Anda di halaman 1dari 25

PENOLAKAN KELUARGA TERHADAP PEMULASARAN MENGGUNAKAN SOP

COVID-19 PADA JENAZAH YANG TERPAPAR COVID-19 DI SALAH SATU


RUMAH SAKIT BATAM

Makalah ini disusun sebagai salah satu penilaian tugas kelompok pada Mata Ajar

Nursing Ethics and Law (NEL)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. Paramita Handayani (011911009)


2. Tiara Ardhana Rachman (011911018)
3. Tiara Nurfajri Aulia (011911021)
4. Ega Ardelia (011911024)
5. Annisa Febriyanti Dewi (011911026)
6. Ririn Fadilah (011911027)
7. Nabila Ariesta Fitriana (011911042)
8. Ariani Dwi Ananda Ruswitasari (011911047)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS BINAWAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat- Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah- Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Penolakan Keluarga Terhadap Pemulasaran Menggunakan SOP Covid-19 pada
Jenazah Yang terpapar Covid-19 Di Salah Satu Rumah Sakit Batam.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan baik dari
segi isi, susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis mengharapkan dan
menerima segala saran serta kritik dari pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk
penulis dan pembaca.

Hormat Kami

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG.................................................................................................1

1.2. TUJUAN PENULISAN..............................................................................................3

1.2.1 TUJUAN UMUM................................................................................................3

1.2.2 TUJUAN KHUSUS.............................................................................................3

1.3. RUMUSAN MASALAH............................................................................................4

1.3.1 APA ITU COVID-19?.........................................................................................4

1.3.2 MENGAPA ANGKA KEMATIAN COVID-19 DI INDONESIA TINGGI?.....4

1.3.3 SEPERTI APA SOP PEMULASARAN JENAZAH SESUAI PERATURAN


YANG SUDAH DITETAPKAN PEMERINTAH?...........................................................4

1.3.4 APA FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN MUNCULNYA


FENOMENA PENOLAKAN KELUARGA TERHADAP SOP PENATALAKSANAAN
JENAZAH COVID?...........................................................................................................4

1.3.5 BAGAIMANA PANDANGAN TENAGA KESEHATAN KHUSUNYA


PERAWAT TERHADAP KASUS INI?............................................................................4

1.3.6 APA SAJA YANG DAPAT DILAKUKAN PERAWAT UNTUK


MEMBANTU MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KEPERCAYAAN
KELUARGA DAN TERHADAP STANDAR PROSEDUR PENATALAKSANAAN
JENAZAH COVID?...........................................................................................................4

1.4. MANFAAT PENULISAN..........................................................................................4

1.5. METODE PENULISAN.............................................................................................4

ii
BAB II........................................................................................................................................5

TINJAUAN TEORI.................................................................................................................5

2.1. COVID -19..................................................................................................................5

2.1.1. DEFINISI COVID-19..........................................................................................5

2.1.2. TANDA DAN GEJALA COVID-19...................................................................5

2.1.3. CARA PENULARAN COVID-19.......................................................................6

2.1.4. DAPATKAH VIRUS CORONA MENULAR MELALUI JENAZAH..............6

2.2. PROTOKOL COVID-19.............................................................................................7

2.2.1. DEFINISI PROTOKOL COVID-19....................................................................7

2.2.2. LANDASAN HUKUM TERHADAP PENOLAKAN SOP PEMULASARAN


JENAZAH COVID-19........................................................................................................8

2.2.3. SOP PEMULASARAN JENAZAH SESUAI PERATURAN YANG SUDAH


DITETAPKAN PEMERINTAH........................................................................................9

2.2.4. FAKTOR YANG MENYEBABKAN MUNCULNYA FENOMENA


PENOLAKAN TERHADAP SOP PENATALAKSANAAN JENAZAH COVID-19....11

2.3. PERSEPSI TENAGA KESEHATAN KHUSUSNYA PERAWAT TERHADAP


PENOLAKAN SOP PENATALAKSANAAN JENAZAH COVID-19..............................12

2.4. USAHA YANG DAPAT DILAKUKAN PERAWAT UNTUK MENINGKATKAN


PEMAHAMAN DAN KEPERCAYAAN KELUARGA DAN TERHADAP STANDAR
PROSEDUR PENATALAKSANAAN JENAZAH COVID-19..........................................14

BAB III....................................................................................................................................15

ANALISA KASUS.................................................................................................................15

3.1. STUDI KASUS.........................................................................................................15

3.2. ANALISA DATA......................................................................................................16

BAB IV....................................................................................................................................17

iii
PENUTUP...............................................................................................................................17

4.1. KESIMPULAN.........................................................................................................17

4.2. SARAN......................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.2.1 LATAR BELAKANG

Covid- 19 ini sekarang menadi sebuah pandemic yang terjadi di banyak Negara di
seluruh dunia (WHO, 2019).
Per-tanggal 27 November 2020 tercatat 60,7 juta kasus Covid-19 yang
terkonfirmasi, dengan 38,9 juta jiwa sembuh, 1,43 juta kematian, yang dilaporkan ke
WHO. Total kasus di Indonesia sendiri per-tanggal 27 November 2020 mencapai
517.000 kasus, 434.00 sembuh, dan 16.352 meninggal dunia (WHO, 2020).
Kasus pengambilan paksa jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19
terjadi di beberapa daerah di Indonesia, tragisnya tak sedikit jenazah PDP yang akhirnya
dinyatakan positif Covid-19 setelah hasil tes swabnya keluar. Sementara pihak keluarga
tidak memakamkan jenazah tersebut sesuai protocol kesehatan pencegahan Covid-19.
Diantaranya terjadi di Makassar, pihak keluarga tidak terima jenazah kerabatnya
dinyatakan positif Covid-19 dan mendesak rumah sakit memperlihatkan bukti hasil tes.
Bahkan Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan sudah menetapkan lebih dari 35 orang
tersangka dalam kasus pengambilan paksa jenazah corona. Kemudian, kasus serupa juga
terjadi di salah satu Rumah Sakit (RS) rujukan corona di Bekasi Timur, yang dijemput
paksa oleh keluarganya. Lalu, di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, terjadi
peristiwa jantuhnya jenazah hingga keluar dari peti pada proses pemakaman
menggunakan protokol Covid-19. Kejadian tersebut menyebabkan protes dari pihak
keluarga. Apalagi, pihak keluarga juga keberatan dengan proses pemakaman yang
menggunakan protokol Covid-19 sebab belum dilakukan tes swab terhadap pasien.
Daerah lain yang juga terdapat kasus pengambilan paksa jenazah pasien Covid-19 yaitu
Surabaya, Mataram, Manado, Pamekasan, hingga Ambon.
Angka kematian Covid-19 yang cukup tinggi di Indonesia, menyebabkan tidak
sedikit kendala yang dihadapi dalam proses penanganan jenazah terutama penolakan
keluarga apabila jenazah status Pasien Dengan Pengawasan (PDP) yang belum
terverifikasi positif dari hasil pemeriksaan laboratorium. Konflik yang sering terjadi
1
adalah keluarga menolak pemulasaran jenazah dengan menggunakan standar operasional
prosedur sama seperti pada jenazah pasien yang positif Covid-19.
Protokol Penanganan Jenazah Pasien Covid-19 yang ditetapkan oleh WHO
maupun dalam Surat Edaran Menteri Agama No 069-08/2020 Tentang Protokol
Penanganan Covid-19 pada area public di lingkungan Kementrian Agaman dan Fatwa
Majelis Ulama Indonesia Nomor : 18 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pengurusan Jenazah
(Tajhiz Al-Jana’iz) Muslim Yang Terinfeksi Covid-19 serta pemerintahan di tingkat
wilayah pun telah mengeluarkan panduan-panduan resmi mengenai pemulasaran jenazah
penderita Covid-19, namun hal ini masih menjadi pro dan kontra sehingga sering terjadi
keributan pada saat proses pemulasaran jenazah di Indonesia.
Selain itu kurangnya pemahaman sebagian masyarakat terhadap tata cara
pemulasaran jenazah Covid-19 sehingga berdampak pada penolakan pemakaman jenazah
pasien Covid-19 karena dianggap masih bisa menularkan walaupun proses pemulasaran
sesuai dengan standar badan kesehatan dunia. Hal ini menyebabkan munculnya konflik
dalam masyarakat terhadap penanganan jenazah yang semakin marak terjadi saat ini.
Di Italia, misalnya, otoritas kesehatan mengatakan meskipun virus ini masih
dapat ditularkan dari orang yang sudah meninggal, virus itu masih dapat bertahan hidup
pada pakaian jadi mayat disana segera disegel dan dilarang bagikeluarga untuk
mendekati jenazah orang yang mereka cintai.
Sedangkan di daerah Timur Tengah, tepatnya di Iran, di sejumlah kamar mayat,
tugas memandikan jenazah yang sejalan dengan tradisi Islam kini dilakukan para
relawan, biasanya adalah para santri dari sebuah sekolah agama. Dikenal sebagai Corona
Ladies, mereka adalah sekelompok relawan perempuan yang menjalankan aktivitas di
Qom. Mereka digambarkan sebagai para perempuan pemberani yang berkomitmen
mendedikasikan hidupnya untuk mengurusi jenazah-jenazah korban virus corona sesuai
hokum Islam, walaupun berisiko tertular virus.
Dalam beberapa kasus di Iran, sebagian besar jenazah, bukannya dikubur dalam
satu liang lahat, tapi ditempatkan berdampingan di situs pemakaman seperti parit yang
panjang, praktik yang tidak pernah terjadi di Iran. Sementara itu, sejumlah keluarga

2
mengatakan mereka tidak memiliki informasi tentang keberadaan jenazah orang yang
mereka cintai.
Mereka diberitahu bahwa hal itu akan dikomunikasikan setelah krisis berakhir
sehingga mereka dapat mengunjungi makam keluarganya. Sementara, para tokoh agama
berusaha menyakinkan bahwa kerabat mereka yang meninggal telah diperlakukan
dengan semestinya dan dimakamkan sesuai dengan hokum Islam.
Hal ini tentu saja menjadi dilemma etik bagi petugas kesehatan ataupun petugas
lain yang bertugas membantu perawatan jenazah dan pemakaman. Salah satunya perawat
yang merawat pasien sejak awal hingga menjemput ajal. Sebagaipetugas kesehatan tentu
saja mereka harus mengikuti peraturan, tetapi dari perspektif kemanusiaan timbul rasa
iba da sedih karena sejatinya, kita memahami bahwa keluarga yang ditinggalkan pasti
ingin memberikan pelayanan yang layak dan yang terbaik untuk pasien.

1.2.2 TUJUAN PENULISAN

1.2.3 TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui bagaimana perspektif dari segi etika dalam Keperawatan


terhadap kasus Penolakan keluarga melakukan penatalaksanaan jenazah
menggunakan protokol Covid untuk anggota keluarganya yang meninggal dunia
akibat corona.

1.2.4 TUJUAN KHUSUS

1.2.2.1 Untuk mengetahui apa itu Covid-19.


1.2.2.2 Untuk mengetahui penyebab meningkatnya angka kematian Covid-19 di
Indonesia.
1.2.2.3 Untuk mengetahui seperti apa SOP pemulasaran jenazah sesuai dengan
peraturan pemerintah.
1.2.2.4 Untuk mengetahui penyebab penolakan keluarga melakukan pemakaman
menggunakan protokol Covid untuk anggota keluarganya yang
meninggal dunia.

3
1.2.2.5 Untuk mengetahui cara-cara yang bisa dilakukan perawat dalam
mengubah persepsi dan stigma masyarakat terhadap SOP
penatalaksanaan Jenazah Covid.

1.2.5 RUMUSAN MASALAH

1.3.1 APA ITU COVID-19?


1.3.2 MENGAPA ANGKA KEMATIAN COVID-19 DI INDONESIA TINGGI?
1.3.3 SEPERTI APA SOP PEMULASARAN JENAZAH SESUAI PERATURAN
YANG SUDAH DITETAPKAN PEMERINTAH?
1.3.4 APA FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN MUNCULNYA
FENOMENA PENOLAKAN KELUARGA TERHADAP SOP
PENATALAKSANAAN JENAZAH COVID?
1.3.5 BAGAIMANA PANDANGAN TENAGA KESEHATAN KHUSUNYA
PERAWAT TERHADAP KASUS INI?
1.3.6 APA SAJA YANG DAPAT DILAKUKAN PERAWAT UNTUK MEMBANTU
MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KEPERCAYAAN KELUARGA
DAN TERHADAP STANDAR PROSEDUR PENATALAKSANAAN
JENAZAH COVID?

1.2.6 MANFAAT PENULISAN

Melalui penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kami selaku
penyusun makalah dan bagi setiap pembaca mengenai kasus penolakan keluarga
terhadap SOP penatalaksanaan jenazah Covid.

1.2.7 METODE PENULISAN

Metode Penulisan makalah ini adalah berdasarkan tinjauan pustaka berupa


literature dan sumber lain yang berkaitan dengan penolakan keluarga terhadap SOP
penatalaksanaan jenazah Covid.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. COVID -19

2.1.1. DEFINISI COVID-19

Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit


pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan infeksi saluran
pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle east
Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat / Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan
pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember
2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-
19).
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus
yang baru ditemukan. Virus baru dan oenyakit yang disebabkannya ini tidak
dikenal sebelum mulainya wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019.
COVID-19 ini sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara di
seluruh dunia.

2.1.2. TANDA DAN GEJALA COVID-19

Tanda dan-gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering,
dan rasa lelah. Gejala lainnya yang lebih jarang dan mungkin dialami beberapa
pasien meliputi rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, sakit kepala, konjungtivis,
dakit tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau penciuman, ruam pada kulit,
atau perubahan warna jari tangan atau kaki. Gejala-gejala yang dialami biasanya
bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi
tetapi hanya memiliki gejala ringan. Penting diketahui, gejala umum infeksi covid-

5
19 antara lain adalah gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk, dan
sesak napas. Sementara, masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi
terpanjang 14 hari. Akan tetapi, gejala dan masa inkubasi pada setiap orang bisa
jadi berbeda.
Lanjutan dari tanda dan gejala yaitu anosmia. Anosmia umumnya terjadi pada
orang-orang yang mengalami flu biasa akibat hidung tersumbat, di mana terjadi
pembengkakan di area tersebut. Tapi, pada penderita Covid-19, gejalanya akan
jauh lebih parah. Menurut Science Focus, penyebab mengapa kehilangan
penciuman bisa terjadi pada pasien covid-19 adalah karena terdapat protein di
permukaan beberapa sel manusia yang dapat dengan mudah “mengikat” protein
luar dari virus corona.

2.1.3. CARA PENULARAN COVID-19

Seseorang dapat terinfeksi dari penderita COVID-19. Penyakit ini dapat menyebar
melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin.
Droplet tersebut kemudian jatuh pada benda di sekitarnya. Kemudian jika ada
orang lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi dengan droplet tersebut,
lalu orang itu menyentuh mata, hidung, atau mulut (segitiga wajah), maka orang itu
dapat terinfeksi COVID-19. Atau bisa juga seseorang terinfeksi COVID-19 ketika
tanpa sengaja menghirup droplet dari penderita. Inilah sebabnya mengapa kita
penting untuk menjaga jarak hingga kurang lebih satu meter dari orang yang sakit.
Sampai saat ini, para ahli masih terus melakukan penyelidikan untuk menentukan
sumber virus, jenis paparan, dan cara penularannya. Tetap pantau sumber informasi
yang akurat dan resmi mengenai perkembangan penyakit ini.

2.1.4. DAPATKAH VIRUS CORONA MENULAR MELALUI JENAZAH

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), selama langkah-langkah


pemulasaran dilakukan dengan baik, tidak ada alasan untuk takut Covid-19 akan
menyebar melalui jenazah pasien. Virus, yang menyebabkan penyakit ini,
ditransmisikan melalui air liur manusia, misalnya ketika berbicara bersin atau
6
batuk. Bagaimanapun, virus ini bisa bertahan selama beberapa hari di permukaan
tertentu.
“hingga kini, tidak ada bukti bahwa jenazah bisa mentransmisikan virus
kepada mereka yang masih hidup ,” ujar William adu-krow, juru bicara Organisa
Kesehatan Pan-Amerika (PAHO/WHO), dalam konferensi pers yang digelar awal
bulan ini.
“namun begitu, bukan berarti karena kami menyebut jenazah tidak menularkan
virus, anda bisa mencium, atau semacamnya, orang tercinta anda yang telah
meninggal,” lanjut pakar tersebut.
“kita tetap harus melaksanakan langkah prefentif dan kontrol”
Rekomendasi WHO yang dirilis pada maret 2020 silam menyebut bahwa
“selain kasus Ebola, Marburg, dan kolera, jenazah orang yang meninggal pada
umumnya tidak menularkan virus.
“hanya paru-paru pasien dengan penyakit influenza yang menular, jika tidak
ditangani dengan layak pada saat otopsi, akan menularkan penyakit. Di sisi lain,
tubuh jenazah pasien tidak menularkan penyakit.” Akan tetapi jenazah orang yang
meninggal karena penyakit pernapasan akut masih mengandung virus di paru-paru
atau organ lain. Virus ini bisa keluar dari tubuh jenazah pada saat prosedur otopsi
dilakukan, ketika alat medis digunakan, atau ketika pemandian jenazah.
Kerabat atau teman pasien Covid-19 harus memastikan bahwa jenazah yang
akan dimakamkan atau dikremasi harus dilakukan oleh mereka yang telah terlatih
dan professional seperti petugas pemulasaraan.

2.2. PROTOKOL COVID-19

2.2.1. DEFINISI PROTOKOL COVID-19

Protokol adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam


acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi aturan mengenai tata tempat, tata
upacara, dan tata penghormatan dalam negara, pemerintah, atau masyarakat.

7
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat
Ditempat Dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Menteri Kesehatan Indonesia,
menimbang :
a. Bahwa dalam menghadapi adaptasi kebiasaan baru menuju masyarakat
yang produktif dan aman terhadap Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) , diperlukan penataan penyelenggaraan berbagai kegiatan dengan
prioritas kesehatan masyarakat.
b. Bahwa tempat dan fasilitas umum merupakan salah satu lokus masyarakat
beraktivitas yang akan mendukung keberlangsungan perekonomian, namun
berpotensi menjadi lokus penyebaran COVID-19 sehingga diperlukan
protokol kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan ditempat dan fasilitas
umum.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang
Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam
Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease (COVID-19 ).

2.2.2. LANDASAN HUKUM TERHADAP PENOLAKAN SOP PEMULASARAN


JENAZAH COVID-19

Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jakarta


mengesahkan Perda tentang Penanggulangan COVID-19. Pada Pasal 31 ayat 1,
yaitu setiap orang yang sengaja tanpa izin yang berstatus kemungkinan atau
konfirmasi yang berada di fasilitas kesehatan, dipidana dengan pidana denda paling
banyak sebesar Rp 5 juta. Jika pengambilan paksa jenazah itu dalam ancaman atau
kekerasan, kekerasannya diperberat dengan denda maksimal Rp 7,5 juta.
Pasal 178 KUHP menyatakan: “Barang siapa yang dengan sengaja
merintangi atau menghalang-halangi jalan masuk atau pengangkutan mayat ke
8
kuburan yang diizinkan. diancam dengan pidana penjara paling lama satu bulan
dua minggu atau pidana denda paling banyak seribu delapan ratus rupiah”.
Ancaman pidana ini ditujukan (normaddressat) kepada ‘barang siapa’, atau
‘siapapun’. Bagian inti deliknya adalah ‘sengaja’, ‘merintangi atau menghalang-
halangi’, dan ‘jalan masuk atau pengangkutan mayat ke kuburan yang diizinkan’.
Pasal 212 KUHP menyebut: Barang siapa dengan kekerasan atau dengan
ancaman kekerasan melawan serang pejabat yang sedang menjalankan tugas yang
sah, atau orang yang waktu itu menurut kewajiban undang-undang atau atas
permintaan pejabat yang bersangkutan sedang membantunya, diancam karena
melawan pejabat dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan.
Sementara pasal 214 KUHP menyatakan: Paksaan dan perlawanan tersebut
dalam Pasal 212, bila dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama,
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Adapun Syarat pengambilan jenazah PDP Covid-19 yang diperbolehkan
yaitu : adanya surat keterangan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR)
yang dinyatakan negatif. Setelah dinyatakan meninggal dunia, keluarga jenazah
harus menunggu selama lebih kurang 4-5 jam, untuk dilakukannya pemeriksaan
terlebih dahulu. Apabila ada pihak yang melakukan pengambilan jenazah pasien
PDP Covid-19 secara paksa dapat dikenakan sanksi pidana.

2.2.3. SOP PEMULASARAN JENAZAH SESUAI PERATURAN YANG SUDAH


DITETAPKAN PEMERINTAH

SOP pemulasaran jenazah COVID-19 merupakan kegiatan pengelolaan


pasien menular mulai dari ruangan, pemindahan ke kamar jenazah, pengelolaan
jenazah dikamar jenazah, serah terima kepada keluarga dan pemulangan jenazah.
Persiapan yang dilakukan oleh seluruh petugas yaitu, seluruh petugas
pemulasaran jenazah harus menjalankan kewaspadaan standar, petugas
memberikan penjelasan kepada pihak keluarga tentang pananganan khusus bagi
jenazah yang meninggal dengan penyakit menular, jika keluarga yang ingin
melihat jenazah diizinkan dengan memakai Alat Pelindung Diri (APD) lengkap
9
sebelum jenazah masuk kantong jenazah. Petugas yang menangani jenazah
memakai APD lengkap :
a. Gaun sekali pakai, lengan panjang dan kedap air.
b. Sarung tangan nonsterile (satu lapis) yang menutupi manset gaun.
c. Pelindung wajah atau kacamata atau google.
d. Masker bedah, celemek karet (apron).
e. Sepatu tertutup yang tahan air.
Perlakuan terhadap jenazah Covid-19 yaitu :
a. Tidak dilakukan suntik pengawet dan tidak di balsam.
b. Jenazah dibungkus dengan menggunakan kain kafan kemudian
dibungkus dengan bahan dari plastic (tidak tembus air) setelah itu
diikat.
c. Masukkan jenazah ke dalam kantong jenazah tidak mudah tembus,
d. Pastikan tidak ada kebocoran cairan tubuh yang dapat mencemari
bagian luar kantong jenazah.
e. Pastikan kantong jenazah disegel dan tidak boleh di buka lagi.
f. Lakukan disinfektan bagian luar kantong jenazah menggunakan
cairan desinfektan.
g. Jenazah hendaknya dibawa menggunakan brankar khusus ke
ruangan pemulasaran jenazah atau kamar jenazah oleh petugas
dengan memperhatikan kewaspadaan standar
h. Jika akan diautopsi hanya dapat dilakukan oleh petugas khusus,
autopsi dapat dilakukan jika sudah ada izin dari pihak keluarga dan
direktur RS.
i. Jenazah sebaiknya disemayamkan tidak lebih dari 4 (empat) jam
sejak dinyatakan meninggal.
Saat di ruang pemulasaran atau ruang jenazah petugas memastikan kantong
jenazah tetap dalam keadaan tersegel kemudian jenazah dimasukkan ke dalam peti
kayu yang telah disiapkan, tutup dengan rapat, kemudian tutup kembali
menggunakan bahan plastik lalu di desinfeksi sebelum masuk ambulance. Jenazah
10
diletakkan diruangan khusus, sebaiknya tidak lebih dari 4 jam disemayamkan di
pemulasaran. Petugas memberikan penjelasan kepada keluarga untuk pelaksanaan
pemakamana agar jenazah tidak keluar atau masuk dari pelabuhan, atau bandar
udara, atau pos lintas batas darat Negara.
Ketika menuju tempat pemakaman, setelah semua prosedur pemulasaran
jenazah dilaksanakan dengan baik, maka pihak keluarga dapat turut dalam
penguburan jenazah tersebut. Jenazah diantar oleh mobil jenazah khusus dari Dinas
Pertamanan dan Hutan Kota ketempat pemakaman. Pastikan penguburan tanpa
membuka peti jenazah dan penguburan dapat dilaksanakan di tempat pemakaman
umum.

2.2.4. FAKTOR YANG MENYEBABKAN MUNCULNYA FENOMENA


PENOLAKAN TERHADAP SOP PENATALAKSANAAN JENAZAH COVID-
19

a. Faktor ketidakjelasan status pasien


Kemungkinan keluarga pasien menolak dilakukan SOP terhadap
jenazah, yaitu karena belum tentu pasien tersebut positif Covid-19 karena
hasil swab testnya belum keluar dan keluarga juga sering menolak SOP
pemakaman karena dalam pemulasaran jenazah Covid-19, keluarga
dilarang melihat dalam jarak dekat sebagaimana pemakaman pada
umumnya.
b. Faktor budaya, agama, dan kepercayaan
Waktu yang sangat singkat sejak pasien dinyatakan meninggal
sampai pasien dimakamkan membuat keluarga tidak bisa menerima, karena
mereka tidak bisa melakukan tradisi budaya atau keyakinan yang biasa
mereka lakukan terhadap jenazah pada umumnya sebagai penghormatan
terakhir kepada jenazah, memandikan jenazah, pembatasan jumlah yang
mengikuti proses pemakaman, dan lain-lain.
c. Faktor persepsi dan pola pikir

11
Kurangnya pengetahuan dan pemahaman sebagian masyarakat
terhadap tetacara pemulasaran jenazah Covid-19 menimbulkan berbagai
persepsi yang salah dan stigma yang negative sehingga berdampak pada
penolakan.
d. Faktor emosional
Keluarga akan memilih tindakan berdasarkan kepercayaan, nilai,
dan proses yang dianut. Rasa emosional inilah yang akan mempengaruhi
tindakan, perilaku dan komunikasi keluarga pasien.

2.3. PERSEPSI TENAGA KESEHATAN KHUSUSNYA PERAWAT TERHADAP


PENOLAKAN SOP PENATALAKSANAAN JENAZAH COVID-19

Kita sebagai perawat khawatir akan perilaku nekat dari keluarga melanggar
peraturan dan melakukan pemakaman sesuai keyakinan keluarga tersebut karena
dampaknya adalah dapat terjadi penyebaran Virus Corona. Contohnya, sudah banyak
kasus dimana keluarga pasien yang meninggal akibat Covid-19 menjemput paksa atau
bahkan menculik jenazah dari rumah sakit untuk dilakukan pemakaman sesuai dengan
keinginan keluarga tersebut.
Semakin banyak isu tentang prosedur pemakaman yang tidak benar.
Memunculkan tindakan keluarga yang memaksa membawa pulang jenazah dan
memakamkannya sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Dan menjadikan dilemma
etik bagi profesi keperawatan, karena harus menerima paksaan keluarga untuk membawa
pulang jenazah atau memberi pengertian kepada keluarga yang memaksa membawa
pulang jenazah.
Meningkatnya kasus pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia akan
menimbulkan rasa takut akan tertular dan dapat membuat perawat cemas ketika bekerja.
Hal ini membuat dilemma etik, apakah akan tetap bekerja dengan menjunjung
profesionalisme, ataukah lebih baik mementingkan keselamatan dan keamanan diri dan
keluarga? Jika kita dapat melihat lebih dekat, perawat telah menjalankan nilai – nlai
profesionalisme dalam memberikan pelayanan terbaik kepada seuruh masyarakat.
America Nursing Association (2015) menyatakan ada lima nilai profesionalisme yang
12
utama yaitu Autonomy, Human Diginty, Sosial Justice, Integrity, dan Altruism.
Penerapannya pada penanganan pandemic Covid-19 sebagai berikut :
a. Perawat menerapkan nilai Autonomy (otonomi) dengan menunjukkan sikap
menghargai hak pasien, namun hak ini dapat dibatasi saat pasien Covid-19
menolak perawatan. Tenaga kesehatan berhak untuk membatasi hak pasien, agar
tidak semakin menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat lain yaitu
memperpanjang rantai penyebaran.
b. Selanjutnya adalah Human Diginty (Martabat Manusia) yaitu penghormatan
terhadap nilai yang melekat pada individu atau populasi. Perawat melindungi hak
individu atau privasi pasien, memperlakukan pasien sesuai dengan keinginan
mereka untuk diperlakukan, serta menjaga kerahasiaan pasien.
c. Nilai Social Justice (Keadilan Sosial), yaitu nilai sseorang perawat yang berlaku
adil tanpa melihat strata social, suku, ras, agama dan perbedaan lainnya. Perawat
memperlakukan setiap pasien secara adil tanpa membeda-bedakan.
d. Dua nilai berikutnya yaitu Integrity dan Altruism. Kedua nilai perawat yang
seringkali dilupakan oleh masyarakat. Nilai Integrity (Intergritas), yaitu
bertindak sesuai dengan kode etik dan standar praktik yang diterima. Perawat,
tenaga kesehtan, dan tim pendukung lain dalam menangani pasien terindikasi
covid-19 menggunakan APD yang sesuai dengan pedoman pemakaian APD.
Selain itu selalu memastikan kondisi badan dalam keadaan sehat saat melayani
pasien atau klien, agar tidak mudah tertular dari pasien.
e. Selanjutnya nilai Altruism (Altruisme), yaitu memperhatikan dan mengutamakan
kepentingan orang lain. Dapat kita lihat saat perawat rela berkorban untuk tetap
bekerja dalam melayani pasien-pasien terinfeksi Covid-19, meskipun akhirnya
mereka tidak dapat bertemu dengan keluarganya. Beban kerja yang semakin
meningkat, kebutuhan akan APD yang kurang memadai, dan tekanan fisik serta
psikologis membuat resiko terpapar virus Covid-19 kepada perawat semakin
meningkat.

13
2.4. USAHA YANG DAPAT DILAKUKAN PERAWAT UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN DAN KEPERCAYAAN KELUARGA DAN TERHADAP
STANDAR PROSEDUR PENATALAKSANAAN JENAZAH COVID-19

1. Perawat perlu melakukan pendekatan dengan secara holistik. Pendekatan yang


dilakukan secara holistick dengan memperhatikan pikiran, perasaan dan serta
nilai-nilai yang dianut keluarga melalui sikap empati, simpati, terharu, dan
menghargai keluarga akan meningkatkan kehangatan antara petugas kesehatan
dan keluarga.
2. Perawat sebagai educator dapat melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan
menggunakan poster atau leaflet bertujuan untuk memberikan infomasi yang
lebih jelas agar masyarakat mengetahui tujuan dilakukannya pemulasaran jenazah
menggunakan Prosedur Tetap (Protap) Covid-19.
3. Perawat sebagai kolaborasi, bkerjasama dengan LSM atau organisasi masyarakat
melakukan pembukaan sekaligus pelatihan pemulasaraan jenazah dengan standar
protokol kesehatan yang sudah ditetapkan.
4. Perawat sebagai advokat klien untuk memberikan informasi yang jelas dan benar
mengenai standar penatalaksanaan pemulasaran jenazah Covid-19 yang dapat
dimengerti oleh keluarga klien. Untuk menghormati hak pelayanan terhadap
keluarga klien.
5. Memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang penanganan khusus bagi
jenazah yang meninggal dengan penyakit menular (penjelasan tersebut terkait
sensifitas agama, adat istiadat, budaya, dan serta stigma masyarakat).

14
BAB III
ANALISA KASUS

3.1. STUDI KASUS

Jenazah pasien berinisial R, usia 65 tahun, berjenis kelamin laki-laki, beralamat di


Bengkong Indah 2, Batam. Tn. R dirawat di RS Budi Kemuliaan sejak 15 Agustus 2020,
karena penyakit yang dideritanya memiliki kemiripan dengan gejala Covid-19.
Berdasarkan hasil pemeriksaan swab, pasien dinyatakan positif terjangkit Covid-19.
Namun, sebelum hasil swab keluar, Tn. R meninggal dunia, hingga akhirnya dibawa
paksa pihak keluarga untuk pulang ke rumah duka.
Menurut Dinas Kesehatan Kota Batam, Keplauan Riau (Kepri) pada hari Selasa
malam, sejumlah warga datang dan membawa paksa jenazah pasien COVID-19 dari
Ruang Jenazah Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK) Batam. Pihak rumah sakit telah
berusaha membujuk agar keluarga pasien bersabar untuk tidak membawa paksa jenazah
pasien COVID-19. Menurut pihak RS Budi Kemuliaan, keluarga membawa paksa
jenazah dikarenakan keluarga belum mengetahui hasil swab tersebut positif atau tidak
dan keluarga tidak tau pasti jenazah benar terpapar COVID-19 atau tidak. Keluarga juga
tidak ingin jenazah pemulasarannya dilakukan dengan menggunakan SOP, karena
keluarga takut dengan menggunakan SOP maka pemulasaran jenazah tidak sesuai
dengan ketentuan agamanya. Keluarga juga ingin jenazah pasien dimakamkan di
pemakaman keluarga karena jika dimakamkan oleh pihak RS maka pemakaman jenazah
berada di pemakaman khusus dan tidak dapat menyekar kemakam jenazah dengan jarak
yang dekat.

3.2. ANALISA DATA

Dilema etik keperawatan yg terjadi pada TN. R adalah autonomi. autonomi


merupakan hak-hak keluarga pasien untuk membuat keputusan dan perawat harus
menghargainya. dimana pada kasus diatas keluarga pasien memaksa membawa pulang
zenajah covid-19 dari RS. dari segi hukum hukum yang berlaku. Dari segi hukum yang
15
berlaku, membawa paksa jenazah pasien covid-19 jelas merupakan tindakan yang keliru.
Menurut ketentuan, jenazah korban covid-19 memang membutuhkan penanganan khusus
demi mencegah agar tidak memperpanjang rantai penularan virus. Berbeda dengan
kebiasaan yang berlaku di kalangan umat muslim, misalnya, yang mana orang yang telah
meninggal dunia dalam Islam seharusnya dimandikan, dibacakan ayat-ayat suci Alquran,
baru kemudian dikebumikan.
Sementara itu, untuk jenazah pasien covid-19, mereka harus disemayamkan tidak
lebih dari 4 jam. Pemakaman korban covid- 19 bukan saja harus cepat , melainkan juga
harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menularkan kepada orang lain. Namun dalam
kasus ini pihak keluarga tetap memaksa ingin membawa pulang jenazah korban karena
keluarga merasa tidak yakin bahwa keluarganya meninggal akibat terkena penyakit
COVID-19 dan juga keluarga belum mengetahui hasil swab tersebut positif atau tidak
dan keluarga tidak tahu pasti bahwa jenazah benar terpapar COVID-19 atau tidak.
Karena perbuatan keluarga pasien merupakan perbuatan melawan hukum keluarga
pasien dapat dijerat hukuman dari pasal 178 KUHP pasal 212 KUHP dan pasal 214
KUHP.

16
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada


manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran
pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS).
Dalam Tingginya angka positif COVID-19 di Indonesia membuat munculnya
stigma Negatif Masyarakat kepada pasien yang terpapar Covid-19. Seseorang yang
meninggal karena positif COVID-19 harus dilakukan dengan SOP pemulasaran jenazah.
SOP pemulasaran jenazah COVID-19 merupakan kegiatan pengelolaan pasien menular
mulai dari ruangan, pemindahan ke kamar jenazah, pengelolaan jenazah dikamar
jenazah, serah terima kepada keluarga dan pemulangan jenazah.
Setiap Negara mempunyai strategi dan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang
berbeda dalam menangani kasus COVID-19. Di Indonesia sendiri, Pemerintah sudah
menetapkan SOP untuk melakukan perawatan jenazah sesuai dengan protokol COVID
yang diharapkan dapat memutus rantai penyebaran virus Corona. Standar operasional
tersebut, dibuat berdasarkan standar kesehatan WHO dengan mempertimbangkan
berbagai aspek keagamaan dan budaya yang ada di Indonesia. Namun perbedaan stigma
dan persepsi mempengaruhi pelaksanaan perawatan jenazah yang diharuskan sesuai
prosedur. Banyak masyarakat Indonesia yang tidak setuju dan menganggap bahwa
jenazah yang dikubur menggunakan protap COVID-19 merupakan perlakuan yang tidak
layak dan tidak sesuai dengan agama dan kebudayaan yang diyakini. Hal itu dibuktikan
dengan adanya beberapa kasus dimana anggota keluarga menolak dan melanggar
prosedur yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

17
Berbagai upaya harus dilakukan agar fenomena seperti ini tidak berlanjut.
Misalnya adalah penyuluhan kesehatan sangat penting untuk dilakukan di era teknologi
yang sudah sangat canggih ini

4.2. SARAN

Menurut diskusi kelompok kami, saran untuk kasus ini adalah dengan melakukan
kegiatan sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat mengenai SOP pemulasaran
jenazah yang tepat dan resmi sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
1. memperbaiki proses komunikasi publik dan melakukan pendekatan
kepada tokoh-tokoh masyarakat seperti Rt/Rw setempat melalui kerja
sama yang dilakukan Pemerintah, LSM, komunitas atau kader dan
organisasi-organisasi yang ada dimasyarakat dengan menggunakan
metode pendekatan tradisi, budaya dan keagamaan sehingga pesan dapat
lebih cepat diterima oleh masyarakat. Hal ini diharapkan agar terciptanya
kepercayaan antara masyarakat dengan petugas yang akan memberikan
penyuluhan
2. Setelah membangun kepercayaan, komunitas dapat melakukan kegiatan
kampanye atau pendidikan kesehatan yang sesuai dan terarah. Dari
kegiatan penyuluhan atau sosialisasi ini diharapkan dapat membantu
mengurangi penyebaran Covid-19.
3. Setiap kegiatan yang dilakukan memastikan kesehatan dan keselamatan
semua petugas dengan cara memberi APD yang sesuai dan menggunakan
protocol Covid-19 sehingga dapat menjalankan ttugas dengan baik dan
penyelenggara kegiatan diharapkan dapat melindungi terhadap kekerasan
dan gangguan, serta memberikan dukungan psikososial.
4. Kelompok kami sangat menyarankan untuk melakukan kegiatan
sosialisasi ini dengan memanfaatkan era digital seperti menggunakan
poster, video animasi, film pendek, dan lain sebagainya yang dapat
dilakukan secara online ataupun offline. Metode ini diharapkan dapat

18
lebih menarik dan lebih mudah dipahami sehingga tujuan kegiatan ini
dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Guide Book Pedoman Dan Penguburan Jenazah Akibat Covid-19 Di Masyarakat Menurut
Kemenkes RI 2020.

Pelayanan kesehatan berbasis komunitas, termasuk penjangkauan dan kampanye, dalam


konteks pandemic COVID-19 menurut WHO 2019

Suparti, S., & Sutaryono, S. (2021). Training and Simulation" Pemulasaran Jenazah Covid-
19". Urecol Journal. Part F: Community Development, 1(1), 23-29.

SWANTINI, W. (2021). PERAN RUMAH SAKIT DALAM PENANGGULANGAN COVID-19


MELALUI PEMULASARAN JENAZAH STUDI DI RSUD KRMT WONGSONEGORO
SEMARANG (Doctoral dissertation, Universitas Katholik Soegijapranata Semarang).

Dai, N. F. (2020). Stigma masyarakat terhadap pandemi covid-19. Prosiding Nasional Covid-


19, 66-73.

Juni Lolita, C. (2021). KRISIS KEMANUSIAAN BARU DI INDONESIA TERKAIT


PENOLAKAN JENAZAH PASIEN COVID-19 DI BERBAGAI LOKASI “Analisis Isi
dalam Pemberitaan Media Online Kompas. com” (Doctoral dissertation, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik).

Fadli, K., & Novita, P. (2021). ANALISIS FRAMING MEDIA ONLINE TENTANG
PANDEMI COVID-19 (Studi Kasus Covid-19 Pada Media Online Tribun News. com
dan Kepri. co. id Edisi Bulan Maret s/d Juni 2020). JURNAL PURNAMA
BERAZAM, 2(2), 172-200.

Hadi Maulana, A. G. (2020). Kasus Jemput Paksa Jenazah Pasien Corona dari RS Terjadi
Lagi di Batam. Www.Regional.Kompas.Com.
19
https://regional.kompas.com/read/2020/08/20/07034501/kasus-jemput-paksa-jenazah-
pasien-corona-dari-rs-terjadi-lagi-di-batam?page=all

Rehia Sebayang. (2020). Kenali Anosmia, Gejala Paling Khas Saat Terinfeksi Corona!
Www.Cnbcindonesia.Com. https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20200921110140-
33-188159/kenali-anosmia-gejala-paling-khas-saat-terinfeksi-corona

Suyanto, B. (2020). Stigma di Balik Jemput Paksa Jenazah Korban Covid-19.


Www.Mediaindonesia.Com. https://mediaindonesia.com/opini/320297/stigma-di-balik-
jemput-paksa-jenazah-korban-covid-19

https://www.persi.or.id/images/2020/data/sop_pemulasaran_jenazah.pdf

https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-19/protokol-kesehatan-bagi-masyarakat-di-
tempat-dan-fasilitas-umum-dalam-rangka-pencegahan-covid-19/#.X5KMitYzbIU

https://www.kemkes.go.id/folder/view/full-content/structure-faq.html

20

Anda mungkin juga menyukai