Anda di halaman 1dari 25

Analisa Kasus Malpraktek Keperawatan Pada Tn.

T Akibat Kelalaian Dalam


Mengikuti SOP
Makalah ini disusun sebagai salah satu penilaian tugas kelompok pada Mata Ajar

Nursing Ethics and Law (NEL)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. Paramita Handayani (011911009)


2. Tiara Ardhana Rachman (011911018)
3. Tiara Nurfajri Aulia (011911021)
4. Ega Ardelia (011911024)
5. Annisa Febriyanti Dewi (011911026)
6. Ririn Fadilah (011911027)
7. Nabila Ariesta Fitriana (011911042)
8. Ariani Dwi Ananda Ruswitasari (011911047)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS BINAWAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat- Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah- Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Analisa Kasus Malpraktik Keperawatan Pada Tn.T Akibat Kelalaian Dalam
Mengikuti SOP.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan baik dari
segi isi, susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis mengharapkan dan
menerima segala saran serta kritik dari pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk
penulis dan pembaca.

Jakarta, 08 Oktober 2021


Hormat Kami

(Kelompok 5)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
1.1. Latar belakang.......................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan....................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI....................................................................................................................................4
2.1. Teori Kewenangan Perawat...................................................................................................4
2.2. Teori Tanggung Jawab Perawat.............................................................................................5
2.3. Teori Perlindungan Hukum Perawat......................................................................................8
2.4. Pengertian Malpraktik...........................................................................................................9
2.5. Malpraktik Keperawatan......................................................................................................10
2.5.1. Malpraktik perdata......................................................................................................11
2.5.2. Malpraktik Pidana........................................................................................................11
2.5.3. Malpraktik administrasi...............................................................................................11
2.6. Pengertian Kelalaian............................................................................................................12
2.7. Bentuk Malpraktek Dalam Keperawatan.............................................................................13
2.8. Dampak Malpraktek............................................................................................................14
BAB III..................................................................................................................................................15
ANALISA KASUS...................................................................................................................................15
3.1. Studi Kasus...........................................................................................................................15
3.2. Analisa Data.........................................................................................................................15
BAB IV..................................................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................................................21
4.1. Kesimpulan..........................................................................................................................21
4.2. Saran....................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Perawat adalah tenaga profesional yang memiliki body of knowledge yang khusus
dan spesifik, serta dalam menjalankan praktik profesinya memiliki tanggung jawab dan
tanggung gugat, sehingga perawat juga sangat terikat oleh aturan-aturan hukum yang
mengatur praktik tenaga kesehatan. Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang
dimaksud adalah bentuk implementasi praktik keperawatan yang ditujukan kepada
pasien-klien baik kepada individu keluarga dan masyarakat dengan tujuan upaya
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan guna mempertahankan dan memelihara
kesehatan serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain upaya praktik keperawatan
berupa promotif preventif, kuratif dan rehabilitasi.
Kesalahan perawat dalam tindakan medik akan memberikan dampak yang luas,
tidak saja kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit, individu
perawat pelaku kesalahan medik dan terhadap profesi. Selain gugatan pidana, juga dapat
berupa gugatan perdata dalam bentuk ganti rugi.
Persatuan perawat Indonesia (PPNI) menegaskan bahwa perawat bisa disebut
melakukan malapraktik apa bila melanggar standar opeasional prosedur dalam
pemberian asuhan keperawatan. Prosedur standar sebelum melakukan tindakan
keperawatan, yaitu melakukan Informed Consent, memberi penjelasan mengenai
tindakan yang akan dilakukan termasuk risikonya, serta meminta persetujuan pasien atau
keluarganya dalam pemberian asuhan keperawatan yang terlebih lagi ketika tindakan itu
bersifat kolaboratif dengan dokter.
Setiap perawat yang tidak memenuhi standar praktik atau perawatan yang dapat
diterima atau melakukan tugasnya dengan ceroboh berisiko dianggap lalai. Karena
malpraktik adalah kelalaian yang berhubungan dengan praktik profesional, kriteria
berikut harus ditegakkan dalam gugatan hukum malpraktik terhadap seorang perawat:
a. Perawat (terdakwa) berhutang tugas kepada klien;
b. Perawat tidak melakukan tugas tersebut atau melanggar tugas perawatan;
c. Klien cedera; dan/atau
d. Baik penyebab aktual dan kemungkinan mencederai klien adalah akibat dari
kegagalan perawat untuk melakukan tugas.
Pasal 27 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa tenaga
kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya. Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki.
Pertanggungjawaban perawat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat
dilihat berdasarkan 3 (tiga) bentuk pembidangan hukum yakni pertanggungjawaban
secara hukum keperdataan, hukum pidana dan hukum administrasi.
Gugatan keperdataan terhadap perawat bersumber pada dua bentuk yakni
perbuatan melanggar hukum (onrechtmatigedaad) sesuai dengan ketentuan Pasal 1365
KUH Perdata dan perbuatan wanprestasi (contractual liability) sesuai dengan ketentuan
Pasal 1239 KUH Perdata.
Pertanggungjawaban hukum administrasi lahir karena adanya pelanggaran terhadap
ketentuan hukum administrasi terhadap penyelenggaraan praktik perawat berdasarkan
ketentuan yang berlaku. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/Menkes/148/2010 telah memberikan ketentuan administrasi yang wajib ditaati
perawat yakni:
a) Surat Izin Praktik Perawat bagi perawat yang melakukan praktik mandiri.
b) Penyelengaraan pelayanan kesehatan berdasarkan kewenangan yang telah diatur
dalam Pasal 8 dan Pasal 9 dengan pengecualian Pasal 10
c) Kewajiban untuk bekerja sesuai standar profesi.
Ketiadaan persyaratan administrasi di atas akan membuat perawat rentan terhadap
gugatan malpraktik. Ketiadaan SIPP dalam menjalankan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan merupakan sebuah administrative malpractice yang dapat dikenai sanksi
hukum.
Perawat melaksanakan tugasnya jika terjadi kesalahan dan kelalaian yang
menyebabkan pasien luka berat bahkan sampai menyebabkan kematian maka perawat
menurut hemat penulis dapat dikenai pasal 359 KUHP pada Bab XXI dengan judul
“Menyebabkan mati atau luka-luka karena kealpaan.” Berdasarkan perumusan pasal 359
ini, Maka Unsur- unsurnya adalah :
1. Si pelaku telah lalai dan kelalaian itu dapat di permasalahkan terhadap pelaku.
2. Mengakibatkan matinya orang lain.
3. Antara kedua hal tersebut diatas yaitu kelalaian dan matinya orang lain itu harus
ada hubungan sebab akibat.
Pasal 360 kitab Undang-undang hukum pidana berbunyi:
1) Ayat (1): Barang siapa karena kelapaannya menyebabkan orang lain luka-luka
berat diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau kurungan
paling lama 1 tahun.
2) Ayat (2): Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain
sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan
pekerjaan, jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu diancam dengan
pidana paling lama 9 bulan atau kurungan paling lama 6 bulan atau denda
paling tinggi Rp. 300.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana kewenangan dan tanggung jawab para perawat?
2. Apa yang dimaksud malpraktik?
3. Apa yang dimaksud kelalaian ?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini, secara umum adalah mahasiswa dapat
memahami malpraktek dalam pelayanan keperawatan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus malah ini adalah agar mahasiswa mengetahui :
a. Teori kewenangan perawat.
b. Teori tanggung jawab perawat.
c. Teori perlindungan hokum perawat.
d. Pengertian malpraktik.
e. Malpraktik keperawatan.
f. Pengertian kelalaian.
g. Bentuk malpraktek.
h. Dampak mal praktek.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Teori Kewenangan Perawat


Kewenangan perawat dalam menjalankan tugas dan profesinya secara prinsip
diatur dalam keputusan Menter Kesehatan Republik Indonesia No. 1293/mentri
kesehatan/SK/XI/2001, tentang registrasi dan praktek keperawatan maka dalam
menjalankan profesinya maka perawat tidak akan terlepas dari batasan kewenangan yang
dimilikinya.
Pada pasal 15 keputusan menteri No. 129/menteri kesehatan/SK/XI/2001
menyebutkan tentang batasan kewenangan yaitu :
a. Melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosa
keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi
keperawatan
b. Tindakan perawat sebagaimana maksud pada butir (a) meliputi intervensi
keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan, dan konseling kesehatan
c. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dikasud huruf (a) dan (b)
harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi
profesi
d. Pelayanan tindakan medik hany dapat dilakukan berdasarkan perintah dokter.
Dalam menjalankan kewenangan tersebut ada kewajiban yang perlu diingat oleh
perawat. Kewajiban tersebut terdapat pada pasal 16 undang-undang keperawatan yaitu :

1) Menghormati hak pasien


2) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
3) Menyimpan rahasia sesua dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4) Memberi informasi
5) Meminta persetujuan yang akan dilakukan
6) Melakukan catatan perawatan dengan baik

Pengecualian terhadap kewenangan yang masuk di dalam pasal 15 undang-


undang keperawatan, pengecualian tersebut dimaksudkan untuk memberikan
perlindungan hukum yang lebih luas terhadap penyelenggaraan dan pelayanan kesehatan
yang dilakukan seorang perawat, ketentuan tentang pengecualian tersebut dimaksudkann
untuk memberikan perlindungan hukum yang lebih luas terhadap penyelengaraan dan
pelayanan kesehatan yang dilakukan seorang perawat, ketentuan tentang pengecualian
tersebut terdapat dalam, Pasal 20 Undang-undang Keperawatan yaitu :

1) Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seorang pasien/perawat, perawat


berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan.
2) Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaiman dimaksud pada ayat (1) ditujukan
untuk penyelamatan jiwa

2.2. Teori Tanggung Jawab Perawat


Pertanggung jawaban hukum perawat dapat ditinjau dari hukum itu sendiri
berdasarkan Hukum Administrasi maka pertanggung jawaban hukum itu akan bersumber
pada masalah kewenangan yang dimilikinya Pertanggung jawaban hukum perawat bisa
dilihat berdasarkan hukum itu sendiri yaitu secara Hukum Admisitrasi, Hukum Perdata
dan Hukum Pidana Pertanggung jawaban Hukum Administrasi lahir karena adanya
pelanggaran terhadap ketentuan hukum administrasi terhadap penyelenggaraan praktik
perawat, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 148/2010 ketentuan administrasi
yang wajib dilakukan oleh perawat :

a. Surat izin praktik perawat bagi perawat yang melakukan praktik mandiri.
b. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan berdasarkan kewenangan yang telah diatur
dalam pasal 8 undang-undang kesehatan No. 36 Tahun 2009
c. Kewajiban untuk bekerja sesuai standar profesi

Tidak adanya persyaratan administrasi akan membuat perawat sangat mudah dikatakan
malpraktik. Tidak adanya surat ijin praktik perawat dalam melakukan pelayanan
kesehatan merupakan sebuah administrative malpraktik yang dapat dikenai sanksi
hukum, bentuk sanksi administrasi yang ada pada pelanggaran hukum administrasi yaitu:

a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pencabutan izin

Dalam praktik pelaksanaannya sangat banyak sekali perawat yang melakukan


praktik pelayanan kesehatan yang meliputi diagnosa tanpa surat ijin perawat dan
pengawasan dokter dari kewenangan yang di peroleh dengan fungsi perawat dalam
menjalankan profesinya. Kewenangan atribusi yang melekat pada fungsi independen
dimana perawat menjalankan tugasnya berdasarkan kewenangan yang diperolehnya
melalui peraturan perundang-undangan, dan kewenangan atribusi tersebut berdasarkan
asuhan keperawatan kewenangan mandate terdapat dalam fungsi interdependent dimana
kewenangan perawat diperoleh dalam suatu kerja sama. Kewenangan delegasi melekat
pada fungsi indepnden dimana tindakan yang dilakukan oleh perawat adalah tanggung
jawab dokter, namun tugas tersebut di serahkan pertenggung jawabannya kepada perawat
yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.

Bila pertanggung jawaban hukum itu berdasarkan hukum perdata maka unsur
terkait adalah ada tindakan suatu perbuatan melawan hukum atau wanprestasi,
pertanggung jawabannya bisa langsung atau menjadi tanggung gugat bersama
dokter/perawat tergantung dari jenis tindakan yang dilakukan. Perbuatan melawan
hukum atau wanprestasi, tindakan perawat dapat dikatakan sebagai perbuatan melawan
hukum apabila terpenuhinya unsur-unsur di dalam pasal 1365 KUH perdata, yaitu
adanya kerugian nyata yang di derita sebagai akibat langsung dari perbuatan tersebut.
Pertanggung jawaban dalam wanprestasi apabila terpenuhi unsur-unsur wanprestasi
dalam pasal 1234 KUH perdata dari ketentuan dalam KUH perdata maka dapat di
kategorikan ke dalam empat prinsip sebagai berikut :

a) Pertanggung jawaban langsung berdasarkan pasal 1365 KUH perdata, “setiap


tindakan yang menimbulkan kerugian atas diri orang lain berarti orang yang
melakukan harus membayar kompensasi sebagai pertanggung jawaban kerugian
yang dilakukan dengan sengaja, tetapi karena kelalaian atau kurang hati-hati”
berdasarkan ketentuan pasal tersebut maka seorang perawat yang melakukan
kesalahan dalam menjalankan fungsi independennya yang mengakibatkan
kerugian pada pasien maka wajib memikul tanggung jawabnya secara mandiri,
pasal 1365 KUH perdata maka pertanggung jawaban perawat lahir apabila
memenuhi unsur yaitu :
a. Perbuatan itu melanggar hukum
b. Ada kesalahan
c. Kerugian
d. Adanya hubungan kausal antara kesalahan dengan kerugian
Dilihat dari konsep hukum keperawatan maka pelanggaran terhadap penghormatan hak-
hak pasien yang menjadi salah satu kewajiban hukum perawat dapat dikategorikan ke
dalam perbuatan melanggar hukum .

a. Pertanggung jawaban dnegan asas responden superior berdasarkan pasal


1367 KUH perdata dalam hal ini pertanggung jawaban akna muncul apabila
kesalahan terjadi dalam menjalankan fungsi interindependen perawat.
Sebagai bagian dari tim maupun orang yang bekerja dibawah perintah
dokter maka perawat akan bersama-sama bertanggung gugat kepada
kerugian yang menimpa pasien.
b. Pertanggung jawaban dengan asas zaakwaneming berdasrkan pasal 1354
KUH perdata konsep pertanggung jawaban terjadi seketika bagi seorang
perawat yang berada dalam kondisi tertentu harus melakukan pertolongan
darurat dimana tidaak ada orang lain yang berkompeten untuk itu.
Perlindungan hukum dalam tindakan perawat tersebut berdasarkan pasal 10
peraturan mentteri kesehatan no. 148 Tahun 2010, perawat akan dimintai
pertanggung jawaban hukum apabila tidak mengerjakan apa yang
seharusnya dikerjakan.
c. Pertanggung jawaban berdasarkan wanprestasi, seorang perawat akan
dimintai pertanggung jawaban apabila memenuhi unsur-unsur wanprestasi
pasal 1234 KUH perdata
d. Tidak mengerjakan kewajibannya sama sekali, apabila seorang perawat
tidak mengerjakan semua tugas sesuai dengan fungsinya baik fungsi
independen, interindependen dan dependen.
e. Mengerjakan kewajiban tetapi terlambat, apabila kewajiban sesuai fungsi
tersebut dilakukan terlambat yang mengakibatkan kerugian pada pasien
f. Mengerjakan kewajiban tetapi tidak sesuai dengan yang seharusnya suatu
tugas yang dilakukan dengan asal-asalan
g. Mengerjakan yang seharusnya tidak boleh dilakukan, apabila seorang
perawat melakukan tindakan medis yang tidak mendapat delegasi dari
dokter.

Tindakan perawat bersumber pada hukum pidana, maka unsurnya adalah ada
tindakan suatu kesalahan terhadap kesalahan terhadap perbuatan yang harus dilakukan
berdasarkan hukum tertulis, pertanggung jawaban perawat akan tergantung pada bentuk
kewenangan yang dimiliki. Pada pelanggaran atribusi yang merupakan fungsi
independen perawat maka bila terjadi kesalahan dalam asuhan keperawatan tersebut
perawat yang bersangkutan akan memikul pertanggung jawaban itu sendiri.

Pertanggung jawaban hukum pidana untuk dapat diminta pertanggung jawaban secara
pidana, maka harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Adanya perbuatan yang berdasarkan aturan tertulis


2) Adanya kemampuan bertanggung jawab
3) Adanya suatu kesalahan, baik sengaja maupun lalai
4) Tidak ada unsur pemaaf dan unsur pembenar

Bentuk pertanggung jawaban dalam hukum pidana secara prinsip adalah personal
liability, pertanggung jawaban secara pribadi. Akan tetapi, apabila dilakukan bersama-
sama dengan dokter atau tenaga kesehatan yang lain, maka berlaku prinsip pernyertaan
sebagaimana diatur dalam pasal 55 dan pasal 56 KUHP.

2.3. Teori Perlindungan Hukum Perawat


Setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Perlindungan hukum
merupakan fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum yaitu keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum.

Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan hukum, tidak


terkecuali perlindungan hukum terhadap tenaga kesehatan, khususnya perawat adalah
sebagai berikut :

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam pasal


28 (D) ayat (1) undang-undang negara republik Indonesia tahun 1945 setiap
orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta mendapatkan perlakuan yang sama dihadapan hukum.
b. Pasal 34 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak Pasal 28 (H)
ayat (1) bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin bertempat
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
c. Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada
Pasal 9 ayat (3) setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat
d. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pada Pasal 4 setiap
orang berhak atas kesehatan
e. Pasal 27 Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
1) Tenaga Kesehatan Berhak mendapatkan imbalan dan perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya
2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasanya berkwajiban
megembankan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
3) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur didalam peraturan pemerintah.
f. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pada Pasal 13 :
1) Tenaga Medis yang melakukan praktik kedokteran dirumah sakit wajib
memiliki surat ijin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan
2) Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja dirumah sakit wajib memiliki ijin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja dirumah sakit harus bekerja sesuai
malpraktek operasional yang berlaku, etika profesi menghormati hak
pasien dn mengitamakan keselamatan pasien
4) Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga kesehatan sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (10 dan (2) dilksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
5) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 8 setiap
orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan
yang seimbang dan bertanggung jawab

2.4. Pengertian Malpraktik


Menurut D. Veronika Komalawi, Malpraktik adalah kesalahan dalam
menjalankan profesi yang timbul sebagai akibat adanya kewajiban-kewajiban yang harus
dilakukan dokter. Malpraktik medik yang tidak sesuai dengan standar profesi medik
dalam menjalankan profesinya.
Menurut J.Guwandi ; Malpraktik secara harafiah berarti praktek buruk yang
berkaitan dengan praktek penerapan ilmu dan teknologi medik dalam menjalankan
profesi medik yang mengandung ciri-ciri khusus.

Black Law Dictionary merumuskan malpraktik sebagai berikut ; “any


professional misconduct, unreasonable lack of skill or fidelity in professional or judicry
duties, evil practice, or illegal or immoral conduct…” (Perbuatan jahat dari seorang ahli,
kekurangan dalam keterampilan yang dibawah standar, atau tidak tercermatnya seorang
ahli dalam menjalankan kewajibannya secara hukum, perbuatan yang tidak bermoral).

Gugatan terhadap malpraktik tidak saja diajukan kepada dokter, tetapi melibatkan
juga rumah sakit atau institusi tempat pelayanan kesehatan tersebut berlangsung dan juga
melibatkan paramedis yang ikut mendampingi dokter dalam melakukan tindakan medis.
Dokter merupakan profesi karena berhubungan dengan masyarakat luas.

Malpraktik kedokteran dapat diartikan juga sebagai suatu bencana yang timbul
sebagai akibat dari suatu praktek kedokteran, bencana yang timbul tidak sebagai akibat
dari suatu praktek kedokteran, bencana yang timbul tidak karena sengaja diduga
sebelumnya, melainkan ada unsur kelalaian yang seharusnya tidak layak untuk dilakukan
oleh seorang dokter sehingga mengakibatkan kecacatan atau kematian pada pasien.

2.5. Malpraktik Keperawatan


Malpraktik adalah kelalaian seorang perawat untuk mempergunakan tingkat
keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati oasien,
yang dimaksud dengan kelalaian disini adalah sikap kurang hati-hatian. Kelalaian
diartikan pula dengan melakukan tindakan kedokteran dibawah standar pelayan medik.
Adanya tindakan yang salah dalam pelaksanaan suatu profesi kelalaian dari seorang
dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan
mengobati dan merawat pasien, malpraktik juga diartikan tidak terpenuhinya perwujudan
hak-hak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang baik biasanya terjadi dilakukan
oleh oknum yang tidak mau memenuhi aturan yang ada karena tidak memberlakukan
prinsip transparasi atau keterbukaan atau harus menceritakan secara jelas tentang
pelayanan kesehatan yang diberikan.
2.5.1. Malpraktik perdata
Malpraktik perdata terjadi jika dokter tidak melakukan kewajiban yaitu tidak
memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati. Tindakan dokter
dapat dikategorikan sebagai malpraktek perdata :

a) Tidak melakukan apa yang mneurut kesepakatan wajib dilakukan


b) Melakukan apa yang disepakati tetapi terlambat
c) Melakukan apa yang disepakati tetapi terlambat
d) Melakukan apa yang menurut kesepakatan

2.5.2. Malpraktik Pidana


Malpraktik pidana terjadi, jika perbuatan dilakukan maupun tidak dilakukan
memenuhi rumusan undang-undang hukum pidana. Perbuatan tersebut dapat
berupa perbuatan positif (melakukan sesuatu maupun negative tidak
melakukan sesuatu) perubahan tercela, dilakukan dengan sikap batin yang
salah (mens rea). Berupa kesengajaan atau kelalaian. Perbuatan tersebut
memenuhi delak-delik pidana yaitu :

a. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan tercela


b. Perbuatan tersebut dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea)
yang berupa kesengajaan, melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP),
melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien atau Kealpaaan
(Negelience) kurang hati-hati mengakibatkan lika, cacat dan
meninggalnya pasien , pertanggung jawaban didepan hukum pada
malpraktik adalah bersifat individu, tidak dapat dialihkan kepada orang
lain.

2.5.3. Malpraktik administrasi


Tenaga jasa yang melakukan administrative malpractice orang tersebut
telah melanggar hukum administrasi pemerintah juga mempunyai kewenangan
menerbitkan berbagai ketetntuan dibidang kesehatan, tentang persyaratan bagi
tenaga perawat untuk menjalankan profesinnya, batas kewenangan serta
kewajiban tenaga perawat apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga
kesehatan yang bersangkutan dapat dapat melanggar hukum administrasi. Jika
dokter menjalankan profesinya tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan
hukum administrasi , antara lain Undang-undang Republik Indonesia nomor
23 tahun 1992 tentang kesehatan dan Undang-undang nomor 23 tahun 2014
tentang keperawatan.

Menurut Vestal, K.W (1995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara


pasti malpraktik, apabila penggugat dapat menunjukkan hal-hal dibawah ini :

1. Duty
Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajiban mempergunakan
segala ilmu dan kepandaian untuk menyembbuhkan atau setidaknya
meringankan beban penderita pasiennya berdasarkan standar profesi.
Hubungan perawat-klien menunjukkan bahwa melakukan kewajiban
berdasarkan standar keperawatan.
2. Breach of The Duty
Pelanggaran terjadinya sehubungan dengan kewajiban, artinya
menyimpang dari apa yang harusnya dilakukan menurut standar
profesinya. Contohnya pelanggaran yang terjadi terhadap pasien antara
lain, kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan yang ditetapkan
kebijakan rumah sakit.
3. Injury
Seseorang mengalami cedera (injury) atau kerusakan (damage) yang
dapat di tuntut secara hukum, misalnya pasien mengalami cedera sebagai
akibat pelanggaran.
4. Proximate caused
Pelanggaran terhadap kewajiban menyebabkan atau terkait dengan
cedera yang dialami pasien. Misalnya, cedera yang terjadi secara
langsung berhubungan dengan pelanggaran terhadap kewajiban perawat
terhadap pasien.

2.6. Pengertian Kelalaian


Kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan ini adalah tergolong dalam
pelayanan yang buruk atau tidak melakukan standart yang ditetapkan dalam profesi.
Kelalaian menunjukan adannya suatu sikap yang sifatnya serius, yaitu sikap yang
disengaja dan sangat sembarangan atau sikap yang sangat tidak hati-hati terhadap
kemungkinan timbulnya resiko yang bisa menyebabkan orang lain terluka atau mati.
Sikap yang serius juga tapi lebih pada yang tidak disengaja terhadap kemungkinan
timbulnya resiko yang terjadi dalam tindakan medik yang dilakukan oleh perawat
terhadap pasien, perawat dalam melaksanakan tugasnya harus berlandaskan pada
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Perundang undangan yang berlaku dan juga
pada kode etik keperawatan, jadi didalam menjalankan profesi keperawatan terikat oleh
kode etik keperawatan. Seorang perawat diharapkan bertanggung jawab dalam
menjalankan profesinya, karena tanggung jawab dalam menjalankan profesi keperawatan
maka perawat harus memahami ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dalam
menjalankan profesinya dan perawat harus mengetahui hak dan kewajiban dalam
menjalankan profesinya untuk menghindari terjadinya malpraktik dibidang keperawatan.
Menurut Moeljatno. kelalaian adalah kurang mengindahkan larangan sehingga tak
berhati-hati dalam melakukan sesuatu perbuatan, yang obyektif kausal menimbulkan
keadaan yang dilarang.
Menurut Soesilo.kelalaian disebut juga dengan kesalahan, kurang hati-hati, lalai,
lupa, amat kurang perhatian dan akibat dari kelalaian bukanlah tujuan dari si pelaku.
Menurut Soesilo.kelalaian disebut juga dengan kesalahan, kurang hati-hati, lalai,
lupa, amat kurang perhatian dan akibat dari kelalaian bukanlah tujuan dari si pelaku.
kelalaian (negligence) adalah kegagalan untuk bersikap hati-hati yang mana orang
pada umumnya bertindak pada keadaan tersebut. Untuk profesi perawat tolak ukurnya
yaitu apakah ia telah melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan apa yang dilakukan
teman sejawatnya dalam keadaan yang sama atau sesuai dengan standart praktek yang
berlaku.

2.7. Bentuk Malpraktek Dalam Keperawatan


Pelayanan kesehatan saat ini menunjukkan kemajuan yang cepat, baik dari segi
pengetahuan maupun teknologi, termasuk bagaimana penatalaksanaan medis dan
tindakan keperawatan yang bervariasi.

Beberapa situasi yang berpotensial menimbulkan tindakan malpraktek dalam


keperawatan diantaranya :

1) Kesalahan pemberian obat : bentuk malpraktek yang sering terjadi. Hal ini
dikarenakan begitu banyaknya jumlah obat yang bereda dan metode pemberian
yang bervariasi.
2) Mengabaikan keluhan pasien : termasuk perawat dalam melalaikan dalam
melakukan observasi dan memberi tindakan secara tepat. Padahal dapat saja
keluhan pasien menjadi data yang dapat dipergunakan dalam menentukan
masalah pasien.
3) Kesalahan mengidentifikasi masalah klien : kemungkinan terjadi pada situasi RS
yang cukup sibuk, shingga kondisi pasien tidak dapat secara rinci diperhatikan
4) Malpraktek di ruang operasi : sering ditemukan kasus adanya benda atau alat
kesehatan yang tertinggal di tubuh pasien saat operasi. Kelalaian ini juga
kelalaian perawat, dimana peran perawat di kamar operasi harusnya mampu
mengobservasi jalannya operasi, kerjasama yang baik dan terkontrol dapat
menghindarkan kelalaian ini.

2.8. Dampak Malpraktek


Malpraktek yang dilakukan perawat akan memberikan dampak yang luas, tidak
hanya kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit. Individu perawat
pelaku malpraktek terhadap profesi. Selain gugatan pidana, juga dapat berupa gugatan
perdata dalam bentuk ganti rugi.

Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa malpraktek merupakan
bentuk dari pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat pelanggaran
autonomy, justice, non malefence, dan lainnya. Penyelesaiannya dengan menggunakan
dilema etik. Sedangkan dari segi hukum pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik
secara individu dan profesi dan juga institusi penyelenggara pelayanan praktek
keperawatan.
BAB III

ANALISA KASUS

3.1. Studi Kasus


TN. T umur 55 tahun dirawat di ruang 206 perawatan neurologi rumah sakit AA.
TN. T dirawat memasuki hari ke-7 perawatan tn. T dirawat di ruang tersebut dengan
diagnosa medis stroke iskemik. Dengan kondisi saat masuk TNI titik-t tidak sadar tidak
dapat makan td : 170 /100, RR: 24 kali/menit n: 68 kali/menit. Kondisi pada hari ke-7
perawatan didapatkan kesadaran composmentis. TD. 150/100, N : 68 kali / menit.
Hermiparese/kelumpuhan anggota gerak dextra atas dan bawah, bicara pelo, mulut
mencong kiri. TN. T dapat mengerti bila diajak bicara dan dapat menjawab pertanyaan
dengan baik tetapi jawaban tidak jelas (pelo ). Tetapi saat sore hari sekitar pukul 17.00
WIB terdengar bunyi gelas plastik jatuh dan setelah itu terdengar bunyi seseorang jatuh
dari tempat tidur, di ruang 206 Di mana tempat tn. T dirawat saat itu juga yang
mendengar suara tersebut mendatangi dan masuk ruang 206, saat itu perawat mendapati
tn.t sudah berada di lantai di bawah tempat tidurnya dengan barang-barang disekitarnya
berantakan.

Ketika peristiwa itu terjadi keluarga sedang berada di kamar mandi dengan adanya
peristiwa itu keluarga juga langsung mendatangi tn.t keluarga juga terkejut dengan
peristiwa itu, keluarga menanyakan Kenapa terjadi hal itu dan mengapa, warga tampak
kesal dengan kejadian itu titik perawat dan keluarga menanyakan kepada tn.t Kenapa
Bapak jatuh, tn.t mengatakan "Saya akan mengambil minum tiba-tiba Saya jatuh Karena
tidak ada pegangan pada tempat tidurnya ". Perawat bertanya lagi, kenapa Bapak tidak
minta tolong kami " saya pikirkan hanya mengambil air minum".

2 jam sebelum kejadian perawat merapikan tempat tidur tn.t dan perawat
memberikan obat injeksi untuk penurun darah tinggi (captopril) tetapi perawat lupa
memasang side drill tempat tidur tn.t kembali titik tetapi saat itu juga perawat
memberitahukan pada pasien dan keluarga bila butuh sesuatu dapat memanggil perawat
dengan alat yang tersedia.

3.2. Analisa Data


Contoh kasus di atas merupakan salah satu bentuk kasus malpraktek dari perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan seharusnya perawat memberikan rasa aman dan
nyaman kepada pasien ( tn. T ), rasa nyaman dan aman salah satunya dengan menjamin
bahwa pasien tidak akan terjadi injury atau cedera, karena kondisi pasien mengalami
kelumpuhan seluruh anggota gerak kanan sehingga mengalami kesulitan dalam
beraktivitas atau menggerakkan tubuhnya.

Pada kasus diatas menunjukkan bahwa kelalaian perawat dalam hal ini lupa atau tidak
memasang pengaman tempat tidur (side drill ) setelah memberikan obat injeksi captopril,
sehingga dengan tidak adanya penghalang tempat tidur membuat tn.t merasa leluasa
bergerak dari tempat tidurnya tetapi kondisi inilah yang menyebabkan tn.t terjatuh Bila
melihat dari hubungan perawat-pasien dan juga tenaga kesehatan lain tergambar pada
bentuk pelayanan praktek Keperawatan, baik dari kode etik dan standar praktek atau
ilmu keperawatan. Pada praktek keperawatan perawat dituntut untuk dapat bertanggung
jawab baik etik, disiplin dan hukum. Dan prinsipnya dalam melakukan praktik
keperawatan perawat harus memberikan beberapa hal yaitu: melakukan praktek
Keperawatan dengan ketelitian dan kecermatan, sesuai standar praktek Keperawatan,
melakukan kegiatan sesuai kompetensinya dan mempunyai upaya peningkatan
kesejahteraan serta kesembuhan pasien sebagai tujuan praktek.

Malpraktek implikasinya dapat dilihat dari segi etik dan hukum bila penyelesaiannya dari
segi etik maka penyelesaian diserahkan dan ditandatangani oleh profesinya sendiri dalam
hal ini dewan kode etik profesi yang ada di organisasi profesi, dan bila penyelesaian dari
segi hukum maka harus dilihat apakah hal ini sebagai bentuk pelanggaran pidana atau
perdata atau keduanya dan ini membutuhkan Pakar dalam bidang hukum atau pihak yang
berkompeten di bidang hukum.

Bila dilihat dari beberapa teori di atas, maka kasus merupakan praktek dengan alasan
sebagai berikut:

1. Kasus kelalaian tn.t terjadi karena perawat tidak melakukan tindakan


keperawatan yang merupakan kewajiban perawat terhadap pasien, dalam hal
ini perawat tidak melakukan tindakan keperawatan sesuai standar profesi
keperawatan, dan bentuk malpraktek perawat ini termasuk dalam bentuk
nonfeasanse.
Terdapat beberapa hal yang memungkinkan perawat tidak melakukan
tindakan Keperawatan dengan benar diantaranya sebagai berikut:
A. Perawat tidak kompeten (tidak sesuai dengan kompetensinya).
B. Perawat tidak mengetahui sakit dan sop.
C. Perawat tidak memahami standar praktek Keperawatan.
D. Rencana keperawatan yang dibuat tidak lengkap.
E. Supervise dari ketua tim, kepala ruangan atau perawat primer tidak
dijalankan dengan baik
F. Tidak mempunyai tool evaluasi yang benar dalam supervise
keperawatan.
G. Kurangnya komunikasi perawat kepada pasien dan keluarga tentang
segala sesuatu yang berkaitan dengan perawatan pasien titik karena
kerjasama pasien dan keluarga merupakan hal penting
H. Kurang atau tidak melibatkan keluarga dalam merencanakan asuhan
keperawatan.
2. Dampak-dampak malpraktek dampak dari malpraktek secara umum dapat
dilihat baik sebagai pelanggaran etik dan pelanggaran hukum yang jelas
mempunyai dampak bagi pelaku penerima dan organisasi profesi
administrasi
A. Terhadap pasien
1) Terjadinya kecelakaan atau injury dan dapat menimbulkan masalah
keperawatan baru
2) Biaya rumah sakit bertambah akibat bertambahnya hari rawat
3) Kemungkinan terjadi komplikasi / munculnya masalah
kesehatan/keperawatan lainnya
4) Terdapat pelanggaran hak dari pasien, yaitu mendapatkan perawatan
sesuai dengan standar yang benar.
5) Pasien dalam hal ini keluarga pasien dapat menuntut pihak rumah
sakit atau perawat secara perorangan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, yaitu KUHP.
B. Perawat sebagai individu atau pribadi
1) Perawat tidak dipercaya oleh pasien, keluarga dan juga pihak profesi
sendiri karena telah melanggar prinsip-prinsip moral/etik
keperawatan antara lain:
a. Beneficience, yaitu tidak melakukan hal yang sebaiknya dan
merugikan pasien
b. Veracity, yaitu tidak mengatakan kepada pasien tentang
tindakan tindakan yang harus dilakukan oleh pasien dan
keluarga untuk dapat mencegah pasien jatuh dari tempat tidur.
c. Avoiding killing, yaitu perawat tidak menghargai kehidupan
manusia, jatuhnya pasien akan menambah penderitaan pasien
dan keluarga titik
d. Fidelity, yaitu perawat tidak setia dan pada komitmennya
karena perawat tidak mempunyai rasa "caring" terhadap pasien
dan keluarga, yang seharusnya sifat kering ini selalu menjadi
dasar dari pemberian bantuan kepada pasien.
2) Perawat akan menghadapi tuntutan hukum dari keluarga pasien dan
ganti rugi atas kelalaiannya sesuai KUHP.
3) Terdapat unsur kelalaian dari perawat, maka Perawat akan mendapat
peringatan baik dari atasannya (kepala ruang-direktur RS) dan juga
organisasi profesinya.
C. Bagi rumah sakit
1) Kurangnya kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan RS
2) Menurunnya kualitas keperawatan dan kemungkinan melanggar visi
misi rumah Sakit.
3) Kemungkinan RS dapat dituntut baik secara hukum pidana dan
perdata Karena melakukan kelalaian terhadap pasien.
4) Standarisasi pelayanan rumah sakit akan dipertanyakan baik secara
administrasi dan prosedural titik
D. Bagi profesi
1) Kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan berkurang
karena menganggap organisasi profesi tidak dapat menjamin kepada
masyarakat bahwa perawat yang melakukan asuhan keperawatan
adalah perawat yang sudah kompeten yang memenuhi standar
keperawatan
2) Masyarakat atau keluarga pasien akan mempertanyakan mutu dan
standarisasi perawat yang telah dihasilkan oleh pendidikan
keperawatan Tiga titik hal yang perlu dilakukan dalam upaya
pencegahan dan perlindungan bagi penerima pelayanan asuhan
keperawatan adalah sebagai berikut:
Bagi profesi atau organisasi profesi keperawatan:
a. Bagi perawat secara individu harus melakukan tindakan
keperawatan/praktek Keperawatan dengan kecermatan dan
ketelitian tidak ceroboh.
b. Perlunya standarisasi praktek Keperawatan yang dibuat oleh
organisasi profesi dengan jelas dan tegas.
c. perlunya suatu badan atau konsil keperawatan yang menyeleksi
perawat yang sebelum bekerja pada pelayanan keperawatan dan
melakukan praktek Keperawatan titik
d. Memberlakukan segala ketentuan/perundangan yang hadap
kepada perawat/praktisi keperawatan sebelum memberikan
praktek Keperawatan sehingga dapat dipertanggungjawabkan
baik secara administrasi dan Hukum misal : sip dikeluarkan
dengan sudah melewati proses proses tertentu.

Bagi rumah sakit dan ruangan :

a. Hendaknya rumah Sakit melakukan uji kompetensi sesuai


standarisasi yang telah ditetapkan oleh profesi keperawatan
b. Rumah sakit dalam hal ini ruangan rawat melakukan uji
kompetensi pada bidangnya secara bertahap dan
berkesinambungan
c. Rumah sakit/ ruang rawat dapat melakukan sistem regulasi
keperawatan yang jelas dan sesuai dengan standar, berupa
registrasi, sertifikasi, lisensi bagi perawatnya.
d. Perlunya pelatihan atau seminar secara periode bagi semua
perawat berkaitan dengan etik dan hukum dalam keperawatan
e. Ruangan rawat harus membuat sak atau sop yang jelas dan
sesuai standar praktek Keperawatan.
f. FB dan keperawatan/ruangan dapat memberikan pembinaan
kepada perawat yang melakukan kelalaian
g. Ruangan dan RS bekerjasama dengan organisasi profesi dalam
pembinaan dan persiapan pembelaan hukum bila ada tuntutan
dari keluarga.

Penyelesaian kasus tn. T nama praktek perawat di atas, harus memperhatikan berbagai
hal baik dari segi pasien dan keluarga perawat secara perorangan, rumah Sakit sebagai
institusi dan juga bagaimana pandangan dari organisasi profesi. Pasien dan keluarga
perlu untuk dikaji dan dilakukan testomoni atas kejadian tersebut. Bila dilihat dari kasus
bahwa tn.t yang keluarga telah di berikan penjelasan oleh perawat sebelum bila
membutuhkan sesuatu dapat memanggil perawat dengan menggunakan alat bantu yang
ada titik ini menunjukkan jika bentuk kelalaian atau ketidak disiplinan dari pasien dan
keluarga atas jatuhnya tn. T segi perawat secara perorangan harus dilihat dahulu apakah
perawat tersebut komponen dan sudah memiliki surat izin perawat, Atau lainnya sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku apakah perawat tersebut memang
Competent dan telah sesuai melakukan praktik asuhan keperawatan pada pasien dengan
stroke, seperti tn.t tetapi bagaimanapun perawat harus dapat bertanggung jawabkan
semua bentuk pelayanan sesuai aturan perundangan yang berlaku titik bagi pihak rumah
sakit Mama harus juga memberikan penjelasan apakah perawat yang dipekerjakan di
rumah sakit tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang diperbolehkan oleh profesi untuk
mempekerjakan perawat tersebut. Apakah RS atau ruangan tempat tn.t dirawat
mempunyai standar (SOP) yang jelas. Dan harus diperjelas bagaimana hubungan perawat
sebagai pemberi praktek asuhan keperawatan dan kedudukan di RS terhadap perawat
tersebut titik bagi organisasi profesi juga harus diperhatikan beberapa hal yang
memungkinkan perawat melakukan kelalaian, organisasi apakah mempunyai standar
profesi yang jelas dan telah diberlakukan bagi anggotanya. Dan apakah telah mempunyai
aturan hukum yang mengikat anggotanya sehingga dapat mempertanggungjawabkan
tidak aktif keperawatannya dihadapan hukum, Moral dan etik keperawatan. Keputusan
ada atau tidaknya malpraktek bukanlah penilaian atas hasil akhir pelayanan praktek
keperawatan pada pasien melainkan penilaian atas sikap dan tindakan yang dilakukan
atau yang tidak dilakukan oleh tenaga medis dibandingkan dengan standar yang berlaku.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Malpraktek dapat terjadi karena tindakan disengaja (intentional) seperti pada
misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu kekurang mahiran
atau ketidakkompetenan yang tidak beralasan.
Berdasarkan uraian sebelumnya, jelas bahwa malpraktek bersifat kompleks karena
faktor yang terkait di dalamnya. Perawat professional dituntut untuk selalu meningkatkan
kemampuannya untuk mengikuti perkembangan yang terjadi, baik perkembangan IPTEK
khususnya IPTEK keperawatan serta tuntunan dan kebutuhan masyarakat yang semakin
meningkat.

4.2. Saran
Perawat sebagai profesi baik perorangan dan kelompok hendaknya memahami dan
menaati peraturan perundang-undangan yang telah diberlakukan di Indonesia, agar
perawat dapat terhindar dari bentuk pelanggaran etik dan hukum.
DAFTAR PUSTAKA

Pradipta, A. (2018). PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TENAGA PARAMEDIS


PERAWAT PADA MALPRAKTEK (Studi di Dinas Kesehatan Kabupaten
Bojonegoro) (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).

PATOMPO, Mohammad Fadli Dg. KEBIJAKAN FORMULASI HUKUM PIDANA


DALAM PENANGGULANGAN MALPRAKTEK KEPERAWATAN. Katalogis, 1999, 6.4:
48-57.

MERDEKAWATI, Y. Tanggung Jawab Pidana Perawat dalam Melakukan Tindakan


Keperawatan Berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Studi
di Rumah Sakit Umum Santo Antonius Pontianak). Jurnal Nestor Magister Hukum, 3(5),
10590.

Anda mungkin juga menyukai