Anda di halaman 1dari 84

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

R DENGAN
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG SERUNI
RSUD KABUPATEN TANGERANG

7. Elis Tiyani
Disusun oleh : 8. Indah Tamaria Pardede
9. Mimi Miftah Mutiara
1. Adi Firnando 10. Sinta Bela
2. Amri Ika Wahyuni 11. Tutik Khomariyah
3. Alfika Safitri 12. Ulfa Ari Prastiwi
4. Angga Supriyatna
5. Dedi Rahayu
6. Desti Rosalina

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YATSI Tangerang


Jalan Arya Santika No.40 A Bugel, Margasari, Karawaci, Kota
Tangerang 2017/2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan kasus asuhan keperawatan ini dengan judul “Asuhan keperawatan
Diabetes Melitus pada Ny. R di RSUD Kabupaten Tangerang”. Asuhan
keperawatan ini dibuat dalam rangka menyelesaikan stase Keperawatan Medikal
Bedah untuk lanjut ke stase berikutnya dalam program Profesi Ners di STIKes
YATSI Tangerang.
Mengetahui keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, maka dalam
menyusun laporan ini, tidak lepas dari peranan berbagai pihak, baik moril maupun
spiritual, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesarnya kepada :
1. Ibu Ida Farida S.Kp, M.Kes selaku ketua STIKes YATSI Tangerang
2. Ibu Ns. Febi Ratna Sari S.Kep., M.Kep selaku Ketua program studi S1
Keperawatan
3. Seluruh Dosen STIKes YATSI yang telah memberikan ilmu
pengetahuan terutama ilmu keperawatan yang sangat berguna bagi
penulis
4. Ibu Ns. Mey Nurohmah S.Kep selaku pembimbing akademik stase
keperawatan Medikal Bedah yang memberikan arahan serta motivasi
untuk menyelesaikan laporan ini.
5. Ibu Ns. Henny., S.Kep selaku pembimbing klinik yang membantu
dalam penyusunan Laporan ini.
6. Teman-teman seperjuangan serta teman-teman S1 Profesi Ners
Keperawatan reguler. Terima kasih semoga kita tetap ingat satu sama
lain.
7. Serta seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini kami menyadari masih banyak


sekali kekurangan, baik dalam penulisan maupun penjabaran permasalahan yang

iii
telah dibuat karena keterbatasan dari kami. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun, selalu diharapkan untuk kesempurnaan asuhan keperawatan ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dengan harapan asuhan
keperawatan ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya bagi pembaca pada
umumnya.

Tangerang, Desember 2017

Penulis

DAFTAR ISI

iv
Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………….. ii


KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 6
1.2.1 Tujuan Umum .............................................................................. 6
1.2.2 Tujuan Khusus ............................................................................. 6
1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................... 7
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Diabetes Melitus ................................................................................. 8
2.1.1 Klasifikasi ............................................................................... 8
2.1.2 Etiologi ................................................................................... 11
2.1.3 Patofisiologi ........................................................................... 11
2.1.4 Pathway .................................................................................. 12
2.1.5 Tanda dan gejala ..................................................................... 12
2.1.6 Faktor Resiko ......................................................................... 13
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik ......................................................... 15
2.1.8 Penatalaksanaan ..................................................................... 16
2.1.9 Komplikasi Diabetes Melitus ................................................ 18
2.2 Pijat (massage) .......................................................................................... 21
2.2.1 Definisi Pijat ............................................................................ 21
2.2.2 Faktor – Faktor Pertimbangan Dalam Pijat (Massage)............. 22
2.2.3 Pijat (Massage) Pada Kaki ....................................................... 23
2.2.4 Prosedur Pengukuran ABI (Ankle Brackhial Index) ................ 25
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Gambaran Kasus............................................................................... 28
3.2 Biodata Pasien ................................................................................ 28
3.3 Anamnesa ........................................................................................ 28
3.4 Pemeriksaan Fisik ............................................................................ 32
3.5 Pemeriksaan Laboratorium .............................................................. 44
3.6 Terapi Yang Diberikan .................................................................... 47
3.7 Anaisa Data ……………………………………………………….. 49
3.8 Masalah Keperawatan Prioritas ….................................................. 50
3.9 Rencana Asuhan Keperawatan ........................................................ 50
3.10 Catatan Perkembangan ( Evaluasi ) ……………………………....... 54

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan...................................................................................... 71

BAB V PENUTUP

v
5.1 Kesimpulan
................................................................................................................
................................................................................................................
73
5.2 Saran ……………………………………………………………… 74

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes menjadi penyakit yang berkembang pesat di kalangan masyarakat


luas. Semua orang dapat menjadi pengidap diabetes tanpa pandang bulu. Diabetes
juga dapat menyerang siapa saja dan kapan saja. Penderita diabetes terus
bertambah dengan menunjukkan pertambahan yang signifikan dari waktu ke
waktu. Biasanya penderita diabetes dialami oleh individu dewasa.
Diabetes Melitus telah menjadi perhatian kesehatan global, dan sekarang
telah mencapai status pandemik. Kebanyakan kasus Diabetes Melitus adalah tipe
2 yang dapat berkaitan dengan perubahan gaya hidup secara intensif (Black,
2014).
Perubahan pola makan yang serba instan, tinggi lemak, banyak
mengandung gula dan protein, ditambah kurangnya olahraga menjadikan semakin
banyak orang mengalami obesitas. Kondisi ini harus dicegah karena selain
mengurangi estetika penampilan diri, diabetes melitus juga memicu terjadinya
obesitas. Diabetes melitus adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi) (Black, 2014).
Diabetes melitus, atau yang lebih dikenal di masyarakat dengan kencing
manis merupakan fenomena yang tidak asing lagi di negara-negara berkembang,
salah satunya di Indonesia yang penduduknya masih kurang peduli akan bahaya
dan cara pencegahannya dari penyakit diabetes melitus ini. Angka kejadian
diabetes melitus di Indonesia masih sangat tinggi, saat ini Indonesia berada di
peringkat ke empat negara dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia setelah
China, India, dan Amerika (Kemenkes, 2012).
Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu
penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin oleh sel-sel

1
2

beta Langerhans kelenjar pancreas,atau disebabkan oleh kurang


responsifnya tubuh terhadap insulin (Depkes 2005).
WHO memastikan peningkatan penderita DM tipe 2 paling banyak akan
terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian peningkatan
jumlah penderita DM tipe 2 karena kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan
DM. Pengetahuan pasien tentang pengelolaan DM sangat penting untuk
mengontrol kadar glukosa darah. Penderita DM yang mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang diabetes, kemudian selanjutnya mengubah perilakunya, akan
dapat mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebih lama
(Zulaekah, Rahmawaty, Witasari, 2009).
Indonesia menduduki posisi 9 sebagai penyumbang kasus diabetes pada
tahun 2010, menurut data International Diabetes Federation diperkirakan
peringkat Indonesia naik ke posisi 6 pada tahun 2030. Prevalensi nasional DM
berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan pada tahun 2007 adalah 1,1%, sedangkan
hasil pengukuran gula darah pada penduduk usia >15 tahun yang tinggal di
perkotaan adalah 5,7%. Sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi DM diatas
prevalensi nasional yaitu, Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Lampung, Bangka
Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Barat, 2
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku Utara. Prevalensi
tertinggi pada Provinsi Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1%, diikuti
oleh Riau 10,4%, NAD 8,5% dan Provinsi Lampung 6,2% (Amtiria, 2016).
Seseorang dikatakan menderita diabetes, menurut kriteria diagnostik
PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) 2006, jika memiliki kadar
gula darah puasa > 126 mg/dL dan pada tes sewaktu keadaan normal > 200mg/dL.
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan
dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi
hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110mg/dL darah. Kadar gula
darah biasanya kurang dari 120-140mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum
cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya. Kadar gula darah
yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif (bertahap)
setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif bergerak
(Wijoyo, 2012).
3

Diabetes Melitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang memerlukan


penanganan yang berkelanjutan untuk mengontrol gula darah dan berbagai faktor
resiko lainnya (Lestari, Suganda, 2014). Seseorang dikatakan menderita diabetes
apabila pada pemeriksaan darah dari pembuluh darah (kapiler) glukosa darah
lebih dari 120 mg/dl pada keadaan puasa dan atau lebih dari 200 mg/dl untuk 2
jam setelah makan. Bila yang diambil darah dari pembuluh darah balik (vena)
maka kadar glukosa puasa lebih dari 140 mg/dl dan atau 200 mg/dl untuk 2 jam
setelah makan (Fransisca, 2012).
Menurut laporan badan kesehatan dunia atau World Health Organisation
(WHO) pada tahun 2000 dianggarkan sebanyak 171 juta jiwa menderita diabetes
melitus tipe 2 dan diperkirakan pada 2030 akan terjadi peningkatan sebanyak 195
juta jiwa lagi yang akan menderita diabetes tipe 2 (WHO, 2013). Studi populasi
Diabetes Melitus tipe 2 di berbagai Negara oleh WHO menunjukkan jumlah
penderita diabetes melitus pada tahun 2000 di Indonesia menempati urutan ke-4
terbesar dengan 8,426 juta orang dan diperkirakan akan menjadi sekitar 21,257
juta pada tahun 2030 (WHO, 2013).
Menurut WHO pada tahun 2003 tercatat hampir 200 juta orang di dunia
menderita diabetes dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah penderita bisa
mencapai sekitar 330 juta jiwa. Sementara di Indonesia sendiri, berdasarkan data
WHO pada tahun 2003 tercatat lebih dari 13 juta penderita diabetes, dari jumlah
tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 20 juta penderita pada
tahun 2030 (Wijoyo, 2012).
Amerika Serikat dengan prevalensi DM di antara orang dewasa (≥ 20
tahun) sebesar 20,6 juta orang atau 9,6% meningkat secara tajam dari tahun 1995
saat prevalensi 7,4% pada tahun 2005. Prevalensi pada orang dewasa >60 tahun
adalah 10,3 juta orang atau 20,9%. Hasil penelitian beberapa tahun terakhir telah
mengindikasikan bahwa pendekatan gaya hidup dapat secara efektif mencegah
atau memperlambat onset DM tipe 2. Karakteristik-karakteristik yang
berhubungan dengan peningkatan resiko DM tipe 2meliputi peningkatan kadar
glukosa darah puasa (GDP) dan pascakonsentrasi tes toleransi pembebanan
glukosa oral (oral glucose tolerance test [OGTT]), peningkatan indeks massa
tubuh (IMT), obesitas sentral, ras dan etnik tertentu, riwayat keluarga DM dan
4

DM gestasional. Uji klinis pencegahan DM pada individu beresiko tinggi telah


menunjukkan hubungan antara intervensi gaya hidup dan penurunan progres DM
tipe 2 (Black, 2014).
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun 2012 diabetes
melitus merupakan penyakit terbanyak pada umur 50-60 tahun prevalensinya
(3,89%). Jumlah kunjungan penderita DM di puskesmas Kota Tangerang pada
tahun 2012 sebanyak 14,062 orang. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan
tahun 2010 yaitu 7,359 orang. Sementara itu jumlah penderita DM di rumah sakit
berdasarkan laporan dari rumah sakit dan rumah sakit ibu & anak yang ada di
Kota Tangerang sebanyak 8,485 orang (3,39%) dengan rincian 5,312 orang
penderita DM tidak tergantung insulin (non insulin dependen diabetes melitus)
dan 3,173 orang yang tidak ditentukan (Dinkes Banten, 2012).
Hasil study pendahuluan yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum
(RSU) Kab. Tangerang tahun 2017 yaitu jumlah pasien Diabetes Melitus di Rawat
Jalan hampir 50% dan setiap harinya ada  80 orang yang datang ke Rumah Sakit
Umum untuk melakukan kontrol diabetes di poli Penyakit Dalam.
Prevalensi penderita DM meningkat dengan bertambahnya usia, tetapi
cenderung menurun kembali setelah usia 64 tahun. Prevalensi DM menurut jenis
kelamin didapatkan pada perempuan (6,4%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki
(4,9%), menurut tingkat pendidikan prevalensi DM paling tinggi pada kelompok
tidak sekolah (8,9%) dan tidak tamat SD (8,0%). Ditinjau dari segi pekerjaan,
prevalensi DM lebih tinggi pada kelompok ibu rumah tangga (7,0%) dan tidak
bekerja (6,9%) diikuti pegawai dan wiraswasta yang masing-masing (5,9%).
Berdasarkan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, prevalensi DM
meningkat sesuai dengan meningkatnya tingkat pengeluaran (Masfufah, Hadju,
Jafar, 2014)
Gangguan kesehatan akibat komplikasi DM dapat berupa gangguan mata
(retinopati), gangguan ginjal (nefropati), gangguan pembuluh darah (vaskulopati)
dan kelainan pada kaki. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah terjadinya
perubahan patologis pada anggota gerak (Irwanashari, 2008). Salah satu
perubahan patologis yang terjadi pada anggota gerak ialah timbulnya luka. Luka
yang bila tidak dirawat dengan baik akan berkembang menjadi ulkus gangrene
5

(Suyono, 2004). Pada gangren, kulit dan jaringan disekitar luka akan berwarna
kehitaman dan menimbulkan bau. Untuk mencegah gangren meluas, dokter dapat
mengambiltindakan operasi untuk memotong jari kaki atau bagian dari kaki yang
terinfeksi (nita-medicastore.com).
Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan bahwa angka kematian ulkus
gangren pada penyandang diabetes mellitus berkisar antara 17-32%, sedangkan
laju amputasi berkisar antara 15-30%. Para ahli diabetes memperkirakan ½
sampai ¾ kejadian amputasi dapat dihindarkan dengan perawatan kaki yang baik
(Monalisa, 2004). Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi
dilakukan pada penyandang luka diabetes khususnya diakibatkan oleh gangrene
diseluruih dunia (nita-medicastore.com).
Pengelolaan kaki diabetik mencakup pengendalian gula darah,
debridemen/membuang jaringan yang rusak, pemberian antibiotik, dan obat-obat
vaskularisasi serta amputasi. Komplikasi kaki diabetik adalah penyebab amputasi
eksterimitas bawah non tarumatik yang peling sering terjadi di dunia. Sebagian
besar komplikasi kaki diabetik mengakibatkan amputasi yang dimulai dengan
pembentukan ulkus di kulit. Risiko amputasi ekstrimitas bawah 15-46 kali lebih
tinggi pada penderita diabetik dibandingkan dengan orang yang tidak menderita
diabetes mellitus. Komplikasi kaki diabetik adalah alasan yang paling sering
terjadinya rawat inap pasien dengan prevalensi 25% dari seluruh rujukan diabetes
di Amerika Serikat dan Inggris (Yunizone, 2008).
Terjadinya kaki diabetik tidak terlepas dari tingginya kadar glukosa darah
penyandang pada penyandang diabetes. Kadar gula darah yang tidak ditangani
dengan baik dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan
masalah pada kaki penyandang diabetes, yakni kerusakan saraf. Masalah pertama
yang timbul adalah kerusakan saraf ditangan dan kaki. Saraf yang rusak telah
membuat penyandang diabetes tidak dapat merasakan sensasi sakit, panas, atau
dingin, pada tangan dan kaki. Luka pada kaki dapat menjadi buruk karena
penyandang diabetes tidak menyadari adanya luka tersebut. Hilangnya sensasi
rasa ini disebabkan kerusakan saraf yang disebut sebagai neuropati diabetic
(Merry, 2007).
6

Diabetes Melitus Tipe 2 adalah kondisi dimana tubuh terjadi resistensi


insulinsehingga tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhannya guna metabolisme
nutrisi berakibat kadar glukosa tinggi, dan apabila tidak terkendali mengakibatkan
komplikasi penyempitan pembuluh darah perifer terutama di ekstermitas bawah.
Meningkatkan vasodilatasi pembuluh darah perifer merupakan salah satu bentuk
intervensi keperawatan untuk mencegah penyempitan dimana salah satunya
dengan memberikan pijatan (Fain, 2009).
Pijatan memberikan efek pada sirkulasi setempat maupun menyeluruh,
dilatasi pembuluh darah perifer dan meningkatkan aliran darah pada area yang
dilakukan pijat. Pijat merupakan suatu teknik manipulasi sistematik jaringan lunak
tubuh dengan tujuan kesehatan atau penyembuhan (Adinugraha, 2015).

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Mampu bemberikan Asuhan Keperawatan pada Ny. “R” Dengan Kasus
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Ruang Seruni Di RSU Kabupaten Tangerang.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian anamnesa dengan
mengumpulkan semua data baik melalui anamnesa ataupun
pemeriksaan fisik dan penunjang yang dibutuhkan untuk menilai
keadaan pasien secara menyeluruh pada Ny. R dengan Diabetes Melitus
Tipe 2
2. Mahasiswa mampu menganalisa data dengan tepat pada Ny. R dengan
Diabetes Melitus Tipe 2
3. Mahasiswa mampu menyusun diagnosa keperawatan pada Ny. R
dengan Diabetes Melitus Tipe 2
4. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan keperawatan pada Ny. R
dengan Diabetes Melitus Tipe 2
5. Mahasiswa mampu melaksanakan atau dapat memberikan asuhan
keperawata pada Ny. R dengan Diabetes Melitus Tipe 2
6. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan pada Ny. R dengan Diabetes Melitus Tipe 2
7

7. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang


telah dilaksanakan sesuai proses asuhan keperawatan
8. Mahasiswa mampu menganalisa keterkaitan antara jurnal denga teori

1.3. Manfaat Penulisan


1.3.1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran
dalam asuhan keperawatan pada kasus dengan Diabetes Melitus Tipe 2.
1.3.2. Bagi Profesi Keperawatan
Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
pada umumnya dan meningkatkan mutu pelayanan pada klien dengan
Diabetes Melitus Tipe 2 sehingga dapat mengurangi angka kesakitan dan
kematian pada klien.
1.3.3. Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, dan pengalaman
bagi penulis dalam memberikan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Diabetes Melitus Tipe 2 dengan adanya luka gangren.
8
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Diabetes Melitus


2.1.1 Pengertian
Diabetes melitus adalah penyakit kronis progresif yang ditandai
dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi)
(Black, 2014). Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono dkk, 2007).
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Diabetes
melitus (DM) atau kencing manis merupakan penyakit menahun dimana
kadar glukosa darah menimbun dan melebihi nilai normal (Franssica, 2012).
Seseorang dikatakan menderita diabetes, menurut kriteria diagnostik
PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) 2006, jika memiliki
kadar gula darah puasa > 126 mg/dL dan pada tes sewaktu keadaan normal
> 200mg/dL. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan
meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar
gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa
adalah 70-110mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-
140mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung
gula maupun karbohidrat lainnya. Kadar gula darah yang normal cenderung
meningkat secara ringan tetapi progresif (bertahap) setelah usia 50 tahun,
terutama pada orang-orang yang tidak aktif bergerak (Wijoyo, 2012).

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus


Diabetes melitus diklasifikasikan sebagai salah satu dari empat status
klinis berbeda meliputi Tipe 1, Tipe 2, gestasional, atau tipe DM spesifik
lainnya. Diabetes mellitus tipe 1 merupakan hasil destruksi autoimun sel.

8
9

beta, mengarah kepada defisiensi insulin absolut. DM tipe 2 adalah


akibat dari defek sekresi insulin progresif diikuti dengan resistansi insulin,
umumnya berhubungan dengan obesitas. DM gestasional adalah DM yang
didiagnosis selama hamil. DM tipe lain mungkin sebagai akibat dari defek
genetik fungsi sel beta, penyakit pankreas (misal kistik fibrosis) atau
penyakit yang diinduksi oleh obat-obatan (Black, 2014).
Insitute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK).
Sebelumnya, DM diklasifikasikan, baik sebagai insuline-dependent diabetes
melitus (IDDM) maupun non-insuline-dependent diabetes melitus
(NIDDM). Dengan penggunaan terapi insulin yang sudah biasa dengan
kedua tipe DM, IDDM sekarang disebut sebagai DM tipe 1 dan NIDDM
sebagai DM tipe 2. DA juga merekomendasikan menggunakan nomor Arab
daripada nomor Romawi di salam merujuk untuk kedua tipe DM (Black,
2014).
Klien yang tidak memiliki DM tipe 1 atau tipe 2 mungkin
diklasifikasikan sebagai Glukosa Puasa Terganggu (GPT) atau Toleransi
Glukosa Terganggu (TGT). GPT adalah konsentrasi glukosa di antara 100-
125 mg/dl sedangkan TGT didefinisikan sebagai tes toleransi glukosa oral 2
jam (75 gram pembebanan glukosa) dengan konsentrasi glukosa di antara
140-199 mg/dl. GPT dan TGT merujuk ke status metabolisme antara normal
dan DM, disebut sebagai pradiabetes (Black, 2014).
DM gestasional merupakan diagnosis DM yang menerapkan untuk
perempuan dengan intoleransi glukosa atau ditemukan pertama kali selama
kehamilan. DM gestasional terjadi pada 2-5% perempuan hamil namun
menghilang ketika kehamilannya berakhir. DM ini lebih sering terjadi pada
keturunan Amerika-Afrika, Amerika Hispanik, Amerika pribumi dan
perempuan dengan riwayat keluarga DM atau lebih dari 4 kg saat lahir,
obesitas juga merupakan faktor risiko (Black, 2014).
Menurut Fransisca (2012), macam-macam penyakit diabetes melitus ada 5,
yaitu :
1. Diabetes yang tergantung insulin : biasanya pada usia muda, dimana di
dalam tubuhnya tidak ada insulin
10

2. Diabetes yang tidak tergantung insulin : pada usia dewasa kadar insulin
dalam tubuh normal atau tinggi, tetapi tidak bekerja efektif
3. Diabetes pada kehamilan (gestasional)
4. Diabetes yang berhubungan dengan kekurangan gizi di masa muda
5. Diabetes yang disebabkan oleh penyakit lain

Klasifikasi diabetes melitus (Fransisca, 2012)

Diabetes Melitus tipe 1 Diabetes Melitus tipe 2


Nama lain : IDDM Nama lain : NIDDM
Nama lain : DM Juvenil Nama lain : DM dewasa
Penderita menghasilkan sedikit Pankreas tetap menghasilkan
insulin atau sama sekali tidak insulin, kadang kadarnya lebih
menghasilkan insulin, sehingga tinggi dari normal. Tetapi tubuh
terjadi kekurangan insulin absolut. membentuk kekebalan terhadap
efeknya, sehingga terjadi
kekurangan insulin relatif.
Umumnya terjadi sebelum usia 40 Biasanya terjadi pada anak-anak
tahun, yaitu anak-anak dan dan dewasa, tetapi biasanya
remaja. terjadi setelah usia 40 tahun.
Para ilmuwan percaya bahwa Faktor resiko untuk diabetes tipe
faktor lingkungan (berupa infeksi 2 adalah dimana sekitar 80-90%
virus atau faktor gizi pada masa penderita mengalami obesitas.
kanak-kanak atau dewasa awal)
menyebabkan sistem kekbalan
menghancurkan sel penghasil
insulin di pankreas. Untuk
terjadinya hal ini diperlukan
kecenderungan genetik.
90% sel penghasil insulin (sel Diabetes Melitus tipe 2 juga
beta) mengalami kerusakan cenderung diturunkan secara
permanen. Terjadi kekurangan genetik dalam keluarga.
insulin yang berat dan penderita
harus mendapatkan suntikan
insulin secara teratur.
Keadaan klinis saat terdiagnosis Keadaan klinis saat terdiagnosis
biasanya berat. biasanya ringan.
Biasanya padsa orang kurus. Biasanya pada berat normal atau
gemuk.
Pengobatan : insulin, diet, Pengobatan : tablet, insulin, diet,
olahraga. olahraga.
11

2.1.3 Etiologi Diabetes Melitus


DM tipe 2 adalah gangguan yang melibatkan, baik genetik dan faktor
lingkungan. DM tipe 2 adalah DM paling umum, mengenai 90% orang
memiliki penyakit. DM tipe 2 biasanya terdiagnosis setelah usia 40 tahun
dan lebih umum diantara dewasa tua, dewasa obesitas, dan etnik serta
populasi ras tertentu. DM tipe 2 tidak berhubungan dengan tipe jaringan
HLA dan sirkulasi ICAs jarang ada (Black, 2014).

2.1.4 Patofisiologi
Diabetes Mellitus Tipe II

Respon terbatas sel beta terhadap hiperglikemia tampak menjadi


faktor mayor dalam perkembangannya. sel beta terpapar secara kronis
terhadap kadar glukosa darah tinggi menjadi secraa progresif kurang efisien
ketika merespon peningkatan glukosa lebih lanjut hal ini dinamai
desensitisasi, dapat kembali dengan menormalkan kadar glukosa. rasio
proinsulin terhadap insulin tersekresi juga meningkat. Resistensi terhadap
aktivitas insulin biologis, baik dihati maupun jaringan perifer. keadaan ini
disebut sebagai resistensi insulin. diabetes mellitus tipe ii memiliki
penurunan sensitivitas insulin terhadap kadar glukosa hepatik berlanjut,
Reaksi Autoimun
bahkan sampai dengan kadar glukosadarah tinggi. hal ini bersamaan dengan
ketidkmampuan otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan glukosa.
mekanisme penyebabhancur
Sel β pancreas resistensi insulin perifer tidak jelas, namun
Juumlah ini tampak
sel pancreas
terjadi setelah insulin berikatan terhadap reseptor pada menurun
permukaan sel
(Black, 2014). Definisi insulin

2.1.5 Pathway
Hiperglikemi Metabolisme
DM Tipe I protein meningkat DM Tipe II

Ideopatik, usia, genetik dll


Pembatasan diit
Fleksibilitas darah
merah
Intake tidak
adekuat
Pelepasan O2

Hipoksia perifer Poliuri

Nyeri Ketidakefektifan perfusi jaringan


12

Liposis meningkat

Penurunan BB

Kekurangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

Defisit perawatan
diri

2.2.6 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus


Menurut Black (2014), gejala klinis umum dan ciri yang membedakan
diabetes melitus yaitu :
a. Poliuria (sering BAK)
Air tidak diserap oleh tubulus ginjal sekunder untuk aktivitas osmotik
glukosa, mengarah kepada kehilangan air, glukosa dan elektrolit.
b. Polidipsi (haus berlebihan)
Dehidrasi sekunder terhadap poliuria menyebabkan haus
c. Polifagi (lapar berlebihan)
Kelaparan sekunder terhadap katabolisme jaringan menyebabkan rasa
lapar
d. Penurunan berat badan
Kehilangan awal sekunder terhadap penipisan simpanan air, glukosa
dan trigleserid; kehilangan kronis sekunder terhadap penurunan massa
otot karena asam amino dialihkan untuk membentuk glukosa dan
keton
e. Pandangan kabur berulang
Sekunder terhadap paparan kronis retina dan lensa mata terhadap
cairan hiperosmolar
f. Pruritus, infeksi kulit, vaginitis
Infeksi jamur dan bakteri pada kulit terlihat lebih umum, hasil
penelitian masih bertentangan
g. Ketonuria
13

Ketika glukosa tidak dapat digunakan untuk energi oleh sel tergantung
insulin, asam lemak digunakan untuk energi; asam lemak dipecah
menjadi keton dalam darah dan diekskresikan oleh ginjal; pada DM
tipe 2, insulin cukup untuk menekan berlebihan penggunaan asam
lemak tapi tidak cukup untuk penggunaan glukosa
h. Lemah dan letih, pusing
Penurunan isi plasma mengarah kepada postural hipertensi,
kehilangan kalium dan katabolisme protein berkontribusi terhadap
kelemahan
i. Sering asimtomatik
Tubuh dapat beradaptasi terhadap peningkatan pelan-pelan kadar
glukosa darah sampai tingkat lebih besar dibandingkan peningkatan
yang cepat.

2.1.7 Faktor Resiko Diabetes Melitus


Menurut Barnes (2012), faktor resiko untuk diabetes yaitu :
1. Anggota kelompok beresiko tinggi (ras Afrika-Amerika, Asia, Latin,
dan Amerika asli)
2. Obesitas
3. Tekanan darah tinggi
4. Kadar lemak darah tinggi
5. Keturunan pertama penderita diabetes
Sedangkan menurut Fransisca (2012), faktor resiko penting diabetes antara
lain :
1. Kedua orang tuanya menderita diabetes
2. Salah satu saudara kandungnya mengidap diabetes
3. Salah satu anggota keluarganya, nenek, paman, bibi, sepupu mengidap
diabetes
4. Pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg
5. Kurang berolahraga
6. Diet yang buruk dimana mengkonsumsi tinggi kalori dan rendah serat
7. Pengaruh usia, umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang
secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes
sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut,
14

terutama setelah usia 45 tahun dan pada mereka yang berat badannya
berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin
8. Stres kronis yang cenderung membuat seseorang mencari makanan
yang manis-manis dan berlemak serotonin otak. Serotonin ini
mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi
gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko
diabetes
9. Kurang gizi atau berkebihan berat badan sama-sama meningkatkan
resiko diabetes. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas,
sedangkan obesitas (gemuk berlebih) mengakibatkan gangguan kerja
insulin (retensi insulin)
10. Kurang gizi dapat terjadi selama kehamilan, masa anak-anak, dan pada
usia dewasa akibat diet ketat berlebih. Sedangkan kurang gizi pada
janin mungkin terjadi karena ibunya merokok atau menkonsumsi
alkohol selama hamil. Sebaliknya, obesitas bukan karena makanan yang
manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang
terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang disimpan di dalam
tubuh sangat berlebihan. Sekitar 80% penderita diabetes tipe 2 adalah
mereka yang tergolong gemuk
11. Pada waktu pemeriksaan kesehatan ditemukan kadar gula darah antara
140-200 mg/dl
12. Menderita penyakit lever (hati) yang kronik atau berat
13. Terlalu lama mengkonsumsi obat-obatan, suntikan atau minum tablet
golongan kortikosteroid (sering digunakan oleh penderita asma,
penyakit kulit dan rematik) seperti : prednisone, dexametasone,
methylprednisolone, kortison, hidrokortison

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan Darah
Pada pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan glukosa darah
lebih dari 140 mg per 100 ml darah pada dua kali pengukuran. Glukosa
darah meningkat karena sebagian besar sel tidak dapat memasukkan
glukosa ke dalam sel tanpa insulin dan terjadinya perangsangan
glukoneoganesis.
2. Pemeriksaan Glukosa dalam Urine
15

Glukosa dalam urine adalah nol, tetapi apabila kadar glukosa dalam
darah lebih besar dari 180 mg per 100 ml darah maka glukosa akan
keluar bersama urin.
3. Pemeriksaan Keton dalam Urine
Terutama pada individu dengan diabetes tipe I yang tidak terkontrol,
disini akan muncul keton pada urine si penderita.
4. Peningkatan Hemoglobin Terglikosilasi
Selama 120 hari masa hidup sel darah merah, hemoglobin secara lambat
dan ireversible mengalami glikosilasi (mengikat glukosa). Dalam
keadaan normal, sekitar 4-6% hemoglobin sel darah merah terglikosilasi.
Apabila terdapat hiperglikemia, maka kadar hemoglobin terglikosilasi
akan meningkat.
5. Uji toleransi Glukosa yang Melambat
Apabila pada seorang yang nondiabetik diberikan glukosa secara oral,
maka sekresi insulin dari pankreas akan meningkat dengan segera. Hal
ini memungkinkan pengangkutan glukosa secara cepat keluar dari darah
untuk masuk kedalam sel. Dengan demikian sampel darah yang diambil
secara berkala setelah pemberian glukosa pada orang nondiabetes
meningkat hanya sedikit dan biasanya kembali normal setelah 2 jam.
Para pengidap diabetes tidak dapat mengeluarkan insulin (tipe I)
terhadap respon pemberian glukosa atau mengalami penurunan
responsifitas terhadap insulin yang mereka keluarkan (type II). Pada
pengidap diabetes, setelah pemberian glukosa, sampel darah yang
diambil secara berkala memperlihatkan peningkatan kadar glukosa secara
bermakna dan tetap meningkat selama beberapa jam kemudian

2.1.9 Penatalaksanaan
1. Terapi Primer
a. Diet Diabetes Mellitus
Pasien yang memerlukan insulin untuk membantu mengendalikan
kadar gula darah, dapat mempertahankan konsistensi jumlah kalori
dan karbohidrat yang dikonsumsi pada jam-jam makan yang
berbeda. Di samping itu konsistensi interval waktu diantara jam
makan dengan mengkonsumsi cemilan juga dapat dilakukan, ini
16

akan membantu mencegah reaksi hipoglikemia dan pengendalian


keseluruhan kadar glukosa darah. Terapi diet merupakan komponen
penting pada pengobatan diabetes baik itu tipe I maupun tipe II.
Rencana diet diabetes dihitung secara individual bergantung pada
kebutuhan pertumbuhan, rencana penurunan berat badan, dan tingkat
aktivitas. Sebagian pasien diabetes tipe II mengalami pemulihan
kadar glukosa darah mendekati normal hanya dengan intervensi diet.
b. Program Olahraga
Terutama untuk pengidap diabetes tipe II, olah raga di sertai dengan
pembatasan diet akan mendorong penurunan berat badan dan dapat
meningkatkan kepekaan insulin. Untuk kedua tipe Diabetes Mellitus,
olah raga terbukti dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel
sehingga kadar glukosa darah turun. Pengidap diabetes tipe I harus
berhati-hati sewaktu berolahraga karena dapat terjadi penurunan
glukosa darah yang mencetuskan hipoglikemia. Hal ini terjadi
apabila pemberian insulin tidak disesuaikan dengan program olah
raga.
c. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan harus sering diberikan oleh dokter atau
perawat kepada para penderita Diabetes Mellitus. Penyuluhan
tersebut meliputi beberapa hal, antara lain pengetahuan mengenai
perlunya diet secara ketat, latihan fisik, minum obat, dan juga
pengetahuan tentang komplikasi., pencegahan, maupun
perawatannya. Penyuluhan dapat diberikan langsung baik secara
perorangan maupun kelompok, atau melalui poster/selebaran.
Penyuluhan ini juga dapat dilakukan antara penderita diabetes
dengan cara berbagi pengalaman mengenai segala hal yang berkaitan
dengan penyakit yang mereka derita tersebut.
2. Terapi skunder
1. Obat-obatan antidiabetes oral
Obat-obatan anti diabetes oral di amerika serikat untuk
memanajemen diabetes melitus, kelas utama anti diabetes oral
termasuk s ulfoniuria, biguanid, meglitinid, tiazolidinedion, inhibitor
alfa-glukosidase, I nkretin mimetic dan amylonomimetik.
2. Terapi insulin
17

Klin dengan diabetes melitus tipe I tidak menghasilkan cukup insulin


untuk menopang kehidupan. klien bergantung pada pemberian
insulin eksogen harian. sebaliknya, klien dengan diabetes mellitus
tipe II tidak bergantung pada insulin eksogen dengan untuk bertahan
hidup. Namun sklien dengan diabetes mellitus tipe II mungkin butuh
untuk memakai insulin guna mengendalikan glukosa adekuat,
khususnya pada saat stress atau sakit. insulin bekerja untujk
menurunkan kadar glukosa darah dengan memperbaiki transfor
glukosa ke dalam sel dan menghambat perubahan glikogen dan asam
amino kedalam glokosa. Tipe dan jenis insulin digunakan teknik
injeksi, tempat injeksi, kadar antibody insulin, serta respon
individual mempengaruhi onset, puncak dan durasi kerja insulin.
3. Terapi kombinasi
Terapi kombinasi sebagai penggunaan > 2 obat antidiabetes ora; atau
obat oral yang dikombinasikan dengan insulin. keuntungan terapi
kombinasi dalam beberapa manfaat tambahan dapat ditunjukan daro
2 tipe obat berbeda yang melengkapi dan memantapkan satu sama
lain.

2.1.9 Komplikasi Diabetes Melitus


Hasil survey menyatakan bahwa komplikasi DM antara lain
dislipidemia (60%), kelainan saraf (51,4%), penurunan kemampuan seksual
(50,9%), gangguan sendi (25,5%), katarak (16%), TBC paru (12,8%),
hipertensi (12,1%), penyakit jantung koroner (10%), nefropati/komplikasi
ginjal (5,7%), stroke (4,2%), selulitis-gangren (3,8%), batu kandung
empedu bergejala (3%), (Fransisca, 2012).
Diabetes merupakan penyebab utama kebutaan di Amerika Serikat,
dan mempengaruhi mata dengan merusak retina, yang disebut retinopati
diabetik. Semua penderita diabetes tipe 1 disarankan melakukan
pemeriksaan mata setiap tahun, dimulai setelah lima tahun setelah kondisi
itu. Penderita diabetes tipe 2 sebaiknya melakukan pemeriksaan mata segera
setelah terdiagnosis. Kerusakan retina dapat terjadi melalui dua cara.
Pertama, pembuluh darah yang memasok nutrisi ke sel-sel retina dapat rusak
akibat tingginya kadar glukosa dalam darah, kemudian menyebabkan
18

pendarahan dan pembentukan gumpalan darah tersebut. Jika retina tidak


menerima nutrisi dan oksigen karena sedikitnya aliran darah di dalam
pembuluh, sel akan mati, menyebabkan hilangnya penglihatan secara
permanen (Barnes, 2012).
Pembuluh darah kecil di dalam retina rusak dengan cara ini, tubuh
akan menghasilkan pembuluh darah baru di daerah ini untuk berusaha
mengirimkan oksigen ke sel-sel retina. Ini dapat menyebabkan terbentuknya
pembuluh darah di retinaterlalu banyak, kemudian menghalangi cahaya dan
menyebabkan kebutaan. Kondisi ini dinamakan retinopati diabetik
proliferatif. Kaburnya penglihatan ini juga dapat terjadi saat kadar glukosa
darah tinggi (Barnes, 2012).
Menurut American Diabetes Associatin, 10-21% penderita diabetes
juga menderita penyakit ginjal, yang disebut nefropati diabetik. Kadar
glukosa yang tinggi dapat menyebabkan ketidaknormalan yang membuat
unsur-unsur penting di dalam tubuh seperti protein, terbuang ke dalam urin.
Ini disebut proteinuria, yang merupakan gejala umum gagal ginjal awal
(Barnes, 2012).
Penderita diabetes memiliki resiko tinggi terhadap penyakit jantung
dan pembuluh darah. Penyakit ini biasanya dapat berupa penebalan dinding
pembuluh yang dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah melalui
pembuluh yang umunya disebut plak. Dan kondisi ini dapat menyebabkan
berkurangnya atau terhentinya aliran darah ke jantung, yang akan
menyebabkan kerusakan parah otot pemompa ini yang disebut infark
miokardial atau serangan jantung (Barnes, 2012).
Keluhan yang dialami penderita pengidap diabetes adalah akibat
komplikasi-komplikasi ikutan dari gula darah yang tinggi. Empat penyakit
degeneratif utama yang lebih dari 50% penderitanya penyandang diabetes
seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal kronik, dan kebutaan
(Fransisca, 2012).
Komplikasi akut diabetes melitus meliputi hiperglikemia dan
ketoasidosis diabetik, sindrim hiperglikemia hipersomolar nonketosis,
hipoglikemia, dan gangguan hipoglikemia lain. Komplikasi makrovaskular
19

antara lain penyakit arteri koroner, penyakit serebrovaskular, hipertensi,


penyakit pembuluh perifer dan infeksi. Komplikasi mikrovaskular yaitu
retinopati, nefropati, ulkus tungkai dan kaki, neuropati sensorimotor,
neuropati autonom (pupil, jantung pembuluh, gasrtrointestinal, dan
urogenital) (Black,2014).
Komplikasi diabetes jangka panjang adalah akibat kerusakan
pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil. Pembuluh darah menjadi
sempit, tidak beraturan, banyak bekuan, menggelembung dan akhirnya
tertutup total atau pecah. Pembuluh darah yang terkena bisa di otak
(akhirnya menjadi stroke), pada jantung (menjadi serangan jantung-penyakit
jantung koroner), dan pembuluh darah besar lain (penyakit pembuluh darah
tepi) (Fransisca, 2012).
Pengelolaan diet diabetes secara holistik dan mandiri selama hidup
melalui edukasi dapat meningkatkan kualitas hidup dan mencegah berbagai
komplikasi kronik yang sering menyebabkan cacat bahkan kematian.
Edukasi diabetes/konsultasi/penyuluhan terutama tentang perencanaan
makanan merupakan bagian yang krusial dan perlu dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh dan berkelanjutan (Suyono dkk, 2007).
Menurut Barnes (2012), sistem yang dipengaruhi oleh diabetes yaitu :

Sistem organ Tanda dan gejala umum


Sistem okuler (mata) Pandangan mata kabur,
kebutaan
Sistem urinari (ginjal dan kandung Protein terbuang di urin,
kemih) tekanan darah tinggi, dan
infeksi saluran kemih
Sistem jantung dan pembuluh darah Penyakit arteri koroner dan
(jantung) serangan jantung
Sistem pembuluh darah tepi Nyeri tungkai dan kaki saat
(pembuluh darah di lengan dan kaki) beraktivitas dan rusaknya kulit
dan jaringan lunak
Sistem saraf pusat (otak) Stroke atau kerusakan
pembuluh otak
Sistem saraf tepi (saraf di batang Mati rasa pada kaki, nyeri pada
tubuh, lengan, dan kaki) kaki, borok di kaki, mual,
20

muntah, diare, hilangnya


kontrol landung kemih, pusing
dan hilang kesadaran
Sistem kekebalan (sistem Infeksi berulang (infeksi kulit
pengendalian infeksi) dan kandung kemih umum
terjadi)

Sistem yang dipengaruhi oleh diabetes (Barnes, 2012)

2.2 Massage/ Pijat


2.2.1 Definisi
Massage/Pijat disebut juga dengan pijatan yang berarti sentuhan yang
dilakukan dengan sadar (Nanayakkara, 2006). Menurut Fallows dan Russel
(2003), pijat adalah hal yang dilakukan dengan rasa tenang dan rileks yang
diikuti saling bercengkrama.

2.2.2 Manfaat Pijat/Massage


Pijat merupakan teknik integrasi sensori yang mempengaruhi
aktivitas sistem saraf otonom. Apabila seseorang mempersepsikan sentuhan
sebagai stimulus rileks maka akan muncul respon relaksasi (Meet, 1993
dalam Perry&Potter, 2005).
Menurut Price tahun 1997, massage secara luas diakui sebagai
tindakan yang memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Relaksasi
Menimbulkan relaksasi yang dalam sehingga meringankan kelelahan
jasmani dan rohani dikarenakan sistem saraf simpatis mengalami
penurunan aktivitas yang akhirnya mengakibatkan turunnya tekanan
darah (Kaplan,2006).
2. Mengurangi nyeri
Memperbaiki sirkulasi darah pada otot sehingga mengurangi nyeri dan
inflamasi, dikarenakan massage meningkatkan sirkulasi baik darah
maupun getah bening (Price, 1997).
3. Memperbaiki organ tubuh
21

Memperbaiki secara langsung maupun tidak langsung fungsi setiap organ


internal berdasarkan filosofi aliran energi meridian massage mampu
memperbaiki aliran peredaran energi (meridian) didalam tubuh menjadi
positif sehingga memperbaiki energi tubuh yang sudah lemah (Thie,
2007; Dalimartha, 2008).
4. Memperbaiki postur tubuh
Mendorong kepada postur tubuh yang benar dan membantu memperbaiki
mobilitas (Price, 1997). Menurut George Goodheart (1960), otot yang
tegang menyebabkan nyeri dan bergesernya tulang belakang keluar dari
posisi normal sehingga postur tubuh mengalami perubahan, massage
berfungsi untuk menstimulasi saraf otonom yang dapat mengendurkan
ketegangan otot (Perry&Potter,2005).
5. Latihan pasif
Sebagai bentuk dari suatu latihan pasif yang sebagian akan mengimbangi
kurangnya latihan yang aktif karena massage meningkatkan sirkulasi
darah yang mampu membantu tubuh meningkatkan energi pada titik vital
yang telah melemah (Price, 1997; Dalimartha, 2008).

2.2.3 Faktor-faktor Pertimbangan dalam Pijit/Massage


Menurut Price (1997), berbagai jenis gerakan bukan hanya bagian dari
massage, yang sama pentingnya adalah cara bagaimana gerakan tersebut
dilakukan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah tekanan,
kecepatan, irama, durasi, frekuensi.
1. Tekanan
Ketika menggunakan keseluruhan tangan untuk mengurut suatu daerah
yang luas, tekanan harus selalu dipusatkan di bagian telapak tangan. Jari-
jari tangan harus dilemaskan sepenuhnya karena tekanan jari tangan pada
saat ini tidak menghasilkan relaksasi yang diperlukan. Tekanan telapak
tangan hanya boleh diberikan ketika melakukan gerakan mengurut ke
arah jantung dan harus dihilangkan ketika melakukan gerakan balik
(Price, 1997).

2. Kecepatan
22

Sampai taraf tertentu kecepatan gerakan massage bergantung pada efek


yang ingin dicapai. Umumnya, masse dilakukan untuk menghasilkan
relaksasi pada orang yang dipijat dan frekuensi gerakan massage kurang
lebih 15 kali dalam semenit (Price, 1997).
3. Irama
Gerakan yang tersentak-sentak tidak akan menghasilkan relaksasi
sehingga kita harus berhati-hati untuk mempertahankan irama yang tidak
terputus-putus (Price, 1993).
4. Durasi
Durasi atau lamanya suatu terapi massage bergantung pada luasnya tubuh
yang akan dipijat. Rangkaian massage yang dianjurkan berlangsung
antara 5 sampai 15 menit dengan mempertimbangkan luas daerah yang
dipijat (Price, 1997)
5. Frekuensi
Price (1997) mengemukakan, umumnya diyakini bahwa massage paling
efektif jika dilakukan tiap hari, beberapa peneliti mengemukakan bahwa
terapi massage akan lebih bermanfaat bila dilakukan lebih sering dengan
durasi yang lebih singkat. Menurut Breakey (1982) yang dikutip oleh
Price (1997), massage selama 10 menit harus sudah menghasilkan
relaksasi

2.2.4 Pijit / Massage Pada Kaki


Menurut Aslani (2003), melakukan massage pada otot-otot besar pada
kaki dapat memperlancar sirkulasi darah dan saluran getah bening serta
membantu mencegah varises. Pada saat melakukan massage pada otot-otot
kaki maka tingkatkan tekanan ke otot ini secara bertahap untuk
mengendurkan ketegangan sehingga membantu memperlancar aliran darah
ke jantung. massage pada kaki diakhiri dengan massage pada telapak kaki
yang akan merangsang dan menyegarkan kembali bagian kaki sehingga
memulihkan sistem keseimbangan dan membantu relaksasi.
Pemijatan ini dilakukan dengan persiapan terlebih dahulu, adapun langkah
yang harus dilakukan menurut Aslani (2003) adalah sebagai berikut:
23

1. Menyediakan tempat yang nyaman


Lingkungan tempat massage harus membuat suasana rileks dan nyaman,
pemijat harus memperhatikan suhu ruangan yang tidak terlalu panas dan
tidak terlalu dingin, penerangan yang cukup, permukaan tempat massage
yang rata dan nyaman jika diperlukan gunakan karpet dengan busa karet
agar menambah suasana nyaman pada klien.
2. Menyeimbangkan diri
Ketenangan dan kenyamanan diri adalah hal yang penting jika ingin
memberikan pijatan yang baik. Kenakan pakaian yang tidak membatasi
gerak saat memijat, rilekskan diri dengan meletakkan kedua tangan
dibawah pusar dan rasakan hangat tangan masuk memasuki daerah pusar
kemudaian bukalah mata perlahan-lahan.
3. Effleurage
Effleurage adalah gerakan urut mengusap yang dilakukan secara
ritmis/berirama dan berturut-turut ke arah atas. Arti gerakan mengusap,
yaitu gerakan ringan dan terus menerus yang dilakukan dengan ujung jari
bagian bawah terutama pada bagian wajah yang sempit seperti hidung
dan dagu. Dan dengan telapak tangan pada bagian wajah yang lebar
seperti dahi dan pipi. Lakukan secara pelan dan berirama tanpa tekanan.
Pijatan secara effleurage memiliki efek seudatif yaitu efek
menenangkan, oleh karena itu gerakan ini selalu dilakukan pada awal dan
akhir pemijatan. Untuk melakukan gerakan mengurut, otot-otot tangan
dan jari-jari dikendurkan. Pada gerakan effleurage telapak tangan atau
jari harus melekat dan menyesuaikan dengan bagian yang sedang diurut
sambil menekan perlahan- lahan pada setiap bagian yang diurut, dan
tidak boleh dilepaskan dari kulit yang sedang diurut sebelum
keseluruhan bagian tersebut selesai. Pada tiap gerakan effleurage tekanan
harus ringan pada permulaan lalu menjadi keras dan berkurang lagi pada
akhir gerakan Penting diperhatikan bahwa tangan yang mengusap itu
kembali ke tempat asal pengurutan lepas dari kulit yang baru diurut.
Khasiat gerakan ini seperti:
24

a. Menghilangkan secara mekanis sel-sel epitel yang telah mengelupas.


Pengusapan dapat diperlancar dengan menggunakan krim atau
minyak.
b. Akibat pengusapan terhadap peredaran darah dan getah bening adalah
berikut :
 Mempercepat pengangkutan zat-zat sampah dan darah yang
mengandung karbondioksida juga memperlancar aliran limfe baru
dan darah yang mengandung banyak sari makanan dan oksigen.
 Pertukaran zat (metabolisme) di semua jaringan meningkat dan
pemberian makanan kepada kulit dari dalam tubuh lebih terjamin.

4. Petrissage
Gerakan ini menggunakan ujung jari dan telapak tangan untuk menjepit
beberapa bagian kulit. Pijatan jenis ini perlu sedikit tekanan (pressure).
Tujuan pijatan dengan sedikit menjepit atau menekan adalah untuk
memberikan stimulasi yang lebih dalam pada kulit dan memperlancar
sirkulasi. Tekanan dan jepitan harus dilakukan secara ringan dan
berirama. Pada pengurutan badan, pertisage dilakukan di antara jari-jari
dan telapak tangan. Pada pengurutan muka dan leher hanya
menggunakan ibu jari dan telunjuk atau kelingking. Fulling adalah suatu
bentuk petrisage yang kebanyakan dipakai untuk mengurut lengan.
Dengan jari kedua belah tangan, lengan dipegang dan satu gerakan
memijat dilakukan pada otot. Khasiat gerakan petrisage adalah :
a. Memperlancar penyaluran zat-zat di dalam jaringan ke dalam
pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, seakan-akan
diremaskan ke dalamnya.
b. Darah dan getah bening mengantarkan sari makanan ke jaringan dan
membawa ampas pertukaran zat dari jaringan ke alat-alat
pembuangan. Jika aliran darah dan getah bening tidak lancar, maka
terjadilah pembendungan yang dapat dihindarkan secara positif
melalui pengurutan meremas.
25

c. Serabut-serabut kenyal jaringan ikat pertama-tama dirangsang :


gerakan tarik menarik atau tekan menekan akan menambah
kekenyalannya.

2.2.5 Prosedur pengukuran Ancle Bracial Index (ABI)


1. Prosedur Pengukuran Ancle Bracial Index (ABI) menurut (American
Diabetes Association, 2004). yaitu :
a. Anjurkan pasien berbaring terlentang, posisi kaki sama tinggi dengan
posisi jantung.
b. Pasang manset tensimeter di lengan atas dan tempatkan stetoskup
diatas arteri brachialis dengan sudut 45 derajat.
c. Palpasi nadi radialis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg diatas
tekanan darah sistolik palpasi.
d. Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh
probe hasilnya merupakan tekanan darah systolic brachialis.
e. Ulangi pada lengan yang lain.
f. Pasang manset tensimeter di pergelangan kaki dan tempatkan
stetoskup diatas arteri dorsalis pedis atau arteri tibilias dengan sudut
45 derajat.
g. Palpasi nadi radialis kemudian pompa mtanset hingga 20 mmHg
diatas tekanan darah sistolik palpasi.
h. Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh
probe hasilnya merupakan tekanan darah systolic ankle.
i. Ulangi pada kaki yang lain.
Pilih tekanan darah systolic brachialis tertinggi (diantara lengan kanan
dan kiri) dan tekanan darah systolic ankle teritnggi (diantara kaki
kanan dan kaki kiri). Dalam penentuan nilai ABI kadang ditemukan
tekanan darah sistolik false tinggi ditemukan pada pasien diabetik. Hal
ini disebabkan tekanan manset tidak mampu menekan pembuluh darah
distal yang mengalami kalsifikasi. (American Diabetes Association,
2004).
Sirkulasi darah pada daerah kaki dapat diukur melalui
pemeriksaan non invasive salah satunya adalah dengan pemeriksaan
26

ankle brachial index.Nilai ABI pada pasien ABI > 1.0 dan apabila <
0.9 beresiko terjadi gangguan perifer oleh karena itu skrening yang
tepat untuk pasien DM adalah dengan mengukur ABI. Hubungan ABI
dan keparahan ulkus diuji dengan analisis koefisien koreksi Spearman
dan mendapatkan nilai P =0,008 yang menunjukkan makin rendah
nilai ABI maka nilai keparahan ulkus semakin besar (Kristiani et al.,
2015). Ankle brachial index (ABI) merupakan pemeriksaan non
invasive pembuluh darah yang berfungsi untuk mendeteksi tanda dan
gejala klinis dari iskhemia, penurunan perfusi perifer yang dapat
mengakibatkan angiopati dan neuropati diabetik. ABI adalah metode
sederhana dengan mengukur tekanan darah pada daerah ankle (kaki)
dan brachial (tangan) memerlukan probe doppler.Hasil pengukuran
ABI menunjukan keadaan sirkulasi darah pada tungkai bawah dengan
rentang nilai sama atau lebih 0,90 menunjukkan bahwa sirkulasi ke
daerah tungkai normal dan apabila kurang dari 0.90 dinyatakan
sirkulasi ke kaki mengalami obstruksi. Nilai ini didapatkan dari hasil
perbandingan tekanan sistolik pada daerah kaki dan tangan(Antono &
Hamonangani, 2014; Gitarja, 2015)
Sirkulasi darah kaki adalah aliran darah yang dipompakan
jantung keseluruh tubuh salah satunya kaki yang dipengaruhi oleh tiga
faktor yaitu viskositas (kekentalan darah), panjang pembuluh darah
dan diameter pembuluh darah. DM merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tekanan aliran darah karena faktor viskositas akibat
penumpukan gula darah. Kekentalan darah mengakibatkan aliran
darah terganggu ke seluruh tubuh dan menyebabkan penurunan
perfusi kejaringan tubuh. Penurunan perfusi yang terberat adalah pada
daerah distal atau kaki apabila keadaan ini berlangsung lama dapat
menimbulkan komplikasi seperti PAD dan pada DM adalah dapat
menyebabkan luka ganggren. Luka ganggren muncul akibat
penurunan perfusi sehingga jaringan tidak mendapatkan nutrisi dan
kurang oksigen serta neuropathy. Pada pasien DM hal yang ditakuti
27

adalah adanya luka ganggren yang susah untuk disembuhkan


(Agustianingsih,2013).
Nilai yang diambil adalah tekanan darah sistolik yang tertinggi
pada kedua kaki dibagi tekanan sistolik tertinggi dikedua tangan.
Interpretasi ABI menunjukan keadaan sirkulasi darah pada tungkai
bawah, menurut Aboyans et al (2012) terdiri dari empat kategori yaitu
normal (≥ 0.90); obstruksi ringan (0.71-0.90); obstruksi sedang (0.41-
0.70); dan obstruksi berat (≤ 0.40). Rasio sistolik pada ankle dan
brachialis dalam pengukuran ABI didapatkan semakin rendah nilai
ABI yang merupakan adanya obstruksi ke daerah perifer disebabkan
oleh karena sistolik didaerah brachialis lebih tinggi dari pada ankle.
Penelitian ini membuktikan sebagian besar nilai ABI sebelum
melakukan senam kaki berada pada rentang 0.40-0.70 (obstruksi
sedang), nilai tersebut didapatkan nilai sistolik brachial lebih tinggi
dari ankle.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 GAMBARAN KASUS


Pada kasus ini pasien Ny. R berusia 48 tahun yang beralamat kan di
Perumahan Rajeg Mas Permata blok A3/11 Rt: 008/006 dengan diagnosa Diabetes
mellitus tipe 2 yang diantar oleh suaminya ke IGD dengan keluhan pasien
mengatakan mual, muntah, lemas, nafsu makan menurun selama 5 hari. Saat
dilakukan pengkajian Ny. R tampak lemas, pasien mengatakan kakinya gatal,
kakinya dipasang pen 3 tahun yang lalu, pasien mengatakan jika gula darahnya
tinggi keluar nanah pada lokasi pemasangan pen, pasien mual, dan tidak nafsu
makan. saat dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil GDS : 265 mg/dl TD :
130/80 mmhg Nadi : 84x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 36,6°C dengan berat
badan 43kg tinggi badan 148cm dengan IMT : 19,5.

3.2 BIODATA PASIEN


1. Nama : Ny. R
2. Umur : 48 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. No. Register : 00167406
5. Alamat : Perumahan Rajeg Mas Permata A3/11 Rt: 008/006
6. Status : Menikah
5. Keluarga terdekat : Suami
6. Diagnosa Medis : Diabetes Melitus tipe 2
7. Tanggal Pengkajian : 19 Desember 2017

3.3 ANAMNESE
A. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :

Saat Masuk Rumah Sakit : Pasien mengatakan mual, muntah, lemas, nafsu
makan menurun selama 5 hari.

28
29

Saat Pengkajian : Pasien mengatakan kakinya gatal, kakinya


dipasang pen 3 tahun yang lalu, pasien
mengatakan jika gula darahnya tinggi keluar
nanah pada lokasi pemasangan pen.

B. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengatakan memiliki penyakit hipertensi dan diabetes melitus

C. Riwayat Penyakit Yang Lalu :


Pasien mengatakan menderita diabetes melitus sejak 3 tahun yang lalu dan
hipertensi 5 tahun yang lalu.

D. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Pasien mengatakan ada keluarga yang menderita hipertensi dan diabetes
melitus.

E. Pola Pemeliharaan Kesehatan


1. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi :
No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
Makan/Minum
1 Jumlah / Waktu Pagi: makana ringan Pagi: susu 10 cc
Siang : 1 porsi makan Siang : nasi 4-5 sendok
Malam : 1 porsi Malam : tidak makan
makan

2 Jenis Nasi : putih Nasi: Bubur


Lauk : ikan, telur, Lauk: ayam sesuai diit dari ahli
ayam gizi
Sayur : sop, tumis Sayur : tidak tentu
kankung Minum/ Infus : Nacl 0,9% /24 jam,
Minum : Air mineral Aminofusin/ 24 jam.

3 Pantangan Makanan dan Makanan dan minuman manis


minuman manis
4 Kesulitan Pasien mengatakan Pasien mengatakan mual
Makan / Minum mual
5 Usaha-usaha Makan sedikit demi Makan sedikit demi sedikit
mengatasi sedikit Dibantu disuapi oleh suami.
masalah
30

Masalah Keperawatan : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari


Kebutuhan Tubuh

2. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
Eliminasi BAB
/BAK
1 Jumlah / Waktu BAB: 3x/hari BAB: selama di RS
BAK: 5-6x/hari pasien BAB 1 kali
BAK: 5-6/hari
2 Warna BAB: kuning BAB: kuning kecoklatan
kecoklatan BAK: kuning jernih
BAK: kuning jernih
3 Bau Bau khas Bau khas
4 Konsistensi BAB: lunak BAB: keras sedikit
Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
5 Eliminasi
6 Cara Mengatasi Tidak ada Tidak ada
Masalah

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Pola istirahat tidur


No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
Istirahat Tidur
1 Jumlah / Waktu Pagi: - Pagi: -
Siang : 2 jam Siang : 3 jam
Malam : 6 jam Malam : 6 jam

2 Gangguan Tidur Tidak ada gangguan Tidak ada gangguan


3 Upaya Tidak ada Tidak ada
Mengatasi
Gangguan tidur
4 Hal Yang Suasana tenang Suasana tenang
Memper-mudah
Tidur
5 Hal Yang Suasana bising Suasana bising
Memper-mudah
bangun

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Pola kebersihan diri / Personal Hygiene :


31

No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit


Personal
Hygiene
1 Frekuensi 2 hari sekali Selama di RS belum keramas
Mencuci Rambut
2 Frekuensi Mandi 2x sehari Selama di RS pasien hanya di
lap saja setiap pagi
3 Frekuensi Gosok 2x sehari Selama di RS pasien
Gigi menggosok gigi 2 kali
4 Keadaan Kuku Pendek bersih Bersih

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

F. Riwayat Sosial Ekonomi


1. Latar Belakang Social, Budaya Dan Spiritual Klien
Kegiatan kemasyarakatan : Pasien sering mengikuti kegiatan masyarakat,
dan kegiatan spiritual seperti pengajian setiap
minggu.
Konflik social yang dialami klien : Pasien mengatakan tidak memiliki
konflik sosial
Ketaatan klien dalam menjalankan agamanya : pasien mengatakan taat
dalam menjalankan ibadah sholat, dan sering
mengikuti pengajian setiap minggu di sekitar
lingkungannya.
Teman dekat yang senantiasa siap membantu : Suami dan Anak
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat : pasien
menguunakan BPJS
Apakah ada masalah keuangan dan bagaimana mengatasinya : Pasien
mengatakan tidak ada masalah
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
3.4 PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
1. Tensi : 130/80mmHg 5. BB : 43 kg
2. Nadi : 84x/menit
32

3. RR : 20x/menit
6. TB : 148 Cm IMT: = 19,5
4. Suhu : 36,6°C

7. Setelah dihitung berdasar rumus Borbowith


Pasien termasuk : ( Ideal )

2. Keadaan Umum
Kesadaran pasien composmentis, berbaring ditempat tidur, lemas, pucat,
dengan terpasang infus dengan carian Nacl 0.9%/24 jam dan aminofusin /24
jam.

3. Pemeriksaan Integument, Rambut Dan Kuku


1. Integument
Inspeksi :
Adakah lesi ( - ), Jaringan parut ( - )
Warna Kulit : Sawo matang
Bila ada luka bakar lokasi : Tidak ada luka bakar , dengan luas : Tidak ada
luka bakar %
Palpasi :
Tekstur (halus/ kasar ), Turgor / Kelenturan (jelek ), Struktur ( keriput ),
Lemak subcutan (tipis ), Nyeri tekan(-) pada daerah (-)
Identifikasi luka / lesi pada kulit :
1. Tipe Primer
Makula (+ / - ), Papula ( + / - ) Nodule ( + / - ) Vesikula ( + / - )
2. Tipe Sekunder
Pustula (+/- ), Ulkus ( - ), Crusta ( + / - ), Exsoriasi ( + / - ), Sear (+/-),
Lichenifikasi ( + / - )
Kelainan- kelainan pada kulit :
Naevus Pigmentosus ( - ), Hiperpigmentasi ( - ), Vitiligo/Hipopigmentasi
( - ), Tatto ( - ), Haemangioma ( - ), Angioma/toh ( - ), Spider Naevi ( - ),
Strie ( + )
2. Pemeriksaan Rambut
Inspeksi dan Palpasi :
33

Penyebaran ( Merata ), Bau (Tidak) rontok ( - ), warna (Hitam) Alopesia


( - ), Hirsutisme ( - ), alopesia ( - )

3. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi:
warna (Merah Muda) , bentuk (Cembung) kebersihan (Bersih) Keluhan
yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan Px. Kulit : Gatal
pada luka, luka tampak kemerahan dan bengkak
Masalah Keperawatan : Kerusakan Integritas Kulit

4. Pemeriksaan Kepala, Wajah Dan Leher


1. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi :
Bentuk kepala ( Brakhiocephalus/ bulat ), kesimetrisan ( + ).
Hidrochepalu( - ), Luka ( - ), darah (-), Trepanasi ( - ).
Palpasi :
Nyeri tekan ( - ), fontanella / pada bayi (cekung / tidak)

2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + )
b. Ekssoftalmus ( - ), Endofthalmus ( - )
c. Kelopak mata / palpebra : oedem ( - ), ptosis ( - ),
d. peradangan ( - ) luka ( - ), benjolan ( - )
e. Bulu mata : Tidak rontok
f. Konjunctiva : Anemis, perubahan warna (Pucat)
g. sclera : Putih, perubahan warna (Tidak ada perubahan
warna)
h. Warna iris : Normal
i. reaksi pupil terhadap cahaya (miosis) isokor ( + )
j. Kornea : Normal
k. Nigtasmus ( - )
34

l. Strabismus ( - )
m. Pemeriksaan Visus
n. Dengan Snelen Card : OD tidak terkaji OS tidak terkaji
o. Tanpa Snelen Card : Ketajaman Penglihatan ( Baik )
p. Pemeriksaan lapang pandang
q. Normal / Haemi anoxia / Haemoxia
r. Pemeriksaan tekanan bola mata
s. Dengan tonometri tidak terkaji, dengan palpasi taraba (bola mata
teraba)

3. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi:
Amati bagian telinga luar: bentuk (Simetris) Ukuran (Simetris) Warna
(Kuning Langsat) lesi ( - ), nyeri tekan ( - ), peradangan ( - ),
penumpukan serumen ( - ).
Dengan otoskop periksa membran tympany amati, warna Pink,
transparansi tidak terkaji, perdarahan (- ), perforasi (- ).
Uji kemampuan kepekaan telinga :
1. Tes bisik (Baik)
2. Dengan arloji (Baik)
3. Uji weber : seimbang / lateralisasi kanan / lateralisasi kiri
4. Uji rinne : hantaran tulang lebih keras / lemah / sama dibanding
dengan hantaran udara
5. Uji swabach : memanjang / memendek / sama

4. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi :
Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (adakah
pembengkokan atau tidak ).
Amati meatus : Perdarahan ( - ), Kotoran ( - ), Pembengkakan ( - ),
pembesaran / polip ( - ).
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
35

Inspeksi dan Palpasi


- Amati bibir : Kelainan konginetal ( - ), warna bibir (pucat), lesi ( - ),
Bibir pecah ( + ), Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries ( + ), Kotoran ( - ),
Gigi palsu ( - ), Gingivitis ( + ), Warna lidah : merah muda, Perdarahan
( - ) dan abses ( - ).
- Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut : Ya, uvula ( simetris ),
Benda asing : ( tidak )
- Adakah pembesaran tonsil, T 0 / T 1 / T 2 / T 3 / T 4 Perhatikan suara
klien : (tidak ada perubahan)

6. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi :
Perhatikan ekspresi wajah klien : Rileks, Warna dan kondisi wajah
klien : tampak pucat, Struktur wajah klien : Simetris, Kelumpuhan otot-
otot fasialis ( - )

7. Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
- Bentuk leher (simetris), peradangan ( - ), jaringan parut ( - ),
perubahan warna ( - ), massa ( - )
- Kelenjar tiroid, pembesaran ( - )
- Vena jugularis, pembesaran ( - )
- Palpasi : pembesaran kelenjar limfe ( - ), kelenjar tiroid ( - ), posisi
trakea (simetris/tidak simetris)
Keluhan yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan Px.
Kepala, wajah dan leher : Tidah ada keluhan terkait Px. Kepala,
wajah dan leher.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Pemeriksaan Payudara Dan Ketiak


Inspeksi
- Ukuran payudara (simetris) bentuk (simetris), pembengkakan (-)
36

- Kulit payudara : warna kuning langsat, lesi ( - ), Areola : perubahan warna


(-)
- Putting : cairan yang keluar ( - ), ulkus ( - ), pembengkakan ( -)
Palpasi

- Nyeri tekan (- ), dan kekenyalan (lunak), benjolan massa (- )


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Pemeriksaan Torak Dan Paru


Inspeksi
- Bentuk torak (Normal chest), susunan ruas tulang belakang (Kyposis /
Scoliosis / Lordosis), bentuk dada (simetris), keadaan kulit (tidak ada lesi)
- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( - ), retraksi
suprasternal ( - ), Sternomastoid ( - ), pernafasan cuping hidung ( - )
- Pola nafas : (Eupnea) Amati : cianosis ( - ), batuk (produktif / kering /
darah ).
Palpasi
- Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba
(sama).
Perkusi
- Area paru : ( sonor / Hipersonor / dullnes )
Auskultasi
- Suara nafas
Area Vesikuler : ( bersih / halus / kasar ) , Area Bronchial : ( bersih / halus
/ kasar ) Area Bronkovesikuler ( bersih / halus / kasar )
- Suara Ucapan
Terdengar : Bronkophoni ( - ), Egophoni ( - ), Pectoriloqy ( - )
- Suara tambahan
Terdengar : Rales ( - ), Ronchi ( - ), Wheezing ( - ), Pleural fricion rub
(-)
Keluhan yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan Px. Torax dan
Paru:
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
37

7. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi
- Ictus cordis ( - ), pelebaran – cm
Palpasi
- Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
- Batas atas : ( ICS II )
- Batas bawah : (ICS V)
- Batas Kiri : ( ICS V Mid Clavikula Sinistra)
- Batas Kanan : ( ICS IV Mid Sternalis Dextra)
Auskultasi
- BJ I terdengar (tunggal, (keras), (reguler)
- BJ II terdengar (tunggal),(keras),(reguler)
- Bunyi jantung tambahan : BJ III (-),Gallop Rhythm (-), Murmur (- )
Keluhan lain terkait dengan jantung tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

8. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
- Bentuk abdomen : ( datar )
- Massa/Benjolan ( - ), Kesimetrisan ( + ),
- Bayangan pembuluh darah vena ( - )
Auskultasi
- Frekuensi peristaltic usus 12 x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi ( +
/-)
Palpasi
- Palpasi Hepar :
Diskripsikan :
Nyeri tekan ( - ), pembesaran ( - ), perabaan (lunak), permukaan (halus /
berbenjol-benjol), tepi hepar (tumpul).
( N = hepar tidak teraba).
- Palpasi Lien :
38

Gambarkan garis bayangan Schuffner dan pembesarannya Tidak terkaji


Dengan Bimanual lakukan palpasi dan diskrisikan nyeri tekan terletak pada
garis Scuffner ke berapa ? Tidak Terkaji( menunjukan pembesaran
lien )
- Palpasi Appendik :
Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney . nyeri tekan ( +
/ - ), nyeri lepas ( + / - ), nyeri menjalar kontralateral ( + / - ).
Palpasi dan Perkusi Untuk Mengetahui ada Acites atau tidak : Shiffing
Dullnes ( + / - ) Undulasi ( + / - )
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
- Palpasi Ginjal :
Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( + / - ), pembesaran ( + / - ). (N = ginjal
tidak teraba).
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Abdomen :tidak ada
keluhan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

9. Pemeriksaan Genetalia
Genetalia Pada Wanita
Inspeksi
- Kebersihan rambut pubis (bersih), lesi ( - ),eritema ( - ), keputihan ( - ),
peradangan ( - ).Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( - )
Keluhan yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan Px. Genetalia:
tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Pemeriksaan Anus


Inspeksi
- Atresia ani ( - ), tumor ( - ), haemorroid ( - ), perdarahan ( - )
- Perineum : jahitan ( - ), benjolan ( - )
Palpasi
- Nyeri tekan pada daerah anus ( - ) pemeriksaan Rectal Toucher Tidak
terkaji
39

Keluhan yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan Px. Anus: tidak
ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

11. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstremitas )


Inspeksi
- Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas ( - ), fraktur (+)
lokasi fraktur ( fraktur tibia 1/3 distal dektra) , jenis fraktur ( tertutup )
kebersihan luka (luka tampak kotor), terpasang Gib ( - ), Traksi ( - ),
pen (+) pasien terpasang pen sejak 3 tahun yang lalu.
Palpasi
- Oedem : Pasien tampak sedikit bengkak pada kaki kanan, disekitar
daerah pemasangan pen
- Lingkar lengan : 23 cm
- Lakukan uji kekuatan otat : 4 4
3 4
Masalah Keperawatan : intoleransi aktifitas

12. Pemeriksaan Neurologis


Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
- Menilai respon membuka mata :4
- Menilai respon Verbal :5
- Menilai respon motorik :6
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :
- (Compos Mentis)
Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
- Penigkatan suhu tubuh ( - ), nyeri kepala ( - ),
kaku kuduk ( - ), mual –muntah ( + ) kejang ( - ) penurunan tingkat
kesadaran ( - )
Memeriksa nervus cranialis
 Nervus I , Olfaktorius (pembau): Pasien dapat mencium dengan
baik wangi wangian yang diberikan

 Nervus II, Opticus (penglihatan): Penglihatan pasien masih baik

 Nervus III, Ocumulatorius: Normal


40

 Nervus IV, Throclearis: Normal

 Nervus V, Thrigeminus :

- Cabang optalmicus : Normal

- Cabang maxilaris : Normal

- Cabang Mandibularis : Normal

 Nervus VI, Abdusen : Normal

 Nervus VII, Facialis : Tidak ada kelumpuhan otot wajah

 Nervus VIII, Auditorius : Pendengaran pasien masih baik

 Nervus IX, Glosopharingeal : Refleks menelan pasien baik

 Nervus X, Vagus : Pasien dapat merasakan rasa makanan

 Nervus XI, Accessorius : Normal

 Nervus XII, Hypoglosal : pergerakan lidah pasien baik

Memeriksa fungsi motoric


 Ukuran otot (simetris), atropi ( - ) gerakan-gerakan yang tidak
disadari oleh klien ( - )
Memeriksa fungsi sensorik
Kepekaan saraf perifer : benda tumpul (dapat merasakan benda tumpul),
benda tajam (dapat merasakan benda tumpul), Menguji sensai panas /
dingin (dapat merasakan sensasi pana/dingin), kapas halus (dapat
merasakan benda halus), minyak wangi (dapat mencium wangi/ bau)

Memeriksa reflek kedalaman tendon


Reflek fisiologis
a. Reflek bisep ( + )
b. Reflek trisep ( + )
c. Reflek brachiradialis ( + )
d. Reflek patella ( + )
41

e. Reflek achiles ( + )
Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus
tertentu.
a. Reflek babinski ( + )
b. Reflek chaddok ( + )
c. Reflek schaeffer ( + )
d. Reflek oppenheim ( + )
e. Reflek Gordon ( + )
f. Reflek bing ( + )
g. Reflek gonda ( + )
Keluhan lain yang terkait dengan Px. Neurologis : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

13 Riwayat Psikologis
a. Status Nyeri :
1. Menurut Skala Intensitas Numerik

● ● ● ● ● ● ● ● ● ●

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2. Menurut Agency for Health Care Policy and Research

No Intensitas Nyeri Diskripsi


1 □ Tidak Nyeri Pasien mengatakan tidak
merasa nyeri
2 √ Nyeri ringan Pasien mengatakan sedikit nyeri atau
ringan.
Pasien nampak gelisah
3 □ Nyeri sedang Pasien mengatakan nyeri masih bisa
ditahan atau sedang
Pasien nampak gelisah
Pasien mampu sedikit berparsitipasi
dalam perawatan
4 □ Nyeri berat Pasien mangatakan nyeri tidak dapat
42

ditahan atau berat.


Pasien sangat gelisah
Fungsi mobilitas dan perilaku pasien
berubah
5 □ Nyeri sangat Pasien mengatan nyeri tidak
berat tertahankan atau sangat berat
Perubahan ADL yang mencolok
( Ketergantungan ), putus asa.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

b. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien : tegang dan sedih, Tingkah
laku yang menonjol : tidak ada , Suasana yang membahagiakan klien :
kumpul bersaka keluarga, Stressing yang membuat perasaan klien tidak
nyaman : kelien mengatakan kenapa sakit saya tidak sembuh sembuh
Masalah Keperawatan : tidak ada keluhan
c. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara ( tidak ), apakah pola
komunikasinya ( spontan ), apakah klien menolak untuk diajak komunikasi
( tidak ), Apakah komunikasi klien jelas ( ya ), apakah klien menggunakan
bahasa isyarat ( tidak ).
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
d. Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon : kepada perawat dana orang disekitarnya
Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien : suami dan anak
Bagaimanakah klien dalam berinteraksi ( aktif ), Apakah tipe kepribadian
klien ( terbuka ).
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
e. Dampak di Rawat di Rumah Sakit
Apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis selama klien di rawat di
RS : kelien kesulita berjalan karena kaki kanyanya ada luka
Masalah Keperawatan : intoleransi aktivitas
43

14. Pemeriksaan Status Mental Dan Spiritual


1. Kondisi emosi / perasaan klien
- Apa suasana hati yang menonjol pada klien ( sedih )
- Apakah emosinya sesuai dengan ekspresi wajahnya ( ya )
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Kebutuhan Spiritual Klien :


- Kebutuhan untuk beribadah ( tidak terpenuhi )
- Masalah- masalah dalam pemenuhan kebutuhan spiritual : kelien tidak
bisa kemar mandi sendiri

Masalah Keperawatan : masalah pemenuhan kebutuhan spiritual


terganggu.

3. Tingkat Kecemasan Klien :


Komponen Cemas Cemas Cemas Panik
No Yang dikaji Ringan Sedang Berat
1 Orintasi √ Baik □ Menurun □ Salah □ Tdk
terhadap ada
Orang, reaksi
tempat,waktu

2 Lapang √ Baik □ Menurun □ Menyempit □ Kacau


persepsi
3 Kemampuan √ Mampu □ Mampu □Tidak □Tdk
menyelesaikan dengan mampu ada
masalah bantuan tanggap
an
4 Proses Berfikir √ Mampu □ Kurang □Tidak □Alur
berkonsen mampu mampu fikiran
trasi dan mengingat mengingat kacau
menginga dan dan
t dengan berkonsentr berkonsent
44

baik asi rasi


5 Motivasi √ Baik □ Menurun □ Kurang □ Putus
asa

4. Konsep diri klien


a. Identitas diri : pasien sebagai istri dan seorang ibu
b. Ideal diri : pasien ingin cepat sembuh dan pulang kerumah
c. Gambaran diri : pasien menyukai semua anggota tubuhnya
d. Harga diri : pasien tidak nyaman
e. Peran : pasien sebagai seorang istri dan ibu

3.5 Pemeriksaan Laboratorium ( 19-12-2017 )


Darah Lengkap :
- Leukosit : 10.47 ( N : 3.500 – 10.000 / µL )
- Eritrosit :- ( N : 1.2 juta – 1.5 juta µL )
- Trombosit : 487 ( N : 150.000 – 350.000 / µL )
- Haemoglobin : 12.4 ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl )
- Haematokrit : 35 ( N : 35.0 – 50 gr / dl )
Kimia Darah :
- Ureum : 30 ( N : 10 – 50 mg / dl )
- Creatinin : 1.9 ( N : 0,7 – 1.5 mg / dl )
- SGOT :- ( N : 2 – 17 )
- SGPT :- ( N : 3 – 19 )
- BUN :- ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
- Bilirubin :- ( N : 1,0 mg / dl )
- Total Protein :- ( N : 6.7 – 8.7 mg /dl )
Analisa Elektrolit :
- Natrium : 130 ( N : 136 – 145 mmol / l )
- Kalium : 2.8 ( N ; 3,5 – 5,0 mmol / l )
- Clorida : 87 ( N : 98 – 106 mmol / l )
- Calsium :- ( N : 7.6 – 11.0 mg / dl )
- Phospor :- ( N : 2.5 – 7.07 mg / dl )
Analisa Gas Darah
- Saturasi Oksigen : 94.2 (N : >90%)
- PH : 7.427 (N :7,35-7,45)
- PaO2 : 66.8 (N : 80 - 100)
- PaCo2 : 45.20 (N : 35-45mmHg)
- Hco3 : 29.3 (N : 22 – 26 mEq/L)
45

- Be(vt) : 4.1 (N : 2/+2)


- Be(vv) : 4.8 (N : -2 – 2.5)

Hasil KGDH :

No Tanggal/Waktu Hasil
1. 20/12/17 Jam : 06.00 wib 265mg/dl
Jam : 24.00 wib 285mg/dl
2. 21/12/17 Jam : 06.00 wib 235mg/dl
Jam : 24.00 wib 196mg/dl
3. 22/12/17 Jam : 06.00 wib 215mg/dl
Jam : 24.00 wib 185mgdl

Hasil pemeriksaan ABI

No Tanggal/Waktu Hasil sebelum Tanggal/Waktu Hasil sesudah


masas masas
Diastole kaki Diastole kaki
dan tangan dan tangan
1 20/12/2017 jam : Sebelum diberikan 20/12/2017 jam : Sesudah diberikan
09.00 massage : Sistol 09.35 massage : Sistol
kaki : 110 kaki : 120
syistole tangan : sistole tangan : 140
140 ABI : 0,0,86
ABI : 0,78 (Obstruksi Ringan)
(Obstruksi Ringan)
Sesudah diberikan
16.10 Sebelum diberikan 16.45 massage : Sistol
massage : Sistol kaki : 130
kaki : 110 sistole tangan : 150
syistole tangan : ABI : 0,86
130 (Obstruksi Ringan)
46

ABI : 0,84
(Obstruksi Ringan) Sesudah diberikan
20/12/2017 jam : massage : Sistol
2 21/12/2017 jam : Sebelum diberikan kaki : 130
09.15 massage : Sistol 09.50 sistole tangan : 140
kaki : 130 ABI : 0,92
syistole tangan : (Normal)
150
ABI : 0,86 Sesudah diberikan
(Obstruksi Ringan)
massage : Sistol
kaki : 30
Sebelum diberikan sistole tangan : 120
16.10 massage : Sistol 16.40 ABI : 1,08
kaki : 110 (Normal)
syistole tangan :
130 Sesudah diberikan
ABI : 0,76 massage : Sistol
(Obstruksi Ringan)
kaki : 130
sistole tangan : 110
3 22/12/2017 jam : ABI : 1,18
Sebelum diberikan
09.40 10.15 (Normal)
massage : Sistol
kaki : 140
Sesudah diberikan
syistole tangan :
massage : Sistol
120
kaki : 120
ABI : 1,16
sistole tangan : 100
(Normal)
ABI : 1,2
Sebelum diberikan (Normal)
15.35 massage : Sistol 16.10
kaki : 120
syistole tangan :
110
47

ABI : 1,09
(Normal)

3.6 Terapi Yang Telah Diberikan


a. Obat Oral
- Inpepsa 4x15 cc
Indikasi: Pengobatan jangka pendek pad ulkus duodenum dan
gaster, gastritis kroni
Kontraindikasi: pda pasien dialysis, hamil ,laktasi, anak dan gagal
ginjal kronik
Efek Samping: Mulut kering, konstipasi
- Bicnat 3x500 g
Indikasi: Digunakan untuk menangani gejala gejala yang terjadi
akibat produksi asam lambung yang berlebihan
Kontraindikasi: wanita hamil, ibu menyusui ,harap berhati hati
bagi penderita penyakit jantung, gangguan ginjal, gangguan hati,
gangguan saluran kemih, penyakit usus buntu
Efek Samping : Perut kembung, kram perut
- Alprazolam 1x0,5 g
Indikasi:
Kontraindikasi:
Efek Samping:
b. Obat Suntik
- Ondansetron 3x4mg
Indikasi: Penanggulangan mual dan muntah karena radioterapi
dan kemoterapi serta operasi penderita dengan gangguan fungsi
hati dan ginjal
Kontraindikasi:
Efek Samping:
- Omeprazole 1x40 mg
Indikasi: Pengobatan jangka pendek pada tukak usus 12 jari dan
tukak lambung
48

Kontraindikasi: Hati hati pada pnderita penyakit jantung,


penyakit hati, mempunyai kadar kalsium rendah dan gagguan
tulang
Efek Samping: Sakit kepala, konstipasi, diare, sakit perut, nyeri
sendi, sakit tenggoroka, kram otot dan hilang selera makan
- Ampicillin Sulbactam 2x1,5
Indikasi: Untuk mengobari infeksi yang disebabkan oleh baktei
yang peka terhadap ampicilin seperti : infeksi kulit, infeksi saluran
pernafasan atas, infeksi saluran pernafasan bawah, infeksi saluran
kemih, infeksi bedah, infeksi saluran pencernaan dan infeksi tulang
dan sendi
Kontraindikasi: Hindarkan pada pasien riwayat alergi obat
tersebut
Efek Samping : Diare, ruam pada kulit, mual, muntah , retensi
urin, sakit kepala, dan pembengkakan wajah
- Novorapid 3x6U
Indikasi: Untuk semua penyakit diabetes mellitus, ketoasidosis
diabetikum, hipoglikemi, penyandang Dm yang mendapat nutrisi
parenteral
Kontraindikasi: Hipoglikemi, dan hipersenitvitas terhadap insulin
aspart
Efek Samping: Hipoglikemi
c. Obat yang diberikan/ lain-lain
- Nacl 0,9% /24 jam ( 7tmp )
Indikasi: Untuk mengembalikan keseimbangan eletrolit karena
dehidrasi
Kontraindikasi: Hipernatremia, asidosis, hipokalemi,
Efek Samping: Demam, iritasi atau infeksi pada tempat injeksi,
thrombosis atau phlebitis yang meluas dari tempat injeksi
- Triofusin /24jam
Indikasi : Untuk memenuhi kebutuhan energy total dan parsial
secara parenteral
49

Kontraindikasi : Hipersensitifitas hiperglikemia asidosis


metabolic
Efek samping : Demam, thrombosis vena dan hipervolemia.

3.7 ANALISA DATA


DATA FOKUS MASALAH KEPERAWATAN
Ds : Domain 2 : Nutrisi
- Pasien mengatakan mual, tidak Kelas 1 : Makan
nafsu makan, muntah setiap kali
makan Masalah keperawatan :
- Pasien mengatakan BB sebelum Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
sakit 55 kg kebutuhan tubuh (00002)

Do :
- BB sakit 43 kg
- TB : 148 cm
- Hasil IMT : 19,5
- Pasien tampak tidak nafsu makan
- Pasien makan 3 sendok bubur
sum-sum
- Pasien tampak lemas
Ds : Domain 11 : Keamanan/Perlindungan
- Pasien mengatakan kakinya gatal Kelas 2 : Cedera Fisik
- Pasien mengatakan kakinya
terpasang pen sejak 3 tahun yang Masalah keperawatan : Kerusakan
lalu integritas kulit ( 00046)
Do :
- Pasien terdapat luka pada kaki
kanan
- Tampak kemerahan di sekitar
kaki
- Pasien terdapat luka tampak
bengkak
- Pasien tampak menggaruk luka
50

karena gatal

Ds : Domain 2 : Nutrisi
- Pasien mengatakan menderita Kelas 4 : Metabolisme
penyakit diabetes mellitus sejak 3
tahun yang lalu. Masalah keperawatan : resiko
- Pasien mengatakan lemas ketidakstabilan kadar glukosa darah
Do : (00179)
- Pasien tampak lemas
- GDS : 265 mg/dl

3.7 MASALAH KEPERAWATAN PRIORITAS


1. Domain 2 : Nutrisi
Kelas 4 : Metabolisme
Masalah keperawatan : resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah (00179)
2. Domain 2 : Nutrisi
Kelas 1 : Makan
Masalah keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh (00002)
3. Domain 11 : Keamanan/Perlindungan
Kelas 2 : Cedera Fisik
Masalah keperawatan : Kerusakan integritas kulit ( 00046)

3.8 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Masalah Tujuan Dan Kriteria Intervensi (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)
1. Domain 2 : Setelah dilakukan Domain 2 : Fisiologis
Nutrisi tindakan keperawatan kompleks
Kelas 4 : manajemen hiperglikemia Kelas G : Manajemen
Metabolisme selama lebih dari 1 jam, elektrolit dan asam basa
Masalah diharapkan masalah 2120: Manajemen
keperawatan : resiko ketidakstabilan hiperglikemia
resiko kadar glukosa darah - Monitor kadar glukosa
51

ketidakstabilan dapat teratasi dengan darah


- Kelola insulin
kadar glukosa Kriteria hasil :
- Monitor tanda dan
Domain 2 : kesehatan
darah (00179)
gejala hiperglikemia
fisiologis
Kelas AA : respon (poliuri, polidipsi,
terapeutik polifagi, kelemahan,
2300 : level glukosa
sakit kepala )
darah - Monitor TTV
Tujuan : - Monitor status cairan
-230001 : glukosa darah - Ajarkan pasien dan
(2-4) keluarga tentang
-230007 : glukosa dalam
pencegahan, pengenalan
urin (2-4)
dan manajemen
-230008 : urin keton ( 2-4)
Domain 4 : pengetahuan hiperglikemia
- Ukur tekanan darah ABI
kesehatan dan perilaku
Kelas FF : manajemen (Ankle brachial index)
- Berikan massage pada
kesehatan
1619 : manajemen diri: area ekstermitas bawah
diabetes
Tujuan :
-161911 : memonitor
glukosa darah (2-4)
-161912 : memperhatikan
gejala hiperglikemia (2-
4)
-161916 : menggunakan
buku harian untuk
memonitor glukosa
darah dari waktu ke
waktu (2-4)
-161919 : monitor glukosa
urin dan keton (2-4)
-161922 : monitor berat
badan (2-4)
-161929 : menggunakan
prosedur yang benar
untuk pemberian
52

insulin (2-4)
-161931 : memperoleh
obat yang dibutuhkan
(2-4)
2. Domain 2 : Setelah dilakukan Domain 1 : Fisiologi Dasar
Nutrisi tindakan keperawatan Kelas D : Dukungan nutrisi
Kelas 1 : manajemen nutrisi 1100: Manajemen nutrisi
Makan selama 31-45 menit, - Kontrol makanan utama
diharapkan dan pilihan
Masalah ketidakseimbangan - Kontrol kondisi
keperawatan : nutrisi lebih dari lingkungan dengan
Ketidakseimbang kebutuhan tubuh teratasi optimal saat makan
an nutrisi kurang dengan Kriteria: - Berikan air hangat
Domain 2 : Fisiologi
dari kebutuhan sebelum makan
kesehatan
tubuh (00002) - Berikan makanan
Kelas k : Nutrisi
1004 : Status nutrisi terpilih (sudah
Tujuan :
dikonsultasikan dengan
- 100401 : Intake
ahli gizi)
nutrisi (2-4) - Kaji adanya alergi
- 100402 : Intake makanan
- Kolaborasi dalam
makanan (2-4)
pemberian obat anti
- 100403 : Energi (2-
mual
4)
- Timbang BB perhari
- Anjurkan makan selagi
hangat
- Anjurkan makan sedikit
tapi sering
3. Domain 11 : Setelah di lakukan Domain 2 : Fisiologi dasar
Keamanan/Perlin tindakan keperawatan Kelas L : Manajemen
dungan perawatan kulit topical kulit/luka
Kelas 2 : selama 16-30 menit, di 3584 : Perawatan kulit
Cedera Fisik harapkan Kerusakan topikal
Integritas Kulit dapat - Observasi lesi/luka
53

Masalah teratasi dengan Kriteria - Bersihkan area luka


keperawatan : Hasil : dengan sabun
Domain 2 : Kesehatan
Kerusakan antibacterial yang
Fisiologis
integritas kulit sesuai.
Kelas L : Integritas
- Ganti laken agar tetap
( 00046)
Jaringan : Membran Kulit
bersih
dan Mukus.
- Jaga linen tetap bersih,
Tujuan :
- 110101 : Temperatur kering dan tidak kusut
Kulit (1-3) - Jaga linen tetap bersih,
- 110102 : Sensasi (2-4)
kering dan tidak kusut
- 110103 : Elastisitas (2-
- kolaborasi pemberian
4)
- 110108 : Integritas obat antibiotic topical
Kulit (2-4) - lakukan perawatan kulit
- 110106 : Tekstur (2-4)
setiap hari
- 110113 : Integritas kulit
(2-4)
- 110121 : Eritema (2-4)

3.9 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari Ke-1
No. Masalah Hari/Tanggal/ Implementasi Evaluasi
Keperawatan Jam
1. Domain 2 : Rabu/20/12/17 S:
06.00 WIB - Memonitor kadar
Nutrisi - Pasien
glukosa darah
Kelas 4 : mengatakan
Hasil : 265 mg/dl
06.15 WIB
Metabolisme - Mengelola insulin menderita
Hasil : 6 Unit
06.30 WIB penyakit diabetes
- Memonitor tanda dan
Masalah mellitus sejak 3
gejala Hiperglikemia.
keperawatan : Hasil : Pasien tahun yang lalu,
09.00 WIB
resiko mengatakan lemas. - Pasien
- Mengukur tekanan
ketidakstabila mengatakan
darah ABI (Ankle
n kadar lemas
brachial index)
glukosa darah O:
Hasil:
(00179) Sebelum diberikan - Pasien tampak
massage : Sistole kaki : lemas
54

110 - GDS : 285


09.05 WIB Sistole tangan : 140
mg/dl
ABI : 0,78 (obstruksi
A:
ringan)
- Memberikan massage Masalah resiko
pada ekstremitas bawah ketidakstabilan
09.35 WIB
Hasil : Pasien diberikan kadar glukosa
massage pada darah belum
ekstremitas kaki selama teratasi
20 menit. P: Lanjutkan
intervensi
- Mengukur tekanan
- Monitor kadar
darah ABI (Ankle
glukosa darah
14.30 WIB brachial index) - Monitor tanda
Hasil: sesudah
dan gejala
diberikan massage :
huperglikemia.
15.00 WIB Sistole kaki : 120 - Ukur tekanan
Sistole tangan : 140 darah ABI (Ankle
brachial index)
ABI : 0,85 (obstruksi
- Berikan massage
ringan)
pada ekstremitas
- Memonitor status
bawah
cairan.
- Monitor tanda
16.00 WIB Hasil: Nacl 0,9% /24
tanda vital
jam
- Kelola insulin
- Mengajarkan pasien
- Monitor status
dan keluarga tentang
cairan.
pencegahan
16.10 WIB hiperglikemia.
Hasil: Pasien
mengatakan makan
sesuai diit yang
diberikan oleh rumah
sakit.
- Monitor tanda-tanda
vital
16.15 WIB
Hasil :
55

TD : 130/100 mmHg
Nadi : 85x/menit
RR : 23 x/menit
Suhu : 36, 9 0C
- Mengukur tekanan
16.45 WIB
darah ABI (Ankle
brachial index)
Hasil:
Sebelum diberikan
massage : Sistole kaki :
110
Sistole tangan : 130
ABI : 0,84 (obstruksi
24.00 WIB
ringan)
- Memberikan massage
pada ekstremitas bawah
Hasil : Pasien diberikan
massage pada
ekstremitas kaki selama
20 menit.
- Mengukur tekanan
darah ABI (Ankle
brachial index)
Hasil: sesudah
diberikan massage :
Sistole kaki : 130
Sistole tangan : 150

ABI : 0,86 (obstruksi


ringan)
- Memonitor kadar
glukosa darah
Hasil : 285 mg/dl
56

2. Domain 2 : Rabu/20/12/17 S:
06.05 WIB - Mengkaji adanya alergi
Nutrisi - Pasien
makanan
Kelas 1 : mengatakan
Hasil : pasien
Makan masih mual,
mengatakan tidak ada
06.20 WIB dan tidak nafsu
alergi makanan.
Masalah - Menganjurkan pasien makan, dan
keperawatan : untuk minum air hangat serta ingin
Ketidakseimb sebelum makan untuk muntah saat
angan nutrisi mencegah mual makan
08.00 WIB
kurang dari Hasil: Pasien tampak - Pasien
kebutuhan minum air hangat mengatakan bb
tubuh (00002) sebelum makan. sebelum sakit
08.10 WIB - Menimbang BB pasien 55 kg
Hasil : pasien O :
mengatakan BB - BB sakit 43 kg
sebelum sakit 55kg - Pasien tampak
12.15 WIB
BB saat sakit 43kg tidak nafsu
- Memberikan obat mual makan
14.15 WIB Hasil : pasien diberikan - Pasien makan 5
obat omeprazole 0,5 gr suap bubur
dioplos dengan 5cc sum-sum
aquabides - Pasien tampak
16.00 WIB
- Menganjurkan makan lemah
selagi hangat - Tampak reflek
Hasil : pasien makan muntah.
hanya ¼ porsi bubur
17.00 WIB
- Memberikan obat mual A : Masalah
Hasil : pasien diberikan Ketidakseimbanga
obat omeprazole 0,5 gr n nutrisi kurang
21.00 WIB
dioplos dengan 5cc dari kebutuhan
aquabides tubuh belum
- Menganjurkan pasien
teratasi
untuk minum air hangat
57

sebelum makan untuk


mencegah mual P: lanjutkan
Hasil : pasien tampak
intervensi
minum air hangat
- Mengontrol
- Menganjurkan makan
kondisi
sedikit tapi sering
Hasil : pasien tampak lingkungan
malas dan enggan dengan optimal
untuk makan. saat makan
- Memberikan obat mual - Memberikan air
Hasil : pasien diberikan hangat sebelum
obat omeprazole 0,5 gr makan
- memberikan
dioplos dengan 5cc
makanan
aquabides
terpilih

3. Domain 11 : Rabu/20/12/17 S:
07.00 WIB
Keamanan/Pe - Mengobservasi - Pasien
rlindungan lesi/luka mengatakan
Hasil: Tampak terdapat
Kelas 2 : kakinya gatal
luka pada kaki sebelah
Cedera Fisik - Pasien
kanan, warna kulit
mengatakan
kemerahan disekitar
Masalah kakinya terpasang
07.15 WIB luka, luka akibat
keperawatan : pen sejak 3 tahun
terpasangnya pen 3
Kerusakan yang lalu
tahun yang lalu.
integritas kulit - Pasien
- Membersihkan area
( 00046) 07.45 WIB mengatakan
luka
kakinya memerah
Hasil: luka tampak
dan bengkak
bersih dan tertutup
08.00 WIB
O:
kassa.
- Mengganti laken agar - Tampak luka pada
14.10 WIB
tetap bersih kaki kanan
Hasil : laken bersih dan - Tampak
21.30 WIB
baru kemerahan di
- Memberikan obat
58

Ampicillin Sulbactan sekitar luka


1,5 gr - Luka tampak
- Memberikan obat
bengkak
Ampicillin Sulbactan
- Pasien tampak
1,5 gr
menggaruk luka
- Memberikan obat
karena gatal
Ampicillin Sulbactan
A: Masalah
1,5 gr
Kerusakan
integritas kulit
belum teratasi
P: lanjutkan
intervensi
- Observasi
lesi/luka
- Bersihkan area
luka
- Ganti laken agar
tetap bersih
- Berikan obat
Antibiotik

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari Ke-2
No. Masalah Hari/Tangg Implementasi Evaluasi
Keperawatan al/Jam
59

1. Domain 2 : Kamis / - Pasien mengatakan


Nutrisi 21/12/17 menderita penyakit
- Memonitor kadar
06.00 WIB
Kelas 4 : diabetes mellitus
glukosa darah
Metabolisme Hasil : 235 mg/dl sejak 3 tahun yang
06.15 WIB - Mengelola insulin
lalu,
Hasil : 6 Unit
Masalah 06.30 WIB - Memonitor tanda dan - Pasien mengatakan
keperawatan : gejala Hiperglikemia. lemas tidak terlalu
Hasil : Pasien
resiko O:
09.15 WIB mengatakan lemas.
ketidakstabila - Pasien tampak
- Mengukur tekanan
n kadar lemas tidak terlalu
darah ABI (Ankle
glukosa darah - GDS : 196 mg/dl
brachial index)
(00179) Hasil: A:
Sebelum diberikan
Masalah resiko
massage : Sistole kaki :
ketidakstabilan kadar
130
glukosa darah belum
09.20 WIB Sistole tangan : 150
ABI : 0,86 (obstruksi teratasi
ringan) P: Lanjutkan
- Memberikan massage
intervensi
pada ekstremitas bawah
- Monitor kadar
09.50 WIB
Hasil : Pasien diberikan
glukosa darah
massage pada - Monitor tanda dan
ekstremitas kaki selama gejala
20 menit. huperglikemia.
- Ukur tekanan darah
- Mengukur tekanan
ABI (Ankle brachial
darah ABI (Ankle
14.30 WIB index)
brachial index)
- Berikan massage
Hasil: sesudah
pada ekstremitas
diberikan massage :
15.00 WIB bawah
Sistole kaki : 130
- Monitor tanda tanda
Sistole tangan : 140
vital
- Kelola insulin
ABI : 0, 92 (Normal) - Monitor status
- Memonitor status
cairan.
cairan. -
60

Hasil: Nacl 0,9% /24


16.00 WIB
jam
- Mengajarkan pasien
dan keluarga tentang
pencegahan
hiperglikemia.
16.10 WIB Hasil: Pasien
mengatakan makan
sesuai diit yang
diberikan oleh rumah
sakit.
- Monitor tanda-tanda
vital
Hasil :
16.15 WIB
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 21 x/menit
Suhu : 36, 5 0C
- Mengukur tekanan
16.40 WIB darah ABI (Ankle
brachial index)
Hasil:
Sebelum diberikan
massage : Sistole kaki :
110
Sistole tangan : 130
24.00 WIB
ABI : 0,76 (obstruksi
ringan)
- Memberikan massage
pada ekstremitas bawah
Hasil : Pasien diberikan
massage pada
ekstremitas kaki selama
20 menit.
- Mengukur tekanan
darah ABI (Ankle
brachial index)
61

Hasil: sesudah
diberikan massage :
Sistole kaki : 130
Sistole tangan : 120

ABI : 1.08 (Normal)


- Memonitor kadar
glukosa darah
Hasil : 196 mg/dl

2. Domain 2 : Kamis / S:
Nutrisi 21/12/17 - Pasien
06.10 WIB
Kelas 1 : - Menimbang BB pasien : mengatakan mual
Hasil: BB 43 kg
Makan 06.20 WIB berkurang, sudah
- Memberikan air hangat
dapat makan ½
sebelum makan
Masalah porsi.
Hasil: pasien tampak
keperawatan : - Pasien
07.00 WIB minum air air hangat
Ketidakseimb mengatakan BB
sebelum makan.
angan nutrisi sebelum sakit 55
- memberikan makanan
kurang dari 08.30 WIB kg
terpilih
kebutuhan Hasil: pasien makan O :
12.00 WIB
tubuh (00002) sesuai diit (Bubur) - BB sakit 43 kg
- Memberikan obat
- Pasien tampak
omeprazole 0,5 gr
nafsu makan
- Memberikan air hangat
12.10 WIB
meningkat
sebelum makan
- Pasien makan ½
Hasil: pasien tampak
porsi bubur sum-
14.30 WIB minum air hangat
sum
sebelum makan.
18.00 WIB
- Pasien tampak
- memberikan makanan
bertenaga
terpilih
Hasil: pasien makan - Tidak tampak
18.10 WIB sesuai diit (Bubur) reflek muntah.
62

- Memberikan obat
omeprazole 0,5 gr A : Masalah
- Memberikan air hangat
21.30 WIB Ketidakseimbangan
sebelum makan
nutrisi kurang dari
Hasil: pasien tampak
kebutuhan tubuh
minum air hangat
teratasi sebagian
sebelum makan.
- Memberikan makanan
P: lanjutkan
terpilih
intervensi
Hasil: pasien makan
- Kontrol kondisi
sesuai diit (Bubur)
- Memberikan obat lingkungan dengan
omeprazole 0,5 gr optimal saat makan
- Bberikan minum
air hangat sebelum
makan
- Berikan makanan
terpilih
3 Domain 11 : Kamis / S:
Keamanan/Pe 21/12/17 - Pasien
08.15 WIB
rlindungan - Mengobservasi mengatakan
Kelas 2 : lesi/luka gatalnya sudah
Cedera Fisik Hasil: luka tamppak berkurang
08.20 WIB mengeluarkan sedikit - Pasien
Masalah nanah seperti bisul mengatakan
keperawatan : - Membersihkan area kakinya terpasang
Kerusakan luka pen sejak 3 tahun
08.40 WIB
Hasil: luka tampak
integritas kulit yang lalu
bersih dan tertutup
( 00046) - Pasien
verban.
08.55 WIB mengatakan
- Mengganti laken agar
kakinya memerah
tetap bersih :
14.30 WIB O:
Hasil : laken bersih
- Tampak luka pada
dan baru
21.30 WIB ekstermitas tibia
- Memberikan obat
63

Ampicillin Sulbactan dextra


1,5 gr - Tampak
- Memberikan obat kemerahan
Ampicillin Sulbactan disekitar luka
1,5 gr - Luka ditutup
- Memberikan obat dengan kassa
Ampicillin Sulbactan A: Masalah Kerusakan
1,5 gr integritas kulit belum
teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
- Observasi lesi/luka
- Bersihkan area
luka
- Ganti laken agar
tetap bersih
- Berikan obat
Antibiotik

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari Ke-3
No Masalah Hari/Tanggal/ Implementasi Evaluasi
. Keperawata Jam
n
1. Domain 2 : Jumat / S:
Nutrisi 20/12/2017 - Pasien mengatakan
- Memonitor kadar
Kelas 4 :
06.00 WIB menderita penyakit
glukosa darah
Metabolisme
Hasil : 215 mg/dl diabetes mellitus sejak
- Mengelola insulin
Masalah 3 tahun yang lalu,
Hasil : 6 Unit
keperawatan 06.15 WIB - Memonitor tanda - Pasien mengatakan
: resiko dan gejala sudah tidak lemas
ketidakstabil 06.30 WIB Hiperglikemia. O:
Hasil : Pasien
an kadar - Pasien tampak tidak
mengatakan lemas.
glukosa lemas
- Mengukur tekanan
darah - GDS : 185 mg/dl
darah ABI (Ankle
64

(00179) brachial index) A:


Hasil:
09.40 WIB Masalah resiko
Sebelum diberikan
ketidakstabilan kadar
massage : Sistole
glukosa darah belum
kaki : 140
Sistole tangan : 120 teratasi
ABI : 1.16 (Normal)
P: Lanjutkan intervensi
- Memberikan
- Monitor kadar glukosa
massage pada
darah
ekstremitas bawah
- Monitor tanda dan
Hasil : Pasien
gejala huperglikemia.
diberikan massage - Ukur tekanan darah
09.45 WIB
pada ekstremitas ABI (Ankle brachial
kaki selama 20 index)
- Berikan massage pada
menit.
ekstremitas bawah
- Mengukur tekanan
- Monitor tanda tanda
darah ABI (Ankle
vital
brachial index) - Kelola insulin
Hasil: sesudah - Monitor status cairan.
diberikan massage :
10.15 WIB Sistole kaki : 130
Sistole tangan : 110

ABI : 1,18 (Normal)


- Memonitor status
cairan.
Hasil: Nacl 0,9% /24
jam
- Mengajarkan pasien
dan keluarga tentang
14.20 WIB
pencegahan
hiperglikemia.
Hasil: Pasien
mengatakan makan
14.55 WIB sesuai diit yang
diberikan oleh
65

rumah sakit.
- Monitor tanda-tanda
vital
Hasil :
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 37.0 0C
- Mengukur tekanan
darah ABI (Ankle
brachial index)
15.30 WIB
Hasil:
Sebelum diberikan
massage : Sistole
kaki : 120
Sistole tangan : 110
ABI : 0,84
(obstruksi ringan)
- Memberikan
15.35 WIB massage pada
ekstremitas bawah
Hasil : Pasien
diberikan massage
pada ekstremitas
kaki selama 20
menit.
- Mengukur tekanan
darah ABI (Ankle
brachial index)
Hasil: sesudah
15.40 WIB
diberikan massage :
Sistole kaki : 130
Sistole tangan : 120

ABI : 1.08 (Normal)


- Memonitor kadar
glukosa darah
Hasil : 185 mg/dl
66

16.10 WIB

24.00 WIB

2. Domain 2 : Jum’at/22/12/ S:
2017
Nutrisi - Pasien mengatakan
06.00 WIB
Kelas 1 : - Menimbang BB nafsu makan baik
Makan pasien - Pasien mengatakan
06.10 WIB Hasil : BB pasien BB sebelum sakit
Masalah 44kg 55 kg
keperawatan - Mengontrol kondisi O :
: lingkungan dengan - BB sakit 44 kg
Ketidakseim optimal saat makan. - Pasien tampak
bangan Hasil: nafsu makan
nutrisi menjauhkan aroma meningkat
kurang dari yang membuat mual - Pasien makan 1
06.30 WIB
kebutuhan atau tidak nafsu porsi bubur sum-
tubuh makan. sum habis
(00002) Pasien dalam posisi - Pasien tampak
semi fowler saat bertenaga
12.15 WIB makan. - Tidak tampak
- Memberikan air reflek muntah.
hangat sebelum
makan A : Masalah
67

14.20 WIB Hasil: pasien tampak Ketidakseimbangan


minum air air hangat nutrisi kurang dari
17.10 WIB
sebelum makan. kebutuhan tubuh
teratasi
- Memberikan
makanan terpilih P: Hentikan intervensi
17.20 WIB
hasil: pasien makan
sesuai diit (Bubur) 1
porsi habis
- Memberikan obat
21.40 WIB
omeprazole 0,5 gr
- Memberikan air
hangat sebelum
makan
Hasil: pasien tampak
minum air air hangat
sebelum makan.
- memberikan
makanan terpilih
hasil: pasien makan
sesuai diit (Bubur) 1
porsi habis
- Memberikan obat
omeprazole 0,5 gr

3. Domain 11 : Jum’at/22/12/ S:
2017
Keamanan/P - Pasien mengatakan
07.05 WIB
erlindungan - Mengobservasi kakinya sudah tidak
Kelas lesi/luka gatal
2 : Hasil: - Pasien mengatakan
Cedera Fisik luka tampak lesi kakinya terpasang
warna kulit pen sejak 3 tahun
Masalah kemerahan yang lalu
keperawatan 07.15 WIB terpasang pen 3 - Pasien mengatakan
68

: Kerusakan tahun yang lalu di kakinya memerah


integritas ekstermitas bawah.
kulit 07.20 WIB Luka di tibia dextra.
( 00046) - Membersihkan area
luka O:
Hasil: luka tampak
- Tampak luka pada
07.45 WIB
bersih dan tertutup
ekstermitas tibia
verban.
dextra
- Mengganti laken
- Tampak kemerahan
agar tetap bersih :
di ekstermitas
Hasil : laken bersih bawah dextra
dan baru - Luka tidak tampak
bengkak
- Memberikan obat
A: Masalah Kerusakan
Ampicillin
integritas kulit belum
Sulbactan 1,5 gr
teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
- Observasi lesi/luka
- Bersihkan area luka
- Ganti laken agar
tetap bersih
- Berikan obat
Antibiotik
- Dilanjutkan oleh
perawat ruangan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Diabetes melitus atau yang lebih dikenal di masyarakat dengan kencing


manis merupakan fenomena yang tidak asing lagi di negara-negara berkembang,
salah satunya di Indonesia yang penduduknya masih kurang peduli akan bahaya
dan cara pencegahannya dari penyakit diabetes melitus ini. Angka kejadian
diabetes melitus di Indonesia masih sangat tinggi, saat ini Indonesia berada di
peringkat ke empat negara dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia setelah
China, India, dan Amerika (Kemenkes, 2012).
Diabetes Melitus telah menjadi perhatian kesehatan global, dan sekarang
telah mencapai status pandemik. Kebanyakan kasus Diabetes Melitus adalah tipe
2 yang dapat berkaitan dengan perubahan gaya hidup secara intensif (Black,
2014).
Diabetes Melitus Tipe 2 adalah kondisi dimana tubuh terjadi resistensi
insulin sehingga tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhannya guna metabolisme
nutrisi berakibat kadar glukosa tinggi, dan apabila tidak terkendali mengakibatkan
komplikasi penyempitan pembuluh darah perifer terutama di ekstermitas bawah.
Meningkatkan vasodilatasi pembuluh darah perifer merupakan salah satu bentuk
intervensi keperawatan untuk mencegah penyempitan dimana salah satunya
dengan memberikan pijatan (Fain, 2009).
Diabetes Melitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang memerlukan
penanganan yang berkelanjutan untuk mengontrol gula darah dan berbagai faktor
resiko lainnya (Lestari, Suganda, 2014). Seseorang dikatakan menderita diabetes
apabila pada pemeriksaan darah dari pembuluh darah (kapiler) glukosa darah
lebih dari 120 mg/dl pada keadaan puasa dan atau lebih dari 200 mg/dl untuk 2
jam setelah makan. Bila yang diambil darah dari pembuluh darah balik (vena)
maka kadar glukosa puasa lebih dari 140 mg/dl dan atau 200 mg/dl untuk 2 jam
setelah makan (Fransisca, 2012).

71
Pada kasus ini pasien Ny. R berusia 48 tahun yang beralamat kan di
Perumahan Rajeg Mas Permata blok A3/11 Rt: 008/006 dengan diagnosa Diabetes
mellitus tipe 2 yang diantar oleh suaminya ke IGD dengan keluhan pasien

72
72

mengatakan mual, muntah, lemas, nafsu makan menurun selama 5 hari. Saat
dilakukan pengkajian Ny. R tampak lemas, pasien mengatakan kakinya gatal,
kakinya dipasang pen 3 tahun yang lalu, pasien mengatakan jika gula darahnya
tinggi keluar nanah pada lokasi pemasangan pen, pasien mual, dan tidak nafsu
makan. saat dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil GDS : 265 mg/dl TD :
130/80 mmhg Nadi : 84x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 36,6°C dengan berat
badan 43kg tinggi badan 148cm dengan IMT : 19,5.
Diagnosa keperawatan menurut NANDA (2015) yang sesuai dengan kasus
pada Ny.R dengan DM tipe 2 yaitu Resiko ketidakstabilan kadar gula darah
(00179), ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002) dan
kerusakan integritas kulit (00046).
Pada diagnosa keperawatan Resiko ketidakstabilan kadar gula darah dapat
dilakukan terapi pijat (massage) untuk menurunkan resiko terjadinya komplikasi
pada kejadian gangguan aliran pembuluh darah perifer pada pasien dengan DM
tipe 2, terapi ini diberikan kepada pasien selama menjalani proses perawatan di
ruang seruni, terapi pijat ini dilakukan selama 20 menit dalam rentang waktu 2
kali dalam sehari, sebelum dilakukan terapi pijat pasien dilakukan pengukuran
tekanan darah pada tangan kanan dan tangan kiri selanjutnya kaki kiri, setelah
diukur dan dicatat pasien dilakukan pemijatan pada kaki atau ektremitas bawah
selama 20 menit, setelah dilakukan pemijatan pasien diukur kembali tekanan
darah systole. Dengan tehnik pemijatan ini pasien dapat merasakan rileks dan
nyaman pada area ekstremitas bawah dan dapat meningkatkan aliran darah pada
area perifer.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tetra Saktika
Adinugraha (2015) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan tekanan sistolik
ankle secara signifikan sebelum dan sesudah diberikan pijatan pada kelompok
intervensi, perawat dapat menggunakan teknik pijat effleurage dan petrissage atau
kneading sebagai terapi komplementer dan merupakan tindakan keperawatan
mandiri.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Perubahan pola makan yang serba instan, tinggi lemak, banyak
mengandung gula dan protein, ditambah kurangnya olahraga menjadikan semakin
banyak orang mengalami obesitas. Kondisi ini harus dicegah karena selain
mengurangi estetika penampilan diri, diabetes melitus juga memicu terjadinya
obesitas. Diabetes melitus adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi) (Black, 2014).
Komplikasi diabetes jangka panjang adalah akibat kerusakan pembuluh
darah besar dan pembuluh darah kecil. Pembuluh darah menjadi sempit, tidak
beraturan, banyak bekuan, menggelembung dan akhirnya tertutup total atau
pecah. Pembuluh darah yang terkena bisa di otak (akhirnya menjadi stroke), pada
jantung (menjadi serangan jantung-penyakit jantung koroner), dan pembuluh
darah besar lain (penyakit pembuluh darah tepi) (Fransisca, 2012).
Dari hasil implementasi yang dilakukan di ruang seruni RSUD Kabupaten
Tangerang pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 selama 3 hari dimana selama
dilakukan implementasi pasien mengalami perkembangan, dimana di hari
pertama nilai ABI 0,85 (obstruksi ringan), hari kedua nilai ABI 0,86 (obstruksi
ringan), dan dihari ketiga nilai ABI 1,16 (Normal).

5.2 Saran
a. Bagi Rumah Sakit
Bagi rumah sakit diharapkan meningkatkan kinerja perawat dalam terapi pijat
untuk menurunkan tekanan sistolik ankle pada pasien Diabetes Melitus tipe 2
dirumah sakit agar membantu pasien dalam mencegah komplikasi dan
diharapkan di rumah sakit dapat menerapkan terapi pijat pada pasien Diabetes
Melitus tipe 2.

73
74

b. Bagi Perawat
Bagi perawat diharapkan meningkatkan kinerja perawat dengan
meningkatkan terapi pijat untuk menurunkan tekanan sistolik ankle pada
pasien Diabetes Melitus tipe 2 dan perawat diruangan diharapkan
memberikan informasi dan bantuan kepada pasien untuk mengurangi
komplikasi pada kejadian gangguan aliran pembuluh darah perifer pada
pasien dengan Diabetes Melitus tipe 2.
DAFTAR PUSTAKA

Amtiria, Rahma. (2016). Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Poli Penyakit Dalam RSUD DR. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung 2015 (diakses pada tanggal 23 November
2016)
Barnes E. Darryl, (2012). Panduan Olahraga : Diabetes. Panduan Untuk
Mengendalikan Glukosa Darah. PT Intan Sejati, Klaten.
Blackwell, wiley. Nursing Prognosis Definition and Classification : 2015 – 2017.
Jakarta: EGC
Bulechek.Gloria, M, etc. 2015 . Nursing Intervention Classification (NIIC). edisi
6. Singapore : Elsevier
Joyce M. Black, Hawks H. Jane, (2014). Keperawatan Medikal Bedah.
Singapore : Elsevier
Kristiana. Fransisca, (2012). Awas Pankreas Rusak Penyebab Diabetes. Jakarta :
Penerbit Sehat Cerdas.
Moorhead,sue.etc. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC). edisi 5.
Singapore : ELSEVIER
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC
Price Shirley, Price Len. 1997. Aromaterapi Bagi Profesi Kesehatan. Jakarta:
EGC.
Suyono dkk, (2007). Pedoman Diet Diabetes Mellitus. Jakarta : FKUI
Wijoyo M. Padmiarso, (2012). Cara Tuntas Menyembuhkan Diabetes Dengan
Herbal. Jakarta : Pusaka Agro Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai