Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DIET TINGGI SERAT UNTUK PENYAKIT KONSTIPASI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pengembangan formula makanan

DISUSUN OLEH :

MARCELLA JULIANTRI
Nomor Induk Mahasiswa : PO7131221082

DOSEN PEMBIMBING :

YUNITA NAZARENA, S.Gz, M.Si

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah
Pengembangan Formula Makanan.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen dari mata kuliah Pengembangan Formula Makanan yang telah
membimbing penulis dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Palembang, 27 September 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………….…….…………………….. 2
DAFTAR ISI…………….…………….…………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN…………..………………………….…… 4
A. Latar Belakang………………….…………………………........... 4
B. Rumusan Masalah……………………………………...…........... 5
C. Tujuan.................……………….…………………………........... 5
D. Manfaat.................……………………………………….............. 5
BAB II PEMBAHASAN..........……………………….……………. 6
A. Konstipasi....................…………………………………….…...... 6
a. Definisi Konstipasi...……………………....………….……..... 6
b. Epidemiologi Konstipasi ........…………………….…….......... 6
c. Etiologi Konstipasi .....…………………………………….….. 7
d. Patofisiologi Konstipasi..…………………......………….….... 7
e. Penatalaksanaan Konstipasi ……….....……………….…….... 9
f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konstipasi...……….......... 9
B. Pemberian Diet Tinggi Serat ….......…………....………….……. 11
C. Bahan Makanan Yang Dianjurkan Untuk Penyakit Konstipasi..... 12
D. Contoh Produk Tinggi Serat (Banana Pancake Oatmeal….…...... 12
E. Nilai Kandungan Gizi Banana Panake Oatmeal......…….……...... 13
BAB III PENUTUP...................…………….……...………….......... 14
A. Kesimpulan............................……………….……..……….......... 14
B. Saran…………............................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata constipation atau konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare
yang mempunyai arti ‘bergerombol bersama’, yaitu suatu istilah yang
berarti menyusun ke dalam menjadi bentuk padat. Baru pada abad 16
istilah konstipasi digunakan pada keadaan ditemukan sejumlah tinja
terakumulasi di dalam kolon yang berdilatasi (Endyarni dan Syarif, 2004).
Menurut World Gastroenterology Organisation, konstipasi merupakan
gejala dan bukanlah penyakit. Konstipasi memiliki gejala yang berbeda –
beda pada setiap pasiennya, beberapa pasien menganggap konstipasi
adalah defekasi keras (52%), tinja seperti pil/ butir obat (44%),
ketidakmampuan defekasi saat diinginkan (34%), atau defekasi yang jarang
(33%). Konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi konstipasi akibat kelainan
struktural dan konstipasi fungsional. Konstipasi akibat kelainan struktural
terjadi melalui proses obstruksialiran tinja, sedangkan konstipasi
fungsional berhubungan dengan gangguan motilitas kolon atau anorektal
(Endyarni dan Syarif, 2004).
Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua
makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh
baik untuk kesehatan. Serat terdiri dari dua golongan, yaitu serat larut air dan
tidak larut air. Serat tidak larut air adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin
yang banyak terdapat dalam dedak beras, gandum, sayuran, dan buah-buahan.
Serat golongan ini dapat melancarkan defekasi sehingga mencegah obstipasi,
hemoroid, dan divertikulosis. Serat larut air yaitu pektin, gum, dan mukilase
yang banyak terdapat dalam havermout, kacang-kacangan, sayur, dan buah-
buahan. Serat golongan ini dapat mengikat asam empedu sehingga dapat
menurunkan absorbsi lemak dan kolesterol darah, sehingga menurunkan risiko,
mencegah, atau meringankan penyakit jantung koroner dan dislipidemia. Serat
dapat mencegah kanker kolon dengan mengikat dan mengeluarkan bahan-
bahan karsinogen dalam usus (Almatsier, 2004).

4
Pada umumnya, makanan serat tinggi mengandung energi rendah,
dengan demikian dapat membantu menurunkan berat badan. Diet serat tinggi
menimbulkan rasa kenyang sehingga menunda rasa lapar. Saat ini di pasaran
terdapat produk serat dalam bentuk minuman, tetapi penggunaanya tidak
dianjurkan. Asupan serat berlebihan dapat menimbulkan gas yang berlebihan
dan diare, serta mengganggu penyerapan mineral seperti magnesium, zat besi
dan kalsium. Makanan tinggi serat alami lebih aman dan mengandung zat gizi
tinggi serta lebih murah. WHO menganjurkan asupan serat 25-30 g/hr. Diet
tinggi serat adalah modifikasi dari susunan makanan biasa dengan menambah
bahan pangan yang banyak mengandung serat pangan (Almatsier, 2004).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konstipasi ?
2. Apa diet yang diberikan untuk penyakit konstipasi ?
3. Apa saja bahan makanan yang dianjurkan penyakit konstipasi ?
4. Bagaimana contoh produk tinggi serat dan kandungan nilai gizinya ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian konstipasi.
2. Untuk mengetahui diet yang diberikan untuk penyakit konstipasi.
3. Untuk mengetahui bahan makanan yang dianjurkan untuk penyakit
konstipasi ?
4. Untuk mengetahui contoh produk tinggi serat dan kandungan nilai gizinya.

D. Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui pengertian konstipasi.
2. Mahasiswa mengetahui diet yang diberikan untuk penyakit kosntipasi.
3. Mahasiswa mengetahui bahan makanan yang dianjurkan untuk penyakit
konstipasi.
4. Mahasiswa mengetahui contoh produk tinggi serat dan kandungan nilai
gizinya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konstipasi
a. Definisi Konstipasi
Kata constipation atau konstipasi berasal dari bahasa Latin
constipare yang mempunyai arti ‘bergerombol bersama’, yaitu suatu
istilah yang berarti menyusun ke dalam menjadi bentuk padat. Baru
pada abad 16 istilah konstipasi digunakan pada keadaan ditemukan
sejumlah tinja terakumulasi di dalam kolon yang berdilatasi (Endyarni
dan Syarif, 2004). Menurut World Gastroenterology Organisation,
konstipasi merupakan gejala dan bukanlah penyakit. Konstipasi
memiliki gejala yang berbeda – beda pada setiap pasiennya, beberapa
pasien menganggap konstipasi adalah defekasi keras (52%), tinja
seperti pil/ butir obat (44%), ketidakmampuan defekasi saat
diinginkan (34%), atau defekasi yang jarang (33%). Konstipasi dapat
diklasifikasikan menjadi konstipasi akibat kelainan struktural dan
konstipasi fungsional. Konstipasi akibat kelainan struktural terjadi
melalui proses obstruksialiran tinja, sedangkan konstipasi fungsional
berhubungan dengan gangguan motilitas kolon atau anorektal (Endyarni
dan Syarif, 2004).
Konstipasi memilki beberapa gejala diantaranya adalah
frekuensi buang air besar kurang dari 3 kali per minggu, perasaan buang
air besar yang tidak puas, rasa tidak nyaman pada bagian perut,
kembung, dan distensi, serta gejala lain (misalnya, mengedan
berlebihan, rasa penyumbatan saat buang air besar pada bagian
anorektal, dan melakukan manuver atau gerakan untuk mempermudah
buang air besar) mengisyaratkan kelainan saat defekasi.
b. Epidemiologi Konstipasi
Prevalensi konstipasi yang dilaporkan bervariasi secara substansial
karena perbedaan antara kelompok-kelompok etnis. Di Amerika Utara

6
saja, sembelit kronis memengaruhi sekitar 63 juta orang. Di seluruh
dunia, sekitar 12% dari orang menderita konstipasi yang terdiri dari;
orang di Amerika dan Asia Pasifik menderita dua kali lebih banyak seperti
rekan-rekan mereka di Eropa.Sebuah meta-analisis dari pasien di Eropa
dan Oseania dikutip tingkat prevalensi setinggi 81%, dengan kejadian
umum sekitar 17%. jenis kelamin perempuan, usia, dan kelas
pendidikan sangat terkait dengan prevalensi konstipasi (Basson, 2015).
c. Etiologi Konstipasi
Adapun etiologi dari konstipasi adalah sebagai berikut :
a) Pola hidup; diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar
yang tidak teratur, kurang olah raga.
b) Obat–obatan; antikolinergik, penyekat kalsium, alumunium hidroksida,
suplemen besi dan kalsium, opiate (kodein dan morfin).
c) Kelainan stuktural kolon ; tumor, stiktur, hemoroid, abses perineum,
magakolon.
d) Penyakit sistemik;hipotiroidisme, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus.
e) Penyakit neurologi;hirschprung,lesi medulla spinalis, neuropati otonom.
f) Disfungsi otot dinding dasar pelvis.
g) Idiopatik transit kolon yang lambat, pseudo obstruksi kronis.
h) Irritable Bowel syndrome tipe konstipasi (Djojoningrat, 2006).
d. Patofisiologi Konstipasi
Proses defekasi yang normal memerlukan keadaan anatomi
dan persyarafan yang normal dari rektum, otot puborektal dan sfingterani.
Konstipasi fungsional merupakan hasil dari abnormalitas fungsi kolon,
rektum, komplek sfingter, dan faktor baik yang disadari atau tidak
oleh sang anak. Ada dua kelompok konstipasi fungsional yang
diketahui, yaitu tipe slow-transit dan tipe outlet obstruction.Rektum
adalah organ sensitif yang mengawali proses defekasi. Tekanan pada
dinding rektum akan merangsang sistem syaraf intrinsik rektum dan
menyebabkan relaksasi sfingter ani interna, yang dirasakan sebagai
keinginan untuk defekasi. Sfingter ani eksterna kemudian menjadi
relaksasi dan feses dikeluarkan mengikuti peristaltik kolon melalui

7
anus. Bila relaksasi sfingter ani interna tidak cukup kuat, maka
sfingter ani eksterna akan berkontraksi secara refleks, selanjutnya
sesuai kemauan. Otot puborektal akan membantu sfingter ani eksterna
sehingga anus mengalami konstriksi. Bila konstriksi sfingter eksterna
berlangsung cukup lama, refleks sfingter internus akan menghilang,
sehingga keinginan defekasi juga menghilang (Taminiau dan Benninga,
2004).
Penyebab tersering konstipasi pada anak adalah menahan defekasi
akibat pengalaman nyeri pada defekasi sebelumnya, biasanya disertai
fisura ani. Orangtua sering memberitahu adanya riwayat darah dalam
tinja, popok, atau toilet. Pengalaman nyeri saat buang air besar ini diduga
menimbulkan penahanan tinja saat ada hasrat untuk defekasi. Kebiasaan
menahan (retensi) tinja yang berulang akan meregangkan rektum dan
kemudian kolon sigmoid yang menampung bolus tinja berikutnya.
Tinja yang berada di kolon akan terus mengalami reabsorpsi air dan
elektrolit dan membentuk skibala. Seluruh proses akan berulang dengan
sendirinya, yaitu tinja yang keras dan besar menjadi lebih sulit
dikeluarkan melalui kanal anus, menimbulkan rasa sakit dan kemudian
retensi tinja selanjutnya. Lingkaran setan ini terus berulang dan
menyebabkan konstipasi (Firmansyah, 2010).
Kurangnya asupan serat (dietary fiber) sebagai kerangka tinja
(stool bulking), kurang minum, dan meningkatnya kehilangan cairan
merupakan faktor penyebab konstipasi. Berat tinja berkaitan dengan
asupan serat makanan. Tinja yang besar akan dievakuasi lebih sering.
Waktu singgah melalui saluran pencernaan lebih cepat bila
mengkonsumsi banyak serat. Waktu singgah pada bayi berusia satu
sampai tiga bulan adalah 8.5 jam, dan meningkat seiring bertambahnya
usia. Berkurangnya aktivitas fisik pada individu yang sebelumnya aktif
juga merupakan predisposisi konstipasi, misalnya pada keadaan sakit,
pasca bedah, kecelakaan, atau gaya hidup bermalas-malasan. Stres dan
perubahan aktivitas rutin sehari-hari dapat mengubah ferkuensi
defekasi, seperti liburan, ketersediaan toilet dan masalah psikososial,

8
dapat menyebabkan konstipasi. Berikut adalah penyebab tersering
konstipasi berdasarkan usia Diagnosis Konstipasi Anamnesis yang
terperinci merupakan hal terpenting untuk mengungkapkan adakah
konstipasi dan faktor resiko penyebab.
Kriteria Rome-III untuk diagnosis konstipasi fungsional
Kriteria khusus: dua atau lebih hadir
a) Mengejan
b) Kental atau tinja yang keras
c) Perasaan defekasi tidak lengkap
d) Sensasi tersumbat pada bagian anorektal
e) Manuver manual atau digital diterapkan untuk memperlancar buang air
besar
f) Kurang dari tiga kali buang air besar per minggu
e. Penatalaksanaan Konstipasi
Sebagian tergantung pada pandangan pasien mengenai masalahnya
a) Diet dan hidrasi
Pada pasien dengan gejala yang mengganggu, langkah pertama
adalah mengoptimalkan asupan serat dan cairan.
b) Obat-obat pencahar. Ada 4 tipe golongan obat pencahar :
1) Memperbesar dan melunakkan masa feses, antara lain: Cereal,
Methyl Selulose, Psilium.
2) Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan
menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah
penyerapan air. Contoh Minyak kasto, Golongan docusate.
3) Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman
digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain:
Sorbitol, Lactulose, Glycerin.
4) Merangsang peristaltik sehingga meningkatkan motilitas usus besar.
f. Faktor – faktor yang memengaruhi konstipasi
a) Asupan Serat
Serat atau roughage adalah komponen makanan yang berasal
dari tumbuhan yang resisten terhadap enzim pencernaan manusia di

9
usus halus. Serat dapat diklasifikasikan menjadi serat yang larut dalam
air (soluble fibre) dan serat yang tidak larut dalam air (insoluble
fibre). Sumber makanan yang tinggi serat antara lain sayur-sayuran,
buah-buahan, sereal, biji-bijian, kacang-kacangan, dan polong-polongan
(Harahap, 2014).
Diet, pola, atau jenis makanan yang dikomsumsi dapat
memengaruhi proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan
serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah
yang dikonsumsi pun memengaruhinya (Uliyah, 2008). Rata-rata
konsumsi serat penduduk Indonesia dewasa di atas 20 tahun adalah
10,5 gram per hari.Angka ini menunjukkan bahwa penduduk
Indonesia baru memenuhi kebutuhan serat makanannya sekitar ⅓ dari
kebutuhan ideal ratarata yaitu 30 gram setiap harinya (Harahap, 2014).
b) Asupan Cairan
Tubuh dapat bertahan selama berminggu – minggu tanpa
makanan, tapi hanya beberapa hari tanpa air. Air atau cairan tubuh
merupakan bagian utama tubuh, 55-60% dari berat badan orang
dewasa (Almatsier, 2010). Jumlah air yang dibutuhkan oleh tubuh
rata–rata tiap heri sebanyak 2,5 liter. Pemasukan cairan yang kurang
dalam tubuh membuat defekaksi menjadi keras. Oleh karena proses
absorbsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi.
c) Olahraga
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui
aktivitas tonusotot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu
kelancaran proses defekasi.Hal ini kemudian membuat proses gerakan
peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik (Uliyah, 2008).
d) Konsumsi Tablet Besi
Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di
dalam tubuh manusia, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh
manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam
tubuh: sebagai alat angkut oksigen dari paru – paru ke jaringan tubuh,
sebagai alat angkut electron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu

10
berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier, 2010). Zat
besi diperlukan untuk memproduksi hemoglobin ( protein pembawa
oksigen dalam darah ).Orang yang sehat menyerap 10-20% dari
zat besi yang dicerna, institute of medicine menganjurkan
suplemen zat besi sebanyak 30-60 miligram setiap hari. Walaupun
diperlukan untuk nutrisi yang baik, suplemen zat besi dapat
mengganggu saluran pencernaan diantaranya konstipasi atau
sembelit (Almatsier, 2010).

B. Pemberian Diet Tinggi Serat


Diet yang diberikan untuk penyakit kostipasi yaitu diet tinggi serat
merupakan modifikasi dari susunan makanan biasa dengan menambah bahan
pangan yang banyak mengandung serat pangan.
a. Tujuan diet
Tujuan diet serat tinggi adalah untuk memberi makanan sesuai
kebutuhan gizi yang tinggi serat sehingga dapat merangsang peristaltik usus
agar defekasi berjalan normal.
b) Syarat diet serat tinggi :
1) Energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan aktivitas.
2) Protein cukup yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
3) Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total.
4) Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
5) Vitamin dan mineral tinggi, terutama vitamin B untuk memelihara
kekuatan otot saluran cerna.
6) Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter untuk membantu memperlancar defekasi.
Pemberian minum sebelum makan akan membantu merangsang
peristaltik usus.
7) Serat tinggi, yaitu 30-50 gram/hari terutama serat tidak larut air yang
berasal dari beras tumbuk, beras merah, roti whole wheat, sayuran,dan
buah.
c) Indikasi pemberian
Diet serat tinggi diberikan kepada pasien konstipasi kronis dan

11
penyakit divertikulosis. Lama pemberian diit disesuaikan dengan
perkembangan penyakit (Almatsier, 2004).
C. Bahan Makanan Yang Dianjurkan Untuk Penyakit Konstipasi

Sumber karbohidrat Beras tumbuk/merah, havermout, roti whole


wheat
Sumber protein nabati Kacang-kacangan yang dikonsumsi dengan
kulitnya seperti kacang kedelai, kacang tanah,
kacang hijau, dan hasil olah kacang-kacangan,
seperti tempe.
Sayuran Sayuran yang serat tinggi, seperti daun
singkong, daun kacang panjang, daun pepaya,
brokoli, buncis, dan ketimun.
Buah-buahan Buah-buahan yang berserat tinggi, seperti jeruk
(dimakan dengan selaputnya), nenas, mangga,
salak, pisang, pepaya, sirsak serta buah yang
dimakan dengan kulitnya, seperti apel, anggur,
belimbing, pir dan jambu biji.

D. Contoh Produk Tinggi Serat (Banana Pancake Oatmeal)

Banana Pancake Oatmeal

Bahan-Bahan :
- 250 gr pisang (lumatkan dengan garpu)
- 70 gr oatmeal (blender)
- 100 gr telur

12
- 150 gr Apel
- 50 gr gula pasir
- ½ sdt bubuk kayu manis
- ½ sdt vanili cair
- ½ sdt baking powder
- ½ sdt garam
Cara membuat banana pancake :
- Campur semua bahan
- Panggang di teflon
- Angkat lalu sajikan dengan madu
Cara membuat saus apel :
- Panaskan gula pasir sampai berkaramel kemudian tambahkan garam dan
masukkan apel lalu aduk rata.

E. Nilai Kandungan Gizi Banana Pancake Oatmeal

No Nama bahan Berat Energi Protein Lemak KH Serat


(gr) (kkal) (gr) (gr) (gr) (gr)

1. Pisang 250 230 2,5 1,3 58,5 6,0

2. Oatmeal 70 226 0,54 1,10 8,1 1,33

3. Apel 150 88,5 0,3 0,6 23,0 4,1

4. Telur 100 155,0 12,6 10,6 1,1 0

5. Gula Pasir 50 193,5 0 0 50 0

TOTAL (7 Porsi) 893 15,94 13,6 140,7 11,43

Total 1 porsi 127,57 2,27 1,94 20,1 1,63

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata constipation atau konstipasi berasal dari bahasa Latin
constipare yang mempunyai arti ‘bergerombol bersama’, yaitu suatu istilah
yang berarti menyusun ke dalam menjadi bentuk padat. Baru pada abad
16 istilah konstipasi digunakan pada keadaan ditemukan sejumlah tinja
terakumulasi di dalam kolon yang berdilatasi (Endyarni dan Syarif, 2004).
Konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi konstipasi akibat kelainan
struktural dan konstipasi fungsional. Konstipasi akibat kelainan struktural
terjadi melalui proses obstruksialiran tinja, sedangkan konstipasi
fungsional berhubungan dengan gangguan motilitas kolon atau anorektal
(Endyarni dan Syarif, 2004).
Pemberian diet tinggi serat adalah modifikasi dari susunan makanan
biasa dengan menambah bahan pangan yang banyak mengandung serat pangan.
Makanan berserat tinggi adalah havermout, kacang-kacangan, sayur,
dan buah-buahan.
Contoh produk tinggi serat yaitu banana pancake oatmeal yang
mengandung nilai gizi yaitu energi 127,57 kkal, protein 2,27, lemak 1,94,
karbohidrat 20,1, dan serat 1,63 gr.

B. Saran
Diharapkan untuk meningkatkan konsumsi serat yaitu 30-50 g/hr. Dan
dapat mencoba untuk mengkonsumsi contoh produk yang telah dibuat tinggi
serat yaitu banana pancake oatmeal.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahli Gizi Indonesia, P. D. (2019). Penuntun Diet Dan Terapi Gizi. Jakarta: EGC.

Almatsier, S. (2004). Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Almatsier S. (2010). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Basson, M.D. (2015). Constipation.

Djojoningrat. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Internal


Publishing.

Endyarni, B. dan Syarif, B.H. (2004). Konstipasi fungsional. Sari Pediatri.

Harahap, J. (2014). Konsumsi serat makanan pada murid–murid sekolah dasar.

Supariasa, Nyoman, D.I., Handayani, D. (2019). Asuhan Gizi Klinik. Jakarta:


EGC.

Uliyah, M. dan Hidayat, A. (2008). Keterampilan dasar praktik klinik untuk


kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

15

Anda mungkin juga menyukai