Anda di halaman 1dari 89

KEPERAWATAN MEDIKAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTRITIS

MAKALAH

Oleh :
Kelompok 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
KEPERAWATAN MEDIKAL
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTRITIS

MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas Keperawatan Medikal
dengan dosen pembimbing Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB

Oleh :
Kelompok 2
Winda Mufidayani 152310101101
Lu i Indies P. 152310101108
Puji Arini 152310101113
I a Wardaniyah 152310101114
Inthoriqotul K. 152310101217
Anggi Sulis yani 152310101248
Vicky Rivaldo 152310101262
Sheila Paramitha R. 152310101251
Yuliana 152310101267
Dela Soviatul U. 152310101272
Rodiyatul Fitriyah 152310101309
Kurnia Rahmawa 152310101312
Asmaul Hasanah 152310101315

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. Atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada PasienGastri s”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini dak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku pembimbing Mata Kuliah
Keperawatan Medikal yang telah membimbing dalam penulisan makalah ini;
2. Bapak dan Ibu kami yang telah memberikan dorongan dan doanya demi
terselesaikannya makalah ini;
3. teman- teman kelas D angkatan 2015 yang telah memberi dorongan dan
semangat;
4. semua pihak yang dak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kri k dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Jember,September 2017

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ………………………………………………… i
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… iii
PRAKATA ………………………………………………………………. iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. v
BAB 1. PENDAHULUAN ………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………. 1
1.2 Tujuan ……………………………………………………….. 2
1.3 Manfaat………………………………………………………. 2
BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT ………………………………… 3
2.1 Definisi Gastri s…………………. …………………………. 3
2.2 Epidemiologi …….........……………………………………… 3
2.3 E ologi ……….....…………………………………………… 5
2.4 Manifestasi Klinis.........……...………………………………. 6
2.5 Fisiologi……….....…………………………………………… 6
26 Patofisiologi ………….............………………………………. 15
2.7 Pathway…………................…………………………………. 17
2.8 Pemeriksaan Diagnos k........………………..…………….... 17
2.9 Penatalaksanaan........……...………………………………... 18
2.10 Pengkajian………………………………………………….. 20
2.10.1 Iden tas... …………………………………………… 20
2.10.2 Pengkajian ……………………………………………. 21
2.10.3 Pemeriksaan Fisik ……………………………………. 25
2.10.4 Analisa Data dan Masalah ……………………………. 25
2.11 Diagnosa Keperawatan…………………………………….. 26
2.12 Interventasi……………………………………………….... 27
2.13 Implementasi……………………………………………. ... 35
2.14 Evaluasi……………………………………………………. 42
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATANPASIEN DENGAN
GASTRITIS ……………………………………………………………….. 43
3.1 Ilustrasi Kasus ………………………………………………. 43
3.2 Pengkajian…………………………………………………… 43
3.2.1 Iden tas Klien ………………………………………… 43
3.2.2 Riwayat Kesehatan ……………………………………. 44
3.2.3 Pengkajian Keperawatan ………………………………. 44
3.3 Diagnosa Keperawatan (NANDA) ………………………….. 50
3.4 Intervensi (NOC/NIC)……………………………………… 53
3.5 Implementasi Keperawatan .........…………………………… 58
3.6 Evaluasi Keperawatan (SOAP) ……………………………… 65
BAB 4. PENUTUP ………………………………………………………. 66
4.1Kesimpulan …………………………………………………… 66
4.2 Saran …………………………………………………………. 66
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 68
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia kesehatan, gastri s dikenal sebagai penyakit lambung atau
dyspepsia. Sebagai organ cerna, lmabung berfungsi untuk menyimpan makanan,
mencernakan kembali makanan menjadi per kel yang lebih kecil untuk
diteruskan ke duodenum/duodenal. Gastri s atau dyspepsia atau is lah yang
sering dikenal oleh masyarakat sebagai maag atau penyakit lambung adalah
sekumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri terutama di ulu ha , orang yang
terserang penyakit ini biasanya sering mual, muntah, rasa penuh dan rasa dak
nyaman.
Kasus dengan gastri s merupakan salah satu jenis yang umumnya
diderita oleh kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan
mahasiswa yang disebabkan oleh berbagai faktor misalnya, dak teraturnya pola
makan, gaya hidup yang salah dan meningkatnya ak vitas (tugas perkuliahan)
sehingga mahasiswa tersebut dak sempat untuk mengatur pola makanannya
dan malas untuk makan (Fahrur, 2009). Bila penyakit gastri s ini terus dibiarkan,
akan berakibat semakin parah dan akhirnya asam lambung akan membuat
luka-luka (ulkus)yang dikenal dengan tukak lambung. Bahkan bisa juga disertai
muntah darah(Arifianto, 2009).
Dari hasil peneli an para pakar, didapatkan jumlah penderita gastri s
(90%) lebih banyak wanita dibandingkan pria dan gastri s dapat menyerang sejak
usia dewasa muda hingga lanjut usia dan dak mengetahui mengenai dampak
buruk gastri s. Hal ini disebabkan karena berbagai macam faktor diantaranya
psikologis. Hal yang sering dijumpai pada perubahan psikologis seseorang salah
satunya yaitu stress karena hampir sebagian besar wanita dak bisa untuk
mencari jalan keluar untuk se ap masalahnya.

1
1.2 Tujuan
Untuk memahami teori s dan menambah wawasan mahasiswa dalam
menerapkan Asuhan Keperawatan keluarga dengan masalah Gastri s

1.3 Manfaat
1. Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit Gastri s
2. Menemukan solusi dalam penatalaksanaan penyakit Gastri s

2
BAB 2
KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lambung

1. Anatomi Lambung

Lambung merupakan bagian yang paling lebar dari saluran pencernaan


(tractus gastro-intestinalis, alimentary tract), mulai dari esophagus sampai
duodenum dan berfungsi sebagai tempat penampungan makanan untuk dicerna

3
menjadi “chyme” dan mengatur pengaliran hasiol cerna itu ke usus kecil.
Kapasitas lambung kurang lebih 1,5 liter, tetapi dapat dilebarkan sampai 2-3 liter.
Pada bayi baru lahir kapasitasnya kira-kira 30 cc. jika dilihat dari depan abdomen
dan pada posisi berbaring, lambung terletak di regio hypochondriaca kiri,
epigastrica dan umbilikalis. Letak lambung dan bentuknya bergantung pada
berbagai keadaan, seperti isi dan tingkat pencernaan, keadaan alat-alat sekitarnya,
bentuk tipe morfologi individu, serta pernapasan dan letak tubuh. Bentuk umum
lambung adalah bentuk-J dengan pars pylorica sedikit naik ke atas ke pylorus;
bentuk ini terutama ditemui pada orang-orang yang kurus. Bentuk tegak seperti
huruf L terbalik (“steerhorn stomach”) terdapat pada lambung yang mempunyai
tonus otot yang lebih kuat (Widjaja, 2009). Lambung merupakan organ pertama
saluran pencernaan di dalam cavitas abdominalis. Ia berbentuk buah pir dan
dibatasi di superior oleh sphincter esophagus bawah kompeten secara fisiologi dan
di inferior oleh sphincter pylorus yang mudah diperlihatkan (Sabiston, 1995).
Lambug mempunyai peritoneum viscerale yang meliputi permukaan
anterior dan posterior. Kedua lapisan tersebut dari curvatura minor ke arah hepar
membentuk ligamentum hepatogastrica yang merupakan bagian dari omentum
minus. Ke bawah kedua lapisan pada curvatura major berhubungan dengan
omentum gastroliealis dan mescolon transversum membentuk omentum majus
(Widjaja, 2009).
Corpus dibatasi di superior oleh cardia (bagian lambung yang tepat dibawah
sambungan gastroesophagus) dan fundus (bagian lambung yang terletak di kiri
superior terhadap sambungan gastroesophagus). Cardia dan fundus berbeda dari
corpus hanya karena jumlah sel parietalis dan principalis lebih sedikit. Bagian
terdistal lambung merupakan antrum, yang mengandung kelenjar persekresi
mukus maupun sel G, sumber hormin gastrin. Lambung mempunyai dua
curvatura, major dan minor serta dua permukaan, anterior dan superior oleh
diafragma, di anterior oleh musculus rectus abdominalis dan kanan oleh lobus
hepatis sinister. Dinding posterior lambung berhubungan dengan pankreas,
adrenalis sinister, ginjal, dan diafragma. Curvatura gastrica major dekat dengan
colon transversum; curvatura minor berbatasan dengan hati (Sabiston, 1995).

4
Lambung menerima persediaan darah yang melimpah dari arteria gastrika dan
arteri lenalis; persyarafan berasal dari vagus dan dari plexus seliaka sistema
simpatis (Pearce).

2. Fisiologi Lambung
Fungsi dari lambung adalah menerima makanan dari usofagus melalui
orifisium kardiak dan bekerja sebagai penimbun sementara, sedangkan kontraksi
otot berfungsi mencampur makanan dengan getah lambung (Pearce).

Berikut ini beberapa fungsi bagian-bagian dari lambung:

1. Kardiak
Kardiak adalah tempat pertama dari lambung, letaknya berada di bawah
setelah kerongkongan. Tempat ini adalah tempat pertama masuknya
makanan setelah dari kerongkongan. Kardiak merupakan bagian atas dari
lambung.
2. Fundus
Fundus merupakan bagian tengah dari lambung. Pada bagian ini makanan
akan tersimpan selama kurang lebih 1 jam. Di dalam fundus, gas-gas akan
terakumulasi ketika proses pencernaan kimia terjadi di dalam lambung.
3. Korpus
Korpus merupakan wilayah pusat dari organ lambung. Di bagian
korpuslah proses pencernaan kimia akan terjadi.
4. Pilorus
Pilorus merupakan bagian lambung yang berhubungan dengan usus dua
belas jari. Pada bagian ini makanan akan terkumpul dan mengalami proses
pencernaan sebelum masuk ke bagian usus dua belas jari. Pilorus akan
bekerja dengan dipengaruhi pH dari makanan. Jika makanan yang masuk
ke pilorus bersifat asam maka otot-otot pada pilorus akan mengendur
sehingga pintu-pintu pilorus akan terbuka. Lain halnya jika makanan yang
masuk ke pilorus bersifat basa. Otot-otot pada pilorus akan berkontraksi
akibatnya pintu-pintu pilorus akan tertutup sehingga makanan tidak dapat
dikeluarkan.

5
3. Lapisan-lapisan Lambung

Gambar. 2.2 lapisan-lapisan lambung

Menurut Sabiston (1995), dinding lambung mempunyai empat lapisan:


membran mucosa di dalam, tunica submucosa, selubung serabut otot polos (tunica
muscularis propria), dan tunica serosa di luar.
1. Lapisan Mucosa
Mucosa adalah lapisan pada dinding lambung yang akan mengeluarkan
berbagai jenis cairan. Cairan yang dimaksud seperti enzim, asam lambung,
dan juga hormon. Lapisan mucosa berbentuk seperti palung. Bentuk
tersebut bermanfaat untuk memperbesar perbandingan antara luas dan
volume, sehingga volume getah lambung yang dikeluarkan menjadi lebih
banyak. Pada lapisan mucosa terdapat 3 jenis sel yang bermanfaat dalam
proses pencernaan, yaitu sel goblet, sel parietal, dan sel chief.
● Sel goblet bermanfaat untuk memproduksi mucus. Mucus adalah
lendir yang berguna untuk menjaga lapisan terluar dari sel lambung
agar tidak terluka dan mengalami kerusakan bila terkena dari

6
beberapa jenis jenis enzim seperti enzim pepsin dan juga asam
lambung.
● Sel parietal bermanfaat untuk menghasilkan asam lambung atau
yang sering disebut getah lambung. Asam lambung tersebut
berguna untuk mengaktifkan enzim pepsin. Sel parietal dapat
menghasilkan asam lambung dan membuat lambung memiliki
tingkat keasaman mencapai pH 2.
● Sel chief bermanfaat untuk menghasilkan pepsinogen. Pepsinogen
adalah bentuk enzim pepsin yang tidak aktif. Enzim pepsin yang
aktif tersebut berfungsi agar enzim tidak mencerna protein di
dalam lambung. Dengan kata lain, enzim pepsin yang tidak aktif
akan mencegah kematian pada sel tersebut.
2. Lapisan Submucosa
Lapisan submucosa pada lambung merupakan tempat di mana pembuluh
darah vena dan arteri ditemukan. Pembuluh darah vena dan arteri tersebut
bermanfaat untuk menyalurkan berbagai nutrisi makanan dan oksigen ke
sel-sel dalam perut.
3. Lapisan Muscularis
Lapisan muscularis merupakan lapisan otot lambung yang membantu
proses pencernaan secara mekanis. Lapisan muscularis terbagi atas tiga
bagian yaitu lapisan otot melingkar, memanjang, dan menyerong. Ketiga
otot tersebut akan menghasilkan kontraksi pada lapisan lambung yang
disebut dengan gerakan peristaltik. Gerakan peristaltik tersebut akan
membuat makanan yang ada di lambung diaduk-aduk.
4. Lapisan Serosa
Lapisan serosa merupakan lapisan terluar dari lambung. Lapisan serosa
bermanfaat untuk melindungi lambung dari gesekan. Lapisan serosa
melindungi perut dari gesekan dengan anggota tubuh yang lain.

4. Volume lambung

7
Pada manusia, lambung memiliki volume sekitar 50 mL ketika kosong.
Setelah makan, umumnya mengembang untuk menampung sekitar 1 liter
makanan (Sherwood 2004), tetapi sebenarnya dapat memperluas untuk
menahan sebanyak 4 liter. Saat minum susu, dapat memperluas sampai
kira-kira 3,4 liter (Saladin 2004). Pada titik terlebar, panjang ukuran lambung
12 inci (30,5 cm) lebar 6 inci (15,2 cm).

5. Enzim Lambung

Gambar 2.3 enzim lambung

1) Pepsin adalah enzim lambung yang paling utama. Diproduksi oleh sel
lambung yang disebut “sel utama” atau “chief cell” dalam bentuk
pepsinogen yang belum aktif (zymogen). Pepsinogen kemudian
diaktivasi oleh asam lambung ke dalam bentuk aktifnya, pepsin. Fungsi
pepsin adalah memecah protein dalam makanan menjadi partikel yang
lebih kecil, seperti fragmen peptida dan asam amino. Oleh karena itu,
pencernaan protein dimulai pertama kali di lambung, tidak seperti
karbohidrat dan lipid yang memulai pencernaannya di mulut.
2) Asam klorida (HCl), pada dasarnya asam klorida teridiri dari atom
hidrogen bermuatan positif (H +), atau dalam istilah awam
disebut asam lambung. HCl diproduksi oleh sel-sel lambung yang
disebut sel parietal. Fungsi HCl yang utama yaitu:
o Denaturasi protein.

8
o Menghancurkan bakteri atau virus yang tertinggal dalam
makanan.
o Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.
3) Faktor intrinsik (IF), dihasilkan oleh sel parietal pada lambung. Seperti
dijelaskan sebelumnya, bahwa IF berperan penting dalam penyerapan
Vitamin B12 pada ileum terminal. Awalnya di air liur, haptocorrin
disekresikan oleh kelenjar liur untuk berikatan dengan Vit. B12,
sehingga menciptakan kompleks Vit. B12-Haptocorrin. Tujuannya
adalah untuk melindungi vitamin B12 agar tidak rusak oleh asam
klorida yang diproduksi oleh lambung. Begitu isi lambung
disalurkan ke duodenum, haptocorrin dirusak oleh enzim pankreas
(protease) sehingga melepaskan vitamin B12 yang utuh. Faktor
intrinsik (IF) yang dihasilkan oleh sel parietal kemudian mengikat
Vitamin B12, menciptakan kompleks Vit. B12-IF. Keduanya kemudian
diserap pada bagian usus haslus ileum terminal.
4) Mucin lambung, memiliki peranan penting dalam menghancurkan
bakteri dan virus dengan cara memanfaatkan HCl yang sangat asam.
Namun lambung juga harus melindungi lapisannya sendiri dari sifat
asam yang merusak tersebut. Caranya dengan mensekresi mucin dan
bikarbonat melalui sel mukosanya, dan juga dengan melakukan
perputaran siklus (mati-tumbuh) sel yang cepat.
5) Gastrin, merupakan hormon penting yang diproduksi oleh “sel G” dari
lambung. Sel G menghasilkan gastrin sebagai respons terhadap
peregangan lambung yang terjadi setelah makanan masuk, dan juga
setelah paparan lambung terhadap protein. Gastrin adalah hormon
endokrin yang memasuki aliran darah dan akhirnya kembali ke
lambung dimana ia merangsang sel parietal untuk menghasilkan asam
hidroklorida (HCl) dan faktor intrinsik (IF).
6) Lipase lambung, merupakan asam lipase yang disekresikan oleh “chief
cell” di mukosa fundus di lambung, dan memiliki pH optimum 3-6.
Lipase lambung, bersama dengan lipase lingual, terdiri dari dua lipase

9
asam. Lipase ini, tidak seperti lipase basa (seperti lipase pankreas ),
tidak memerlukan asam empedu atau kolipase untuk aktivitas enzimatik
yang optimal. Lipase asam membentuk 30% hidrolisis lipid yang terjadi
selama pencernaan pada manusia dewasa, dan lipase lambung lah yang
berkontribusi paling banyak. Pada neonatus, lipase asam jauh lebih
penting, menyediakan hingga 50% dari total aktivitas lipolitik.
6. Sel Lambung
● Sel parietal : Menghasilkan asam klorida dan faktor intrinsik.
● Sel utama “Chief Cell” lambung : Menghasilkan pepsinogen. Sel utama
ini terutama ditemukan di bagian yang disebut “body” atau badan
lambung, yang merupakan bagian anatomis tengah atau superior dari
lambung.
● Sel mukosa leher dan pit : Menghasilkan mucin dan bikarbonat untuk
menciptakan “zona netral” untuk melindungi lapisan lambung dari
asam atau iritasi pada kimus (chyme) lambung .
● Sel G : Menghasilkan hormon gastrin sebagai respons terhadap distensi
mukosa lambung atau protein, dan merangsang produksi sel parietal.
Sel G terletak di bagian antrum (bawah) lambung, yang merupakan
daerah paling inferior dari lambung.
Sekresi oleh sel – sel diatas dikendalikan oleh sistem saraf enterik (ENS).
Distensi di lambung atau persarafan oleh saraf vagus (parasimpatis) akan
mengaktifkan ENS, yang pada gilirannya akan menyebabkan pelepasan
asetilkolin. Setelah sampai, asetilkolin akan mengaktifkan sel G dan sel
Parietal.
Permukaan luar lambung dibagi ke dalam regio anatomi berdasarkan
kira-kira jenis sel yang ditemukan dalam mukosa yang berdekatan. Lambung
proksimal (corpus) mengandung banyak komplemen lambung sel parietalis,
sumber asam klorida (HCL) dan faktor intrinsik serta sel principalis sumber
utama pepsinogen. Jenis sel tambahan mencakup sel epitel permukaan, yang
mensekresi mukus dan bikarbonat ke dalam lumen lambung, sel mukosa,
cervix yang juga mensekresi mukus dan merupakan prekursor kedua sel epitel

10
permukaan dan sel parietalis; serta sel mast yang mengandung histamin
(Sabiston, 1995).

7. Syaraf pada Lambung


Lambung dipersyarafi oleh trunkus vagal anterior dan posterior berasal dari
pleksus esofagus dan memasuki abdomen melalui hiatus esofagus.
Cabang-cabang hepatica dari n. vagus anterior menuju hepar. Cabang seliaka
dari n. vagus posterior menuju ganglion seliaka dimana cabang ini kemudian
mempersyarafi usus ke bagian bawah sampai kolon transversum distal.
Trunkus vagal anterior dan posterior menuju ke bawah sepanjang kurvatura
minor sebagai saraf Latarjet anterior dan posterior dimana terjadi percabangan
terminal yang mepersarafi lambung. N. vagus membawa saraf motoris dan
sekretoris ke lambung. Saraf sekretoris mempersarafi bagian yang mensekresi
asam lambung-korpus (Faiz, 2003).

2.2 Definisi
Gastri s berasal dari kata gaster yang ar nya lambung dan i s yang
berar inflamasi atau peradangan. Gastri s merupakan proses inflamasi pada
mukosa dan submukosa lambung atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
faktor iritasi dan infeksi. Menurut Hirlan dalam Suyono (2001 : 127), gastri s
adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protek f mukosa dipenuhi dengan bakteri atau
bahan iritan lain.
Menurut Bunner (2000 : 187 ) gastri s adalah suatu peradangan mukosa
lambung yang paling sering diakibatkan oleh ke dakteraturan diet, misalnya
makan terlalu cepat dan banyak atau makan makanan yang terlalu berbumbu
atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seper alkohol, aspirin, refluks empedu
atau terapi radiasi. Peradangan dari gastri s dapat hanya superficial atau dapat
menembus secara dalam ke dalam mukosa lambung, dan pada kasus-kasus yang
berlangsung lama menyebabkan atropi mukosa lambungyang hampir lengkap.

11
Pada beberapa kasus, gastri s dapat menjadi sangat akut dan berat, dengan
ekskoriasi ulsera va mukosa lambung oleh sekresi pep k lambung sendiri
(Guyton, 2001).

2.3 Epidemiologi
Menurut data dari World Health Organiza on (WHO), Indonesia
menempa urutan ke empat dengan jumlah penderita gastri s terbanyak setelah
negara Amerika, Inggris dan Bangladesh yaitu berjumlah 430 juta penderita
gastri s. Insiden gastri s di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk
se ap tahunnya (Kemenkes RI, 2008). Gastri s termasuk ke dalam sepuluh besar
penyakit dengan posisi kelima pasien rawat inap dan posisi keenam pasien rawat
jalan di rumah sakit. Rata-rata pasien yang datang ke unit pelayanan kesehatan
baik di puskesmas maupun rumah sakit mengalami keluhan yang berhubungan
dengan nyeri ulu ha (Profil Dinkes Nasional, 2010). Penyakit gastri s termasuk
ke dalam sepuluh besar penyakit rawat inap di rumah sakit ngkat Provinsi
Sulawesi Selatan dengan jumlah pasien yang keluar karena meninggal sebanyak
1,45% dari jumlah pasien yang keluar (Dinkes Sulsel, 2010).
Peneli an dan pengamatan yang dilakukan oleh Depertemen Kesehatan
RI angka kejadian gastri s di beberapa kota di Indonesia yang ter nggi mencapai
91,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seper Surabaya 31,2%,
Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7% dan
Pon anak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat
(Karwa , 2013). Berdasarkan laporan SP2TP tahun 2012 dengan kelengkapan
laporan sebesar 50% atau tujuh kabupaten kota yang melaporkan gastri s berada
pada urutan kedua dengan jumlah kasus 134.989 jiwa (20,92% kasus) (Piero,
2014). Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan kota Bandar
lampung, gastri s merupakan salah satu dari sepuluh besar penyakit terbanyak
pada tahun 2013 maupun tahun 2014 (Dinkes kota Bandarlampung, 2014). Lanjut

12
usia meningkatkan resiko gastri s disebabkan karena dinding mukosa lambung
semakin menipis akibat usia tua dan pada usia tua lebih mudah untuk terinfeksi
Helicobacter pylori atau penyakit autoimun daripada usia muda. Diperkirakan
lebih dari 85% dewasa tua mempunyai sedikitnya satu masalah kesehatan kronis
yang dapat menyebabkan nyeri (Jackson, 2006).
Prevalensi gastri s pada wanita lebih nggi dibandingkan pria, hal ini
berkaitan dengan ngkat stres. Secara teori psikologis juga disebutkan bahwa
perempuan lebih banyak menggunakan perasaan dan emosi sehingga mudah
atau rentan untuk mengalami stres psikologis (Gupta, 2008).
2.4 E ologi
Gastri s di sebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter Pylori dan pada
awal infeksi mukosa lambung menunjukan respon infeksi mukosa lambung
menunjukan respon inflamasi akut dan jika diabaikan menjadi kronik (Aru, 2009)
Ada beberapa klasifikasi gastri s antara lain :
a. Gastri s akut
Menurut Mu aqin 2011, ada banyak faktor yang di jumpai penyebabkan
gastri s akut, seper merokok, jenis obat, alkohol, bakteri, virus, jamur, stres
akut, radiasi, alergi atau intoksitasi dari bahan makanan dan minuman, garam
empedu, iskemia dan trauma langsung. Salah satu gastri s akut yang sering
dijumpai diklinik ialah gastri s akut arosive yang merupakan sauatu peradangan
mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosive. Disebut erosive
apabila kerusakan yang terjadi tdak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
Gastri s akut berasal dari makan terlalu banyak atau cepat, makan makanan yang
terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme penyebab penyakit,
iritasi bahan semacam alcohol, aspirin, NSAID, lisol, serta bahan korosif lain,
refluks empedu atau cairan prancreas.
b. Gastri s kronik
Menurut Smeltzer, 2001 gastri s kronik adalah suatu peradangan bagian
permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebakan baik oleh

13
ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri Helicobacter Pylori.
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram nega f. Organisme ini menyerang sel
permukaan gaster, memperberat mbulnya desquamasi sel dan muncullah
respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia.
Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi,
metapalasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung,
sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa.
Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan (Price, 1999).
Menurut Price dan Wilson, 2005 Gastri s kronik ditandai dengan atropi
progresif epitel kelenjar disertai hilangnya sel parietal dan chief cell di lambung,
dinding lambung menjadi pis dan permukaan mukosa menjadi rata. Gastri s
kronik diklasifikasikan dengan ga perbedaan yaitu gastri s superfisial, gastri s
atropi dan gastri s hipertropi.
c. Gastri s Bacterial
Gastri s Bacterial yang disebut juga gastri s infek osa disebabkan oleh
refluk dari duodenum.

2.5 Manifestasi Klinis

● Tanda dan gejala Gastritis Akut


Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita penyakit gastri s adalah
keluhan nyeri, mulas, rasa dak nyaman pada perut, mual, muntah, kembung,
sering platus, cepat kenyang, rasa penuh di dalam perut, rasa panas seper
terbakar dan sering sendawa ( Puspadewi, 2012)
● Tanda dan Gejala Gastri s Kronis
1. Gastri s sel plasma
2. Nyeri yang menetap pada daerah epigastrium
3. Mausea sampai muntah empedu
4. Dyspepsia
5. Anorreksia

14
6. Berat badan menurun
7. Keluhan yang berhubungan dengan anemia

2.6 Fisiologi Gastri s


Saluran gastrointes nal merupakan serangkaian organ muskular
berongga yang dilapisi oleh membran mukosa (selaput lendir). Tujuan kerja organ
ini adalah mengabsorbsi cairan dan nutrisi, menyiapkan makanan untuk
diabsorbsi dan digunakan oleh sel-sel tubuh, serta menyediakan tempat
penyimpanan feses sementara. Saluran gastrointes nal mengabsorbsi dalam
jumlah besar sehingga fungsi utama sistem gastrointes nal adalah membuat
keseimbangan cairan, selain menelan cairan dan makanan, saluran
gastrointes nal juga menerima banyak sekresi 6 dari organ-organ, seper
kandung empedu dan pankreas.
Se ap kondisi yang serius mengganggu absorbsi atau sekresi normal
cairan gastrointes nal, dapat menyebabkan ke dakseimbangan cairan. Sistem
pencernaan ( mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut :
1. Mulut
Saluran gastrointes nal secara mekanisme dan kimiawi memecah nutrisi
ke ukuran dan bentuk yang sesuai. Semua organ pencernaan bekerja sama untuk
memas kan bahwa masa atau bolus makanan mencapai daerah absobrsi nutrisi
dengan aman dan efek f. Pencernaan kimiawi dan mekanisme dimulai dari
mulut. Gigi mengunyah makanan, memecahnya menjadi berukuran yang dapat
ditelan. Sekresi saliva mengandung enzim, seper p alin, yang mengawali
pencernaan unsur-unsur makanan tertentu. Saliva mencairkan dan melunakkan
bolus makanan di dalam mulut sehingga lebih mudah di telan (Po er& Perry,
2005).
2. Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan organ mulut dengan
kerongkongan. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil yaitu kumpulan kelenjar

15
limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi. Disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, yang
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, di depan ruas tulang
belakang. Jalan udara dan jalan makanan pada faring terjadi penyilangan. Jalan
udara masuk ke bagian depan terus ke leher bagian depan sedangkan jalan
makanan masuk ke belakang dari jalan nafas dan didepan dari ruas tulang
belakang. Makanan melewa epiglo s lateral melalui ressus preformis masuk ke
esofagus tanpa membahayakan jalan udara. Gerakan menelan mencegah
masuknya makanan ke jalan udara, pada waktu yang sama jalan udara di tutup
sementara. Permulaan menelan, otot mulut dan lidah kontraksi secara
bersamaan (Se adi, 2007).
3. Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
panjangnya sekitar 9 sampai dengan 25 cm dengan diameter sekitar 2,54 cm,
mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung. Esofagus
berawal pada area laringofaring, melewa diafragma dan hiatus esofagus.
Esofagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung setelah
melalui torak menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung
dengan lambung. Lapisan terdiri dari empat lapis yaitu mucosa, submucosa, otot
(longitudinal dan sirkuler), dan jaringan ikat renggang. Makanan atau bolus
berjalan dalam esofagus karena gerakan peristal k, yang berlangsung hanya
beberapa de k saja (Se adi, 2007). Begitu makanan memasuki bagian atas
esofagus, makanan-makanan berjalan melalui sfingter esofagus bagian atas, yang
merupakan otot sirkular, yang mencegah udara memasuki esofagus dan makanan
mengalami refluks (bergerak ke belakang) kembali ke tenggorok.
Bolus makanan menelusuri esofagus yang panjangnya kira-kira 25 cm.
Makanan didorong oleh gerakan peristal k lambat yang di hasilkan oleh kontraksi
involunter dan relaksasi otot halus secara bergan an. Pada saat bagian esofagus
berkontraksi diatas bolus makanan, otot sirkular di bawah (atau di depan) bolus

16
berelaksasi. Kontraksi-relaksasi otot halus yang saling bergan an ini mendorong
makanan menuju gelombang berikutnya. Dalam 15 de k, bolus makanan
bergerak menuruni esofagus dan mencapai sfingter esofagus bagian bawah.
Sfingter esofagus bagian bawah terletak diantara esofagus dan lambung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan sfingter esofagus bagian bawah
melipu antasid, yang meminimalkan refluks, dan niko n serta makanan
berlemak, yang meningkatkan refluk (Po er, 2005).
4. Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah
diafragmadi depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.
Getah cerna lambung yang dihasilkan antara lain:
a. Pepsin, fungsinya memecah pu h telur menjadi asam amino (albumin dan
pepton)
b. Asam garam (HCI), fungsinya mengasamkan makanan, sebagai an sep k
dan desinfektan dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga
menjadi pepsin.
c. Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk
kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu)
d. Lapisan lambung, jumlahnya sedikit yang memecah lemak menjadi asam
lemak yang merangsang getah lambung. Diges dalam lambung
diantaranya :
a) Diges protein, pepsinogen yang dieksresi oleh sel chief diubah
menjadi pepsin oleh asam klorida yang disekresi oleh sel parietal.
Pepsin menghidrolisis protein menjadi polipep da. Dan pepsin adalah
enzim yang hanya bekerja dengan PH dibawah 5

17
b) Lemak, enzim lipase yang disekresi oleh sel chief menghidrolisis
lemak susu menjadi asam lemak dan gliserol, tetapi ak vitasnya
terbatas dalam kadar PH yang rendah.
c) Karbohidrat, enzim amilase dalam saliva yang menghidrolisis zat
tepung bekerja pada PH netral. Enzim ini terbawa bersama bolus dan
tetap bekerja dalam lambung sampai asiditas lambung menembus
bolus. Lambung dak mensekresi enzim untuk mencerna karbohidrat.
Didalam lambung, makanan disimpan untuk sementara dan secara
mekanis dan kimiawi dipecah untuk dicerna dan di absorbsi.
Lambung menyekresi asam hidroklorida (HCI), leher, enzim pepsin,
dan faktor intrinsik. Konsentrasi HCI mempengaruhi keasaman
lambung dan keseimbanga asam-basa tubuh. HCI membantu
mencampur dan memecah makanan di lambung. Lendir melindungi
mukosa lambung dari keasaman dan ak fitas enzim. Pepsin
mencerna protein, walaupun dak banyak pencernaan yang
berlangsung dilambung. Faktor intrinsik adalah komponen pen ng
yang di butuhkan untuk absorbsi vitamin B12 didalam usus dan
selanjutnya untuk pembentukan sel darah merah normal. Kekurangan
faktor intrinsik ini mengakibatkan anemia pernisiosa. Sebelum
makanan meninggalkan lambung, makanan diubah menjadi makanan
semicair yang disebut kimus. Kimus lebih mudah dicerna dan
diabsorbsi dari pada makanan padat. Klien yang sebagian
lambungnya diangkat atau yang memiliki pengosongan lambung yang
cepat (seper pada gastri s) dapat mengalami masalahpencernaan
yang serius karena makanan dak dipecah menjadi kimus (Po er,
2005)
5. Usus halus

18
Saluran pencernaan diantara lambung dan usus besar, yang merupakan
tuba terlilit yang merentang dari sfingter pylorus sampai katupileosekal,
tempatnya menyatu dengan usus besar fungsi usus halus terdiri dari :
a. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui
kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe dengan proses sebagai
berikut :
● Menyerap protein dalam membentuk asam amino
● Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida
b. Secara selek f mengabsorbsi produk diges dan juga air, garam dan
vitamin. Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan
getah usus yang menyempurnakan makanan :
● Enterokinase, mengak an enzim tripsinogen pankreas menjadi
tripsin yang kemudian mengurai protein dan pep da yang lebih
kecil.
● Aminopep dase, Tetrapep dase, dan Dipep dase yang mengurai
pep da menjadi asam amino bebas.
● Amilase usus, yang menghidrolisis zat tepung menjadi Disakarida
(maltosa, sukrosa, dan laktosa)
● Maltase, isomaltase, lactase dan sukrase yang memecah
disakarida maltosa, laktosa, dan sukrosa menjadi monosakarida.
● Lipase usus yang memecah monogliserida menjadi asam lemak
dan gliserol
● Erepsin, menyempurnakan pencernaan prtein menjadi asam
amino.
● Laktase, mengubah laktase menjadi monodakarida
● Maltosa, mengubah maltosa menjadi monosakrida
● Sukrosa, mengubah sukrosa menjadi monosakarida. (Se adi,
2007) Selama proses pencernaan normal, kimus meninggalkan
lambung dan memasuki usus halus. Usus halus merupakan sebuah

19
saluran dengan diameter sekitar 2,5 cm dan panjang 6 m. Usus
halus di bagi menjadi ga bagian : duodenum, jejunum, ileum.
Kimus bercampur dengan enzim-enzim pencernaan ( misal
empedu dan amilase ) saat berjalan melalui usus halus.
Segmentasi mengaduk kimus, memecah makanan lebih lanjut
untuk dicerna. Pada saat kimus bercampur, gerakan peristal k
berikutnya sementara berhen sehingga memungkinkan absorbsi.
Kimus berjalan perlahan melalui usus halus untuk memungkinkan
absorbsi. Kebanyakan nutrisi dan elektrolit diabsorbsi dadalam
usus halus. Enzim dari pankreas (misal amilase) dan empedu dari
kandung empedu dilepaskan kedalam duodenum. Enzim di dalam
usus halus memecah lemak, protein, dan karbohidrat menjadi
unsur-unsur dasar. Nutrisi hampir seluruhnya diabsorbsi oleh
duodenum dan jejunum. Ileum mengabsorbsi vitamin-vitamin
tertentu, zat besi, dan garam empedu. Apabila fungsi ileum
terganggu, proses pencernaan akan mengalami perubahan besar.
Inflamasi, reseksi bedah, atau obstruksi dapat mengganggu
peristal k, mengurangi area absorbsi, atau menghambat aliran
kimus (Po er, 2005).

6. Usus besar
Usus besar merupakan bagian akhir dari proses pencernaan, karena
sebagai tempat pembuangan, maka diusus besarsebagian nutrien telah dicerna
dan diabsorbsi dan hanya menyisakan zat-zat yang dak tercerna. Biasanya
memerlukan waktu dua sampai lima hari untuk menempuh ujung saluran
pencernaan. Dua sampai enam jam di lambung, enam sampai delapan jam diusus
halus, dan sisa waktunya diusus besar. Usus besar mempunyai berbagai fungsi
yang semuanya berkaitan dengan proses ahir isi usus, fungsi usus besar adalah :

20
a. Menyerap air dan elektrolit 80% sampai 90% dari makanan dan mengubah
dari cairan menjadi massa.
b. Tempat nggal sejumlah bakteri E. colli, yang mampu mencerna kecil
selulosa dan memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh se ap hari.
c. Memproduksi vitamin antara lain vitamin K, ribovlafin, dan amin serta
berbagai gas.
d. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat arang dalam tumbuhtumbuhan,
buah-buahan, dan sayuran hijau. (Se adi, 2007)
Usus besar dibagi menjadi ga, antara lain :
● Sekum, Kimus yang dak diabsorbsi memasuki sekum melalui katup
ileosekal. Katup ini merupakan lapisan otot sirkular yang mencegah
regurgitasi dan kembalinya isi kolon ke usus halus.
● Kolon Walupun kimus yang berair memasuki kolon, volume air menurun
saat kimus bergerak di sepanjang kolon. Kolon dibagi menjadi kolon
asenden, kolon tranversal, kolon desenden, dan kolon sigmoid. Kolon di
bangun oleh jaringan otot, yang memungkinkanya menampung dan
mengeliminasi produk buangan dalam jumlah besar.Kolon mempunyai
empat fungsi yang saling berkaitan : absorbsi, proteksi, sekresi, dan
eliminasi. Sejumlah besar volume air., natrium dan klorida diabsorbsi
oleh kolon se ap hari. Pada waktu makanan bergerak melalui kolon,
terjadi kontraksi haustral. Kontraksi ini sama dengan kontraksi segmental
usus halus, tetapi berlangsung lebih lama sampai 5 menit. Kontraksi
membentuk kantung berukuran besar didinding kolon, menyediakan
daerah permukaan yang luas untuk absorbsi.Sebanyak 2,5 liter air dapat
diabsorbsi oleh kolon dalam 24 jam. Rata-rata 55 mEq natrium dan 23
mEq klorida diabsorbsi se ap hari. Jumlah air yang diabsorbsi dari kimus
bergantung pada kecepatan pergerakan isi kolon. Kimus dalam kondisi
normal bersifat lunak, berbentuk masa. Apabila kecepatan kontraksi
peristal k berlangsung dengan cepat secara abnormal, waktu untuk

21
absorbsi air berkurang sehingga feses akan menjadi encer. Apabila
kontraksi peristal k melambat, air akan terus diabsorbsi sehingga
terbentuk masa feses yang keras, mengakibatkan kons pasi. Kolon
melindungi dirinya dengan melepaskan suplai lendir. Lendir dalam
kondisinormal berwarna jernih sampai buram dengan konsistensi
berserabut. Lendir melumasi kolon, mencegah trauma pada dinding
bagian dalamnya. Lubrikasi terutama pen ng pada ujung distal kolon,
tempat isi kolon menjadi lebih kering dan lebih keras.Fungsi sekresi
kolon membantu keseimbangan asam-basa. Bikarbonat disekresi untuk
menggan klorida. Sekitar 4 sampai 9 mEq kalium dilepaskan se ap hari
oleh usus besar. Perubahan serius pada fungsi kolon, seper diare, dapat
mengakibatkan ke dak seimbangan elektrolit. Ahirnya, kolon
mengeliminasikan produk buangan dan gas (flatus). Flatus mbul akibat
menelan gas, difusi gas dari aliran darah ke dalam usus, dan kerja bakteri
pada karbohidrat yang dak dapat diabsorbsi. Fermentasi karbohidrat
(seper yang terjadi pada kubis dan bawang) menghasilkan gas didalam
usus, yang dapat mens mulasiperistal k. Orang dewasa dalam kondisi
normal menghasilkan 400 sampai 700 ml flatus se ap hari. Kontraksi
peristal k yang lambat menggerakan isi usus ke kolon. Isi usus adalah
s mulus utama untuk terjadinya kontraksi. Produk buangan dan gas
memberikan tekanan pada dinding kolon. Lapisan otot
meregang,mens mulasi reflek yang menimbulkan kontraksi. Gerakan
peristal k masamendorong makanan yang dak tercerna menuju
rektum. Gerakan ini hanya terjadi ga sampai empat kali sehari, dak
seper gelombang peristal s yang seering mbul didalam usus halus.
● Rektum Produk buangan yang mencapai bagian kolon sigmoid, disebut
feses. Sigmoid menyimpan feses sampai beberapa saat sebelum
defekasi.dalam kondisi normal, rektum dak berisi feses sampai
defekasi. Rektum dibangun oleh lipatan-lipatan jaringan ver kal dan

22
tranversal. Se ap lipatan ver kal berisi sebuah arteri dan lebih dari satu
vena. Apabila masa feses atau gas bergerak ke dalam rektum untuk
membuat dindingnya berdistensi, maka proses defekasi dimulai. Proses
ini melibatkan kontrol volunter dan kontrol involunter. Sfingter interna
adalah sebuah otot polos yang dipersarafi oleh sistem saraf otonom.
Saat rektum mengalami distensi, saraf sensorik ds mulasi dan
membawa impuls-impuls yang menyebabkan relaksasi sfingter interna,
memungkinkan lebih 14 banyak feses yang memasuki rektum. Pada saat
yang sama, impuls bergerak ke otak untuk menciptakan suatu kesadaran
bahwa individu perlu melakukan defekasi. (Po er, 2005) . Defekasi
Menurut Se adi ( 2007), defekasi sebagian merupakan refleks, sebagian
lagi merupakan ak vitas volunter ( yaitu dengan mengejan terjadi
kontraksi diafragma dan otot abdominal untuk meningkatkan tekanan
intra abdominal ) Komposisi feses mengandung :
1) Air mencapai 75% sampai 80%
2) Seper ga materi padatnya adalah bakteri
3) Dan sisanya yang 2% sampai 3% adalah nitrogen, zat sisa organik
dan anorganik dari sekresi pencernaan, serta mucus dan lemak.
4) Feses juga mengandung sejumlah bakteri kasar, atau serat dan
selulosa yang dak tercerna.
5) Warna coklat berasal dari pigmen empedu
6) Dan bau berasal dari kerja bakteri.
2.7 Patofisiologi
Proses terjadinya gastri s yaitu awalnya karena obat-obatan, alkohol,
empedu atau enzim-enzim pankreas yang merusak mukosa lambung, menganggu
pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin
ke dalam jaringan lambung, sehingga hal tersebut menimbulkan peradangan.
Respon tubuh terhadap penyebab iritasi adalah dengan regenerasi mukosa.Iritasi
yang terus menerus menyebabkan jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi

23
oerdarahan. Zat seper asam dan basa kuat bersifat korosif dapat mengakibatkan
perdarahan dan nekrosis pada dinding lambung (gastri s korosif). Nekrosis dapat
menyebabkan perforasi dinding lambung dengan akibat beriktnya adalah
perdarahan dan peritonis.
1. Gastri s akut
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa lambung.
Jika lambung sudah teriritasi maka akan menyebabkan 2 hal yaitu :
a. Lambung akan meningkatkan sekresi mukosa yang barupa HCO3, di
lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCl
dan NaCO3. Hasil dari senyawa tersebut akan meningkatkan asam
lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual,
muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan dan elektrolit.
b. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus
yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambng dari kerusakan HCl
maka akan terjadi hemosta s dan akhirnya akan terjadi penyembuhan
tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi
erosi pada mukosa lambung. Jika erosi terjadi dan sampai pada lapisan
pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan
nyeri dan hipovolemik.
2. Gastri s kronis
Gastri s kronis disebabkan oleh gastri s akut yang berulang sehingga terjadi
mukosa lambung yang berulang-ulan dan terjadi penyembuhan yang dak
sempurna akibat akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental
dan sel chief. Sel pariental dan sel chief yang hilang maka akan menyebabkan
produksi HCl, pepsin, dan fungsi intrinsik lainnya akan menurun dan dinding
lambung juga akan menjadi pis serta mukosanya rata.

24
2.8 Pathway

25
26
2.9 Pemeriksaan Diagnos k
Menurut Dermawan (2010) dan Doenges( 2000 ) sebagai berikut :
1. Pemeriksaan darah: digunakan untuk memeriksa adanya an body H.Pylori
dalam darah
2. Radiology
3. Endoskopy : untuk mengetahui permukaan mukosa lambung
4. Laboratorium: untuk mengetahui kadar asam hidroklorida
5. EGD (Esofagastriduodenoskopi): tes diagnos k kunci untuk perdarahan
gastri s, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan
atau cidera
6. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erosi dak
pernah melewa mukosa muskularis.
7. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji
ak vitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan
pembentukan asam noktura
8. Feses: Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylory Krea nin dalam feses
atau dak. Hasil yang posi f dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
9. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi ha berat menganggu
metabolisme dan eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah besar
diberikan.
10. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap simpanan
cairan tubuh.
11. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau
muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah
trasfusi darah.
Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastri s.

2.10 PenatalaksanaanGastri s

27
Penatalaksanaan gastri s secara umum adalah menghilangkan faktor
utama yaitu e ologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta
obat-obatan. Namun secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Gastri s akut
a. Pantang minum alcohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang,
ubah menjadi diet yang telah mengiritasi
b. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV
c. Jika terdapat perdarahan,penatalaksanaan serupa dengan hemoragie
yang dapat terjadi pada saluran gastrointes nal bagian atas
d. Jika gastri s terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan
dan netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium
hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton,
an kolinergik dan sukrafat(untuk sitoprotektor)
e. Jika gastri s terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk
yang encer atau cuka yang diencerkan
2. Gastri s akut
a. Modifikasi diet, reduksi stress dan farmakoterapi
b. H. Phybry mungkin diatasi dengan a bio k (misal tetrasiklin atau
amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol)
Farmakologi :
1. Terapi terhadap Asam Lambung
Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan
menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi
sebagian besar pe gastri s, terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi
atau menetralkan asam lambung seper :
a. Antasida
Obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat
yang umum dipakai untuk mengatasi gastri s ringan
b. Penghambat asam

28
Ke ka antasida sudah dak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut,
dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seper cime din,
rani dine, niza din atau famo din untuk mengurangi jumlah asam
lambung yang diproduksi
c. Pnghambat POmpa Proton
Car ini lebih efek f untuk mengurangi asam lambung adalah denga cara
menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam
penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja
dari “pompa-pompa”
d. Cytoprotec ve Agents
Obat ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan yang melapisi
lambung dan usus kecil. Jika meminum obat AINS secara teratur karena
suatu bebab dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat
golongan ini
2. Terapi Terhadap H.Pylori
Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari an bio c dan
penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth
subsalycilate. An bio c berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat
pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual,
menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efek vitas an bio c. Terapi
terhadap infeksi H. pylory dak selalu berhasil, kecepatan untuk
membunuh H. pylori sangat beragam, tergantung pada pigmen yang
digunakan. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu
dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meringankan efek vitas.
Untuk memas kan H.pylory sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan
kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernafasan dan
pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai
untuk memas kan sudah dak adanya H. pylory. Pemeriksaan darah akan

29
menunjukkan hasil yang posi f selama beberapa bulan atau lebih
walaupun pada kenyataannya bakteri tersebut sudah hilang.
2.11 Pengkajian
2.11.1 Iden tas
Pengkajian iden tas klien melipu nama, usia, jenis kelamin, tanggal lahir,
agama, pekerjaan, alamat. Usia, Penyakit gastri s pada umumnya banyak diderita
oleh lansia disebabkan karena dinding mukosa lambung semakin menipis akibat
usia tua dan pada usia tua lebih mudah untuk terinfeksi Helicobacter pylori atau
penyakit autoimun dari pada usia muda. Jenis kelamin, Penyakit gastri s paling
banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki perbandingannya 3:1
disebabkan karena adanya perubahan psikologis salah satunya yaitu stress dan
hampir sebagian besar perempuan dak bisa untuk mencari jalan keluar untuk
se ap masalahnya.
Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit gastri s yang diderita, apakah
ada keluhan yang paling dominan saat pengkajian seper nyeri pada perut bagian
atas, mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan, apa
yang dirasakan klien dan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi sakitnya
sampai pasien bertemu perawat yang mengkajinya.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang
riwayat kesehatan yang pernah dialami oleh pasien. Seper adanya riwayat
dirawat di rumah sakit, riwayat penggunaan obat.
3. Riwayat Penyakit keluarga
Riwayat gastri s keluarga merupakan pengkajian riwayat kesehatan keluarga in
dan riwayat kesehatan keluarga yang melipu tahap perkembangan keluarga saat
ini, tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga in
dan riwayat keluarga sebelumnya. Untuk riwayat gastri s keluarga yang diteli ,

30
riwayat keluarga yang dimaksudkan bukanlah dikarenakan adanya hubungan
secara gene k yang diturunkan dari orang tua responden, melainkan lebih ke
arah kebiasaan dalam keluarga sehingga terdapat anggota keluarga yang gastri s.
4. Riwayat Psikososial
Perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan
penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

2.11.2 Pengkajian (Pola Gordon)


1. Pola Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan.
Persepsi terhadap ar kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan
menyusun tujuan, pengetahuan tentang prak k kesehatan.
● Kaji ngkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang pengobatan
dan pemeliharaan kesehatan, khususnya pengetahuan mengenai penyakit
gastri s.
●Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelumnya.
●Kaji upaya untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit.
●Kaji upaya yang dilakukan oleh klien bila mengalami gangguan kesehatan.

2. Pola metabolik-nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit. Pada
pasien dengan penyakit gastri s, mengalami penurunan nafsu makan, dehidrasi,
nyeri pada bagian epigastrium, mual dan muntah darah atau hematemesis
disebabkan karena status nutrisi yang dak adequat.
● Kaji makanan kesukaan atau yang dak disukai serta alergi makanan
yang dimiliki oleh pasien.
● Kaji adanya gangguan menelan, mual, dan muntah
● Kaji nafsu makan klien akibat keadaan mual dan muntah tersebut.

31
3. Pola Eliminasi
Pasien dengan gastri s mengalami distensi abdomen, feses berwarna
hitam, melena, urine berwarna gelap, dan pekat.
● Tanyakan kebiasaan buang air besar, teratur, atau dak, frekuensi
dalam sehari, warna dan konsistensinya, adakah kesulitan saat membuang
air besar dan bagaimana upaya klien untuk mengatasinya.

4. Pola Ak vitas – La han


Menggambarkan pola olahraga, ak vitas, pengisian waktu senggang,
dan rekreasi, termasuk ak vitas kehidupan sehari-hari, pe dan kualitas olahraga,
dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola ak vitas.
● Kaji ngkat ak vitas pasien se ap hari dan kebiasaan dak sehat
seper mengkonsumsi alkohol dan rokok.

5. Pola Is rahat dan Tidur


Menggambarkan pola dur, is rahat, relaksasi dan se ap bantuan untuk
merubah pola tersebut. Pasien dengan gastri s biasanya mengalami gelisah,
cemas atau takut dan gangguan dur, karena nyeri pada bagian epigastrium.
● Tanyakan jumlah dur semalam, apakah tetap cukup seper
biasanya atau terganggu.

6. Pola Persepsi – Kogni f


Menggambarkan pola persepsi-sensori dan pola kogni f yang melipu
keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengarsn, perabaan, pengecapan,
dan penghidung), pelaporan mengenai persepsi nyeri dan kemampuan fungsi
kogni f.
● Kaji persepsi klien mengenai rasa nyeri yang dialami karena penyakit
gastri sini.

32
● Kaji ngkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan
untuk mengontrol dan mengatasi nyeri.
7. Pola Persepsi Diri – Konsep Diri
Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri,
kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan. Gastri s lebih banyak diderita
oleh perempuan karena adanya perubahan psikologis yaitu stress dan hampir
sebagian besar perempuan dak bisa untuk mencari jalan keluar untuk se ap
masalah yang dihadapinya.
● Tanyakan pada klien bagaimana perasaannya terhadap gangguan
yang dialami saat ini.
● Bagaimana masalah ini dapat membuat pandangan klien terhadap
diri sendiri.

8. Pola Hubungan Peran


Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan yang melipu persepsi
terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan saat ini.
● Tanyakan apakah penyakit gastri s ini mempengaruhi klien dengan
keluarga, teman dan orang-orang sekitar klien.

9. Pola Koping - Toleransi Stres


Menggambarkan pola koping umum, dan keefek fan keterampilan koping
dalam mentoleransi stress.
● Kaji apakah klien mengalami stres yang berat baik emosional
maupun fisik akibat penyakit gastri s ini.

2.11.3 Pemeriksaan Fisik


1. Fisik
a. Vital sign:
● TD: >110/80

33
● Nadi: >100x per menit
● RR: > 30x per menit
● Suhu: >38C̊
b. Sistem tubuh:
● Sistem pernafasan
dispnea: karena sumbatan yang menekan diafragma sehingga
pasien mengalami sesak nafas.
● Sistem kardiovaskuler
Adanya peningkatan nadi karena nyeri yang di rasakan pasien.
● Sistem persyarafan
Munculnya nyeri saat melakukan ak vitas.
● Sistem perkemihan
Urine berwarna gelap dan pekat seper teh
● Sistem perncernaan
Nafsu makan pasien berkurang, pasien juga mengalami dehidrasi
sehingga mengalami mual dan muntah.
● Sistem musculoskeletal
Mobili tasnya terhambat, karena adanya gangguan metabolisme
yang menyebabkan kele han dan kelemahan sehingga
mengalami kelemahan fisik.
2. Status Gizi
Status gizi yang seimbang disesuaikan dengan umur, berat, dan nggi
badan.
3. Pemeriksaan generalis tubuh: terdapat tanda-tanda penurunan berat
badan dan nafsu makan, nyeri abdomen pada bagian epigastrium.
4. Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk mendiagnosis penyakit
gastri s antara lain dengan menggunakan endoskopi lambung untuk
mengevaluasi infeksi H. Pylori.

34
2.11.4 Analisa Data dan Masalah
Data dikumpulkan dari berbagai sumber selama pengkajian dan
divalidasi. Data dasar secara kon nu direvisi sejalan dengan terjadinya perubahan
dalam status fisik dan emosi klien. Hal ini juga mencakup hasil pemeriksaan
laboratorium dan diagnos k. Perawat menggunakan pengetahuan atau
pengalaman, menganalisis dan menginterpretasi, dan menarik konklusi tentang
kelompok dan pola data.
a. Pengelompokan Data
Analisa data mencakup mengenali pola atau kecenderungan
membandingkan pola ini dengan pola kesehatan yang normal, dan menarik
konklusi tentang respon klien. Perawat memperha kan pola atau kecenderungan
sambil memeriksa kelompok data. Jika hubungan diantara pola-pola tersebut
teriden fikasi, maka da ar masalah atau kebutuhan yang berpusat pada klien
mulai muncul.
b. Iden fikasi Masalah Klien
Sebelum melakukan diagnosa keperawatan, perawat mengiden fikasi masalah
kesehatan umum klien. Ke ka mengiden fikasi masalah, perawat
memper mbangkan semua data pengkajian dan memfokuskan pada data
abnormal dan yang berkaitan.

2.12 Diagnosa Keperawatan (NANDA, n.d.)


1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasikarena difusi kembali
asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung.
Definisi: merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International
Association fr the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi.
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

35
karena peningkatan asam lambung.
Definisi: merupakan cairan intravaskular, interstisial, dan intraseluler
yang mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan
kadarnatrium.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.
Definisi: Merupakan asuhan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik.
4. Resiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal berhubungan dengan
hipovolemi karena penurunan cairan plasma dan intravaskular.
Definisi: Beresiko terhadap penurunan sirkulasi gastrointestinal.

2.13 Intervensi Keperawatan


NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1. Nyeri Akut NOC NIC
● Pain Level Pain Management
● Pain control 1. Lakukan pengkajian
● Comfort level nyeri secara
komprehensif
Kriteria Hasil :
termasuk lokasi,
1. Mampu mengontrol
karakteris k, durasi,
nyeri (tahupenyebab
frekuensi, kualitas dan
nyeri, mampu
faktor presipitasi
menggunakan
tehnik

36
nonfarmakologi 2. Observasi reaksi
untuk mengurangi nonverbal dari
nyeri, mencari ke daknyamanan
bantuan) 3. Gunakan teknik
2. Melaporkan bahwa komunikasi terapeu k
nyeri berkurang untuk mengetahui
dengan pengalaman nyeri
menggunakan pasien
manajemen nyeri 4. Kaji kultur yang
3. Mampu mengenali mempengaruhi respon
nyeri (skala, nyeri
intensitas, frekuensi 5. Evaluasi pengalaman
dan tanda nyeri) nyeri masa lampau
4. Menyatakan rasa 6. Evaluasi bersama
nyaman setelah pasien dan m
nyeri berkurang kesehatan lain tentang
ke dakefek fan
kontrol nyeri masa
lampau
7. Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seper suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan

37
9. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
interpersonal)
11. Kaji pe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan analgesik
untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi keefek fan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan is rahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan ndakan nyeri
dak berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administra on
1. Tentukan lokasi,
karakteris k, kualitas
dan derajat nyeri

38
sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ke ka
pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
pe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian dan dosis
op mal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

39
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
10. Evaluasi efek vitas
analgesik, tanda dan
gejala

2. Kekurangan NOC NIC


Volume Cairan ● Fluid balance Fluid Management
● Hydra on 1. Timbang popok/
● Nutri onal status: pembalut jika
food and fluid diperlukan
● Intake 2. Petahankan catatan
intake dan output yang
Kriteria Hasil :
akurat
1. Mempertahankan
3. Monitor status hidrasi
urine output sesuai
(kelembaban membran
dengan usia dan BB,
mukosa, nadi adekuat,
BJ urine normal, HT
tekanan darah
normal
ortosta k) jika
2. Tekanan darah, nasi,
diperlukan
suhu tubuh dalam
4. Monitor vital sign
batas normal
5. Monitor masukan
3. Tidak ada
makanan/ cairan dan
tanda-tanda
hitung intake kalori
dehidrasi
harian
4. Elas sitas turgor
6. Kolaborasikan
kulit baik, membran
pemberian cairan IV
mukosa lembab,
7. Monitor status nutrisi

40
dak ada rasa haus 8. Berikan cairan IV pada
yang berlebihan suhu ruangan
9. Dorong masukan oral
10. Berikan penggan an
nasogatrik sesuai
output
11. Dorong keluarga untuk
membantu pasien
makan
12. Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
13. Kolaborasikan dengan
dokter
14. Atur kemungkinan
tranfusi
15. Persiapan untuk
tranfusi

Hypovolemia Management
1. Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor ngkat Hb dan
hematokrit
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan

41
6. Monitor berat badan
7. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
8. Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
9. Monitor adanya tanda
gagal ginjal

3. Ke dakseimban NOC NIC


gan Nutrisi ● Nutri onal Status: Nutri on Management
kurang dari ● Nutri onal Status: 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan food dan fluid makanan
tubuh ● Intake 2. Kolaborasikan dengan
● Nutri onal Status: ahli gizi untuk
nu ent intake menentukan jumlah
● Weight control kalori dan nutrisi yg
dibutuhkan pasien.
Kriteria Hasil :
3. Anjurkan pasien untuk
1. Adanya peningkatan
meningkatkan intake Fe
berat badan sesuai
4. Anjurkan pasien untuk
dengan tujuan
meningkatkan protein
2. Berat badan ideal
dan vitamin C
sesuai dengan nggi
5. Berikan substansi gula
badan
6. Yakinkan diet yang
3. Mampu
dimakan mengandung
mengiden fikasi
nggi serat untuk
kebutuhan nutrisi
mencegah kons pasi

42
4. Tidak ada 7. Berikan makanan yang
tanda-tanda terpilih (sudah
malnutrisi dikonsultasikan dengan
5. Menunjukkan ahli gizi)
peningkatan fungsi 8. Ajarkan pasien
pengecapan dan bagaimana membuat
menelan catatan makanan harian
6. Tidak terjadi 9. Monitor jumlah nutrisi
penurunan berat dan kandungan kalori.
badan yang berar . 10. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutri on Monitoring
1. BB paien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor pe dan jumlah
ak vitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak
atau orang tua selama
makan

43
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan pengobatan
dan ndakan dak
selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam dan
mudah patah
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan Ht.
12. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
13. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjung va
14. Monitor kalori dan
intake nutrisi
15. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah
dan cacavitas oral

44
16. Catat jika lidah
berwarna magent,
scarlet

2.14 Implementasi Keperawatan


No. Hari/ Tanggal Diagnosa Implementasi Paraf
1. Nyeri Akut NIC
Pain Management
1. Melakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteris k, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
2. Meobservasi reaksi
nonverbal dari
ke daknyamanan
3. Menggunakan teknik
komunikasi terapeu k
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Mengkaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
5. Mengevaluasi
pengalaman nyeri masa
lampau

45
6. Mengevaluasi bersama
pasien dan m kesehatan
lain tentang
ke dakefek fan kontrol
nyeri masa lampau
7. Membantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
8. Mengontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seper suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9. Mengurangi faktor
presipitasi nyeri
10. Memilih dan melakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
interpersonal)
11. Mengkaji pe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
12. Mengajarkan tentang
teknik non farmakologi
13. Memberikan analgesik
untuk mengurangi nyeri

46
14. Mengevaluasi keefek fan
kontrol nyeri
15. Meningkatkan is rahat
16. Melakukan kolaborasi
dengan dokter jika ada
keluhan dan ndakan
nyeri dak berhasil
17. Memonitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administra on
1. Menentukan lokasi,
karakteris k, kualitas dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Mengecek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
3. Mengecek riwayat alergi
4. Memilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ke ka
pemberian lebih dari satu
5. Menentukan pilihan
analgesik tergantung pe
dan beratnya nyeri
6. Menentukan analgesik
pilihan, rute pemberian
dan dosis op mal

47
7. Memilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Memonitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
9. Memberikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
10. Mengevaluasi efek vitas
analgesik, tanda dan
gejala

2. Kekurangan NIC
volume cairan Fluid Management
1. Menimbang popok/
pembalut jika diperlukan
2. Mempertahankan catatan
intake dan output yang
akurat
3. Memonitor status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortosta k)
jika diperlukan
4. Memonitor vital sign

48
5. Memonitor masukan
makanan/ cairan dan
hitung intake kalori harian
6. Melakukan kolaborasi
pemberian cairan IV
7. Memonitor status nutrisi
8. Memberikan cairan IV
pada suhu ruangan
9. Mendorong masukan oral
10. Memberikan penggan an
nasogatrik sesuai output
11. Mendorong keluarga
untuk membantu pasien
makan
12. Menawarkan snack (jus
buah, buah segar)
13. Melakukan kolaborasi
dengan dokter
14. Mengatur kemungkinan
tranfusi
15. Mempersiapkanuntuk
tranfusi

Hypovolemia Management
1. Memonitor status cairan
termasuk intake dan output
cairan
2. Mempelihara IV line

49
3. Memonitor ngkat Hb dan
hematokrit
4. Memonitor tanda vital
5. Memonitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
6. Memonitor berat badan
7. Mendorong pasien untuk
menambah intake oral
8. Memberian cairan IV
monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume
cairan
9. Memonitor adanya tanda
gagal ginjal

3. Ke dakseimbang NIC
an nutrisi kurang Nutri on Management
dari kebutuhan 1. Mengkaji adanya alergi
tubuh makanan
2. Melakukan kolaborasi
dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yg dibutuhkan
pasien.
3. Menganjurkan pasien
untuk meningkatkan
intake Fe

50
4. Menganjurkan pasien
untuk meningkatkan
protein dan vitamin C
5. Memberikan substansi
gula
6. Meyakinkan diet yang
dimakan mengandung
nggi serat untuk
mencegah kons pasi
7. Memberikan makanan
yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
8. Mengajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian
9. Memonitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori.
10. Memberikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
11. Mengkaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutri on Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal

51
2. Memonitor adanya
penurunan berat badan
3. Memonitor pe dan
jumlah ak vitas yang
biasa dilakukan
4. Memonitor interaksi anak
atau orang tua selama
makan
5. Memonitor lingkungan
selama makan
6. Menjadwalkan
pengobatan dan ndakan
dak selama jam makan
7. Memonitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
8. Memonitor turgor kulit
9. Memonitor kekeringan,
rambut kusam dan mudah
patah
10. Memonitor mual dan
muntah
11. Memonitor kadar
albumin, total protein, Hb,
dan Ht.
12. Memonitor pertumbuhan
dan perkembangan
13. Memonitor pucat,
kemerahan dan

52
kekeringan jaringan
konjung va
14. Memonitor kalori dan
intake nutrisi
15. Mencatat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cacavitas
oral
16. Mencatat jika lidah
berwarna magent, scarlet

2.15 Evaluasi
No. Diagnosa Evaluasi Paraf
1. Nyeri Akut S: Pasien mengatakan rasa nyerinya
berkurang
O: Skala nyeri menurun
TTV dalam batas normal
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

2. Kekurangan volume cairan S: Pasien mengatakan kondisi


tubuhnya sedikit membaik
O: turgor kulit lembab
A: Masalah sedikit teratasi
P: Lanjutkan intervensi

53
3. Ke dakseimbangan nutrisi S:pasien mengatakan belum nafsu
kurang dari kebutuhan makan
tubuh O:Makanan yang diberikan dak
dimakan
A: masalah belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi dan
konsultasi dengan ahligizi

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GASTRITIS
3.1 Ilustrasi Kasus
Tn.A (62 tahun) beragama islam datang kerumah sakit pada tanggal 26
September 2016 pukul 19.00 diantar oleh istrinya. Tn.A mengeluhkan nyeri di
perut bagian kiri atas seper teriris-iris. Istri mengatakan beberapa hari sebelum
masuk rumah sakit Tn.A merasakan mual tapi dak muntah, sulit dur karena
merasa cemas dak dapat berak vitas seper biasanya, dan terasa sangat nyeri
di lambung ke ka makan, nyeri menjalar ke ulu ha dan rasanya seper terbakar
dan teriris-iris. Tn.A mengatakan nyeri terasa hilang dan mbul dengan skala 6
dari rentang 0-10. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh perawat C didapatkan
hasil tekanan darah 130/80mmhg, suhu 37o celcius, RR : 22 x/m, HR : 98 x/m, HB:
12 g/dL, Leukosit: 10.000 g/dL, BB: 70 kg TB: 169. Dokter mendiagnosa bahwa
Tn.A menderita gastri s akut. Tn.A mendapatkan terapi infus RL 20 tetes/m,

54
injeksi Rani dine 50 mg, injeksi Pragesol 1000 mg, dan antasid sirup 1 sendok
teh.

3.2 Pengkajian
3.2.1 Iden tas Klien
Nama : Tn. A No. RM :
Umur : 62 tahun Pekerjaan : petani
Jenis : Laki-laki Status : menikah
Kelamin Perkawinan
Agama : Islam Tanggal MRS :26 September
2016
Pendidikan :- Tanggal :26 September
Pengkajian 2016
Alamat : Jl. Mastrip Sumber Informasi : Pasien

3.2.2 Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa Medik:
Gastri s akut

2. Keluhan Utama:
Nyeri di perut bagian kiri atas seper teriris-iris

3. Riwayat penyakit sekarang:


Gastri s akut

4. Riwayat kesehatan terdahulu:


a. Penyakit yang pernah dialami:
Asam urat
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):

55
Tn.A dak mempunyai alergi apapun
c. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Se ap harinya Tn. A bekerja sebagai petani semangka, beliau
menyukai pekerjaannya dan ke ka telah fokus bekerja terkadang Tn. A
lupa makan siang sehingga bekalnya dimakan ke ka ingat
d. Obat-obat yang digunakan:
Rani dine 50 mg, Pragesol 1000 mg, antasid sirup 1 sendok teh

5. Riwayat penyakit keluarga:


Tidak ada

3.2.3 Pengkajian Keperawatan


1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Tn.A beranggapan bahwa dak apa-apa telat makan sedikit-sedikit yang
pen ng jangan terlalu lama, dan apabila perutnya terasa sakit Tn.A biasanya
mengkonsumsi obat yang dibeli di toko.
Interpretasi :
Persepsi tentang kesehatan masih kurang

2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)


a. Antropometeri
Tinggi badan : 169 cm
Berat badan saat sakit : 70 kg
Berat badan saat sehat : 71 kg
IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm)/100)2
BB = 70 kg
Tinggi badan = 169 cm = 1,69 m
IMT = 70/(1,69)2 = 24,5
Klasifikasi nilai IMT :

56
IMT Status Gizi Kategori
<17.0 Gizi kurang Sangat kurus
17.0-18.5 Gizi kurang Kurus
18.5-25.0 Gizi baik Normal
25.0-27.0 Gizi lebih Gemuk
>27.0 Gizi lebih Sangat gemuk
Interpretasi :
Status gizi lebih dengan kategori gemuk

b. Biomedical sign
TD = 130/80 mmHg HR = 98 x/m
Suhu = 37o C HB = 12 g/dL
RR = 22 x/m Leukosit = 10.000 g/dL
Interpretasi :
TD, Suhu, HR, HB, Leukosit normal kecuali RR

c. Clinical Sign
Penurunan berat badan sebanyak 1 kg dalam waktu 4 hari
Interpretasi :
Penurunan berat badan yang dak normal
3. Pola eliminasi:
BAK
- Frekuensi : 5-6 kali sehari
- Jumlah : 1200-1300 ml/hari
- Warna : kekuningan
- Bau : Bau aroma k
- Karakter : Encer
- BJ : 1,003 -- 1,030
- Alat Bantu :-

57
- Kemandirian : mandiri/dibantu
- Lain :-
BAB
- Frekuensi : 6-7 x seminggu
- Jumlah : 50 – 100 gr/hari
- Konsistensi : lunak
- Warna : kecoklatan
- Bau : Bau aroma k
- Alat Bantu :-
- Kemandirian : mandiri/dibantu
Interpretasi :
Pola eliminasi pasien normal

4. Pola ak vitas & la han


Klien melakukan pekerjaan seper menyapu, memasak, dan mencuci baju
yang merupakan ru nitas harian

c.1. Ak vitas harian (Ac vity Daily Living)


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum Y
Toile ng Y
Berpakaian Y
Mobilitas di tempat dur Y
Berpindah Y
Ambulasi / ROM Y

Keterangan:
0 : Ketergantungan penuh
1 : Perlu bantuan banyak

58
2 : Perlu bantuan sedang
3 : Perlu bantuan minimal/pengawasan
4 : Mandiri penuh

a. Pola ak vitas makan/ minum : klien dapat melakukannya tanpa pengawasan


orang lain
b. Pola aktvitas toile ng : klien membutuhkan bantuan minimal dan pengawasan
dari orang lain
c. Pola ak vitas untuk berpakaian : klien dapat melakukannya tanpa pengawasan
orang lain
d. Pola ak vitas untuk mobilitas di tempat dur : klien dapat melakukannya
tanpa pengawasan orang lain
e. Pola ak vitas berpindah : klien dapat melakukannya tanpa pengawasan orang
lain
f. Pola ak vitas melakukan ambulasi/ROM : klien membutuhkan bantuan minimal
dan pengawasan dari orang lain karena perutnya terasa nyeri apabila banyak
bergerak

Status Oksigenasi :
Frekuensi nafas meningkat sedikit, pernafasan melalui hidung
Fungsi kardiovaskuler :
Denyut nadi mengalami peningkatan ke ka nyeri mbul
Terapi oksigen :
pasien dak dilakukan terapi oksigen
Interpretasi :
Pola ak vitas sedikit terganggi hanya pada ambulasi dan frekuensi nafas
sedikit meningkat ke ka nyeri.

5. Pola dur & is rahat

59
Durasi : 4 jam perhari
Gangguan dur : pasien susah dur karena merasa cemas dak
dapat melakukan ak vitas seper biasanya dan rasa nyeri di perutnya
Keadaan bangun dur : pasien dapat bangun seper biasa ke ka dak
nyeri
Interpretasi :
Pasien mengalami gangguan dur karena adanya nyeri dan kecemasan

6. Pola kogni f & perceptual


Fungsi Kogni f dan Memori :
Tn.A masih dapat mengingat iden tas dirinya dan anggota keluarganya
Fungsi dan keadaan indera :
Tn.A masih dapat melihat, mendengar suara yang ada disekitarnya,
meraba, dan merasakan rangsangan.
Interpretasi :
Pola kogni f dan persepsi normal

7. Pola persepsi diri


a. Gambaran diri :
Tn. A menghargai kondisi fisiknya dengan segala kekurangan dan
kelebihannya
b. Iden tas diri :
Tn.A dapat menyebut kan iden tas dirinya berupa nama, usia, tempat dan
tanggal lahir, serta pekerjaannya.
c. Harga diri :
Tn. A dak merasa malu untuk mengungkapkan penyakitnya pada
perawat
d. Ideal Diri :

60
Tn.A merasa terganggu apabila rasa nyerinya datang karena beliau jadi
dak dapat merawat semangka-semangkanya dengan baik
e. Peran Diri :
Sebelum sakit Tn.A dapat melakukan pekerjaannya untuk menghidupi
keluarga dengan baik, tapi apabila sakitnya datang beliau hanya bisa
is rahat
Interpretasi :
Pola persepsi diri normal

8. Pola seksualitas & reproduksi


Pola seksualitas
Tn.A mengekspresikan kasih sayangnya pada anak dan istrinya dengan
mencium kening
Fungsi reproduksi
Tn. A memiliki 2 anak kembar
Interpretasi :
Pola seksualitas dan reproduksi normal

9. Pola peran & hubungan


Tn. A beberapa kali dak dapat menjalankan perannya sebagai tulang
punggung keluarga apabila nyerinya datang, meskipun begitu hubungan
dengan keluarga tetap baik.
Interpretasi :
Pola persepsi diri baik

10. Pola manajemen koping-stress


Tn. A hanya mengeluhkan penyakitnya pada keluarganya saja dan
meminta saran dari keluarga
Interpretasi :manajemen koping klien baik

61
11. System nilai & keyakinan
Tn.A tetap menjalankan ibadah seper biasa meskipun agak kesusahan
saat rasa nyerinya muncul
Interpretasi :
Nilai dan keyakinan klien baik

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan asam lambung yang
menyebabkan iritasi lambung
2. Ke dakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan tekanan
dalam lambung yang menyebabkan mual
3. Gangguan rasa nyaman b.d keterbatasan ak vitas fisik yang disebabkan oleh
rasa nyeri
4. Ansietas b.d gangguan fungsi peran sebagai kepala keluarga
5. Risiko ke dakefek fan perfusi gastrointes nal b.d

No Data Masalah DX keperawatan


1 DS : Nyeri akut Nyeri akut
- klien mengatakan nyeri berhubungan
di perut bagian kiri atas Iritasi lambung dengan
seper teriris-iris. peningkatan asam
- klien mengatakan skala Peningkatan asam lambung yang
nyeri 6 dari rentang lambung menyebabkan
0-10 iritasi lambung
- keluarga mengatakan
bahwa pasien merasa

62
nyeri di perut ke ka
sedang makan

DO :
- pasien tampak
meringis kesakitan
- pasien melindungi
area nyeri dengan
memegangi perutnya
sebelah kiri
- pasien tampak gelisah
- nafsu makan menurun
- Nadi 98 x/m (mulai
mengalami
peningkatan)

2 DS : Ke dakseimbangan Ke dakseimbangan
- keluarga mengatakan nutrisi kurang dari nutrisi kurang dari
beberapa hari kebutuhan kebutuhan b.d
sebelum masuk rumah peningkatan
sakit pasien Mual tekanan dalam
merasakan mual tapi lambung yang
dak muntah Peningkatan tekanan menyebabkan mual
lambung
DO :
- mual
- kurang minat terhadap
makanan
- nafsu makan menurun
- nyeri abdomen

63
- pucat

3 DS : Gangguan rasa Gangguan rasa


- keluarga mengatakan nyaman nyaman b.d
sebelum MRS pasien keterbatasan
sulit dur Keterbatasan ak vitas ak vitas fisik yang
fisik disebabkan oleh
DO :
rasa nyeri
- klien sulit dur
Nyeri
- klien merasa dak
relaks dengan
kondisinya
- klien merin h karena
nyeri

4 DS : Ansietas Ansietas b.d


- keluarga mengatakan gangguan peran
bahwa klien sulit dur Hambatan ak vitas sebagai kepala
karena merasa cemas fisik keluarga
dak dapat
berak vitas seper Nyeri abdomen
biasanya

DO :
- klien tampak gelisah
- mual
- nyeri abdomen

5 DS : Risiko ke dakefek fan Risiko


- keluarga mengatakan perfusi ke dakefek fan
bahwa klien mual gastrointer nal

64
DO : perfusi
- faktor usia >60 tahun Penurunan sirkulasi gastrointer nal
- mual gastrointes nal

Pertambahan usia

65
3.4 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri Akut b.d peningkatan Setelah dilakukan ndakan 1. Monitor tanda-tanda vital
asam lambung yang keperawatan selama 2x24 jam 2. Manajemen Nyeri
menyebabkan iritasi diharapkan nyeri dapat berkurang. - Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
lambung Dengan kriteria hasil sebagai berikut: melipu lokasi, karakteris k, durasi,
l. Klien mengungkapkan nyeri yang frekuensi, kualitas, intensitas atau skala nyeri
dirasakan berkurang atau hilang dan faktor pencetus;
2. Klien dak menyeringai kesakitan - Observasi adanya petunjuk nonverbal
3. Intensitas nyeri berkurang mengenai ke daknyamanan;
4. Menunjukkan rileks, is rahat dur, - Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
peningkatan ak vitas dengan cepat terhadap kualitas hidup klien;
- Gali bersama klien faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau memperberat nyeri;
- Kurangi faktor-faktor yang dapat
mencetuskan atau meningkatkan nyeri;
- Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri;

53
- Kolaborasi dengan klien, orang terdekat dan
m kesehatan lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan ndakan penurun
nyeri farmakologi dan nonfarmakologi sesuai
kebutuhan.
3. Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi

2. Ke dakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan ndakan 1. Monitor tanda-tanda vital


kurang dari kebutuhan b.d keperawatan selama 3x24 jam 2. Manajemen Gangguan Makan
peningkatan tekanan dalam diharapkan kebutuhan nutrisi dapat - Kolaborasi dengan m kesehatan lain untuk
lambung yang terpenuhi. Dengan kriteria hasil sebagai mengembangkan rencana perawatan dengan
menyebabkan mual berikut: melibatkan klien dan orang-orang
1. Mual berkurang terdekatnya dengan tepat;
2. Nafsu makan kembali normal - Monitor perilaku klien yang berhubungan
3. BB dapat di pertahankan dalam dengan pola makan, penambahan dan
kisaran 10% dari nilai dasar. kehilangan berat badan;

54
- Berikan dukungan terhadap peningkatan
berat badan dan perilaku yang meningkatkan
berat badan;
- Berikan dukungan (misalnya, terapi relaksasi
dan kesempatan untuk membicarakan
perasaan) sembari klien mengintegrasikan
perilaku makan yang baru;
- Bantu klien (dan orang-orang terdekat klien
dengan tepat) untuk mengkaji masalah yang
berkontribusi terhadap (terjadinya) gangguan
makan;
- Monitor berat badan klien secara ru n.

3. Gangguan rasa nyaman b.d Setelah dilakukan ndakan 1. Manajemen nyeri


keterbatasan ak vitas fisik keperawatan selama 2x24 jam 2. Pengaturan posisi
yang disebabkan oleh rasa diharapkan klien dapat mencapai - Tempatkan klien di atas tempat dur yang
nyeri perasaan nyaman. Dengan kriteria hasil nyaman,
sebagai berikut:

55
1. Klien mengatakan nyerinya - Posisikan dur klien sesuai dengan keinginan

berkurang klien,

2. Klien dapat melakukan ak vitas fisik - Posisikan klien sesuai dengan kesejajaran

3. Posisi dur klien nyaman tubuh yang tepat,

4. Klien menunjukkan kenyamanan dan - Intruksikan klien bagaimana menggunakan

merasa rileks postur tubuh dan mekanika tubuh yang baik


ke ka berak vitas.
3. Terapi relaksasi
- Jelaskan rasionalisasi dan manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi yang tersedia,
- Per mbangkan keinginan individu untuk
berpar sipasi,
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa
distraksi dengan lampu yang redup dan suhu
lingkungan yang nyaman,
- Tunjukkan dan prak kkan teknik relaksasi
pada klien,

56
- Dorong klien untuk mengulang prak k teknik
relaksasi secara berkala.

4. Ansietas b.d gangguan Setelah dilakukan ndakan 1. Menghadirkan diri

peran sebagai kepala keperawatan selama 1x24 jam - Tunjukkan perilaku menerima,

keluarga diharapkan klien merasa tenang. - Secara verbal mengkomunikasikan empa

Dengan kriteria hasil: atau pemahaman mengenai pengalaman

1. Klien tampak tenang pasien,

2. Klien menyatakan penerimaan - Bina rasa percaya dan penghargaan posi f,

terhadap keadaannya - Dengarkan apa yang menjadi perha an


pasien.
2. Teknik menenangkan
- Perha kan sikap yang tenang dan ha -ha ,
- Pertahankan kontak mata,
- Berada di sisi klien,
- Iden fikasi orang-orang terdekat klien yang
bisa membantu klien,
- Duduk dan bicara dengan klien,

57
- Ajarkan teknik relaksasi,
- Libatkan keluarga dalam pemberian teknik
relaksasi kepada klien.

5. Risiko ke dakefek fan Setelah dilakukan ndakan 1. Iden fikasi resiko


perfusi gestrointes nal keperawatan selama 1x24 jam - Kaji ulang data yang didapatkan dari
diharapkan klien dak mengalami pengkajian risiko secara ru n,
perfusi gastrointes nal. Dengan kriteria - Per mbangkan ketersediaan dan kualitas
hasil: sumber sumber yang ada,

1. Klien dapat memilih makanan sesuai - Iden fikasi risiko biologis dan lingkungan,

dengan panduan nutrisi yang - Intruksikan faktor risiko dan dan rencana

direkomendasikan untuk mengurangi faktor risiko.

2. Intake kalori dan kebutuhan kalori 2. Konseling nutrisi

seimbang - Kaji asupan makan dan kebiasaan makan

3. Dapat menyeimbangkan antara pasien,

intake cairan dan kehilangan cairan - Fasilitasi un uk mengiden fikasi perilaku


makan yang harus diubah,

58
4. Mengurangi makanan dengan nilai - Susun tujuan jangka pendek dan jangka
kalori nggi dan nilai nutrisi kecil panjang yang realis s dalam rangka
mengubah status nutrisi,
- Kaji sikap dan keyakinan klien terhadap
pen ngnya makan teratur dan nutrisi yang
dibutuhkan.

59
3.5 Implementasi Keperawatan

No. Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Paraf

1. Rabu, Nyeri Akut b.d peningkatan asam 1. Memonitor tanda-tanda vital KLP
27 September 2017 lambung yang menyebabkan iritasi 2. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif
lambung yang melipu lokasi, karakteris k, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau skala
nyeri dan faktor pencetus;
3. Mengobservasi adanya petunjuk
nonverbal mengenai ke daknyamanan;
4. Menentukan akibat dari pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup klien;
5. Menggali bersama klien faktor-faktor yang
dapat menurunkan atau memperberat
nyeri;
6. Mengurangi faktor-faktor yang dapat
mencetuskan atau meningkatkan nyeri;

59
7. Mengajarkan prinsip-prinsip manajemen
nyeri;
8. Mengkolaborasi dengan klien, orang
terdekat dan m kesehatan lainnya untuk
memilih dan mengimplementasikan
ndakan penurun nyeri farmakologi dan
nonfarmakologi sesuai kebutuhan;
9. Menganjurkan teknik distraksi dan
relaksasi.

2. Rabu, Ke dakseimbangan nutrisi kurang dari 1. Memonitor tanda-tanda vital KLP


27 September 2017 kebutuhan b.d peningkatan tekanan 2. Mengkolaborasi dengan m kesehatan
dalam lambung yang menyebabkan mual lain untuk mengembangkan rencana
perawatan dengan melibatkan klien dan
orang-orang terdekatnya dengan tepat;
3. Memonitor perilaku klien yang
berhubungan dengan pola makan,
penambahan dan kehilangan berat badan;

60
4. Memberikan dukungan terhadap
peningkatan berat badan dan perilaku
yang meningkatkan berat badan;
5. Memberikan dukungan (misalnya, terapi
relaksasi dan kesempatan untuk
membicarakan perasaan) sembari klien
mengintegrasikan perilaku makan yang
baru;
6. Membantu klien (dan orang-orang
terdekat klien dengan tepat) untuk
mengkaji masalah yang berkontribusi
terhadap (terjadinya) gangguan makan;
7. Memonitor berat badan klien secara ru n.

3. Rabu, Gangguan rasa nyaman b.d keterbatasan 1. Memanajemen nyeri, KLP


27 September 2017 ak vitas fisik yang disebabkan oleh rasa 2. Menempatkan klien di atas tempat dur
nyeri yang nyaman,

61
3. Memposisikan dur klien sesuai dengan
keinginan klien,
4. Memposisikan klien sesuai dengan
kesejajaran tubuh yang tepat,
5. Mengintruksikan klien bagaimana
menggunakan postur tubuh dan
mekanika tubuh yang baik ke ka
berak vitas.
6. Menjelaskan rasionalisasi dan manfaat
relaksasi serta jenis relaksasi yang
tersedia,
7. Memper mbangkan keinginan individu
untuk berpar sipasi,
8. Menciptakan lingkungan yang tenang
dan tanpa distraksi dengan lampu yang
redup dan suhu lingkungan yang
nyaman,

62
9. Menunjukkan dan prak kkan teknik
relaksasi pada klien,
10. Mendorong klien untuk mengulang
prak k teknik relaksasi secara berkala.

4. Rabu, Ansietas b.d gangguan peran sebagai 1. Menunjukkan perilaku menerima, KLP
27 September 2017 kepala keluarga 2. Mengkomunikasikan empa atau
pemahaman mengenai pengalaman
pasien,
3. Membina rasa percaya dan penghargaan
posi f,
4. Mendengarkan apa yang menjadi
perha an pasien,
5. Memperha kan sikap yang tenang dan
ha -ha ,
6. Mempertahankan kontak mata,
7. Berada di sisi klien,

63
8. Mengiden fikasi orang-orang terdekat
klien yang bisa membantu klien,
9. Duduk dan berbicara dengan klien,
10. Mengajarkan teknik relaksasi
11. Melibatkan keuarga dalam pemberian
teknik relaksasi kepada klien.

5. Rabu, Risiko ke dakefek fan perfusi 1. Mengkaji asupan makan dan kebiasaan KLP
27 September 2017 gestrointes nal makan pasien,
2. Memfasilitasi un uk mengiden fikasi
perilaku makan yang harus diubah,
3. Menyusun tujuan jangka pendek dan
jangka panjang yang realis s dalam rangka
mengubah status nutrisi,
4. Mengkaji sikap dan keyakinan klien
terhadap pen ngnya makan teratur dan
nutrisi yang dibutuhkan,

64
5. Mengkaji ulang data yang didapatkan dari
pengkajian risiko secara ru n,
6. Memper mbangkan ketersediaan dan
kualitas sumber sumber yang ada,
7. Mengiden fikasi risiko biologis dan
lingkungan,
8. Mengintruksikan faktor risiko dan dan
rencana untuk mengurangi faktor risiko.

5.5 Evaluasi Keperawatan

No. Hari dan Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf

1. Kamis, Nyeri Akut b.d peningkatan asam S: Pasien mengatakan bahwa nyerinya KLP
28 September 2017 lambung yang menyebabkan iritasi berkurang
lambung

65
O: Pasien tampak tenang dan dak
mengeluh
kesakitan
A: Tujuan tercapai, masalah teratasi
P: Hen kan intervensi

2. Jumat, Ke dakseimbangan nutrisi kurang dari S: Pasien mengatakan dak mual dan nafsu KLP
29 September 2017 kebutuhan b.d peningkatan tekanan makan normal
dalam lambung yang menyebabkan O: Pasien memakan makanannya dan berat
mual badan
mulai stabil
A: Tujuan tercapai sebagian
P: Pertahankan kondisi, lanjutkan intervensi

3. Kamis, Gangguan rasa nyaman b.d S: Pasien mengatakan nyeri berkurang KLP
28 September 2017 keterbatasan ak vitas fisik yang O: Pasien dapat melakukan ak vitas fisik
disebabkan oleh rasa nyeri A: Tujuan tercapai
P: Hen kan intervensi

66
4. Rabu, Ansietas b.d gangguan peran sebagai S: Pasien mengatakan dak cemas lagi KLP
29 September 2017 kepala keluarga O: Pasien tampak tenang
A: Tujuan tercapai
P: Hen kan intervensi

5. Rabu, Risiko ke dakefek fan perfusi S: Pasien dapat memilih makanan sesuai KLP
29 September 2017 gastrointes nal dengan panduan nutrisi
O: Pasien dak menunjukkan tanda-tanda
perfusi gestrointes nal
A: Masalah teratasi
P: Hen kan intervensi

67
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gastri s adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuk kan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastri s bukan merupakan
penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut
merupakan akibat dari infeksi oleh Bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat
mengakibatkan luka di lambung yaitu Helicobacter Pylori.

4.2 Saran
1. Bagi tenaga kesehatan diharapkan mampu memahami tentang
penatalaksanaan pada pasien dengan gastri s
2. Bagi mahasiswa, diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan
bagi semua mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gastri s

67
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan D, T. R. (2010). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta : EGC.
Priyanto, A. Lestari, S. 2008. Endoskopi Gastrointes nal. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, S. C., Bare, B. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
NANDA. (n.d.). NANDA Interna onal, Inc. NURSING DIAGNOSES: Defini ons &
ClassifiCa on 2015–2017.
Rahma, Mawaddah., Ansar, Jumriani., Rismayan . (2012). FAKTOR RISIKO
KEJADIAN GASTRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPILI
KABUPATEN GOWA, 1–14.
Se adi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Po er & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
danPrak k. Edisi 4 volume 1.EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta : EGC.
Hidajah, Ch. A dan Hargono, A. 2008. Bahan ajar surveilans epidemiologi.
Surabaya, BagianEpidemiologi Fakultas Kedokteran No. 8.Jakarta.
Anonim._.Konsep Dasar Penyakit Gastri s. Diakses melalui
h p://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-hadiharton-67
43-2-babii.pdf (pada tanggal 27 September 2017).

Misnardiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna : Gastri s (Dyspepsia atau


Maag), Infeksi Mycobacteria pada Ulcus Gastrointes nal. Jakarta
Pustaka Populer Obor (diakses pada tanggal 26 September 2017)
Nurhaya . 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Gastri s.
h p://www.academia.edu/26801990/Makalah-gastri s (diakses pada
tanggal 26 September 2017)

68
K. 2015. BAB 2 Tinjauan Teori s. Melalui
h p://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45963/4/Chapter%20I
I.pdf (diakses pada tanggal 26 September 2017)
Dongoes, Marilyn E, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen ILmu Penyakit Dalam FKUI
h ps://www.slideshare.net/harryblack969300/penatalaksanaan-gastri s
(diakses pada tanggal 27 September 2017 pukul 21.06)

69

Anda mungkin juga menyukai