikterus, perubahan warna urin dan
feses dan defisiensi vitamin. Pada pasien yang mengalami nyeri
dan kolik bilier disebabkan karena adanya obstruksi pada duktus
sistikus yang tersumbat oleh batu empedu sehingga terjadi distensi
dan menimbulkan infeksi. Kolik bilier tersebut disertai nyeri hebat
pada abdomen kuadran kanan atas, pasien akan mengalami mual
dan muntah dalam beberapa jam sesudah mengkonsumsi makanan
dalam posi besar (Nanda, 2020).
7. Pencegahan dan Penanganan

Pencegahan Cholelithiasis dapat di mulai dari masyarakat


yang sehat yang memiliki faktor risiko untuk terkena Cholelithiasis
sebagai upaya untuk mencegah peningkatan kasus Cholelithiasis
pada masyarakat dengan cara tindakan promotif dan preventif.
Tindakan promotif yang dapat dilakukan adalah dengan cara
mengajak masyarakat untuk hidup sehat, menjaga pola makan, dan
perilaku atau gaya hidup yang sehat. Sedangkan tindakan preventif
yang dapat dilakukan adalah dengan meminimalisir faktor risiko
penyebab Cholelithiasis, seperti menurunkan makanan yang
berlemak dan berkolesterol, meningkatkan makan sayur dan buah,
olahraga teratur dan perbanyak minum air putih. Pada pasien yang
sudah didiagnosa mengalami Cholelithiasis dapat dilakukan
tindakan dengan cara bedah maupun non-bedah. Penanganan
secara bedah adalah dengan cara kolesistektomi. Sedangkan
penanganan secara non-bedah adalah dengan cara melarutkan batu
empedu menggunakan MTBE, ERCP, dan ESWL (Bruno, 2019).

Kolesistektomi merupakan prosedur pembedahan yang


dilakukan pada sebagian besar kasus Cholelithiasis. Jenis
kolesistektomi laparoskopik adalah teknik pembedahan invasif
minimal didalam rongga abdomen dengan menggunakan
pneumoperitoneum sistim endokamera dan instrumen khusus

10
melalui layar monitor tanpa melihat dan menyentuh langsung
kandung empedunya. Keuntungan dari kolesistektomi laparoskopik
adalah meminimalkan rasa nyeri, mempercepat proses pemulihan,
masa rawat yang pendek dan meminimalkan luka parut (Paasch,
Salak, Mairinger, & Theissig, 2020).

8. Penatalaksanaan
Menurut ((Nurarif & Kusuma, 2013) penatalaksanaan pada
kolelitiasis meliputi :
a. Penanganan Non bedah
1) Disolusi Medis
Oral dissolution therapy adalah cara penghancuran batu
dengan pemberian obat-obatan oral. Disolusi medis
sebelumnya harus memenuhi kriteria terapi non operatif
diantaranya batu kolestrol diameternya <20mm dan batu
<4 batu, fungsi kandung empedu baik, dan duktus sistik
paten.

2) ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography)


Batu di dalam saluran empedu dikeluarkan dengan basket
kawat atau balon ekstraksi melalui muara yang sudah
besar menuju lumen duodenum sehingga batu dapat keluar
bersama tinja. Untuk batu besar, batu yang terjepit di
saluran empedu atau batu yang terletak di atas saluran
empedu yang sempit diperlukan prosedur endoskopik
tambahan sesudah sfingerotomi seperti pemecahan batu
dengan litotripsi mekanik dan litotripsi laser.
3) ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL) adalah
pemecahan batu dengan gelombang suara.
b. Penanganan bedah
1) Kolesistektomi laparaskopik

11
Indikasi pembedahan karena menandakan stadium lanjut,
atau kandung empedu dengan batu besar, berdiameter
lebih dari 2cm. kelebihan yang diperoleh klien luka
operasi kecil (2-10mm) sehingga nyeri pasca bedah
minimal.
2) Kolesistektomi terbuka
Kolesistektomi adalah suatu tindakan pembedahan
dengan cara mengangkat kandung empedu dan
salurannya dengan cara membuka dinding perut
(Sahputra, 2016). Operasi ini merupakan standar terbaik
untuk penanganan klien dengan kolelitiasis sitomatik.
9. Komplikasi
Komplikasi yang umum dijumpai adalah kolesistisis, kolangitis,
hidrops dan emfiema.
a. Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu yang terjadi karena adanya
infeksi yang menyebar akibat obstruksi pada saluran empedu.
b. Hidrops merupakan obstruksi kronik dari kandung empedu yang biasa terjadi
di duktus sistikus sehingga kandung empedu tidak dapat diisi lagi oleh
empedu.
c. Emfiema adalah kandung empedu yang berisi nanah. Komplikasi pada pasien
yang mengalami emfiema membutuhkan penanganan segera karena dapat
mengancam jiwa
d. Kolesistisis merupakan peradangan pada kandung empedu, dimana terdapat
obstruksi atau sumbatan pada leher kandung empedu atau saluran kandung
empedu, yang menyebakan infeksi dan peradangan pada kandung empedu
(Baloyi, Rose, & Morare, 2020).
10. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien Cholelithiasis
adalah (Bini et al., 2020):
a. Pemeriksaan Sinar-X Abdomen
Dapat dilakukan jika terdapat kecurigaan akan penyakit
kandung empedu dan untuk menyingkirkan penyebab gejala
yang lain. Namun, hanya 15-20% batu empedu yang

12
mengalami cukup kalsifikasi untuk dapat tampak melalui
pemeriksaan sinar-x.
b. Ultrasonografi
Pemeriksaan USG telah menggantikan pemeriksaan
kolesistografi oral karena dapat dilakukan secara cepat dan
akurat, dan dapat dilakukan pada penderita disfungsi hati dan
ikterus. Pemeriksaan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam
kandung empedu atau duktus koledokus yang mengalami
dilatasi.
c. Pemeriksaan pencitraan Radionuklida atau koleskintografi.
Koleskintografi menggunakan preparat radioaktif yang
disuntikkan secara intravena. Preparat ini kemudian diambil
oleh hepatosit dan dengan cepat diekskresikan ke dalam sistem
bilier. Selanjutnya dilakukan pemindaian saluran empedu untuk
mendapatkan gambar kandung empedu dan percabangan bilier.
d. ERCP (Endoscopic Retrograde CholangioPancreatography),
Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat-optik yang
fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars
desendens. Sebuah kanul dimasukkan ke dalam duktus
koledokus serta duktus pankreatikus, kemudian bahan kontras
disuntikkan ke dalam duktus tersebut untuk memungkinkan
visualisasi serta evaluasi percabangan bilier.
e. Kolangiografi Transhepatik Perkutan
Pemeriksaan dengan cara menyuntikkan bahan kontras
langsung ke dalam percabangan bilier. Karena konsentrasi
bahan kontras yang disuntikkan itu relatif besar, maka semua
komponen pada sistem bilier (duktus hepatikus, duktus
koledokus, duktus sistikus dan kandung empedu) dapat dilihat
garis bentuknya dengan jelas.
f. MRCP (Magnetic Resonance Cholangiopancreatography)
Merupakan teknik pencitraan dengan gema magnet tanpa
menggunakan zat kontras, instrumen, dan radiasi ion. Pada
MRCP saluran empedu akan terlihat sebagai struktur yang
terang karena mempunyai intensitas sinyal tinggi, sedangkan

13
batu saluran empedu akan terlihat sebagai intensitas sinyal
rendah yang dikrelilingi empedu dengan intensitas sinyal
tinngi, sehingga metode ini cocok untuk mendiagnosis batu
saluran empedu.

14
11. Pathway
KOLELITIASIS
(Batu Empedu)

Batu terdorong menuju duktus sistikus

Obstruksi duktus sistikus

Distensi kantung empedu Iritasi lumen Aliran balik getah empedu

Furdus empedu Proses inflamasi Intervensi Pembedahan


menyentuh dinding
abdomen pada katilago
koste 9 & 10
Termostart Peningkatan enzim
Pemeabilitas kapiler
dihipotalamus SGPT dan SGOT
Gesekan empedu dengan dinding
abdomen

Peningkatan suhu Cairan ke peritonium Bersifat initatif dan


Nyeri abdomen kuadran saluran cerna
kanan atas
MK : Hipertensi MK : Resiko ketidak
seimbangan cairan Merangsang nervus
MK : Nyeri Akut vagal

MK : Resiko Syok
Pergerakan tubuh Terbatas Menekan s-
parasimpatis

MK : Gangguan Mobilitas Fisik


Penurunan peristatik

MK : Defisit Nutrisi Rasa mual dan muntah Makanan tertahan dilambung

MK : Resiko infeksi Port de entree Pasca bedah

MK : Gangguan Mobilitas fisik


MK : Nyeri Akut

(Nuarif & Kusuma 2016)

15
B. Konsep Asuhan Keperawatan yang sering muncul
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tinggal,
tempat tanggal lahir, pekerjaan dan pendidikan. Kolelitiasis
biasanya ditemukan pada 20 -50 tahun dan lebih sering terjadi
anak perempuan pada dibanding anak laki – laki (Cahyono,
2015).
b. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh
klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien
rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, dan
mual muntah.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama
melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu
focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu
bagaimana nyeri dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu
nyeri menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang
bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau klien merasa
nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan
nyeri tersebut.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau
pernah memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
3) Riwayat kesehatan keluarga (genogram)
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah
menderita penyakit kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis tidak
menurun, karena penyakit ini menyerang sekelompok
manusia yang memiliki pola makan dan gaya hidup yang
tidak sehat. Tapi orang dengan riwayat keluarga
kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibanding
dengan tanpa riwayat keluarga.

16
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum :
a) Penampilan Umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien.
b) Kesadaran
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas
keadaan klien.
c) Tanda-tanda Vital Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan
respirasi.
2) Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu.
Biasanya Pada penyakit ini kantung empedu dapat terlihat
dan teraba oleh tangan karena terjadi pembengkakan pada
kandung empedu.
e. Pola aktivtas
1) Nutrisi
Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
2) Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan
aktivitas dan anjuran bedrest
3) Aspek psikologis
Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan
suasana hati.
4) Aspek penunjang
a) Hasil pemeriksaan Laboratorium (bilirubin, amylase serum
meningkat)
b) b) Obat-obatan satu terapi sesuai dengan anjuran dokter
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul pada klien
Cholelithiasis dan mengalami pembedahan adalah :
Masalah keperawatan pada Pre operatif :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Inflamasi)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

17
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit d. Defisit nutrisi
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan e. Resiko
ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan asites
d. Resiko syok (Hipovolemik) berhubungan dengan kekurangan volume cairan

Masalah keperawatan pada Post operatif :

a. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif


b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
c. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur infansif Berikut adalah uraian
dari diagnosa yang timbul bagi pasien, dengan menggunakan Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017)

Berikut adalah uraian dari diagnosa yang timbul bagi pasien,


dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(PPNI, 2017) :

a. Nyeri akut D.0077


1) Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2) Penyebab
Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia,
neoplasma)
3) Batasan karakteristik
a. Data mayor
Data mayor yang dapat menunjang munculnya
diagnosa nyeri akut antara lain:
a. Subjektif : 1. Mengeluh Nyeri
b. Objektif : 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

18
b. Data Minor
Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnosa
nyeri akut antara lain:
a. Subjektif : -
b. Objektif : 1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
4) Kondisi Klinis Terkait
a) Infeksi
b. Gangguan mobilitas fisik D.0054
1) Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
extremitas secara mandiri.
2) Penyebab
Nyeri
3) Batasan karakteristik
a. Data mayor Data mayor yang dapat menunjang munculnya diagnosa
gangguan mobilitas fisik antara lain:
a. Subjektif : 1. Mengeluh sulit menggerakan
extremitas
b. Objektif : 1. Kekuatan otot menurun
2. Rentang gerak menurun
b. Data minor
Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnose
gangguan mobilitas fisik antara lain:
a. Subjektif : 1. Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan pergerakan
3. Merasa cemas saat Bergerak
b. Objektif : 1. Sendi kaku
2.Gerakan tidak terkoordinasi
19
3. Gerakan terbatas
4. Fisik Lema
c. Hipertermi D.0130
1) Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
2) Penyebab
Proses penyakit ( misalnya infeksi, kanker)
3) Batasan karakteristik
a. Data mayor
Data mayor yang dapat menunjang munculnya
diagnose hipertermi antara lain: a. Subjektif : -
b. Objektif : 1. Suhu tubuh di atas
normal
b. Data minor
Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnose
hipertermi antara lain :
a. Subjektif : -
b. Objektif : 1. Kulit merah
2. Takikardi
3. Kulit terasa hangat
4) Kondisi klinis terkait
a) Proses infeksi
d. Defisit nutrisi D.0019
1) Definisi Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
2) Penyebab Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Batasan karakteristik
a. Data mayor
Data mayor yang dapat menunjang munculnya
diagnosa defisit nutrisi antara lain:
a. Subjektif : -
b. Objektif : 1. Berat badan menurun minimal 10% di
bawah rentang ideal
b. Data minor

20
Data minor yang dapat menunjang munculnya
diagnosa defisit nutrisi antara lain:
a. Subjektif :1. Kram atau nyeri abdomen
2. Nafsu makan menurun
b. Objektif : 1. Bising usus hiperaktif
2. Otot menelan lemah
4) Kondisi klinis terkait :
a. Infeksi
e. Resiko ketidakseimbangan cairan D.0036
1) Definisi
Berisiko mengalami penurunann peningkatan atau
percepatan perpindahan cairan dari intravaskuler,
interstisial, atau intraselular
2) Faktor resiko
a. Asites
3) Kondisi klinis terkait
a. Perdarahan
f. Resiko syok (Hipovolemik) D0039
1) Definisi
Berisiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke
jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi
seluler yang mengancam jiwa
2) Faktor resiko
Kekurangan volume cairan
1. Kondisi klinis terkait Perdarahan
g. Resiko infeksi D0142
1) Definisi
Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik
2) Faktor resiko
Efek prosedur invasive
3) Kondisi klinis terkait
Tindakan invasive
3. Intervensi Keperawatan

21
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan
tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan,
memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien.
Proses perencanaan keperawatan meliputi penetapan tujuan
perawatan, penetapan kriteria hasil, pemilihan intervensi yang
tepat, dan rasionalisasi dari intervensi dan mendokumentasikan
rencana perawatan (Lestari et al., 2019).
4. Implementasi keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana
tindakanuntuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi
di mulai setelah rencana tindakan di susun dan di tujukan pada
rencana strategi untuk membantu mencapai tujuan yang di
harapkan. Oleh sebab itu, rencana tindakan yang spesifik di
laksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan. Tujuan dari implementasi adalah membantu
dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan, yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan
dan memfasilitasi koping (Harahap, 2019)
5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan
dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2012).

22
BABIII
ASKEP

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl. Ringroad Barat Daya No.1, Tamantirto, Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta
Tlp. (0274)434 2288, 434 2277. Fax. (0274)4342269. Web:
www.almaata.ac.id

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Nama Mahasiswa Geladis Titanik Tanggal Pengkajian 29 Maret 2022

Tempat Praktek RSPAU dr.S.Harjolukito

I. Identitas diri klien (RM : 2419XX )


Nama : Tn.W Suku : Jawa
Umur : 45 Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Status Perkawinan : Menikah
Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Pule ireng Sidoharjo, Lama bekerja : -
Tepus Gunung Kidul
Tanggal Masuk RS : 20 April 2022 Tanggal Pengkajian : 20 April 2022
Sumber Informasi : RM dan Pasien

II. Riwayat penyakit


1. Keluhan utama saat masuk RS:
Pada tanggal 20 April 2022 pasien masuk IGD RSPAU dr.S.Harjolukito dengan
keluhan nyeri pada perut kanan dialami sejak tiga hari ini, perut terasa begah, mual,
muntah dengan frekuensi paling sering setiap habis makan dan minum. Dua hari ini
frekuensi muntah berkurang karena sudah minum obat mual. Pasien sebelumnya
berobat di klinik yang bereda didekat rumahnya dan dilakukan pemeriksaan USG di
diagnosa adanya batu pada empedu.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan TTV, TD : 119/76 mmHg, N : 91x/menit, RR :
22x/menit, S : 36, 4 oC, SPO2 : 100%
2. Riwayat penyakit sekarang:
Pada tanggal 20 April 2022 pasien masuk IGD RSPAU dr.S.Harjolukito dengan
keluhan nyeri pada perut bagian kanan dengan skala 5 . Pasien mengeluh perutnya
terasa begah dan tidak nyaman. Dari hasil pemeriksaan didapatkan TTV, TD : 110/75
mmHg, N : 83x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,0 oC, SPO2 : 100%.

23
Di IGD pasien terpasang infus Rl dengan transfusi abocath nomor 18 pada tangan kiri,
kemudian dari IGD pasien dirujuk rawat inap di bangsal Camar dengan keluhan yang
sama.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit yang dideritanya sekarang
4. Diagnosa medik pada saat MRS :
Cholelitiasis
Tindakan yang telah dilakukan di UGD :
Tindakan yang telah dilakukan di UGD yaitu
TTV : TD : 119/76 mmHg, N : 91x/menit, RR : 22x/menit, S : 36, 4 oC, SPO2 : 100%
Terpasang infus Rl Rl dengan transfusi abocath nomor 18 pada tangan kiri, di IGD
diberikan obat Inj ranitidin 1 ampul, Inj ketorolax, cek laboratorium dan Radiologi.
Catatan : penanganan kasus (dimulai saat pasien di rawat di ruang rawat sampai
pengambilan kasus kelolaan)
Tanggal Jam Tindakan
20 April 2022 14.00 - Timbang terima pasien dari IGD
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan Vital Sign : TTV didapatkan
TD : 110/75 mmHg, N : 83x/menit,
RR : 20x/menit, S : 36,0 oC, SPO2 : 100%.
Pemberian Infus Rl 15 tpm
Pemberian obat ranitidin 1 ampul
Pemberian Inj Ketorolax 1 ampul
20 April 2022 14.30 Pengambilan kasus Kelolaan

24
5. Genogram
Genogram 3 generasi

PX

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Laki-laki meninggal

: Perempuan meninggal

: Garis pernikahan

: Garis keturunan

: Pasien
PX

25
III. Pengkajian saat ini (mulai hari pertama saudara merawat klien)
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/perawatan :
Pasien mengatakan baru kali ini mengalami hal yang seperti ini dikarenakan
sebelumnya tidak pernah
2. Pola nutrisi/metabolic
Program diit RS:
Peningkatan asupan nutrisi dengan terapi diit gizi seimbang rute oral dengan bentuk
lunak
Intake makanan :
Pasien mengatakan diit dari rumah sakit habis 1/5 porsi
Intake cairan :
Pasien mengatakan minum air habis sekitar ¾ gelas seharinya
3. Pola eliminasi
a. Buang air besar
Pasien mengatakan semenjak masuk RS belum pernah BAB
b. Buang air kecil
Selama dirumah sakit BAK sudah terpantau 3 kali
4. Pola aktifitas dan latihan:

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
Oksigenasi
5. Pola tidur dan istirahat
(lama tidur, gangguan tidur, perawasan saat bangun tidur) :
Pasien mengatakan tidur sedikit terganggu karena nyeri perut yang dirasa

26
6. Pola persepsual
(penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi):
Pasien mengatakan tidak mengalami atau merasakan adanya gangguan penglihatan
dan pendengaran.
7. Pola persepsi diri
(pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri)
Pasien mengatakan cemas dengan keadaannya yang sekarang karena menghambat
semua aktivitas
8. Pola seksualitas dan reproduksi
( fertilitas, libido, menstuasi, kontrasepsi, dll.)
-
9. Pola peran hubungan
(komunikasi, hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan):
Pasien mengatakan sehari-hari menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
Pasien mengatakan, hubungan sosial dengan istri, anak, saudara, tetangga, dan
keluarga berjalan normal. Pasien mengatakan walaupun berpenghasilan tidak
seberapa pasien tetap bersyukur dan cukup untuk kebutuhan sehari-hari
10. Pola managemen koping-stess
(perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir ini):
Pasien mengatakan sedikit cemas soal penyakit yang dideritanya
11. Sistem nilai dan keyakinan
(pandangan klien tentang agama, kegiatan keagamaan, dll)
Pasien mengatakan beragama islam, taat melakukan sholat 5 waktu akan tetapi selama
sakit pasien tidak melaksanakan kewajibannya.
IV. Pemeriksaan fisik (cephalocaudal)
TTV
TD : 110/75 mmHg
N : 83x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,0 oC
SPO2 : 100%.

27
Pemeriksaan Fisik
Integumen
Inspeksi : Bersih, warna kulit sedikit gelap, tidak ada lesi tidak ada ganngguan kulit
kulit.
Palpasi : lembab, turgor kembali lebih dari 2 detik, tidak ada perubahan tekstur
Kepala
Inspeksi : bersih, tidak terdapat kerontokan rambut, warna rambut hitam
Palpasi : tidak terdapat masa, tidak terdapat lesi, tidak terdapat nyeri tekan
Mata
Inspeksi : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak terdapat masa, tidak
terdapat lesi, tidak terdapat kotoran, kemampuan indra penglihatan baik,
Telinga
Inspeksi : telinga bersih, tidak terdapat masa, tidak terdapat lesi, kemampuan indra
pendengaran baik
Mulut dan tenggorok
Inspeksi : bersih, mukosa lembab agak pucat, bibir sedikit kering, gigi sedikt kotor, tidak
terdapat peradangan, tidak terdapat lesi, tidak terdapat keluhan mengunyah, tidak terdapat
keluhan menelan, pengecap terasa hambar karena sakit
Leher
Inspeksi : tidak terlihat masa, tidak ada lesi,
Palpasi : tidak teraba masa, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kaku kuduk,
tidak ada nyeri tekan
Payudara
-
Sistem Pernapasan
Tidak ada gangguan sistem pernapasan
Sistem kardiovaskuler
Inspeksi dada : normal chest, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada lesi, tidak terlihat
benjolan, ics kanan dan kiri normal.
Auskultasi : tidak ada murmur
Palpasi: ictus cordis teraba
Perkusi: pekak

28
Abdomen
Inspeksi abdomen: tidak terlihat adanya pembesaran, tidak ada asites, tidak ada bekas
luka.
Auskultasi: bising usus 12 x/menit
Palpasi: Terdapat nyeri tekan bagian perut kanan
Perkusi : timpani
Sistem genetoreproduksi (pria/wanita)
Klien mengatakan tidak ada lesi, tidak ada masa, tidak ada keluhan
Sistem musculoskeletal
Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak terdapat benjolan, postur tubuh normal, tidak ada
tremor pada ekstremitas atas dan bawah
Palpasi : tidak ada krepitasi, tidak teraba penonjolan tulang, tidak ada deformitas
Kekuatan otot
5 5
5 5

Edema :
Tidak terdapat edema dibagian ekstremitas atas dan bawah
Program terapi :
No Nama Obat Dosis Kegunaan
1 Infus RL 15 Tpm Sebagai sumber elektrolit dan air dalam tubuh
2 Ranitidin 1 Pial IV Sebagai obat untuk mencegah dan mengobati
gejala sakit perut yang berhubungan dengan
gangguan pencernaan dan asam lambung.
3 Ketorolax 1 Pial IV Segabai obat mengatasi nyeri sedang sampai
nyeri berat
4 dexketoprofen 10mg 3x1 IV Segabai obat mengatasi nyeri ringan hingga nyeri
sedang
5 Ambacyn 1gr 2x1 IV Obat antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri

29
Hasil Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium
Tanggal 20 April 2022
NAMA PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

HEMATOLOGI
Darah Lengkap
- Hemoglobin 16.1 g/dl 13.2 – 17.3
- Lekosit 13,730 H /mm3 3800 – 10600
- Hematokrit 47 % 40.0 – 52.0
- Eritrosit 5.33 Juta/mm3 4.4 – 5.9
- Trombosit 216.000 /mm3 150.000 – 440.000
Index Ertirosit
- MCV 88 fL 80 – 100
- MCH 30 pg 26.0 – 34.0
- MCHC 35 g/dL 32.0 – 36.0
- Laju Endap Darah 6 Mm/jam < 10
Hitung Jenis Lekosit
- Eosinofiil 4 % 2–4
- Basofil 0 % 0–1
- Neutrofil Batang 0 L % 3–5
- Neutrofil Segmen 75 H % 50 – 70
- Limfosit 14 L % 25 – 40
- Monosit 7 % 2–8
- NLR 5.42 >3.13= Waspada
6-8 = Curiga
>9 = Bahaya
- ALC 1910 H /uL 1101-1509 = waspada
500-1100 = Curiga
<500 = Bahaya
Golongan darah ABO AB Rhesus+

HEMOSTATIS
Masa Pendarahan (BT) 2’50” Menit 1-3
Masa Pembekuan (CT) 12’45” Menit 8-18

KIMIA KLINIK
Fungsi Hati
- AST (SGOT) 79 U/L <35
- ALT (SGPT) 182 U/L <45
Fungsi ginjal
- Ureum 22 mg/dl 17-43
- Kreatinin 1.23 mg/dl 0.7-1.3
Bektrolit

30
- Natrium (Na) 143.72 mmoI/L 135.0-147.0
- Kalium (K) 3.25 mmoI/L 3.5-5.5
- Klorida (CI) 105.81 mmoI/L 95.0-105.0
Karbohidrat
- Glukosa Darah 99 mg/dl < 200
Sewaktu

MUNOSEROLOGI
Rapid Antigen Covid Negatif Negatif
Anti HIV Rapid (Stik) Non Reaktif
Hepatitis Marker
- HBsAg Negatif Negatif

URINALISIS
NAMA PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

KIMIA KLINIK
Fungsi Hati
Billirubin Total 1.46 H mg/dL 0.1 – 1.2
Billirubin Direk 0.62 H mg/dL < 0.2
Billirubin Indirek 0.84 H mg/dL < 0.50

Hasil Thoraks PA
Cor : Besar dan bentuk normal
Pulmo : Fibrosis di paracardial kanan
Sinus phrenicocostalis kanan kiri tajam
Diaphragma kana kiri normal
Trakhea di tengah
Sistem tulang baik

Kesan :
Bekas keradangan paru
…………, …/………/….

( )

31
ANALISA DATA
No Analisa Data Masalah Etiologi
1. DS :
- Oasien mengatakan nyeri di Nyeri Akut Agen pencedera
perut bagian kanan dan perut biologis
terasa begah
- Pasien mengatakan badan
terasa lemas dan tidak
nyaman
- Pasien mengatakan belum
pernah mengalami penyakit
yang dideritanya saat ini
DO :
- Pasien tampak lemas
- Pasien tampak meringis
Dari hasil pemeriksaan
didapatkan
P : Nyeri bagian perut sebelah
kanan
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : Bagian perut sebelah kanan
S : Skala 5
T : Hilang timbul
TTV :
TD : 110/75
N : 83
RR : 20
S : 36.0
SPO2 : 100%

32
2. DS :
- Pasien mengatakan takut Ansietas Rencana Operasi
dilakukan operasi
- Pasien mengatakan bahwa
baru kali ini akan melakukan
operasi
DO :
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak ketakutann
Hasil Pemeriksaan TTV
TD : 110/75
N : 83
RR : 20
SPO2 : 100%
S : 36,0

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut b.d Agen pencedera biologis


2. Ansietas b.d Rencana operasi

33
Nursing Care plan (NCP)

No Hari/Tanngal Diagnosa Keperawatan Perencanaan


Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1 Rabu, Nyeri Akut b.d Agen pencedera Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri I.08238
20 April 2022 biologis keperawatan diharapkan tingkat nyeri Observasi
dapat menurun dengan kriteria hasil - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
sebagai berikut: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Tingkat Nyeri L.08066 - Identifikasi skala nyeri
Indikator Luaran - Identifikasi respon nyeri non verbal
Awal Target - Identifikasi faktor yang memperberat
Keluhan nyeri 2 4 dan memperingan nyeri
Meringis 2 4 Terapeutik
Ekspresi wajah 2 4 - Berikan teknik non farmakologi untuk
Keterangan : mengurangi rasa nyeri
1. Meningkat - Fasilitasi istirahat dan tidur
2. Cukup meningkat Edukasi
3. Sedang - Ajarkan teknik non farmakologi untuk
4. Cukup menurun mengurangi rasa nyeri
5. Menurun - Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat

34
farmakologi
2 Rabu, Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia I.15506
20 April 2022 Ansietas b.d Rencana operasi keperawatan diharapkan cemas dapat Observasi
teratasi dengan kriteria hasil sebagai - Identifikasi tingkat ansietas\
berikut : - Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
Tingkat Ansietas L.09093 dan non verbal
Indikator Luaran Terapeutik
Awal Target - Ciptakan suasana terapeutik untuk
Perilkau tegang 2 4 mengurangi ansietas
Prilaku gelisah 2 4 - Gunakan pendekatan yang tenang dan
cemas 2 4 meyakinkan
Keterangan : - Moyivasi mengidentivikasi situasi
1. Meningkat yang memicu kecemasan
2. Cukup meningkat Edukasi
3. Sedang - Jelaskan prosedur termasuk sensasi
4. Cukup menurun yang akan dialami
5. Menurun - Informasikan secara faktual mengenai
pengobatan
- Latihan teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan tenaga medis

35
lainnya untuk mengurangi ansietas

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal : Rabu, 20 April 2022
No Diagnosa JAM Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Nyeri akut b.d Manajemen nyeri I.08238 S : Tn.W mengatakan nyeri dibagian perut sebelah
Agen pencedera kanan
biologis 14.30 Observasi
- Mengidentifikasi lokasi nyeri, durasi, intensitas O : Pengkajian nyeri
nyeri P : Nyeri perut bagian kanan
- Mengidentifikasi skala nyeri Q : seperti di tusuk-tusuk
R : bagian perut kanan
- Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
S : Skala 5
- Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan T : Hilang timbul
memperingan nyeri TTV
14.35 TD : 110/75 mmHg
Terapeutik
S : 36,0 oC
- Memberikan teknik nonfarmakologi untuk N : 83x/menit
mengurangi rasa nyeri RR : 20x/menit
SPO2 : 100%
14.40 - Menganjurkan istirahat dan tidur yang cukup
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
Edukasi
Indikator Awal Akhir Capaian
- Menganjurkan teknik non farmakologi untuk Keluhan 2 4 2
mengurangi nyeri (Teknik relaksasi gengam jari nyeri
14.45 Meringis 2 4 2
dan sambil relaksasi napas dalam) Ekspresi 2 4 2

36
Kolaborasi wajah
- Kolaborasi pemberian obat (Ranitidin 1 vial IV
dan Ketorolax 1 vial IV) Keterangan :
- Kolaborasi melakukan cek darah dan cek urine 1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
P : Lanjutkan Intervensi
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Memberikan teknik non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian obat farmakologi

2 Ansietas b.d Redaksi Ansietas (I.09314) S : Tn.W mengatakan cemas dan takut dan takut
Rencana operasi karena sebelumnya belum pernah melakukan operasi
14.30 Observasi
- Mengidentifikasi tingkat ansietas
O:
- Memonitor tanda-tanda ansietas
14.35 Terapeutik - Pasien terlihat gelisah
- Pasien terlihat tegang
- Menciptakan suasan terapeutik untuk mengurangi
Hasil pemeriksaan TTV didapatkan
14.40 ansietas
TD : 110/75 mmHg
Edukasi
N : 83x/menit
- Menginformasikan secara faktual mengenai
S : 36,0
pengobatan
14.45 RR: 20x/menit
Kolaborasi
SPO2: 100%
- Menganjurkan teknik relaksasi untuk mengurangi
rasa cemas

37
- Berkolaborasi dengan tenaga medis lainnya

A : Masalah ansietas b.d rencana operasi belum


teratasi
Indikator Awal Akhir Capaian
Terlihat tegang 2 4 2
Terlihat gelisah 2 4 2
Cemas 2 4 2
Keterangan :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
P : Lanjutkan intervensi
- Memonitor tanda-tanda ansietas
- Lakukan teknik relaksasi
- Kolaborasi dengan tim medis lainnya

38
Hari/Tanggal : Kamis, 21 April 2022
No Diagnosa JAM Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Nyeri akut b.d 13.40 Observasi S:
Agen pencedera
- Mengidentifikasi skala nyeri - Tn.W mengatakan masih merasa nyeri dibagian
biologis
- Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan perut sebelah kanan
memperingan nyeri - Tn..W mengatakan apabila merasa nyeri Tn.W
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri melakukan teknik relaksasi genggam jari disertai
13.45 Terapeutik dengan relaksasi napas dalam yang telah
- Memberikan teknik non farmakologi untuk dianjurkan
mengurangi rasa nyeri (Teknik relaksasi O : Pasien masih terlihat meringis menahan nyeri
genggam jari dan relaksasi napas dalam) P : Nyeri perut bagian kanan
- Mendukung istirahat atau tidur yang adekuat Q : Seperti ditusuk-tusuk
untuk membantu menurunkan rasa nyeri R : Bagian perut sebelah kanan
Edukasi S : Skala 5
13.50 - Ajarkan teknik non farmakologi untuk T : Hilang timbul
mengurangi rasa nyeri TTV
Kolaborasi TD : 140/97 mmHg
S : 36,3 oC
14.00 - Pemberian obat farmakologi yang dianjurkan
N : 79x/menit
(Dexketoprofen 10 mg 3x1 IV dan Ambacyn 1 gr RR : 20x/menit

39
2x1 IV) SPO2 : 97%
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
Indikator Awal Akhir Capaian
Keluhan nyeri 2 4 2
Meringis 2 4 2
Ekspresi wajah 2 4 2
Keterangan :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
P : Lanjutkan intervensi
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mendukung istirahat dan tidur yang cukup untuk
membantu penurunan nyeri
- Mengajarkan teknik non farmakologi untuk
membantu penurunan nyeri
2 Ansietas b.d 13.40 Observasi S:
Rencana operasi - Mengidentifikasi tingkat ansietas - Tn.W mengatakan sedikit cemas dan tegang
- memonitor tanda-tanda ansietas karena akan dilakukan operasi
- Tn.W mengatakan apabila mulai merasa cemas
13.45 Terapeutik Tn.W melakukan relaksasi yang telah dianjurkan
- menciptakan suasana terapeutik untuk O : Tn.W terlihat masih sedikit tegang dan sedikit

40
mengurangi ansietas takut
- menggunakan pendekatan yang tenang dan Hasil pemeriksaan didapatkan
meyakinkan TTV
- mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan TD : 140/97 mmHg
13.50
Edukasi N : 79x/menit
- menjelaskan prosedur termasuk sesuai yang akan RR: 20x/menit
dialami SPO2: 97%
- menginformasikan secara faktual mengenai S : 36,3
pengobatan A : Masalah ansietas teratasi sebagian
- menganjurkan teknik relaksasi untuk mengurangi
Indikator Awal Akhir Capaian
14.00 rasa cemas Perilaku tegang 2 4 3
Perilaku gelisah 2 4 3
Kolaborasi
Cemas 2 4 3
- berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya Keterangan
untuk mengurangi ansietas 1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
P : lanjutkan intervensi

41
Hari/Tanggal :Jum’at, 22 April 2022
No Diagnosa JAM Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Nyeri akut b.d 06.05 Observasi S:
agen pencedera
- Mengidentifikasi skala nyeri - Tn.W mengatakan nyeri sudah mulai berkurang
biologis
- Mendukung istirahat dan tidur yang cukup meski sedikit
06.10 Terapeutik - Tn.W mengatakan apabila nyeri Tn.W
- Mengajarkan kembali teknik non farmakologi melakuakn teknik relaksasi genggam jari dengan
untuk mengurangi rasa nyeri disertai relaksasi napas dalam dan cukup berhasil

06.15 - Kolaborasi pemberian obat farmakologi mengurangi nyeri


Edukasi O : Pasien terlihat lebih tenang
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri P : Nyeri perut bagian kanan
06.20 Kolaborasi Q : Seperti ditusuk-tusuk
- Kolaborasi pemberian obat farmakologi R : Bagian perut sebelah kanan
(Dexketoprofen 10 mg 3x1 IV, Ambacyn 1 gr S : skala 4
2x1 IV dan Infus RL) T : Hilang timbul
- A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
Indikator Awal Akhir Capaian
Keluhan nyeri 2 4 3

42
Meringis 2 4 3
Ekspresi wajah 2 4 3
Keterangan
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
P : Lanjutkan intervensi

43
BAB IV
ANALISIS JURNAL

FORM LAPORAN ANALISA JURNAL


ANALISA JURNAL HASIL PENELITIAN
Nama Mahasiswa : Geladis Titanik

NIM : 210300804

1. Judul artikel : Penurunan Skala Nyeri Pasien Post-Op Appendictomy


Mengunakan Teknik Relaksasi Genggam Jari

2. Sumber artikel : https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/nersmuda

3. Analisa PICO

Tabel Analisa PICO


No Kriteria Jawab Pembenaran dan Critichal Thinking
1 P Populasi Populasi penelitian ini sebanyak 2 pasien
dengan kriteria inklusi yaitu pasien pasien post
op Appendictomy H+1, pasien dewasa, skala
nyeri dengan rentang skala 3-6. Kriteria eksklusi
pasien anak-anak post appendectomy. Studi
kasus ini dilakukan di ruang Nakula 3 Rumah
Sakit KRMT Wongsonegoro Semarang pada
bulang Febuari 2020
2 I Intervensi intervensi yang di lakukan pada jurnal ini adalah
memberikan teknik relaksasi genggam jari
disertai relaksasi napas dalam terhadap
penurunan Skala nyeri pasien Intervensi
dilakukan dengan tujuan setelah dilakukan
tindakan keperawatan diharapkan status nyeri
menurun. Tindakan yang dapat dilakukan yaitu
identifikasi nyeri, mengukur vital sign,
posisikan pasien dengan nyaman, pemberian
terapi teknik relaksasi genggam jari.
3 C Controling / Comparing Penelitian ini menggunakan design deskriptif
dengan pendekatan study kasus berdasarkan
asuhan keperawatan dengan kriteria inklusi dan
exklusi yang bertujuan untuk mengidentifikasi
pengaruh teknik relaksasi genggam jari untuk
penurunan skala nyeri
4 O Objective Teknik relaksasi genggam jari mampu
menurunkan skala nyeri pada pasien post
operasi appendectomy. Pemberian teknik
relaksasi genggam jari hendaknya dapat menjadi
terapi komplementer dalam memanajeman

44
nyeri. Terapi ini menjadi pilihan sebagai
tindakan keperawatan mandiri untuk
menurunkan skala nyeri pada pasien post
operasi appendectomy. Sebagai tenaga
kesehatan dapat mengaplikasikan terapi
relaksasi genggam jari sebagai terapi
komplementer untuk menurunkan nyeri pada
hari pertama pasien post operasi Appendictomy.

45
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cholelithiasis atau dikenal sebagai penyakit batu empedu merupakan penyakit
yang didalamnya terdapat batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung
empedu atau di dalam saluran empedu atau pada kedua-duanya. Cholelithiasis adalah
material atau kristal yang terbentuk di dalam kandung empedu.
Batu empedu bisa terjadi karena adanya kolesterol yang mengeras dan
tertimbun dalam cairan empedu. Ini terjadi karena ada ketidakseimbangan antara
senyawa kimia dan kolesterol dalam cairan tersebut. pada umumnya batu empedu
tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, apabila batu empedu menyumbat saluran
empedu, maka pengidap batu empedu akan mengalami rasa sakit pada bagian kanan
perut yang datang secara tiba-tiba atau disebut juga kolik bilier.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat memperluas wawasan tentang penyakit dan proses asuhan
keperawatan pada pasien dengan Cholelithiasis
2. Bagi Pasien
Diharapkan dijadikan sebagai sumber informasi bagi pasien tentang pelayanan
asuhan keperawatan sehingga mampu merubah perilaku pasien kearah perilaku
yang sehat dan bagi pasien dapat memperoleh manfaat dari pelayanan
keperawatan agar mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi perilaku
maladaptiv pasien dari pelayanan kesehatan.

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Nathaniel, A., Seja, G. P., Perdana, K. K., Daniel, R., Lumbantobing, P., &
Heryandini, S. (2018). Perilaku Profesional Terhadap Pola Makan Sehat, 1(2), 186–
200.
2. Musbahi, A., Abdulhannan, P., Bhatti, J., Dhar, R., Rao, M., & Gopinath, B. (2019).
Outcomes and risk factors of cholecystectomy in high risk patients: A CASE SERIES.
Annals of Medicine and Surgery. http://doi.org/10.1016/j.amsu.2019.12.003
3. Arif Kurniawan , Yunie Armiyati, R. A. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan pre
operasi terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di RSUD Kudus, 6(2),
139–148.
4. Andalas, U. (2017). 1 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, 2018, 1–5.
5. Winata, H., Furqonita, D., Murdana, I. N., Ndraha, S., Tendean, M., Fabiani, D., …
Rscm, M. (2018). Artikel Penelitian Pengaruh Tekanan Telapak Kaki Bagian Depan
terhadap Pemakaian Hak Tinggi dan Indeks Massa Tubuh Mahasiswi FKUI 2011
Profil Kolelitiasis pada Hasil Ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Daerah Koja,
20(53), 7–11.
6. Bruno, L. (2019). Buku Ajar Anatomi Dan Fisiologi. Journal of Chemical Information
and Modeling (Vol. 53). http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
7. Musbahi, A., Abdulhannan, P., Bhatti, J., Dhar, R., Rao, M., & Gopinath, B. (2019).
Outcomes and risk factors of cholecystectomy in high risk patients: A CASE SERIES.
Annals of Medicine and Surgery. http://doi.org/10.1016/j.amsu.2019.12.003
8. Alhawsawi, Z. M., Alshenqeti, A. M., Alqarafi, A. M., Alhussayen, L. K., &
Turkistani, W. A. (2019). Cholelithiasis in patients with paediatric sickle cell anaemia
in a Saudi hospital. Journal of Taibah University Medical Sciences, 14(2), 187–192.
http://doi.org/10.1016/j.jtumed.2019.02.007
9. Widodo. (2015). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas, 1, 1–6. http://doi.org/10.1086/513446.Iijima
10. Nanda, D. (2020). Asuhan Keperawatan Aplikasi NANDA, (6), 1–7.
11. Ferreira Junior, E. G., Apolinario Costa, P., Freire Golveia Silveira, L. M., Valois
Vieira, R., Lima Martins Soares, H. A., Menon Loureiro, B., … Coelho Ferreira
Rocha, J. R. (2019). Localized pancreatic Castleman disease presenting with
extrahepatic dilatation of bile ducts: A case report and review of published cases.

47
International Journal of Surgery Case Reports, 54, 28–33.
http://doi.org/10.1016/j.ijscr.2018.11.006
12. Reinecke Ribka Halim. (2018). Anatomi Fisiologi Empedu.
13. Paasch, C., Salak, M., Mairinger, T., & Theissig, F. (2020). Leiomyosarcoma of the
gallbladder—A case report and a review of literature. International Journal of Surgery
Case Reports, 66, 182–186. http://doi.org/10.1016/j.ijscr.2019.11.062
14. Kusuma, N. &. (2016). dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia.
15. Baloyi, E. R. J., Rose, D. M., & Morare, N. M. T. (2020). Incidental gastric
diverticulum in a young female with chronic gastritis: A case report. International
Journal of Surgery Case Reports, 66, 63–67. http://doi.org/10.1016/j.ijscr.2019.11.030
16. Bini, J., Chan, J. C., Rivera, C., & Tuda, C. (2020). IDCases Sporadic leptospirosis
case in Florida presenting as Weil ` s disease. IDCases, 19, e00686.
http://doi.org/10.1016/j.idcr.2019.e00686
17. Harahap.(2016). Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Penyakit Cholelitiasis Di
Ruang Rawat Inap Rsi Surakarta. Naskah Publikasi, 1-18

48

Anda mungkin juga menyukai