R DENGAN
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG SERUNI
RSUD KABUPATEN TANGERANG
7. Elis Tiyani
Disusun oleh : 8. Indah Tamaria Pardede
9. Mimi Miftah Mutiara
1. Adi Firnando 10. Sinta Bela
2. Amri Ika Wahyuni 11. Tutik Khomariyah
3. Alfika Safitri 12. Ulfa Ari Prastiwi
4. Angga Supriyatna
5. Dedi Rahayu
6. Desti Rosalina
Alhamdulillah puji dan syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan kasus asuhan keperawatan ini dengan judul “Asuhan keperawatan
Diabetes Melitus pada Ny. R di RSUD Kabupaten Tangerang”. Asuhan
keperawatan ini dibuat dalam rangka menyelesaikan stase Keperawatan Medikal
Bedah untuk lanjut ke stase berikutnya dalam program Profesi Ners di STIKes
YATSI Tangerang.
Mengetahui keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, maka dalam
menyusun laporan ini, tidak lepas dari peranan berbagai pihak, baik moril maupun
spiritual, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesarnya kepada :
1. Ibu Ida Farida S.Kp, M.Kes selaku ketua STIKes YATSI Tangerang
2. Ibu Ns. Febi Ratna Sari S.Kep., M.Kep selaku Ketua program studi S1
Keperawatan
3. Seluruh Dosen STIKes YATSI yang telah memberikan ilmu
pengetahuan terutama ilmu keperawatan yang sangat berguna bagi
penulis
4. Ibu Ns. Mey Nurohmah S.Kep selaku pembimbing akademik stase
keperawatan Medikal Bedah yang memberikan arahan serta motivasi
untuk menyelesaikan laporan ini.
5. Ibu Ns. Henny., S.Kep selaku pembimbing klinik yang membantu
dalam penyusunan Laporan ini.
6. Teman-teman seperjuangan serta teman-teman S1 Profesi Ners
Keperawatan reguler. Terima kasih semoga kita tetap ingat satu sama
lain.
7. Serta seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
iii
telah dibuat karena keterbatasan dari kami. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun, selalu diharapkan untuk kesempurnaan asuhan keperawatan ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dengan harapan asuhan
keperawatan ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya bagi pembaca pada
umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
iv
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 6
1.2.1 Tujuan Umum .............................................................................. 6
1.2.2 Tujuan Khusus ............................................................................. 6
1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................... 7
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Diabetes Melitus ................................................................................. 8
2.1.1 Klasifikasi ............................................................................... 8
2.1.2 Etiologi ................................................................................... 11
2.1.3 Patofisiologi ........................................................................... 11
2.1.4 Pathway .................................................................................. 12
2.1.5 Tanda dan gejala ..................................................................... 12
2.1.6 Faktor Resiko ......................................................................... 13
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik ......................................................... 15
2.1.8 Penatalaksanaan ..................................................................... 16
2.1.9 Komplikasi Diabetes Melitus ................................................ 18
2.2 Pijat (massage) .......................................................................................... 21
2.2.1 Definisi Pijat ............................................................................ 21
2.2.2 Faktor – Faktor Pertimbangan Dalam Pijat (Massage)............. 22
2.2.3 Pijat (Massage) Pada Kaki ....................................................... 23
2.2.4 Prosedur Pengukuran ABI (Ankle Brackhial Index) ................ 25
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Gambaran Kasus............................................................................... 28
3.2 Biodata Pasien ................................................................................ 28
3.3 Anamnesa ........................................................................................ 28
3.4 Pemeriksaan Fisik ............................................................................ 32
3.5 Pemeriksaan Laboratorium .............................................................. 44
3.6 Terapi Yang Diberikan .................................................................... 47
3.7 Anaisa Data ……………………………………………………….. 49
3.8 Masalah Keperawatan Prioritas ….................................................. 50
3.9 Rencana Asuhan Keperawatan ........................................................ 50
3.10 Catatan Perkembangan ( Evaluasi ) ……………………………....... 54
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan...................................................................................... 71
BAB V PENUTUP
v
5.1 Kesimpulan
................................................................................................................
................................................................................................................
73
5.2 Saran ……………………………………………………………… 74
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
(Suyono, 2004). Pada gangren, kulit dan jaringan disekitar luka akan berwarna
kehitaman dan menimbulkan bau. Untuk mencegah gangren meluas, dokter dapat
mengambiltindakan operasi untuk memotong jari kaki atau bagian dari kaki yang
terinfeksi (nita-medicastore.com).
Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan bahwa angka kematian ulkus
gangren pada penyandang diabetes mellitus berkisar antara 17-32%, sedangkan
laju amputasi berkisar antara 15-30%. Para ahli diabetes memperkirakan ½
sampai ¾ kejadian amputasi dapat dihindarkan dengan perawatan kaki yang baik
(Monalisa, 2004). Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi
dilakukan pada penyandang luka diabetes khususnya diakibatkan oleh gangrene
diseluruih dunia (nita-medicastore.com).
Pengelolaan kaki diabetik mencakup pengendalian gula darah,
debridemen/membuang jaringan yang rusak, pemberian antibiotik, dan obat-obat
vaskularisasi serta amputasi. Komplikasi kaki diabetik adalah penyebab amputasi
eksterimitas bawah non tarumatik yang peling sering terjadi di dunia. Sebagian
besar komplikasi kaki diabetik mengakibatkan amputasi yang dimulai dengan
pembentukan ulkus di kulit. Risiko amputasi ekstrimitas bawah 15-46 kali lebih
tinggi pada penderita diabetik dibandingkan dengan orang yang tidak menderita
diabetes mellitus. Komplikasi kaki diabetik adalah alasan yang paling sering
terjadinya rawat inap pasien dengan prevalensi 25% dari seluruh rujukan diabetes
di Amerika Serikat dan Inggris (Yunizone, 2008).
Terjadinya kaki diabetik tidak terlepas dari tingginya kadar glukosa darah
penyandang pada penyandang diabetes. Kadar gula darah yang tidak ditangani
dengan baik dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan
masalah pada kaki penyandang diabetes, yakni kerusakan saraf. Masalah pertama
yang timbul adalah kerusakan saraf ditangan dan kaki. Saraf yang rusak telah
membuat penyandang diabetes tidak dapat merasakan sensasi sakit, panas, atau
dingin, pada tangan dan kaki. Luka pada kaki dapat menjadi buruk karena
penyandang diabetes tidak menyadari adanya luka tersebut. Hilangnya sensasi
rasa ini disebabkan kerusakan saraf yang disebut sebagai neuropati diabetic
(Merry, 2007).
6
8
9
2. Diabetes yang tidak tergantung insulin : pada usia dewasa kadar insulin
dalam tubuh normal atau tinggi, tetapi tidak bekerja efektif
3. Diabetes pada kehamilan (gestasional)
4. Diabetes yang berhubungan dengan kekurangan gizi di masa muda
5. Diabetes yang disebabkan oleh penyakit lain
2.1.4 Patofisiologi
Diabetes Mellitus Tipe II
2.1.5 Pathway
Hiperglikemi Metabolisme
DM Tipe I protein meningkat DM Tipe II
Liposis meningkat
Penurunan BB
Kekurangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Defisit perawatan
diri
Ketika glukosa tidak dapat digunakan untuk energi oleh sel tergantung
insulin, asam lemak digunakan untuk energi; asam lemak dipecah
menjadi keton dalam darah dan diekskresikan oleh ginjal; pada DM
tipe 2, insulin cukup untuk menekan berlebihan penggunaan asam
lemak tapi tidak cukup untuk penggunaan glukosa
h. Lemah dan letih, pusing
Penurunan isi plasma mengarah kepada postural hipertensi,
kehilangan kalium dan katabolisme protein berkontribusi terhadap
kelemahan
i. Sering asimtomatik
Tubuh dapat beradaptasi terhadap peningkatan pelan-pelan kadar
glukosa darah sampai tingkat lebih besar dibandingkan peningkatan
yang cepat.
terutama setelah usia 45 tahun dan pada mereka yang berat badannya
berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin
8. Stres kronis yang cenderung membuat seseorang mencari makanan
yang manis-manis dan berlemak serotonin otak. Serotonin ini
mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi
gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko
diabetes
9. Kurang gizi atau berkebihan berat badan sama-sama meningkatkan
resiko diabetes. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas,
sedangkan obesitas (gemuk berlebih) mengakibatkan gangguan kerja
insulin (retensi insulin)
10. Kurang gizi dapat terjadi selama kehamilan, masa anak-anak, dan pada
usia dewasa akibat diet ketat berlebih. Sedangkan kurang gizi pada
janin mungkin terjadi karena ibunya merokok atau menkonsumsi
alkohol selama hamil. Sebaliknya, obesitas bukan karena makanan yang
manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang
terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang disimpan di dalam
tubuh sangat berlebihan. Sekitar 80% penderita diabetes tipe 2 adalah
mereka yang tergolong gemuk
11. Pada waktu pemeriksaan kesehatan ditemukan kadar gula darah antara
140-200 mg/dl
12. Menderita penyakit lever (hati) yang kronik atau berat
13. Terlalu lama mengkonsumsi obat-obatan, suntikan atau minum tablet
golongan kortikosteroid (sering digunakan oleh penderita asma,
penyakit kulit dan rematik) seperti : prednisone, dexametasone,
methylprednisolone, kortison, hidrokortison
Glukosa dalam urine adalah nol, tetapi apabila kadar glukosa dalam
darah lebih besar dari 180 mg per 100 ml darah maka glukosa akan
keluar bersama urin.
3. Pemeriksaan Keton dalam Urine
Terutama pada individu dengan diabetes tipe I yang tidak terkontrol,
disini akan muncul keton pada urine si penderita.
4. Peningkatan Hemoglobin Terglikosilasi
Selama 120 hari masa hidup sel darah merah, hemoglobin secara lambat
dan ireversible mengalami glikosilasi (mengikat glukosa). Dalam
keadaan normal, sekitar 4-6% hemoglobin sel darah merah terglikosilasi.
Apabila terdapat hiperglikemia, maka kadar hemoglobin terglikosilasi
akan meningkat.
5. Uji toleransi Glukosa yang Melambat
Apabila pada seorang yang nondiabetik diberikan glukosa secara oral,
maka sekresi insulin dari pankreas akan meningkat dengan segera. Hal
ini memungkinkan pengangkutan glukosa secara cepat keluar dari darah
untuk masuk kedalam sel. Dengan demikian sampel darah yang diambil
secara berkala setelah pemberian glukosa pada orang nondiabetes
meningkat hanya sedikit dan biasanya kembali normal setelah 2 jam.
Para pengidap diabetes tidak dapat mengeluarkan insulin (tipe I)
terhadap respon pemberian glukosa atau mengalami penurunan
responsifitas terhadap insulin yang mereka keluarkan (type II). Pada
pengidap diabetes, setelah pemberian glukosa, sampel darah yang
diambil secara berkala memperlihatkan peningkatan kadar glukosa secara
bermakna dan tetap meningkat selama beberapa jam kemudian
2.1.9 Penatalaksanaan
1. Terapi Primer
a. Diet Diabetes Mellitus
Pasien yang memerlukan insulin untuk membantu mengendalikan
kadar gula darah, dapat mempertahankan konsistensi jumlah kalori
dan karbohidrat yang dikonsumsi pada jam-jam makan yang
berbeda. Di samping itu konsistensi interval waktu diantara jam
makan dengan mengkonsumsi cemilan juga dapat dilakukan, ini
16
2. Kecepatan
22
4. Petrissage
Gerakan ini menggunakan ujung jari dan telapak tangan untuk menjepit
beberapa bagian kulit. Pijatan jenis ini perlu sedikit tekanan (pressure).
Tujuan pijatan dengan sedikit menjepit atau menekan adalah untuk
memberikan stimulasi yang lebih dalam pada kulit dan memperlancar
sirkulasi. Tekanan dan jepitan harus dilakukan secara ringan dan
berirama. Pada pengurutan badan, pertisage dilakukan di antara jari-jari
dan telapak tangan. Pada pengurutan muka dan leher hanya
menggunakan ibu jari dan telunjuk atau kelingking. Fulling adalah suatu
bentuk petrisage yang kebanyakan dipakai untuk mengurut lengan.
Dengan jari kedua belah tangan, lengan dipegang dan satu gerakan
memijat dilakukan pada otot. Khasiat gerakan petrisage adalah :
a. Memperlancar penyaluran zat-zat di dalam jaringan ke dalam
pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, seakan-akan
diremaskan ke dalamnya.
b. Darah dan getah bening mengantarkan sari makanan ke jaringan dan
membawa ampas pertukaran zat dari jaringan ke alat-alat
pembuangan. Jika aliran darah dan getah bening tidak lancar, maka
terjadilah pembendungan yang dapat dihindarkan secara positif
melalui pengurutan meremas.
25
ankle brachial index.Nilai ABI pada pasien ABI > 1.0 dan apabila <
0.9 beresiko terjadi gangguan perifer oleh karena itu skrening yang
tepat untuk pasien DM adalah dengan mengukur ABI. Hubungan ABI
dan keparahan ulkus diuji dengan analisis koefisien koreksi Spearman
dan mendapatkan nilai P =0,008 yang menunjukkan makin rendah
nilai ABI maka nilai keparahan ulkus semakin besar (Kristiani et al.,
2015). Ankle brachial index (ABI) merupakan pemeriksaan non
invasive pembuluh darah yang berfungsi untuk mendeteksi tanda dan
gejala klinis dari iskhemia, penurunan perfusi perifer yang dapat
mengakibatkan angiopati dan neuropati diabetik. ABI adalah metode
sederhana dengan mengukur tekanan darah pada daerah ankle (kaki)
dan brachial (tangan) memerlukan probe doppler.Hasil pengukuran
ABI menunjukan keadaan sirkulasi darah pada tungkai bawah dengan
rentang nilai sama atau lebih 0,90 menunjukkan bahwa sirkulasi ke
daerah tungkai normal dan apabila kurang dari 0.90 dinyatakan
sirkulasi ke kaki mengalami obstruksi. Nilai ini didapatkan dari hasil
perbandingan tekanan sistolik pada daerah kaki dan tangan(Antono &
Hamonangani, 2014; Gitarja, 2015)
Sirkulasi darah kaki adalah aliran darah yang dipompakan
jantung keseluruh tubuh salah satunya kaki yang dipengaruhi oleh tiga
faktor yaitu viskositas (kekentalan darah), panjang pembuluh darah
dan diameter pembuluh darah. DM merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tekanan aliran darah karena faktor viskositas akibat
penumpukan gula darah. Kekentalan darah mengakibatkan aliran
darah terganggu ke seluruh tubuh dan menyebabkan penurunan
perfusi kejaringan tubuh. Penurunan perfusi yang terberat adalah pada
daerah distal atau kaki apabila keadaan ini berlangsung lama dapat
menimbulkan komplikasi seperti PAD dan pada DM adalah dapat
menyebabkan luka ganggren. Luka ganggren muncul akibat
penurunan perfusi sehingga jaringan tidak mendapatkan nutrisi dan
kurang oksigen serta neuropathy. Pada pasien DM hal yang ditakuti
27
3.3 ANAMNESE
A. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
Saat Masuk Rumah Sakit : Pasien mengatakan mual, muntah, lemas, nafsu
makan menurun selama 5 hari.
28
29
2. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
Eliminasi BAB
/BAK
1 Jumlah / Waktu BAB: 3x/hari BAB: selama di RS
BAK: 5-6x/hari pasien BAB 1 kali
BAK: 5-6/hari
2 Warna BAB: kuning BAB: kuning kecoklatan
kecoklatan BAK: kuning jernih
BAK: kuning jernih
3 Bau Bau khas Bau khas
4 Konsistensi BAB: lunak BAB: keras sedikit
Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
5 Eliminasi
6 Cara Mengatasi Tidak ada Tidak ada
Masalah
2. Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat : pasien
menguunakan BPJS
Apakah ada masalah keuangan dan bagaimana mengatasinya : Pasien
mengatakan tidak ada masalah
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
3.4 PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
1. Tensi : 130/80mmHg 5. BB : 43 kg
2. Nadi : 84x/menit
32
3. RR : 20x/menit
6. TB : 148 Cm IMT: = 19,5
4. Suhu : 36,6°C
2. Keadaan Umum
Kesadaran pasien composmentis, berbaring ditempat tidur, lemas, pucat,
dengan terpasang infus dengan carian Nacl 0.9%/24 jam dan aminofusin /24
jam.
3. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi:
warna (Merah Muda) , bentuk (Cembung) kebersihan (Bersih) Keluhan
yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan Px. Kulit : Gatal
pada luka, luka tampak kemerahan dan bengkak
Masalah Keperawatan : Kerusakan Integritas Kulit
2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + )
b. Ekssoftalmus ( - ), Endofthalmus ( - )
c. Kelopak mata / palpebra : oedem ( - ), ptosis ( - ),
d. peradangan ( - ) luka ( - ), benjolan ( - )
e. Bulu mata : Tidak rontok
f. Konjunctiva : Anemis, perubahan warna (Pucat)
g. sclera : Putih, perubahan warna (Tidak ada perubahan
warna)
h. Warna iris : Normal
i. reaksi pupil terhadap cahaya (miosis) isokor ( + )
j. Kornea : Normal
k. Nigtasmus ( - )
34
l. Strabismus ( - )
m. Pemeriksaan Visus
n. Dengan Snelen Card : OD tidak terkaji OS tidak terkaji
o. Tanpa Snelen Card : Ketajaman Penglihatan ( Baik )
p. Pemeriksaan lapang pandang
q. Normal / Haemi anoxia / Haemoxia
r. Pemeriksaan tekanan bola mata
s. Dengan tonometri tidak terkaji, dengan palpasi taraba (bola mata
teraba)
3. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi:
Amati bagian telinga luar: bentuk (Simetris) Ukuran (Simetris) Warna
(Kuning Langsat) lesi ( - ), nyeri tekan ( - ), peradangan ( - ),
penumpukan serumen ( - ).
Dengan otoskop periksa membran tympany amati, warna Pink,
transparansi tidak terkaji, perdarahan (- ), perforasi (- ).
Uji kemampuan kepekaan telinga :
1. Tes bisik (Baik)
2. Dengan arloji (Baik)
3. Uji weber : seimbang / lateralisasi kanan / lateralisasi kiri
4. Uji rinne : hantaran tulang lebih keras / lemah / sama dibanding
dengan hantaran udara
5. Uji swabach : memanjang / memendek / sama
4. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi :
Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (adakah
pembengkokan atau tidak ).
Amati meatus : Perdarahan ( - ), Kotoran ( - ), Pembengkakan ( - ),
pembesaran / polip ( - ).
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
35
6. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi :
Perhatikan ekspresi wajah klien : Rileks, Warna dan kondisi wajah
klien : tampak pucat, Struktur wajah klien : Simetris, Kelumpuhan otot-
otot fasialis ( - )
7. Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
- Bentuk leher (simetris), peradangan ( - ), jaringan parut ( - ),
perubahan warna ( - ), massa ( - )
- Kelenjar tiroid, pembesaran ( - )
- Vena jugularis, pembesaran ( - )
- Palpasi : pembesaran kelenjar limfe ( - ), kelenjar tiroid ( - ), posisi
trakea (simetris/tidak simetris)
Keluhan yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan Px.
Kepala, wajah dan leher : Tidah ada keluhan terkait Px. Kepala,
wajah dan leher.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi
- Ictus cordis ( - ), pelebaran – cm
Palpasi
- Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
- Batas atas : ( ICS II )
- Batas bawah : (ICS V)
- Batas Kiri : ( ICS V Mid Clavikula Sinistra)
- Batas Kanan : ( ICS IV Mid Sternalis Dextra)
Auskultasi
- BJ I terdengar (tunggal, (keras), (reguler)
- BJ II terdengar (tunggal),(keras),(reguler)
- Bunyi jantung tambahan : BJ III (-),Gallop Rhythm (-), Murmur (- )
Keluhan lain terkait dengan jantung tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
8. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
- Bentuk abdomen : ( datar )
- Massa/Benjolan ( - ), Kesimetrisan ( + ),
- Bayangan pembuluh darah vena ( - )
Auskultasi
- Frekuensi peristaltic usus 12 x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi ( +
/-)
Palpasi
- Palpasi Hepar :
Diskripsikan :
Nyeri tekan ( - ), pembesaran ( - ), perabaan (lunak), permukaan (halus /
berbenjol-benjol), tepi hepar (tumpul).
( N = hepar tidak teraba).
- Palpasi Lien :
38
9. Pemeriksaan Genetalia
Genetalia Pada Wanita
Inspeksi
- Kebersihan rambut pubis (bersih), lesi ( - ),eritema ( - ), keputihan ( - ),
peradangan ( - ).Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( - )
Keluhan yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan Px. Genetalia:
tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Keluhan yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan Px. Anus: tidak
ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Nervus V, Thrigeminus :
e. Reflek achiles ( + )
Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus
tertentu.
a. Reflek babinski ( + )
b. Reflek chaddok ( + )
c. Reflek schaeffer ( + )
d. Reflek oppenheim ( + )
e. Reflek Gordon ( + )
f. Reflek bing ( + )
g. Reflek gonda ( + )
Keluhan lain yang terkait dengan Px. Neurologis : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
13 Riwayat Psikologis
a. Status Nyeri :
1. Menurut Skala Intensitas Numerik
● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
b. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien : tegang dan sedih, Tingkah
laku yang menonjol : tidak ada , Suasana yang membahagiakan klien :
kumpul bersaka keluarga, Stressing yang membuat perasaan klien tidak
nyaman : kelien mengatakan kenapa sakit saya tidak sembuh sembuh
Masalah Keperawatan : tidak ada keluhan
c. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara ( tidak ), apakah pola
komunikasinya ( spontan ), apakah klien menolak untuk diajak komunikasi
( tidak ), Apakah komunikasi klien jelas ( ya ), apakah klien menggunakan
bahasa isyarat ( tidak ).
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
d. Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon : kepada perawat dana orang disekitarnya
Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien : suami dan anak
Bagaimanakah klien dalam berinteraksi ( aktif ), Apakah tipe kepribadian
klien ( terbuka ).
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
e. Dampak di Rawat di Rumah Sakit
Apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis selama klien di rawat di
RS : kelien kesulita berjalan karena kaki kanyanya ada luka
Masalah Keperawatan : intoleransi aktivitas
43
Hasil KGDH :
No Tanggal/Waktu Hasil
1. 20/12/17 Jam : 06.00 wib 265mg/dl
Jam : 24.00 wib 285mg/dl
2. 21/12/17 Jam : 06.00 wib 235mg/dl
Jam : 24.00 wib 196mg/dl
3. 22/12/17 Jam : 06.00 wib 215mg/dl
Jam : 24.00 wib 185mgdl
ABI : 0,84
(Obstruksi Ringan) Sesudah diberikan
20/12/2017 jam : massage : Sistol
2 21/12/2017 jam : Sebelum diberikan kaki : 130
09.15 massage : Sistol 09.50 sistole tangan : 140
kaki : 130 ABI : 0,92
syistole tangan : (Normal)
150
ABI : 0,86 Sesudah diberikan
(Obstruksi Ringan)
massage : Sistol
kaki : 30
Sebelum diberikan sistole tangan : 120
16.10 massage : Sistol 16.40 ABI : 1,08
kaki : 110 (Normal)
syistole tangan :
130 Sesudah diberikan
ABI : 0,76 massage : Sistol
(Obstruksi Ringan)
kaki : 130
sistole tangan : 110
3 22/12/2017 jam : ABI : 1,18
Sebelum diberikan
09.40 10.15 (Normal)
massage : Sistol
kaki : 140
Sesudah diberikan
syistole tangan :
massage : Sistol
120
kaki : 120
ABI : 1,16
sistole tangan : 100
(Normal)
ABI : 1,2
Sebelum diberikan (Normal)
15.35 massage : Sistol 16.10
kaki : 120
syistole tangan :
110
47
ABI : 1,09
(Normal)
Do :
- BB sakit 43 kg
- TB : 148 cm
- Hasil IMT : 19,5
- Pasien tampak tidak nafsu makan
- Pasien makan 3 sendok bubur
sum-sum
- Pasien tampak lemas
Ds : Domain 11 : Keamanan/Perlindungan
- Pasien mengatakan kakinya gatal Kelas 2 : Cedera Fisik
- Pasien mengatakan kakinya
terpasang pen sejak 3 tahun yang Masalah keperawatan : Kerusakan
lalu integritas kulit ( 00046)
Do :
- Pasien terdapat luka pada kaki
kanan
- Tampak kemerahan di sekitar
kaki
- Pasien terdapat luka tampak
bengkak
- Pasien tampak menggaruk luka
50
karena gatal
Ds : Domain 2 : Nutrisi
- Pasien mengatakan menderita Kelas 4 : Metabolisme
penyakit diabetes mellitus sejak 3
tahun yang lalu. Masalah keperawatan : resiko
- Pasien mengatakan lemas ketidakstabilan kadar glukosa darah
Do : (00179)
- Pasien tampak lemas
- GDS : 265 mg/dl
insulin (2-4)
-161931 : memperoleh
obat yang dibutuhkan
(2-4)
2. Domain 2 : Setelah dilakukan Domain 1 : Fisiologi Dasar
Nutrisi tindakan keperawatan Kelas D : Dukungan nutrisi
Kelas 1 : manajemen nutrisi 1100: Manajemen nutrisi
Makan selama 31-45 menit, - Kontrol makanan utama
diharapkan dan pilihan
Masalah ketidakseimbangan - Kontrol kondisi
keperawatan : nutrisi lebih dari lingkungan dengan
Ketidakseimbang kebutuhan tubuh teratasi optimal saat makan
an nutrisi kurang dengan Kriteria: - Berikan air hangat
Domain 2 : Fisiologi
dari kebutuhan sebelum makan
kesehatan
tubuh (00002) - Berikan makanan
Kelas k : Nutrisi
1004 : Status nutrisi terpilih (sudah
Tujuan :
dikonsultasikan dengan
- 100401 : Intake
ahli gizi)
nutrisi (2-4) - Kaji adanya alergi
- 100402 : Intake makanan
- Kolaborasi dalam
makanan (2-4)
pemberian obat anti
- 100403 : Energi (2-
mual
4)
- Timbang BB perhari
- Anjurkan makan selagi
hangat
- Anjurkan makan sedikit
tapi sering
3. Domain 11 : Setelah di lakukan Domain 2 : Fisiologi dasar
Keamanan/Perlin tindakan keperawatan Kelas L : Manajemen
dungan perawatan kulit topical kulit/luka
Kelas 2 : selama 16-30 menit, di 3584 : Perawatan kulit
Cedera Fisik harapkan Kerusakan topikal
Integritas Kulit dapat - Observasi lesi/luka
53
TD : 130/100 mmHg
Nadi : 85x/menit
RR : 23 x/menit
Suhu : 36, 9 0C
- Mengukur tekanan
16.45 WIB
darah ABI (Ankle
brachial index)
Hasil:
Sebelum diberikan
massage : Sistole kaki :
110
Sistole tangan : 130
ABI : 0,84 (obstruksi
24.00 WIB
ringan)
- Memberikan massage
pada ekstremitas bawah
Hasil : Pasien diberikan
massage pada
ekstremitas kaki selama
20 menit.
- Mengukur tekanan
darah ABI (Ankle
brachial index)
Hasil: sesudah
diberikan massage :
Sistole kaki : 130
Sistole tangan : 150
2. Domain 2 : Rabu/20/12/17 S:
06.05 WIB - Mengkaji adanya alergi
Nutrisi - Pasien
makanan
Kelas 1 : mengatakan
Hasil : pasien
Makan masih mual,
mengatakan tidak ada
06.20 WIB dan tidak nafsu
alergi makanan.
Masalah - Menganjurkan pasien makan, dan
keperawatan : untuk minum air hangat serta ingin
Ketidakseimb sebelum makan untuk muntah saat
angan nutrisi mencegah mual makan
08.00 WIB
kurang dari Hasil: Pasien tampak - Pasien
kebutuhan minum air hangat mengatakan bb
tubuh (00002) sebelum makan. sebelum sakit
08.10 WIB - Menimbang BB pasien 55 kg
Hasil : pasien O :
mengatakan BB - BB sakit 43 kg
sebelum sakit 55kg - Pasien tampak
12.15 WIB
BB saat sakit 43kg tidak nafsu
- Memberikan obat mual makan
14.15 WIB Hasil : pasien diberikan - Pasien makan 5
obat omeprazole 0,5 gr suap bubur
dioplos dengan 5cc sum-sum
aquabides - Pasien tampak
16.00 WIB
- Menganjurkan makan lemah
selagi hangat - Tampak reflek
Hasil : pasien makan muntah.
hanya ¼ porsi bubur
17.00 WIB
- Memberikan obat mual A : Masalah
Hasil : pasien diberikan Ketidakseimbanga
obat omeprazole 0,5 gr n nutrisi kurang
21.00 WIB
dioplos dengan 5cc dari kebutuhan
aquabides tubuh belum
- Menganjurkan pasien
teratasi
untuk minum air hangat
57
3. Domain 11 : Rabu/20/12/17 S:
07.00 WIB
Keamanan/Pe - Mengobservasi - Pasien
rlindungan lesi/luka mengatakan
Hasil: Tampak terdapat
Kelas 2 : kakinya gatal
luka pada kaki sebelah
Cedera Fisik - Pasien
kanan, warna kulit
mengatakan
kemerahan disekitar
Masalah kakinya terpasang
07.15 WIB luka, luka akibat
keperawatan : pen sejak 3 tahun
terpasangnya pen 3
Kerusakan yang lalu
tahun yang lalu.
integritas kulit - Pasien
- Membersihkan area
( 00046) 07.45 WIB mengatakan
luka
kakinya memerah
Hasil: luka tampak
dan bengkak
bersih dan tertutup
08.00 WIB
O:
kassa.
- Mengganti laken agar - Tampak luka pada
14.10 WIB
tetap bersih kaki kanan
Hasil : laken bersih dan - Tampak
21.30 WIB
baru kemerahan di
- Memberikan obat
58
Hasil: sesudah
diberikan massage :
Sistole kaki : 130
Sistole tangan : 120
2. Domain 2 : Kamis / S:
Nutrisi 21/12/17 - Pasien
06.10 WIB
Kelas 1 : - Menimbang BB pasien : mengatakan mual
Hasil: BB 43 kg
Makan 06.20 WIB berkurang, sudah
- Memberikan air hangat
dapat makan ½
sebelum makan
Masalah porsi.
Hasil: pasien tampak
keperawatan : - Pasien
07.00 WIB minum air air hangat
Ketidakseimb mengatakan BB
sebelum makan.
angan nutrisi sebelum sakit 55
- memberikan makanan
kurang dari 08.30 WIB kg
terpilih
kebutuhan Hasil: pasien makan O :
12.00 WIB
tubuh (00002) sesuai diit (Bubur) - BB sakit 43 kg
- Memberikan obat
- Pasien tampak
omeprazole 0,5 gr
nafsu makan
- Memberikan air hangat
12.10 WIB
meningkat
sebelum makan
- Pasien makan ½
Hasil: pasien tampak
porsi bubur sum-
14.30 WIB minum air hangat
sum
sebelum makan.
18.00 WIB
- Pasien tampak
- memberikan makanan
bertenaga
terpilih
Hasil: pasien makan - Tidak tampak
18.10 WIB sesuai diit (Bubur) reflek muntah.
62
- Memberikan obat
omeprazole 0,5 gr A : Masalah
- Memberikan air hangat
21.30 WIB Ketidakseimbangan
sebelum makan
nutrisi kurang dari
Hasil: pasien tampak
kebutuhan tubuh
minum air hangat
teratasi sebagian
sebelum makan.
- Memberikan makanan
P: lanjutkan
terpilih
intervensi
Hasil: pasien makan
- Kontrol kondisi
sesuai diit (Bubur)
- Memberikan obat lingkungan dengan
omeprazole 0,5 gr optimal saat makan
- Bberikan minum
air hangat sebelum
makan
- Berikan makanan
terpilih
3 Domain 11 : Kamis / S:
Keamanan/Pe 21/12/17 - Pasien
08.15 WIB
rlindungan - Mengobservasi mengatakan
Kelas 2 : lesi/luka gatalnya sudah
Cedera Fisik Hasil: luka tamppak berkurang
08.20 WIB mengeluarkan sedikit - Pasien
Masalah nanah seperti bisul mengatakan
keperawatan : - Membersihkan area kakinya terpasang
Kerusakan luka pen sejak 3 tahun
08.40 WIB
Hasil: luka tampak
integritas kulit yang lalu
bersih dan tertutup
( 00046) - Pasien
verban.
08.55 WIB mengatakan
- Mengganti laken agar
kakinya memerah
tetap bersih :
14.30 WIB O:
Hasil : laken bersih
- Tampak luka pada
dan baru
21.30 WIB ekstermitas tibia
- Memberikan obat
63
rumah sakit.
- Monitor tanda-tanda
vital
Hasil :
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 37.0 0C
- Mengukur tekanan
darah ABI (Ankle
brachial index)
15.30 WIB
Hasil:
Sebelum diberikan
massage : Sistole
kaki : 120
Sistole tangan : 110
ABI : 0,84
(obstruksi ringan)
- Memberikan
15.35 WIB massage pada
ekstremitas bawah
Hasil : Pasien
diberikan massage
pada ekstremitas
kaki selama 20
menit.
- Mengukur tekanan
darah ABI (Ankle
brachial index)
Hasil: sesudah
15.40 WIB
diberikan massage :
Sistole kaki : 130
Sistole tangan : 120
16.10 WIB
24.00 WIB
2. Domain 2 : Jum’at/22/12/ S:
2017
Nutrisi - Pasien mengatakan
06.00 WIB
Kelas 1 : - Menimbang BB nafsu makan baik
Makan pasien - Pasien mengatakan
06.10 WIB Hasil : BB pasien BB sebelum sakit
Masalah 44kg 55 kg
keperawatan - Mengontrol kondisi O :
: lingkungan dengan - BB sakit 44 kg
Ketidakseim optimal saat makan. - Pasien tampak
bangan Hasil: nafsu makan
nutrisi menjauhkan aroma meningkat
kurang dari yang membuat mual - Pasien makan 1
06.30 WIB
kebutuhan atau tidak nafsu porsi bubur sum-
tubuh makan. sum habis
(00002) Pasien dalam posisi - Pasien tampak
semi fowler saat bertenaga
12.15 WIB makan. - Tidak tampak
- Memberikan air reflek muntah.
hangat sebelum
makan A : Masalah
67
3. Domain 11 : Jum’at/22/12/ S:
2017
Keamanan/P - Pasien mengatakan
07.05 WIB
erlindungan - Mengobservasi kakinya sudah tidak
Kelas lesi/luka gatal
2 : Hasil: - Pasien mengatakan
Cedera Fisik luka tampak lesi kakinya terpasang
warna kulit pen sejak 3 tahun
Masalah kemerahan yang lalu
keperawatan 07.15 WIB terpasang pen 3 - Pasien mengatakan
68
71
Pada kasus ini pasien Ny. R berusia 48 tahun yang beralamat kan di
Perumahan Rajeg Mas Permata blok A3/11 Rt: 008/006 dengan diagnosa Diabetes
mellitus tipe 2 yang diantar oleh suaminya ke IGD dengan keluhan pasien
72
72
mengatakan mual, muntah, lemas, nafsu makan menurun selama 5 hari. Saat
dilakukan pengkajian Ny. R tampak lemas, pasien mengatakan kakinya gatal,
kakinya dipasang pen 3 tahun yang lalu, pasien mengatakan jika gula darahnya
tinggi keluar nanah pada lokasi pemasangan pen, pasien mual, dan tidak nafsu
makan. saat dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil GDS : 265 mg/dl TD :
130/80 mmhg Nadi : 84x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 36,6°C dengan berat
badan 43kg tinggi badan 148cm dengan IMT : 19,5.
Diagnosa keperawatan menurut NANDA (2015) yang sesuai dengan kasus
pada Ny.R dengan DM tipe 2 yaitu Resiko ketidakstabilan kadar gula darah
(00179), ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002) dan
kerusakan integritas kulit (00046).
Pada diagnosa keperawatan Resiko ketidakstabilan kadar gula darah dapat
dilakukan terapi pijat (massage) untuk menurunkan resiko terjadinya komplikasi
pada kejadian gangguan aliran pembuluh darah perifer pada pasien dengan DM
tipe 2, terapi ini diberikan kepada pasien selama menjalani proses perawatan di
ruang seruni, terapi pijat ini dilakukan selama 20 menit dalam rentang waktu 2
kali dalam sehari, sebelum dilakukan terapi pijat pasien dilakukan pengukuran
tekanan darah pada tangan kanan dan tangan kiri selanjutnya kaki kiri, setelah
diukur dan dicatat pasien dilakukan pemijatan pada kaki atau ektremitas bawah
selama 20 menit, setelah dilakukan pemijatan pasien diukur kembali tekanan
darah systole. Dengan tehnik pemijatan ini pasien dapat merasakan rileks dan
nyaman pada area ekstremitas bawah dan dapat meningkatkan aliran darah pada
area perifer.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tetra Saktika
Adinugraha (2015) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan tekanan sistolik
ankle secara signifikan sebelum dan sesudah diberikan pijatan pada kelompok
intervensi, perawat dapat menggunakan teknik pijat effleurage dan petrissage atau
kneading sebagai terapi komplementer dan merupakan tindakan keperawatan
mandiri.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perubahan pola makan yang serba instan, tinggi lemak, banyak
mengandung gula dan protein, ditambah kurangnya olahraga menjadikan semakin
banyak orang mengalami obesitas. Kondisi ini harus dicegah karena selain
mengurangi estetika penampilan diri, diabetes melitus juga memicu terjadinya
obesitas. Diabetes melitus adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi) (Black, 2014).
Komplikasi diabetes jangka panjang adalah akibat kerusakan pembuluh
darah besar dan pembuluh darah kecil. Pembuluh darah menjadi sempit, tidak
beraturan, banyak bekuan, menggelembung dan akhirnya tertutup total atau
pecah. Pembuluh darah yang terkena bisa di otak (akhirnya menjadi stroke), pada
jantung (menjadi serangan jantung-penyakit jantung koroner), dan pembuluh
darah besar lain (penyakit pembuluh darah tepi) (Fransisca, 2012).
Dari hasil implementasi yang dilakukan di ruang seruni RSUD Kabupaten
Tangerang pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 selama 3 hari dimana selama
dilakukan implementasi pasien mengalami perkembangan, dimana di hari
pertama nilai ABI 0,85 (obstruksi ringan), hari kedua nilai ABI 0,86 (obstruksi
ringan), dan dihari ketiga nilai ABI 1,16 (Normal).
5.2 Saran
a. Bagi Rumah Sakit
Bagi rumah sakit diharapkan meningkatkan kinerja perawat dalam terapi pijat
untuk menurunkan tekanan sistolik ankle pada pasien Diabetes Melitus tipe 2
dirumah sakit agar membantu pasien dalam mencegah komplikasi dan
diharapkan di rumah sakit dapat menerapkan terapi pijat pada pasien Diabetes
Melitus tipe 2.
73
74
b. Bagi Perawat
Bagi perawat diharapkan meningkatkan kinerja perawat dengan
meningkatkan terapi pijat untuk menurunkan tekanan sistolik ankle pada
pasien Diabetes Melitus tipe 2 dan perawat diruangan diharapkan
memberikan informasi dan bantuan kepada pasien untuk mengurangi
komplikasi pada kejadian gangguan aliran pembuluh darah perifer pada
pasien dengan Diabetes Melitus tipe 2.
DAFTAR PUSTAKA
Amtiria, Rahma. (2016). Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Poli Penyakit Dalam RSUD DR. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung 2015 (diakses pada tanggal 23 November
2016)
Barnes E. Darryl, (2012). Panduan Olahraga : Diabetes. Panduan Untuk
Mengendalikan Glukosa Darah. PT Intan Sejati, Klaten.
Blackwell, wiley. Nursing Prognosis Definition and Classification : 2015 – 2017.
Jakarta: EGC
Bulechek.Gloria, M, etc. 2015 . Nursing Intervention Classification (NIIC). edisi
6. Singapore : Elsevier
Joyce M. Black, Hawks H. Jane, (2014). Keperawatan Medikal Bedah.
Singapore : Elsevier
Kristiana. Fransisca, (2012). Awas Pankreas Rusak Penyebab Diabetes. Jakarta :
Penerbit Sehat Cerdas.
Moorhead,sue.etc. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC). edisi 5.
Singapore : ELSEVIER
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC
Price Shirley, Price Len. 1997. Aromaterapi Bagi Profesi Kesehatan. Jakarta:
EGC.
Suyono dkk, (2007). Pedoman Diet Diabetes Mellitus. Jakarta : FKUI
Wijoyo M. Padmiarso, (2012). Cara Tuntas Menyembuhkan Diabetes Dengan
Herbal. Jakarta : Pusaka Agro Indonesia.