Dosen Pengampu :
Ns. Rafidaini Sazarni Ratiyun, S.Kep, M.Kep
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat
memberikan sebuah makalah yang berjudul “Prinsip-Prinsip Etika Keperawatan”. Tidak lupa
pula shalawat beriring salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umat manusia dari alam kebodohan menuju alam yang penuh teknologi yang telah
kita rasakan sampai pada saat ini.
Pada kesempatan kali ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu
Ns. Rafidaini Sazarni Ratiyun, S.Kep, M.Kep selaku dosen pembimbing pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan dukungan serta motivasi. Semoga
motivasi serta dukungan yang Ibu berikan dapat menjadi pahala di sisi Allah SWT.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan. Namun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dengan
kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu, penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan...........................................................................................................
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................................
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................
4.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
diri mereka sendiri, apa yang menurut pemikiran mereka adalah yang terbaik bagi dirinya,
selanjutnya kemurahan hati (Benefiecence) merupakan prinsip untuk melakukan yang baik
dan tidak merugikan/bahaya orang lain. Prinsip Veracity merupakan suatu kewajiban untuk
mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain. Prinsip
confidentiality (kerahasiaan), berarti perawat menghargai semua informasi tentang klien
merupakan hak istimewa pasien dan tidak untuk disebarkan secara tidak tepat.Fidelity /
kesetiaan, berarti perawat berkewajiban untuk setia dengan kesepakatan dan tanggung jawab
yang telah dibuat, meliputi menepati janji, menyimpan rahasia serta "Carring". Prinsip Justice
(keadilan), merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil untuk semua individu.
Semua nilai-nilai moral tersebut selalu dan harus dijalankan pada setiap pelaksanaan praktek
keperawatan dan selama berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain. Kondisi inilah
yang sering kali menimbulkan konflik dilema etik. Maka penyelesaian dari dilema etik
tersebut harus dengan cara yang bijak dan saling memuaskan baik pemberi asuhan
keperawatan (perawat), Pasien dan profesi lain (teman sejawat).
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan
David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang diharapkan dan kriteria
tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan. Dalam Oxford
Advanced Learner’s Dictionary of Curret English, AS Hornby mengartikan etika sebagai
sistem dari prinsip-prinsip moral atau aturan-aturan prilaku. Menurut definisi AARN (1996),
etika berfokus pada yang seharusnya baik salah atau benar, atau hal baik atau
buruk.Sedangkan menurut Rowson, (1992).etik adalah segala sesuatu yang
berhubungan/alasan tentang isu moral.
Moral adalah suatu kegiatan/prilaku yang mengarahkan manusia untuk memilih tindakan baik
dan buruk, dapat dikatakan etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang
dapat dipertanggung jawabkan (Degraf, 1988).Etika merupakan bagian dari filosofi yang
berhubungan dengan keputusan moral menyangkut manusia (Spike lee, 1994).Menurut
Webster’s “The discipline dealing with what is good and bad and with moral duty and
obligation, ethics offers conceptual tools to evaluate and guide moral decision making”
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan pengetahuan moral dan
susila, falsafah hidup, kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan, serta himpunan hal-hal yang
diwajibkan, larangan untuk suatu kelompok/masyarakat dan bukan merupakan hukum atau
undang-undang. Dan hal ini menegaskan bahwa moral merupakan bagian dari etik, dan etika
merupakan ilmu tentang moral sedangkan moral satu kesatuan nilai yang dipakai manusia
sebagai dasar prilakunnya.Maka etika keperawatan (nursing ethics) merupakan bentuk
ekspresi bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur
dalam kode etik keperawatan.
6
bentuk pedoman/panduan etik prilaku profesi keperawatan secara professional (Aiken,
2003).dengan tujuan utama adanya kode etik keperawatan adalah memberikan perlindungan
bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan.
Kode etik profesi disusun dan disahkan oleh organisasi profesinya sendiri yang akan
membina anggota profesinya baik secara nasional maupun internasional. (Rejeki,
2005).Konsep etik yang merupakan panduan profesi merupakan tanggung jawab dari anggota
untuk melaksanakannya.Profesi keperawatan sebagai salah satu profesi yang professional dan
mempunyai nilai-nilai/prinsip moral dalam melakukan prakteknya maka kode etik sangatlah
diperlukan. Perawat sebagai anggota profesi keperawatan hendaknya dapat menjalankan kode
etik keperawatan yang telah dibuat dengan sebaik-baiknya dengan tetap memegang teguh dan
selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral profesionalnya.(Misparsih, 2005).
Etika keperawatan memberikan keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar-benar
tepat atau bermoral. Etika keperawatan sebagai pedoman menumbuhkan tanggung jawab atau
kewajiban bagi anggotanya tentang hak-hak yang diharapkan oleh orang lain. Anggota
profesi mempunyai pengetahuan atau ketrampilan khusus yang dipergunakan untuk membuat
keputusan yang mempengaruhi orang lain.(Samporno, 2005).
Etika profesi keperawatan merupakan practice discipline dan sebagai implimentasinya
diwujudkan dalam asuhan praktek keperawatan. Perawat harus membiasakan diri untuk
sepenuhnya menerapkan kode etik yang ada sebagai gambaran tanggung jawabnya dalam
praktik keperawatan.(Priharjo, 1995).
7
2. Membantu tenaga/perawat dalam menentukan apa yang harus diperbuat dalam
menghadapi dilema etik dalam praktek keperawatan.
3. Memberikan kesempatan profesi keperawatan menjaga reputasi atau nama dan fungsi
profesi keperawatan.
4. Mencerminkan/membayangkan pengharapan moral dari komunitas.
5. Merupakan dasar untuk menjaga prilaku dan integrasi.
Sesuai tujuan tersebut diatas, perawat diberi kesempatan untuk dapat mengembangkan etika
profesi secara terus menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru dan mampu
menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat-perawat muda.Disamping maksud
tersebut, penting dalam meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat dapat
memahami dan menyenangi profesinya.
Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika profesi keperawatan
adalah, mampu:
1. Mengenal dan mengidentifikasi unsure moral dalam praktik keperawatan
2. Membentuk strategi/cara dan menganalisa masalah moral yang terjadi dalam praktik
keperawatan
3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan
pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Beberapa tujuan dan fungsi kode etik keperawatan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
fungsi kode etik keperawatan, adalah:
1) Memberikan panduan pembuatan keputusan tentang masalah etik keperawatan.
2) Dapat menghubungkan dengan nilai yang dapat diterapkan dan dipertimbangkan
3) Merupakan cara mengevaluasi diri profesi perawat
4) Menjadi landasan untuk menginisiasi umpan balik sejawat
5) Menginformasikan kepada calon perawat tentang nilai dan standar profesi keperawatan
6) Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral.
Sedangkan kode etik keperawatan di Indonesia yng dikeluarkan oleh organisasi profesi
(PPNI) telah diatur lima pokok etik, yaitu: hubungan perawat dan pasien, perawat dan
praktek, perawat dan masyarakat, perawat dan teman sejawat, perawat dan profesi. Kelima
pokok etik keperawatan yang ada merupakan bentuk kode etik yang telah mejadi panduan
dari semua perawat Indonesia untuk menjalankan profesinya.
8
2. Konsep Moral dalam praktek keperawatan
Praktek keperawatan menurut Henderson dalam bukunya tentang teori keperawatan, yaitu
segala sesuatu yang dilakukan perawat dalam mengatasi masalah keperawatan dengan
menggunakan metode ilmiah, bila membicarakan praktek keperawatan tidak lepas dari
fenomena keperawatan dan hubungan pasien dan perawat.
Fenomena keperawatan merupakan penyimpangan/tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia (bio, psiko, social dan spiritual), mulai dari tingkat individu untuk sampai pada
tingkat masyarakat yang juga tercermin pada tingkat system organ fungsional sampai
subseluler (Henderson, 1978, lih, Ann Mariner, 2003). Asuhan keperawatan merupakan
bentuk dari praktek keperawatan, dimana asuhan keperawatan merupakan proses atau
rangkaian kegiatan praktek keperawatan yang diberikan pada pasein dengan menggunakan
proses keperawatan berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etika dan etiket
keperawatan (Kozier, 1991). Asuhan keperawatan ditujukan untuk memandirikan pasien,
(Orem, 1956,lih, Ann Mariner, 2003).
Keperawatan merupakan Bentuk asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan
masyarakat berdasarkan ilmu dan seni dan menpunyai hubungan perawat dan pasien sebagai
hubungan professional (Kozier, 1991). Hubungan professional yang dimaksud adalah
hubungan terapeutik antara perawat pasien yang dilandasi oleh rasa percaya, empati, cinta,
otonomi, dan didahulu adanya kontrak yang jelas dengan tujuan membantu pasien dalam
proses penyembuhan dari sakit (Kozier,1991).
a. Prinsip-prinsip moral dalam praktek keperawatan
1. Tidak Membahayakan (Nonmaleficence)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Johnson
(1989) menyatakan bahwa prinsip tidak melukai orang lain berbeda dan lebih keras daripada
prinsip untuk berlaku baik.
Tindakan dan pengobatan harus berpedoman “primum non nocere” (yang paling utama
adalah jangan merugikan) tidak melukai,tidak menimbulkan bahaya,cidera bagi orang lain
atau klien. Prinsip tidak melukai orang lain,berbeda dan lebih keras dari pada prinsip untuk
melakukan yang terbaik. Resiko fisik,psikologis maupun sosial akibat tindakan dan
pengobatan yang akan dilakukan hendaknya seminimal mungkin.
Contoh :Bila ada klien dirawat dengan penurunan kesadaran, maka harus dipasang side driil.
9
2. Hak (Right)
Berprilaku sesuai dengan perjanjian hukum, peraturan-peraturan dan moralitas, berhubungan
dengan hukum legal.(Webster’s, 1998).Moralitas menyangkut apa yang benar dan salah pada
perbuatan, sikap, dan sifat. Tanda utama adanya masalah moral, adalah bisikan hati nurani
atau timbulnya perasaan bersalah, malu, tidak tenang, dan tidak damai dihati. Standar moral
dipengaruhi oleh ajaran, agama, tradisi, norma kelompok, atau masyarakat dimana ia
dibesarkan.
Contoh : Klien berhak untuk mengetahui informasi tentang penyakit dan segala sesuatu yang
perlu diketahuinya.
4. Otonomi ( Autonomi)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang
lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut pembedaan diri.
Salah satu contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa
keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan.
10
Contoh perawat menasehati klien tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan
secara umum, tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan risiko serangan
jantung.
4. Loyalitas
Suatu konsep yang melewati simpati, peduli, dan hubungan timbal balik terhadap pihak yang
secara profesional berhubungan dengan perawat.Loyalitas harus dipertahankan oleh setiap
perawat baik loyalitas kepada klien, teman sejawat, rumah sakit maupun profesi.
11
Kesesuaian dengan fakta dan realitas, sikap yang berhubungan denganperawt yang dapat
dilihat, yaitu: Akontabilitas, Honesty, Rationality, Inquisitiveness (ingin tahu), kegiatan yang
beruhubungan dengan sikap ini adalah: Mendokumentasikan asuhan keperawatan secara
akurat dan jujur, Mendapatkan data secara lengkap sebelum membuat suatu keputusan,
Berpartisipasi dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi masyarakat dari informasi yang
salah tentang asuhan keperawatan.
3. AESTHETICS
Kualitas obyek, kejadian, manusia yang mengarah pada pemberian kepuasan dengan prilaku/
sikap yang tunjukan dengan Appreciation, Creativity, Imagination, Sensitivity, kegiatan
perawat yang berhubungan dengan aesthetics: Berikan lingkungan yang menyenangkan bagi
klien, Ciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan bagi diri sendiri dan orang lain,
Penampilan diri yang dapat meningkatkan “image” perawat yang positif.
4. ALTRUISM
Peduli bagi kesejahteraan orang lain (keiklasan) dengan sikap yang ditunjukan yaitu: Caring,
Commitment, Compassion (kasih), Generosity (murah hati), Perseverance (tekun, tabah
(sabar), kegiatan perawat yang berhubungan dengan Altruism:Memberikan perhatian penuh
saat merawat klien, Membantu orang lain/perawat lain dalam memberikan asuhan
keperawatan bila mereka tidak dapat melakukannya, Tunjukan kepedulian terhadap isu dan
kecenderungan social yang berdampak terhadap asuhan kesehatan.
5. EQUALITY (Persamaan)
Mempunyai hak, dan status yang sama, sikap yang dapt ditunjukan oleh perawat yaitu:
Acceptance (menerima), Fairness (adil/tidak diskriminatif), Tolerance, Assertiveness,
kegiatan perawat yang berhubungan dengan equality: Memberikan nursing care berdasarkan
kebutuhan klien, tanpa membeda-bedakan klien, Berinteraksi dengan tenaga kesehatan/teman
sejawat dengan cara yang tidak diskriminatif
6. FREEDOM (Kebebasan)
Kapasitas untuk menentukan pilihan, sikap yang dapat ditunjukan oleh perawat yaitu:
Confidence, Hope, Independence, Openness, Self direction, Self Disciplin, kegiatan yang
berhubungan dengan Freedom: Hargai hak klien untuk menolak terapi, Mendukung hak
teman sejawat untuk memberikan saran perbaikan rencana asuhan keperawatan, Mendukung
diskusi terbuka bila terdapat isu controversial terkait profesi keperawatan
7. HUMAN DIGNITY (Menghargai martabat manusia)
Menghargai martabat manusia dan keunikan martabat manusia dan keunikan individu, sikap
yang dapat ditunjukan oleh perawat, yaitu: Empathy, Kindness, Respect full, Trust,
12
Consideration, kegiatan yang berhubungan dengan sikap Human dignity: Melindungi hak
individu untuk privacy, Menyapa/memperlakukan orang lain sesuai dengan keinginan mereka
untuk diperlakukan, Menjaga kerahasiaan klien dan teman sejawat.
13
2.6 Kewajiban seorang perawat
1. Mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan
2. Memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan
batas kemanfaatannya
3. Menghormati hak pasien
4. Merujuk pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang mempunyai
keahlihan atau kemampuan yang lebih kompeten, bila yang bersangkutan tidak dapat
mengatasinya.
5. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk berhubungan dengan keluarganya,
selama tidak bertentangan dengan peraturan atau standar profesi yang ada.
6. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing selama tidak mengganggu pasien yang
lainnya.
7. Berkolaborasi dengan tenaga medis (dokter) atau tenaga kesehatan lainnya dalam
memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada pasien
8. Memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien dan atau keluargannya sesuai dengan batas kemampuaannya
9. Mendokumentasikan asuhan keperawatan secara akurat dan berkesinambungan
10. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dn tehnologi keperawatan atau kesehatan
secara terus menerus
11. Melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas
kewenangannya
12. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, kesuali jika dimintai
keterangan oleh pihak yang berwenang.
13. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat sebelumnya
terhadap institusi tempat bekerja.
14
pasien untuk menolak pengobatan merupakan aspek dari penentuan diri sendiri. Hal-hal
inilah yang perlu dihargai dan diperhatikan oleh profesi keperawat dalam menjalankan
kewajibannya.
Tetapi dilain pihak, seorang individu yang mengalami sakit sering tidak mampu untuk
menyatakan hak-haknya, karena menyatakan hak memerlukan energi dan kesadaran diri yang
baik sedangkan dalam kondisi sakit seseorang mengalami kelemahan atau terikat dengan
penyakitnya dan dalam kondisi inilah sering individu tidak menyadari akan haknya, disinilah
peran seoran professional perawat.
Oleh karena itu sebagai perawat professional harus menganal hak-hak pasien, menurut Annas
dan Healy, 1974, hak-hak pasien adalah sebagai berikut:
1. Hak untuk kebenaran secara menyeluruh
2. Hak untuk mendapatkan privasi dan martabat yang mandiri
3. Hak untuk memelihara penentuan diri dalam berpartisipasi dalam keputusan
sehubungan dengan kesehatan seseorang.
4. Hak untuk memperoleh catatan medis, baik selama maupun sesudah dirawat di
Rumah Sakit.
Sedangkan pernyataan hak pasien (Patient’s Bill of Right) yang diterbitkan oleh “The
American Hospital Association” 1973, meliputi beberapa hal, yang dimaksudkan
memberikan upaya peningkatan hak pasien yang dirawat dan dapat menjelaskan kepada
pasien sebelum pasien dirawat.
Adapun hak-hak pasien, adalah sebagai beriku, pasien mempunyai hak:
1. Mempertahankan dan mempertimbangkan serta mendapatkan asuhan keperawatan
dengan penuh perhatian
2. Memperoleh informasi terbaru, lengkap mengenai diagnosa, pengobatan dan program
rehabilitasi dari tim medis, dan informasi seharusnya dibuat untuk orang yang tepat
mewakili pasien, karena pasien mempunyai hak untuk mengetahui dari yang
bertanggung jawab dan mengkoordinir asuhan keperawatannya.
3. Menerima informasi penting untuk memberikan persetujuan sebelum memulai sesuatu
prosedur atau pengobatan kecuali dalam keadaan darurat, mencakup beberapa hal
penting, yaitu; lamanya ketidakmampuan, alternatif-alternatif tindakan lain dan siapa
yang akan melakukan tindakan
4. Menolak pengobatan sejauh yang diijinkan hukum dan diinformasikan tentang
kosekwensi dari tindakan tersebut.
15
5. Setiap melakukan tindakan selalu mempertimbangkan privasinya termasuk asuhan
keperawatan, pengobatan, diskusi kasus, pemeriksaan dan tindakan, dan selalu dijaga
kerahasiaannya dan dilakukan dengan hati-hati, siapapun yang tidak terlibat langsung
asuhan keperawatan dan pengobatan pasien harus mendapatkan ijin dari pasien.
6. Mengharapkan bahwa semua komunikasi dan catatan mengenai asuhan keperawatan
dan pengobatannya harus diperlakukan secara rahasia.
7. Pasien mempunyai hak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ke tempat lain yang
lebih lengkap dan memperoleh informasi yang lengkap tentang alasan rujukan
tersebut, dan Rumah Sakit yang ditunjuk dapat menerimannya.
8. Memperoleh informasi tentang hubungan Rumah Sakit dengan instansi lainnya,
seperti pendidikan dan atau instansi terkait lainnya sehubungan dengan asuhan yang
diterimannya, Contoh: hubungan individu yang merawatnya, nama perawat dan
sebaginnya.
9. Diberikan penasehat/pendamping apabila Rumah Sakit mengajukan untuk terlibat
atau berperan dalam eksperimen manusiawi yang mempengaruhi asuhan atau
pengobatannya. Pasien mempunyai hak untuk menolak berpartisipasi dalam proyek
riset/penelitian tersebut.
10. Mengharapkan asuhan berkelanjutan yang dapat diterima. Pasien mempunyai hak
untuk mengetahui lebih jauh waktu perjanjian dengan dokter yang ada. Pasien
mempunyai hak untuk mengharapkan Rumah Sakit menyediakan mekanisme
sehingga ia mendapat informasi dari dokter atau staff yang didelegasikan oleh dokter
tentang kesehatan pasien selanjutnya.
11. Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus diikutinya sebagai
pasien
12. Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus diikutinya.
16
juridis, dana/keuangan, pekerjaan/posisi pasien maupun perawat, kode etik keperawatan dan
hak-hak pasien.
1. Faktor agama dan adat istiadat.
Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam membuat keputusan
etis. Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini maupun kaidah
agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan proses. Semakin tua dan
semakin banyak pengalaman belajar, seseorang akan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai-
nilai yang dimilikinya.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk dengan berbagai
agama/kepercayaan dan adat istiadat. Setiap penduduk yang menjadi warga negara Indonesia
harus beragama/berkeyakinan. Ini sesuai dengan sila pertama Pancasila : Ketuhanan Yang
Maha Esa, dimana di Indonesia menjadikan aspek ketuhanan sebagai dasar paling utama.
Setiap warga negara diberi kebebasan untuk memilih kepercayaan yang dianutnya.
2. Faktor sosial.
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini antara lain
meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum, dan peraturan
perundang-undangan.
Perkembangan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem kesehatan nasional.
Pelayanan kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis lambat laun menjadi
pelayanan komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.
17
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan sosial atau
legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi perubahan tersebut.
Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang yang bertindak tidak
sesuai hukum dapat menimbulkan konflik.
Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika kesehatan
sedang menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang
ilmu, dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk menyempurnakan perundang-
undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan permasalahan hukum kesehatan.
5. Faktor dana/keuangan.
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan konflik.
Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak berupaya dengan
mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah.
6. Faktor pekerjaan.
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu keputusan.
Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus diselesaikan
dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang mengutamakan kepentingan pribadi
sering mendapat sorotan sebagai perawat pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia
mendapatkan sanksi administrasi atau mungkin kehilangan pekerjaan.
18
Perilaku yang diharapkan masyarakat atau merupakan standar prilaku/prilaku yang harus
diperhatikan seseorang menjadi anggota kelompok/masyarakat dimana ia berada.atau nilai
yang menjadi pegangan bagi seseorang suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
5. Kode etik
Kaedah utama yang menjaga terjalinnya interaksi pemberi dan penerima jasa profesi yang
wajar,jujur,adil dan terhormat.
6. Profesional
Seseorang yang memiliki kompetensi dalam suatu pekerjaan tertentu.
7. Profesionalisme
karakter,spirit/metoda profesional,mencakup pendidikan dan kegiatan berbagai kelompok
yang anggotanya berkeinginan jd professional.
8. Profesionalisme
Merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi/mengubah karakteristik kearah
profesi.
9. Hukum
Peraturan perundang-undangan yang di buat oleh suatu kekuasaan dalam mengatur pergaulan
hidup dalam masyarakat.
19
Perlu Dibuat Payung Hukum Bagi Profesi Perawat Kesehatan sebagai salah satu kebutuhan
pokok manusia selain sandang, pangan, papan, dan pendidikan, perlu diatur dengan berbagai
piranti hukum sebab pengembangan di bidang kesehatan diperlukan tiga faktor:
1. Perlunya perawatan kesehatan diatur dengan langkah-langkah tindakan kongkrit dari
pemerintah.
2. Perlunya pengaturan hukum dilingkungan sistem perawatan kesehatan.
3. Perlunya kejelasan yang membatasi antara perawatan kesehatan dengan tindakan tertentu.
Ketiga faktor tersebut memerlukan piranti hukum untuk melindungi pemberi dan penerima
jasa kesehatan agar ada kepastian hukum dalam melaksanakan tugas profesinya. Dalam
pelayanan kesehatan (yan-kes). Pada dasarnya merupakan hubungan “unik” karena hubungan
tersebut bersifat interpersonal, oleh karena itu tidak saja diatur oleh hukum tetapi juga oleh
etika dan moral.
20
4 : Ketentuan mengenai standar profesi & hak-hak pasien sebagaimana dimaksud dlm ayat 2
ditetapkan dgn peraturan pemerintah.
4. Pasal 54, ayat 1,2
1 : Thdp tenaga kes yg mlkkn kesalahan atau kelalaian dlm melaksanakan profesinya dpt
dikenakan tindakan disiplin.
2 : Penentuan ada tdknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud pd ayat 1
ditentukan oleh Majlis disiplin tenaga kesehatan
5. Pasal 55, ayat 1,2
1 : Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yg dilakukan oleh
tenaga kesehatan
2 : Ganti rugi sebagaimana dimaksud dlm ayat 1 dilaksanakan sesuai dgn peraturan
perundang-undangan yg berlaku.
6. Pasal 73
Pemerintah melakukan pembinaan terhadap semua kegiatan yg berkaitan dgn
penyelenggaraan upaya kesehatan.
7. Pasal 77
Pemerintah berwenang mengambil tindakan administratif terhadap tenaga kesehatan &/ atau
sarana kesehatan yg melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini.
Implikasi UU RI No. 23/TH 1992 Tentang Kesehatan :
1. Keperawatan dapat menyembuhkan penyakit & memulihkan kesehatan
2. Kepeperawatan diakui sebagai ilmu pengetahuan
3. Perlu aplikasi standar profesi bagi perawat
4. Perlu aplikasi ada pengaturan tentang kewenangan perawat
5. Hak-hak klien hrs dihormati & selalu menjadi fokus perhatian setiap perawat
21
2. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )
a. Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin
meliputi :
1) Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
2) Apa tindakan yang diusulkan
3) Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
4) Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan
yang tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
3. Murphy dan Murphy
a.Mengidentifikasi masalah kesehatan
b.Mengidentifikasi masalah etik
c.Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d.Mengidentifikasi peran perawat
e.Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
f.Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
g.Memberi keputusan
h.Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum
untuk perawatan klien
i.Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi
tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
Contoh: Banyak perawat merasa tidak mampu ketika menghadapi dilema etik terkait asuhan
pasien. Perasaan ini dapat terjadi akibat perawat tidak terbiasa dengan tekhnik penyelesaian
masalah yang sistematik untuk dilema etik. Perawat dapat mengembangkan keterampilan
penyelesaian masalah yang perlu untuk mengambil keputusan etik ketika mereka belajar dan
berlatih dan menggunakan proses penyelesaian etik. Penyelesaian tersebut dapat bagi perawat
untuk menjawab pertanyaan penting tentang dilema dan untuk mengarahkan pikiran mereka
untuk berpikir lebih logis dan bersikap benar berdasarkan proses keperawatan.
22
BAB III
ANALISA KASUS
3.1 Kasus
Seorang ibu hamil 23 minggu, mengalami eklampsia, dan dr menyarankan untuk
terminasi kehamilan, ibu menolak, sedangkan suami setuju, bagaimana pandangan
saudara tentang kasus diatas
1. Otonomi ( Autonomi)
2. Beneficence (Berbuat Baik)
3. Non malficience (tidak merugikan)
4. Justice (Bersikap Adil)
5. Veracity (Jujur)
6. Fidelity ( Selalu Menepati Janji)
7. Cinfidentiality (Kerahasiaan)
8. Accountability (Akuntabilitas)
23
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 140/90 MmHg atau lebih dengan
posisi pengukuran tekanan darah pada ibu baik duduk maupun telentang. Protein Uria
0,3 gr/lt atau +1/+2. Edema pada ekstermitas dan muka serta diikuti kenaikan berat
badan > 1 Kg/per minggu.
2) Preeklampsia Berat
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 160/110 MmHg atau lebih. Protein
Uria 5 gr/lt atau lebih, terdapat oliguria ( Jumlah urine kuran dari 500 cc per 2 jam)
serta adanya edema pada paru serta cyanosis. Adanya gangguan serebral, gangguan
visus dan rasa nyeri pada epigastrium.
3) Etiologi
Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum diketahui secara
pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali dengan adanya kelainan pada
plasenta, yaitu organ yang berfungsi menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi
selama masih di dalam kandungan.diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada
wanita dengan kehamilan normal (POGI, 2016).
4)Manifestasi Klinis
Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus meningkat,
peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg atau lebih atau sering ditemukan
nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain
hipertensi, tanda klinis dan
gejala lainnya dari preeklamsia adalah :
1) Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik
pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama.
2) Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter.
3) Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
4) Edema Paru.
5) Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
6) Oligohidramnion
5) Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai dengan retensi air
dan garam. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada
beberapa kasus, lumen aretriola sedemikan sempitnya sehingga nyata dilalui oleh satu
sel darah merah. Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh mengalami spasme maka
tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasai kenaikan tekanan perifer
agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema
yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial
belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerolus.
6) Komplikasi
Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan janin, namun
beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun janin adalah sebagai
berikut (Marianti, 2017) :
1) Bagi Ibu
a. Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count),
24
adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver, dan rendahnya
jumlah trombosit.
b. Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang ditandai dengan
kejang-kejang.
c. Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan dengan fungsi
jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika mempunyai riwayat preeklamsia.
d. Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ seperti,
paru, ginjal, dan hati.
e. Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa perdarahan
karena kurangnya protein yang diperlukan untuk pembekuan darah, atau sebaliknya,
terjadi penggumpalan darah yang menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.
f. Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran dapat
mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta, yang akan membahayakan
keselamatan wanita hamil dan janin. Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan
pecahnya pembuluh darah otak akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut.
Ketika seseorang mengalami perdarahan di otak, sel-sel otak akan mengalami
kerusakan karena adanya penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena tidak
mendapatkan pasokan oksigen akibat terputusnya aliran darah, kondisi inilah yang
menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.
2) Bagi Janin
a. Prematuritas.
b. Kematian Janin.
c. Terhambatnya pertumbuhan janin.
d. Asfiksia Neonatorum.
7) Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada preeklampsia adalah
sebagai berikut (Abiee, 2012) :
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita
hamil adalah 12-14 gr %)
b) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol %).
c) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).
b. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
25
f) Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl)
2) Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat,
aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.
Jika tidak diobati, preeklampsia bisa berlanjut menjadi eklampsia yang berbahaya.
Ketika sudah mengalami eklampsia, Bumil dapat mengalami tanda dan gejala
preeklampsia ditambah dengan gejala berikut:
- Kejang
- Kebingungan
- Gelisah
- Penurunan kesadaran atau koma
- Sesak napas
- Pusing dan sakit kepala
- Nyeri perut
- Apabila Bumil mengalami gejala preeklampsia ataupun eklampsia, segeralah ke
dokter atau IGD rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
26
e. Bagaiamana Cara Mengobati Eklampsia?
Eklampsia merupakan kondisi gawat darurat pada ibu hamil yang perlu segera
ditangani. Apabila eklampsia tidak segera ditangani, kondisi ini berisiko tinggi
menimbulkan komplikasi berbahaya, yaitu:
Beberapa jenis obat yang biasanya akan diberikan oleh dokter untuk mengatasi
eklampsia antara lain magnesium sulfat, obat antikonvulsan, obat penurun tekanan
darah, dan kortikosteroid. Jika eklampsia menyebabkan ibu hamil tidak bisa bernapas,
dokter juga mungkin akan memberikan bantuan pernapasan melalui intubasi.
Preeklampsia dan eklampsia memang tidak dapat dicegah sepenuhnya. Namun, risiko
terjadinya eklampsia bisa dikurangi dengan cara rutin memeriksakan kondisi
kehamilan ke dokter kandungan. Dengan begitu, preeklampsia bisa terdeteksi sejak
dini sehingga tidak berlanjut menjadi eklampsia.
27
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
pelayanan/asuhan keperawatan yang diberikan.Oleh sebab itu pemberian pelayanan/asuhan
keperawatan harus berdasarkan pada landasan hukum dan etika keperawatan. Standar asuhan
perawatan di Indonesia sangat diperlukan untuk melaksanakan praktek keperawatan,
sedangkan etika keperawatan telah diatur oleh organisasi profesi, hanya saja kode etik yang
dibuat masih sulit dilaksanakan dilapangan karena bentuk kode etik yang ada masih belum
dijabarkan secara terinci dan lengkap dalam bentuk petunjuk tehnisnya.
Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang dapat dipertanggung
jawabkan, etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang salah dan didalam etik terdapat
nilai-nilai moral yang merupakan dasar dari prilaku manusia (niat).Prinsip-prinsip moral telah
banyak diuraikan dalam teori termasuk didalamnya bagaimana nilai-nilai moral di dalam
profesi keperawatan.Penerapan nilai moral professional sangat penting dan sesuatu yang
tidak boleh ditawar lagi dan harus dilaksanakan dalam praktek keperawatan.
Setiap manusia mempunyai hak dasar dan hak untuk berkembang, demikian juga bagi pasien
sebagai penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama walaupun sedang dalam
kondisi sakit. Demikian juga perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan mempunyai hak
dan kewajiban masing-masing.Kedua-duannya mempunyai hak dan kewajiban sesuai
posisinya.Disinilah sering terjadi dilema etik, dilema etik merupakan bentuk konflik yang
terjadi disebabkan oleh beberapa factor, baik faktor internal dan faktor eksternal, disamping
itu karena adanya interaksi atau hubungan yang saling membutuhkan. Oleh sebab itu dilema
etik harus diselesaikan baik pada tingkat individu dan institusi serta organisasi profesi dengan
penuh tanggung jawab dan tuntas
4.2 Saran
1. Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur dan sebagai bentuk
pelindungan hukum baik pemberi dan penerima praktik keperawatan
28
3. Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung dengan adanya perangkat-
perangkat aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan secara baik dilapangan.
4. Sebagai seorang mahasiswa, khususnya mahasiswa fakultas keperawatan kita harus
mengetahui dengan pasti segala bentuk etika maupun isu etik keperawatan; dan
makalah ini merupakan salah satu bagian pembelajaran yang sesuai.
29
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/531964358/Kelompok-1-makalah-prinsip-etik-
keperawatan
https://www.alodokter.com/eklampsia-menyebabkan-kejang-pada-ibu-hamil
Abiee. (2012). Askep Maternitas. Retrieved from
https://galeriabiee.wordpress.com/kumpulan-askep/askep-maternitas/asuhan-
keperawatan-pada-pasien-dengan-preeklampsia/
Agustina, L. (2018). Asuhan Keperawatan Ny.M Post SC Indikasi PEB Di RSUD
Bangil Pasuruan. Retrieved from
https://repository.kertacendekia.ac.id/media/298882-asuhan-keperawatan-
pada-ny-m-dengan-diag-9eacec69.pdf.
Andriyani, R. (2012). Faktor Risiko Kejadian Pre-Eklampsia di RSUD Arifin
Achmad. Jurnal Kesehatan Komunitas.
https://doi.org/10.25311/jkk.vol2.iss1.38
Winancy, W. (2019). Penkes Preeklampsi untuk pengetahuan Ibu Hamil dalam
menghadapi komplikasi. Jurnal Bidan Cerdas (JBC).
https://doi.org/10.33860/jbc.v2i1.149
30