DISUSUN OLEH :
DWI AGNASARI
R024201026
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Clinical Educator
Hamizah, S.ft.,Physio.,M.Kes.
Clinical Intructor
Herdin, S.Ft.,Physio.,M.Pd.,M.Kes.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................1
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
BAB II......................................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................12
PATOLOGI CHOLELITHIASIS..........................................................................12
A. Definisi Cholelithiasis.................................................................................12
B. Epidemologi Cholelithiasis.........................................................................13
C. Etiologi Cholelithiasis.................................................................................13
D. Patofisiologi Cholelithiasis.........................................................................17
E. Klasifikasi Cholelithiasis...........................................................................18
iii
G. Komplikasi Cholelithiasis...........................................................................24
BAB IV..................................................................................................................25
MANAJEMEN FISIOTERAPI..............................................................................25
B. Diagnosa Fisioterapi...................................................................................31
E. Home Program............................................................................................34
G. Kemitraan....................................................................................................35
BAB V....................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
DAFTAR GAMBAR
1
DAFTAR TABEL
Tabel 2.ROM........................................................................................................31
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjaga asupan makanan juga diperhatikan karna mengkonsumsi
makanan yang memiliki kadar kalori dan lemak berlebih dari jumlah yang
(Nathaniel, 2018)
yang berada di dalam kandung empedu yang terbentuk dari satu atau lebih
empedu dan asam lemak (Ninla Elmawati Falabiba, 2019). Batu empedu
mencapai 700 juta penduduk pada tahun 2016. Cholelithiasis atau batu empedu
1
Cholelithiasis merupakan masalah kesehatan umum dan sering terjadi di
daerah.
tersebut meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2016 yaitu 11,7%. Saat ini
cepat saji yang dapat menyebabkan kegemukan karena timbunan lemak dan
Insiden batu empedu dapat dilihat dalam kelompok berisiko tinggi yang
di singkat dengan “6F” yaitu : fat, fifties, female, fertile, food, dan family.
dimiliki, dimana faktor risikonya terdiri dari usia, jenis kelamin, obesitas, dan
sebagai empedu dan berperan dalam pencernaan lemak. Batu empedu akan
pasien yang di diagnose mengalami batu empedu nyeri yang dirasakan tidak
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana membandingkan anatomi, fisiologi, dan patofisiologi disfungsi
gallbladder (cholelithiasis)
2. Bagaimana menguraikan tanda dan gejala akibat disfungsi gallbladder
(cholelithiasis)
3. Bagaimana menentukan jenis pemeriksaan fisioterapi dan menganalisis
hasil pemeriksaan yang telah dilakukan ?
4. Bagaimana menganalisis problematik dan mendesain intervensi
fisioterapi ?
5. Bagaimana melakukan jenis pemeriksaan dan mengaplikasikan jenis
intervensi yang ditentukan sesuai dengan problematik yang ada ?
3
4
BAB II
tepat dibawah lobus kanan hati. Kandung empedu mempunyai fundus, korpus,
infundibulum, dan kolum. Fundus bentuknya bulat, ujung nya buntu dari kandung
empedu. Korpus merupakan bagian terbesar dari kandung empedu Kolum adalah
bagian yang sempit dari kandung empedu yang terletak antara korpus dan daerah
dan berisi berisi 30-60 ml empedu, terletak dalam suatu fosa yang menegaskan
batas anatomi antara lobus hati kanan dan kiri. Empedu yang disekresi secara
terus-menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang kecil dalam hati. Saluran
empedu yang kecil bersatu membentuk dua saluran lebih besar yang keluar dari
permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri yang segera
bawah lengkung iga kanan, di tepi lateral muskulus rectus abdominis. Sebagian
5
korpus besar korpus menempel dan tertanam di dalam jaringan hati. Kandung
distensi akibat bendungan oleh batu, maka infundibulum menonjol seperti kantong
(kantong Hartmann). Ductus cysticus berjalan dari hati ke arah kandung empedu,
panjangnya 1-2 cm, diameter 2-3 mm, diliputi permukaan dalam dengan mukosa
Heister, yang mengatur pasase bile ke dalam kandung empedu dan menahan
hepatoduodenale dengan batas atas porta hepatis sedangkan batas bawahnya distal
papila Vateri. Bagian hulu saluran empedu intrahepatik bermuara ke saluran yang
paling kecil yang disebut kanikulus empedu yang meneruskan curahan sekresi
hepatikus di hilus. Panjang duktus hepatikus kanan dan kiri masing-masing antara
1-4 cm. Panjang duktus hepatikus komunis sangat bervariasi bergantung pada
letak muara duktus sistikus. Ductus choledochus berjalan menuju duodenum dari
sebelah belakang, akan menembus pankreas dan bermuara di sebelah medial dari
6
disebut Papilla Vatteri. Ujung distalnya dikelilingi oleh sfingter Oddi, yang
empedu, dan di sini mengalami pemekatan sekitar 50%. Fungsi primer dari
kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan absorpsi air dan natrium
empedu diatur oleh tiga faktor, yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi
7
Gambar 1. Anatomi kandung empedu
empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati
(Musbahi, 2020).
8
duodenum sekitar 30 menit setelah makan. Dasar yang menyebabkan
dari sfingter oddi yang menjaga pintu keluar duktus biliaris komunis
et al., 2019)
terbesar (90%) cairan empedu. Sisanya adalah bilirubin, asam lemak, dan
9
kolesistokinin dari mukosa duodenum, hormon kemudian masuk kedalam
darah, menyebabkan kandung empedu berkontraksi. Pada saat yang sama, otot
polos yang terletak pada ujung distal duktus coledokus dan ampula relaksasi,
lemak dalam usus halus dan membantu pencernaan dan absorbsi lemak.
Proses koordinasi kedua aktifitas ini disebabkan oleh dua hal yaitu :
a. Hormonal
Zat lemak yang terdapat pada makanan setelah sampai duodenum akan
empedu
b. Neurogen
10
menyebabkan kontraksi dari kandung empedu. Rangsangan langsung dari
11
BAB III
PATOLOGI CHOLELITHIASIS
A. Definisi Cholelithiasis
Cholelithiasis atau batu empedu merupakan suatu pembentukan batu yang
berada di dalam kandung empedu yang terbentuk dari satu atau lebih endapan
berbagai jenis material seperti kolesterol, bilirubin, protein, garam empedu dan
asam lemak (Ninla Elmawati Falabiba, 2019). Batu empedu adalah kondisi
12
B. Epidemologi Cholelithiasis
Prevelensi terjadinya batu empedu pada populasi di eropa yaitu
sekitar 10-15%, sedangkan di asia dan Afrika sekitar 3-5%. Insidensi penyakit
batu empedu di Amerika Serikat mencapai 73% pada wanita dewasa. Angka
sendiri, prevelensi terkait penyakit batu empedu hamper sama dengan di Asia.
C. Etiologi Cholelithiasis
Cholelithiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di
dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-
dalam kandung empedu. Hati terletak di kuadran kanan atas abdomen di atas
ginjal kanan, kolon, lambung, pankreas, dan usus serta tepat di bawah
diafragma. Hati dibagi menjadi lobus kiri dan kanan, yang berawal di sebelah
Kuadran kanan atas abdomen didominasi oleh hati serta saluran empedu dan
hati. Kandung empedu adalah sebuah kantung terletak di bawah hati yang
13
mengonsentrasikan dan menyimpan empedu sampai ia dilepaskan ke dalam
usus. Kebanyakan batu duktus koledokus berasal dari batu kandung empedu,
tetapi ada juga yang terbentuk primer di dalam saluran empedu (Alhawsawi,
(kolangitis). Jika saluran empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan
pemberian nutrisi parenteral total, kolestasis kronik dan sirosis dan pemberian
terlalu banyak absorbsi garam-garam empedu dan lesitin dari empedu, terlalu
sebagian ditentukan oleh jumlah lemak yang dimakan karena sel-sel hepatik
14
mensintesis kolesterol sebagai salah satu produk metabolisme lemak dalam
tubuh. Untuk alasan inilah, orang yang mendapat diet tinggi lemak dalam
(Sueta, 2014).
Jadi dari beberapa sumber penyebab dan faktor resiko terjadinya batu
batu terhenti di dalam duktus sistikus karena diameternya terlalu besar atau
tertahan oleh striktur, batu akan tetap berada disana sebagai batu duktus
a. Genetik
batu empedu bisa berjalan dalam keluarga. Di negara Barat penyakit ini
empedu. Batu empedu lebih sering ditemukaan pada orang kulit putih
dibandingkan kulit hitam. Batu empedu juga sering ditemukan di negara lain
15
b. Usia
Risiko untuk terkena batu empedu sejalan dengan bertambahnya usia. Orang
meningkat usia, prevalensi batu empedu semakin tinggi. Hal ini disebabkan
(Albab, 2019):
bertambahnya usia.
c. Jenis Kelamin
Hingga dekade ke-6, 20 % wanita dan 10 % pria menderita batu empedu dan
lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini dikarenakan dengan tingginya BMI
maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga
16
mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/pengosongan kandung
e. Makanan
komponen dari lemak. Jika kadar kolesterol yang terdapat dalam cairan
empedu melebihi batas normal, cairan empedu dapat mengendap dan lama
kelamaan menjadi batu. Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang
cepat mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat
f. Aktivitas Fisik
D. Patofisiologi Cholelithiasis
17
batu, dan (3) berkembang karena bertambahnya pengendapan. Kelarutan
turun di bawah harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut dalam media
mantel yang hidrofilik dari garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol
yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah, atau terjadi sekresi lesitin,
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti
keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan.
Pada tingkat saturasi yang lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel
sel yang lepas, atau partikel debris yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai
E. Klasifikasi Cholelithiasis
a. Batu Kolestrol
dari 70% kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu
18
permukaannya halus. Empedu yang di supersaturasi dengan kolesterol
kelarutannya tergantung pada jumlah relatif garam empedu dan lesitin. Ini
2014)
2) Pembentukan nidus.
3) Kristalisasi/presipitasi.
b. Batu Pigmen
pigmen cokelat terbentuk akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran
19
empedu, khususnya E. Coli, kadar enzim B-glukoronidase yang berasal
pada pasien dengan hemolisis kronik atau sirosis hati. Batu pigmen hitam
terbentuknya batu ini belum jelas. Umumnya batu pigmen hitam terbentuk
karena adanya striktur, batu akan tetap berada disana sebagai batu duktus
20
Kolelitiasis asimptomatis biasanya diketahui secara kebetulan,
c. Batu Campuran
% pada penderita
Batu yang terdapat dalam kandung empedu sering tidak memberikan gejala
bilier, nyeri abdomen kronik berulang ataupun dispepsia, mual (Suindra, 2007).
Studi perjalanan penyakit sampai 50 % dari semua pasien dengan batu kandung
21
2. Simtomatik
Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang berlangsung lebih dari 15 menit, dan
berlemak, terjadi 30-60 menit setelah makan, berakhir setelah beberapa jam dan
kemudian pulih, disebabkan oleh batu empedu, dirujuk sebagai kolik biliaris.
Mual dan muntah sering kali berkaitan dengan serangan kolik biliaris (Sueta,
2014).
3. Komplikasi
wanita usia pertengahan dan manula. Peradangan akut dari kandung empedu,
tipikal dari kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas yang tajam dan
konstan, baik berupa serangan akut ataupun didahului sebelumnya oleh rasa
tidak nyaman di daerah epigastrium post prandial. Nyeri ini bertambah saat
inspirasi atau dengan pergerakan dan dapat menjalar kepunggung atau ke ujung
skapula. Keluhan ini dapat disertai mual, muntah dan penurunan nafsu makan,
toksemia, nyeri tekan pada kanan atas abdomen dan tanda klasik ”Murphy sign”
(pasien berhenti bernafas sewaktu perut kanan atas ditekan). Masa yang dapat
22
dipalpasi ditemukan hanya dalam 20% kasus. Kebanyakan pasien akhirnya
akut atau kronik. Bentuk akut ditandai dengan nyeri hebat mendadak pada
punggung dan bahu kanan (Murphy sign). Pasien dapat berkeringat banyak dan
berguling ke kanan-kiri saat tidur. Nausea dan muntah sering terjadi. Nyeri
2014).
beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik kurang nyata. Seringkali terdapat riwayat
dispepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati atau flatulen yang berlangsung lama.
Setelah terbentuk, batu empedu dapat berdiam dengan tenang dalam kandung
dan obstruksi pada duktus sistikus atau duktus koledokus. Obstruksi ini dapat
23
G. Komplikasi Cholelithiasis
emfiema.
2. Hidrops merupakan obstruksi kronik dari kandung empedu yang biasa terjadi
di duktus sistikus sehingga kandung empedu tidak dapat diisi lagi oleh
empedu.
3. Emfiema adalah kandung empedu yang berisi nanah. Komplikasi pada pasien
mengancam jiwa
obstruksi atau sumbatan pada leher kandung empedu atau saluran kandung
24
BAB IV
MANAJEMEN FISIOTERAPI
Nama : Ny.R
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Gowa
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Pabrik
Hobi : Bermain Bulu tangkis
Berat Badan : 53 kg
Tinggi Badan : 154 cm
2. Chief Of Complain
Nyeri dan sedikit kaku pada bahu kanan serta nyeri perut bagian atas sebelah
kanan
3. History Taking
a. Pasien mulai mengalami keluhan nyeri pada bahu kanan 3 bulan yang lalu
dan terkadang nyeri pada perut bagian atas sejak 1 tahun lalu
b. Pasien merasakan nyeri tiba tiba, pada saat bangun pagi namun pasien
mengira akibat pasien tidur dengan posisi berbaring kearah kanan. Nyeri
biasanya bertambah pada malam hari setelah istirahat. Nyeri perut kanan
juga kadang kadang muncul, hanya saja beberapa bulan terakhir lebih
sering eri
25
c. Ketika mengangkat sesuatu yang berat, mengambil barang yang tinggi
nyeri pada bahu kanan muncul
d. Pasien hanya memijat dan mengompres air hangat ketika nyerinya datang
e. Pasien sudah pernah ke dokter dan diagnose memiliki batu empedu
f. Pasien sudah melakukan foto radiologi terkait nyeri di shoulder dan
hasilnya nomal
g. Riwayat penyakit, pasien memiliki riwayat kolestrol yang tinggi,
Hipertensi (-), DM (-)
h. Pasien kesulitan jika memakai baju dan rukuk saat sholat akibat nyeri di
bagian perut
i. Pasien mengalami kesulitan tidur, jika nyerinya timbul
j. Pasien tidak memiliki keluhan yang lain
4. Assimetric
b. Inspeksi Statis
1) Wajah pasien cemas dan meringis
2) Tidak ada oedem
c. Inspeksi Dinamis
Pasien berjalan dengan sedikit lateral fleksi sinistra dan sedikit
membungkuk
d. Tes Orientasi
Pasien merasakan nyeri say di minta mengambil sesuatu yang tinggi
e. Palpasi
1) Kontur kulit : Normal
2) Suhu : Normal
3) Oedem : Tidak ada
4) Tenderness : nyeri pada m. upper trapezius, Teres minor, dan
rhomboid, perut kanan
26
f. PFGD
1) Regio Dextra
Tabel 1. PFGD Shoulder dan Trunk
Dextra Aktif Pasif TIMT
Fleksi Mampu full Mampu, hard Mampu, tidak nyeri
ROM endfeel
Ekstensi Tidak Terbatas Mampu, hard Mampu, tidak nyeri
endfeel
Abduksi Mampu, tidak Terbatas Mampu, sedikit
full ROM nyeri
Adduksi Mampu, full Mampu, soft Mampu, tidak nyeri
ROM endfeel
Eksorotasi Sedikit terbatas Mampu. end Mampu, sedikit
feel hard nyeri
Endorotasi Mampu, full Mampu. end Mampu, tidak nyeri
ROM feel hard
Regio Sinistra : Aktif ROM, pasif ROM, dan TIMT shoulder joint
sinistra pada semua bidang : DBN.
2) Region Trunk/Abdomen
Aktif Pasif TIMT
Fleksi Mampu tidak Mampu, Mampu, tidak nyeri
full ROM sedikit nyeri
Ekstensi Mampu full Mampu, hard Mampu, tidak nyeri
ROM endfeel
Laterak Mampu, tidak Terbatas Mampu, Tidak nyeri
fleksi dextra full ROM
Laterak Mampu, full Mampu, soft Mampu, tidak nyeri
fleksi dextra ROM endfeel
Rotasi dextra Sedikit terbatas Mampu. end Mampu, Tidak nyeri
27
feel hard
Rotasi Mampu, full Mampu. end Mampu, tidak nyeri
Sinistra ROM feel hard
5. Restrictive
b. ROM : Keterbatasan ROM abduksi dan eksorotasi shoulder dan
fleksi serta lateral fleksi
c. ADL : Terganggu dressing dan praying
d. Pekerjaan : Terganggu
e. Rekreasi : Terganggu
6. Tissue Impairtment And Psy:cogenic Prediction
a. Muskulotendinogen
b. Osteoarthrogen : Keterbatasan gerak ada shoulder
c. Neurogen : Refered pain (gallbladderr)
d. Psikogenik : Kecemasan
7. Spesific Test
a. Vital sign
8. Tekanan Darah : 130/90 mmHg
9. Denyut Nadi : 84x/menit
10.Suhu : 35oC
11.Pernapasan : 20x/menit
b. Nyeri (VAS)
Hasil : Nyeri diam (2), Nyeri Tekan (7), nyeri gerak (5)
IP : Terdapat Nyeri
c. ROM (Goniometer)
Tabel 2. ROM shoulder
28
d. Pola Kapsular
Hasil : (-)
IP : Tidak terdapat adhesive pada sendi
e. Palpasi
Hasil : Nyeri pada m.upper trapezius, m.teres minor, m. rhomboid,
dan diafragma
IP : Terdapat Spasme
f. Muphy Test
Hasil : (+)
IP : Terdapat nyeri di arena quadran kanan abdominal pada saat
pasien menarik napas
g. Scapular protraction slide test dextra dan sinistra
Hasil = simetris
IP = tidak abnormalitas gerakan scapula dextra
h. Anterior apprehension test
Hasil = tidak ada gerakan translasi yang besar
IP = tidak ada instability anterior GH
i. Apley inferior/superior stratch test
Hasil = (-)
IP = tidak terdapat patologi pada rotator eksternal GH
joint/kontraktur kapsul sendi
j. Bicipital instability test/modified yorgason test
Hasil = - tidak ada subluksasi tendon bicep
IP = tidak ada instability pada ligament humeral transversal
k. Cross body test
Hasil = (-)
IP = tidak terdapat adhesive kapsul posterior
l. Anterior slide test
Hasil =-
IP = tidak ada lesi pada SLAP/GH osteoartritis
29
m. Painful arch test
Hasil =-
IP = tidak ada impingement syndrom
n. Empty can test
Hasil =-
IP = tidak ada lesi m. supraspinatus
o. Neer test
Hasil =-
p. IP = tidak ada subacromial impingement
q. Indeks barthel
Hasil : 70
IP : Ketergantungan sedang
r. HRS-A
Hasil : 18
IP : Kecemasan sedang
s. MMT
Hasil : Regio shoulder (abductor dan endorototator) (4), Regio Trunk
(4)
IP : Mampu melakukan gerakan, full ROM, namun tidak bisa
menahan tahanan minimal
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Bilirubin
2) Pemeriksaan Darah
b. Pemeriksaan Radiologi
3) Foto Polos Abdomen
4) USG
5) Koleskintografi
6) ERCP (Endoscopic Retrograde CholangioPancreatography),
30
B. Diagnosa Fisioterapi
Adapun diagnosis fisioterapi yang dapat ditegakkan dari hasil proses
pengukuran dan pemeriksaan tersebut, yaitu : “Gangguan gerak fungsional
shoulder dextra berupa nyeri, limitasi ROM,muscle weakness dan limitasi ADL
et causa refered pain dysfungsi gallbladder ( e.g cholelithiasis) sejak 3 bulan
yang lalu.”
31
1. Kecemasan Komunikasi terapeutik F : 1x/hari
I : pasien fokus
T : intrapersonal
approach
T : 5 menit
32
trapezius, m. teres I : 8 hit 5-7 rep
minor, m. T : Purse deep
rhomboid, breathing, diafragma
diafragma breathing
T : 3 menit
Exercise Therapy F : 1x/hari
I : 5x10 rep
T : Stretching exc
T : 5 menit
4 Limitasi ROM Manual therapy F : 1x/hari
I : 5-7x rep
T : traksi dan translasi
T : 5 menit
ROM exercise F : 1 x sehari
I : 10 rep
T : PROMEX,
AROMEX, abduksi,
fleksi dan rotasi
shoulder
T : 3 menit
5 muscle weakness Strengthening exercise F : 1x/hari
I : 8 hit 3 rep
T : strengthening
exercise with elastic
band
T : 3 menit
6 Gangguan ADL Exercise therapy F : 1x/hari
I : 8 hit 3 rep
T : PNF
T : 3 menit
33
E. Home Program
Paien diberikan edukasi untuk melakukan latihan-latihan di rumah
dengan pendampingan anggota keluarga berupa latihan pernafasan, latihan
pendulum exec,latihan finger leader bridging, pengelurun otot-otot yang
mengalami tegang, melakukan gerakan –gerakan aktif pasif region ekstremitas
superior untuk menghindari kekakuan pada sendi dan menjaga kekuatan otot.
Pasien di harapkan mampu mengelolah pikiran positif agar terhindar oleh rasa
cemas (kelola cemas). Perlu dukungan dan bantuan dari pihak keluarga dalam
proses penyembuhan kondisi pasien.
g. Evaluasi Sesaat
Tabel 4. Evaluasi sesaat
34
b. Modifikasi
Modifikasi program fisioterapi yang dapat diberikan berupa
peningkatan intensitas dari dosis yang diberikan sebelumnya. Pasien
perlu melakukan pemeriksaan Laboratorium secara berkala setelah
diberikan intervensi Fisioterapi sebagai pendukung kegiatan evaluasi
fisioterapi terhadap pasien untuk menentukan program modifikasi
terapi pada pasien selanjutnya.
G. Kemitraan
Pengembangan kemitraan Fisioterapi dapat dilakukan dengan profesi
kesehatan lainnya dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan sepenuhnya
terhadap kondisi klien. Hal ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien dan
perkembangan patofisiologinya. Dalam memberikan intervensi klien tersebut,
Physio dapat bermitra dengan dokter spesialis saraf, dokter spesialis patologi
klinik, ahli okupasional, perawat, psikolog, ahli gizi, dan pekerja sosial medis
lainnya.
35
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
36
Molinero, N., Ruiz, L., Milani, C., Gutiérrez-Díaz, I., Sánchez, B., Mangifesta, M.,
… Margolles, A. (2019). The human gallbladder microbiome is related
to the physiological state and the biliary metabolic profile. Microbiome,
7(1), 1–18. https://doi.org/10.1186/s40168-019-0712-8
Musbahi, A. e. all. (2020). Outcomes and risk factors of cholecystectomy in high risk
patients: A case series. Annals of Medicine and Surgery, 50(December
2019), 35–40. https://doi.org/10.1016/j.amsu.2019.12.003
Nathaniel, A. et al. (2018). Perilaku Profesional Terhadap Pola Makan Sehat.
Indonesian Business Review, 1(2), 186–200.
https://doi.org/10.21632/ibr.1.2.186-200
Ninla Elmawati Falabiba. (2019). cholelithiasis. 1–4.
Putri, F., & Indrasari, N. D. (2017). Gallstone Analysis. The Indonesian Journal of
Gastroenterology, Hepatology, and Digestive Endoscopy, 17(2), 124.
https://doi.org/10.24871/1722016124-130
Sueta, M. A. D. (2014). Faktor-Faktor Terjadinya Batu Empedu Di RSUP Dr .
Wahidin Sudirohusoda Makassar. Departemen Ilmu Bedah Fk Uh/Rsup
Wahidin Sudirohusodo Makassar, 1–78.
37