Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ETIKA KEPERAWATAN DAN HUKUM KESEHATAN


KONSEP ETIK KEPERAWATAN

Dosen Pengampu :

Ns. Idrawati Bahar, S.Kep.M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 5 Ners 1B:

1. Azra Maitul Afkar (223310967)


2. Delfi Yana (223310968)
3. Dinda Putri Azura (213310721)
4. Fanny Amelia Putri (223310971)
5. Fitrah Indah Lestari (223310973)
6. Isnaini Khairinnisa (223310976)
7. Pahlevy Fadhil Bayaqu (223310987)

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Etik dalam
Keperawatan”. Tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas dari Ibu. Makalah ini diharapkan
dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta bagi kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Indrawati Bahar, S.Kep.M.Kep, pada
mata kuliah Etika Keperawatan dan Hukum Kesehatan yang sudah mempercayakan tugas ini
kepada kami, sehingga sangat membantu kami untuk memperdalam pengetahuan pada mata
kuliah yang sedang ditekuni.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi pengetahuannya
kepada kami, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak ada gading yang tak
retak, penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan dari makalah ini.

Padang, 16 Januari 2023


Penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan Khusus ............................................................................................................ 1

D. Tujuan Umum ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3


A. Nilai-nilai Etik dalam Keperawatan ............................................................................ 3
B. Prinsip-prinsip Etik dalam Keperawatan ................................................................... 6

BAB II PENUTUP ........................................................................................................ 13


A. Kesimpulan ................................................................................................................ 13

B. Saran .......................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika Keperawatan adalah Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari
kebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Praktek keperawatan sebagai suatu pelayanan
profesional diberikan berdasarkan ilmu pengetahuan, menggunakan metodologi keperawatan dan
dilandasi kode etik keperawatan. Kode etik keperawatan mengatur hubungan antara perawat dan
pasien, perawat terhadap petugas, perawat terhadap sesama anggota tim kesehatan, perawat
terhadap profesi dan perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air.
Pada hakikatnya keperawatan sebagai profesi senantiasa mangabdi kepada kemanusiaan,
mendahulukan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi, bentuk pelayanannya bersifat
humanistik, menggunakan pendekatan secara holistik, dilaksanakan berdasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan serta menggunakan kode etik sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan. Dengan memahami konsep etik, setiap perawat akan
memperoleh arahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan tanggung jawab
moralnya dan tidak akan membuat keputusan secara sembarangan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah yaitu :
1. Apa saja nilai- nilai etik dalam keperawatan?
2. Apa saja prinsip- prinsip etik dalam keperawatan?

C. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui nilai-nilai etik dalam keperawatan.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip etik dalam keperawatan.

1
D. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah imi adalah untuk mengetahui dan mempelajari
Konsep Etika Keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Nilai - nilai Etik dalam Keperawatan

1. Pengertian
Nilai (values) adalah suan keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu
standar atau pegangan yang mengarah pada sikap perilaku seseorang. Nilai menggambarkan
cita-cita dan harapan- harapan ideal dalam praktik keperawatan. Sistem nilai dalam suatu
organisasi adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai
perilaku personal.

2. Nilai-Nilai Esensial Dalam Profesi


Pada tahun 1985, "The American Association Colleges of Nursing" melaksanakan
suatu proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai esensial dalam praktek
keperawatan profesional. Perkumpulan ini mengidentifikasikan 7 nilai-nilai esensial dalam
kehidupan profesional, yaitu:
 Aesthetics (keindahan): Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang
memberikan kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan
kepedulian Estetika secara sederhana adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana
ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut
mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang
kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Keperawatan sebagai
salah satu konsep ilmu pelayanan jasa diharapkan mempunyai standar estetika dalam
pelayanannya. Konsep nilai estetika mungkin berada dalam tanah aktualisasi dir dalam
penerapannya. (Moslow), jadi dengan kata lain, untuk menerapkan konsep estetika dalam
keperawatan, dibutuhkan seseorang yang sudah mempunyai pemikiran dan kualitas
sebagai orang yang sudah dalam tahapan aktualisasi diri.
 Altruism (mengutamakan orang lain): Kesediaan memperhatikan kesejahteraan ng lain
termasuk keperawatan, komitmen, arahan, kedermawanan atan kemarahan hati serta
ketekunan.

3
 Equality (kesetaraan): Mermiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan
sikap asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi
 Freedom (Kebebasan): memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri,
harapan, disiplin serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
 Human dignity (Martabat manusia): Berhubungan dengan penghargaan yang lekat
terhadap martabat manusia sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan.
kebaikan, pertimbangan dan penghargaan penuh atas kepercayaan.
 Justice (Keadilan): Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk
objektifitas, moralmas, integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran
 Truth (Kebenaran) Menerima kenyataan dan realita, termasuk akontabilitaskejujuran,
keunikan dan reflektifitas yang nasional.

3. Pengembangan dan Transmisi Nilai-Nilai


Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan
berkembang melalui informasi, lingkungam keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan
hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menentukan tentang nilai-nilai mana yang
benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat
sergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai
tersebut diambil dengan berbagai cara antara lain:

 Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk
melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat
lingkungannya dimana dia bergaul
 Moralitas diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya bekerja
dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk
mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda
 Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat
tergantung pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang dan memilih serta
mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut ke mereka sendiri. Hal ini lebih
sering disebabkan karena kurangnya pendekatan. atau tidak adanya bimbingan atau

4
pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi individu
tersebut
 Penghargaan dan Sanksi; Perlakuan yang biasa diterima seperti: mendapatkan
penghargaan bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat sanksi
atau hukuman bila menunjukkan perilaku yang tidak baik
 Tanggung jawab untuk memilih adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai
tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi Disamping itu, adanya
dukungan dan bimbingan dari seseorang yang akan menyempurnakan perkembangan
sistem nilai dirinya sendiri.

4. Klarifikasi Nilai-Nilai (Values)


Klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana seseorang dapat mengerti
sistem nilai- nilai yang melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan proses yang
memungkinkan seseorang menemukan sistem perilakunya sendiri melalui perasaan dan
analisis yang dipilihnya dan muncul alternatif-alternatif. apakah pilihan pilihan ini yang
sudah dianalisis secara rasional atau merupakan hasil dari suatu kondisi sebelumnya
(Steele&Harmon, 1983). Klarifikasi nilai-nilai mempunyai manfaat yang sangat besar
didalam aplikasi keperawatan dan kebidanan. Ada tiga fase dalam klarifikasi nilai-nilai
individu yang perlu dipahami oleh perawat dan bidan.
 Pilihan:
1. Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan bagi setiap individu
2. Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada perbedaan-perbedaan, astihan yang
diberikan bukan hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya perlakuan yang
diberikan mempertimbangkan sebagaimana kita ingin diperlakukan.
3. Keyakinan bahwa penghormatan terhadap martabat seseorang akan merupakan
konsekuensi terbaik bagi semua masyarakat.
 Penghargaan:
1. Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan merasa senang bila
mengetahui bahwa asuhan yang anda berikan dihargai pasen atau klien serta sejawat) atau
supervisor memberikan pujian atas keterampilan hubungan interpersonal yang dilakukan

5
2. Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut hila ada seseorang yang tidak bersedia
memperhatikan martabat manusia sebagaimana mestinya.
 Tindakan:
1. nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari
2. Upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam kehidupan pribadi
dan profesional, sehingga timbul rasa sensitif atas tindakan yang dilakukan. Semakin
disadari nilai-nilai profesional maka semakin timbul nilai- nilai moral yang dilakukan
serta selalu konsisten untuk mempertahankannya. Bila dibicarakan dengan sejawat atau
pasen dan ternyata tidak sejalan, maka seseorang merasa terjadi sesuatu yang kontradiktif
dengan prinsip-prinsip yang dianutnya yaitu, penghargaan terhadap martabat manusia
yang tidak terakomodasi dan sangat mungkin kita tidak lagi merasa nyaman. Oleh karena
itu, klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana kita perlu meningkatkan serta
konsisten bahwa keputusan yang diambil secara khusus dalam kehidupan ini untuk
menghormati martabat manusia. Hal ini merupakan nilai-nilai positif yang sangat
berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dalam masyarakat luas.

B. Prinsip- prinsip Etik dalam Keperawatan

Etik adalah sistem nilai pribadi yang digunakan untuk memutuskan apa yang benar atau
apa yang paling tepat, memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang ada dalam
organisasi dan diri pribadi. Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar atau salah dan
tindakan apa yang akan dilakukan. Penerapan prinsip etik penting untuk dilakukan agar tidak
menimbulkan kerugian bagi pasien yang dapat menyebabkan injury atau bahaya fisik, bahaya
emosional seperti perasaan ketidakpuasan, kecacatan bahkan kematian dan akhirnya tujuan
pelayanan yang berupa patient safety tidak akan pernah terwujud.Perawat sebagai tenaga
kesehatan yang 24 jam berada di samping pasien dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan
harus memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan senantiasa menjunjung kode etik
keperawatan serta menerapkan prinsip-prinsip etik keperawatan selama memberikan pelayanan.

Prinsip Kode Etik Keperawatan

6
Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan martabat manusia, tidak akan
pernah berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang pendidikan maupun pekerjaan
Juga dalam hak-haknya memperoleh pelayanan kesehatan.

Apabila menghadapi suatu situasi yang melibatkan keputusan yang bersifat etis dan
moralitas, perawat hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri:

1. Bagaimana pengaruh tindakan saya kepada pasien?


2. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap atasan dan orang-orang yang bekerja sama
dengan saya?
3. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap diri saya sendiri?
4. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap profesi?

Bila jawaban atas pertanyaan di atas positif berdasarkan ukuran yang seharusnya, perilaku
yang ditampilkan akan berkenan dan sesuai dengan hak-hak pasien, dan haknya sendiri untk
mempertahankan kewibawaan.

Fungsi Kode Etik menurut Hipocrates:

1. Menghindari ketegangan antar manusia.


2. Memperbaiki status kepribadian
3. Menopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan.

Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik keperawatan
menurut Kozier & Erb (1990):

1. Etika akan menunjukkan standar profesi untuk kegiatan keperawatan. Standar ini akan
melindungi perawat dan pasien.
2. Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik professional, memperbaiki, dan
memelihara standar tersebut.
3. Kode etik adalah pedoman resmi untuk tindakan professional, akan diikuti orang-orang
dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai pribadi bagi anggota professional.

7
4. Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat keputusan
dalam situasi keperawatan.

Jadi, kode etik mengimbau perawat tentang hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan. Sebetulnya bukan soal paksaan, semuanya bergantung pada perawat sendiri. Perawat
bebas mendengarkan kata hatinya bila telah menerima nilai yang baik, kata hati akan
menuntunnya, dan akan tertanam nilai moral.

Prinsip moral mempunyai peran yang penting dalam menentukan perilaku yang etis dalam
pemecahan masalah etik. Prinsip moral merupakan standar umum dalam melakukan sesuatu
sehingga membentuk suatu sistem etik. Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik
apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan, atau diizinkan dalam suatu keadaan.Terdapat tiga
prinsip moral, yaitu autonomy, non-maleficience, dan justice (Johnstone, 1989).

Prinsip-Prinsip Etik Yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Perawat, Meliputi:

a. Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Prinsip otonomi didasarkan pada
keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan
bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai
hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya. Contoh yang tidak
memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat
gangguan atau penyimpangan.

b. Berbuat baik (Beneficience)

8
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

Contoh perawat menasehati klien tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan
secara umum, tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan risiko serangan
jantung.

c. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga
klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-
faktor dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.

d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Non-maleficience berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/cedera bagi


orang lain. Johnson (1989) menyatakan bahwa prinsip untuk tidak melukai orang lain berbeda
dan dan lebih keras daripada prinsip untuk melakukan yang baik.

Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang
lain. Contoh: seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa pemberian transfusi darah
bertentangan dengan keyakinannya, mengalami pendarahan hebat akibat penyakit hati yang
kronis. Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah memberikan pernyataan tertulis
kepada dokter bahwa ia tidak mau dilakukan transfusi darah.. Pada suatu saat, ketika kondisi
klien bertambah buruk dan terjadi pendarahan hebat, dokter seharusnya menginstruksikan untuk
memberikan transfusi darah. Dalam hal ini, akhirnya transfusi darah tidak diberikan karena

9
prinsip beneficience, walaupun sebenarnya pada saat yang bersamaan terjadi penyalahgunaan
prinsip maleficience.

e. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti Non-maleficence dapat diartikan sebagai sebuah tindakan yang
tidak menimbulkan bahaya, baik fisik maupun psikis pada pasien. Dalam hal ini, seorang
perawat dilarang untuk mengambil tindakan yang dapat membahayakan atau memperburuk
kondisi pasien. Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.

Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak
pemberian transfusi darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien
semakin memburuk dan dokter harus mengistruksikan pemberian transfusi darah. akhirnya
transfusi darah tidak diberikan karena prinsip beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi
penyalahgunaan prinsip nonmaleficince.

Penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi
pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran
seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan
paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki
hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam
membangun hubungan saling percaya. Kejujuran inilah yang akan membangun hubungan saling
percaya antara perawat dengan pasien.

Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan
mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. S selalu
bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk

10
belum memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui alasan
tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter harus diikuti. Perawat
dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.

f. Menepati janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat
harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.

g. Kerahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain
harus dihindari.

h. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman
sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat
dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan
masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

I. Freedom (Kebebasan)

11
Setiap orang apapun profesinya mempunyai hak atas suatu kebebasan. Kebebasan
menentukan pilihan atau langkah yang hendak ia ambil. Begitu pula menjadi perawat, seorang
perawat harus secara bebas bekerja menjalankan profesinya tanpa ada tekanan atau paksaan
dalam menentukan sesuatu dari luar dirinya.

J. Advocacy (Advokasi)

Sebagai seorang perawat yang langsung berinteraksi dengan pasien atau pun keluarga
pasien maka perawat harus bisa melindungi hak-hak klien.

Peran advokasi yang harus dimiliki seorang perawat ini berasal dari etika beneficience
(kewajiban untuk berbuat baik) dan nonmaleficence (kewajiban tidak merugikan).

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang
mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan adalah milik dan
dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat.

Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan
kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan kepercayaan
masyarakat kepada profesi keperawatan.

B. Saran
Seharusnya kita sebagai seorang perawat harus menerapkan kode etik keperawatan yang
berlaku di dalam berhubungan dengan klien. Jika tidak ada etika dalam berkomunikasi dengan
klien maka klien merasa kurang puas dengan pelayanan seorang perawat yang berpengaruh
terhadap kesehatan klien.

13
DAFTAR PUSTAKA

Gustinerz. 2015. "8 prinsip etika dalam keperawatan", https://gustinerz.com/8-prinsip-etika-


dalam-keperawatan/2/, diakses pada 14 Januari 2023 pukul 14.17

Putra, Yusuf Dwi. 2021. "8 prinsip etika keperawatan", https://blogs.insanmedika.co.id/8

prinsip-etika-keperawatan/, diakses pada 14 Januari 2023 pukul 14.10

Rini, Sulis. “Nilai, Etika Dan Moral Keperawatan.” Academia.edu, 24 Dec. 2010,
www.academia.edu/28898199/Nilai_Etik_dan_moral_keperawatan. Accessed 14 Jan.
2023

Saputra Alvin. 2021. "8 prinsip etik dalam keperawatan", https://aido.id/health

articles/pentingnya-mengetahui-dan-menerapkan-8-prinsip-etika-keperawatan/detail,
diakses pada 14 Januari 2023 pukul 14.40

Wahyuni, Sri. (2021). Etika Keperawatan dan Hukum Kesehatan. Cirebon: Rumah Pustaka.

14

Anda mungkin juga menyukai