Anda di halaman 1dari 38

BUKU MODUL

Deteksi Dini dan Upaya Pencegahan


Kaki Dibetes

Disusun Oleh :
Didik Susetyanto Atmojo, S.Kep.Ns.M.Kep
Heny Kristanto, S.Kp., M.Kes
Hengky Irawan, S.Pd.,S.Kep.,Ns., M.Kes

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI


Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga buku modul ini mampu penulis selesaikan.
Penulisan buku ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kemampuan kami
dalam penulisan buku modul. Buku ini kami beri judul : Deteksi Dini dan Upaya
pencegahan kejadian Kaki Diabetes”. Penulisan ini terinspirasi dari banyaknya
kurangnya pengetahuan klien diabetes tentang resiko kejadian kaki diabetes sehingga
harus dirawat di rumah sakit.
Dalam penulisan buku ini ada 2 pokok bahasan yang dipelajari yaitu konsep
diabetes melitus, deteksi dini, dan upaya pencegahan kaki diabetes. Bab I membahas
tentang konsep diabetes melitus dengan harapan mahasiswa terlebih dahulu memahami
tentang konsep diabetes melitus sehingga ketika membaca pada bab berikutnya sudah
bisa mengkaitkan antara penyakit diabetes melitus dengan deteksi dini dan upaya
pencegahannya.
Buku modul ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan
kompetensi dalam mendeteksi dini dan upaya pencegahan kaki diabetes. Mahasiswa
perawat, dokter, praktisi kesehatan ataupun tenaga kesehatan terkait bisa menggunakan
buku modul ini sebagai acuan atau bacaan untuk meningkatkan pengetahuan tentang
deteksi dini dan upaya pencegahan kaki diabetes melitus.
Pada kesempatan ini tim penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1 Direktur Akper Dharma Husada Kediri yang telah memberikan
dukungan/motivas kepada tim untuk menyelesaikan buku modul ini.
2 Kepala Klinik yang telah memberikan ijin kepada penulis dalam melakukan
penelitian ini.
3 Kepada rekan-rekan yang memberikan semangat kepada tim penulis
4 Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada keluarga yang memberikan
doa dan motivasi
Semoga buku modul ini membawa manfaat bagi siapapun yang membaca. Buku
modul ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu saran dan kritik sangat penulis
harapkan. Demikian yang dapat penulis sampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima
kasih.

Tim Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL DALAM ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ vi
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ vii

BAB 1 DETEKSI DINI KAKI DIABETIK


1.1 Deskripsi.............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Pembelajaran............................................................................................. 1
1.3 Epidemiologi Diabetes Mellitus............................................................................ 1
1.4 Definisi Kaki Diabetik ......................................................................................... 2
1.5 Penyebab Luka Kaki Diabetik ............................................................................. 3
1.6 Masalah Luka Kaki Diabetik ............................................................................... 4
1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Kaki.............................................. 6
1.8 Cara Deteksi Luka Kaki Diabetik........................................................................ 7
1.9 Bentuk dan Gangguan Kaki Diabetik................................................................... 12
1.10 Klasifikasi Risiko Kaki Diabetik.......................................................................... 12

BAB 2 PENCEGAHAN LUKA KAKI DIABETES


2.1 Tips Perawatan Kaki Diabetik.............................................................................. 14
2.2 Perawatan Kaki Diabetik dengan Senam kaki...................................................... 15
2.3 Perawatan Kaki dengan Foot SPA........................................................................ 18
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Masalah yang biasa terjadi pada kaki diabetic ......................................... 4
Tabel 1.2.: Klasifikasi Wagner ................................................................................... 11
Tabel 1.3 : Klasifikasi resiko luka kaki diabetes........................................................... 12
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Pemeriksaan dengan monofilament ...................................................... 8


Gambar 1.2 : Lokasi pemeriksaan kaki ...................................................................... 8
Gambar 1.3 : Pemeriksaan luka disekitar jari kaki ...................................................... 9
Gambar 1.4 : Pemeriksaan telapak kaki .................................................................... 9
Gambar 1.5 : Perabaan suhu di dorsalis pedis ........................................................... 9
Gambar 1.6 : Pemeriksaan suhu ................................................................................ 9
Gambar 1.7 : Pemeriksaan ABPI dengan doppler ..................................................... 10
Gambar 1.8 : Bentuk dan Gangguan Kaki Diabetik..................................................... 12
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : SOP DIABETIC FOOT SPA ......................................................... 19


Lampiran 2 : Pengkajian Kaki Diabetik ......................................................... 23
Lampiran 3 : KLASIFIKASI LUKA ..................................................................... 26
BAB 1
DETEKSI DINI KAKI DIABETIK

1.1 Deskripsi :
Pada bab I ini penjelasan utama adalah tentang cara pemeriksaan atau deteksi dini
terjadinya luka kaki diabetes.

1.2 Tujuan Pembelajaran:


Setelah mempelajari bab ini pembaca mampu memahami tentang :

1.3 Epidemiologi Diabetes Mellitus


Mempelajari epidemiologi penyakit diabetes melitus (DM) akan membantu kita
dalam mengidentifikasi resiko kejadiannya. Apabila klien DM tidak diobati dengan
serius maka akan mengakibatkan komplkasi akut dan kronis. Komplikasi kronis
pada luka di kaki sebagai hal menakutkan bagi penyandang diabetes (diabetisi),
sehingga kompliksi kaki diabetic ini harus diwaspadai. Bagi diabetisi dengan kadar
gula darah yang tidak terkendali, menjadikan luka  kaki sangat sulit sembuh. Jika
tidak diatasi sedari dini, luka itu akan menjadi infeksi serius, sehingga kaki harus
diamputasi, atau nyawa diabetisi terenggut.
Jumlah diabetes mellitus, baik di Indonesia maupun dunia, terus meningkat dengan
pesat. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010, pasien
diabetes mellitus tipe 2 (kronis) di Indonesia naik dari 8,4 juta pada 2000 menjadi
21,3 juta tahun 2010. Sedangkan  International Diabetes Federation memperkirakan
pada 2030 jumlah penderita diabetes di seluruh dunia mencapai 450 juta orang.
Peningkatan angka pasien diabetes berdampak signifikan bagi kesehatan secara
keseluruhan. Sebab penyakit diabetes merupakan penyakit kronis yang bersifat
progresif. Diabetes dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada berbagai
organ vital dan terkait dengan penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi),
hiperkoagulasi (pembekuan darah pada seluruh pembuluh darah), dislipidemia
(gangguan pada jumlah lipid pada darah) dan disfungsi renal (disfungsi ginjal).
Apalagi, jika tidak dilakukan pengendalian kadar gula darah dengan ketat. Karena
itu, diabetisi perlu melakukan deteksi dini terhadap kelainan-kelainan pada kaki
sebelum terjadi luka. Diabetisi juga sebaiknya melakukan pemeriksaan gula darah
secara teratur. (hidayati)

1.4 Definisi Kaki Diabetik (Diabetic Foot)


Diabetes mellitus (DM) merupakan masalah secara global dalam perawatan
kesehatan. Dampak kelainan DM berupa hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal. Di negara yang sedang
berkembang, komplikasi kronik yang sering terjadi pasien diabetes mellitus yaitu
kaki diabetes infeksi (KDI). Kaki diabetic adalah kelainan pada tungkai bawah
yang merupakan komplikasi kronik diabetes mellitus yang disebabkan oleh
pembuluh darah vena, arteri serta persarafan mengalami gangguan diantaranya
karena adanya infeksi kaki. Pasien diabetes sangat berisiko terhadap kejadian luka
kaki (Litzelman, 1993) dan merupakan jenis luka kronis yang sangat sulit
penyembuhannya. Penyebab kaki diabetes infeksi (KDI) adalah iskemik dan
neuropati, kemudian diikuti oleh infeksi. Faktor resiko yang mempermudah atau
memperburuk perlangsungan KDI antara lain: kendali glikemik buruk, lamanya
diabetes, umur pasien, merokok, keadaan kebersihan pasien, keterlambatan mencari
pertolongan dokter dan sebagainya. Luka pada kaki diabetes sering menyebabkan
frustasi, tidaj hanya penderita tetapi juga bagi keluarga, perawat serta dokter yang
merawatnya karena proses penyembuhannya yang lama dan mahal serta dapat
terjadi amputas. (Ekaputra, 2013:126).
Kaki diabetik adalah luka pada kaki yang berkaitan dengan kerusakan saraf
(neuropati) dan gangguan aliran darah akibat diabetes mellitus. Kadar gula darah
yang tinggi pada penderita diabetes mellitus menyebabkan penyempitan pembuluh
darah termasuk pada kaki. Selain itu, gula darah yang tinggi juga berkaitan dengan
kerusakan saraf  yang menyebabkan hilangnya kemampuan  untuk merasakan
sensasi. Akibatnya, stimulus berbahaya pada kaki tidak dapat dirasakan dan
dihindari sehingga terjadi luka. Gangguan aliran darah menyebabkan proses
penyembuhan luka terhambat. Gula darah yang tinggi menyediakan kondisi yang
mendukung bagi pertumbuhan bakteri sehingga luka rentan mengalami infeksi. Jika
dibiarkan, infeksi dapat menyebar dan menyebabkan gangren ( kematian jaringan)
pada kaki. Kondisi ini berbahaya dan mengancam nyawa sehingga amputasi kerap
tidak dapat dihindari. Diabetic foot bisa terjadi karena terdapat dua mekanisme
penting dalam terjadinya diabetic foot: kerusakan pembuluh darah tepi (perifer)
dan kerusakan saraf (neuropati). Kondisi diabetes menyebabkan masalah aliran
darah dari jantung ke seluruh tubuh. Aliran darah dari jantung diperlukan untuk
memulihkan kerusakan jaringan pada bagian tubuh yang luka. Tanpa aliran darah
yang baik, akan sangat sulit suatu luka untuk pulih bahkan tidak akan pulih
kembali. Dampaknya adalah kematian jaringan karena kurangnya asupan darah
(gangrene) dan disertai luka terbuka (ulserasi) yang sangat berisiko terinfeksi
kuman di kaki. Kebanyakan penderita diabetes tidak menyadari adanya luka
maupun tingkat keparahan luka yang terus bertambah akibat gangguan saraf
(neuropati) yang disebabkan oleh kerusakan yang ditimbulkan dari tingginya kadar
gula darah.

1.5 Penyebab Luka Kaki Diabetik


Kaki diabetes adalah istilah yang digunakan utuk menyebut sekelompok sindrom
yaitu gangguan vaskuler, syaraf atau kombinasi yang merupakan factor predisposisi
yang mengancam timbulnya luka pada kaki. Faktor ketiga adalah tekanan mekanik.
Penderita diabetes pada keadaan kakinya sering ditemukan seperti : Menurut
Smeltzer,(2002:1278) risiko terjadinya infeksi kaki yaitu
1. Neuropati kaki
Pada keadaan ini kaki akan hilang sensasi rasa tetapi dengan denyut nadi kaki
adekuat. Neuropati yang terjadi bisa meliputi neuropati sensori (pengontrol
sensasi), neuropati motorik ( pengontrol motorik / otot), serta neuropati
outonom (pengontrol fungsi seperti keringat, aliran darah dan denyut jantung).
Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya perasaaan nyeri dan sensibilitas
tekanan, sedangkan neuropati otonom menimbulkan peningkatan kekeringan
dan pembentukan fisura pada kulit.
2. Penyakit vaskuler perifer.
Sirkulasi ekstremitas bawah yang buruk menyebabkan lama nya kesembuhan
luka dan terjadinya gangrene. Neuro-iskemia pada kaki dengan hilangnya
sensasi rasa dan iskemia. Iskemia menjadi penyebab tersebar tindakan amputasi
dilakukan, khususnya pasiendengan diabetes karena tidak adekuatnya
oksigenasi dan perfusi jaringan menyebabkan gagalnya proses penyembuhan.
Gangguan kaki diabetik terjadi karena kendali kadar gula yang tidak dilakukan
dengan baik dan berlangsung terus-menerus selama bertahun-tahun. Penyebab
utamanya adalah : Kerusakan syaraf (neuropati diabetik) dan Gangguan
pembuluh darah .
Menurut Sarwono W. 2011. Syaraf yang telah rusak membuat pasien diabetes
tidak dapat merasakan sakit, panas, atau dingin pada tangan dan kaki.
Ketidakmampuan syaraf merespon rangsangan di luar tubuh membuat luka
menjadi lebih buruk. Karena diabetesi tidak menyadari adanya luka tersebut.
“Neuropati diabetik menyerang lebih dari 50% diabetisi. Gejala umum yang
terjadi adalah rasa kebas (baal) serta kelemahan pada kaki dan tangan.
Tersumbatnya aliran darah juga menyebabkan gangguan kaki diabetik. Aliran
darah yang tidak cukup ke kaki akan menimbulkan luka dan infeksi yang sulit
untuk disembuhkan. gangguan ini disebut penyakit pembuluh darah perifer
(pembuluh darah tepi). Pembuluh darah perifer umumnya menyerang kaki.
3. Penurunan daya imunitas
Hiperglikemia akan mengganggu kemampuan lekosit khusus yang
menghancurkan bakteri. Dengan demikian, pasien diabetes yang tidak terkntrol
akan terjadi penurunan resistensi terhadap infeksi tertentu.

1.6 Masalah Luka Kaki Diabetik


Tabel 1.1 : Masalah yang biasa terjadi pada kaki diabetik
Resiko Masalah Pencegahan
Kerusakan < sensasi pada kaki Edukasi DM
Fungsi saraf pada Kaki baal Pemeriksaan berkala
kaki (kaki diabetic Sering kesemutan Terhadap komplikasi kaki
neuropaty) Rasa pegal dan nyeri Pemakaian alas kaki yang
kaki tepat
Kram otot Pengendalian DM
Kulit kering Perlindungan terhadap trauma
Pecah-pecah SPA dan senam kaki DM
Perubahan bentuk pada Memberikan lotion pada kaki
kaki dan jari kaki kecuali sela jari kaki
Kallus dan corn (mata perawatan kuku oleh keluarga
ikan) centengan dan perawat

Gangguan Nyeri tungkai bila Edukasi


pembuluh darah berdiri dan pada malam Pemeriksaan secara rutin
(kaki diabetic hari Senam kaki
iskemik) Kaki teraba dingin Pengendalian DM
Pemeriksaan tekanan Melakukan perawatan kaki
nadi kaki kecil atau dan kuku kaki secara rutin
hilang Memakai alas kaki dengan
Warna kulit kaki tepat
tampak pucat atau
kebiruaan

Bagi klien diabetes dengan kadar gula darah yang tidak terkendali, masalah kaki
dapat mengarah kepada terjadinya infeksi dan konsekuensi yang lebih serius seperti
amputasi. Masalah kaki diabetik yang bisa terjadi seperti di bawah ini :
1. Kalus (kapalan)
Merupakan penebalan kulit yang umumnya terjadi di telapak kaki, terutama di
bagian yang menonjol. Kalus disebabkan gesekan atau tekanan berulang pada
daerah yang sama, juga karena distribusi berat badan yang tidak seimbang,
sepatu yang tidak sesuai (kesempitan), atau kelainan kulit. Kalus dapat menjadi
berkembang menjadi infeksi, terlebih bila dimanipulasi( dikorek, digunting)
2. Kulit melepuh
Terjadi jika sepatu selalu menggesek kaki pada daerah yang sama. Disebabkan
penggunaan sepatu yang kurang pas atau tanpa kaus kaki. Kulit melepuh dapat
berkembang menjadi infeksi. Penanganan kulit melepuh adalah dengan tidak
meletuskannya.
3. Kuku kaki yang tumbuh ke dalam
Terjadi ketika ujung kuku tumbuh ke dalam kulit dan menimbulkan tekanan
yang dapat merobek kulit sehingga kulit bengkak kemerahan dan terinfeksi.
Kuku kaki yang tumbuh ke dalam dapat terjadi jika memotong kuku sampai ke
ujung, dapat pula disebabkan pemakaian sepatu yang terlalu ketat atau trauma
kaki karena aktivitas seperti berlari dan aerobik. Jika ujung kuku kaki kasar,
pergunakan kikir untuk meratakannya.
4. Pembengkakan ibu jari kaki
Terjadi jika ibu jari kaki condong ke arah jari di sebelahnya sehingga
menimbulkan kemerahan, rasa sakit, dan infeksi. Dapat terjadi pada salah satu
atau kedua kaki karena penggunaan sepatu berhak tinggi dan ujung yang
sempit.
5. Jari kaki bengkak
Terjadi ketika otot intrinsik  kaki menjadi lemah. Kerusakan saraf karena
diabetes dapat menyebabkan kelemahan ini. Otot yang lemah dapat
menyebabkan tendon (jaringan yang menghubungkan otot dan tulang) di kaki
memendek sehingga jari kaki menjadi bengkok. Akan menimbulkan masalah
dalam berjalan dan kesulitan menemukan sepatu yang tepat. Dapat juga
disebabkan pemakaian sepatu yang terlalu pendek.
6. Kulit kaki kering dan pecah
Dapat terjadi karena kerusakan saraf pada kaki. Sehingga kulit kaki berkurang
memproduksi keringat yang akan menjaga kulit tetap lembut dan lembab. Kulit
yang kering dapat pecah. Adanya pecahan pada kulit dapat membuat kuman
masuk dan menyebabkan infeksi. Dengan gula darah anda yang tinggi, kuman
akan mendapatkan makanan untuk berkembang sehingga memperburuk infeksi.

1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Kaki


1. Faktor Intrinsik
Penonjolan tulang, mobilitas sendi terbatas, Deformitas sendi, Kalus, Sifat
jaringan yang berubah,
2. Faktor Ekstrinsik
Operasi kaki sebelumnya, sendi neuro-osteoarthropathic, alas kaki yang tidak
pantas, berjalan tanpa alas kaki, jatuh dan kecelakaan, benda di dalam sepatu,
tingkat aktifitas
1.8 Cara Deteksi Luka Kaki Diabetik
Langkah-langkah deteksi dini kaki diabetik meliputi:
1. Adanya keluhan kaki kesemutan atau Baal (kulit teras tebal)
2. Adanya perubahan bentuk kaki seperti jari yang bengkok, kulit kering dan
pecah-pecah, mata ikan, dll
3. Denyut nadi kaki melemah
4. Melakukan pemeriksaan dengan MONOFILAMEN
5. Melakukan pengukuran tekanan pembuluh darah di kaki dengan DOFLER
a. Lokasi dan Letak Luka
Gangguan neuropati terutama motoric dan pembuluh darah akan
penyebabkan kelemahan pada otot dan tulang. Kelainan bentuk kaki pada
penderita diabetes seperti Charcot foot ( kelainan pada persendian sehingga
tulang menjadi bengkok), claw toes (jari-jari yang mencengkram), hammer
toes (bentuk jari seperti palu). Kelainan bentuk (deformitas) kaki akan
menimbulkan titik tekan yang beresiko terjadinya luka karena tekanan. Dan
juga akibat penekanan karena penggunaan sepatu yang sempit.
b. Persyarafan
Neuropati motoric mengakibatkan kelemahan pada otot yang bisa
mengakibatkan deformitas kaki. Misalkan Clan toe. Neuropati autonomy
menurunkan persepsi sehingga kulit kaki menjdi kering, pecah-pecah yang
menjadi factor posisi terjadinya infeksi dan ulserasi juga charcot. Untuk
mengkaji fungsi sensori dilakukan dengan Semmes Weistein
Monofilament) test.
Cara melakukan tes :
1). Tutup mata pasien
2). Lakukan di sepuluh titik yang dianjurkan secara bergantian @ 2 detik,
jika teraba pasien mengatakan ya. Lakukan secara acak.
3). Lakukan pada kedua kaki
4). Jangan lakukan pada kaki yang ada calus, luka, atau bekas luka
5). (+) jika ada > 8 titik teraba
6). (-) jika < 8 titik tidak teraba
Gambar 1.1 : Pemeriksaan dengan monofilament

Gambar 1.2 : Lokasi pemeriksaan kaki

c. Vaskularisasi
Untuk mengetahui status vaskuler pada pasien diabetes dilakukan dengan
cara :
1). Palpasi / meraba denyut nadi di dorsalis pedis atau tibialis untuk menilai
ada tidaknya denyut nadi.
Klien lansia biasanya ada kesulitan untuk meraba denyut nadi dapat
dilakukan dengan stetoskop ultra sonic dopler. Tingkatan denyut nadi :
0  Absen / tidak teraba
1  Ada denyut nadi sebentar
2  Teraba tetapi kemudian hilang
3  Normal
4  Sangat jelas, kemungkinan ada bendungan
Temperatur kulit memberikan informasi tentang kondisi perfusi jaringan
dan fase inflamasi, merupakan variable untuk menilai adanya
peningkatan atau penurunan perfusi jaringan terhadap tekanan. Cara
melakukan dengan menempelkan punggung tangan pada kulit disekitar
luka dan membandingkannya dengan kulit pada bagian lain yang sehat.

Gambar 1.3 : Pemeriksaan luka disekitar jari kaki

Gambar 1.4 : Pemeriksaan telapak kaki

Gambar 1.5 : Perabaan suhu di dorsalis pedis

Gambar 1.6 : Pemeriksaan suhu


2). Mengukur pengisian pembuluh darah kapiler. Capilary Refill Time
(CRT)
Pengisian kapiler Kembali setelah mendapatkan tekanan yang melebihi
3 detik mengidentifikasikan adanya aliran darah. Waktu pengisian
kapiler dievaluasi dengan memberi tekanan pada ujung jari, setelah
tampak kemerahan, segera lepaskan tekanan dan lihat apakah ujung jari
segera Kembali ke kulit normal.
Capilary Refill Time :
Normal : 10 – 15 detik
Iskemia sedang : 15 – 25 detik
Iskemia berat : 25 – 40 detik
Iskemia sangat berat : > 40 detik
3). Pengukuran Ankle Brachial Pressure Index (ABPI)
Caranya : hasil yang didapat dengan membagi sistolik pada tungkai
bawah dengan sistolik lengan.Kriteria hasil : normal > 0.9 mmhg.
Adanya hasil pengkajian yang abnormal pada vaskularisasi merupakan
indikasi untuk konsultasi ke bedah vaskuler.

Gambar 1.7 : Pemeriksaan ABPI dengan doppler

d. Kaki
Status kaki diabetes dengan klasifikasi Wagner. Stadium Wagner (untuk
luka Diabetik)
Tabel 1.2. Klasifikasi Wagner
Grade 0 Tidak terdapat ulkus,
Ulkus superficial yang mengenai seluruh lapisan kulit tapi
Grade 1
tidak mengenai jaringan dibawahnya
Ulkus dalam, penetrasi ke dalam sampai ligament dan otot,
Grade 2
tapi tidak mengenai tulang atau terdapat abses
Ulkus dalam dengan selulitis atau abses, sering dengan
Grade 3
osteomyelitis
Grade 4 Gangren yang terlokalisasi pada fore foot
Grade 5 Gangren yang mengenai seluruh kaki
Dikutip dari: Jain, A.K., 2012. A New Classification of Diabetic Foot
Complications: A Simple and Effective Teaching Tool. The Journal
of Diabetic Foot Complication, vol 4, issue 1, No.1, 2012

Superficial Ulcer
Stadium 0 - Preulcer. Tidak ada lesi terbuka, kulit utuh, tetapi dengan
bentuk tulang kaki menonjol / Charcot arthropathies
Stadium 1 –Hilangnya lapisan kulithingga dermis dan kadang kadang
tampak tulang menonjol.
Deep Ulcer
Stadium 2 – Lesi terbuka dengan penetrasi ke tulang atau tendon (dengan
goa)
Stadium 3 – Penetrasi hingga dalam osteomyelitis, plantar abses atau
infeksi sampai tendon gangren
Stadium 4 - Menunjukkan gangren Sebagian, menyebar hingga bagian
dari jari kaki, gangrene lembab/keringd
Stadium 5 - Gangren atau nekrosis sejauh kaki tidak bisa diselamatkan
e. Edema
Dilakukan dengan mengukur lingkar pada midcalf, ankle, dan dorsum kaki
kemudian dilanjutkan dengan menekan jari pada tulang menonjol di tibia
atau medial malleolus. Kulit yang udema tampak lebih coklat kemerahan
atau mengkilat sering kali merupakan tanpa adanya gangguan darah balik
vena
1.9 Bentuk dan Gangguan Kaki Diabetik
Gambar 1.8 : Bentuk dan Gangguan Kaki Diabetik
Charcot Hallux
anthropathy Vagus/Bunion

Flat foot/Pes Hammer Toes,


Covus Claw Toes

1.10 Klasifikasi Risiko Kaki Diabetik


Menurut Driver et al 2005 klasifikasi risiko kaki diabetes dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Resiko tinggi jika Sensation (-), Pulse (-), Kerusakan kaki (-)/(+)
2. Resiko sedang jika Sensation (+), Pulse (+), Kerusakan kaki (+)
3. Resiko rendah jika Sensation (+), Pulse (+), Kerusakan kaki (-)

Tabel 1.3 : Klasifikasi resiko luka kaki diabetes

Resiko tinggi Resiko Sedang Resiko rendah

Sensation (-) Sensation (+) Sensation (+)


Pulse (-) Pulse (+) Pulse (+)
Kerusakan kaki (-)/(+) Kerusakan kaki (+) Kerusakan kaki (-)

Faktor resiko terjadinya kaki diabetic pada klien diabetic diantaranya Kerusakan
saraf di kaki, penyakit pembuluh darah pada tungkai, danya kapalan, adanya
perubahan pada bentuk kaku rasa kebas pada kaki, sakit pada tungkai bila berdiri,
berjalan dan melakukan kegiatan fisik, penurunan fungsi penglihatan, orang yang
tidak mampu menggapai kakinya sendiri untuk membersihkannya, pengendalian
gula darah yang kurang baik, berkurangnya sensasi atau rasa kebas pada kaki, jika
diraba kaki terasa dingin, rasa nyeri pada kaki pada waktu istirahat dan malam hari,
pemeriksaan nadi pada kaki menjadi kecil dan hilang, perubahan warna kulit, kaki
tampak pucat atau kebiru-biruan
BAB II
UPAYA PENCEGAHAN LUKA KAKI DIABETES

Pada bab II ini penjelasan utama adalah tentang upaya pencegahan luka kaki diabetes
dengan senam kaki Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu memahami tentang :
1. Tips perawatan kaki diabetic
2. Perawatan kaki diabetic dengan senam kaki
3. Perawatan Kaki dengan Foot SPA

Pencegahan terjadinya luka kaki diabetic adalah dengan melakukan pengontrolan kadar
gula darah ketingkat gula darah yang normal di rumah. Aktifitas fisik yang juga
dianjurkan untuk dilakukan secara rutin oleh pasien DM adalah Gerakan Senam Kaki
Diabetes / DM. Dengan teratur melakukan gerakan senam kaki diabetes diharapkan
komplikasi yang sering terjadi pada kaki-kaki pasien DM seperti luka infeksi yang tidak
sembuh dan menyebar luas akan dapat tidak terjadi. Gerakan senam kaki diabetes ini
sangatlah mudah untuk dilakukan (dapat di dalam atau di luar ruangan) dan tidak
memerlukan waktu yang lama (hanya sekitar 15-30 menit) serta tidak memerlukan
peralatan yang rumit (kursi dan sehelai koran bekas). Minimal gerakan senam kaki
diabetes ini dilakukan 3 kali sepekan, namun alangkah baiknya dapat dilakukan setiap
hari.Berikut ini beberapa Gerakan Senam Kaki Diabetes yang dapat dilakukan oleh
pasien DM secara teratur dengan sendiri atau bersama-sama.

2.1 Tips perawatan Kaki Diabetik


Menurut Putri bahwa penderita diabetes sebaiknya melakukan pemeriksaan dan
perawatan kaki. Adapun kegiatan/ cara sebagai berikut :
a. Periksa kaki setiap hari,telapak kaki, sela-sela jari kaki, periksa apakah ada
kemerahan, lecet, kulit kering, penebalan kulit, dan jika tidak mampu sendiri,bisa
dengan bantuan cermin atau bisa juga minta bantuan orang lain.
b. Hindari kaki kontak langsung dengan benda2/air panas
c. Gunakan alas kaki baik didalam maupun diluar rumah
d. Gunakan pelembab/lotion/minyak utk menjaga kelembaban kulit, ingat kulit yang
kering beresiko terjadinya luka
e. Gunakan sepatu lembut dan lunak, pastikan ukuran yang sesuai dengan ukuran
kaki , cara mengukur sepatu yg pas adalah dengan membuat pola telapak kaki
pada kertas, lalu gunting dan masukan kedalam sepatu yg akan dipilih untuk
digunakan, bila kertas pola menekuk/melipat berarti sepatu tdk pas untuk kaki
anda. Jangan digunakan!
f. Bila menggunting kuku jangan terlalu pendek, dan terlalu miring sehingga akan
membuat luka pada kulit disela2 kuku. Jika kuku terasa keras lebih baik rendam
dahulu dengan menggunakan air hangat agar kuku lebih lunak dan mudah di
gunting, jika kesulitan lebih baik minta bantuan orang lain.
g. Jika menggunakan kaos kaki, gunakan kaos kaki yang lebut dan menyerap
keringat.
h. Pastikan kadar gula darah selalu terkontrol.

2.2 Perawatan Kaki Diabetik dengan Senam kaki


a. Tujuan senam kaki
1). Meningkatkan kekuatan otot pergelangan kaki dan kaki.
2). Meningkatkan aliran darah ke kaki
3). Memelihara lingkup gerak sendiri
4). Memperbaiki pola gerak saat berjalan
b. Tahapan Senam Kaki
1). Langkah pertama senam kaki diabetes yaitu pasien duduk tegak diatas
bangku dengan kaki menyentuh lantai.

2). Dengan tumit yang diletakkan dilantai, jari-jari kedua belah kaki
diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam
sebanyak 10 kali.
3). Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke
atas. Kemudian sebaliknya pada kaki yang lainnya, jari-jari kaki diletakkan di
lantai dan tumit kaki diangkatkan ke atas. Gerakan ini dilakukan secara
bersamaan pada kaki kanan dan kiri bergantian dan diulangi sebanyak 10
kali.

4). Tumit kaki diletakkan di lantai. Kemudian bagian ujung jari kaki diangkat
ke atas dan buat gerakan memutar pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

5). Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Kemudian tumit diangkat dan buat
gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10
kali.
6). Kemudian angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Lalu gerakan jari-
jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke
kanan. Ulangi gerakan ini sebanyak 10 kali.
7). Selanjutnya luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki
tersebut dan gerakkan ujung jari-jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali
kelantai.

8). Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi sama seperti pada langkah ke-8,
namun gunakan kedua kaki kanan dan kiri secara bersamaan. Ulangi
gerakan tersebut sebanyak 10 kali.
9). Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Kemudian
gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.

10). Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, lalu putar kaki pada
pergelangan kaki, lakukan gerakan seperti menulis di udara dengan kaki
dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.

11). Letakkan selembar koran dilantai. Kemudian bentuk kertas koran


tersebut menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki. Lalu buka kembali
bola tersebut menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah
kaki. Gerakan ini dilakukan hanya sekali saja.
12). Kemudian robek koran menjadi 2 bagian, lalu pisahkan kedua bagian
koran tersebut.
13). Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki.
14). Kemudian pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan
kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh tadi.
15). Lalu bungkus semua sobekan-sobekan tadi dengan kedua kaki kanan dan
kiri menjadi bentuk bola.

2.3 Perawatan Kaki dengan Foot SPA


Perawatan harian yang dapat dilakukan adalah mencuci kaki dengan sabun dan air
hangat. Setelah itu, kaki harus dikeringkan dengan benar sampai ke sela-sela jari agar
tidak terinfeksi jamur. Oleskan pelembab untuk mencegah kulit kering, tetapi jangan
oleskan pelembab pada sela-sela jari. Jangan merendam kaki Anda, karena akan
membuat kulit rusak, sehingga mudah terkena infeksi. Saat mencuci atau
mengoleskan pelembab pada kaki, perhatikan kaki Anda! Apakah terdapat bercak
merah, kapalan, luka, kuku yang tumbuh menusuk jari kaki, kuku kuning dan rapuh,
pembengkakan kaki, kulit kaki pecah pecah ataupun melepuh. Perhatikan juga warna
kulit kaki yang menjadi biru atau hitam. Hal ini menandakan aliran darah yang buruk
sehingga butuh penanganan segera. Jika sulit untuk melihat telapak kaki, gunakanlah
cermin atau minta tolong kepada orang serumah. Guntinglah kuku kaki Anda setiap
bulan dengan arah lurus, kikir ujung-ujung kuku yang tajam dengan pengikir kuku
dan jangan menggunting kutikula kuku.
DAFTAR PUSTAKA

Bruno Lina, Christian Perronne, Denis Pouchain, Béatrice Quinet, Pierre Weinbreck,
2006, Management of diabetic foot infections, Consensus and guidelines board
of the Société de Pathologie Infectieuse de Langue Française

Carville K, 2007, Wound Care Manual, fifth edition, reprinted 2007, by the Silfer Cain
Nursing Assosiation, Australia Dono N, http://www.medistra.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=175, diunduh 25 Oktober 2020

Denis Pouchain , Foot wound care consensus conference, 1999, Consensus Development
Conference on Diabetic Foot Wound Care, Boston, Massachusetts

Erfandi Ekaputra, 2013, Evolusi Manajemen Luka, Trans Info Media, Jakarta

Gitarja W S, 2008, Perawatan Luka Diabetes,Wocare, Indonesia

Jain, A.K., 2012. A New Classification of Diabetic Foot Complications: A Simple and
Effective Teaching Tool. The Journal of Diabetic Foot Complication, vol 4, issue
1, No.1, 2012

PERKENI, 2006, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di


Indonesia, Putri S H, http://www.perawatluka.com/perawatan-kaki-diabetik/
diakses 25 Oktober 2020

Ramaiah S, 2008, Cara mengetahui gejala diabetes dan mendeteksi sejak dini, penerbit
BIP

Smeltzer S C, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 2, EGC Jakarta

Shankhdar K, Shankhdar LK, Shankhdar U, Diabetic foot care in the land of no


podiatrists,South Amerika, 2008 March 1;28: 20-23

Synder RJ, et al, 2010, Consensus Recommendation on advancing the Standard of Care
for Treating Neuropathic Foot Ulcers in Patient With Diabetes.

Soegiarto G, Ari Sutjahjo, Hans Tandra, Agung Pranoto, Sri Murtiwi, 2012, Gambaran
Faktor Prognostik Timbulnya Kaki Diabetik Pada Penderita Diabetes Mellitus
Tidak Tergantung Insulin, Unair, Surabaya

Ostrow B, Woo Y K, Sibbald R G, The Guyana Diabetic Foot Project: Reducing


amputations and improving diabetes care in Guyana, 2010
4;30:28-32http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2012/edisi-no-05-vol-
xxxvii-2012/452-kegiatan/932-penanganan-kaki-diabetik-secara-komprehensif
Lampiran 1
SOP DIABETIC FOOT SPA
SOP DIABETIC FOOT URAIAN
SPA

Pengertian Diabetic foot spa adalah Tindakan perawatan kaki dengan


menggunakan air dan pijatan pada pasien diabet. Tindakan ini
dilakukan pada kaki pasien diabet yang tidak terdapat luka

Tujuan 1. Mempertahankan kebersihan kaki dari kotoran yang melekat


lama di kaki
2. Memperlancar peredaran darah di kaki
3. Mencegah terjadinya luka
4. Meningkatkan kualitas hidup pasien
Alat Saat pengkajian :
1. Monofilament test atau jarum dan kapas
2. Garputala
3. Format pengkajian
Saat pencuciian
1. Baskom isi air rendaman garam/teh herbal
2. Air bilasan
3. Sikat kaki, batu apung dan serutan kaki
4. Spons/foam
5. Sabun kiln-care
6. Scrub/lulur
7. Handuk
Saat pedicure :
1. Gel antiseptic
2. Spray antiseptic
3. Satu set alat meni-pedicure
4. Kasa
Saat foot spa dan senam kaki
1. Alat foot spa
2. Brosur senanm kaki
3. Handuk
Saat pemijatan
1. Minyak VCO dan lotion
2. 2. Gel pijat atau minyak zaitun

Prosedur Pengkajian singkat (5 menit)


1. Mengidentifikasi ada tidaknya luka
2. Jika ada luka, maka petugas foot spa membuat surat rujukan
ke perawat luka (ETN/WOCN/CWCC/WCS

Pencucian (10 menit)


1. Jelaskan prosedur dan tujuan dari Tindakan yang akan
dilakukan
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan Tindakan
3. Melakukan komunkasi terapeutik sebelum dan sesudah
dilakukan perawatan
4. Rendam kedua kaki di boskom berisi air hangat teh herbal/
garam
5. Gunakan pengganjal kaki saat mencuci
6. Cuci kaki diawali oleh kaki kanan
 Cuci kaki dengan menggunakan sabun dan sru hingga
mata kaki dengan perlahan dan hati hati dengan
menggunakan spons/foam
 Bersihkan sela sela jari
 Sikat kuku – kuku kaki
 Tipiskan jika ada kalus di telapak kaki dengan
menggunakan batu apung
7. Lakukan hal yang sama pada kaki sebelah kiri
8. Bilas dengan cara menyimpan air bilasan sampai tidak terasa
sabun/ sampai bersih
9. Angkat kaki keringkan dengan handuk dan letakkan diatas
perlak yang telah disediakan

Pengkajian lengkap (10 menit)


1. Kaji data umum dan Riwayat Kesehatan pada lembar
pengkajian
2. Pengkajian kaki :
 Pengkajian vaskularisasi/pulsasi dengan melakukan
pengecekan pulsasi di area dorsalis pedis dan posterior
tibia, jika tidak terasa lakukan pemeriksaan di arteri
popliteal dan femoralis
 Pengkajian deformitas dan kulit dengan memeriksa
kelainan bentuk kaki seperti Charcoat, hammer toes dan
juga kondisi kulit seperti fisura, kering
 Pengkajian sensasi/ neuropathy dengan melakukan
pemeriksaan monofilament test dan vibrasi dengan
garputala

Pedicure (10 menit)


1. Kaki diberi antiseptic spray
2. Gunting kuku kaki sesuai dengan kebutuhan tidak terlalu
dalam
3. Kikir kuku setelah digunting, gunakan kasa untuk menampung
kotoran/kuku
4. Bersihkan lunula, ephonchium/cutile, free edge kuku kaki
dengan menggunakan cutile remorver dan atau free edge
remover
5. Lakukan pada kedua kaki secara bergantian
6. Bersihkan dengan antiseptic gel

FOOt SPA & senam kaki (15 menit)


1. Lakukan perendaman kaki di alat foot spa sambal melakukan
senamkaki sesuai petunjuk yang diberikan pasien
2. Lakukan senan kaki @ 5 kali
3. Kaki dikeringkan dengan handuk sampai bersih dan kering
4.
Masase kaki (10 menit)
1. Biarkan sebentar , kemudian beri lotion sambal massase
dengan lembut sesuai prosedur
2. Ajarkan tentang terap kaki

Terminasi & Dokumentasi


1. Dokumentasikan kegiatan pada status pengkajian diabetic foot
spa
2. Jelaskan perncanaan
3. Terminasi

Referensi Kerlyn Carville, 1998. Wound care manual, Third Edition, Silver
Chain Foundation
Lampiran 2
Pengkajian Kaki Diabetik
Data Umum
Nama
Tanggal periksa
Nomor telephone
Alamat
Awal terkena Diabet
Tipe DM
Terapi OAD/Insulin yang
digunakan
Diit

RIWAYAT KAKI KANAN KAKI KIRI KETERANGAN


Pernah ada luka
Pdrnah amputasi
Perawatan sebelumnya
Merokok
Penyakit pembuluh
darah
Penyakit jantung
Penyakit ginjal
Kerusakan mata
Blister
Erythema
Ulcers
Maceration
Callus
Scars
Riwayat sebelumnys
PENGKAJIAN KAKI KAKI PENGKAJIAN KAKI KAKI
VASKULARISASI KANAN KIRI DEFORMITAS KANAN KIRI
Palpasi nadi dosrsalis
pedis
Palpasi nadi posterior
tibial
Palpasi nadi popliteal
Palpasi nadi femoralis
Perubahan warna kaki
(sianosis, eritema, pucat)
Edema
Atropi kulit
Keriput abnormal
Bulu rambut hilang
(alopecia)
Kulit menghitam
Kulit kaki /kuku
berjamur
Kuku cantengan

PENGKAJIAN VASKULAR PENGKAJIAN


DEFORMITAS
ANALISA
DATA
PENGKAJIAN SENSASI/NEUROPHATY KAKI KAKI KIRI
KANAN
Tes vibrasi (dengan garputala)
Tes monofilament
Lampiran 3

KLASIFIKASI LUKA

RENCANA JIKA ADA LUKA


KLASIFIKASI ANJURAN
ADA LUKA 1. RUJUK KE PERAWAT SPESIALIS LUKA
(ETN/WOCN/CWCC/WCS)
2. SETELAH SEMBUH LAKUKAN PENGKAJIAN ULANG
3. KONTROL GULA KE DOKTER PENYAKIT DALAM
4. KONTROL NUTRISI KE NUTRISIONIST
5. LAKUKAN OLAHRAGA SESUAI KEMAMPUAN

RENCANA JIKA RESIKO TINGGI


KLASIFIKASI ANJURAN
ADA LUKA 1. RUJUK KE PERAWAT SPESIALIS LUKA
(ETN/WOCN/CWCC/WCS)
2. SETELAH SEMBUH LAKUKAN PENGKAJIAN
ULANG
3. KONTROL GULA KE DOKTER PENYAKIT DALAM
4. KONTROL NUTRISI KE NUTRISIONIST
5. LAKUKAN OLAHRAGA SESUAI KEMAMPUAN

RENCANA JIKA RESIKO SEDANG


KLASIFIKASI ANJURAN
ADA LUKA 1. PENGGUNAAN SEPATU YANG TEPAT
2. PERAWATAN KUKU KAKI (DIABETIC FOOT SPA)
SEBULAN 2X
3. TERAPI AKUPUNTUR UNTUK NEUROPHATY
4. KONTROL GULA KE DOKTER PENYAKIT DALAM
5. KONTROL NUTRISI KE NUTRISIONIST
6. LAKUKAN OLAHRAGA 2X SMINGGU
RENCANA JIKA RESIKO RINGAN
KLASIFIKASI ANJURAN
ADA LUKA 1. RUJUK KE PERAWAT SPESIALIS LUKA
(ETN/WOCN/CWCC/WCS)
2. SETELAH SEMBUH LAKUKAN PENGKAJIAN
ULANG
3. KONTROL GULA KE DOKTER PENYAKIT
DALAM
4. KONTROL NUTRISI KE NUTRISIONIST
5. LAKUKAN OLAHRAGA SESUAI KEMAMPUAN
TENTANG PENULIS

Didik Susetiyanto Atmojo, Lahir di Singkawang,


Kalimantan Barat, pada tanggal 24 Januari 1971.
Riwayat pendidikan Keperawatan diawali dari D III
Keperawatan Akper Karya Husada Kediri di Pare, lulus
pada tahun 1992, dilanjutkan pendidikan S1
Keperawatan di Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Karya Husada Kediri lulus tahun 2011, dan
selanjutnya pada tahun 2013 menempuh Pasca Sarjana
Program Studi Magister Keperawatan di Universitas
Airlangga Surabaya, lulus tahun 2015.

Riwayat pekerjaan, pada tahun 1994 sampai dengan 2008 bekerja sebagai perawat
pelaksana di Kemenkes Kuwait dan meduduki jabatan sebagai wakil kepala ruang sejak
tahun 2000. Menduduki ketua Tim perawat istana di istana Raja Kuwait sejak 2002-
2008. Sejak tahun 2011 sampai sekarang , bekerja sebagai tenaga Pendidik / Dosen tetap
di Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri. Mendapatkan tugas tambahan sebagai
sekretaris unit penjaminan mutu sejak 2015
Riwayat berorganisasi sebagai wakil ketua komisarioat pendidikan di DPD PPNI Kota
Kediri sejak 2015
Pengalaman menulis modul Klinikal skill self effikasi yang mendapatkan HAKI pada
tahun 2018, Buku ajar Promkes tahun 2018.
TENTANG PENULIS

Heny Kristanto, Lahir di Sidoarjo Jawa Timur, pada


tanggal 16 April 1971. Riwayat pendidikan
Keperawatan diawali dari D III Keperawatan Akper
Karya Husada Kediri di Pare, lulus pada tahun 1992,
elanjutkan pendidikan S1 Keperawatan di Program
Studi Sarjana Keperawatan Universitas Padjadjaran
Bandung lulus tahun 1999, dan selanjutnya pada tahun
2007 menempuh Pasca Sarjana Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga dengan peminatan
Medical Education di Universitas Sebelas Maret
Surakarta, lulus tahun 2009.
Riwayat pekerjaan, pada tahun 2003 sampai dengan 2004 bekerja sebagai perawat
pelaksana di Rumah Sakit Kristen Mojowarno Jombang. Sejak tahun 2004 sampai
sekarang , bekerja sebagai tenaga Pendidik / Dosen di Akademi Keperawatan Dharma
Husada Kediri. Mendapatkan tugas tambahan sebagai Pudir I sejak tahun 2004 sampai
2018, dan diangkat sebagai Direktur untuk periode 2018 sampai 2022.
Riwayat berorganisasi sebagai sekretaris DPD PPNI Kota Kediri untuk periode 2004
sampai dengan 2008.
Pengalaman menulis modul praktek laboratorium untuk Mata Kuliah Keperawatan
Anak I yang mendapatkan HAKI pada tahun 2018.
TENTANG PENULIS
Hengky Irawan, lahir di Kediri Jawa Timur, 11
Pebruari 1976, Riwayat Pendidikan Keperawatan
Akper dharma Husada Kediri tahun 1998, kemudian
melanjutkan sarjana Pendidikan jurusan Bimbingan
konseling di IkIP PGRI Kediri tahun 2002, dan
menempuh Pendidikan sarjana Keperawatan di serta
Ners di UNIBRAW tahun 2008. Pada tahun 2012
lulus dari magister Kesehatan di universitas Negeri
Sebelas maret Surakarta dengan peminatan Profesi
Kesehatan.
Sejak tahun 2000 bekerja di istitusi Akper Dharma Husada Kediri sampai
sekarang. Aktif di Tridharma Perguruan tinggi . Jabatan di institusi sebagai
Ka.Bag. Humas dan mendapat tugas tambahan sekretaris Senat Akademik sejak
2018
Pada tahun 2009memperoleh dana hibah untuk penelitian dosen pemula dari
Pemerintah Kota Kediri dan tahun 2017 mendapatkan dana hibah penelitian
dosen pemula Kepmenristekdikti.
Kegiatan lain penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi seperti di LKNU dan
organisasi kemanusian di PMI dan kepalangmerahan di tingkat SD – SMA serta
Perguruan tinggi dalam materi First Aid (pertolongan pertama). Pengalaman
menulis Panduan Cuping Terapi penyakit Hipertensi tahun 2018 dan Booklet
Pencegahan Diare tahun 2019 yang keduanya mendapatkan HAKI

Anda mungkin juga menyukai