Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN DAN HUKUM

KESEHATAN
Konsep dan Contoh Kasus Dilema Etik dalam Keperawatan

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Etika
Keperawatan dan Hukum Kesehatan pada Semester I TA 2023/2024 Program
Studi Sarjana Terapan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Padang

Dosen Pengampu:
Ns. Indri Ramadini, S.Kep, M.Kep

Oleh Kelompok A:

1. Aulina Putri Aprial 8. Malika Aksina Abdani


(233311298) Mundya
2. Cyinthia Faradina (233311312)
(233311303) 9. Mutiara Alkadri
3. Chairani (233311317)
(233311300) 10. Nazifah Aulia Putri
4. Dimasz Putra Onasis (233311318)
(233311304) 11. Raihan Fredella
5. Fatia Luthfiyyah Shafa (233311321)
(233311305) 12. Ria Nanda
6. .Fitri Sakinah Siregar (233311323)
(233311306) 13. Susbadila Cahyani
7. Gebiola Yumita (233311327)
(233311308)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat serta hidayah-Nyalah akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan
yang sempurna dalam mengarungi samudera kehidupan dengan penuh kesadaran
diri.
Makalah ini semata-mata disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika
Keperawatan dan Hukum Kesehatan. Di dalam makalah ini membahas tentang
konsep dan contoh kasus dilema etik dalam keperawatan. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu Kami
mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya menyempurnakan dari penyimak
makalah ini.
Kami mengucapkan terimakasih atas tugas yang telah diberikan oleh Ibu
Indri selaku dosen pada mata kuliah Etika Keperawatan dan Hukum Kesehatan
sehingga kami dapat menambah wawasan dan pengetahuan berdasarkan studi
yang diajarkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan
memberi manfaat bagi banyak pihak khususnya bagi kami sendiri para
mahasiswa Poltekkes Kemenkes Padang.

Padang, 11 Oktober 2023


Pemakalah

Kelompok A

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Pengertian Dilema Etik ............................................................................ 3
2.2 Dilema Etik yang Muncul dalam Keperawatan ....................................... 4
2.3 Klasifikasi Dilema Etik dalam Praktik Keperawatan ............................... 6
2.4 Prinsip Moral dalam Menyelesaiakan Masalah Etik ................................ 7
2.5 Model Pemecahan Masalah Dilema Etik ................................................. 8
2.6 Enam Pendekatan dalam Mengahadapi Dilema Etik ............................. 13
2.7 Hal yang Berkaitan dengan Masalah Dilema Etik ................................. 14
2.8 Contoh Kasus Dilema Etik Keperawatan ............................................... 16
2.9 Pemecahan Masalah dari Contoh Kasus di atas Berdasarkan Prinsip
Dilema Etik Keperawatan ................................................................................. 18
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 20
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 20
3.2 Saran ....................................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan adalah profesi yang berkomitmen untuk menjaga kesejahteraan


individu, baik yang sehat maupun yang sakit, dalam menjalankan aktivitas sehari-
hari. Dalam menjalankan tugasnya, perawat harus memiliki pemahaman yang kuat
tentang etika, termasuk prinsip etika dan kode etik. Pengetahuan ini sangat
penting karena nilai-nilai, keyakinan, dan filosofi individu berperan dalam
pengambilan keputusan etik.
Perawat sering dihadapkan pada dilema etik, yang bisa bersifat personal
maupun profesional. Keputusan yang harus diambil tidak selalu jelas, dan perawat
sering harus memutuskan antara berbagai prinsip etis yang saling bertentangan.
Dilema etik ini bisa menjadi lebih sulit karena terkadang tidak ada pilihan yang
benar atau salah, dan semua solusi tampak memiliki kebaikan dan keburukan.
Dalam situasi seperti ini, dampak emosional seperti marah, frustrasi, dan takut
bisa mempengaruhi pengambilan keputusan.
Selain itu, hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis lainnya
juga tidak selalu bebas dari masalah. Perawat harus menghadapi tanggung jawab
etik dan konflik yang mungkin muncul sebagai akibat dari praktik profesional
mereka. Para perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan
dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap
keputusan dan tindakan profesional yang mereka lakukan (Ismaini, 2011).
Dalam dunia keperawatan, dilema etik adalah hal yang umum. Oleh karena
itu, perawat harus memahami etika, dilema etik, dan cara-cara untuk
menyelesaikannya. Ini akan membantu mereka mengambil keputusan yang terbaik
dalam situasi yang kompleks. Dalam konteks ini, penulisan makalah tentang
dilema etik adalah langkah yang baik untuk memperluas pemahaman dan
keterampilan dalam menghadapi tantangan etik ketika bekerja di klinik atau
institusi lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

1
1. Apa pengertian dari dilema etik keperawatan?
2. Apa saja dilema etik yang muncul dalam keperawatan?
3. Bagaimana klasifikasi dilema etik dalam praktik keperawatan?
4. Apa saja prinsip moral dalam menyelesaiakan masalah etik?
5. Bagaimana langkah-langkah penyelesaian masalah atau dilema etik?
6. Bagaimana enam pendekatan dalam menghadapi dilema etik?
7. Apa saja hal-hal yang berkaitan dengan masalah etik?
8. Bagaimana contoh dari kasus dilema etik keperawatan yang terjadi?
9. Bagaimana pemecahan dari contoh kasus dilema etik yang diberikan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dilema etik keperawatan.


2. Untuk mengetahui jenis-jenis dilema etik.
3. Untuk mengklasifikasikan dilema etik.
4. Untuk mengidentifikasi prinsip moral dalam menyelesaiakan masalah
etik.
5. Untuk menguraikan langkah-langkah penyelesaian masalah etik.
6. Untuk mengulas enam pendekatan dalam menghadapi dilema etik.
7. Untuk mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan masalah etik.
8. Untuk menganalisis contoh kasus dilema etik.
9. Untuk menguraikan pemecahan dari contoh kasus dilema etik.

1.4 Manfaat

1. Pemahaman yang lebih mendalam tentang dilema etik dalam


keperawatan.
2. Memberikan panduan untuk penyelesaian dilema etik.
3. Memberikan contoh tentang bagaimana dilema etik dapat muncul dalam
praktik keperawatan dan bagaimana mereka dapat dipecahkan.
4. Meningkatkan kesadaran etik para perawat.
5. Memahami dilema etik dan prinsip-prinsip moral untuk meningkatkan
profesionalisme.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dilema Etik

a. Menurut para ahli


 Menurut Gunz dan Mc Cutcheon, dilema etik adalah situasi dimana
para pekerja professional harus memilih antara dua pilihan atau lebih
yang relevan, namun pilihan tersebut bertentangan secara arahan etika.
 Menurut Thompson, dilema etika adalah dilema dimana terdapat
alternative pilihan yang tidak memuaskan secara sebanding. Dalam
dilema etik tidak ada yang benar ataupun yang salah untuk membuat
keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang
rasional dan bukan emosional.
 Dilema etik adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang layak harus di buat (Arens dan Loebbecke,
1991: 77).
b. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)

Dilema adalah situasi sulit dimana seseorang harus menentukan pilihan


antara dua pilihan atau kemungkinan yang sama-sama tidak menguntungkan
atau tidak menyenangkan, atau juga situasi yang sulit dan membingungkan.

Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan
kondisi dimana alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik
ini, sukar untuk menentukan mana yang benar atau salah serta dapat menimbulkan
stress pada perawat karena perawat tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak
rintangan untuk melakukannya. Dilema etik bisa timbul akibat nilai-nilai perawat,
klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan
dalam mengambil keputusan. Pada saat berhadapan dengan dilema etik terdapat
juga dampak emosional seperti rasa marah, frustasi dan takut saat proses

3
pengambilan keputusan rasional yang harus dihadapi. Ini membutuhkan
kemampuan interaksi dan komunikasi yang baik dari seorang perawat.
Jadi, dilema etik dalam keperawatan adalah dilema atas tindaklan yang harus
diputuskan oleh perawat dalam mengobati, merawat, dan menangani kasus pasien
dengan tidak mengesampingkan nilai yang dipegang oleh keluarga. Contoh kasus
dilema etik: pasien terkena penyakit ganas stadium akhir dimana dia hidup
mungkin tidak sampai satu tahun lagi. Pihak keluarga melarang perawat
memberitahu si pasien, padahal si pasien berhak untuk tau.
Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etika
tersebut. Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi
dilema tersebut, yaitu:
 Mendapatkan fakta-fakta yang relevan.
 Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta.
 Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilema.
 Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema.
 Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternatif.
 Menetapkan tindakan yang tepat.

Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi


atau menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi:

 Semua orang melakukannya


 Jika legal maka disana terdapat keetisan
 Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya

2.2 Dilema Etik yang Muncul dalam Keperawatan

Dilema etik yang sering terjadi di keperawatan adalah, sebagai berikut:

1. Hubungan perawat dengan klien


a) Berkata jujur atau tidak.
Terkadang muncul masalah-masalah yang sulit untuk dikatakan kepada
klien mengingat kondisi klien. Tetapi perawat harus mampu
mengatakan kepada klien tentang masalah kesehatan klien.

4
b) Kepercayaan klien.
Rasa percaya harus dibina antara perawat dengan klien. Tujuannya
adalah untuk mempercepat proses penyembuhan klien.
c) Membagi perhatian.
Perawat juga harus memberikan perhatianya kepada klien tetapi,
perawat harus memperhatikan tingkat kebutuhan klien. Dalam keadaan
darurat harus diutamakan terlebih dahulu, tetapi tidak boleh
memandang dari segi ekonomi, sosial, suku, budaya atau agama.
d) Pemberian informasi kepada klien.
Perawat memberikan informasi kepada klien baik itu tentang kesehatan
klien, biaya pengobatan dan juga tindak lanjut pengobatan.

2. Hubungan perawat dengan dokter


a) Perbedaan pandangan dalam pemberian praktek pengobatan.
Terjadi ketidaksetujuan tentang siapa yang berhak melakukan praktik
pengobatan, apakah dokter atau perawat.
b) Konflik peran perawat.
Salah satu peran perawat adalah melakukan advokasi, membela
kepentingan pasien. Saat ini keputusan pasien dipulangkan sangat
tergantung kepada keputusan dokter. Dengan keunikan pelayanan
keperawatan, perawat berada dalam posisi untuk bisa menyatakan
kapan pasien pulang atau kapan pasien harus tetap dirawat.

3. Agama/kepercayaan.

Di rumah sakit, perawat pasti akan bertemu dengan klien yang berbeda
agama/keyakinannya. Perbedaan ini kemudian dapat mengakibatkan perawat dan
klien mempunyai cara pandang yang berbeda dalam memecahkan masalah.
Misalnya, ada seorang perempuan (non-Muslim) yang meminta perawatnya untuk
melakukan aborsi. Dalam ajaran agama perempuan tidak ada undang-undang yang
melarang aborsi. Namun di satu sisi, perawat muslim meyakini bahwa aborsi
dilarang dalam agama. Dalam hal ini perawat tentunya akan menghadapi dilema
dalam pengambilan keputusan.

5
4. Pengambilan keputusan

Dalam pengambilan keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada


pemikiran yang rasional dan bukan emosional (Lubis, 2020). Terkadang saat
berhadapan dengan kasus dilema etik timbul dampak emosional seperti rasa
marah, kecewa dan kesal, namun perawat harus bisa professional dan mampu
mengendalikan emosinya.

2.3 Klasifikasi Dilema Etik dalam Praktik Keperawatan

Setiawan (2005) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa ada lima dilema etik
yang dialami oleh perawat yang bekerja di ruang Intensive Care Unit (ICU) di
Medan, yaitu (Purba, 2009):

a) Meneruskan atau menghentikan pengobatan.


b) Siapa yang seharunya diberi ventilator.
c) Perawat ingin bertindak, tapi tindakannya melebihi wewenang.
d) Mengatakan atau tidak mengatakan yang sebenarnya.
e) Bertindak sebagai penasehat bagi pasien v.s membedakan hubungan dengan
tim kesehatan.

Gold, Chambers, dan Dvarok (1995) mengemukakan dilema dialami oleh 12


perawat yang bekerja untuk penyakit akut, jangka pa rumah dalam 4 katagori
(Purba, 2009):

 Menyimpan informasi dan memberikan perhatian (veracity, kebulatan tekad


diri)
 Keadilan dalam memberi perawatan (justice)
 Perbedaan antara bisnis, dan nilai professional (beneficence, justice)
 Aturan yang rusak, dan pelaporan aturan yang rusak (veracity, kebulatan tekad
diri).

Berdasarkan studi terdahulu, dilema etik mahasiswa perawat dalam praktik


klinik terdiri dari (Pujiastuti, 2004):

 Kewajiban professional vs. Proteksi terhadap bahaya


 Kerahasian pasien vs. Peringatan lainnya terhadap bahaya

6
 Mengatakan yang sebenarnya vs. Tidak mengatakan yang sebenarnya
 Advokosi pasien vs. Urungkan otoritas
 Konflik nilai dalam peran professional
 Keputusan untuk memperpanjang kehidupan vs. mengakhiri

2.4 Prinsip Moral dalam Menyelesaiakan Masalah Etik

a) Autonomy (Otonomi)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir


logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan
sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu
contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa
keadaanya baik padahal terdapat gangguan atau penyimpangan

b) Beneficence (Berbuat Baik)

Prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan baik dengan begitu
dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat menasehati klien
tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi
perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.

c) Justice (Keadilan)

Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja


untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas
sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang
memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-
faktor dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.

d) Non-maleficence (tidak merugikan)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya cedera fisik dan psikologis pada
klien. Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis
menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena)
membuat keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus mengistrusikan

7
pemberian transfuse darah, akhirnya transfuse darah tidak diberikan karena prinsi
beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi
nonmaleficince.

e) Veracity (Kejujuran)

Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh
seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia
klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus
akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina
hubungan saling percaya, Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak
mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit
dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada
dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya
tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk
belum memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak
mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan
intruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik
kejujuran.

f) Fidelity (Menepati janji)

Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan,


mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan.
Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan
menghargai komitmennya kepada orang lain.

g) Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.


Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan
pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan harus dihindari.

2.5 Model Pemecahan Masalah Dilema Etik

8
Kerangka pemecahan masalah dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli
dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan atau pemecahan
masalah secara ilmiah, antara lain:

1. Model pengambilan keputusan etis menurut Silva (1990)


a) Pengkajian dan pengumpulan data
- Perkembangan situasional
- Pertimbangan tim kesehatan
- Pertimbangan organisasi
b) Identifikasi masalah
- Pertimbangan etika
- Pertimbangan non-etika
c) Mempertimbangkan kemungkinan tindakan
- Pola pikir teologi
- Pola pikir deontology
d) Keputusan dan seleksi tindakan
- Kontribusi faktor-faktor interna dan kelompok
- Kontribusi pada faktor eksternal
- Kualitas keputusan dan tindakan
e) Refleksi atas keputusan dan tindakan yang diambil
- Refleksi keputusan
- Refleksi tindakan

2. Model pemecahan masalah (Megan, 1989)


a) Mengkaji situasi
b) Mendiagnosa masalah etik moral
c) Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d) Melaksanakan rencana
e) Mengevaluasi hasil

3. Kerangka pemecahan dilema etik (Kozier & Erb, 2004)


a) Mengembangkan data dasar.

Untuk melakukan ini perawat memerlukan pengumpulan informasi


sebanyak mungkin meliputi:

9
 Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana
keterlibatannya seperti klien, suami, anak, perawat, rohaniawan.
 Apa tindakan yang diusulkan. Misalnya ada seorang pasien yang
mengidap kanker payudara. Maka sebagai klien dia mempunyai
otonomi untuk membiarkan penyakit menggerogoti tubuhnya walaupun
sebenarnya bukan hal itu yang diinginkannya. Dalam hal ini, perawat
mempunyai peran dalam pemberi asuhan keperawatan, peran advokasi
(pendidik serta) sebagai konselor yaitu membela dan melindungi klien
tersebut untuk hidup dan menyelamatkan jiwa klien dari ancama
kematian.
 Apa maksud dari tindakan yang diusulkan. Dengan memberikan
pendidikan. konselor, advokasi diharapkan klien dapat menerima serta
dapat membuat keputusan yang tepat terhadap masalah yang saat ini
dihadapi.
 Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang
diusulkan. Misalnya pada kasus wanita yang mengidap kanker payudara
dan harus dilakukan pengangkatan payudara.

Bila operasi dilaksanakan:

 Membutuhkan biaya yang sangat besar


- Psikososial: pasien mewrasa bersyukur diberi umur yang panjang (bila
operasi itu lancar dan baik) namun klien juga dihadapkan pada
kecemasan akan kelanjutan hidupnya bila ternyata operasi itu gagal.
- Fisik: klien akan kehilangan salah satu payudaranya. Begitu juga
sebaliknya jika operasi tidak dilaksanakan,

b) Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut.


 Untuk memutuskan apakah tindakan dilakukan pada klien,perawat
dihadapkan pada konflik tidak menghormati otonomi klien.
 Apabila tindakan tidak di lakukan perawat dihadapkan pada konflik
seperti tidak melaksanakan sumpah profesi, tidak melaksanakan kode

10
etik profesi dan prinsip serta tidak melaksanakan perannya sebagai
pemberi dan pemberi asuhan keperawatan.
c) Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut.
 Mengusulkan dalam tim yang terlibatdalam masalah yang dihadapi
klien untuk dilakukannya tindakan atau tidak.
 Mengangkat dilema etik kepada komisi etik keperawatan yang lebih
tinggi untuk mempertimbangkan apakah dilakukan atau tidak suatu
tindakan.
d) Menetapkan siapa pembuat keputusan. Pihak-pihak yang terlibat dalam
pembuat keputusan antara lain tim kesehatan klien dan juga keluarga.
e) Mengidentifikasi kewajiban perawat.
 Menghindarkan klien dari ancaman kematian.
 Melaksanakan prinsip-prinsip kode etik keperawatan.
 Menghargai otonomi klien.
f) Membuat keputusan.
Keputusan yang diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan juga
dari pertimbangan tim kesehatan lainnya.

4. Model Murphy dan Murphy


a) Mengidentifikasi masalah kesehatan
b) Mengidentifikasi masalah etik
c) Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d) Mengidentifikasi peran perawat
e) Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan
f) Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
g) Memberi keputusan
h) Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan
falsafah umum untuk perawatan klien

11
i) Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.

5. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel (1981)


a) Mengumpulkan data yang relevan
b) Mengidentifikasi dilema
c) Memutuskan apa yang harus dilakukan
d) Melengkapi tindakan

6. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson (1981)


a) Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang
diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
b) Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi.
c) Mengidentifikasi Issue etik.
d) Menentukan posisi moral pribadi dan professional.
e) Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f) Mengidentifikasi konflik nilai yang ada.

7. Langkah penyelesaian masalah dilema etik menurut Tappen (2005)


a) Pengkajian

Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah adakah saya terlibat
langsung dalam dilema ?". perawat perlu mendengar kedua sisi dengan
menjadi pendengar yang berempati. Target tahap ini adalah terkumpulnya data
dari seluruh pengambilan keputusan dengan bantuan pertanyaan, yaitu:

 Apa yang menjadi fakta medis?


 Apa yang menjadi fakta psikososial?
 Apa yang menjadi keinginan klien?
 Apa nilai yang menjadi konflik?
b) Perencanaan

12
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat
dalam pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson and
Thomson (1985) mendaftarkan tiga hal yang sangat spesifik namun
terintegrasi dalam perencanaan, yaitu:

 Tentukan tujuan dan treatment.


 Identifikasi pembuat keputusan.
 Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi/pilihan.
c) Implementasi

Selama implementasi, klien atau keluarganya yang menjadi pengambilan


keputusan beserta anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan
yang dapat diterima dan saling menguntungkan. Harus terjadi komunikasi
terbuka dan kadang diperlukan bernegosiasi. Peran perawat selama
implementasi adalah menjaga agar komunikasi tidak memburuk, karena
dilema etis, seringkali menimbulkan efek emosional seperti rasa bersalah,
sedih berduka, marah dan emosi kuat yang lain. Pengaruh perasaan ini dapat
menyebabkan kegagalan komunikasi pada pengambilan keputusan. Perawat
harus ingat, "Saya disini untuk melakukan yang terbaik bagi klien".

d) Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah terselesainya dilema etis seperti yang


ditentukan sebagai outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan
treatment medic, dan fakta sosial dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang
situasi dan akibat treatment perlu untuk dirubah. Komunikasi diantara para
pengambil keputusan masih harus dipelihara.

2.6 Enam Pendekatan dalam Mengahadapi Dilema Etik

Enam pendekatan dapat dilakukan oleh orang yang sedang menghadapi


dilemma tersebut, yaitu:
1) Mendapatkan fakta-fakta yang relevan.
2) Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta.

13
3) Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilema.
4) Menetukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema.
5) Menentukan konsekuensi yang mungkin dari setiap alternatif.
6) Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka meminimalisasi atau
menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi:
1) Semua orang melakukannya,
2) Jika legal maka disana terdapat keetisan, dan
3) Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya.

2.7 Hal yang Berkaitan dengan Masalah Dilema Etik

Beberapa hal yang berkaitan langsung pada praktik keperawatan.


1. Konflik Etik antara Teman Sejawat
Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian
kesejahteraan pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien,
maka perawat harus mampu mengenal atau tanggap bila ada asuhan
keperawatan yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya untuk mengubah
keadaan tersebut. Kondisi inilah yang sering kali menimbulkan konflik
antara perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga terhadap teman
sejawat. Dilain pihak perawat harus menjaga nama baik antara teman
sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang melakukan pelanggaran atau
dilema etik, hal inilah yang perlu diselesaikan dengan bijaksana.

2. Mengahadapi Penolakan Pasien terhadap Tindakan Keperawatan atau


Pengobatan
Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-
bentuk pengobatan sebagai alternatif tindakan. Dan berkembangnya
teknologi yang memungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai dengan
kondisinya. Penolakan pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat
sembuh cepat, keuangan, sosial, dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan

14
dan tindakan asuhan keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak
otonomi pasien, pasien berhak memilih, menolak segala bentuk tindakan
yang mereka anggap tidak sesuai dengan dirinya, yang perlu dilakukan oleh
perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak terjadi konflik
sehingga menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.

3. Masalah antara Peran Merawat dan Mengobati


Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah
memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai faktor
sering kali peran ini menjadi kabur dengan peran mengobati. Masalah antara
peran sebagai perawat yang memberikan asuhan keperawatan dan sebagai
tenaga kesehatan yang melakukan pengobatan banyak terjadi di Indonesia,
terutama oleh perawat yang ada di daerah perifer (puskesmas) sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan bahwa pertentangan
antara pesan formal perawat dan pada kenyataan di lapangan sering timbul
dan ini bukan saja masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi
di negara-negara lain. Walaupun tidak diketahui oleh pemerintah,
pertentangan ni mempunyai implikasi besar. Antara pengetahuan perawat
yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang kurang dan juga kurang
aturan-aturan yang jelas sebagai bentuk perlindungan hukum para pelaku
asuhan keperawatan, hal ini semakin tidak jelas penyelesaiannya.

4. Berkata Jujur atau Tidak Jujur


Di dalam memberikan asuhan keperawatan langsung, sering kali perawat
tidak merasa bahwa saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang
dilakukan perawat adalah benar (jujur) sesuai kaidah asuhan keperawatan.
Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien terminal, saat perawat di
Tanya oleh pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab
“tidak apa-apa ibu/bapak, ibu/bapak akan baik, suntikan ini tidak sakit”.
Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien karena tidak mau pasiennya
sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan suntikan yang

15
diberikan, tetapi di dalam kondisi tersebut perawat telah mengalami dilemma
etik. Bila perawat berkata jujur akan membuat sedih dan menurunkan
motivasi pasien dan bila berkata tidak jujur, perawat melanggar hak pasien.

5. Tanggung Jawab terhadap Peralatan dan Barang


Dalam bahasa Indoensia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang
berarti mencuri barang-barang sepele atau kecil. Sebagai contoh: ada pasien
yang sudah meninggal dan setelah pasien meninggal ada barang-barang
berupa obat-obatan sisa yang belum dipakai pasien, perawat dengan
seenaknya membereskan obat-obatan tersebut dam memasukkan dalam
invertarisasi ruangan tanpa seizin keluarga pasien. Hal ini sering terjadi
karena perawat merasa obat-obatan tersebut tidak ada artinya bagi pasien,
memang benar tidak ada artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga
kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi ini adalah komunikasi
dan informasi yang jelas terhadap keluarga pasien dan izin dari keluarga
pasien itu merupakan hal yang sangat penting, karena walaupun bagaimana
keluarga harus tahu secara pasti untuk apa obat itu diambil.
Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang
lain bahwa mengambil barang yang seperti kejadian di atas tidak etis dan
tidak dibenarkan karena setiap tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab
terhadap peralatan dan barang di tempat kerja.

2.8 Contoh Kasus Dilema Etik Keperawatan

a. Skenario Kasus

Ibu D, berusia 45 tahun, dirawat di rumah sakit karena cedera akibat


kecelakaan kendaraan. Suaminya juga terlibat dalam kecelakaan dan meninggal
dunia di rumah sakit yang sama pada saat kecelakaan. Dokter bedah telah
memberikan instruksi kepada perawat untuk tidak memberitahu Ibu D tentang
kematian suaminya, dan perawat meminta klarifikasi kepada kepala ruangan. Ibu
D bertanya kepada perawat tentang kondisi suaminya dan merasa khawatir.

16
Selama pemberian obat kepada Ibu D, dia kembali menanyakan tentang
suaminya kepada perawat. Perawat mencoba mengalihkan perhatian Ibu D dan
memberikan obat yang diperlukan, sementara menunda memberikan informasi
tentang kematian suaminya. Kepala ruangan telah memberikan arahan yang sama
untuk tidak memberitahu Ibu D tentang kematian suaminya, dan alasan yang
diberikan adalah bahwa dokter fisik akan memberikan informasi lebih lanjut
setelah terapi berikutnya.
Dokter yang merawat suaminya di sisi lain, memiliki informasi tentang
kondisi Ibu D dan suaminya, dan dia juga mengetahui bahwa kepala ruangan telah
memberikan instruksi untuk menunda pemberitahuan kepada Ibu D. Namun, dia
belum memberikan informasi tersebut kepada pasien dan berencana untuk
memberitahukan Ibu D setelah terapi berikutnya.

b. Analisis Kasus

1) Pengkajian:
 Identifikasi pasien: Ibu D (45 tahun) dirawat di rumah sakit karena laserasi
dan fraktur multiple akibat kecelakaan kendaraan.
 Informasi kematian suami: Suaminya juga terlibat dalam kecelakaan dan
meninggal di rumah sakit yang sama.
 Dokter bedah memberikan instruksi kepada perawat untuk tidak
memberitahu Ibu D tentang kematian suaminya, dan perawat meminta
klarifikasi kepada kepala ruangan.
 Permintaan informasi: Ibu D bertanya kepada perawat tentang kondisi
suaminya dan merasa khawatir.

2) Perencanaan:
 Keputusan untuk menunda informasi: Dokter bedah telah memberikan
instruksi kepada perawat untuk tidak memberitahu Ibu D tentang kematian
suaminya. Kepala ruangan juga mendukung keputusan ini dan mengatakan
akan memberitahu Ibu D setelah terapi berikutnya.
 Alasan penundaan: Alasan yang diberikan adalah untuk menghindari
memberikan berita yang mungkin akan mengganggu Ibu D yang sedang

17
dalam perawatan medis. Dokter bedah ingin mengambil tanggung jawab
memberikan informasi tersebut.
 Mereka berencana untuk memberikan alasan bahwa dokter fisik akan
memberikan informasi lebih lanjut setelah terapi nanti.
 Mereka juga berencana untuk mencatat informasi tersebut.

3) Implementasi:
 Perawat membujuk dan menunda informasi: Perawat mencoba
mengalihkan perhatian Ibu D dari pertanyaannya tentang suaminya dan
memberikan obat yang diperlukan. Perawat berusaha untuk tidak
memberitahu Ibu D tentang kematian suaminya.
 Komunikasi dengan dokter bedah: Perawat berbicara dengan dokter bedah
untuk memastikan alasan di balik penundaan informasi.

4) Evaluasi:
 Tidak ada informasi negatif yang diberikan: Ibu D menerima obat dan
tampaknya belum mengetahui tentang kematian suaminya.
 Tidak ada reaksi negatif yang terlihat: Tidak ada reaksi emosional yang
negatif yang terlihat selama interaksi antara Ibu D dan perawat.

2.9 Pemecahan Masalah dari Contoh Kasus di atas Berdasarkan Prinsip


Dilema Etik Keperawatan

Dalam kasus ini, terdapat beberapa prinsip etika keperawatan yang dapat
diambil sebagai pedoman dalam menangani dilema etik ini:
1. Otonomi Pasien
Prinsip ini menghormati hak pasien untuk mendapatkan informasi yang
relevan tentang kesehatannya. Namun, dalam situasi ini, otonomi Ibu De
konflik dengan instruksi dokter bedah dan kepala ruangan yang mungkin
memiliki alasan tertentu untuk menunda pemberian informasi.
2. Kepentingan Terbaik Pasien
Prinsip ini menuntut bahwa keputusan yang diambil harus sejalan dengan
kepentingan terbaik pasien. Dalam hal ini, menunda informasi kepada Ibu De

18
mungkin dilakukan untuk menghindari dampak emosional yang berat yang
bisa terjadi jika dia diberi tahu dalam keadaan yang masih kritis.
3. Kewajiban Profesional
Perawat dan tenaga medis lainnya memiliki kewajiban etik untuk menjaga
kerahasiaan pasien dan mengikuti instruksi yang diberikan oleh rekan
profesional dalam rangka menjaga kebaikan pasien.
4. Keterbukaan dan Kejujuran
Prinsip ini mendukung komunikasi terbuka dan jujur dengan pasien. Namun,
dalam beberapa kasus, seperti ini, penundaan informasi mungkin diperlukan
untuk alasan yang dianggap berkepentingan terbaik bagi pasien.

Penyelesaian kasus ini dapat mencakup tindakan sebagai berikut:

 Perawat dan kepala ruangan harus menjaga komunikasi terbuka dengan dokter
bedah dan berusaha mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang alasan
di balik keputusan untuk menunda informasi kepada Ibu D.
 Jika keputusan tersebut masih dianggap benar, mereka harus memastikan
bahwa Ibu D mendapatkan informasi dengan baik setelah terapi berikutnya,
sehingga dia dapat menghadapinya dengan dukungan yang tepat.
 Dalam hal ini, tindakan yang diambil harus selalu berfokus pada kepentingan
terbaik pasien dan mempertimbangkan semua prinsip etika keperawatan.
Dengan demikian, perawat dan tim medis dapat mengatasi dilema etik ini
dengan mempertimbangkan kondisi dan kepentingan pasien sebagai prioritas
utama.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam mengeksplorasi dilema etik dalam konteks keperawatan, terdapat


berbagai jenis dilema etik yang mencakup hubungan perawat dengan klien,
hubungan perawat dengan dokter, perbedaan agama atau kepercayaan, dan
pengambilan keputusan. Penyelesaian dilema etik melibatkan berbagai model
pemecahan masalah yang melibatkan pengkajian, identifikasi masalah etik,
pertimbangan tindakan alternatif, pemilihan keputusan, dan refleksi. Prinsip-
prinsip etika keperawatan, seperti otonomi, beneficence, justice, non-maleficence,
veracity, fidelity, dan confidentiality, digunakan sebagai pedoman dalam
menghadapi dilema etik. Keseluruhan, pengambilan keputusan etis dalam
keperawatan adalah proses kompleks yang memerlukan pertimbangan cermat
terhadap berbagai aspek, termasuk data medis, nilai-nilai etika, konsekuensi
tindakan, dan peran perawat dalam merawat dan mengobati. Dalam kasus konkret,
penyelesaian dilema etik ini harus berfokus pada kepentingan terbaik pasien,
menjaga komunikasi terbuka, dan memastikan bahwa prinsip-prinsip etika
keperawatan dihormati, dengan prioritas utama adalah kesejahteraan pasien.

3.2 Saran

Kami mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang telah meluangkan
waktu untuk membaca makalah ini. Kami menyadari terdapat banyak kesalahan
atau kekeliruan dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami sebagai pemakalah
meminta akan kritik dan saran dari para pembaca demi kebaikan dalam
pembuatan makalah selanjutnya dan tentunya kami meminta maaf atas segala
kesalahan yang terdapat pada pembuatan makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A. and James K. Loebbecke. 1991. Auditing An Integrated


Approach, 6th Edition. New Jersey: Prenctice Hall Inc.

Dalami, Ermawati. 2010. Etika Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.

Kozier, B. E., G.L, Berman, A. Snyder, S. 2012. Fundamentals Of Nursing :


Concepts, Process, And Practice. Australia: Boston Pearson.

Lubis, S. C. 2020. Pengambilan Keputusan Etis Dalam Keperawatan.

Priharjo, Robert. 2008. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: EGC.

Purba , dkk. (2009). Asuhan Keperawatan pada klien dengan Masalah psikososial
dan Gangguan Jiwa. Usu Press. Medan.

Rismalinda. 2011. Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Trans Info
Media.

Silva, M. C. (1990). Ethical Decision Making in Nursing aAdministration.


Norwalk, CT: Appleton & Lange.

Thompson, J.B. and Thompson, H.O. 1981. Ethics in Nursing. New York:
Macmillan.

Wulan & Hastuti, M. 2011. Pengantar Etika Keperawatan Panduan Lengkap


Menjadi Perawat Profesional Berwawasan Etis. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai