ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN. F DENGAN DIAGNOSIS GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
DI RUANG SERUNI RSUD Dr. MOHAMMAD SOEWANDHIE SURABAYA
Disusun Oleh :
Angkatan 2019
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN. F DENGAN DIAGNOSIS GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
DI RUANG SERUNI RSUD Dr. MOHAMMAD SOEWANDHIE SURABAYA
Disusun Oleh :
Kelompok Seruni
Angkatan 2019
Mengetahui.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT sehingga laporan kasus seminar, “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA AN. F DENGAN DIAGNOSIS GASTROENTERITIS
AKUT (GEA) DI RUANG SERUNI RSUD Dr. MOHAMMAD SOEWANDHIE
SURABAYA” ini dapat terselesaikan.
Terima kasih kami sampikan kepada :
1. Ibu Dr. Ilya Krisnana, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Pembimbing Akademik selama
profesi di Stase Keperawatan Anak di Ruang Seruni RSUD Dr. Mohammad
Soewandhie yang telah mengarahkan, mengingati, mengoordinasi, memberi masukan,
solusi serta keilmuan sehingga kami dapat menyusun laporan dengan baik.
2. Ibu Maya Cristia, S.Kep., Ns selaku Pembimbing Klinik selama profesi di Stase
Keperawatan Anak di Ruang Seruni RSUD Dr. Mohammad Soewandhie yang telah
memberikan masukan, catatan tambahan, wawasan, pengetahuan, pengalaman,
sehingga laporan lebih detail, lengkap, dan sempurna.
3. Para Perawat Ruang Seruni yang telah memberikan pengarahan, pembinaan,
bimbingan, fasilitasi, kerja sama, kelapangan, pengayoman, pendidikan, sharing, dan
diskusi selama berada di ruang rawat inap anak Seruni sehingga laporan dapat
terselesaikan dan terlengkapi dengan baik.
4. RSUD Dr. Mohammad Soewandhi yang merupakan rumah sakit daerah di Surabaya
yang besar dengan berbagai kasus penyakit sehingga menambah pengetahuan,
wawasan, dan pengalaman kepada kami sehingga laporan ini dapat tersusun.
5. Keperawatan Universitas Airlangga selaku almamater kami yang memfasilitasi,
menyediakan, menatakan, memprogramkan, dll. sehingga kami dapat menjadi lulusan
Nurse yang excellent baik softskill dan hardskill.
6. Orang tua, keluarga, dan support system kami yang menguatkan kami sehingga bisa
sampai di jenjang Pendidikan tinggi, professional, ahli yang diharapkan nanti ilmu dari
sini bermanfaat.
Terima kasih banyak kami sampaikan kepada segenap pihak yang tersebutkan dan yang
tidak tersebutkan. Semoga amal ibadah yang diberikan Allah terima, baik dunia akhirat,
dan penuh keberkahan. Aamiin.
Penulis menyadari laporan ini tentu masih ada kekurangan atau tidak sempurna. Masukan,
kritik, saran membangun kami harapkan semoga laporan ini menjadi lebih baik lagi.
Semoga ilmu yang ada di laporan ini bermanfaat.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………... ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iv
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
1.1. Latar Belakang…………………………………………………….... 2
1.2.Rumusan Masalah…………………………………………………… 2
1.3.Tujuan………………………………………………………………... 2
1.3.1.Tujuan umum……………………………………………….. 2
1.3.2.Tujuan khusus……………………………………………….. 2
1.4.Manfaat…………………………………………………………..….. 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI…………………………………………………….. 3
2.1. Konsep Penyakit…………………………………………………… 3
2.1.1. Definisi Gastroenteritis……………………………………... 3
2.1.2. Klasifikasi…………………………………………………… 3
2.1.3. Etiologi……………………………………………………… 3
2.1.4. Manifestasi klinis…………………………………………… 4
2.1.5. Patofisiologi………………………………………………… 4
2.1.6. Pemeriksaan penunjang…………………………………….. 5
2.1.7. Komplikasi………………………………………………….. 5
2.1.8. Penatalaksanaan…………………………………………….. 6
2.2. Konsep Dasar Tumbuh Kembang………..………………………... 7
2.2.1. Definisi….…………………………………………………... 7
2.2.2. Tanda-Tanda Pertumbuhan………………………………….. 7
2.2.3. Tanda-Tanda Perkembangan………………………………… 8
2.2.4. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan…………………….. 8
2.3. Konsep Dasar Keperawatan Gastroenteritis Akut………………….. 11
2.3.1. Pengkajian………………………………………………………… 11
2.3.2. Diagnosis Keperawatan…………………………………………… 12
2.3.3. Asuhan keperawatan……………………………………………… 13
BAB 3 WEB OF CAUSATION (WOC) Gastroenteritis Akut (GEA)…………. 16
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………………. 17
4.1. Pengkajian Keperawatan Anak GEA……….…………….……………….. 17
4.2. Analisa Data…………………………………………….…………………. 19
4.3. Priorotas Diagnosis Keperawatan…………………………………………. 27
4.4. Rencana Intervensi Keperawatan………………………………………….. 28
4.5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan…………………………………. 32
BAB 5 PENUTUP……………………………………………………………... 53
5.1. Kesimpulan………………………………………………………………… 53
5.2. Saran……………………………………………………………………….. 53
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 54
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
sitotoksin yang merusak sel. Atau melekat pada dinding usus.Pada gastroenteritis akut,
usus halus adalah alat pencernaan pencernaan yang paling sering terkena (Kimbran,
2021).
Laporan kasus ini dibuat untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien
anak dengan diagnosis medis Gastroenteritis Akut (GEA) yang ada di ruang rawat inap
Seruni RSUD Dr. Mohammad Soewandhi Surabaya.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Melakukan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan diagnosis medis
Gastroenteritis Akut (GEA) yang ada di ruang rawat inap Seruni RSUD Dr.
Mohammad Soewandhi Surabaya.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien anak dengan diagnosis
medis Gastroenteritis Akut (GEA) yang ada di ruang rawat inap Seruni
RSUD Dr. Mohammad Soewandhi Surabaya.
2. Melakukan penetapan diagnosa keperawatan pada pasien anak dengan
diagnosis medis Gastroenteritis Akut (GEA) yang ada di ruang rawat inap
Seruni RSUD Dr. Mohammad Soewandhi Surabaya.
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien anak dengan diagnosis
medis Gastroenteritis Akut (GEA) yang ada di ruang rawat inap Seruni
RSUD Dr. Mohammad Soewandhi Surabaya.
4. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien anak dengan diagnosis
medis Gastroenteritis Akut (GEA) yang ada di ruang rawat inap Seruni
RSUD Dr. Mohammad Soewandhi Surabaya.
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien anak dengan diagnosis
medis Gastroenteritis Akut (GEA) yang ada di ruang rawat inap Seruni
RSUD Dr. Mohammad Soewandhi Surabaya.
1.4. Manfaat
1. Bagi pembaca
Mendapatkan informasi, wawasan, pengetahuan tentang asuhan keperawatan klien
dengan Gastroenteritis Akut (GEA)
2. Bagi pemegang kebijakan
Menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan untuk
mengurangi kejadian Gastroenteritis Akut (GEA).
3. Bagi perawat
Menjadi bahan acuan, sumber referensi, dan meningkatkan asuhan keperawatan
yang dilakukan.
2
4. Bagi keilmuan
Menjadi bahan meningkatkan kemajuan keilmuan keperawatan dan kesehatan
pada umumnya.
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.3. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu :
1. Faktor infeksi
1) Faktor internal adal infeksi saluran pencernaan meliputi infeksi
internal sebagai berikut;
(1) Infeksi bakteri : Vibrio, E Coli, Salmonella, tersinia, dsb
(2) Infeksi virus : enterovirus, (virus ECHO, poliomyelitis),
4
adenovirus, rotavirus dll
(3) Infeksi parasite: cacing (aslanis, trichuris, oxyuris) jamur
(candida albicans)
2) Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan,
seperti otitis media akut, tonsillitis tonsilofaringitis, bronkopneumonia
dsb,,
2. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat meliputi disakarida dan monoksida
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, berasun, dan alergi terhadap makanan
2.1.5. Patofisiologi
Secara umum gastroenteritis disebabkan oleh masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan
asam lambung. Organisme masuk pada mukosa epitel, berkembang biak pada
usus dan menempel pada mukosa usus serta melepaskan enterotoksin yang
dapat menstimulasi cairan dan elektrolit keluar dari sel mukosa. Infeksi virus
ini menyebabkan destruksi pada mukosa sel dari vili usus halus yang dapat
menyebabkan penurunan kapasitas absorbsi cairan dan elektrolit, interaksi
antara toksin dan epitel, usus menstimulasi enzim adenil siklase dalam
membrane sel dan mengubah cyclic AMP yang menyebabkan peningkatan
sekresi air dan elektrolit sehingga timbul diare.
Diare yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan
integritas kulit pada aderah perianal. Selain itu juga, sekresi air dan elektrolit
secara berlebihan ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dan asidosis metabolic sehingga dapat menimbulkan kekurangan
5
volume cairan dalam tubuh serta gangguan pertukaran gas akibat dari asidosis
metabolic.
Kekurangan cairan secara terus menerus dapat menimbulkan syok
hipovolemik. Selain itu juga, proses invasi dan pengrusakan mukosa usus,
organisme menyerang enterocytes (sel dalam epitelium) sehingga
menyebabkan peradangan (timbul mual muntah) dan kerusakan pada mukosa
usus. Hal ini menyebabkan penurunan nafsu makan, serta gangguan pada
psikologi klien yang dapat menyebabkan ansietas. Penurunan nafsu makan
dapat mengakibatkan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Nurarif, 2015).
2.1.7. Komplikasi
1. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
2. Syok
3. Kejang
4. Sepsis
5. Gagal ginjal akut
6. Ileus paralitik
7. Malnutrisi
8. Gangguan tumbuh kembang
6
2.1.8. Penatalaksaan
1. Medis
1) Cairan per oral : pada pasien dengan dehidrasi ringan dan Na, HCO, K
dan glukosa kurang. Untuk diare akut diatas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan atau sedang kadar natrium 50-60 meg/l dapat dibuat
sendiri (mengandung larutan garam dan gula) atau air tajin yang diberi
gula dengan garam
2) Cairan parenteral
(1) Dehidrasi ringan pada 1 jam pertama diberikan 25-50 ml/Kg
BB/hari. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian cairan
parenteral 125 ml/KgBB
(2) Dehidrasi ringan pada 1 jam pertama diberikan 50-100 ml/Kg
BB/hari. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian cairan
parenteral 125 ml/KgBB
(3) Dehidrasi berat
a. Anak usia 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg, 1
jam pertama diberikan 40 ml/KgBB/ jam atau 10
tetes/Kg/BB, 7 jam berikutnya diberikan 125 ml/KgBB/jam
atau 3 tetes/KgBB/mnit, 16 jam berikutnya diberikan 125
ml/KgBB oralit per oral bila anak mau minum, teruskan
dengan cairan intravena 2 tetes/KgBB/menit atau 3
tetes/KgBB/menit.
b. Anak usia lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg,
1 jam pertama diberikan 40 ml/KgBB/ jam atau 10
tetes/Kg/BB, 7 jam berikutnya diberikan 127 ml/KgBB/
oralit per oral bila anak mau minum dapat diteruskan
dengan cairan intravena 2 tetes/KgBB/menit atau 3
tetes/KgBB/menit.
c. Anak usia 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg, 1
jam pertama diberikan 40 ml/KgBB/ jam atau 10
tetes/Kg/BB, 7 jam berikutnya diberikan 125 ml/KgBB/jam
atau 3 tetes/KgBB/mnit, 16 jam berikutnya diberikan 125
ml/KgBB oralit per oral bila anak mau minum, teruskan
dengan cairan intravena 2 tetes/KgBB/menit atau 3
tetes/KgBB/menit.
7
2. Keperawatan
1) Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan
pencegahan enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak.
2) Bila ada kemungkinan tangan bila menyentuh barang terinfeksi,
penderita dan keluarganya diedukasi mengenal cara perolehan entro
patogen dan cara mengurangi penularan
8
2.2.3. Tanda – Tanda Perkembangan
Menurut Soetjiningsih (2012 dalam Arnis & Yuliastanti, 2016), proses pertumbuhan
dan perkembangan anak bersifat individual. Namun demikian pola perkembangan
setiap anak mempunyai ciri-ciri, yaitu :
1. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan
dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Misalnya perkembangan intelegensi pada seorang anak akan menyertai
pertumbuhan otak dan serabut saraf.
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Seorang anak tidak bisa berdiri jika pertumbuhan
kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi anak terhambat.
Perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan juga mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi
organ. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak juga berbeda-
beda.
4. Pertumbuhan berkorelasi dengan perkembangan. Pada saat pertumbuhan
berlangsung, maka perkembangan pun mengikuti. Terjadi peningkatan
kemampuan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain pada anak,
sehingga pada anak sehat seiring bertambahnya umur maka bertambah pula
tinggi dan berat badannya begitupun kepandaianya.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ
tubuh terjadi menurut hukum yang tetap, yaitu:
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju
ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalo kaudal).
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar)
lalu berkembang kebagian distal seperti jari-jari yang mempunyai
kemamp ruang gerak halus (pola proximodistal).
6. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan.Tahap-tahap tersebut tidak bias terjadi terbalik. Misalnya anak mampu
berjalan dahulu sebelum bias berdiri.
9
bawah bagian tubuh
b. Proximodistal: perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat
(proksimal) tubuh kearah luar tubuh (distal)
c. Differentiation: ketika perkembangan berlangsung terus dari yang
mudah kearah yang lebih kompleks.
d. Perkembangan merupakan hal yang kompleks, dapat diprediksi ,
terjadi dengan pola yang konsisten dan kronologis
(Jafri, 2015).
2) Perkembangan Psikoseksual Anak (Sigmund Freud)
(1) Fase Oral (0–1 tahun)
Kepuasan dan kenikmatan anak oleh pengalaman sekitar mulut. Dasar
perkembangan mental yang sehat. Bila ibu berhasil memberi rasa aman
maka anak akan dapat melangkah dengan mantap ke fase berikut Titik
rawan fase ini berhubungan dengan persoalan makan dan menyapih. Bila
ada hambatan terjadi fiksasi oral dan akan terbawa ke fase ke-2 dst.
(2) Fase Anal (1–3 tahun)
Anak mulai menampakkan ke”aku”an. Sangat narsistik dan egoistik.
Mulai belajar kenal tubuh sendiri. Mendapat kepuasan dan kenikmatan
dari pengalaman auto-erotiknya Tugas perkembangan fase ini:
a. Toilet training
b. Perkembangan bicara dan bahasa
(3) Fase Falik/Oedipal (3-6 tahun)
Anak mulai melakukan rangsangan autoerotic. Merasakan dorongan
seksual yang ditujukan kepada orang tua dengan jenis kelamin berbeda,
bersaing dengan orang tua berjenis kelamin sama oleh karena itu
persaingan aman, maka anak tidak merasa terancam. Perasaan seksual yang
negatif menyebabkan menjauhi orang tua lawan jenis dan mendekati orang
tua sesama jenis kelamin. Anak memulai proses identifikasi seksual.
Berkembang lebih bebas. Anak menyadari bahwa dia harus belajar
menyesuaikan diri dengan norma masyarakat, super ego mulai berkembang
(4) Fase Laten (7-12 tahun)
Fase Laten Merupakan proses integrasi. Anak harus berhadapan dengan
berbagai tuntutan sosial, hubungan kelompok, Pelajaran sekolah, konsep
moral dan etik, hubungan dengan dunia orang dewasa Anak harus
mengintegrasikan semua pengalaman baru
(5) Fase Genital (12–18 tahun)
Anak mengalami kesulitan yang kompleks. Diharapkan mampu
berinteraksi sebagai orang dewasa sementara berada pada masa transisi.
Kesulitannya adalah apabila belum menyelesaikan fase sebelumnya dengan
tuntas.
(Lina, 2017)
3) Perkembangan Psikososial Anak (Erickson)
Perkembangan emosi sejajar dengan pertumbuhan fisik, terdapat interaksi
antara perkembangan fisik dan psikologis. Adanya keseimbangan dan
10
keteraturan akan menimbulkan kedewasaan anak. Perkembangan
psikologis, perkembangan biologis, perkembangan sosial menyatu. Anak
menggunakan bermain untuk mengatasi berbagai persoalan dan
memuaskan perasaan.
(1) Infancy (0-1 tahun) Trust vs Mistrust
Terjadi interaksi antara ibu dan anak. Rasa aman anak dapat dilihat dari
enaknya makan, nyenyaknya tidur, mudah defekasi. Berkembangnya
perasaan aman tidak tergantung dari kuantitas makanan dan
demonstrasi sayang yang diberikan, tetapi banyak dipengaruhi oleh
kualitas hubungan ibu dan anak. Rasa aman akan menimbulkan dasar-
dasar kepercayaan terhadap dunia luar. Bila rasa kepercayaan tidak
tumbuh, maka akan timbul rasa tidak aman dan tidak percaya terhadap
dunia luar. Tidak adanya kepercayaan dasar dapat dijumpai pada klien
schizophrenia. Tidak adanya kepercayaan terhadap dunia luar
menyebabkan klien tersebut menarik diri ke dalam dunianya dan
depresi.
(2) Toddlerhood (1-3 tahun) Autonomy vs doubt dan shame
Anak belajar menegakkan kemandirian, tetapi belum dapat berpikir
secara diskriminatif, perlu bimbingan yg tegas. Hambatan pada fase ini
akan mengakibatkan sikap yang obsesif kompulsif, bahkan yang lebih
berat akan menimbulkan sikap paranoid.
(3) Early Childhood (3-6 tahun) Initiative vs Guilt
Anak sangat aktif dan banyak bergerak, belajar mengembangkan
kemampuan utk bermasyarakat. Inisiatif mulai berkembang. Bersama
teman belajar merencanakan permainan dan melakukan dengan
gembira. Norma masyarakat telah ditanamkan oleh orang tua dan
lingkungan. Rasa bersalah (konflik) akan menimbulkan kebencian pada
ortu, saat dewasa muncul dlm bentuk histeria dan psikosomatis
(4) Middle Childhood (6-12 tahun) Industry vs Inferiority
Berusaha untuk merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya.
Belajar menyelesaikan tugas yg diberikan padanya. Mulai senang
belajar bersama. Bila merasa dirinya kurang mampu dibanding
temannya akan timbul rasa rendah diri
(5) Adolescence (13-18 tahun) Identity vs Role confusion
Pertumbuhan fisik sangat pesat dan mencapai taraf dewasa. Peran
orang tua sebagai figur identifikasi mulai luntur sehingga mencari
figure lain. Mulai meragukan nilai-nilai yang dianut. Bereksperimen
dengan berbagai peran untuk mendapatkan yang cocok
(Lina, 2017)
4) Perkembangan kognitif (Jean Piaget)
(1) Fase sensorimotor (0-2 tahun)
Anak sangat egosentris. Semua usaha berhubungan dengan kesenangan
sendiri. Kebutuhan kebanyakan bersifat fisik, yang berkembang pesat
adalah kemampuan sensori motorik. Anak belajar melakukan berbagai
11
gerakan yang makin terkoordinasi, terarah dan bertujuan. Kepuasan
yang didapat dari fungsi sensori motoric
(2) Fase pra-operasional (2-7 tahun)
a. Fase pra-conceptual (2-4 tahun)
Mulai mengembangkan kemampuan bahasa untuk komunikasi dgn
lingkungan. Awalnya anak mempertahankan egosentris (belum
menerima pendapat orang lain) Mulai belajar komunikasi sosial
b. Fase intuitif (4-7 tahun)
Makin mampu bermasyarakat. Belum mampu berpikir secara
timbal balik Banyak memperhatikan dan meniru perilaku orang
dewasa. Mengambil alih norma moral dan perilaku orang tuanya.
c. Fase operasional konkrit (7-11 tahun)
Pengalaman fase sebelumnya menjadi lebih mantap. Mulai sadar
pada kemampuannya untuk bekerja sama dengan orang lain.
Kesadaran terhadap proses timbal balik. Mulai mengerti bahwa
orang lain bisa mempunyai pendapat yang berbeda dengan
pendapatnya
d. Fase operasional formal (11-18 tahun)
Kemampuan berpikir sudah mencapai orang dewasa. Mampu
berpikir secara logis. Mengeksplorasi dan menyelesaikan persoalan
atas dasar berbagai kemungkinan.
(Lina, 2017)
12
7. Riwayat Pertumbuhan
Pemeriksaan terkait berat badan dan tinggi badan saat ini, lingkar kepala,
lingkar dada, dan lingkar lengan atas (LLA). Kemudian berat badan sebelum
sakit dan status gizi pada anak.
8. Riwayat Perkembangan
Pengkajian perkembangan DDST, tahap perkembangan, psikososial, dan
psikoseksual
9. Observasi dan pemeriksaan fisik B1 sampai B6 (Breathing, Blood, Brain,
Bladder, Bowel, Bone dan Integument)
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, serta
pengukuran tanda-tanda vital.
10. Personal Hygiene
Kebiasaan mandi pada anak, frekuensi mandi dalam sehari, frekuensi sikat gigi,
ganti pakaian, keramas dalam sehari, dan kebiasaan memotong kuku.
11. Psiko-Sosio-Spiritual
Meliputi ekspresi, hubungan dengan keluarga, dampak hospitalisasi bagi anak
dan orang tua
13
2.3.3. Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. (D.0119) Diare bd Setelah dilakukan Manajemen Diare (I.03101)
inflamasi intervensi keperawatan Observasi:
gastrointestinal dd selama 3x24 jam, 1. Identifikasi penyebab
feses cair, defekasi diharapkan fungsi diare
lebih dari tiga kali gastrointestinal membaik 2. Monitor warna, volume,
dalam 24 jam dengan kriteria hasil frekuensi dan konsistensi
(L.03019): tinja
1. Frekuensi BAB 3. Monitor tanda dan gejala
membaik hipokalemia
2. Konsistensi fese 4. Monitor jumlah
membaik pengeluaran diare
3. Peristaltik usuS Terapeutik:
membaik 5. Pasang jalur intravena
4. Jumlah feses 6. Berikan cairan intravena,
membaik jika perlu
5. Warna feses membaik 7. Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
8. Ambil sampel feses untuk
kultur, jika perlu
Edukasi:
9. Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
2. (D.0001) Bersihan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
Jalan Nafas Tidak intervensi keperawatan (I.01011)
Efektif bd selama 3x24 jam, Observasi:
hipersekresi jalan diharapkan bersihan 1. Monitor pola napas
napas dd Sputum jalan nafas meningkat 2. Monitor bunyi napas
berlebih, ronchi dengan kriteria hasil tambahan
(L.01001): 3. Monitor sputum
1. Produksi sputum Terapeutik:
menurun 4. Lakukan fisioterapi dada,
2. Frekuensi napas bila perlu
membaik 5. Lakukan penghisapan
3. Pola napas membaik lendir kurang dari 15
detik
6. Berikan oksigen, bila
perlu
Kolaborasi:
14
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
3. (D.0019) Defisit Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)
Nutrisi bd intervensi keperawatan Observasi:
Ketidakmampuan selama 3x24 jam 1. Identifikasi status nutrisi
menelan makanan dd diharapkan status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan
Berat Badan menurun membaik dengan kriteria intoleransi makanan
minimal 10% hasil (L.03030): 3. Identifikasi kebutuhan
dibawah rentang 1. Kekuatan otot kalori dan jenis nutrien
normal, Otot menelan menelan meningkat 4. Identifikasi perlunya
lemah, diare 2. Diare menurun penggunaan selang
3. Berat Badan nasogastrik
membaik 5. Monitor asupan makan
4. IMT membaik 6. Monitor Berat Badan
5. Bising usus membaik 7. Monitor hasil
pemeriksaan laboratorium
1. Terapeutik:
8. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
9. Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi:
10. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
11. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu.
15
BAB 3
WEB OF CAUSATION (WOC) GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
Tekanan ismoik
Gangguan sekresi hiperperistaltik
meningkat
Reabsorbsi dalam usus Sekresi air dan elektrolit Usus tidak mampu
lambung terganggu dalam usus mreningkat menyerap makanan
17
Keluhan Utama : Ibu pasien mengatakan anaknya BAB cair sebanyak 4 kali sejak pagi
Riwayat Penyakit Sekarang : Pada tanggal 11/12/2023 pasien datang ke IGD atas
rujukan dari poli anak dengan keluhan diare sejak 3 hari dengan frekuensi sehari 4-5
kali, konsistensi cair, warna kuning, batuk pilek, muntah setiap kali makan dan minum
kurang lebih 4-5 kali.
16/12/2023
Saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya BAB cair 4 kali sejak pagi, warna
kuning, tidak ada lendir dan ibu pasien juga mengeluh anaknya batuk grog-grog.
Riwayat kesehatan sebelumnya
Riwayat Kesehatan yang lalu :
⮚ Penyakit yg pernah diderita
O DEMAM O KEJANG √BATUK PILEK
O MIMISAN √ Lain-lain : Laringomalacia
⮚ Operasi : O Ya √Tidak Tahun (tidak pernah)
Riwayat nutrisi
⮚ Nafsu makan: O Baik √ Tidak O Mual √ Muntah
⮚ Minum: ASI, air mineral dan susu formula, jumlah: ±800 cc/hari
⮚ Menu makanan : Bubur fortifikasi dan pisang dihaluskan. Pasien makan dengan
18
Observasi & Pemeriksaan Fisik (ROS:Review Of System)
ROS Keadaan Umum : O Baik √ Sedang O Lemah
Tanda vital TD: (tidak terkaji) Nadi: 110x/menit Suhu Badan: 36,4 C RR:
24x/menit
Bentuk dada : √Normal O Tidak, jenis
Pernafasan B1 (Breath)
19
Penglihatan (mata)
Pupil : √Isokor O Anisokor O Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : O Anemis O Ikterus √ Lain-lain: Konjungtiva
Persarafan & Penginderaan
Pendengaran(Telinga)
Gangguan Pendengaran : O Ya √Tidak Jelaskan: -
Penciuman (Hidung)
Bentuk : √Normal O Tidak Jelaskan:-
Gangguan Penciuman : O Ya √Tidak Jelaskan:-
Abdomen
Perut: O Tegang O Kembung O Ascites O Nyeri tekan,
lokasi.................
Peristaltik : 24x/menit
Pembesaran hepar O Ya √Tidak
Pembesaran lien O Ya √Tidak
Buang air besar:4 x sejak pukul 07.00 Teratur: O Ya √Tidak
Konsistensi : cair Bau: Khas tinja Warna: kuning
Lain-lain: Ibu pasien mengatakan anaknya kurus karena kesulitan untuk menelan
Masalah : Diare (D.0020), Defisit Nutrisi (D 0019), Risiko Hipovolemia (D0034), Gangguan
Menelan (D0063), Risiko Aspirasi (D0006), Risiko Infeksi (D0142)
20
Kemampuan pergerakan sendi : √Bebas O Terbatas
Kekuatan otot: 5 5
B6 (Bone&Integumen)
5 5
Kulit
Warna kulit: O Ikterus O Sianotik O Kemerahan O Pucat O
Hiperpigmentasi
Turgor: √Baik O Sedang O Jelek
Odema: O Ada √Tidak ada Lokasi:
Lain-lain: ……………………………………………………………………………….
Masalah : Tidak Ada Masalah Keperawatan
21
Data Penunjang (Lab, Foto, USG, dll)
Laboratorium 16/12/23
Hemoglobin : 10.6 (10.5-12.9)
Eritrosit : 4.76 ↑ (3.60-5.20)
Hematokrit : 32.7 (35-43)
Lekosit : 13.08 ↑ (6-17.50)
Eosinofil : 0.3 ↓ (1.0-5.0)
Basofil : 0.5 (0-1)
Neutrofil : 46.6 ↑ (30-40)
Limfosit : 56.3 (40-60)
Monosit : 6.3↑ (2-6)
Trombosit : 378 ↑ (229-553)
MVC : 68.7 ↓ (74.0-106.0)
GDA : 90
Terapi/Tindakan lain:
Oral:
Infus : KA-EN 3b 300 cc / 24 jam Probiokid 1x1
Zinc 1x1
Injeksi:
Nebul:
- Ranitin 2x5 mg Combivent 3x1
- Drip Neurosanbe 1x1/5 ampul Pulmicort 3x1
- Ondansentron 3x0,5 mg Diet:
- Santagesik 60 mg (K/P) Mixer 1x50 cc
- Drip Vit C 1x50 mg Susu FL 7x60 cc
- Dexamethasone 3x1,5 mg
β
(Kelompok 2)
22
Ringkasan Kasus :
1. Identitas Anak:
Nama : An. F
Tanggal Lahir : 20 Maret 2023
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 8 bulan
Diagnosa Medis : GEA DRS + Vomiting + Gizi Buruk + Laringomalacia
Alamat : Surabaya
Sumber Informasi : Ibu
Pasien merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara. Pasien merupakan anak dari Tn. S dan Ny. U.
Pasien memiliki kakak perempuan dan laki-laki.
3. Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium 18/12/23
Hemoglobin : 10.6 (10.5-12.9)
Eritrosit : 4.76 ↑ (3.60-5.20)
Hematokrit : 32.7 (35-43)
Lekosit : 13.08 ↑ (6-17.50)
Eosinofil : 0.3 ↓ (1.0-5.0)
Basofil : 0.5 (0-1)
Neutrofil : 46.6 ↑ (30-40)
Limfosit : 56.3 (40-60)
Monosit : 6.3↑ (2-6)
Trombosit : 378 ↑ (229-553)
MVC : 68.7 ↓ (74.0-106.0)
GDA : 90
Foto thorax 11/12/23
Kesimpulan: Pneumonia
4. Terapi:
Infus : KA-EN 3b 300 cc/ 24 jam Oral:
Injeksi: - Probiokid 1x1
- Ranitin 2x5 mg - Zinc 1x1
- Drip Neurosanbe 1x1/5 ampul Nebul:
- Ondansentron 3x0,5 mg - Combivent 3x1
- Santagesik 60 mg (K/P) - Pulmicort 3x1
- Drip Vit C 1x50 mg
- Dexamethasone 3x1,5 mg Diet:
- Mixer 1x50 cc
- Susu FL 7x60 cc
23
Daftar Masalah Keperawatan
1. Diare (D.0020)
2. Bersihan Jalan napas tidak efektif (D.0001)
3. Defisit Nutrisi (D.0019)
4. Gangguan tumbuh kembang (D.0106)
5. Gangguan Menelan (D.0063)
6. Ansietas (D.0080)
7. Perilaku Kesehatan cenderung beresiko (D.0099)
8. Risiko Aspirasi (D.0006)
9. Risiko hipovolemia (D.0034)
10. Risiko infeksi (D.0142)
24
4.2. Analisis Data
25
16 Desember DS: Ibu pasien Laryngomalacia Defisit Nutrisi
2023 mengatakan ↓ (D0019)
anaknya kurus Kemampuan
karena kesulitan menelan
untuk menelan makanan lemah
↓
DO: Intake kurang
A= dari kebutuhan
- BB: 5,6 kg ↓
- TB: 65 cm Defisiensi protein
- LK: 39 cm dan kalori
- LLA: 12 cm ↓
- IMT: 13,3 Gizi kurang
(Gizi Kurang) ↓
Defisit Nutrisi
- Status Gizi:
BB/U: -3SD
(Gizi kurang);
PB/U: <
median
(Normal) ;
BB/PB: <-2SD
(Kurus)
B=
- Hb: 10.6
- Hematokrit:
32,7
- GDA: 90
- Limfosit: 56.3
C=
- Turgor baik
- Tidak ada
odema
- Mukosa
lembab
- Laringomalaci
a
- Konjungtiva
ananemis
- Peristaltik:
24x/mnt
D=
Kebutuhan
energi: 876 kal
26
Diet per NGT :
- FL 7x60 cc
- Mixer 1x50 cc
27
hidung sebalah menelan
kiri
- laringomalacia
- Mulut : Bersih
- Mukosa :
Lembab
28
4.4. Rencana Intervensi Keperawatan
DIAGNOSIS
HARI/
WAKTU KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
TANGGAL
(Tujuan, Kriteria Hasil)
Sabtu 11.00 (D.0119) Diare bd inflamasi Manajemen Diare (I.03101) 1. Mengetahui penyebab diare
16 Desember gastrointestinal dd feses cair, Observasi: 2. Mengevaluasi frekuensi,
2023 defekasi lebih dari tiga kali 1. Identifikasi penyebab diare konsistensi, warna feses
dalam 24 jam 2. Monitor warna, volume, frekuensi 3. Mencegah hipovolemia
dan konsistensi tinja 4. Memudahkan pemberian cairan
Setelah dilakukan intervensi 3. Monitor tanda dan gejala hipovolemi intravena
keperawatan selama 3x24 jam, 4. Monitor jumlah pengeluaran diare 5. Mencegah hipovolemia
diharapkan fungsi Terapeutik: 6. Mengevaluasi kadar elektrolit
gastrointestinal membaik 5. Pasang jalur intravena 7. Mengetahui penyebab diare
dengan kriteria hasil 6. Berikan cairan intravena, jika perlu 8. Mencegah dehidrasi
(L.03019): 7. Ambil sampel darah untuk
1. Frekuansi BAB membaik pemeriksaan darah lengkap dan
2. Konsitensi fese membaik elektrolit
3. Peristaltik usu membaik 8. Ambil sampel feses untuk kultur, jika
4. Jumlah feses membaik perlu
5. Warna feses membaik Edukasi:
9. Anjurkan melanjutkan pemberian
ASI
Sabtu 11.00 (D.0001) Bersihan Jalan Nafas Manajemen Jalan Napas (I.01011) 1. Mengevaluasi pola napas
16 Desember Tidak Efektif bd hipersekresi Observasi: 2. Mengevaluasi adanya bunyi
2023 jalan napas dd Sputum 1. Monitor pola napas napas tambahan
berlebih, ronchi 2. Monitor bunyi napas tambahan 3. Mengevaluasi bersihan jalan
29
3. Monitor sputum napas
Setelah dilakukan intervensi Terapeutik: 4. Mengeluarkan sekret lebih efektif
keperawatan selama 3x24 jam, 4. Lakukan fisioterapi dada, bila perlu 5. Mencegah sesak napas
diharapkan bersihan jalan nafas 5. Lakukan penghisapan lendir kurang 6. Mengencerkan sekret
meningkat dengan kriteria hasil dari 15 detik
(L.01001): 6. Berikan oksigen, bila perlu
1. Produksi sputum menurun Kolaborasi:
2. Frekuensi napas membaik 7. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
3. Pola napas membaik ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
Sabtu (D.0019) Defisit Nutrisi bd Manajemen Nutrisi (I.03119) 1. Mengetahui status nutrisi pasien
16 Desember Ketidakmampuan menelan Observasi: 2. Merencanakan diet yang sesuai
2023 makanan dd Berat Badan 1. Identifikasi status nutrisi 3. Merencanakan diet sesuai
menurun minimal 10% 2. Identifikasi alergi dan intoleransi kebutuhan
dibawah rentang normal, Otot makanan 4. Memenuhi nutrisi sesuai
menelan lemah, diare 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan kebutuhan jika ada hambatan
jenis nutrien 5. Mengetahui pemenuhan nutrisi
Setelah dilakukan intervensi 4. Identifikasi perlunya penggunaan harian
keperawatan selama 3x24 jam selang nasogastrik 6. Mengetahui status nutrisi pasien
diharapkan status nutrisi 5. Monitor asupan makan 7. Mengetahui unsur biokimia status
membaik dengan kriteria hasil 6. Monitor Berat Badan nutrisi pasien
(L.03030): 7. Monitor hasil pemeriksaan 8. Memenuhi kebutuhan nutrisi
1. Kekuatan otot menelan laboratorium 9. Memaksimalkan fungsi organ
meningkat Terapeutik: pencernaan
2. Diare menurun 8. Berikan makanan tinggi kalori dan 10. Memahami diet yang diterima
3. Berat Badan membaik tinggi protein 11. Memenuhi kebutuhan nutrisi
4. IMT membaik 9. Hentikan pemberian makanan harian
5. Bising usus membaik melalui selang nasogastrik jika
30
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi:
10. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.
Sabtu 11.00 (D.0106) Gangguan Tumbuh Manajemen Nutrisi (I.03119) 1. Mengetahui status nutrisi pasien
16 Desember Kembang bd Efek Observasi: 2. Merencanakan diet yang sesuai
2023 ketidakmampuan fisik dd 1. Identifikasi status nutrisi 3. Merencanakan diet sesuai
Pertumbuhan fisik terganggu. 2. Identifikasi alergi dan intoleransi kebutuhan
makanan 4. Memenuhi nutrisi sesuai
Setelah dilakukan intervensi 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan kebutuhan jika ada hambatan
keperawatan selama 3x24 jam jenis nutrien 5. Mengetahui pemenuhan nutrisi
diharapkan status pertumbuhan 4. Identifikasi perlunya penggunaan harian
membaik dengan kriteria hasil selang nasogastrik 6. Mengetahui status nutrisi pasien
(L.10102): 5. Monitor asupan makan 7. Mengetahui unsur biokimia status
1. Berat Badan sesuai usia 6. Monitor Berat Badan nutrisi pasien
meningkat 7. Monitor hasil pemeriksaan 8. Memenuhi kebutuhan nutrisi
2. Panjang/ Tinggi Badan laboratorium 9. Memaksimalkan fungsi organ
sesai usia meningkat Terapeutik: pencernaan
3. Lingkar kepala meningkat 8. Berikan makanan tinggi kalori dan 10. Memahami diet yang diterima
4. Indeks Massa tubuh tinggi protein 11. Memenuhi kebutuhan nutrisi
meningkat 9. Hentikan pemberian makanan harian
5. Asupan nutrisi meningkat melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi:
10. Ajarkan diet yang diprogramkan
31
Kolaborasi :
11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.
Sabtu (D.0063) Gangguan Menelan Pemberian Makanan Enteral (I.03126) 1. Memastikan posisi NGT benar
16 Desember bd abnormalitas laring dd sulit Observasi 2. Mencegah aspirasi
2023 menelan 1. Periksa posisi nasogastric tube 3. Mencegah terinfeksi bakteri di
(NGT) dengan memeriksa residu saluran pencernaan
Setelah dilakukan intervensi lambung atau mengauskultasi 4. Menstimulasi bayi untuk makan
keperawatan selama 3x24 jam hembusan udara 5. Memahami prosedur yang
diharapkan status Fungsi 2. Monitor rasa penuh, mual dan diberikan
Gastrointestinal membaik muntah 6. Memenuhi kebutuhan nutrisi
dengan kriteria hasil Terapeutik harian
(L.03019): 3. Gunakan teknik bersih dalam
1. Toleransi terhadap pemberian makanan via selang
makanan meningkat 4. Peluk dan bicara dengan bayi
2. Nafsu makan meningkat selama diberikan makan untuk
3. Mual menurun menstimulasi aktivitas makan
4. Muntah menurun Edukasi
Frekuensi BAB membaik 5. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah
prosedur
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian jenis dan
jumlah makanan enteral
32
4.5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
33
2. Bersihan Jalan napas tidak 16/12/2023 13.00 S:
efektif bd hipersekesi jalan Ibu pasien mengatakan jika anaknya
napas dd sputum berlebih, 11.00 1. Memonitor pola napas masih batuk grog grog
ronkhi (D.0001) RR: 24x/mnt; Pola napas reguler
11.05 2. Memonitor bunyi napas tambahan O:
Auskultasi: terdengar stridor, ronchi - RR: 24x/mnt
pada kedua lapang paru bagian atas - Suara napas tambahan
11.10 3. Memonitor sputum stridor, ronchi pada kedua
Tidak ada produksi sputum lapang paru bagian atas
11.30 4. Melakukan fisioterapi dada - Produksi sputum +
Sputum tidak ada - Tidak ada dipsnea
11.35 5. Melakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik A:
12.00 Produksi sputum (+) Masalah belum teratasi
6. Berkolaborasi memberikan
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik. P:
combi 1 resp Intervensi dilanjutkan nomor
1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
34
jenis nutrien - LK: 39 cm
- Kebutuhan energi: 876 kal - LLA: 12 cm
- Diet per NGT : FL 7x60 cc dan - IMT: 13,3 (Gizi Kurang)
12.40 Mixer 1x50 cc - Status Gizi:
4. Mengidentifikasi perlunya BB/U: -3SD (Gizi kurang);
penggunaan selang nasogastrik PB/U: < median (Normal) ;
Pasien terpasang NGT pada lubang BB/PB: <-2SD (Kurus)
12.43 hidung bagian kiri B=
5. Memonitor asupan makan - Hb: 10.6
Pasien mengkonsumsi diet dari rumah - Hematokrit: 32,7
sakit - GDA: 90
12.45 6. Memonitor Berat Badan - Limfosit: 56.3
BB:5,6 kg C=
12.50 7. Memonitor hasil pemeriksaan - Turgor baik
laboratorium - Tidak ada odema
Hb: 10.6; Hematokrit: 32,7 - Mukosa lembab
13.00 8. Memberikan makanan tinggi kalori - Laringomalacia
dan tinggi protein - Konjungtiva ananemis
13.05 9. Mengajarkan diet yang diprogramkan - Peristaltik: 24x/mnt
Ibu pasien mampu memberikan D=
makanan melalui NGT dengan benar Kebutuhan energi: 876 kal
secara mandiri Diet per NGT :
14.00 10. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk - FL 7x60 cc
menentukan jumlah kalori dan jenis - Mixer 1x50 cc
nutrien yang dibutuhkan A : Masalah belum teratasi
Diet : Susu FL 30cc P : Intervensi dilanjutkan 5,8,9,10
35
4. Gangguan Tumbuh Kembang 16/12/2023 S:-
bd Efek ketidakmampuan
fisik dd Pertumbuhan fisik 12.15 1. Mengidentifikasi status nutrisi O:
terganggu (D.0106) BB: 5,6 kg; PB: 65 cm; IMT:13,3 Keterampilan fisik atau perilaku
(Status gizi kurang) sesuai usia :
2. Mengidentifikasi alergi dan Motorik kasar :
12.20 intoleransi makanan Pasien dapat menegakkan kepala,
Tidak ada alergi makanan pasien dapat duduk sendiri, pasien
3. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dapat bangkit lalu duduk, pasien
12.30 dan jenis nutrien belum dapat berdiri dengan
- Kebutuhan energi: 876 kal berpegangan.
- Diet per NGT : FL 7x60 cc dan Motorik halus :
Mixer 1x50 cc Pasien bisa berusaha meraih
12.40 4. Mengidentifikasi perlunya mainannya, pasien dapat
penggunaan selang nasogastrik memindahkan mainannya, pasien
Pasien terpasang NGT pada lubang belum dapat memegang dengan ibu
hidung bagian kiri jari dan jari.
12.43 5. Memonitor asupan makan Bahasa :
Pasien mengkonsumsi diet dari rumah Pasien mengeluarkan suara tanpa
sakit arti, pasien belum bisa meniru bunyi
6. Memonitor Berat Badan maupun kata-kata, pasien belum
12.45 BB:5,6 kg bisa menyebut papa/mama dengan
7. Memonitor hasil pemeriksaan spesifik
12.50 laboratorium Personal sosial:
Hb: 10.6; Hematokrit: 32,7 Pasien belum bisa bertepuk tangan,
8. Memberikan makanan tinggi pasien belum bisa makan sendiri,
13.00 kalori dan tinggi protein pasien belum bisa menyatakan
9. Mengajarkan diet yang keinginan, pasien bisa melambaikan
36
13.05 diprogramkan kedua tangan.
Ibu pasien mampu memberikan
makanan melalui NGT dengan benar Pertumbuhan fisik terganggu :
secara mandiri BB : 5.6 kg
14.00 10. Berkolaborasi dengan ahli gizi TB : 65 cm
untuk menentukan jumlah kalori LK : 39 cm
dan jenis nutrien yang dibutuhkan LLA : 12 cm
Diet : Susu FL 30cc IMT : 13.3
Status Gizi:
BB/U: -3SD (Gizi kurang); PB/U: <
median (Normal) ; BB/PB: <-2SD
(Kurus)
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
37
5. Gangguan menelan bd 16/12/ 2023 1. Memeriksa posisi nasogastric tube 13.55 S:
abnormalitas laring dd sulit 11.45 (NGT) dengan memeriksa residu Ibu Pasien mengatakan anaknya
menelan (D.0063) lambung atau mengauskultasi tidak bisa menelan makanan lewat
hembusan udara mulut, makan dan minum melalui
2. Memonitor rasa penuh, mual dan selang NGT
11.38 muntah
Mual (-), Muntah (-) O:
11.55 3. Menggunakan teknik bersih dalam ● Terpasang selang NGT pada
pemberian makanan via selang lubang hidung sebalah kiri
12.00 4. Berbicara dengan bayi selama ● laringomalacia
diberikan makan untuk ● Mulut : Bersih
menstimulasi aktivitas makan ● Mukosa : Lembab
12.05 5. Menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah prosedur A:
12.06 6. Berkolaborasi pemberian jenis dan Masalah teratasi sebagian
jumlah makanan enteral
mixer 30 cc P:
Intervensi dilanjutkan 1-6
38
MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
1. Diare bd Inflamasi 17/12/2023 11.30 S:
gastrointestinal dd feses cair, Ibu pasien mengatakan diare
defekasi lebih dari 3 kali 09.00 1. Memonitor warna, volume, frekuensi anaknya sudah mulai berkurang
dalam 24 jam (D.0020) dan konsistensi tinja
Warna : kuning O:
Frekuensi : 2x sejak pukul 07.00 Konsistensi feses cair, tidak ada
Konsistensi : Cair, tidak berlendir ampas, tidak ada lendir, warna
2. Memonitor tanda dan gejala kuning, Bising usus : 20x/mnt
09.10 hipovolemi
Turgor : baik A:
Mukosa : lembab Masalah teratasi Sebagian
CRT : < 3 detik
Akral : HKM P:
3. Memonitor jumlah pengeluaran diare Intervensi dilanjutkan nomor 1, 2, 3,
09.20 Diare 2x sejak pukul 07.00 dan 6
4. Memberikan cairan intravena
09.25 KaEn 3B 300 cc/24 jam
5. Menganjurkan melanjutkan
09.30 pemberian ASI
39
10.10 3. Memonitor sputum stridor, ronchi (+)
Tidak ada produksi sputum - Produksi sputum (+)
10.30 4. Melakukan fisioterapi dada - Tidak ada dipsnea
10.35 5. Melakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik A:
11.20 Produksi sputum (+) Masalah teratasi sebagian
6. Berkolaborasi memberikan
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik. P:
combi 1 resp Intervensi dilanjutkan nomor
1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
40
- Hb: 10.6
- Hematokrit: 32,7
- GDA: 90
- Limfosit: 56.3
C=
- Turgor baik
- Tidak ada odema
- Mukosa lembab
- Laringomalacia
- Konjungtiva ananemis
- Peristaltik: 24x/mnt
D=
Kebutuhan energi: 876 kal
Diet per NGT :
- FL 7x60 cc
- Mixer 1x50 cc
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
41
4. Gangguan tumbuh kembang 17/12/2023 S:-
bd efek ketidakmampuan
fisik dd pertumbuhan fisik 11.30 1. Memonitor asupan makan O:
terganggu (D.0106) Pasien mengkonsumsi diet dari rumah Keterampilan fisik atau perilaku
sakit sesuai usia :
11.32 2. Memonitor Berat Badan Motorik kasar :
BB:5,6 kg Pasien dapat menegakkan kepala,
11.33 3. Memonitor hasil pemeriksaan pasien dapat duduk sendiri, pasien
laboratorium dapat bangkit lalu duduk, pasien
Hb: 10.6; Hematokrit: 32,7 belum dapat berdiri dengan
12.00 4. Memberikan makanan tinggi kalori berpegangan.
dan tinggi protein Motorik halus :
12.15 5. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk Pasien bisa berusaha meraih
menentukan jumlah kalori dan jenis mainannya, pasien dapat
nutrien yang dibutuhkan memindahkan mainannya, pasien
Diet : Mixer 30cc belum dapat memegang dengan ibu
jari dan jari.
Bahasa :
Pasien mengeluarkan suara tanpa
arti, pasien belum bisa meniru bunyi
maupun kata-kata, pasien belum
bisa menyebut papa/mama dengan
spesifik
Personal sosial:
Pasien belum bisa bertepuk tangan,
pasien belum bisa makan sendiri,
pasien belum bisa menyatakan
keinginan, pasien bisa melambaikan
42
kedua tangan.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
43
5. Gangguan menelan bd 17/12/ 2023 1. Memeriksa posisi nasogastric tube 13.55 S:
abnormalitas laring dd sulit 11.45 (NGT) dengan memeriksa residu Ibu Pasien mengatakan anaknya
menelan (D.0063) lambung atau mengauskultasi tidak bisa menelan makanan lewat
hembusan udara mulut, makan dan minum melalui
2. Memonitor rasa penuh, mual dan selang NGT
11.38 muntah
Mual (-), Muntah (-) O:
11.55 3. Menggunakan teknik bersih dalam ● Terpasang selang NGT pada
pemberian makanan via selang lubang hidung sebalah kiri
12.00 4. Berbicara dengan bayi selama ● laringomalacia
diberikan makan untuk ● Mulut : Bersih
menstimulasi aktivitas makan ● Mukosa : Lembab
12.05 5. Menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah prosedur A:
12.06 6. Berkolaborasi pemberian jenis dan Masalah teratasi sebagian
jumlah makanan enteral
mixer 30 cc P:
Intervensi dilanjutkan 1-6
44
MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
1. Diare bd Inflamasi 18/12/2023 11.30 S:
gastrointestinal dd feses cair, Ibu pasien mengatakan anaknya
defekasi lebih dari 3 kali 09.00 1. Memonitor warna, volume, sudah tidak diare
dalam 24 jam (D.0020) frekuensi dan konsistensi tinja
Warna : - O:
Frekuensi : belum BAB Bising usus : 20x/mnt
Konsistensi : - Belum BAB
09.10 2. Memonitor tanda dan gejala Turgor : baik
hipovolemi Mukosa : lembab
Turgor : baik CRT : < 3 detik
Mukosa : lembab Akral : HKM
CRT : < 3 detik
Akral : HKM A:
09.20 3. Memonitor jumlah pengeluaran Masalah teratasi
diare
Belum BAB P:
09.25 4. Memberikan cairan intravena Intervensi dihentikan
KaEn 3B 300 cc/24 jam
09.30 5. Menganjurkan melanjutkan
pemberian ASI
45
2. Bersihan Jalan napas tidak 18/12/2023 13.00 S:
efektif bd hipersekesi jalan Ibu pasien mengatakan anaknya
napas dd sputum berlebih, 10.00 1. Memonitor pola napas masih batuk grog grog
ronkhi (D.0001) RR: 22x/mnt; Pola napas reguler
10.05 2. Memonitor bunyi napas tambahan O:
Auskultasi: terdengar stridor, - RR: 22x/mnt
ronchi (+) - Suara napas tambahan
10.10 3. Memonitor sputum stridor, ronchi (+)
Tidak ada produksi sputum - Produksi sputum (+)
10.30 4. Melakukan fisioterapi dada - Tidak ada dipsnea
10.35 5. Melakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik A:
11.20 Produksi sputum (+) Masalah teratasi Sebagian
6. Berkolaborasi memberikan
bronkodilator, ekspektoran, P:
mukolitik. Intervensi dilanjutkan nomor
combi 1 resp 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
46
4. Memberikan makanan tinggi kalori - LLA: 12 cm
dan tinggi protein - IMT: 13,3 (Gizi Kurang)
12.00 5. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk - Status Gizi:
menentukan jumlah kalori dan jenis BB/U: -3SD (Gizi kurang);
nutrien yang dibutuhkan PB/U: < median (Normal) ;
Diet : Mixer 30cc BB/PB: <-2SD (Kurus)
B=
- Hb: 10.6
- Hematokrit: 32,7
- GDA: 90
- Limfosit: 56.3
C=
- Turgor baik
- Tidak ada odema
- Mukosa lembab
- Laringomalacia
- Konjungtiva ananemis
- Peristaltik: 24x/mnt
D=
Kebutuhan energi: 876 kal
Diet per NGT :
- FL 7x60 cc
- Mixer 1x50 cc
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
47
4. Gangguan tumbuh kembang 18/12/2023
bd efek ketidakmampuan S:-
fisik dd pertumbuhan fisik 11.30 1. Memonitor asupan makan
terganggu (D.0106) Pasien mengkonsumsi diet dari rumah O : Keterampilan fisik atau perilaku
sakit sesuai usia :
11.32 2. Memonitor Berat Badan Motorik kasar :
BB:5,6 kg Pasien dapat menegakkan kepala,
3. Memonitor hasil pemeriksaan pasien dapat duduk sendiri, pasien
11.33 laboratorium dapat bangkit lalu duduk, pasien
Hb: 10.6; Hematokrit: 32,7 belum dapat berdiri dengan
4. Memberikan makanan tinggi kalori berpegangan.
dan tinggi protein Motorik halus :
12.00 5. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk Pasien bisa berusaha meraih
menentukan jumlah kalori dan jenis mainannya, pasien dapat
nutrien yang dibutuhkan memindahkan mainannya, pasien
Diet : Mixer 30cc belum dapat memegang dengan ibu
jari dan jari.
Bahasa :
Pasien mengeluarkan suara tanpa
arti, pasien belum bisa meniru bunyi
maupun kata-kata, pasien belum
bisa menyebut papa/mama dengan
spesifik
Personal sosial:
Pasien belum bisa bertepuk tangan,
pasien belum bisa makan sendiri,
pasien belum bisa menyatakan
keinginan, pasien bisa melambaikan
48
kedua tangan.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
49
6. Gangguan menelan bd 18/12/ 2023 1. Memeriksa posisi nasogastric tube 13.55 S:
abnormalitas laring dd sulit 11.45 (NGT) dengan memeriksa residu Ibu Pasien mengatakan anaknya
menelan (D.0063) lambung atau mengauskultasi tidak bisa menelan makanan lewat
hembusan udara mulut, makan dan minum melalui
2. Memonitor rasa penuh, mual dan selang NGT
11.38 muntah
Mual (-), Muntah (-) O:
11.55 3. Menggunakan teknik bersih dalam ● Terpasang selang NGT pada
pemberian makanan via selang lubang hidung sebalah kiri
12.00 4. Berbicara dengan bayi selama ● laringomalacia
diberikan makan untuk ● Mulut : Bersih
menstimulasi aktivitas makan ● Mukosa : Lembab
12.05 5. Menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah prosedur A:
12.06 6. Berkolaborasi pemberian jenis dan Masalah teratasi sebagian
jumlah makanan enteral
mixer 30 cc P:
Intervensi dilanjutkan 1-6
50
51
52
53
BAB 5
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
1. Klien An. F telah dikaji dan ditemukan masalah keperawatan diare (D.0020),
bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001), defisit nutrisi (D.0019), gangguan
tumbuh kembang (D.0106), gangguan menelan (D.0063), ansietas (D.0080),
perilaku kesehatan cenderung beresiko (D.0099), risiko aspirasi (D.0006), risiko
hipovolemia (D.0034), risiko infeksi (D.0142)
2. Telah ditetapkan tiga diagnosis keperawatan pada klien An. F dengan diagnosis
Gastroenteritis Akut (GEA) yakni diare bd inflamasi gastrointestinal dd feses cair,
defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam (D.0020), bersihan jalan napas tidak
efektif bd hipersekesi jalan napas dd sputum berlebih, ronkhi (D.0001), defisit
nutrisi bd ketidakmampuan menelan makanan dd berat badan menurun minimal
10% dibawah rentang normal, otot menelan lemah, diare (D.0019), gangguan
tumbuh kembang bd efek ketidakmampuan fisik dd pertumbuhan fisik terganggu
(D.0106) gangguan menelan bd abnormalitas laring dd sulit menelan (D.0063)
3. Telah direncanakan asuhan keperawatan dengan implementasi. kepada An. F
dengan diagnosis Gastroenteritis Akut (GEA). manajemen diare (I.03101),
manajemen jalan napas (I.01011), manajemen nutrisi (I.03119)
4. Telah dilaksanakan asuhan keperawatan kepada An. F dengan diagnosis
Gastroenteritis Akut (GEA).
5. Telah dilakukan evaluasi keperawatan pada klien An. F dengan diagnosis
Gastroenteritis Akut (GEA).
4.6. Saran
Asuhan keperawatan berikutnya dapat menambahkan cara implementasi sebagai
bahan tambahan pembelajaran intervensi Gastroenteritis Akut (GEA).
54
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta:Mediaction
Jafri, Y. 2015. Mata Kuliah Keperawatan Anak 1. Padang: Stikes Perintis Padang.
Khoirunnisa, dkk. 2020. The Food Patterns in People With Gastritis at Puskusmas Gunung
Pati Working Area Semarang. Jurnal Gizi dan Kesehatan. Vol.12 , No.1 Juli 2020.
Lina M.R. 2017. Keperawatan Dasar Anak. Gresik.
Nari, Jois. 2019. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
GASTROENTERITIS AKUT DALAM UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI RUANGAN ANAK RSUD dr. M.
HAULUSSY. GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 4 Issue 3, September 2019.
ISSN 2503-5088 (p) 2622-1055 (e).
Poltekkes Denpasar. 2023. Latar Belakang Fastroenteritis Akut (GEA).. Diakses 20
Desember 2023, repository.poltekkes-denpasar.ac.id
PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP
PPNI. Jakarta.
PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP
PPNI. Jakarta.
PPNI, 2019. Standart I Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP
PPNI. Jakarta.
Seruni. 2023. Operan Pediatri Ruang Inap Seruni RSUD Dr. Mohammad Soewandhie
Surabaya. Kamis, 14 Desember 2023. Surabaya: RSUD Dr. Mohammad
Soewandhie.
Titis. 2023. Asuhan Keperawatan Diare. Surabaya : Universitas Airlangga.
55