Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN KASUS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN. F DENGAN DIAGNOSIS GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
DI RUANG SERUNI RSUD Dr. MOHAMMAD SOEWANDHIE SURABAYA

Disusun Oleh :

1. Iwan Budiyanto 132239161


2. Reza Dwi Agustiningrum 132239001
3. Rufaidah Fikriya 132239082
4. Fatatin Nazhifah 132239158
5. Alfia Dwi Sunarto 132239083

Angkatan 2019

Pembimbing Akademik : Dr. Ilya Krisnana, S.Kep.,Ns., M.Kep


Pembimbing Klinik : Maya Cristia, S.Kep.Ns

PRAKTIK PROFESI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
202
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KASUS SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN. F DENGAN DIAGNOSIS GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
DI RUANG SERUNI RSUD Dr. MOHAMMAD SOEWANDHIE SURABAYA

Disusun Oleh :
Kelompok Seruni
Angkatan 2019

1. Iwan Budiyanto 132239161


2. Reza Dwi Agustiningrum 132239001
3. Rufaidah Fikriya 132239082
4. Fatatin Nazhifah 132239158
5. Alfia Dwi Sunarto 132239083

Mengetahui.

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Dr. Ilya Krisnana, S.Kep.,Ns.,M.Kep Maya Cristia, S.Kep., Ns


NIP. 198109282012122002 NIP. 199106102020122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT sehingga laporan kasus seminar, “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA AN. F DENGAN DIAGNOSIS GASTROENTERITIS
AKUT (GEA) DI RUANG SERUNI RSUD Dr. MOHAMMAD SOEWANDHIE
SURABAYA” ini dapat terselesaikan.
Terima kasih kami sampikan kepada :
1. Ibu Dr. Ilya Krisnana, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Pembimbing Akademik selama
profesi di Stase Keperawatan Anak di Ruang Seruni RSUD Dr. Mohammad
Soewandhie yang telah mengarahkan, mengingati, mengoordinasi, memberi masukan,
solusi serta keilmuan sehingga kami dapat menyusun laporan dengan baik.
2. Ibu Maya Cristia, S.Kep., Ns selaku Pembimbing Klinik selama profesi di Stase
Keperawatan Anak di Ruang Seruni RSUD Dr. Mohammad Soewandhie yang telah
memberikan masukan, catatan tambahan, wawasan, pengetahuan, pengalaman,
sehingga laporan lebih detail, lengkap, dan sempurna.
3. Para Perawat Ruang Seruni yang telah memberikan pengarahan, pembinaan,
bimbingan, fasilitasi, kerja sama, kelapangan, pengayoman, pendidikan, sharing, dan
diskusi selama berada di ruang rawat inap anak Seruni sehingga laporan dapat
terselesaikan dan terlengkapi dengan baik.
4. RSUD Dr. Mohammad Soewandhi yang merupakan rumah sakit daerah di Surabaya
yang besar dengan berbagai kasus penyakit sehingga menambah pengetahuan,
wawasan, dan pengalaman kepada kami sehingga laporan ini dapat tersusun.
5. Keperawatan Universitas Airlangga selaku almamater kami yang memfasilitasi,
menyediakan, menatakan, memprogramkan, dll. sehingga kami dapat menjadi lulusan
Nurse yang excellent baik softskill dan hardskill.
6. Orang tua, keluarga, dan support system kami yang menguatkan kami sehingga bisa
sampai di jenjang Pendidikan tinggi, professional, ahli yang diharapkan nanti ilmu dari
sini bermanfaat.
Terima kasih banyak kami sampaikan kepada segenap pihak yang tersebutkan dan yang
tidak tersebutkan. Semoga amal ibadah yang diberikan Allah terima, baik dunia akhirat,
dan penuh keberkahan. Aamiin.
Penulis menyadari laporan ini tentu masih ada kekurangan atau tidak sempurna. Masukan,
kritik, saran membangun kami harapkan semoga laporan ini menjadi lebih baik lagi.
Semoga ilmu yang ada di laporan ini bermanfaat.

Surabaya, 20 Desember 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………... ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iv
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
1.1. Latar Belakang…………………………………………………….... 2
1.2.Rumusan Masalah…………………………………………………… 2
1.3.Tujuan………………………………………………………………... 2
1.3.1.Tujuan umum……………………………………………….. 2
1.3.2.Tujuan khusus……………………………………………….. 2
1.4.Manfaat…………………………………………………………..….. 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI…………………………………………………….. 3
2.1. Konsep Penyakit…………………………………………………… 3
2.1.1. Definisi Gastroenteritis……………………………………... 3
2.1.2. Klasifikasi…………………………………………………… 3
2.1.3. Etiologi……………………………………………………… 3
2.1.4. Manifestasi klinis…………………………………………… 4
2.1.5. Patofisiologi………………………………………………… 4
2.1.6. Pemeriksaan penunjang…………………………………….. 5
2.1.7. Komplikasi………………………………………………….. 5
2.1.8. Penatalaksanaan…………………………………………….. 6
2.2. Konsep Dasar Tumbuh Kembang………..………………………... 7
2.2.1. Definisi….…………………………………………………... 7
2.2.2. Tanda-Tanda Pertumbuhan………………………………….. 7
2.2.3. Tanda-Tanda Perkembangan………………………………… 8
2.2.4. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan…………………….. 8
2.3. Konsep Dasar Keperawatan Gastroenteritis Akut………………….. 11
2.3.1. Pengkajian………………………………………………………… 11
2.3.2. Diagnosis Keperawatan…………………………………………… 12
2.3.3. Asuhan keperawatan……………………………………………… 13
BAB 3 WEB OF CAUSATION (WOC) Gastroenteritis Akut (GEA)…………. 16
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………………. 17
4.1. Pengkajian Keperawatan Anak GEA……….…………….……………….. 17
4.2. Analisa Data…………………………………………….…………………. 19
4.3. Priorotas Diagnosis Keperawatan…………………………………………. 27
4.4. Rencana Intervensi Keperawatan………………………………………….. 28
4.5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan…………………………………. 32
BAB 5 PENUTUP……………………………………………………………... 53
5.1. Kesimpulan………………………………………………………………… 53
5.2. Saran……………………………………………………………………….. 53
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 54

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Gastroenteritis Akut (GEA) atau diare sampai saat ini masih merupakan
masalah kesehatan, yang mengancam nyawa di negara berkembang ataupun negara
maju. Menurut Word Health Organization (WHO), walaupun di negara maju sudah
terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden GEA tetap tinggi
dan masih menjadi masalah kesehatan. GEA juga merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, karena sering
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan disertai dengan kematian yang tinggi,
terutama di Indonesia Bagian Barat (Poltekkes Denpasar, 2023). Gastroenteritis akut
(GEA) adalah diare tiba-tiba berlangsung kurang dari 14 hari yang disebabkan oleh
infeksi virus, bakteri, dan parasite, dan noon infeksi yakni kesukaran makan, cacat
anatomis, malabsorbsi, keracunan makanan, dll (Titis, 2023).
Berdasakan catatan World Health Organization (WHO) secara global setiap
tahun ada sekitar 1,7 miliar kasus Gastroenteritis dengan angka kematian 760.000
anak dibawah 5 tahun. Pada negara maju dan berkembang anak-anak usia dibawah 3
tahun, Gastroenteritis menyebabkan kehilangan cairan dan nutrisi yang dibutuhkan
anak untuk tubuh sehingga Gastroenteritis merupakan penyebab kematian karena
dehidrasi berat dan malnutrisi pada anak yang menjadi penyebab kematian. Data
United Nation Children’s Fund (UNICEF) dan WHO, juga menjelaskan bahwa secara
global terdapat 2 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena Gastroenteritis
(Nari, 2019). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012, insiden
Gastritis di dunia sekitar 1,8-2,1 juta dari kumlah penduduk setiap tahunnya, di Inggris
(22%), China (31%), Jepang (14,5%), Kanada (35%), dan Perancis (29,5%). Di Asia
Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Persentase dari angka
kejadian Gastritis di Indonesia menurut WHO mencapai angka 40,8% (Khoirunnisa,
dkk. 2020). Berdasarkan catatan Ruang Rawat Inap Seruni RSUD Dr. Mohammad
Soewandhie kasus GEA kurang lebih sejumlah 46,5% atau 20 yakni pasien dari 43
pasien (Seruni, 2023). Sehubungan dengan tingginya kasus GEA, maka kasus ini
diangkat.
Penyebab gastroenteritis antara lain kesalahan pemberian makanan pada bayi
seperti terlalu banyak, terlalu sedikit atau jenis makanan yang salah pada anak yang
lebih besar seperti kurang perhatian pada diet. Lesi inflamasi seperti infeksi virus,
bakteri, syndrom pascaenteritis, colitis ulseratif/penyakit crhon, giardiasis (lambliasis)
dan infeksi pariental. Gastroenteritis ditandai dengan diare pada beberapa kasus,
muntah muntah yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Penyebab utama gastroenteritis akut
adalah virus (rotavirus, adenovirus enteric, virus Norwalk, dan lain lain), bakteri atau
toksinnya (Campylobacter, Salmonella, Shigella, Escherichia coli, Yersinia dan lain
lain), serta parasit (Giardia lamblia, Cryptosporidium). Pathogen pathogen ini
menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel sel, menghasilkan enterotoksin atau

1
sitotoksin yang merusak sel. Atau melekat pada dinding usus.Pada gastroenteritis akut,
usus halus adalah alat pencernaan pencernaan yang paling sering terkena (Kimbran,
2021).
Laporan kasus ini dibuat untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien
anak dengan diagnosis medis Gastroenteritis Akut (GEA) yang ada di ruang rawat inap
Seruni RSUD Dr. Mohammad Soewandhi Surabaya.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anak dengan diagnosis medis
Gastroenteritis Akut (GEA) yang ada di ruang rawat inap Seruni RSUD Dr.
Mohammad Soewandhi Surabaya?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Melakukan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan diagnosis medis
Gastroenteritis Akut (GEA) yang ada di ruang rawat inap Seruni RSUD Dr.
Mohammad Soewandhi Surabaya.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien anak dengan diagnosis
medis Gastroenteritis Akut (GEA) yang ada di ruang rawat inap Seruni
RSUD Dr. Mohammad Soewandhi Surabaya.
2. Melakukan penetapan diagnosa keperawatan pada pasien anak dengan
diagnosis medis Gastroenteritis Akut (GEA) yang ada di ruang rawat inap
Seruni RSUD Dr. Mohammad Soewandhi Surabaya.
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien anak dengan diagnosis
medis Gastroenteritis Akut (GEA) yang ada di ruang rawat inap Seruni
RSUD Dr. Mohammad Soewandhi Surabaya.
4. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien anak dengan diagnosis
medis Gastroenteritis Akut (GEA) yang ada di ruang rawat inap Seruni
RSUD Dr. Mohammad Soewandhi Surabaya.
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien anak dengan diagnosis
medis Gastroenteritis Akut (GEA) yang ada di ruang rawat inap Seruni
RSUD Dr. Mohammad Soewandhi Surabaya.

1.4. Manfaat
1. Bagi pembaca
Mendapatkan informasi, wawasan, pengetahuan tentang asuhan keperawatan klien
dengan Gastroenteritis Akut (GEA)
2. Bagi pemegang kebijakan
Menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan untuk
mengurangi kejadian Gastroenteritis Akut (GEA).
3. Bagi perawat
Menjadi bahan acuan, sumber referensi, dan meningkatkan asuhan keperawatan
yang dilakukan.

2
4. Bagi keilmuan
Menjadi bahan meningkatkan kemajuan keilmuan keperawatan dan kesehatan
pada umumnya.

3
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Penyakit


2.1.1. Definisi Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya peradangan
pada lambung, usus kecil maupun usus besar yang akan mengakibatkan
terganggunya system pencernaan yang biasanya memunculkan gejala diare dengan
disertai mual maupun muntah sehingga tejadi penurunan kemampuan dalam
mengabsorbsi nutrisi (Lemone, Burke & bauldoff, 2015). Gastroenteritis akut
(GEA) adalah buang air besar (defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak lebih banyak dari pada
biasanya (Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi, 2015).
2.1.2. Klasifikasi
Gastroenteritis diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Gastroenteritis Akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan
tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam
tractus GI. Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atas (ISPA) atau
infeksi saluran kemih (ISK), tetapi antibiotic atau pemberian obat pencahar
(laksatif). Gastroenteritis akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang
dari 14 hari)
2. Gastroenteritis akut didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih
dari 14 hari. Seringkali gastroenteritis kronis terjadi karena keadaan kronis
terjadi karena keadaan kronis sindrom malabsorbsi, penyakit inflamasi usus,
defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi laktosa, atau sebagai akibat
dari penatalaksanaan gastroenteritis akut yang tidak memadai.
3. Gastroenteritis intraktabel merupakan sindrom yang terjadi pada bayi dalam
usia beberapa minggu pertama serta berlangsung lebih lama dari 2 minggu
tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya dan bersifat
resisten atau membandel terhadap terapi. Gastroenteritis kronis non spesifik
yang dikenal juga dengan istilah kolon iritabel pada anak, merupakan penyebab
gastroenteritis kronis yang sering dijumpai pada anak-anak yang berusia 6
hingga 54 minggu. Anak-anak ini memperlihatkan feses yang lembek yang
sering disertai partikel makanan yang tidak tercerna, dan lamanya melebihi 2
minggu

2.1.3. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu :
1. Faktor infeksi
1) Faktor internal adal infeksi saluran pencernaan meliputi infeksi
internal sebagai berikut;
(1) Infeksi bakteri : Vibrio, E Coli, Salmonella, tersinia, dsb
(2) Infeksi virus : enterovirus, (virus ECHO, poliomyelitis),

4
adenovirus, rotavirus dll
(3) Infeksi parasite: cacing (aslanis, trichuris, oxyuris) jamur
(candida albicans)
2) Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan,
seperti otitis media akut, tonsillitis tonsilofaringitis, bronkopneumonia
dsb,,
2. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat meliputi disakarida dan monoksida
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, berasun, dan alergi terhadap makanan

2.1.4. Manifestasi Klinis


1. Kram perut
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
3. Demam
4. Mual
5. Muntah
6. Kembung
7. Anoreksia
8. Lemak
9. Pucat
10. Urin output menurun (oliguria, anuria)
11. Turgor kulit menurun sampai jelak
12. Ubun-ubun / fontanela cekung
13. Kelopak mata cekung
14. Membrane mukosa kering

2.1.5. Patofisiologi
Secara umum gastroenteritis disebabkan oleh masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan
asam lambung. Organisme masuk pada mukosa epitel, berkembang biak pada
usus dan menempel pada mukosa usus serta melepaskan enterotoksin yang
dapat menstimulasi cairan dan elektrolit keluar dari sel mukosa. Infeksi virus
ini menyebabkan destruksi pada mukosa sel dari vili usus halus yang dapat
menyebabkan penurunan kapasitas absorbsi cairan dan elektrolit, interaksi
antara toksin dan epitel, usus menstimulasi enzim adenil siklase dalam
membrane sel dan mengubah cyclic AMP yang menyebabkan peningkatan
sekresi air dan elektrolit sehingga timbul diare.
Diare yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan
integritas kulit pada aderah perianal. Selain itu juga, sekresi air dan elektrolit
secara berlebihan ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dan asidosis metabolic sehingga dapat menimbulkan kekurangan

5
volume cairan dalam tubuh serta gangguan pertukaran gas akibat dari asidosis
metabolic.
Kekurangan cairan secara terus menerus dapat menimbulkan syok
hipovolemik. Selain itu juga, proses invasi dan pengrusakan mukosa usus,
organisme menyerang enterocytes (sel dalam epitelium) sehingga
menyebabkan peradangan (timbul mual muntah) dan kerusakan pada mukosa
usus. Hal ini menyebabkan penurunan nafsu makan, serta gangguan pada
psikologi klien yang dapat menyebabkan ansietas. Penurunan nafsu makan
dapat mengakibatkan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Nurarif, 2015).

2.1.6. Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik;
1. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) PH dan kadar gula dalam tinja
3) Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme
penyebabnya, dengan melakukan perbaikan terhadap contoh tinja
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan
jumlah sel darah putih
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan Analisa gas darah
atau atrup
4. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik
atau parasite secara kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare
kronik

2.1.7. Komplikasi
1. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
2. Syok
3. Kejang
4. Sepsis
5. Gagal ginjal akut
6. Ileus paralitik
7. Malnutrisi
8. Gangguan tumbuh kembang

6
2.1.8. Penatalaksaan
1. Medis
1) Cairan per oral : pada pasien dengan dehidrasi ringan dan Na, HCO, K
dan glukosa kurang. Untuk diare akut diatas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan atau sedang kadar natrium 50-60 meg/l dapat dibuat
sendiri (mengandung larutan garam dan gula) atau air tajin yang diberi
gula dengan garam
2) Cairan parenteral
(1) Dehidrasi ringan pada 1 jam pertama diberikan 25-50 ml/Kg
BB/hari. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian cairan
parenteral 125 ml/KgBB
(2) Dehidrasi ringan pada 1 jam pertama diberikan 50-100 ml/Kg
BB/hari. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian cairan
parenteral 125 ml/KgBB
(3) Dehidrasi berat
a. Anak usia 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg, 1
jam pertama diberikan 40 ml/KgBB/ jam atau 10
tetes/Kg/BB, 7 jam berikutnya diberikan 125 ml/KgBB/jam
atau 3 tetes/KgBB/mnit, 16 jam berikutnya diberikan 125
ml/KgBB oralit per oral bila anak mau minum, teruskan
dengan cairan intravena 2 tetes/KgBB/menit atau 3
tetes/KgBB/menit.
b. Anak usia lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg,
1 jam pertama diberikan 40 ml/KgBB/ jam atau 10
tetes/Kg/BB, 7 jam berikutnya diberikan 127 ml/KgBB/
oralit per oral bila anak mau minum dapat diteruskan
dengan cairan intravena 2 tetes/KgBB/menit atau 3
tetes/KgBB/menit.
c. Anak usia 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg, 1
jam pertama diberikan 40 ml/KgBB/ jam atau 10
tetes/Kg/BB, 7 jam berikutnya diberikan 125 ml/KgBB/jam
atau 3 tetes/KgBB/mnit, 16 jam berikutnya diberikan 125
ml/KgBB oralit per oral bila anak mau minum, teruskan
dengan cairan intravena 2 tetes/KgBB/menit atau 3
tetes/KgBB/menit.

7
2. Keperawatan
1) Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan
pencegahan enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak.
2) Bila ada kemungkinan tangan bila menyentuh barang terinfeksi,
penderita dan keluarganya diedukasi mengenal cara perolehan entro
patogen dan cara mengurangi penularan

2.2. Konsep Tumbuh Kembang


2.2.1. Definisi
Menurut Soetjiningsih (2012 dalam Arnis & Yuliastanti, 2016),
pertumbuhan (growth) adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, kilogram) ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Pengertian
lain IDAI (2002) dikatakan bahwa pertumbuhan merupakan bertambahnya
ukuran fisik (anatomi dan struktur tubuh baik sebagian maupun seluruhnya
karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena
bertambah besarnya sel. Sedangkan perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil
dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ
yang terorganisasi dan berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. Dalam hal ini perkembangan juga
termasuk perkembangan emosi, intelektual dan perilaku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan

2.2.2. Tanda-Tanda Pertumbuhan


Menurut Soetjiningsih (2012 dalam Arnis & Yuliastanti, 2016), pertumbuhan
mempunyai tanda yaitu:
1. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa.
2. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini
ditandai dengan tanggalnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen,
hilangnya reflex primitif pada masa bayi. Timbulnya tanda seks sekunder
dan perubahan lainnya.
3. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur. Hal ini ditandai dengan adanya
masa-masa tertentu dimana pertumbuhan berlangsung cepat yang terjadi
pada masa prenatal, bayi, dan remaja (aldosterone). Pertumbuhan
berlangsung lambat pada masa prasekolah dan masa sekolah.

8
2.2.3. Tanda – Tanda Perkembangan
Menurut Soetjiningsih (2012 dalam Arnis & Yuliastanti, 2016), proses pertumbuhan
dan perkembangan anak bersifat individual. Namun demikian pola perkembangan
setiap anak mempunyai ciri-ciri, yaitu :
1. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan
dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Misalnya perkembangan intelegensi pada seorang anak akan menyertai
pertumbuhan otak dan serabut saraf.
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Seorang anak tidak bisa berdiri jika pertumbuhan
kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi anak terhambat.
Perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan juga mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi
organ. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak juga berbeda-
beda.
4. Pertumbuhan berkorelasi dengan perkembangan. Pada saat pertumbuhan
berlangsung, maka perkembangan pun mengikuti. Terjadi peningkatan
kemampuan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain pada anak,
sehingga pada anak sehat seiring bertambahnya umur maka bertambah pula
tinggi dan berat badannya begitupun kepandaianya.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ
tubuh terjadi menurut hukum yang tetap, yaitu:
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju
ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalo kaudal).
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar)
lalu berkembang kebagian distal seperti jari-jari yang mempunyai
kemamp ruang gerak halus (pola proximodistal).
6. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan.Tahap-tahap tersebut tidak bias terjadi terbalik. Misalnya anak mampu
berjalan dahulu sebelum bias berdiri.

2.2.4. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Teori-teori tumbuh kembang anak:
1) Prinsip tumbuh kembang menurut Potter & Perry (2005)
(1) Perkembangan merupakan hal yang terartur dan mengikuti rangkaian
tertentu
(2) Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus
menerus, dalam pola sebagai berikut :
a. Cephalocaudal: pertumbuhan berlangsung terus dari kepala ke arah

9
bawah bagian tubuh
b. Proximodistal: perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat
(proksimal) tubuh kearah luar tubuh (distal)
c. Differentiation: ketika perkembangan berlangsung terus dari yang
mudah kearah yang lebih kompleks.
d. Perkembangan merupakan hal yang kompleks, dapat diprediksi ,
terjadi dengan pola yang konsisten dan kronologis
(Jafri, 2015).
2) Perkembangan Psikoseksual Anak (Sigmund Freud)
(1) Fase Oral (0–1 tahun)
Kepuasan dan kenikmatan anak oleh pengalaman sekitar mulut. Dasar
perkembangan mental yang sehat. Bila ibu berhasil memberi rasa aman
maka anak akan dapat melangkah dengan mantap ke fase berikut Titik
rawan fase ini berhubungan dengan persoalan makan dan menyapih. Bila
ada hambatan terjadi fiksasi oral dan akan terbawa ke fase ke-2 dst.
(2) Fase Anal (1–3 tahun)
Anak mulai menampakkan ke”aku”an. Sangat narsistik dan egoistik.
Mulai belajar kenal tubuh sendiri. Mendapat kepuasan dan kenikmatan
dari pengalaman auto-erotiknya Tugas perkembangan fase ini:
a. Toilet training
b. Perkembangan bicara dan bahasa
(3) Fase Falik/Oedipal (3-6 tahun)
Anak mulai melakukan rangsangan autoerotic. Merasakan dorongan
seksual yang ditujukan kepada orang tua dengan jenis kelamin berbeda,
bersaing dengan orang tua berjenis kelamin sama oleh karena itu
persaingan aman, maka anak tidak merasa terancam. Perasaan seksual yang
negatif menyebabkan menjauhi orang tua lawan jenis dan mendekati orang
tua sesama jenis kelamin. Anak memulai proses identifikasi seksual.
Berkembang lebih bebas. Anak menyadari bahwa dia harus belajar
menyesuaikan diri dengan norma masyarakat, super ego mulai berkembang
(4) Fase Laten (7-12 tahun)
Fase Laten Merupakan proses integrasi. Anak harus berhadapan dengan
berbagai tuntutan sosial, hubungan kelompok, Pelajaran sekolah, konsep
moral dan etik, hubungan dengan dunia orang dewasa Anak harus
mengintegrasikan semua pengalaman baru
(5) Fase Genital (12–18 tahun)
Anak mengalami kesulitan yang kompleks. Diharapkan mampu
berinteraksi sebagai orang dewasa sementara berada pada masa transisi.
Kesulitannya adalah apabila belum menyelesaikan fase sebelumnya dengan
tuntas.
(Lina, 2017)
3) Perkembangan Psikososial Anak (Erickson)
Perkembangan emosi sejajar dengan pertumbuhan fisik, terdapat interaksi
antara perkembangan fisik dan psikologis. Adanya keseimbangan dan

10
keteraturan akan menimbulkan kedewasaan anak. Perkembangan
psikologis, perkembangan biologis, perkembangan sosial menyatu. Anak
menggunakan bermain untuk mengatasi berbagai persoalan dan
memuaskan perasaan.
(1) Infancy (0-1 tahun) Trust vs Mistrust
Terjadi interaksi antara ibu dan anak. Rasa aman anak dapat dilihat dari
enaknya makan, nyenyaknya tidur, mudah defekasi. Berkembangnya
perasaan aman tidak tergantung dari kuantitas makanan dan
demonstrasi sayang yang diberikan, tetapi banyak dipengaruhi oleh
kualitas hubungan ibu dan anak. Rasa aman akan menimbulkan dasar-
dasar kepercayaan terhadap dunia luar. Bila rasa kepercayaan tidak
tumbuh, maka akan timbul rasa tidak aman dan tidak percaya terhadap
dunia luar. Tidak adanya kepercayaan dasar dapat dijumpai pada klien
schizophrenia. Tidak adanya kepercayaan terhadap dunia luar
menyebabkan klien tersebut menarik diri ke dalam dunianya dan
depresi.
(2) Toddlerhood (1-3 tahun) Autonomy vs doubt dan shame
Anak belajar menegakkan kemandirian, tetapi belum dapat berpikir
secara diskriminatif, perlu bimbingan yg tegas. Hambatan pada fase ini
akan mengakibatkan sikap yang obsesif kompulsif, bahkan yang lebih
berat akan menimbulkan sikap paranoid.
(3) Early Childhood (3-6 tahun) Initiative vs Guilt
Anak sangat aktif dan banyak bergerak, belajar mengembangkan
kemampuan utk bermasyarakat. Inisiatif mulai berkembang. Bersama
teman belajar merencanakan permainan dan melakukan dengan
gembira. Norma masyarakat telah ditanamkan oleh orang tua dan
lingkungan. Rasa bersalah (konflik) akan menimbulkan kebencian pada
ortu, saat dewasa muncul dlm bentuk histeria dan psikosomatis
(4) Middle Childhood (6-12 tahun) Industry vs Inferiority
Berusaha untuk merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya.
Belajar menyelesaikan tugas yg diberikan padanya. Mulai senang
belajar bersama. Bila merasa dirinya kurang mampu dibanding
temannya akan timbul rasa rendah diri
(5) Adolescence (13-18 tahun) Identity vs Role confusion
Pertumbuhan fisik sangat pesat dan mencapai taraf dewasa. Peran
orang tua sebagai figur identifikasi mulai luntur sehingga mencari
figure lain. Mulai meragukan nilai-nilai yang dianut. Bereksperimen
dengan berbagai peran untuk mendapatkan yang cocok
(Lina, 2017)
4) Perkembangan kognitif (Jean Piaget)
(1) Fase sensorimotor (0-2 tahun)
Anak sangat egosentris. Semua usaha berhubungan dengan kesenangan
sendiri. Kebutuhan kebanyakan bersifat fisik, yang berkembang pesat
adalah kemampuan sensori motorik. Anak belajar melakukan berbagai

11
gerakan yang makin terkoordinasi, terarah dan bertujuan. Kepuasan
yang didapat dari fungsi sensori motoric
(2) Fase pra-operasional (2-7 tahun)
a. Fase pra-conceptual (2-4 tahun)
Mulai mengembangkan kemampuan bahasa untuk komunikasi dgn
lingkungan. Awalnya anak mempertahankan egosentris (belum
menerima pendapat orang lain) Mulai belajar komunikasi sosial
b. Fase intuitif (4-7 tahun)
Makin mampu bermasyarakat. Belum mampu berpikir secara
timbal balik Banyak memperhatikan dan meniru perilaku orang
dewasa. Mengambil alih norma moral dan perilaku orang tuanya.
c. Fase operasional konkrit (7-11 tahun)
Pengalaman fase sebelumnya menjadi lebih mantap. Mulai sadar
pada kemampuannya untuk bekerja sama dengan orang lain.
Kesadaran terhadap proses timbal balik. Mulai mengerti bahwa
orang lain bisa mempunyai pendapat yang berbeda dengan
pendapatnya
d. Fase operasional formal (11-18 tahun)
Kemampuan berpikir sudah mencapai orang dewasa. Mampu
berpikir secara logis. Mengeksplorasi dan menyelesaikan persoalan
atas dasar berbagai kemungkinan.
(Lina, 2017)

2.3. Konsep Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut (GEA)


2.3.1. Pengkajian
1. Identitas Anak
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, status sekolah, suku bangsa,
agama, tanggal MRS, tanggal pengkajian, nomor rekam media (RM), diagnose
medis, dan alamat rumah, dan sumber informan.
2. Identitas orang tua
Meliputi nama ayah dan ibu, pekerjaan, riwayat pendidikan terakhir, agama,
suku bangsa, dan alamat rumah.
3. Keluhan utama
Buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair ataupun encer
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Riwayat Kesehatan yang lalu seperti Riwayat sebelumnya misalnya
gastroenteritis akut Riwayat penggunaan obat-obatan
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat tentang penyakit yang pernah diderita keluarga, lingkungan rumah atau
komunitas , perilaku yang mempengaruhi kesehatan, dan persepsi keluarga
terhadap penyakit anak.
6. Riwayat Nutrisi
Nafsu makan pada anak, pola makan, pantangan makan, dan menu makan
kesukaan pada anak.

12
7. Riwayat Pertumbuhan
Pemeriksaan terkait berat badan dan tinggi badan saat ini, lingkar kepala,
lingkar dada, dan lingkar lengan atas (LLA). Kemudian berat badan sebelum
sakit dan status gizi pada anak.
8. Riwayat Perkembangan
Pengkajian perkembangan DDST, tahap perkembangan, psikososial, dan
psikoseksual
9. Observasi dan pemeriksaan fisik B1 sampai B6 (Breathing, Blood, Brain,
Bladder, Bowel, Bone dan Integument)
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, serta
pengukuran tanda-tanda vital.
10. Personal Hygiene
Kebiasaan mandi pada anak, frekuensi mandi dalam sehari, frekuensi sikat gigi,
ganti pakaian, keramas dalam sehari, dan kebiasaan memotong kuku.
11. Psiko-Sosio-Spiritual
Meliputi ekspresi, hubungan dengan keluarga, dampak hospitalisasi bagi anak
dan orang tua

2.3.2. Diagnosa Keperawatan


1. Diare bd Inflamasi gastrointestinal dd feses cair, defekasi lebih dari 3 kali dalam
24 jam (D.0020)
2. Bersihan Jalan napas tidak efektif bd hipersekesi jalan napas dd sputum
berlebih, ronkhi (D.0001)
3. Defisit Nutrisi bd ketidakmampuan menelan makanan dd Berat Badan menurun
minimal 10% dibawah rentang normal, Otot menelan lemah, diare(D.0019)
4. Gangguan tumbuh kembang bd efek ketidakmampuan fisik dd pertumbuhan
fisik terganggu (D.0106)
5. Gangguan Menelan bd abnormalitas laring dd sulit menelan (D.0063)
6. Ansietas bd krisis situasional dd tampak gelisah, tegang (D.0080)
7. Perilaku Kesehatan cenderung beresiko bd pemilihan gaya hidup tidak sehat
(merokok) dd gagal melakukan tindakan pencegahan masalah kesehatan
(D.0099)
8. Risiko Aspirasi bd selang nasogastric (D.0006)
9. Risiko hipovolemia bd kehilangan cairan secara aktif (D.0034)
10. Risiko infeksi bd efek prosedur invasif (D.0142)
(PPNI, 2017)

13
2.3.3. Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. (D.0119) Diare bd Setelah dilakukan Manajemen Diare (I.03101)
inflamasi intervensi keperawatan Observasi:
gastrointestinal dd selama 3x24 jam, 1. Identifikasi penyebab
feses cair, defekasi diharapkan fungsi diare
lebih dari tiga kali gastrointestinal membaik 2. Monitor warna, volume,
dalam 24 jam dengan kriteria hasil frekuensi dan konsistensi
(L.03019): tinja
1. Frekuensi BAB 3. Monitor tanda dan gejala
membaik hipokalemia
2. Konsistensi fese 4. Monitor jumlah
membaik pengeluaran diare
3. Peristaltik usuS Terapeutik:
membaik 5. Pasang jalur intravena
4. Jumlah feses 6. Berikan cairan intravena,
membaik jika perlu
5. Warna feses membaik 7. Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
8. Ambil sampel feses untuk
kultur, jika perlu
Edukasi:
9. Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
2. (D.0001) Bersihan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
Jalan Nafas Tidak intervensi keperawatan (I.01011)
Efektif bd selama 3x24 jam, Observasi:
hipersekresi jalan diharapkan bersihan 1. Monitor pola napas
napas dd Sputum jalan nafas meningkat 2. Monitor bunyi napas
berlebih, ronchi dengan kriteria hasil tambahan
(L.01001): 3. Monitor sputum
1. Produksi sputum Terapeutik:
menurun 4. Lakukan fisioterapi dada,
2. Frekuensi napas bila perlu
membaik 5. Lakukan penghisapan
3. Pola napas membaik lendir kurang dari 15
detik
6. Berikan oksigen, bila
perlu
Kolaborasi:

14
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
3. (D.0019) Defisit Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)
Nutrisi bd intervensi keperawatan Observasi:
Ketidakmampuan selama 3x24 jam 1. Identifikasi status nutrisi
menelan makanan dd diharapkan status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan
Berat Badan menurun membaik dengan kriteria intoleransi makanan
minimal 10% hasil (L.03030): 3. Identifikasi kebutuhan
dibawah rentang 1. Kekuatan otot kalori dan jenis nutrien
normal, Otot menelan menelan meningkat 4. Identifikasi perlunya
lemah, diare 2. Diare menurun penggunaan selang
3. Berat Badan nasogastrik
membaik 5. Monitor asupan makan
4. IMT membaik 6. Monitor Berat Badan
5. Bising usus membaik 7. Monitor hasil
pemeriksaan laboratorium
1. Terapeutik:
8. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
9. Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi:
10. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
11. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu.

15
BAB 3
WEB OF CAUSATION (WOC) GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

Faktor malabsorbsi Faktor makanan


1. Karbohidrat Faktor psikis Faktor infeksi
1. Makanan basi
2. Lemak 1. Rasa takut 1. Virus
2. Alergi makanan
3. protein 2. cemas 2. bakteri
3. beracun

Penyerapan sari-sari makanan dalam saluran cerna


terganggu atau tidak adekuat

Terdapat zat-zat yang Gangguan mortilitas


Peradangan pada usus
tidak diserap usus

Tekanan ismoik
Gangguan sekresi hiperperistaltik
meningkat

Reabsorbsi dalam usus Sekresi air dan elektrolit Usus tidak mampu
lambung terganggu dalam usus mreningkat menyerap makanan

Gastroenteritis / Diare (D.00020)

BAB sering dengan Nyeri epigastrium Inflamasi saluran cerna


konsistensi encer

Kehilangan cairan Distensi abdomen


aktif/dehidrasi Agen perigonik Mual, muntah

Resiko Nyeri Akut


Ketidakseimbangan D.0077 Demam Nutrisi tidak
Elektrolit
adekuat

Hipertermia Defisit Nutrisi


D.0130 D.0019
16
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
4.1. Pengkajian Keperawatan Anak GEA

Pengkajian tgl. : 16 Desember 2023 Jam : 20.00 WIB


MRS tanggal : 11 Desember 2023 No. RM : 73xxxx
Ruang/Kelas : Ruang Seruni Diagnosa Masuk :
GEA DRS + Vomiting + Gizi Kurang +
Laringomalacia

Identitas Anak Idenitas Orang Tua


Nama : An. F Nama Ayah : Tn. S
Tanggal Lahir : 20-03-2023 Nama Ibu : Ny. U
Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan Ayah/Ibu : Wiraswasta/IRT
Usia : 8 Bulan Pendidikan Ayah/Ibu : SMA/SMP
Identitas

Diagnosa Medis : GEA DRS+ Agama : Islam


ISPA+ Suku/Bangsa : Madura
Vomiting+ Alamat : Surabaya
Laringomalacia
Alamat : Surabaya
Sumber : Ibu
Informasi

17
Keluhan Utama : Ibu pasien mengatakan anaknya BAB cair sebanyak 4 kali sejak pagi

Riwayat Penyakit Sekarang : Pada tanggal 11/12/2023 pasien datang ke IGD atas
rujukan dari poli anak dengan keluhan diare sejak 3 hari dengan frekuensi sehari 4-5
kali, konsistensi cair, warna kuning, batuk pilek, muntah setiap kali makan dan minum
kurang lebih 4-5 kali.
16/12/2023
Saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya BAB cair 4 kali sejak pagi, warna
kuning, tidak ada lendir dan ibu pasien juga mengeluh anaknya batuk grog-grog.
Riwayat kesehatan sebelumnya
Riwayat Kesehatan yang lalu :
⮚ Penyakit yg pernah diderita
O DEMAM O KEJANG √BATUK PILEK
O MIMISAN √ Lain-lain : Laringomalacia
⮚ Operasi : O Ya √Tidak Tahun (tidak pernah)

⮚ Alergi : O Makanan O Obat O Udara


O Debu √Lainnya (tidak ada)
⮚ Imunisasi : BCG 1x (Umur 1 bln ) Polio 3x ( Terakhir umur 4 bln) DPT 3x
(Terakhir umur 4 bln) Campak 0x (Umur....) Hepatitis 4x (Terakhir umur 4
bln)
Lain-lain : Ibu pasien mengatakan anaknya hanya belum di imunisasi campak
Riwayat kesehatan keluarga
⮚ Penyakit yang pernah diderita keluarga:
Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menular, herediter maupun
laringomalacia.
⮚ Lingkungan rumah dan komunitas:
Pasien tinggal di lingkungan perumahan. Pasien banyak menghabiskan waktu di
rumah bersama ibu dan kakaknya dikarenakan ayahnya bekerja.
⮚ Perilaku yang mempengaruhi kesehatan:
Ayah pasien merupakan perokok aktif.
⮚ Persepsi keluarga terhadap penyakit anak:
Pertama kali keluarga merasa sedih dan cemas karena kondisi anaknya, namun
sekarang keluarga sudah menerima dan mengusakan yang terbaik untuk
kesehatan anaknya dengan mengikuti segala program pengobatan
Masalah : Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko (D.0099)
Riwayat Sakit dan kesehatan

Riwayat nutrisi
⮚ Nafsu makan: O Baik √ Tidak O Mual √ Muntah

⮚ Pola makan : O 2x/hari √3x/hari O >3x/hari

⮚ Minum: ASI, air mineral dan susu formula, jumlah: ±800 cc/hari

⮚ Pantangan makan : O Ya (Jenis: tidak ada) √Tidak

⮚ Menu makanan : Bubur fortifikasi dan pisang dihaluskan. Pasien makan dengan

18
Observasi & Pemeriksaan Fisik (ROS:Review Of System)
ROS Keadaan Umum : O Baik √ Sedang O Lemah
Tanda vital TD: (tidak terkaji) Nadi: 110x/menit Suhu Badan: 36,4 C RR:
24x/menit
Bentuk dada : √Normal O Tidak, jenis
Pernafasan B1 (Breath)

Pola nafas Irama : √Teratur O Tidak teratur


Jenis O Dispnoe O Kusmaul O Ceyne Stokes O Lain-lain:
Suara Nafas : O Vesiculer √ Ronchi O Wheezing √ Stridor O Lain-lain: tidak
ada
Sesak Nafas O Ya √Tidak Batuk √ Ya O Tidak
Retraksi otot bantu nafas : O Ada O ICS O Supraklavikular O Suprasternal
√Tidak ada
Alat bantu pernafasan : O Ya: O Nasal O Masker O Respirator (- lpm)
√Tidak
Lain-lain : Tidak ada

Masalah : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)


Irama jantung: √teratur O tidak teratur S1/S2 tunggal √Ya O Tidak
Kardiovakuler B2

Nyeri dada: O ya √tidak


Bunyi jantung: √Normal O Murmur O Gallop OLain-lain: tidak ada
CRT: √< 3 detik O > 3 detik
(Blood)

Akral: √Hangat O Panas O Dingin kering O Dingin basah


Lain-lain : Tidak ada

Masalah : Tidak ada masalah keperawatan

GCS Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6


Total: 15
Reflek Fisiologis: √ menghisap √ menoleh √ menggenggam O moro (Khusus
neonatus/Infant)
√ Patella √ Triceps √ Biceps O Lain-lain:....................
Reflek Patologis: O Babinsky O Budzinsky O Kernig O Kaku kuduk √Lain-lain:
Tidak ada
Lain-lain: Tidak ada
Istirahat / tidur: ± 12 jam/hari Gangguan tidur: tidak ada
Kebiasaan sebelum tidur: √Minum susu O Mainan O Cerita / Dongeng
Masalah : Tidak ada masalah keperawatan

19
Penglihatan (mata)
Pupil : √Isokor O Anisokor O Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : O Anemis O Ikterus √ Lain-lain: Konjungtiva
Persarafan & Penginderaan

ananemis, Sclera anikterus


Gangguan Penglihatan : O Ya √Tidak
B3 (Brain)

Pendengaran(Telinga)
Gangguan Pendengaran : O Ya √Tidak Jelaskan: -

Penciuman (Hidung)
Bentuk : √Normal O Tidak Jelaskan:-
Gangguan Penciuman : O Ya √Tidak Jelaskan:-

Masalah : Tidak ada masalah keperawatan

Kebersihan: √Bersih O Kotor


Urin: BAK: ganti diapers 6x/hari Warna: kuning Bau: ammonia khas
urine normal
Alat bantu (kateter, dan lain-lain): Pasien kadang masih memakai pampers
B4 (Bladder)

Kandung kencing : Membesar O Ya √Tidak


Perkemihan

Nyeri tekan O Ya √Tidak


Bentuk Alat Kelamin : √Normal O Tidak normal, Sebutkan (tidak ada)
Uretra : √Normal O Hipospodia/Epispadia
Gangguan: O Anuria O Oliguria O Retensi O Inkontensia
O Nokturia O Inkontinensia √ Lain-lain: tidak ada
Masalah : Tidak ada masalah keperawatan

Nafsu makan: O Baik √ Menurun Frekuensi: diet mixer 1x30 ml


Porsi makan: √Habis O Tidak Ket.: Pasien terpasang ngt
Minum: Susu formula FL 7x60cc/hari , ASI, Air Jenis: ASI, Susu formula FL dan
air
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: √Bersih O Kotor O Berbau
Mukosa: √Lembab O Kering O Stomatitis
Tenggorokan: O Sakit/Nyeri Telan √ Kesulitan menelan
O Pembesaran tonsil Lain-lain: pasien menderita
laringomalacia
Pencernaan
B5 (Bowel)

Abdomen
Perut: O Tegang O Kembung O Ascites O Nyeri tekan,
lokasi.................
Peristaltik : 24x/menit
Pembesaran hepar O Ya √Tidak
Pembesaran lien O Ya √Tidak
Buang air besar:4 x sejak pukul 07.00 Teratur: O Ya √Tidak
Konsistensi : cair Bau: Khas tinja Warna: kuning
Lain-lain: Ibu pasien mengatakan anaknya kurus karena kesulitan untuk menelan

Masalah : Diare (D.0020), Defisit Nutrisi (D 0019), Risiko Hipovolemia (D0034), Gangguan
Menelan (D0063), Risiko Aspirasi (D0006), Risiko Infeksi (D0142)

20
Kemampuan pergerakan sendi : √Bebas O Terbatas
Kekuatan otot: 5 5
B6 (Bone&Integumen)
5 5
Kulit
Warna kulit: O Ikterus O Sianotik O Kemerahan O Pucat O
Hiperpigmentasi
Turgor: √Baik O Sedang O Jelek
Odema: O Ada √Tidak ada Lokasi:
Lain-lain: ……………………………………………………………………………….
Masalah : Tidak Ada Masalah Keperawatan

Tyroid: Membesar O Ya √Tidak


Hiperglikemia O Ya √Tidak
Hipoglikemia O Ya √Tidak
Endorin

Luka Gangren O Ya √Tidak


Lain-
lain:........................................................................................................................................
Masalah : Tidak ada masalah keperawatan

Mandi : Diseka air hangat 2x sehari Sikat gigi : Tidak


Pers. Hygiene

Keramas : tidak Memotong kuku: tidak, kuku bersih


dan pendek
Ganti pakaian : 3x sehari
Masalah : Tidak ada masalah keperawatan

a. Ekspresi afek dan emosi : O Senang O Sedih √Menangis


O Cemas O Marah O Diam
O Takut O
Lain:.......................................................
Psiko-sosio-spiritual

b. Hubungan dengan keluarga: √Akrab O Kurang akrab


c. Dampak hospitalisasi bagi anak: Anak tampak tegang, gelisah dan menangis saat di
dekati oleh tenaga kesehatan yang akan memberikan Tindakan. .
d. Dampak hospitalisasi bagi orang tua: Pertama kali ibu merasa sedih ketika melihat
anaknya menangis harus melakukan terapi. Sekarang ibu dan keluarga sangat
mendukung program pengobatan anaknya dan sangat senang melihat kemajuan
perkembangan anaknya.

Masalah : Ansietas (D.0080)

21
Data Penunjang (Lab, Foto, USG, dll)
Laboratorium 16/12/23
Hemoglobin : 10.6 (10.5-12.9)
Eritrosit : 4.76 ↑ (3.60-5.20)
Hematokrit : 32.7 (35-43)
Lekosit : 13.08 ↑ (6-17.50)
Eosinofil : 0.3 ↓ (1.0-5.0)
Basofil : 0.5 (0-1)
Neutrofil : 46.6 ↑ (30-40)
Limfosit : 56.3 (40-60)
Monosit : 6.3↑ (2-6)
Trombosit : 378 ↑ (229-553)
MVC : 68.7 ↓ (74.0-106.0)
GDA : 90

Foto thorax 11/12/23


Kesimpulan: Pneumonia

Terapi/Tindakan lain:
Oral:
Infus : KA-EN 3b 300 cc / 24 jam Probiokid 1x1
Zinc 1x1
Injeksi:
Nebul:
- Ranitin 2x5 mg Combivent 3x1
- Drip Neurosanbe 1x1/5 ampul Pulmicort 3x1
- Ondansentron 3x0,5 mg Diet:
- Santagesik 60 mg (K/P) Mixer 1x50 cc
- Drip Vit C 1x50 mg Susu FL 7x60 cc
- Dexamethasone 3x1,5 mg

Surabaya, 16 Desember 2023


Ners

β
(Kelompok 2)

22
Ringkasan Kasus :
1. Identitas Anak:
Nama : An. F
Tanggal Lahir : 20 Maret 2023
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 8 bulan
Diagnosa Medis : GEA DRS + Vomiting + Gizi Buruk + Laringomalacia
Alamat : Surabaya
Sumber Informasi : Ibu
Pasien merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara. Pasien merupakan anak dari Tn. S dan Ny. U.
Pasien memiliki kakak perempuan dan laki-laki.

2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik:


Saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya BAB cair 4 kali sejak pagi, warna kuning,
tidak ada lendir. Ibu pasien juga mengeluh anaknya batuk, terdengar suara nafas tambahan
ronchi dan stridor, tidak ada dispnea, RR: 24x/mnt. BB: 5.6 kg; PB: 65cm; IMT: 13.3 (Gizi
Kurang), pasien terpasang NGT dengan diet susu FL 7x60 cc dan Mixer 1x30cc.

3. Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium 18/12/23
Hemoglobin : 10.6 (10.5-12.9)
Eritrosit : 4.76 ↑ (3.60-5.20)
Hematokrit : 32.7 (35-43)
Lekosit : 13.08 ↑ (6-17.50)
Eosinofil : 0.3 ↓ (1.0-5.0)
Basofil : 0.5 (0-1)
Neutrofil : 46.6 ↑ (30-40)
Limfosit : 56.3 (40-60)
Monosit : 6.3↑ (2-6)
Trombosit : 378 ↑ (229-553)
MVC : 68.7 ↓ (74.0-106.0)
GDA : 90
Foto thorax 11/12/23
Kesimpulan: Pneumonia

4. Terapi:
Infus : KA-EN 3b 300 cc/ 24 jam Oral:
Injeksi: - Probiokid 1x1
- Ranitin 2x5 mg - Zinc 1x1
- Drip Neurosanbe 1x1/5 ampul Nebul:
- Ondansentron 3x0,5 mg - Combivent 3x1
- Santagesik 60 mg (K/P) - Pulmicort 3x1
- Drip Vit C 1x50 mg
- Dexamethasone 3x1,5 mg Diet:
- Mixer 1x50 cc
- Susu FL 7x60 cc

23
Daftar Masalah Keperawatan

1. Diare (D.0020)
2. Bersihan Jalan napas tidak efektif (D.0001)
3. Defisit Nutrisi (D.0019)
4. Gangguan tumbuh kembang (D.0106)
5. Gangguan Menelan (D.0063)
6. Ansietas (D.0080)
7. Perilaku Kesehatan cenderung beresiko (D.0099)
8. Risiko Aspirasi (D.0006)
9. Risiko hipovolemia (D.0034)
10. Risiko infeksi (D.0142)

24
4.2. Analisis Data

TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH


16 Desember DS: Factor malabsorbsi Diare (D0020)
2023 - Ibu pasien (karbohidrat, protein,
mengatakan lemak)
anaknya BAB ↓
cair 4 kali Makanan tidak
sejak pagi, diserap oleh vili usus
warna kuning, ↓
tidak ada Peningkatan tekanan
lendir. osmotic dalam lumen
usus
DO: ↓
- Konsistensi Hiperperistaltik
feses cair, ↓
tidak ada Penyerapan makanan,
ampas, tidak air, elektrolit
ada lendir, terganggu
warna kuning ↓
- Bising usus : Diare
24x/mnt

16 Desember DS: Ibu pasien Virus, bakteri, jamur, Bersihan Jalan


2023 mengatakan jika dan benda asing napas tidak
anaknya batuk ↓ efektif (D0001)
grog grog Invasi saluran
pernapasan
DO: ↓
- Suara nafas Kuman berlebih di
stridor dan bronkus
rochi pada ↓
kedua lapang Proses peradangan
paru bagian ↓
atas Akumulasi secret di
- Pola napas bronkus
teratur ↓
- Tidak ada Bersihan jalan napas
dispnea tidak efektif
- Tidak ada
produksi
sputum
- Tidak ada otot
bantu napas
- RR= 24x/mnt
- Foto thorax
pneumonia

25
16 Desember DS: Ibu pasien Laryngomalacia Defisit Nutrisi
2023 mengatakan ↓ (D0019)
anaknya kurus Kemampuan
karena kesulitan menelan
untuk menelan makanan lemah

DO: Intake kurang
A= dari kebutuhan
- BB: 5,6 kg ↓
- TB: 65 cm Defisiensi protein
- LK: 39 cm dan kalori
- LLA: 12 cm ↓
- IMT: 13,3 Gizi kurang
(Gizi Kurang) ↓
Defisit Nutrisi
- Status Gizi:
BB/U: -3SD
(Gizi kurang);
PB/U: <
median
(Normal) ;
BB/PB: <-2SD
(Kurus)
B=
- Hb: 10.6
- Hematokrit:
32,7
- GDA: 90
- Limfosit: 56.3
C=
- Turgor baik
- Tidak ada
odema
- Mukosa
lembab
- Laringomalaci
a
- Konjungtiva
ananemis
- Peristaltik:
24x/mnt
D=
Kebutuhan
energi: 876 kal

26
Diet per NGT :
- FL 7x60 cc
- Mixer 1x50 cc

16 Desember DS: - Intake kurang Ganggguan


2023 dari kebutuhan Tumbuh
DO: ↓ Kembang
- Pada penilaian Defisiensi protein (D0106)
DDST dan kalori
didapatkan 1 ↓
keterlambatan Gizi kurang
pada

perkembangan
motorik kasar, 3
Defisit nutrisi
keterlambatan ↓
perkembangan Gangguan
motorik halus, 3 tumbuh kembang
keterlambatan
perkembangan
bahasa, 3
keterlambatan
perkembangan
personal sosial.
- BB : 5.6 kg
- TB : 65 cm
- LK : 39 cm
- LLA : 12 cm
- IMT : 13.3
- Status Gizi:
BB/U: -3SD
(Gizi kurang);
PB/U: < median
(Normal) ;
BB/PB: <-2SD
(Kurus)

16 Desember DS : Ibu pasien abnormalitas Gangguan


2023 mengatakan kelenturan pada Menelan(D.0063)
anaknya tidak laring
bisa menelan ↓
makanan lewat struktur
mulut, makan dan supraglotis
minum melalui kolaps
selang NGT ↓
hipotonia laring
DO : ↓
- Terpasang laringomalacia
selang NGT ↓
pada lubang Gangguan

27
hidung sebalah menelan
kiri
- laringomalacia
- Mulut : Bersih
- Mukosa :
Lembab

4.3. Prioritas Diagnosis Keperawatan


1. Diare bd Inflamasi gastrointestinal dd feses cair, defekasi lebih dari 3 kali
dalam 24 jam (D.0020)
2. Bersihan Jalan napas tidak efektif bd hipersekesi jalan napas dd sputum
berlebih, ronkhi (D.0001)
3. Defisit Nutrisi bd ketidakmampuan menelan makanan dd Berat Badan
menurun minimal 10% dibawah rentang normal, Otot menelan lemah,
diare(D.0019)
4. Gangguan tumbuh kembang bd efek ketidakmampuan fisik dd pertumbuhan
fisik terganggu (D.0106)
5. Gangguan Menelan bd abnormalitas laring dd sulit menelan (D.0063)

28
4.4. Rencana Intervensi Keperawatan

DIAGNOSIS
HARI/
WAKTU KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
TANGGAL
(Tujuan, Kriteria Hasil)
Sabtu 11.00 (D.0119) Diare bd inflamasi Manajemen Diare (I.03101) 1. Mengetahui penyebab diare
16 Desember gastrointestinal dd feses cair, Observasi: 2. Mengevaluasi frekuensi,
2023 defekasi lebih dari tiga kali 1. Identifikasi penyebab diare konsistensi, warna feses
dalam 24 jam 2. Monitor warna, volume, frekuensi 3. Mencegah hipovolemia
dan konsistensi tinja 4. Memudahkan pemberian cairan
Setelah dilakukan intervensi 3. Monitor tanda dan gejala hipovolemi intravena
keperawatan selama 3x24 jam, 4. Monitor jumlah pengeluaran diare 5. Mencegah hipovolemia
diharapkan fungsi Terapeutik: 6. Mengevaluasi kadar elektrolit
gastrointestinal membaik 5. Pasang jalur intravena 7. Mengetahui penyebab diare
dengan kriteria hasil 6. Berikan cairan intravena, jika perlu 8. Mencegah dehidrasi
(L.03019): 7. Ambil sampel darah untuk
1. Frekuansi BAB membaik pemeriksaan darah lengkap dan
2. Konsitensi fese membaik elektrolit
3. Peristaltik usu membaik 8. Ambil sampel feses untuk kultur, jika
4. Jumlah feses membaik perlu
5. Warna feses membaik Edukasi:
9. Anjurkan melanjutkan pemberian
ASI

Sabtu 11.00 (D.0001) Bersihan Jalan Nafas Manajemen Jalan Napas (I.01011) 1. Mengevaluasi pola napas
16 Desember Tidak Efektif bd hipersekresi Observasi: 2. Mengevaluasi adanya bunyi
2023 jalan napas dd Sputum 1. Monitor pola napas napas tambahan
berlebih, ronchi 2. Monitor bunyi napas tambahan 3. Mengevaluasi bersihan jalan

29
3. Monitor sputum napas
Setelah dilakukan intervensi Terapeutik: 4. Mengeluarkan sekret lebih efektif
keperawatan selama 3x24 jam, 4. Lakukan fisioterapi dada, bila perlu 5. Mencegah sesak napas
diharapkan bersihan jalan nafas 5. Lakukan penghisapan lendir kurang 6. Mengencerkan sekret
meningkat dengan kriteria hasil dari 15 detik
(L.01001): 6. Berikan oksigen, bila perlu
1. Produksi sputum menurun Kolaborasi:
2. Frekuensi napas membaik 7. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
3. Pola napas membaik ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

Sabtu (D.0019) Defisit Nutrisi bd Manajemen Nutrisi (I.03119) 1. Mengetahui status nutrisi pasien
16 Desember Ketidakmampuan menelan Observasi: 2. Merencanakan diet yang sesuai
2023 makanan dd Berat Badan 1. Identifikasi status nutrisi 3. Merencanakan diet sesuai
menurun minimal 10% 2. Identifikasi alergi dan intoleransi kebutuhan
dibawah rentang normal, Otot makanan 4. Memenuhi nutrisi sesuai
menelan lemah, diare 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan kebutuhan jika ada hambatan
jenis nutrien 5. Mengetahui pemenuhan nutrisi
Setelah dilakukan intervensi 4. Identifikasi perlunya penggunaan harian
keperawatan selama 3x24 jam selang nasogastrik 6. Mengetahui status nutrisi pasien
diharapkan status nutrisi 5. Monitor asupan makan 7. Mengetahui unsur biokimia status
membaik dengan kriteria hasil 6. Monitor Berat Badan nutrisi pasien
(L.03030): 7. Monitor hasil pemeriksaan 8. Memenuhi kebutuhan nutrisi
1. Kekuatan otot menelan laboratorium 9. Memaksimalkan fungsi organ
meningkat Terapeutik: pencernaan
2. Diare menurun 8. Berikan makanan tinggi kalori dan 10. Memahami diet yang diterima
3. Berat Badan membaik tinggi protein 11. Memenuhi kebutuhan nutrisi
4. IMT membaik 9. Hentikan pemberian makanan harian
5. Bising usus membaik melalui selang nasogastrik jika

30
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi:
10. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.
Sabtu 11.00 (D.0106) Gangguan Tumbuh Manajemen Nutrisi (I.03119) 1. Mengetahui status nutrisi pasien
16 Desember Kembang bd Efek Observasi: 2. Merencanakan diet yang sesuai
2023 ketidakmampuan fisik dd 1. Identifikasi status nutrisi 3. Merencanakan diet sesuai
Pertumbuhan fisik terganggu. 2. Identifikasi alergi dan intoleransi kebutuhan
makanan 4. Memenuhi nutrisi sesuai
Setelah dilakukan intervensi 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan kebutuhan jika ada hambatan
keperawatan selama 3x24 jam jenis nutrien 5. Mengetahui pemenuhan nutrisi
diharapkan status pertumbuhan 4. Identifikasi perlunya penggunaan harian
membaik dengan kriteria hasil selang nasogastrik 6. Mengetahui status nutrisi pasien
(L.10102): 5. Monitor asupan makan 7. Mengetahui unsur biokimia status
1. Berat Badan sesuai usia 6. Monitor Berat Badan nutrisi pasien
meningkat 7. Monitor hasil pemeriksaan 8. Memenuhi kebutuhan nutrisi
2. Panjang/ Tinggi Badan laboratorium 9. Memaksimalkan fungsi organ
sesai usia meningkat Terapeutik: pencernaan
3. Lingkar kepala meningkat 8. Berikan makanan tinggi kalori dan 10. Memahami diet yang diterima
4. Indeks Massa tubuh tinggi protein 11. Memenuhi kebutuhan nutrisi
meningkat 9. Hentikan pemberian makanan harian
5. Asupan nutrisi meningkat melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi:
10. Ajarkan diet yang diprogramkan

31
Kolaborasi :
11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.
Sabtu (D.0063) Gangguan Menelan Pemberian Makanan Enteral (I.03126) 1. Memastikan posisi NGT benar
16 Desember bd abnormalitas laring dd sulit Observasi 2. Mencegah aspirasi
2023 menelan 1. Periksa posisi nasogastric tube 3. Mencegah terinfeksi bakteri di
(NGT) dengan memeriksa residu saluran pencernaan
Setelah dilakukan intervensi lambung atau mengauskultasi 4. Menstimulasi bayi untuk makan
keperawatan selama 3x24 jam hembusan udara 5. Memahami prosedur yang
diharapkan status Fungsi 2. Monitor rasa penuh, mual dan diberikan
Gastrointestinal membaik muntah 6. Memenuhi kebutuhan nutrisi
dengan kriteria hasil Terapeutik harian
(L.03019): 3. Gunakan teknik bersih dalam
1. Toleransi terhadap pemberian makanan via selang
makanan meningkat 4. Peluk dan bicara dengan bayi
2. Nafsu makan meningkat selama diberikan makan untuk
3. Mual menurun menstimulasi aktivitas makan
4. Muntah menurun Edukasi
Frekuensi BAB membaik 5. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah
prosedur
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian jenis dan
jumlah makanan enteral

32
4.5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI


1. Diare bd Inflamasi 16/12/2023 12.30 S:
gastrointestinal dd feses cair, Ibu pasien mengatakan anaknya
defekasi lebih dari 3 kali dalam 10.00 1. Memonitor warna, volume, frekuensi masih diare
24 jam (D.0020) dan konsistensi tinja
Warna : kuning O:
Frekuensi : 4x sejak pukul 07.00 Konsistensi feses cair, tidak ada
10.10 Konsistensi : Cair, tidak berlendir ampas, tidak ada lendir, warna
2. Memonitor tanda dan gejala kuning, Bising usus : 24x/mnt
hipovolemi
Turgor : baik A:
Mukosa : lembab Masalah belum teratasi
CRT : < 3 detik
10.20 Akral : HKM P:
3. Memonitor jumlah pengeluaran diare Intervensi dilanjutkan nomor 1, 2, 3,
10.25 Diare 4x sejak pukul 07.00 5, dan 6
4. Memasang jalur intravena
10.30 Terpasang pada tangan kanan
5. Memberikan cairan intravena
10.45 KaEn 3B 300 cc/24 jam
6. Menganjurkan melanjutkan
pemberian ASI

33
2. Bersihan Jalan napas tidak 16/12/2023 13.00 S:
efektif bd hipersekesi jalan Ibu pasien mengatakan jika anaknya
napas dd sputum berlebih, 11.00 1. Memonitor pola napas masih batuk grog grog
ronkhi (D.0001) RR: 24x/mnt; Pola napas reguler
11.05 2. Memonitor bunyi napas tambahan O:
Auskultasi: terdengar stridor, ronchi - RR: 24x/mnt
pada kedua lapang paru bagian atas - Suara napas tambahan
11.10 3. Memonitor sputum stridor, ronchi pada kedua
Tidak ada produksi sputum lapang paru bagian atas
11.30 4. Melakukan fisioterapi dada - Produksi sputum +
Sputum tidak ada - Tidak ada dipsnea
11.35 5. Melakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik A:
12.00 Produksi sputum (+) Masalah belum teratasi
6. Berkolaborasi memberikan
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik. P:
combi 1 resp Intervensi dilanjutkan nomor
1, 2, 3, 4, 5, dan 6.

3. Defisit Nutrisi bd 16/12/2023 13.30 S:


Ketidakmampuan menelan Ibu pasien mengatakan anaknya
makanan dd Berat Badan 12.15 1. Mengidentifikasi status nutrisi kurus dan makan minum lewat
menurun minimal 10% BB: 5,6 kg; PB: 65 cm; IMT:13,3 selang
dibawah rentang normal, Otot (Status gizi kurang)
menelan lemah, diare (D.0019) 12.20 2. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi O:
makanan A=
Tidak ada alergi makanan - BB: 5,6 kg
12.30 3. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan - TB: 65 cm

34
jenis nutrien - LK: 39 cm
- Kebutuhan energi: 876 kal - LLA: 12 cm
- Diet per NGT : FL 7x60 cc dan - IMT: 13,3 (Gizi Kurang)
12.40 Mixer 1x50 cc - Status Gizi:
4. Mengidentifikasi perlunya BB/U: -3SD (Gizi kurang);
penggunaan selang nasogastrik PB/U: < median (Normal) ;
Pasien terpasang NGT pada lubang BB/PB: <-2SD (Kurus)
12.43 hidung bagian kiri B=
5. Memonitor asupan makan - Hb: 10.6
Pasien mengkonsumsi diet dari rumah - Hematokrit: 32,7
sakit - GDA: 90
12.45 6. Memonitor Berat Badan - Limfosit: 56.3
BB:5,6 kg C=
12.50 7. Memonitor hasil pemeriksaan - Turgor baik
laboratorium - Tidak ada odema
Hb: 10.6; Hematokrit: 32,7 - Mukosa lembab
13.00 8. Memberikan makanan tinggi kalori - Laringomalacia
dan tinggi protein - Konjungtiva ananemis
13.05 9. Mengajarkan diet yang diprogramkan - Peristaltik: 24x/mnt
Ibu pasien mampu memberikan D=
makanan melalui NGT dengan benar Kebutuhan energi: 876 kal
secara mandiri Diet per NGT :
14.00 10. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk - FL 7x60 cc
menentukan jumlah kalori dan jenis - Mixer 1x50 cc
nutrien yang dibutuhkan A : Masalah belum teratasi
Diet : Susu FL 30cc P : Intervensi dilanjutkan 5,8,9,10

35
4. Gangguan Tumbuh Kembang 16/12/2023 S:-
bd Efek ketidakmampuan
fisik dd Pertumbuhan fisik 12.15 1. Mengidentifikasi status nutrisi O:
terganggu (D.0106) BB: 5,6 kg; PB: 65 cm; IMT:13,3 Keterampilan fisik atau perilaku
(Status gizi kurang) sesuai usia :
2. Mengidentifikasi alergi dan Motorik kasar :
12.20 intoleransi makanan Pasien dapat menegakkan kepala,
Tidak ada alergi makanan pasien dapat duduk sendiri, pasien
3. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dapat bangkit lalu duduk, pasien
12.30 dan jenis nutrien belum dapat berdiri dengan
- Kebutuhan energi: 876 kal berpegangan.
- Diet per NGT : FL 7x60 cc dan Motorik halus :
Mixer 1x50 cc Pasien bisa berusaha meraih
12.40 4. Mengidentifikasi perlunya mainannya, pasien dapat
penggunaan selang nasogastrik memindahkan mainannya, pasien
Pasien terpasang NGT pada lubang belum dapat memegang dengan ibu
hidung bagian kiri jari dan jari.
12.43 5. Memonitor asupan makan Bahasa :
Pasien mengkonsumsi diet dari rumah Pasien mengeluarkan suara tanpa
sakit arti, pasien belum bisa meniru bunyi
6. Memonitor Berat Badan maupun kata-kata, pasien belum
12.45 BB:5,6 kg bisa menyebut papa/mama dengan
7. Memonitor hasil pemeriksaan spesifik
12.50 laboratorium Personal sosial:
Hb: 10.6; Hematokrit: 32,7 Pasien belum bisa bertepuk tangan,
8. Memberikan makanan tinggi pasien belum bisa makan sendiri,
13.00 kalori dan tinggi protein pasien belum bisa menyatakan
9. Mengajarkan diet yang keinginan, pasien bisa melambaikan

36
13.05 diprogramkan kedua tangan.
Ibu pasien mampu memberikan
makanan melalui NGT dengan benar Pertumbuhan fisik terganggu :
secara mandiri BB : 5.6 kg
14.00 10. Berkolaborasi dengan ahli gizi TB : 65 cm
untuk menentukan jumlah kalori LK : 39 cm
dan jenis nutrien yang dibutuhkan LLA : 12 cm
Diet : Susu FL 30cc IMT : 13.3
Status Gizi:
BB/U: -3SD (Gizi kurang); PB/U: <
median (Normal) ; BB/PB: <-2SD
(Kurus)

A:
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan

37
5. Gangguan menelan bd 16/12/ 2023 1. Memeriksa posisi nasogastric tube 13.55 S:
abnormalitas laring dd sulit 11.45 (NGT) dengan memeriksa residu Ibu Pasien mengatakan anaknya
menelan (D.0063) lambung atau mengauskultasi tidak bisa menelan makanan lewat
hembusan udara mulut, makan dan minum melalui
2. Memonitor rasa penuh, mual dan selang NGT
11.38 muntah
Mual (-), Muntah (-) O:
11.55 3. Menggunakan teknik bersih dalam ● Terpasang selang NGT pada
pemberian makanan via selang lubang hidung sebalah kiri
12.00 4. Berbicara dengan bayi selama ● laringomalacia
diberikan makan untuk ● Mulut : Bersih
menstimulasi aktivitas makan ● Mukosa : Lembab
12.05 5. Menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah prosedur A:
12.06 6. Berkolaborasi pemberian jenis dan Masalah teratasi sebagian
jumlah makanan enteral
mixer 30 cc P:
Intervensi dilanjutkan 1-6

38
MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
1. Diare bd Inflamasi 17/12/2023 11.30 S:
gastrointestinal dd feses cair, Ibu pasien mengatakan diare
defekasi lebih dari 3 kali 09.00 1. Memonitor warna, volume, frekuensi anaknya sudah mulai berkurang
dalam 24 jam (D.0020) dan konsistensi tinja
Warna : kuning O:
Frekuensi : 2x sejak pukul 07.00 Konsistensi feses cair, tidak ada
Konsistensi : Cair, tidak berlendir ampas, tidak ada lendir, warna
2. Memonitor tanda dan gejala kuning, Bising usus : 20x/mnt
09.10 hipovolemi
Turgor : baik A:
Mukosa : lembab Masalah teratasi Sebagian
CRT : < 3 detik
Akral : HKM P:
3. Memonitor jumlah pengeluaran diare Intervensi dilanjutkan nomor 1, 2, 3,
09.20 Diare 2x sejak pukul 07.00 dan 6
4. Memberikan cairan intravena
09.25 KaEn 3B 300 cc/24 jam
5. Menganjurkan melanjutkan
09.30 pemberian ASI

2. Bersihan Jalan napas tidak 17/12/2023 13.00 S:


efektif bd hipersekesi jalan Ibu pasien mengatakan anaknya
napas dd sputum berlebih, 10.00 1. Memonitor pola napas masih batuk grog grog
ronkhi (D.0001) RR: 22x/mnt; Pola napas reguler
10.05 2. Memonitor bunyi napas tambahan O:
Auskultasi: terdengar stridor, ronchi - RR: 22x/mnt
(+) - Suara napas tambahan

39
10.10 3. Memonitor sputum stridor, ronchi (+)
Tidak ada produksi sputum - Produksi sputum (+)
10.30 4. Melakukan fisioterapi dada - Tidak ada dipsnea
10.35 5. Melakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik A:
11.20 Produksi sputum (+) Masalah teratasi sebagian
6. Berkolaborasi memberikan
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik. P:
combi 1 resp Intervensi dilanjutkan nomor
1, 2, 3, 4, 5, dan 6.

3. Defisit nutrisi bd 17/12/2023 13.30 S:


ketidakmampuan menelan Ibu pasien mengatakan anaknya
makanan dd berat badan 11.30 1. Memonitor asupan makan kurus dan makan minum lewat
menurun minimal 10% Pasien mengkonsumsi diet dari rumah selang
dibawah rentang normal, otot sakit
menelan lemah, diare (D.0019) 11.32 2. Memonitor Berat Badan O:
BB:5,6 kg A=
11.33 3. Memonitor hasil pemeriksaan - BB: 5,6 kg
laboratorium - TB: 65 cm
Hb: 10.6; Hematokrit: 32,7 - LK: 39 cm
12.00 4. Memberikan makanan tinggi kalori - LLA: 12 cm
dan tinggi protein - IMT: 13,3 (Gizi Kurang)
12.15 5. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk - Status Gizi:
menentukan jumlah kalori dan jenis BB/U: -3SD (Gizi kurang);
nutrien yang dibutuhkan PB/U: < median (Normal) ;
Diet : Mixer 30cc BB/PB: <-2SD (Kurus)
B=

40
- Hb: 10.6
- Hematokrit: 32,7
- GDA: 90
- Limfosit: 56.3
C=
- Turgor baik
- Tidak ada odema
- Mukosa lembab
- Laringomalacia
- Konjungtiva ananemis
- Peristaltik: 24x/mnt
D=
Kebutuhan energi: 876 kal
Diet per NGT :
- FL 7x60 cc
- Mixer 1x50 cc

A:
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan

41
4. Gangguan tumbuh kembang 17/12/2023 S:-
bd efek ketidakmampuan
fisik dd pertumbuhan fisik 11.30 1. Memonitor asupan makan O:
terganggu (D.0106) Pasien mengkonsumsi diet dari rumah Keterampilan fisik atau perilaku
sakit sesuai usia :
11.32 2. Memonitor Berat Badan Motorik kasar :
BB:5,6 kg Pasien dapat menegakkan kepala,
11.33 3. Memonitor hasil pemeriksaan pasien dapat duduk sendiri, pasien
laboratorium dapat bangkit lalu duduk, pasien
Hb: 10.6; Hematokrit: 32,7 belum dapat berdiri dengan
12.00 4. Memberikan makanan tinggi kalori berpegangan.
dan tinggi protein Motorik halus :
12.15 5. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk Pasien bisa berusaha meraih
menentukan jumlah kalori dan jenis mainannya, pasien dapat
nutrien yang dibutuhkan memindahkan mainannya, pasien
Diet : Mixer 30cc belum dapat memegang dengan ibu
jari dan jari.
Bahasa :
Pasien mengeluarkan suara tanpa
arti, pasien belum bisa meniru bunyi
maupun kata-kata, pasien belum
bisa menyebut papa/mama dengan
spesifik
Personal sosial:
Pasien belum bisa bertepuk tangan,
pasien belum bisa makan sendiri,
pasien belum bisa menyatakan
keinginan, pasien bisa melambaikan

42
kedua tangan.

Pertumbuhan fisik terganggu :


BB : 5.6 kg
TB : 65 cm
LK : 39 cm
LLA : 12 cm
IMT : 13.3
Status Gizi:
BB/U: -3SD (Gizi kurang); PB/U: <
median (Normal) ; BB/PB: <-2SD
(Kurus)

A:
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan

43
5. Gangguan menelan bd 17/12/ 2023 1. Memeriksa posisi nasogastric tube 13.55 S:
abnormalitas laring dd sulit 11.45 (NGT) dengan memeriksa residu Ibu Pasien mengatakan anaknya
menelan (D.0063) lambung atau mengauskultasi tidak bisa menelan makanan lewat
hembusan udara mulut, makan dan minum melalui
2. Memonitor rasa penuh, mual dan selang NGT
11.38 muntah
Mual (-), Muntah (-) O:
11.55 3. Menggunakan teknik bersih dalam ● Terpasang selang NGT pada
pemberian makanan via selang lubang hidung sebalah kiri
12.00 4. Berbicara dengan bayi selama ● laringomalacia
diberikan makan untuk ● Mulut : Bersih
menstimulasi aktivitas makan ● Mukosa : Lembab
12.05 5. Menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah prosedur A:
12.06 6. Berkolaborasi pemberian jenis dan Masalah teratasi sebagian
jumlah makanan enteral
mixer 30 cc P:
Intervensi dilanjutkan 1-6

44
MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
1. Diare bd Inflamasi 18/12/2023 11.30 S:
gastrointestinal dd feses cair, Ibu pasien mengatakan anaknya
defekasi lebih dari 3 kali 09.00 1. Memonitor warna, volume, sudah tidak diare
dalam 24 jam (D.0020) frekuensi dan konsistensi tinja
Warna : - O:
Frekuensi : belum BAB Bising usus : 20x/mnt
Konsistensi : - Belum BAB
09.10 2. Memonitor tanda dan gejala Turgor : baik
hipovolemi Mukosa : lembab
Turgor : baik CRT : < 3 detik
Mukosa : lembab Akral : HKM
CRT : < 3 detik
Akral : HKM A:
09.20 3. Memonitor jumlah pengeluaran Masalah teratasi
diare
Belum BAB P:
09.25 4. Memberikan cairan intravena Intervensi dihentikan
KaEn 3B 300 cc/24 jam
09.30 5. Menganjurkan melanjutkan
pemberian ASI

45
2. Bersihan Jalan napas tidak 18/12/2023 13.00 S:
efektif bd hipersekesi jalan Ibu pasien mengatakan anaknya
napas dd sputum berlebih, 10.00 1. Memonitor pola napas masih batuk grog grog
ronkhi (D.0001) RR: 22x/mnt; Pola napas reguler
10.05 2. Memonitor bunyi napas tambahan O:
Auskultasi: terdengar stridor, - RR: 22x/mnt
ronchi (+) - Suara napas tambahan
10.10 3. Memonitor sputum stridor, ronchi (+)
Tidak ada produksi sputum - Produksi sputum (+)
10.30 4. Melakukan fisioterapi dada - Tidak ada dipsnea
10.35 5. Melakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik A:
11.20 Produksi sputum (+) Masalah teratasi Sebagian
6. Berkolaborasi memberikan
bronkodilator, ekspektoran, P:
mukolitik. Intervensi dilanjutkan nomor
combi 1 resp 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.

3. Defisit Nutrisi bd 18/12/2023 13.30 S:


Ketidakmampuan menelan Ibu pasien mengatakan anaknya
makanan dd Berat Badan 11.30 1. Memonitor asupan makan kurus dan makan minum lewat
menurun minimal 10% Pasien mengkonsumsi diet dari rumah selang
dibawah rentang normal, Otot sakit
menelan lemah, diare (D.0019) 11.32 2. Memonitor Berat Badan O:
BB:5,6 kg A=
3. Memonitor hasil pemeriksaan - BB: 5,6 kg
11.33 laboratorium - TB: 65 cm
Hb: 10.6; Hematokrit: 32,7 - LK: 39 cm

46
4. Memberikan makanan tinggi kalori - LLA: 12 cm
dan tinggi protein - IMT: 13,3 (Gizi Kurang)
12.00 5. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk - Status Gizi:
menentukan jumlah kalori dan jenis BB/U: -3SD (Gizi kurang);
nutrien yang dibutuhkan PB/U: < median (Normal) ;
Diet : Mixer 30cc BB/PB: <-2SD (Kurus)
B=
- Hb: 10.6
- Hematokrit: 32,7
- GDA: 90
- Limfosit: 56.3
C=
- Turgor baik
- Tidak ada odema
- Mukosa lembab
- Laringomalacia
- Konjungtiva ananemis
- Peristaltik: 24x/mnt
D=
Kebutuhan energi: 876 kal
Diet per NGT :
- FL 7x60 cc
- Mixer 1x50 cc
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan

47
4. Gangguan tumbuh kembang 18/12/2023
bd efek ketidakmampuan S:-
fisik dd pertumbuhan fisik 11.30 1. Memonitor asupan makan
terganggu (D.0106) Pasien mengkonsumsi diet dari rumah O : Keterampilan fisik atau perilaku
sakit sesuai usia :
11.32 2. Memonitor Berat Badan Motorik kasar :
BB:5,6 kg Pasien dapat menegakkan kepala,
3. Memonitor hasil pemeriksaan pasien dapat duduk sendiri, pasien
11.33 laboratorium dapat bangkit lalu duduk, pasien
Hb: 10.6; Hematokrit: 32,7 belum dapat berdiri dengan
4. Memberikan makanan tinggi kalori berpegangan.
dan tinggi protein Motorik halus :
12.00 5. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk Pasien bisa berusaha meraih
menentukan jumlah kalori dan jenis mainannya, pasien dapat
nutrien yang dibutuhkan memindahkan mainannya, pasien
Diet : Mixer 30cc belum dapat memegang dengan ibu
jari dan jari.
Bahasa :
Pasien mengeluarkan suara tanpa
arti, pasien belum bisa meniru bunyi
maupun kata-kata, pasien belum
bisa menyebut papa/mama dengan
spesifik
Personal sosial:
Pasien belum bisa bertepuk tangan,
pasien belum bisa makan sendiri,
pasien belum bisa menyatakan
keinginan, pasien bisa melambaikan

48
kedua tangan.

Pertumbuhan fisik terganggu :


BB : 5.6 kg
TB : 65 cm
LK : 39 cm
LLA : 12 cm
IMT : 13.3
Status Gizi:
BB/U: -3SD (Gizi kurang); PB/U: <
median (Normal) ; BB/PB: <-2SD
(Kurus)

A:
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan

49
6. Gangguan menelan bd 18/12/ 2023 1. Memeriksa posisi nasogastric tube 13.55 S:
abnormalitas laring dd sulit 11.45 (NGT) dengan memeriksa residu Ibu Pasien mengatakan anaknya
menelan (D.0063) lambung atau mengauskultasi tidak bisa menelan makanan lewat
hembusan udara mulut, makan dan minum melalui
2. Memonitor rasa penuh, mual dan selang NGT
11.38 muntah
Mual (-), Muntah (-) O:
11.55 3. Menggunakan teknik bersih dalam ● Terpasang selang NGT pada
pemberian makanan via selang lubang hidung sebalah kiri
12.00 4. Berbicara dengan bayi selama ● laringomalacia
diberikan makan untuk ● Mulut : Bersih
menstimulasi aktivitas makan ● Mukosa : Lembab
12.05 5. Menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah prosedur A:
12.06 6. Berkolaborasi pemberian jenis dan Masalah teratasi sebagian
jumlah makanan enteral
mixer 30 cc P:
Intervensi dilanjutkan 1-6

50
51
52
53
BAB 5
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
1. Klien An. F telah dikaji dan ditemukan masalah keperawatan diare (D.0020),
bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001), defisit nutrisi (D.0019), gangguan
tumbuh kembang (D.0106), gangguan menelan (D.0063), ansietas (D.0080),
perilaku kesehatan cenderung beresiko (D.0099), risiko aspirasi (D.0006), risiko
hipovolemia (D.0034), risiko infeksi (D.0142)
2. Telah ditetapkan tiga diagnosis keperawatan pada klien An. F dengan diagnosis
Gastroenteritis Akut (GEA) yakni diare bd inflamasi gastrointestinal dd feses cair,
defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam (D.0020), bersihan jalan napas tidak
efektif bd hipersekesi jalan napas dd sputum berlebih, ronkhi (D.0001), defisit
nutrisi bd ketidakmampuan menelan makanan dd berat badan menurun minimal
10% dibawah rentang normal, otot menelan lemah, diare (D.0019), gangguan
tumbuh kembang bd efek ketidakmampuan fisik dd pertumbuhan fisik terganggu
(D.0106) gangguan menelan bd abnormalitas laring dd sulit menelan (D.0063)
3. Telah direncanakan asuhan keperawatan dengan implementasi. kepada An. F
dengan diagnosis Gastroenteritis Akut (GEA). manajemen diare (I.03101),
manajemen jalan napas (I.01011), manajemen nutrisi (I.03119)
4. Telah dilaksanakan asuhan keperawatan kepada An. F dengan diagnosis
Gastroenteritis Akut (GEA).
5. Telah dilakukan evaluasi keperawatan pada klien An. F dengan diagnosis
Gastroenteritis Akut (GEA).

4.6. Saran
Asuhan keperawatan berikutnya dapat menambahkan cara implementasi sebagai
bahan tambahan pembelajaran intervensi Gastroenteritis Akut (GEA).

54
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta:Mediaction
Jafri, Y. 2015. Mata Kuliah Keperawatan Anak 1. Padang: Stikes Perintis Padang.
Khoirunnisa, dkk. 2020. The Food Patterns in People With Gastritis at Puskusmas Gunung
Pati Working Area Semarang. Jurnal Gizi dan Kesehatan. Vol.12 , No.1 Juli 2020.
Lina M.R. 2017. Keperawatan Dasar Anak. Gresik.
Nari, Jois. 2019. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
GASTROENTERITIS AKUT DALAM UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI RUANGAN ANAK RSUD dr. M.
HAULUSSY. GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 4 Issue 3, September 2019.
ISSN 2503-5088 (p) 2622-1055 (e).
Poltekkes Denpasar. 2023. Latar Belakang Fastroenteritis Akut (GEA).. Diakses 20
Desember 2023, repository.poltekkes-denpasar.ac.id
PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP
PPNI. Jakarta.
PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP
PPNI. Jakarta.
PPNI, 2019. Standart I Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP
PPNI. Jakarta.
Seruni. 2023. Operan Pediatri Ruang Inap Seruni RSUD Dr. Mohammad Soewandhie
Surabaya. Kamis, 14 Desember 2023. Surabaya: RSUD Dr. Mohammad
Soewandhie.
Titis. 2023. Asuhan Keperawatan Diare. Surabaya : Universitas Airlangga.

55

Anda mungkin juga menyukai