KESEHATAN
Konsep dan Contoh Kasus Dilema Etik dalam Keperawatan
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Etika
Keperawatan dan Hukum Kesehatan pada Semester I TA 2023/2024 Program
Studi Sarjana Terapan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Padang
Dosen Pengampu:
Ns. Indri Ramadini, S.Kep, M.Kep
Oleh Kelompok A:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat serta hidayah-Nyalah akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan
yang sempurna dalam mengarungi samudera kehidupan dengan penuh kesadaran
diri.
Makalah ini semata-mata disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika
Keperawatan dan Hukum Kesehatan. Di dalam makalah ini membahas tentang
konsep dan contoh kasus dilema etik dalam keperawatan. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu Kami
mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya menyempurnakan dari penyimak
makalah ini.
Kami mengucapkan terimakasih atas tugas yang telah diberikan oleh Ibu
Indri selaku dosen pada mata kuliah Etika Keperawatan dan Hukum Kesehatan
sehingga kami dapat menambah wawasan dan pengetahuan berdasarkan studi
yang diajarkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan
memberi manfaat bagi banyak pihak khususnya bagi kami sendiri para
mahasiswa Poltekkes Kemenkes Padang.
Kelompok A
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Pengertian Dilema Etik ............................................................................ 3
2.2 Dilema Etik yang Muncul dalam Keperawatan ....................................... 4
2.3 Klasifikasi Dilema Etik dalam Praktik Keperawatan ............................... 6
2.4 Prinsip Moral dalam Menyelesaiakan Masalah Etik ................................ 7
2.5 Model Pemecahan Masalah Dilema Etik ................................................. 8
2.6 Enam Pendekatan dalam Mengahadapi Dilema Etik ............................. 13
2.7 Hal yang Berkaitan dengan Masalah Dilema Etik ................................. 14
2.8 Contoh Kasus Dilema Etik Keperawatan ............................................... 16
2.9 Pemecahan Masalah dari Contoh Kasus di atas Berdasarkan Prinsip
Dilema Etik Keperawatan ................................................................................. 18
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 20
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 20
3.2 Saran ....................................................................................................... 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1. Apa pengertian dari dilema etik keperawatan?
2. Apa saja dilema etik yang muncul dalam keperawatan?
3. Bagaimana klasifikasi dilema etik dalam praktik keperawatan?
4. Apa saja prinsip moral dalam menyelesaiakan masalah etik?
5. Bagaimana langkah-langkah penyelesaian masalah atau dilema etik?
6. Bagaimana enam pendekatan dalam menghadapi dilema etik?
7. Apa saja hal-hal yang berkaitan dengan masalah etik?
8. Bagaimana contoh dari kasus dilema etik keperawatan yang terjadi?
9. Bagaimana pemecahan dari contoh kasus dilema etik yang diberikan?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan
kondisi dimana alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik
ini, sukar untuk menentukan mana yang benar atau salah serta dapat menimbulkan
stress pada perawat karena perawat tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak
rintangan untuk melakukannya. Dilema etik bisa timbul akibat nilai-nilai perawat,
klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan
dalam mengambil keputusan. Pada saat berhadapan dengan dilema etik terdapat
juga dampak emosional seperti rasa marah, frustasi dan takut saat proses
3
pengambilan keputusan rasional yang harus dihadapi. Ini membutuhkan
kemampuan interaksi dan komunikasi yang baik dari seorang perawat.
Jadi, dilema etik dalam keperawatan adalah dilema atas tindaklan yang harus
diputuskan oleh perawat dalam mengobati, merawat, dan menangani kasus pasien
dengan tidak mengesampingkan nilai yang dipegang oleh keluarga. Contoh kasus
dilema etik: pasien terkena penyakit ganas stadium akhir dimana dia hidup
mungkin tidak sampai satu tahun lagi. Pihak keluarga melarang perawat
memberitahu si pasien, padahal si pasien berhak untuk tau.
Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etika
tersebut. Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi
dilema tersebut, yaitu:
Mendapatkan fakta-fakta yang relevan.
Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta.
Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilema.
Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema.
Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternatif.
Menetapkan tindakan yang tepat.
4
b) Kepercayaan klien.
Rasa percaya harus dibina antara perawat dengan klien. Tujuannya
adalah untuk mempercepat proses penyembuhan klien.
c) Membagi perhatian.
Perawat juga harus memberikan perhatianya kepada klien tetapi,
perawat harus memperhatikan tingkat kebutuhan klien. Dalam keadaan
darurat harus diutamakan terlebih dahulu, tetapi tidak boleh
memandang dari segi ekonomi, sosial, suku, budaya atau agama.
d) Pemberian informasi kepada klien.
Perawat memberikan informasi kepada klien baik itu tentang kesehatan
klien, biaya pengobatan dan juga tindak lanjut pengobatan.
3. Agama/kepercayaan.
Di rumah sakit, perawat pasti akan bertemu dengan klien yang berbeda
agama/keyakinannya. Perbedaan ini kemudian dapat mengakibatkan perawat dan
klien mempunyai cara pandang yang berbeda dalam memecahkan masalah.
Misalnya, ada seorang perempuan (non-Muslim) yang meminta perawatnya untuk
melakukan aborsi. Dalam ajaran agama perempuan tidak ada undang-undang yang
melarang aborsi. Namun di satu sisi, perawat muslim meyakini bahwa aborsi
dilarang dalam agama. Dalam hal ini perawat tentunya akan menghadapi dilema
dalam pengambilan keputusan.
5
4. Pengambilan keputusan
Setiawan (2005) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa ada lima dilema etik
yang dialami oleh perawat yang bekerja di ruang Intensive Care Unit (ICU) di
Medan, yaitu (Purba, 2009):
6
Mengatakan yang sebenarnya vs. Tidak mengatakan yang sebenarnya
Advokosi pasien vs. Urungkan otoritas
Konflik nilai dalam peran professional
Keputusan untuk memperpanjang kehidupan vs. mengakhiri
a) Autonomy (Otonomi)
Prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan baik dengan begitu
dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat menasehati klien
tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi
perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.
c) Justice (Keadilan)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya cedera fisik dan psikologis pada
klien. Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis
menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena)
membuat keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus mengistrusikan
7
pemberian transfuse darah, akhirnya transfuse darah tidak diberikan karena prinsi
beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi
nonmaleficince.
e) Veracity (Kejujuran)
Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh
seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia
klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus
akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina
hubungan saling percaya, Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak
mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit
dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada
dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya
tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk
belum memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak
mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan
intruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik
kejujuran.
g) Confidentiality (Kerahasiaan)
8
Kerangka pemecahan masalah dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli
dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan atau pemecahan
masalah secara ilmiah, antara lain:
9
Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana
keterlibatannya seperti klien, suami, anak, perawat, rohaniawan.
Apa tindakan yang diusulkan. Misalnya ada seorang pasien yang
mengidap kanker payudara. Maka sebagai klien dia mempunyai
otonomi untuk membiarkan penyakit menggerogoti tubuhnya walaupun
sebenarnya bukan hal itu yang diinginkannya. Dalam hal ini, perawat
mempunyai peran dalam pemberi asuhan keperawatan, peran advokasi
(pendidik serta) sebagai konselor yaitu membela dan melindungi klien
tersebut untuk hidup dan menyelamatkan jiwa klien dari ancama
kematian.
Apa maksud dari tindakan yang diusulkan. Dengan memberikan
pendidikan. konselor, advokasi diharapkan klien dapat menerima serta
dapat membuat keputusan yang tepat terhadap masalah yang saat ini
dihadapi.
Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang
diusulkan. Misalnya pada kasus wanita yang mengidap kanker payudara
dan harus dilakukan pengangkatan payudara.
10
etik profesi dan prinsip serta tidak melaksanakan perannya sebagai
pemberi dan pemberi asuhan keperawatan.
c) Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut.
Mengusulkan dalam tim yang terlibatdalam masalah yang dihadapi
klien untuk dilakukannya tindakan atau tidak.
Mengangkat dilema etik kepada komisi etik keperawatan yang lebih
tinggi untuk mempertimbangkan apakah dilakukan atau tidak suatu
tindakan.
d) Menetapkan siapa pembuat keputusan. Pihak-pihak yang terlibat dalam
pembuat keputusan antara lain tim kesehatan klien dan juga keluarga.
e) Mengidentifikasi kewajiban perawat.
Menghindarkan klien dari ancaman kematian.
Melaksanakan prinsip-prinsip kode etik keperawatan.
Menghargai otonomi klien.
f) Membuat keputusan.
Keputusan yang diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan juga
dari pertimbangan tim kesehatan lainnya.
11
i) Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.
Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah adakah saya terlibat
langsung dalam dilema ?". perawat perlu mendengar kedua sisi dengan
menjadi pendengar yang berempati. Target tahap ini adalah terkumpulnya data
dari seluruh pengambilan keputusan dengan bantuan pertanyaan, yaitu:
12
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat
dalam pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson and
Thomson (1985) mendaftarkan tiga hal yang sangat spesifik namun
terintegrasi dalam perencanaan, yaitu:
d) Evaluasi
13
3) Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilema.
4) Menetukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema.
5) Menentukan konsekuensi yang mungkin dari setiap alternatif.
6) Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka meminimalisasi atau
menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi:
1) Semua orang melakukannya,
2) Jika legal maka disana terdapat keetisan, dan
3) Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya.
14
dan tindakan asuhan keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak
otonomi pasien, pasien berhak memilih, menolak segala bentuk tindakan
yang mereka anggap tidak sesuai dengan dirinya, yang perlu dilakukan oleh
perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak terjadi konflik
sehingga menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.
15
diberikan, tetapi di dalam kondisi tersebut perawat telah mengalami dilemma
etik. Bila perawat berkata jujur akan membuat sedih dan menurunkan
motivasi pasien dan bila berkata tidak jujur, perawat melanggar hak pasien.
a. Skenario Kasus
16
Selama pemberian obat kepada Ibu D, dia kembali menanyakan tentang
suaminya kepada perawat. Perawat mencoba mengalihkan perhatian Ibu D dan
memberikan obat yang diperlukan, sementara menunda memberikan informasi
tentang kematian suaminya. Kepala ruangan telah memberikan arahan yang sama
untuk tidak memberitahu Ibu D tentang kematian suaminya, dan alasan yang
diberikan adalah bahwa dokter fisik akan memberikan informasi lebih lanjut
setelah terapi berikutnya.
Dokter yang merawat suaminya di sisi lain, memiliki informasi tentang
kondisi Ibu D dan suaminya, dan dia juga mengetahui bahwa kepala ruangan telah
memberikan instruksi untuk menunda pemberitahuan kepada Ibu D. Namun, dia
belum memberikan informasi tersebut kepada pasien dan berencana untuk
memberitahukan Ibu D setelah terapi berikutnya.
b. Analisis Kasus
1) Pengkajian:
Identifikasi pasien: Ibu D (45 tahun) dirawat di rumah sakit karena laserasi
dan fraktur multiple akibat kecelakaan kendaraan.
Informasi kematian suami: Suaminya juga terlibat dalam kecelakaan dan
meninggal di rumah sakit yang sama.
Dokter bedah memberikan instruksi kepada perawat untuk tidak
memberitahu Ibu D tentang kematian suaminya, dan perawat meminta
klarifikasi kepada kepala ruangan.
Permintaan informasi: Ibu D bertanya kepada perawat tentang kondisi
suaminya dan merasa khawatir.
2) Perencanaan:
Keputusan untuk menunda informasi: Dokter bedah telah memberikan
instruksi kepada perawat untuk tidak memberitahu Ibu D tentang kematian
suaminya. Kepala ruangan juga mendukung keputusan ini dan mengatakan
akan memberitahu Ibu D setelah terapi berikutnya.
Alasan penundaan: Alasan yang diberikan adalah untuk menghindari
memberikan berita yang mungkin akan mengganggu Ibu D yang sedang
17
dalam perawatan medis. Dokter bedah ingin mengambil tanggung jawab
memberikan informasi tersebut.
Mereka berencana untuk memberikan alasan bahwa dokter fisik akan
memberikan informasi lebih lanjut setelah terapi nanti.
Mereka juga berencana untuk mencatat informasi tersebut.
3) Implementasi:
Perawat membujuk dan menunda informasi: Perawat mencoba
mengalihkan perhatian Ibu D dari pertanyaannya tentang suaminya dan
memberikan obat yang diperlukan. Perawat berusaha untuk tidak
memberitahu Ibu D tentang kematian suaminya.
Komunikasi dengan dokter bedah: Perawat berbicara dengan dokter bedah
untuk memastikan alasan di balik penundaan informasi.
4) Evaluasi:
Tidak ada informasi negatif yang diberikan: Ibu D menerima obat dan
tampaknya belum mengetahui tentang kematian suaminya.
Tidak ada reaksi negatif yang terlihat: Tidak ada reaksi emosional yang
negatif yang terlihat selama interaksi antara Ibu D dan perawat.
Dalam kasus ini, terdapat beberapa prinsip etika keperawatan yang dapat
diambil sebagai pedoman dalam menangani dilema etik ini:
1. Otonomi Pasien
Prinsip ini menghormati hak pasien untuk mendapatkan informasi yang
relevan tentang kesehatannya. Namun, dalam situasi ini, otonomi Ibu De
konflik dengan instruksi dokter bedah dan kepala ruangan yang mungkin
memiliki alasan tertentu untuk menunda pemberian informasi.
2. Kepentingan Terbaik Pasien
Prinsip ini menuntut bahwa keputusan yang diambil harus sejalan dengan
kepentingan terbaik pasien. Dalam hal ini, menunda informasi kepada Ibu De
18
mungkin dilakukan untuk menghindari dampak emosional yang berat yang
bisa terjadi jika dia diberi tahu dalam keadaan yang masih kritis.
3. Kewajiban Profesional
Perawat dan tenaga medis lainnya memiliki kewajiban etik untuk menjaga
kerahasiaan pasien dan mengikuti instruksi yang diberikan oleh rekan
profesional dalam rangka menjaga kebaikan pasien.
4. Keterbukaan dan Kejujuran
Prinsip ini mendukung komunikasi terbuka dan jujur dengan pasien. Namun,
dalam beberapa kasus, seperti ini, penundaan informasi mungkin diperlukan
untuk alasan yang dianggap berkepentingan terbaik bagi pasien.
Perawat dan kepala ruangan harus menjaga komunikasi terbuka dengan dokter
bedah dan berusaha mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang alasan
di balik keputusan untuk menunda informasi kepada Ibu D.
Jika keputusan tersebut masih dianggap benar, mereka harus memastikan
bahwa Ibu D mendapatkan informasi dengan baik setelah terapi berikutnya,
sehingga dia dapat menghadapinya dengan dukungan yang tepat.
Dalam hal ini, tindakan yang diambil harus selalu berfokus pada kepentingan
terbaik pasien dan mempertimbangkan semua prinsip etika keperawatan.
Dengan demikian, perawat dan tim medis dapat mengatasi dilema etik ini
dengan mempertimbangkan kondisi dan kepentingan pasien sebagai prioritas
utama.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kami mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang telah meluangkan
waktu untuk membaca makalah ini. Kami menyadari terdapat banyak kesalahan
atau kekeliruan dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami sebagai pemakalah
meminta akan kritik dan saran dari para pembaca demi kebaikan dalam
pembuatan makalah selanjutnya dan tentunya kami meminta maaf atas segala
kesalahan yang terdapat pada pembuatan makalah ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
Purba , dkk. (2009). Asuhan Keperawatan pada klien dengan Masalah psikososial
dan Gangguan Jiwa. Usu Press. Medan.
Rismalinda. 2011. Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Trans Info
Media.
Thompson, J.B. and Thompson, H.O. 1981. Ethics in Nursing. New York:
Macmillan.