Oleh :
Nama : Auliah Rochimy Zamzam
NIM : CO2421045
Semester : 2 (dua)
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga makalah dengan judul “Konstipasi pada Kehamilan” ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai
tugas dalam mata kuliah Biologi Reproduksi. Selain itu, pembuatan makalah ini juga
bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis itu sendiri dan
penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi
kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para
pembaca.
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan ................................................................................. 1
D. Manfaat …………………………………………………………. 2
A. Fatofisiologi ................................................................................ 3
B. Diagnosis ................................................................................ 5
Daftar Pustaka................................................................................................... 8
ii
ABSTRACT
Konstipasi merupakan kondisi yang sering dijumpai pada ibu hamil dan dapat
yang disebabkan oleh faktor hormonal, perubahan pola makan, pertumbuhan janin,
yang dapat digunakan adalah pembentuk ruah dan pencahar osmotik, namun hanya
bila benar-benar diperlukan dan tidak untuk penggunaan jangka panjang. Alasannya
adalah untuk menghindari dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit pada ibu hamil
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya defekasi (buang air besar) dari
kebiasaan normal. Dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses (kotoran)
kurang, atau fesesnya keras dan kering. Semua orang dapat mengalami konstipasi,
terlebih pada lanjut usia (lansia) akibat gerakan peristaltik (gerakan semacam memompa
pada usus, red) lebih lambat dan kemungkinan sebab lain. Kebanyakan terjadi jika makan
kurang berserat, kurang minum, dan kurang olahraga. Kondisi ini bertambah parah jika
sudah lebih dari tiga hari berturut-turut.
Kasus konstipasi umumnya diderita masyarakat umum sekitar 4-30 persen pada
kelompok usia 60 tahun ke atas. Ternyata, wanita lebih sering mengeluh konstipasi
dibanding pria dengan perbandingan 3:1 hingga 2:1. Insiden konstipasi meningkat seiring
bertambahnya umur, terutama usia 65 tahun ke atas. Pada suatu penelitian pada orang
berusia usia 65 tahun ke atas, terdapat penderita konstipasi sekitar 34 persen wanita dan
pria 26 persen. Konstipasi bisa terjadi di mana saja, dapat terjadi saat bepergian,
misalnya karena jijik dengan WC-nya, bingung caranya buang air besar seperti sewaktu
naik pesawat dan kendaraan umum lainnya. Penyebab konstipasi bisa karena faktor
sistemik, efek samping obat, faktor neurogenic saraf sentral atau saraf perifer. Bisa juga
karena faktor kelainan organ di kolon seperti obstruksi organik atau fungsi otot kolon yang
tidak normal atau kelainan pada rektum, anak dan dasar pelvis dan dapat disebabkan
faktor idiopatik kronik. Mencegah konstipasi secara umum ternyata tidaklah sulit. Lagi-
lagi, kuncinya adalah mengonsumsi serat yang cukup. Serat yang paling mudah
diperoleh adalah pada buah dan sayur. Jika penderita konstipasi ini mengalami kesulitan
mengunyah, misalnya karena ompong, haluskan sayur atau buah tersebut dengan
blender.
B. Rumusan Masalah
Apa konsep teori dari konstipasi dan bagaimana asuhan keperawatan dalam
menangani kasuskonstipasi?
C. Tujuan
A. Tujuan umum : Mengetahui dan memahami konsep teori konstipasi dan asuhan
keperawatan dalam menangani kasus konstipasi
1
B. Tujuan khusus :.
Memahami definisi konstipasi.
Memahami patofisiologis konstipasi.
Memahami faktor- faktor risiko konstipasi pada usia lanjut.
Memahami manifestasi klinis konstipasi.
Memahami komplikasi konstipasi pada usia lanjut.
Memahami penatalaksanaan konstipasi.
Memahami web of causes konstipasi.
Memahami asuhan keperawatan pada konstipasi
D. Manfaat
Memberikan konsep dasar teori tentang gangguan sistem gastrointestinal, yaitu
diare dankonstipasi pada lansia berdasarkan pertimbangan gerontik, beserta asuhan
keperawatannya
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata konstipasi atau constipation berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti
bergerombol bersama menyusun menjadi menggumpal padat / keras. Konstipasi
bukanlah merupakan suatu penyakit melainkan suatu gejala, biasanya penderita
mengeluhkan: proses mengedan terlalu kuat (52%), tinja yang keras seperti batu
(44%), ketidakmampuan defekasi saat diinginkan (34%) dan defekasi yang jarang
(33%).
A. Patofisiologi
Pada wanita hamil terjadi perubahan hormonal yang drastis yakni peningkatan
progesteron selama kehamilan. Progesteron akan menyebabkan otot-otot relaksasi untuk
memberi tempat janin berkembang. Relaksasi otot ini juga mengenai otot usus sehingga
akan menurunkan motilitas usus yang pada akhirnya menyebabkan konstipasi (slow-
transit constipation). Disamping itu selama kehamilan tubuh menahan cairan, absorbsi
cairan di usus meningkat sehingga isi usus cenderung kering dan keras yang
memudahkan terjadinya konstipasi.
Uterus yang semakin membesar seiring dengan perkembangan janin pada wanita
hamil akan memberikan tekanan pada usus besar dengan akibat evakuasi tinja terhambat.
Semakin besar kehamilan maka semakin besar tekanan pada usus besar sehingga
semakin mudah terjadinya konstipasi.
4
dapat berakibat timbulnya konstipasi.
B. Diagnosis
Gejala konstipasi umumnya adalah mengedan terlalu kuat, tinja yang keras, butuh
waktu yang lama saat defekasi dan frekuensi defekasi kurang dari 3 kali seminggu. Para
ahli gastroenterologi di Eropa dan Amerika telah mencoba membuat suatu kriteria
sederhana untuk menegakkan konstipasi fungsional yang dikenal dengan kriteria Roma.
Kriteria yang digunakan saat ini adalah kriteria Roma II untuk konstipasi (lihat Tabel 1).
Kriteria Roma II belum tervalidasi untuk digunakan pada wanita hamil. Kriteria
ini dimodifikasi untuk tujuan studi pada populasi wanita hamil, dimana gejala yang
muncul > 1 kali dalam 4 kali defekasi selama 1 bulan terakhir.
Pemeriksaan fisik wanita hamil yang mengalami susah defekasi ditujukan mencari
faktor lain yang menyebabkan konstipasi. Konstipasi karena kelainan struktural, tanda-
tanda ileus ataupun akut abdomen harus disingkirkan pada pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan colok dubur juga perlu dilakukan untuk menilai adanya fecal impacted,
massa tumor, fisura ani dan hemoroid.
5
dan cairan, serta aktifitas fisik yang cukup. Hindari makan porsi besar 3 kali sehari tetapi
makanlah dengan porsi kecil dan sering. Hindari ketegangan psikis seperti stres dan
cemas. Jangan menahan rasa ingin buang air besar karena akan memperbesar resiko
konstipasi. Pemberian probiotik pada wanita hamil juga dianjurkan karena dapat
memperbaiki keseimbangan flora kolon dan memperbaiki fungsi pencernaan. Jahe
dalam diet juga disebutkan dapat membantu mengurangi morning sickness dan
konstipasi dan mencegah kembung.
Kebutuhan serat pada wanita hamil sama dengan orang normal yakni sekitar 25-
30 gram per hari. Serat makanan terdiri dari serat larut dan serat tidak larut. Serat larut
akan mengalami fermentasi di usus besar dan memperlambat pengosongan lambung,
menahan air dan membentuk gel. Contohnya apel, jeruk dan strawberi. Serat tidak
larut sukar difermentasi, memperpendek waktu transit di usus dan memperbesar massa
tinja. Serat tidak larut banyak terdapat pada sereal, sayur- sayuran, kacang-kacangan,
dan biji-bijian. Hindari konsumsi serat yang berlebihan secara bersamaan dalam waktu
cepat karena akan menimbulkan kembung, sebah dan rasa tidak nyaman di perut.
Wanita hamil membutuhkan asupan cairan 300 ml lebih banyak dari rata-rata 2000
ml cairan yang dikonsumsi orang normal. Sebaiknya hindari minuman bersoda, alkohol
dan kopi. Pagi hari setelah bangun tidur usahakan untuk mengkonsumsi segelas air untuk
merangsang defekasi.
Aktifitas fisik rutin dipercaya merangsang peristaltik usus untuk bekerja normal
sehingga memperpendek waktu transit di saluran pencernaan dan membantu
pengeluaran tinja. Oleh karena itu wanita hamil sebaiknya melakukan olahraga ringan
yang rutin seperti senam hamil dan jalan pagi.
D. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi pada konstipasi adalah dengan pemberian obat
pencahar (laxatives). Secara umum golongan obat pencahar terbagi atas: bulking
agents, pelunak tinja (stool softeners), pencahar minyak mineral (lubricant laxatives),
pencahar bahan osmotik (osmotic laxatives) dan pencahar perangsang (stimulant
laxatives).
6
diabsorbsi. Tetapi tidak selalu efektif karena penderita diharuskan banyak minum
selama pemberian obat dan bisa dijumpai efek samping kembung dan kram perut.
Contohnya Psyllium yang termasuk golongan B untuk kehamilan menurut badan FDA
(Food and Drug Administration). Lubricant laxatives dapat menyebabkan penurunan
absorbsi vitamin yang larut lemak. Golongan ini diabsorbsi sedikit dan tidak menunjukkan
efek lanjut pada wanita hamil. Tetapi belum ada rekomendasi FDA untuk penggunaan
pada wanita hamil. Golongan osmotic laxatives dan stimulant laxatives dihubungkan
dengan terjadinya dehidrasi dan gangguan elektrolit terutama pada penggunaan jangka
panjang. Contoh golongan osmotic laxatives yang beredar di Indonesia adalah
Lactulose, termasuk golongan B untuk kehamilan menurut FDA. Sedangkan contoh
stimulant laxatives adalah Bisacodyl, dapat meningkatkan rangsang otot uterus sehingga
terjadi kontraksi uterus sehingga sebaiknya dihindarkan. Termasuk golongan C untuk
kehamilan menurut FDA.
Belum ada studi lengkap yang menunjukkan hubungan antara obat pencahar dengan
anomali kongenital.
BAB III
KESIMPULAN
Konstipasi merupakan masalah yang sering dikeluhkan wanita hamil yang disebabkan
berbagai faktor seperti faktor hormonal, perubahan pola diet, pertumbuhan janin, kurangnya
aktifitas fisik dan riwayat posisi saat defekasi. Terapi lini pertama lebih diutamakan yakni
berupa penatalaksanaan non farmakologi. Penggunaan obat pencahar (laksansia) sebagai
terapi lini kedua diberikan hanya bila benar- benar diperlukan dan tidak untuk penggunaan
jangka panjang.
7
DAFTAR PUSTAKA