Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PALLIATIVE CARE

PADA PENDERITA DIABETES MILITUS

Penugasan Kelompok Mata Ajar Palliative Nursing Care

Disusun oleh:

1. Athiyyah Nur Adibah (011911034)


2. Ayu Ningtyas Eka Pratiwi ( 011911037)
3. Fill Ardhiny (011911048)
4. Jajilah Hoiriah (011911050)
5. Lusi Silpiani ( 011911051 )
6. Shinta Putri Setiadi (011911003)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS BINAWAN

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah berjudul Asuhan Keperawatan Palliative Care Pada Penderita Diabetes
Militus Dan juga kami berterima kasih kepada Ns. Ulfah Nuraini Karim, SKep,
MKep selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal & Paliatif Care yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita tentang Keperawatan Menjelang Ajal & Paliatif
Care. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan yang membangun demi perbaikan makalah yang telah kami buat.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang telah di susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan.

Jakarta, 27 September 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI
BAB I............................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................1


1.2 RUANG LINGKUP......................................................................................2
1.3 TUJUAN........................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................4

TINJAUAN TEORI.....................................................................................................4

2.1 KONSEP PALLIATIVE CARE..................................................................4


2.1.1 PENYAKIT TERMINAL.....................................................................5
2.1.2 TUJUAN DAN SASARAN KEBIJAKAN...........................................5
2.1.3 LINGKUP KEGIATAN PERAWATAN PALIATIF........................6
2.1.4 PRINSIP PALLIATIVE CARE...........................................................6
2.1.5 PEDOMAN PRAKTIK KLINIS..........................................................6
2.1.6 HARAPAN YANG HENDAK DICAPAI............................................8
2.1.7 PERAN DAN FUNGSI PERAWAT....................................................8
2.2 KONSEP PENYAKIT..................................................................................9
2.2.1 DEFINISI DIABETES..........................................................................9
2.2.2 ETIOLOGI.............................................................................................9
2.2.3 PATOFISIOLOGI.................................................................................9
2.2.4 MANIFESTASI KLINIS....................................................................11
2.2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG........................................................11
2.2.6 PENATALAKSANAAN.....................................................................11
2.2.7 KOMPLIKASI.....................................................................................12
2.2.8 PENCEGAHAN...................................................................................13
BAB III.......................................................................................................................15

ANALISA KASUS.....................................................................................................15

iii
3.1 PENGKAJIAN............................................................................................15
3.2 ANALISA DATA........................................................................................21
3.3 NURSING CARE PLAN............................................................................24
BAB IV........................................................................................................................28

KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................28

4.1 Kesimpulan..................................................................................................28
4.2 Saran............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................29

LAMPIRAN...............................................................................................................30

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan
melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (KEPMENKES RI
NOMOR: 812, 2007).
Diperkirakan perawatan paliatif dibutuhkan pada 40-60% kematian, yaitu
untuk pasien dengan berbagai masalah kesehatan yang membatasi kehidupan.
Perawatan dilakukan bagi yang memiliki penyakit kronis, seperti penyakit
kardiovaskular (38,5%), kanker (34%), penyaki pernafasan paru kronis (10,3%),
AIDS (5,7%), dan diabetes (4,6%). Banyak kondisi lain yang memerlukan
perawatan paliatif, yaitu gagal ginjal, penyakit hati kronis, rheumatoid arthritis,
penyakit saraf, demensia, anomali kongenital, dan tuberkulosis yang resisten
terhadap obat (WHO, 2016). Setiap tahun diperkirakan 20 juta orang di dunia
membutuhkan perawatan paliatif pada tahun terakhir kehidupan mereka, banyak
juga sebelum tahun terakhir hidup mereka. Organisasi Internasional Diabetes
Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat 463 juta orang menderita
diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3%.
Berdasarkan data IDF pada tahun 2019, Indonesia merupakan satu - satunya
negara asia tenggara dengan penderita diabetes melitus terbanyak yaitu sebesar
10,7 juta.Prevalensi DM di Indonesia pada Riskesdas 2018 yaitu sebesar 1,5%.
Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi diabetes melitus di
Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar
2%. Hampir semua provinsi menunjukkan peningkatan prevalensi pada tahun

v
2018, kecuali pada provinsi Nusa Tenggara Timur (0,9%). Terdapat 4 provinsi
dengan prevalensi tertinggi yaitu DKI Jakarta (3,4%), Kalimantan Timur (3,1%),
DI Yogyakarta (3,1%), dan Sulawesi Utara (3%). Berdasarkan jenis kelamain,
prevalensi diabetes tahun 2018 sebanyak 1,2% laki-laki dan 1,8% perempuan
(Kementrian Kesehatan RI, 2020). Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia
(WHO) (2018), diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes,
dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980.
Perawatan paliatif menjadi salah satu pilihan terbaru dalam tata laksana
pengobatan. Perawatan paliatif ditujukan pada pasien dan keluarga dalam
menghadapi isu-isu terkait dengan kondisi yang mengancam jiwa melalui
pencegahan dengan identifikasi dini, pengkajian benar, dan penanganan nyeri
serta gejala psikologis, spiritual, dan fisik. Kebutuhan akan perawatan paliatif
meningkat sejalan dengan tingginya populasi, penyakit kronis, dan penyakit tidak
menular. Perawatan paliatif tidak hanya dilakukan di rumah sakit melainkan
dapat juga dilakukan di komunitas (Irawan et al., 2017)

1.2 RUANG LINGKUP


Ruang lingkup objek adalah sebagai berikut:
Berdasarkan data angka kejadian perawatan paliatif kami berfokus terhadap
keperawatan paliatif bagi penderita diabetes melitus
Subjek penulisan adalah sebagai berikut:
1. Perawat paliatif
2. Penderita diabetes melitus

1.3 TUJUAN
1. Tujuan umum
Melakukan asuhan keperawatan palliative care untuk mengetahui dukungan
keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien palliative care

vi
2. Tujuan khusus
 Mahasiswa dapat melakukan pengkajian kepada pasien diabetes melitus
 Mahasiswa dapat menegakan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes
melitus
 Mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan palliative pada pasien
diabetes melitus
 Mahasiswa dapat melakukan tindakan implementasi dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada pasien dengan diabetes melitus
 Mahasiswa dapat mengusun evaluasi pada pasien dengan diabetes melitus

vii
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP PALLIATIVE CARE


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib
serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan
spiritual (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).

Kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan


terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang
dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya. Dimensi dari kualitas
hidup. Dimensi dari kualitas hidup yaitu Gejala fisik, Kemampuan fungsional
(aktivitas), Kesejahteraan keluarga, Spiritual, Fungsi sosial, Kepuasan
terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan), Orientasi masa depan,
Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri, Fungsi dalam
bekerja. (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007)

Palliative home care adalah pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan


di rumah pasien, oleh tenaga paliatif dan atau keluarga atas bimbingan/
pengawasan tenaga paliatif. Hospis adalah tempat dimana pasien dengan
penyakit stadium terminal yang tidak dapat dirawat di rumah namun tidak
melakukan tindakan yang harus dilakukan di rumah sakit. Pelayanan yang
diberikan tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat memberikan pelayaan
untuk mengendalikan gejala-gejala yang ada, dengan keadaan seperti di
rumah pasien sendiri. (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007)

viii
Sarana (fasilitas) kesehatan adalah tempat yang menyediakan layanan
kesehatan secara medis bagi masyarakat. Kompeten adalah keadaan kesehatan
mental pasien sedemikian rupa sehingga mampu menerima dan memahami
informasi yang diperlukan dan mampu membuat keputusan secara rasional
berdasarkan informasi tersebut (KEPMENKES RI NOMOR: 2007)

2.1.1 PENYAKIT TERMINAL


Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang
menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau
penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi
obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang di katakan
di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian. (White, 2002).

2.1.2 TUJUAN DAN SASARAN KEBIJAKAN


Tujuan umum kebijakan palliative sebagai payung hukum dan arahan
bagi perawatan paliatif di Indonesia. Sedangkan tujuan khususnya adalah
terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang berlaku di
seluruh Indonesia, tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak
perawatan paliatif, tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih,
tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan. Sasaran kebijakan
pelayanan paliatif adalah seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota
keluarga, lingkungan yang memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien
berada di seluruh Indonesia. Untuk pelaksana perawatan paliatif : dokter,
perawat, tenaga kesehatan lainnya dan tenaga terkait lainnya. Sedangkan
Institusi-institusi terkait, misalnya:sDinas kesehatan propinsi dan dinas
kesehatan kabupaten/kota, Rumah Sakit pemerintah dan swasta, Puskesmas,
Rumah perawatan/hospis, Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.
(KEPMENKES RI NOMOR: 2007).

ix
2.1.3 LINGKUP KEGIATAN PERAWATAN PALIATIF
Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi penatalaksanaan nyeri,
penatalaksanaan keluhan fisik lain, asuhan keperawatan, dukungan psikologis,
dukungan social, dukungan kultural dan spiritual, dukungan persiapan dan
selama masa dukacita (bereavement). Perawatan paliatif dilakukan melalui
rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan /rawat rumah. (KEPMENKES RI
NOMOR: 2007).

2.1.4 PRINSIP PALLIATIVE CARE


Menurut World Health Organization, beberapa penyakit kronis
seperti penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronis,
HIV/AIDS, diabetes mellitus, gagal ginjal, penyakit hati kronis, multiple
sclerosis, penyakit Parkinson, rheumatoid arthritis, penyakit neurologis,
demensia, anomaly congenital, dan tuberculosis yang resistan telah
mengalami peningkatan jumlah penderita.Prinsip pelayanan paliatif:
1. menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain,
2. menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses
normal,
3. tidak bertujuan mempercepat atau menunda kematian,
4. mengintegrasikan aspek psikologis, social dan spiritual,
5. memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin,
6. memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita,
7. menggunakaan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya,
8. menghindari tindakan sia-sia
(WHO, 2019)

x
2.1.5 PEDOMAN PRAKTIK KLINIS
Berdasarkan National Consensus Project for Quality Palliative Care,
pedoman praktik klinis untuk perawat Paliatif dalam meningkatkan kualitas
pelayanan paliatif terdiri dari 8 bidang di antaranya sebagai berikut.
1. Struktur dan perawatan (sfructure and proses of carey, merupakan cara
menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan bagi para profesional Paliatif
dalam memberikan perawatan yang berkesinambungan pada pasien dan
keluarga.
2. Aspek perawatan (physical aspect of care), merupakan cara yang
dilakukan untuk mengukur dan mendokumentasikan rasa nyeri dan gejala
lain yang muncul seperti menilai, mengelola gejala, dan efek samping
yang terjadi pada masalah fisik pada pasien.
3. Aspek perawatan psikologik dan psikiatrik (psychological and psychiatric
aspect of care), merupakan cara yang dilakukan untuk menilai status,
psikologis pasien dan keluarga seperti mengukur, mendokumentasikan,
mengelola kecemasan, dan gejala psikologis lainnya.
4. Aspek perawatan sosial (social asperf of care), merupakan cara yang
dilakukan untuk mendiskusikan segala informasi, mendiskusikan tuuan
perawatan, dan memberikan dukungan sosial yang komprehenuit.
5. Aspek spiritual (spiritual, religious, and existential aspect of carey
merupakan cara yang dilakukan untuk menyediakan atau mgm fasilitasi
diskusi: TN terkait kebutuhan spiritual pasicn dan keluarga.
6. Aspek perawatan kultural (culture aspect of care), merupakan cara yang
dilakukan dengan memperhatikan preferensi pasien atau keluarga, Ig
'memahami bahasa yang digunakan, serta ritual-ritual budaya yang dianut
pasien dan keluarga.
7. Aspek perawatan pasien di akhir kehidupan (care of the patient at end of
lifey: merupakan cara yang dilakukan untuk menggali lebih dalam tentang

xi
kesiapan menghadapi kematian dan duka cita setelah kematian bagi
keluarga yang ditinggalkan.
8. Aspek perawatan dari segi etika dan hukum (ethical and legal aspect of
care), merupakan cara yang dilakukan untuk membuat perencanaan,
dengan memperhatikan preferensi pasien dan keluarga sebagai penerima
layanan dengan tidak melanggar norma dan aturan yang berlaku. (NCP,
2017)

2.1.6 HARAPAN YANG HENDAK DICAPAI


1. Kehidupan yang baik good life
2. Kematian yang baik good death
3. Berduka cita yang baik good grief

2.1.7 PERAN DAN FUNGSI PERAWAT


Peran dan Fungsi Perawat dalam menjalankan palliative care, perawat harus
menghargai hak-hak pasien dalam menentukan pilihan, memberikan kenyamanan
pasien dan pasien merasa bermartabat yang sudah tercermin didalam rencana asuhan
keperawatan. Perawat memiliki tanggung jawab mendasar untuk mengontrol gejala
dengan mengurangi penderitaan dan support yang efektif sesuai kebutuhan pasien.
Peran perawat sebagai pemberi layanan palliative care harus didasarkan pada
kompetensi perawat yang sesuai kode etik keperawatan (Combs, et al.,2014).

Hal-hal yang berkaitan dengan pasien harus dikomunikasikan oleh perawat


kepada pasien dan keluarga yang merupakan standar asuhan keperawatan 22 yang
profesional. Menurut American Nurse Associatiuon Scope And Standart Practice
dalam (Margaret, 2013) perawat yang terintegrasi harus mampu berkomuniasi dengan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya mengenai perawatan pasien dan ikut
berperan serta dalam penyediaan perawatan tersebut dengan berkolaborasi dalam
membuat rencana yang berfokus pada hasil dan keputusan yang berhubungan dengan

xii
perawatan dan pelayanan, mengindikasikan komunikasi dengan pasien, keluarga dan
yang lainnya.

2.2 KONSEP PENYAKIT


2.2.1 DEFINISI DIABETES
Pengertian Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan
sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati
(Yuliana dalam NANDA, 2015). Sel khusus pankreas menghasilkan sebuah
hormon yang disebut insulin untuk mengatur metabolisme. Tanpa hormon ini,
glukosa tidak dapat masuk sel tubuh dan kadar glukosa darah meningkat.
Akibatnya, individu dapat dapat mulai mengalami gejala hiperglikemia.
Secara sederhana, proses ini dinyatakan sebagai pembentukan diabetes
melitus. (Rosdahi, 2015).

2.2.2 ETIOLOGI
Menurut Riyadi (2008) diabetes melitus disebabkan oleh penurunan
produksi insulin oleh sel-sel beta pulau langerhans. Jenis Juve (usia muda)
disebabkan oleh predisposisi herediter terhadap perkembangan anti bodi yang
merusak sel-sel beta atau degenerasi sel-sel beta. Diabetes jenis awitan
maturitas disebabkan oleh degenerasi sel-sel beta akibat penuaan dan akibat
kegemukan/obesitas. Tipe ini jelas disebabkan oleh degenerasi sel-sel beta
sebagai akibat penuaan yang cepat pada orang yang rentan dan obesitas
disposisi terhadap jenis obesitas ini karena diperlukan insulin dalam jumlah
besar untuk pengolahan metabolisme pada orang kegemukan dibandingkan
orang normal.

xiii
2.2.3 PATOFISIOLOGI
Menurut Wijaya (2013) patofisiologi diabetes melitus yaitu sebagian
besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut: berkurangnya pemakaian glukosa
oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah
setinggi 200-1200 mg/dl. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah
penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang
abnormal disertai dengan endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah
dan akibat dari berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien-pasien
yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa
plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia
yang parah yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah
sebesar 160-180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus
renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar
bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan
berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah
asstenia aatau kekurangan energi sehingga protein menjadi cepat lelah dan
mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh
dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi. Hipergikemia
yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan
perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan
kadar glukosa yang normal, atau toleransi glukosa sesudah makan
karbohidrat, jika hiperglikemia parah dan melebihi ambang ginjal, maka
timbul glukosoria. Glukosoria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
meningkatkan mengeluarkan kemih (poliuria) harus testimulasi, akibatnya

xiv
pasien akan minum dalam jumlah banyak karena glukosa hilang bersama
kemih, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan
berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) timbul sebagai akibat
kehilangan kalori.

2.2.4 MANIFESTASI KLINIS


Menurut Yunus (2015) tanda dan gejala diabetes melitus adalah:
a. Keluhan berdasarkan “Trias”
1. Banyak minum (polidipsi)
2. Banyak kencing (poliiuria)
3. Banyak makan (polifagi)
b. Kadar gula darah waktu puasa > 120 mg/dl
c. Kadar gula darah dua jam setelah makan > 200 mg/dl
d. Kadar gula darah gula acak > 200 mg/dl
e. Kelainan kulit: gatal-gatal, bisul
f. Kesemutan, neuropati
g. Kelemahan tubuh
h. Impotensi pada pria
i. Mata kabur

2.2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Menurut Wijaya (2013) pemeriksaan diagnostik pada pasien DM adalah:
a. Kadar gula glukosa
1. Gula darah sewaktu/random >200mg/dl
2. Gula darah puasa/nuchter >140 mg/dl
3. Gula darah 2 jam PP (post prandial) >200mg/dl
Aseton plasma → hasil (+) mencolok
a. As lemak bebas → peningkatan lipid dan kolesterol
b. Osmolaritas serum (>330 osm/l)
c. Urinalisis → proteinuria, ketonuria, glucosuria.

xv
2.2.6 PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes melitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan teraupetik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal (Padila, 2012). Menurut
Wijaya & Yessie (2013) dalam penatalaksanaan pasien diabetes melitus
tujuannya:
a. Jangka panjang : mencegah komplikasi
b. Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala DM

2.2.7 KOMPLIKASI
Menurut Riyadi (2008) komplikasi diabetes melitus adalah :
a. Komplikasi yang bersifat akut
1. Koma hipoglikemia Koma hipoglikemia terjadi karena pemakaian
obat-obat diabetik yang melebihi dosis yang dianjurkan sehingga
terjadi penurunan glukosa dalam darah. Glukosa yang ada sebagian
besar difasilitasi untuk masuk ke dalam sel.
2. Ketoasidosis Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel
mencari sumber alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau
tidak ada glukosa maka benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi
ini akan mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda-
benda keton yang berlebihan yang dapat mengakibatkan asidosis.
3. Koma hiperosmolar nonketotic. Koma ini terjadi karena penurunan
komposisi cairan intrasel dan ekstrasel karena banyak diekskresi lewat
urin.
b. Komplikasi yang bersifat kronik
1. Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh
darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.

xvi
2. Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati
diabetika, nefropati diabetik. Nefropati terjadi karena perubahan
mikrovaskulr pada struktur dan fungsi ginjal yang menyebabkan
komplikasi pada pelvis ginjal. Tubulus dan glomerulus penyakit ginjal
dapat berkembang dari proteinuria ringan ke ginjal. Retinopati adanya
perubahan dalam retina karena penurunan protein dalan retina.
Perubahan ini dapat berakibat gangguan dalam penglihatan.
3. Neuropati diabetika Akumulasi orbital didalam jaringan dan
perubahan metabolik mengakibatkan fingsi sensorik dan motorik saraf
menurun kehilangan sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
4. Rentan infeksi seperti tuberculosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran
kemih.
5. Ulkus diabetik Perubahan mikroangiopati, mikroangiopati dan
neuropati menyebabkan perubahan pada ekstermitas bawah.
Komplikasinya dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi,
gangren, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat
menunjang terjadi trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang
mengakibatkan gangrene.

2.2.8 PENCEGAHAN
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer yaitu mencegah terjadinya diabetes mellitus. Biasanya
dilakukan secara menyluruh pada masyarakat tetapi diutamakan dan
ditekankan untuk dilaksanakan dengan baik pada mereka yang berisiko tinggi
untuk kemudian mengidap DM (Soegondo, 2009) Tindakan yang dilakukan
untuk upaya

pencegahan primer meliputi:

xvii
1) Mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang
yaitu:
a. Meningkatkan konsumsi sayuran dan buah
b. Membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana
c. Mempertahankan berat badan normal/idaman sesuai dengan
umur dan tinggi badan

2) Melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan umur dan


kemampuan.
3) Menghindari obat yang bersifat diabetogenik.
4) pencegahan sekunder
2. pencegahan sekunder dimulai dengan deteksi dini penyandang Dm. Karena
itu dianjurkan untuk pada setiap kesempatan terutama untuk mereka yang
mempuyai risiko tinggi agar dilakukan pemeriksaan penyaring glukosa darah
(Soegondo, 2009) Hal ini yang perlu dilakukan :
a. Tetap melakukan pencegahan primer
b. Pengendalian guladarah agar tidak terjadi komplikasi diabetes
c. Mengatasi gula darah dengan obat-obatan baik oral maupun suntikan

3. pencegahan tersier Menurut Ip. Suiraoka (2015:59) Menuliskan bahwa


pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut dari
komplikasi yang sudah terjadi, seperti pemeriksaan pembuluh darah pada
mata (pemeriksaan funduskopi tiap 6-12 bulan), pemeriksaan otak, ginjal
serta tungkai.

xviii
BAB III

ANALISA KASUS

3.1 PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien  
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 34 tahun
Alamat : Jl. Pondok Pelita no 1, RT 001/001, RCTI
Tanggal Masuk : 6 September 2021
Agama : Islam
Pendidikan : S-1
Pekerjaan : Karyawan Swasta

b. Anamesis
a) Keluhan Utama : Tn. A mengeluhkan nyeri pada kaki kanan yang
terdapat luka.
P : nyeri pada kaki kanan
Q : nyeri terasa seperti luka terbakar
R : nyeri terasa pada bagian kaki kanan
S : skala nyeri 7 (nyeri berat)
T : nyeri dirasakan terus menerus, dengan durasi yang lama

b) Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan putusasa dengan


penyakitnya. Pasien mengetahui mengidap Diabetes Melitus sejak
2017, keluarga pasien sudah berusaha untuk mengobati dengan
membawanya ke rumah sakit, pasien sudah pernah opname dengan

xix
penyakit yang sama sebanyak dua kali. Hasil gula darah terakhir pada
bulan Agustus 2021 yaitu 260 gr/dL. Kemudian pada hari ini, Senin 6
September 2021, saat pengkajian, hasil GDS 333 gr/dL dan tampak
terdapat luka gangren pada kaki kanan pasien. Pasien mengatakan
tidak ingin mengikuti pengobatan tradisional.
c) Alergi : Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat,
makanan, serta plester.
d) Riwayat Penyakit Dahulu : sebelum menderita DM, pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit lain.
e) Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu kandung Tn. A memiliki riwayat
penyakit yang sama berupa diabetes, sedangkan riwayat darah tinggi
ataupun penyakit menular pada orang tua tidak ada.
f) Kebiasaan Sehari – hari : Keluarga mengatakan bahwa pasien
mempunyai kebiasaan merokok, serta mempunyai kebiasaan minum
kopi dengan banyak gula, pasien juga tidak menjaga pola / menu
makanan dan minuman yang di konsumsi.

Genogram

c. Pengkajian Keperawatan
a) Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan : Jika ada anggota
keluarga yang sakit, jarang berobat ke dokter.
b) Pola nutrisi/ metabolik

xx
 BB sebelum sakit : 62 kg, BB saat ini : 58 kg
 TB : 168 cm
c) Biomedical sign :
 Albumin : 3,54 g/dl; 2,64 g/dl ; 2,27 g/dl
 Globulin : 2,55 g/dl; 2,85 g/dl ; 3,46 g/dl
 Hemoglobin : 13,6 gr%
 Gula darah sewaktu : 333 mg/dl
 Gula darah puasa : 256 mg/dl
d) Pola eliminasi:
 BAK:
Frekuensi : 1800cc/jam
Jumlah : >1200-1500 cc/jam
Warna : berwarna kuning jernih
Bau : berbau khas
Kemandirian : mandiri/dibantu
 BAB
Frekuensi : 1x/hari
Jumlah : normal
Warna : kuning
Bau : bau khas
Karakter : berbentuk
Kemandirian : mandiri/dibantu
e) Pola aktivitas dan latihan : Pasien dibantu keluarga untuk beraktivitas.
f) Pola tidur dan istirahat : Pasien mengatakan tidur pada pukul 23.30
WIB - 04.00 WIB (4,5 jam) dan siang hari tidur kurang dari 1 jam.
g) Pola kognitif dan perseptual
Fungsi Kognitif dan Memori : Pasien kurang terlibat dalam aktivitas
perawatan, Penglihatan pasien berfungsi dengan baik. Pendengaran,

xxi
pengecapan dan penciuman pasien berfungsi dengan baik. Sensori,
pasien masih mampu membedakan sensori tajam dan tumpul sekalipun
harus dengan tekanan yang kuat.
h) Pola persepsi diri
 Gambaran diri : Pasien tampak menjelaskan gambaran diri
dengan baik
 Identitas diri : Pasien merupakan seorang suami dan ayah
yang sudah memiliki satu anak.
 Harga diri : Pasien mengatakan putus asa dengan
penyakitnya
 Ideal Diri : Pasien ingin segera sembuh dan ingin segera
bekerja kembali agar bisa menghidupi keluarganya.
 Peran Diri : Pasien mengatakan dirinya tidak bisa
melakukan kegiatan seperti biasanya.
i) Pola spiritual : pasien mengeluh atas penyakit yang diterima dan
mengatakan hidupnya tidak bermakna. Pasien tampak menolak untuk
beribadah dan sesekali marah pada tuhan.
j) Pola seksualitas & reproduksi : Pasien mengatakan sudah mempunyai
satu anak perempuan. Pasien mengatakan tidak pernah memiliki
riwayat gangguan reproduksi.
k) Pola peran dan hubungan : Pasien mengatakan perannya sebagai
seorang suami sekaligus kepala keluarga yang harus mencari nafkah
untuk keluarganya dengan bekerja. Hubungan pasien dengan orang
terdekat kurang inisiatif. Saat di rumah sakit pasien juga berprilaku
pasif.
l) Pola koping dan stress : Pasien mengatakan apabila ada masalah pasti
didiskusikan dengan keluarganya dan saudara terdekatnya. Pasien

xxii
menyelesaikan masalahnya dengan musyawarah. Pasien terlihat
putusasa dengan penyakitnya.

d. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
N : 100x/menit,
RR : 20x/menit,
TD : 120/80 mmHg,
S : 36,5 ℃
GCS : E4V5M6
b) Pemeriksaan Kepala
Bentuk Kepala: Mesochepal, tidak terdapat deformitas
Rambut : Dominan hitam dan tidak mudah rontok
c) Pemeriksaan Mata
Konjungtiva : Pada mata kanan dan kiri tidak terlihat anemis.
Sklera : Pada mata kanan dan kiri terlihat ikterik
Pupil : Isokor kanan-kiri, diameter 3 mm, reflek cahaya ( + /
+)
Palpebra : Tidak edema
Visus : Baik
d) Pemeriksaan Hidung
Bentuk : normal, tidak terdapat deformitas  
Nafas cuping hidung : tidak ada
Sekret : tidak terdapat sekret hidung
e) Pemeriksaan Mulut
Bibir : Tidak sianosis, tidak kering
Lidah : Tidak kotor, tepi tidak hiperemi
Tonsil : Tidak membesar
Faring : Tidak hiperemis

xxiii
Gigi : Lengkap
f) Pemeriksaan Telinga
Bentuk : normal, tidak terdapat deformitas
Sekret : tidak ada
Fungsional : pendengaran baik
g) Pemeriksaan Leher
JVP : tidak meningkat
Kelenjar tiroid : tidak membesar
Kelenjar limfonodi : tidak membesar
Trakhea : tidak terdapat deviasi trakhea
h) Pemeriksaan Thorak
 Paru-paru
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada retraksi, tidak ada
sikatrik.
Palpasi : vocal fremitus kanan sama kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru, batas paru hepar pada
SICV LMC dextra
Auskultasi : suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan di
semua lapang paru
 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi :
- Batas jantung Kanan atas : SIC II LPS dextra
- Kanan bawah : SIC IV LPS dextra
- Kiri atas : SIC II LMC sinitra
- Kiri bawah : SIC IV LMC sinistra

Auskultasi : S1- S2, reguler, tidak ada mur-mur, tidak ada gallop

xxiv
 Abdomen
Inspeksi : tampak asites, sikatrik akibat bekas luka operasi
apendiksitis,
Auskultasi : peristaltik normal
Perkusi : pekak pada region abdomen kanan atas sampai 3 jari
dibawah arcus costae dan tympani di abdomen kanan bawahdan
abdomen kiri
Palpasi :supel, terdapat nyeri tekan pada regio bagian atas,
teraba adanya pembesaran hepar dan lien tidak teraba. Tes
undulasidan pekak beralih positif.
 Ekstremitas Superior : tidak ada deformitas, tidak ada edema, perfusi
kapiler baik, tidak anemis, akral hangat.
i) Ektremitas
 Ekstremitas atas
Inspeksi :pergerakan bebas, tidak ada lesi, tidak ada oedem
Palpasi : turgor kulit kembali kurang dari 2 detik
 Ekstremitas bawah
Inspeksi : terdapat luka gangrene pada ekstremitas bawah kanan
Palpasi : turgor kulit kembali kurang dari 2 detik.

3.2 ANALISA DATA

Data Masalah Etiologi Symptom

DS: Distres spiritual kondisi penyakit Marah pada tuhan


kronis dan tidak menerima
 Pasien mengeluh atas
penyakitnya
penyakit yang diterima

xxv
 Pasien mengatakan
hidupnya tidak
bermakna.

DO:

 Pasien tampak
menolak untuk
beribadah
 Tampak pasien
sesekali marah pada
tuhan.

DS : keputusasaan Penurunan kondisi Mengungkapkan


 Pasien mengatakan fisiologi akibat keputusasaan
putusasa dengan diabetes
penyakitnya
 Pasien mengatakan
sulit tidur
DO :

 Pasien tampak kurang


inisiatif
 Pasien berprilaku pasif
Tampak pasien kurang
terlibat dalam aktivitas
keperawatan

DS : Nyeri kronis Kondisi Mengeluh nyeri

xxvi
 Pasien mengeluhkan musculoskeletal dan tidak mampu
nyeri pada kaki kanan kronis melakukan
 P : nyeri pada kaki kanan aktivitas
Q : nyeri terasa seperti
luka terbakar
R : nyeri terasa pada
bagian kaki kanan
S : skala nyeri 7 (nyeri
berat)
T : nyeri dirasakan terus
menerus, dengan durasi
yang lama
 Pasien mengatakan tidak
ingin melakukan obat
tradisional
DO :
 Tampak luka gangrene
pada kaki kanan pasien
 Tampak pasien dibantu
keluarga dalam
beraktivitas
 TD : 120/80
 Nadi : 100x/menit
 RR : 20x/menit
 Suhu : 36,5 ℃
 Albumin : 3,54 g/dl;
2,64 g/dl ; 2,27 g/dl
 Globulin : 2,55 g/dl;
2,85 g/dl ; 3,46 g/dl

xxvii
 Hemoglobin : 13,6 gr%
 Gula darah sewaktu :
333 mg/dl
 Gula drah puasa : 256
mg/dl

3.3 NURSING CARE PLAN

No Dx Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

Dx. 1 Nyeri kronis b.d kondisi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
musculoskeletal kronis keperawatan selama 3x24 kualitas, itensitas nyeri

d.d mengeluh nyeri dan jam kontrol nyeri 2. Identifikasi skala nyeri

tidak mampu melakukan meningkat dengan kriteria 3. Identifikasi respon nyeri non
verbal
aktivitas hasil :
4. Berikan teknik non farmakologis
1. Keluhan nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri
menurun
5. Jelaskan penyebab, periode dari
2. Melaporkan nyeri
pemicu nyeri
terkontrol meningkat 6. Jelaskan staregi meredakan nyeri
3. Kemampuan 7. Anjurkan memonittori nyeri
menggunakan Teknik secara mandiri
non farmakologis 8. Ajarkan teknik nonfarmakologis
meningkat untuk mengurangi rasa nyeri

Penggunaan analgetic kolaborasi

menurun

Dx 2 Distress spiritual b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi pandangan tentang

xxviii
kondisi penyakit kronis keperawatan selama 1 x 24 hubungan spiritual dengan
d.d marah pada tuhan jam status spiritual kesehatan
dan tidak menerima membaik dengan kriteria 2. Identifikasi harapan pasien
penyakitnya hasil : 3. Identifikasi ketaatan dalam
1. Verbalisasi makna dan beragama
tujuan hidup 4. Beri kesempatan
meningkat mengkspresikan kematian
2. Verbalisasi kepuasan 5. Sediakan privasi dan waktu
makna hidup tenang untuk aktivitas spiritual
meningkat 6. Fasilitasi kegiatas spiritual
3. Perilaku marah pada 7. Diskusikan tentang keyakinan
tuhan menurun dan tujuan hidup
4. Kemampuan beribadah 8. kolaborasi kunjungan
membaik kerohanian

Dx 3 Keputusasaan b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi harapan pasien


penurunan kondisi keperawatan selama 1x24 dalam pencapaian hidup
fisiologi akibat diabetes jam harapan pasien 2. Sadarkan bahwa kondisi yang
d.d mengungkapkan meningkat dengan kriteria dialami memiliki nilai penting
keputusasaan hasil : 3. Libatkan pasien secara aktif
1. Keterlibatan dalam dalam perawatan
aktivitas keperawatan 4. Pandu mengingat kembali hal
meningkat yang menyenangkan
2. Insiatif meningkat 5. Latih Menyusun tujuan dan
3. Verbalisasi harapan hidup
keputusasaan menurun
4. Perilaku pasif menurun

xxix
No. Dx. Implementasi Evaluasi

Dx. 1 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, kualitas, S : pasien mengatakan nyeri


itensitas nyeri berkurang dan sudah bisa mengontrol
2. Mengidentifikasi skala nyeri nyeri
3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal O : Pasien tampak tenang dan tidak
4. Memberikan teknik non farmakologis untuk
meringis
mengurangi rasa nyeri
5. Menjelaskan penyebab, periode dari pemicu A : Masalah teratasi
nyeri
P : Kaji kebersihan pada bagian luka
6. Menjelaskan staregi meredakan nyeri
gangren
7. Menganjurkan memonitori nyeri secara
mandiri
8. Menganjarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri kolaborasi
dx. 2 1. Mengidentifikasi pandangan tentang S : Pasien mengatakan menerima dan
hubungan spiritual dengan kesehatan menyadari makna hidup
2. Mengidentifikasi harapan pasien O : Tampak pasien melakukan
3. Mengidentifikasi ketaatan dalam beragama kegiatan spiritual
4. Memberi kesempatan mengkspresikan
A : Masalah teratasi sebagian
kematian
5. Menyediakan privasi dan waktu tenang P : Lanjutkan intervensi  perawatan

untuk aktivitas spiritual pada tingkat kesetresan klien

6. Memfasilitasi kegiatas spiritual


7. Mendiskusikan tentang keyakinan dan
tujuan hidup

xxx
8. Mengkolaborasi kunjungan kerohanian
dx. 3 1. Mengidentifikasi harapan pasien dalam S : pasien mengatakan tidak putus
pencapaian hidup asa dan ingin tetap hidup
2. Menyadarkan bahwa kondisi yang dialami O:
memiliki nilai penting  pasien tampak inisiatif
3. Melibatkan pasien secara aktif dalam  tampak pasien terlibat dengan
perawatan aktivitas perawatannya
4. Memandu mengingat kembali hal yang A : Masalah teratasi
menyenangkan
P : Kaji tingkat kepahaman pasien
5. Melatih Menyusun tujuan dan harapan
terhadap penyakitnya
hidup

xxxi
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang diperlukan untuk
memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa dengan dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai
konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup,
harapan, dan niatnya.
Prinsip serta pedoman klinis perawatan paliatif sangan diperlukan
untuk mencapai tujuan umum kebijakan paliatif sebagai payung hukum dan
arahan bagi perawatan paliatif di Indonesia. Sedangkan tujuan khususnya
adalah terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang
berlaku di seluruh Indonesia, tersusunnya pedoman-pedoman
pelaksanaan/juklak perawatan paliatif, tersedianya tenaga medis dan non
medis yang terlatih, tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.
Sasaran kebijakan pelayanan paliatif adalah seluruh pasien (dewasa dan anak)
dan anggota keluarga, lingkungan yang memerlukan perawatan paliatif di
mana pun pasien berada di seluruh Indonesia.

4.2 Saran
Keperawatan paliatif sangat penting bagi kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat, keperawatan paliatif dalam merawat penderita diabetes melitus
sangat diperlukan sehingga penderita serta keluarga dapat memahami sikap
dan tindakan prilaku dalam menjalankan pengobatan maupun terapi yang
diperlukan. Seorang perawat paliatif harus mengerti bagaimana prinsip serta
tindakan yang harus dimiliki sebagai perawat paliatif

xxxii
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal.aiska-university.ac.id/index.php/gaster/article/view/58/55

https://journals.stikim.ac.id/index.php/jiiki/article/view/587/478

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/22345/BAB%20II.pdf?
sequence=5&isAllowed=y

https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=WMf0DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=jenis+perawatan+paliatif
&ots=Z9WYg_4kWC&sig=TxfXaSBpFPdSWt-E9-xKRC-
yTJU&redir_esc=y#v=onepage&q=jenis%20perawatan%20paliatif&f=false

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1412/4/BAB%20II%20fix.pdf

Kementerian Kesehatan RI, 2020. Infodatin Diabetes Melitus. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI.

RUMAH, D. ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF.

xxxiii
LAMPIRAN

PREPARATION FOR MARKING CRITERIA (dilampirkan di makalah)

CRITERIA High Distinction Credit Pass Fail


Distinction

Introduction & conclusion

Clear, concise ,reflects body of


assignment

Presentation

Structure and organization

reflecting integration and

cohesion

Clarify of expression

Content

Addresses the topic

Evidence of wide reading

Relevance of literature used

Analysis

Supporting arguments with

reference to relevant

xxxiv
literature

COMMENTS:

Overall grade :

High distinction 85-100 Signed :…………………………..

Distinction 75-84 Groups :

Credit 65-74

Pass 50-64

Fail 49 and below

xxxv
STUDENTS SEMINAR-MARKING CRITERIA (dilampirkan di makalah)

CRITERIA High Distinction Credit Pass Fail


Distinction

Preparation for seminar

Attends meeting with lecturer


and brings a well thought
through plan of how the
session will be structured

Conducting seminar Marks

1. Clear and concise


introduction
2. Well organized-roles and
responsibilities of group
members
3. Balance between
presentation of material
and stimulation of class
discussion
4. Incorporates a range of
teaching strategies
5. Drawn on the literature
rather than personal views
and opinions
6. Provides a summary of the

xxxvi
key points gained from
the literature.

COMMENTS :

Overall grade :

High distinction 85 - 100 Signed…………………………..

Distinction 75 - 84 Groups :

Credit 65 - 74

Pass 50 - 64

Fail 49 and below

xxxvii

Anda mungkin juga menyukai